PENDAHULUAN
Sampah merupakan salah satu permasalahan kompleks yang dihadapi oleh negara-
sampah bukan lagi sekedar masalah kebersihan dan lingkungan saja, akan tetapi sudah
menjadi masalah sosial yang berpotensi menimbulkan konflik (Damanhuri, 2010). Sistem
pengolahan sampah di Indonesia umumnya masih terbilang tradisional ini seringkali akhirnya
ketentuan teknis di lokasi yang sudah ditentukan. Pengelolaan sampah saat ini berdasarkan
UU No 18 Tahun 2008 dan PP No 81 Tahun 2012 di lakukan dengan dua fokus utama yakni
dalam UU maupun PP yang telah disebutkan dilakukan mulai dari sumber sampah sampai
pada pengelolaan akhir. Pada dasarnya pengolahan sampah difokuskan pada TPS (Tempat
pengolahan sementara) dan TPA (Tempat Pengelolaan Akhir) yang sudah ditentukan oleh
pemerintah setempat, hal ini sebenarnya belum terlalu efektif dalam hal penanganan sampah.
penduduk di daerah perkotaan yang cukup banyak dan relatif padat. Kehidupan manusia
dengan semua aktivitasnya tidak terlepas dengan namanya sampah. Karena sampah
merupakan hasil efek samping dari adanya aktivitas manusia baik berupa aktivitas rumahan
maupun aktivitas industri. Seiring dengan perkembangan waktu, jumlah penduduk di suatu
tempat tentunya akan semakin bertambah dan perkembangan teknologi pun semakin canggih
serta pertumbuhan industri juga cukup pesat sehingga banyak menghasilkan sampah dalam
1
berbagai macam. Menurut data dari BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2021 indonesia
Sampai saat ini paradigma pengelolaan sampah yang digunakan adalah: Kumpul-
Angkut dan Buang seperti pada gambar 1.1, dan andalan utama sebuah kota dalam
menyelesaikan masalah sampahnya adalah pemusnahan dengan landfilling pada sebuah TPA.
Gambar 1.1.
Pengelolaan sampah rumah tangga
Pengelolaan Akhir (TPA) yang memadai perlu dilakukan secara tepat, di wilayah Kabupaten
Wonogiri. Hal tersebut penting untuk dilaksanakan dan mendesak untuk diwujudkan,
2
Lokasi-lokasi tempat pengelolaan sampah tersebut, baik tempat pengelolaan sementara (TPS)
maupun tempat pengelolaan akhir (TPA) perlu ditentukan secara optimal dengan
mengakomodir berbagai aspek yang relevan, termasuk keberadaan TPS-TPA saat ini maupun
Saat ini untuk kelurahan tabona kota ternate selatan memiliki 13 RT dan 4 RW
keberadaan tempat pembuangan sampah yang berada di kelurahan tabona untuk ketiga belas
RT hanya 4 RT saja yang memiliki tempat pembuangan sampah yaitu RT tiga yang memiliki
satu tempat pembuangan sampah dan dan RT sepuluh, sebelas dan dua belas yang memiliki
tempat pembuangan sampah, sampai saat ini tempat pembuangan sampah masi sangat minim
untuk prosi masyarakat yang berada di kelurahan tabona. Hal ini dapat mengakibatkan tempat
penampungan sampah yang berada di kelurahan tabona memiliki kapasitas yang tidak
memadai dengan demikian maka manajemen untuk pengelolahan sampah akan semakin sulit.
Manajemen pengelolaan sampah yang kompleks dengan multi tahapan, mulai dari sampah
yang dihasilkan pada tingkatan rumah tangga, sampah industri atau sampah agraris,
pada Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) sampah harus mendapat perhatian yang serius dari
instansi yang bertanggung jawab disetiap daerah untuk mencegah atau memperkecil
pencemaran yang dapat ditimbulkan. Oleh karena itu pada proses pengelolaan sampah, TPA
sampah memiliki peran yang sangat penting sebagai tempat mengembalikan sampah ke
lingkungan, sehingga penentuan lokasi sampah yang optimal akan membuat pengelolaan
dilakukan oleh beberapa peneliti dengan metode-metode yang berbeda antara lain penelitian
3
dengan menggunakan metode SIG (Sistem informasi Geografis) yaitu penelitian yang
menentukan lokasi TPA baru dengan bantuan letak geografis suatu lokasi (Mizwar, 2012).
metode AHP dan GIS penelitian yang menentukan lokasi TPA baru dengan bantuan letak
geografis suatu lokasi namun ditambah dengan metoe AHP untuk menentukan keputasan
dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga di kelurahan tabona kota
ternate selatan.
Dari latar belakang dan fenomena yang telah dikemukakan maka dapat dirumuskan
tangga?
tangga?
Dari latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan
rumah tangga.
4
1.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan
mempunyai manfaat kepada masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung.
1. Manfaat teoritis
kerajinan kreatifitas .
mengelolah sampah rumah tangga menjadi barang yang bermanfaat dan bernilai
ekonomi.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sampah yaitu sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
Sedangkan menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang
tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari
Dalam kamus Lingkungan Hidup (www.menlh.go.id) sampah memiliki dua arti yaitu
(1) bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama
dalam pembikinan atau pemakaian, barang rusak atau bercacat dalam pembikinan
(manufaktur), atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan, dan (2) waste
(sampah/limbah); proses teratur dalam membuang bahan tak berguna atau tak diinginkan.
Menurut Azwar (1990), sampah adalah sesuatu yang tidak dipergunakan lagi, yang
tidak dapat dipakai lagi, yang tidak disenangi dan harus dibuang, maka sampah tentu saja
harus dikelola dengan sebaikbaiknya, sedemikian rupa, sehingga hal-hal yang negatif bagi
kehidupan tidak sampai terjadi. Kodoatie (2003) mendefinisikan sampah adalah limbah atau
buangan yang bersifat padat atau setengah padat, yang merupakan hasil sampingan dari
(Suryani, 2014).
6
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atas
adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang tidak
termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah
rumah tangga yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus,
bahan (baik oleh manusia maupun alam) yang tidak digunakan atau tidak mempunyai nilai,
Pada suatu pemukiman biasanya sampah dihasilkan oleh suatu keluarga yang
tinggal di suatu bangunan atau asrama. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya
cenderung organik, seperti sisa makanan atau sampah yang bersifat basah, kering,
7
seperti pertokoan dan pasar. Jenis sampah yang dihasilkan umumnya berupa sisa-
sisa makanan, sampah kering, abu, plastik, kertas, dan kaleng-kaleng serta sampah
lainnya.
Sampah yang dimaksud di sini misalnya sampah dari tempat hiburan umum,
pantai, mesjid, rumah sakit, bioskop, perkantoran, dan sarana pemerintah lainnya
Dalam pengertian ini termasuk pabrik-pabrik sumber alam perusahaan kayu dan
lain-lain, kegiatan industri, baik yang termasuk distribusi ataupun proses suatu
bahan mentah. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah,
e. Sampah Pertanian
Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang daerah pertanian, misalnya sampah
dari kebun, kandang, ladang atau sawah yang dihasilkan berupa bahan makanan
Menurut Gilbert dkk. dalam Artiningsih (2008), berdasarkan asalnya sampah padat
a. Sampah Organik
Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang
dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini dengan
mudah dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah rumah tangga sebagian
8
besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah
dari dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus (selain kertas, karet dan plastik),
b. Sampah Anorganik
baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan bahan
produk olahannya, sampah plastik, sampah kertas, sampah kaca dan keramik,
sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis
ini pada tingkat rumah tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik, dan
c. Bentuk Sampah
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan
1. Biodegradable adalah sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses
biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisasisa hewan, sampah
9
a. Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena
memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.
b. Non-recyclabel: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat
diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga, yang dimaksud dengan sampah rumah
tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan seharihari dalam rumah tangga yang tidak
termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah rumah tangga pertama-tama dapat dikelola
dengan cara dipilah. Pemilahan yang dimaksud adalah kegiatan mengelompokkan sampah
menjadi sedikitnya lima jenis sampah yang terdiri atas: a) sampah yang mengandung bahan
berbahaya; b) sampah yang mudah terurai; c) sampah yang dapat digunakan kembali; d)
sampah yang dapat didaur ulang; dan e) sampah lainnya. Peraturan Pemerintah Nomor 81
Tahun 2012 ini diharapkan dapat mewujudkan pengelolaan sampah yang berwawasan
dalam rangka penghematan sumber daya alam, penghematan energi, pengembangan energi
Sampah yang sering dihasilkan oleh rumah tangga berupa sampah sisa makanan,
sampah kertas, sampah botol bekas, sampah kemasan, dan sampah plastik. Berdasarkan
sifatnya, sampah sisa makanan dan sampah kertas dapat digolongkan menjadi sampah
organik karena sampah-sampah tersebut dapat terdegradasi secara alami dalam waktu yang
relatif singkat, sedangkan sampah seperti botol bekas, kemasan, dan plastik adalah sampah
10
yang sulit terurai secara alami sehingga membutuhkan waktu yang sangat lama untuk dapat
didegradasi.
(UUPS), yang dimaksud dengan sampah adalah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia
dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah yang merupakan sisa dari kegiatan
manusia harus dikelola agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dan gangguan
timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah. Untuk dapat
mewujudkan kegiatan-kegiatan ini, masyarakat dan para pelaku usaha dalam melaksanakan
mungkin, dapat digunakan kembali, dapat didaur ulang, dan mudah diurai oleh proses alam.
Penanganan sampah yang dimaksud dalam UUPS adalah kegiatan yang diawali dengan
pemilahan dalam bentuk pengelompokkan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis,
jumlah, dan sifat sampah. Langkah selanjutnya adalah pengumpulan dan pemindahan sampah
dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara, dan pengangkutan sampah dari
sampah yang telah terkumpul di tempat pemrosesan akhir dikelola dengan cara mengubah
karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah dan/atau diproses untuk mengembalikan hasil
11
Secara umum pengelolaan sampah di perkotaan dilakukan melalui 3 tahapan
kegiatan dalam pengelolaan sampah sebagai ialah (a) pengumpulan, diartikan sebagai
pengelolaan sampah dari tempat asalnya sampai ke tempat pembuangan sementara sebelum
menuju tahapan berikutnya. Pada tahapan ini digunakan sarana bantuan berupa tong sampah,
bak sampah, peti kemas sampah, gerobak dorong, atau tempat pembuangan sementara. Untuk
sampah setiap periode waktu tertentu; (b) pengangkutan, yaitu mengangkut sampah dengan
akhir/pengolahan. Pada tahapan ini juga melibatkan tenaga yang pada periode waktu tertentu
(TPA); (c) pembuangan akhir, di mana sampah akan mengalami pemrosesan baik secara
menekankan pada pengurangan sampah dari sumber untuk mengurangi jumlah timbulan
sampah serta mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari sampah. Maka dari itu,
sampah dari sumbernya, yaitu rumah tangga. Dinas Pekerjaan Umum (2007) menjelaskan
1. Prinsip pertama adalah reduce atau reduksi sampah, yaitu upaya untuk
sejak sebelum sampah dihasilkan. Setiap sumber dapat melakukan upaya reduksi
12
sampah dengan cara mengubah pola hidup konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan
dari yang boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi hemat/efisien dan
2. Prinsip kedua adalah reuse yang berarti menggunakan kembali bahan atau
material agar tidak menjadi sampah (tanpa melalui proses pengolahan), seperti
untuk tempat air, dan lain-lain. Dengan demikian reuse akan memperpanjang usia
langsung.
3. Prinsip ke tiga adalah recycle yang berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah
tidak berguna menjadi bahan lain atau barang yang baru setelah melalui proses
mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki dan sebagainya,
atau sampah dapur yang berupa sisa-sisa makanan untuk dijadikan kompos.
tempat penampungan akhir (TPA). Pola operasional konvensional ini dapat menyebabkan
terjadinya penumpukan sampah di rumah tangga, TPS dan TPA. Oleh karena itu, prinsip 3R
yang diterapkan langsung mulai dari sumber sampah menjadi sangat penting karena dapat
13
menjadi bentuk baru yang lebih bermanfaat. Keuntungan lain dari kegiatain ini adalah dapat
memangkas biaya petugas dan transportasi pengangkut sampah serta mengurangi beban TPA
bahwa pengelolaan sampah merupakan kegiatan bertahap yang pada dasarnya dilakukan
untuk mengolah sampah agar dapat diproses menjadi bentuk lain yang memberikan manfaat
dan tidak berbahaya bagi lingkungan. Pengelolaan sampah yang dimaksud pada penelitian ini
adalah kegiatan pengelolaan sampah yang dilakukan pada tingkat rumah tangga, berupa
pengurangan pemakaian bahan yang sulit terurai, pemilahan sampah, pemindahan sampah
dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara, pemanfaatan kembali sampah, serta
kegiatan kebersihan seperti gotong royong untuk kerja bakti di lingkungan tempat tinggal.
strategi dalam kebijakan kegiatan, memikul beban dalam pelaksanaan kegiatan, dan memetik
hasil dan manfaat kegiatan secara merata. Partisipasi juga berarti memberi sumbangan dan
turut serta menentukan arah atau tujuan yang akan dicapai, yang lebih ditekankan pada hak
dan kewajiban bagi setiap orang (Tjokroamidjojo 1990 dalam Manurung 2008).
Koentjaraningrat (1991) berpendapat bahwa partisipasi berarti memberi sumbangan dan turut
serta menentukan arah dan tujuan pembangunan, yang ditekankan bahwa partisipasi adalah
sering diartikan sebagai keikutsertaan, keterlibatan dan kesamaan anggota masyarakat dalam
suatu kegiatan tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung, sejak dari gagasan,
14
perumusan kebijakan, pelaksanaan program dan evaluasi. Partisipasi secara langsung berarti
anggota masyarakat ikut memberikan bantuan tenaga dalam kegiatan yang dilaksanakan,
sedangkan partisipasi tidak langsung dapat berupa sumbangan pemikiran, pendanaan, dan
material yang diperlukan. Menurut Walgito (1999) dalam Alfiandra (2009), partisipasi
masyarakat memiliki hubungan yang erat antara individu satu dengan individu yang lain atau
sebaliknya, terdapat hubungan yang bersifat timbal balik dan saling mempengaruhi.
Hubungan tersebut terdapat di antara individu dengan individu, individu dengan kelompok
atau kelompok dengan kelompok. Pada umumnya, dapat dikatakan bahwa tanpa partisipasi
yang terjalin erat karena sistem tertentu, tradisi tertentu, konvensi dan hukum tertentu yang
sama dan hidup bersama. Pada dasarnya masyarakat adalah sekumpulan orang yang memiliki
kedekatan baik secara fisik, sosial, dan psikologis serta kepentingan dan saling membutuhkan
Keefektifan partisipasi masyarakat diukur dari jumlah orang yang hadir dalam
sebuah pertemuan umum. Tetapi, ukuran efektif tidaknya partisipasi tidak hanya sekedar dari
1. Partisipasi dalam pemilih, merupakan corak partisipasi yang paling mudah dilihat
karena biasanya bersifat rasional. Aktivitas partisipasi masyarakat dalam hal ini
15
ditujukan untuk meinilih wakil-wakil rakyat, mengangkat pimpinan, atau
suara, propaganda atau menyumbangkan uang pribadi. Partisipasi corak ini juga
membela kepentingan kelompok atau individu yang sama. Namun kelompok ini
terjalin antar warga negara dengan pemerintahnya dengan cara menulis surat,
berlangsung melalui pertemuan di tingkat desa, atau rapat akbar yang melibatkan
seluruh warga dan sebuah kota atau lokakarya dan konferensi yang membahas
16
wadah setiap pendapat dan keluhan masyarakat terhadap kebijakan layanan yang
penggajian client dan suatu program untuk menjadi pelaksana program tertentu.
partisipasi masyarakat adalah keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama.
Partisipasi masyarakat dilakukan agar tujuan bersama dapat tercapai dan manfaatnya dapat
komunikasi sebagai alat penghubung di dalam masyarakat dalam melakukan suatu kegiatan.
antara sampah organik dan sampah anorganik dalam proses pewadahan, atau melalui
pembuatan kompos dalam skala keluarga dan mengurangi penggunaan barang yang tidak
mudah terurai (Yolarita 2011). Candra (2012) mengungkapkan bahwa konsep partisipasi
dapat diukur melalui tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap pemanfaatan. Bila
sampah tidak hanya dilihat dari ikut sertanya masyarakat dalam proses pelaksanaan
17
mengelola sampah, tetapi juga ikut serta menjadi anggota organisasi yang berkaitan dengan
masalah sampah yang berperan dalam merencanakan sistem pengelolaan sampah yang baik.
pengelolaan sampah dapat berupa partisipasi secara tidak langsung. Yang dimaksud dengan
partisipasi tidak langsung ini adalah keterlibatan masyarakat dalam masalah keuangan, yaitu
pelayanan persampahan melalui dinas terkait yang secara langsung memberikan pelayanan
dalam kebersihan. Dalam penelitian Manurung (2008), salah satu bentuk partisipasi terhadap
pengelolaan sampah juga dapat dilihat dari kesediaan membayar (willingness to pay) untuk
peningkatan fasilitas pengelolaan sampah agar kebersihan dan kualitas lingkungan tetap
terjaga.
secara langsung maupun tidak langsung dalam upaya mengelola sampah menjadi suatu benda
lain yang memilki manfaat. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pengelolaan sampah, baik dalam bentuk sumbangan tenaga, ide, pikiran,
maupun materi. Partisipasi merupakan modal yang penting bagi program pengelolaan sampah
untuk dapat berhasil mengatasi permasalahan mengenai sampah rumah tangga yang banyak
Partisipasi masyarakat pada penelitian ini dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
partisipasi secara langsung dan partisipasi secara tidak langsung. Partisipasi secara langsung
berupa pengurangan pemakaian bahan yang sulit terurai, pemilahan sampah, pemindahan
18
sampah, serta kegiatan kebersihan seperti gotong royong untuk kerja bakti di lingkungan
tempat tinggal. Partisipasi secara tidak langsung dapat berupa pembayaran retribusi sampah,
di Kecamatan Sumba Opu. Metode yang digunakan adalah observasi, wawancara dan
kuisioner, dilanjutkan dengan membandingkan hasil melalui SPM. Hasil menunjukkan bahwa
sistem pengelolaan sampah di lokasi tersebut masih kurang baik (skor 3), mulai dari
keharusan memiliki tong sampah dalam setiap rumah, kantor maupun toko agar pengelolan
persampahan sampai tahun 2015 secara teknis operasional dan dari aspek keuangan. Analisa
teknis operasional aset pengelolaan sampah mulai dari pewadahan, pengumpulan dan
pengangkutan sedangkan analisa keuangan dan analisa kelayakan menggunakan Net Present
Value, Internal Rate of Return, Benefit/Cost Ratio, dan Payback Period. Dari hasil analisa
tersebut diperoleh suatu sistem pengelolaan sampah dengan pemilahan di TPS berdasarkan
zona pelayanan dengan skala prioritas secara bertahap dari tahun 2013-2017. Penggunaan
sistem tersebut diketahui dapat meningkatkan cakupan pelayanan sampah eksisting 6,69 %,
19
cakupan pelayanan TPS eksisting 8,29 %, dan cakupan pelayanan truk pengangkut sampah
eksisting 12,03 %. Kemudian diketahui bahwa sistem pemilahan di TPS tersebut investasinya
layak, ditunjukkan dengan Net Cashflow pada tahun 2020 sebesarRp 1.720.242.284,-, NPV
suku bunga 15 % bernilai positif, IRR > MARR 15 %, B/C Ratio > 1,dan PP 4,7 tahun, lebih
persampahan di kecamatan Sambas. Pada penelitian ini dilakukan analisis umur zona
timbunan di TPA Sorat dengan mengevaluasi teknik operasional pada lokasi tersebut.
Evaluasi berdasarkan SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknis Operasioanl Persampahan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur zona timbunan TPA Sorat diprediksi mencapai 9
tahun kedepan yaitu dari tahun 2016 sampai tahun 2025. Dengan akumulasi timbunan
sampah sebesar 122.315 m3 diperlukan penambahan zona timbunan seluas 1,25 Ha. Pada
teknik operasional persampahan, hanya pewadahan dan pemindahan yang dinilai hampir
Kota Magelang, Kelurahan Wates (studi kasus paguyuban Legok Makmur) ditinjau dari lima
aspek pengelolan sampah. Proses evaluasi dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner
kepada responden (anggota paguyuban) dan melakukan wawancara. Dari kuesioner yang
disebar kepada responden, menunjukkan bahwa responden dalam mengelola sampah sudah
20
Sunarno (2012) melakukan kajian kinerja pelayanan pengelolaan sampah di kota
Karanganyar ditinjau dari aspek teknik operasional. Dalam penelitian ini, dilakukan
identifikasi sarana dan prasarana pengelolaan sampah dan persepsi masyarakat tentang
pengelolaan sampah berdasarkan pada perhitungan skor yang diperoleh dari masing-masing
variable dengan menggunakan skala likert. Empat macam variabel yang digunakan yaitu:
sangat baik (skor 4), baik (skor 3), kurang baik (skor 2), dan tidak baik/buruk (skor 1). Dari
perhitungan skor didapatkan nilai rata-rata dalam setiap pertanyaan yang akan dianalisis
hasilnya. Dari penelitian tersebut, diketahui bahwa persepsi masyarakat terhadap teknik
operasional kinerja pengelolaan sampah di Kota Karanganyar, sebagian besar kurang baik
pengelolaan sampah di wilayah pemerintah kota semarang berbasis analisis SWOT. Kondisi
pendanaan, peran serta masyarakat dengan mengacu pada teori dan analisis Strength,
Weaknesess, Opportunity, dan Threath (SWOT). Dari hasil SWOT diketahui bahwa
pengurangan sampah sejak dari sumber belum optimal, pengelolaan sampah belum cost
masyarakat dan kampanye kurang, pertambahan jumlah penduduk, ketersediaan sarana dan
21
capaian penyediaan infrastruktur persampahan seperti yang diamanatkan dalam RPJMD
tahun 2012 -2017 masih jauh dari target. Diperlukan upaya-upaya percepatan penyediaan
Ragil Agus Prianto tahun 2011 Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah di
Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah). salah satu bentuk peran serta
masyarakat dalam upaya perbaikan lingkungan yaitu dengan memberikan sumbangan tenaga
berupa kerja bakti. Selain itu, mereka juga mengadakan pertemuan warga yang dilakukan
satu kali dalam sebulan, yang dihadiri oleh sebagian warga untuk tingkat RW dan seluruh
warga untuk tingkat RT. Dalam hal ini tingkat RT cenderung berbentuk partisipasi langsung
tersebut tanpa merasa terpaksa sama sekali. Tingkat peran serta masyarakat yang terjadi di
Informing/Pemberian Informasi. Bentuk peran serta masyarakat ini dipengaruhi oleh lamanya
tinggal. karena semakin banyak warga yang dikenal maka semakin kuat ikatan psikologis
dengan lingkunganya
Lasma Rohani tahun 2007 yang berjudul perilaku masyarakat dalam pengelolaan
sampah di desa Medan Sinembah Kabupaten Deliserdang dan di Kelurahan asam Kumbang
kota Medan. Dari hasil penelitian tersebut mengatakan bahwa responden dalam pengelolaan
sampah berada pada kategori baik di medan yaitu, senembah 59,37% dan di asam kumbang
86,46%, sikap responden terhadap pengelolaan sampah berada pada kategori sedang di
medan senembah 100% dan di asam kumbang 100%, sedangkan tindakan responden dalam
pengelolaan sampah berada pada kategori sedang di medan senembah 85,42% dan di asam
22
kumbang 84,36%. Untuk meningkatkan perilaku pengelolaan sampah yang lebih baik
secara teratur dan berkesinambungan serta mensosialisasikan cara pembuangan sampah yang
baik dan benar kepada masing-masing daerah, baik desa maupun di kota oleh instansi terkait.
Bakhtiar Syah tahun 2011 yang berjudul analisis tingkat pasrtisipasi masyarakat
Pertama, bahwa pelaksanaan progran kebersihan Kota Pekanbaru telah berjalan dengan baik,
dimana kota pekanbaru mampu meraih penghargaan dibidang kebersihan berupa piala
adipura lima kali berturut-turut dan juga pelaksanaan kebersihan oleh petugas kebersihan
Kota Pekanbaru telah dirasakan langsung oleh masyarakat. Kedua, tingkat partisipasi
masyarakat dalam membayar retribusi kebersihan masih sangat rendah, hal ini dibuktikan 25
responden (25%), indikasinya yaitu pembayaran retribusi bukan atas kesadaran sendiri,
pembayaran menunggu jika diminta, masih banyak yang menolak jika dilakukan pemungutan
retribusi kebersihan, dan masih banyak masyarakat yang membayar retribusi tidak tepat pada
waktunya. Ketiga, yang menjadi faktor utama yang mempengeruhi partisipasi masyarakat
tersebut dalam membayar retribusi kebersihan Kota Pekanbaru adalah karna masih rendahnya
sosialisasi Perda No. 4 Tahun 2000 tentang retribusi kebersihan dan juga kurang proaktifnya
Masalah mengenai sampah rumah tangga yang semakin meningkat jumlahnya harus
23
Dengan demikian, partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah adalah suatu syarat
Persepsi merupakan salah satu penentu tingkat partisipasi masyarakat karena persepsi
merupakan hal yang mendasari seorang individu dalam setiap tindakannya. Dalam hal ini,
persepsi sebagai pembentuk sikap dan perilaku akan melandasi perilaku masyarakat untuk
sampah rumah tangga positif, maka masyarakat akan cenderung memiliki tingkat partisipasi
yang tinggi dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Begitu pula sebaliknya, jika
masyarakat memiliki persepsi yang negatif terhadap pengelolaan sampah rumah tangga,
maka masyarakat akan cenderung untuk tidak berpartisipasi dalam pengelolaan sampah
rumah tangga.
proses penginderaan individu yang menerima stimulus dari lingkungan. Kemudian stimulus
Diduga persepsi tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari internal dan
eksternal individu.
keterlibatan masyarakat dalam proses-proses pengelolaan sampah mulai dari diri sendiri,
yang dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Dilakukan secara langsung
berarti masyarakat secara langsung berurusan dengan sampah rumah tangga. Partisipasi
langsung dapat dilakukan melalui pemakaian bahan yang masih dapat digunakan untuk
24
partisipasi tidak langsung dapat berupa pembayaran retribusi untuk fasilitas pengelolaan
dapat terlepas dari berbagai faktor yang ada pada individu sebagai bagian dari masyarakat.
Faktor tersebut dapat berupa faktor internal maupun eksternal individu dan persepsi
masyarakat terhadap pengelolaan sampah rumah tangga. Dalam penelitian ini, faktor internal
dan eksternal individu berhubungan secara tidak langsung terhadap partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Sebelum mencapai tindakan partisipasi, individu
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Tingkat pendidikan
4. Status pekerjaan Persepsi masyarakat
5. Pendapatan
6. Pengetahuan
\ 7. pengalaman
Pengelolahan
1. Pemilahan sampah
sampah RT
2. Pemindahan sampah ke tempat pembuangan
sementara
3. Pemanfaatan kembali sampah
4. Mengikuti kegiatan kebersihan
Partisipasi
5. Pembayaran retribusi untuk fasilitas
pengelolaan sampah masyarakat
6. Mengikuti penyuluhan/pelatihan mengenai
pengelolaan sampah rumah tangga
7. Pemberian saran/kritik kepada RT/RW
mengenai sistem pengelolaan sampah
masyarakat
25
Keterangan:
Gambar 2.1. Kerangka analisis hubungan persepsi dan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan sampah rumah tangga
BAB III
26
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di lingkungan Jan, kelurahan Tabona, Kota Ternate Selatan.
Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) di lingkungan Jan Rw 04 yang terdapat
tiga RT yaitu RT 10,11 dan 12, karena di lingkungan Rw 04 ini memiliki fasilitas tempat
pembungan sampah sebanyak 5 tempat pembungan sampah yang telah dibuat oleh
masyarakat lingkunag Rw 04 itu sendiri. Oleh karena itu, lokasi ini dianggap representatif
untuk mempelajari persepsi dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah
tangga.
Penelitian ini dilakukan selama dua bulan dilapangan. Kegiatan penelitian meliputi
penyusunan proposal penelitian, kolokium, pengambilan data lapangan, pengolahan data dan
analisis data, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei.
Penelitian survei merupakan penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Penelitian yang dilakukan
adalah penelitian pengujian hipotesis atau penelitian penjelasan (explanatory research) yang
hipotesis.
27
3.4. Pendekatan Penelitian
didukung oleh data kualitatif. Singarimbun dan Effendi (1989) menyatakan bahwa dalam
upaya memperkaya data dan lebih memahami fenomena sosial yang diamati, terdapat usaha
untuk menambahkan informasi kualitatif pada data kuantitatif. Data kualitatif digunakan
Pinang, Kota Tangerang. Data kuantitatif digunakan untuk menganalisis hubungan antara
Data kuantitatif diperoleh dengan metode survei yang dilakukan secara sengaja
(purposive) dan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang ditujukan kepada responden.
kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap informan yang dipilih melalui
informan sesuai dengan pedoman wawancara yang telah dibuat sebelumnya. Metode
wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi lebih dalam dan untuk menunjang dalam
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data
sekunder diperoleh dari studi literatur yang berkaitan dengan topik penelitian dan pihak-pihak
yang berkaitan dengan lokasi penelitian, seperti profil dan data demografi Kelurahan
Kunciran Indah. Data primer diperoleh dari hasil observasi dan pengambilan data langsung di
28
lapangan melalui kuesioner dan wawancara mendalam kepada responden dan informan.
pertanyaan yang telah disiapkan. Wawancara tersebut digunakan untuk mengetahui lebih jauh
Teknik pengambilan sampel adalah suatu teknik atau cara dalam mengambil sampel
yang representatif dari populasi. Dalam penelitian ini, populasi penelitian adalah warga yang
bertempat tinggal di RW 04 Jan Kelurahan Tabona Ternate Selatan. Sampel yang akan
karena tempat tersebut merupakan lokasi terletaknya tempat pembungan sampah sebagai
percontohan di bidang pengelolaan sampah yang ada di Kelurahan tabona sehingga dianggap
penelitian ini adalah 456 rumah tangga yang ada di RW 04 Kelurahan Tabona. Penentuan
responden dilakukan dengan teknik acak sederhana (simple random sampling) sesuai dengan
bilangan acak dari komputer. Jumlah sampel yang dijadikan sebagai responden adalah
sebanyak 60 orang. Penggunaan teknik ini dilakukan agar seluruh masyarakat memiliki
kesempatan yang sama untuk dijadikan sebagai responden. Dilakukan wawancara ringkas
dengan responden untuk mengetahui keadaan umum terkait dengan pengelolaan sampah
29
Data yang telah dikumpulkan menggunakan kuesioner akan diolah secara kuantitatif
dengan menggunakan SPSS (Statistical Package for Social Science) for Windows versi 26.
Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan Uji Korelasi Rank Spearman.
Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar
dua variabel dan tidak menentukan prasyarat data terdistribusi normal. Selain analisis data
kuantitatif, dilakukan pula analisis data kualitatif sebagai pendukung data kuantitatif. Data
kualitatif akan diolah melalui tiga tahap analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan. Analisis data kualitatif diuraikan secara deskriptif sebagai
30