Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses


alam yang berbentuk padat (UU RI No. 18 tahun 2008). Sampah juga dapat
didefinisikan sebagai buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia dan
hewan berupa padatan, yang dibuang karena sudah tidak berguna atau tidak
dibutuhkan lagi. Pertumbuhan penduduk yang semakin banyak serta
meningkatnya aktivitas masyarakat menjadi dasar adanya pertambahan
jumlah sampah yang dihasilkan setiap harinya. Keberadaan sampah dapat
menjadikan lahan pencaharian baru bagi sebagian orang, namun tidak
menutup kemungkinan sampah dengan jumlah banyak menjadi masalah
lingkungan dan kesehatan. Bagi masyarakat pedesaan mungkin adanya
sampah belum terlalu berpengaruh terhadap kehidupan mereka karena
dengan lahan yang masih luas, masyarakat mudah untuk mengelola sampah.
Akan tetapi bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan adanya sampah
menjadi masalah yang tidak mudah untuk dipecahkan. Sampah diperkotaan
telah menjadi perhatian bagi pemerintah pada khususnya serta pihak swasta
dan masyarakat pada umumnya.

Adanya timbunan sampah akan menyebabkan berbagai dampak


negatif seperti timbulnya berbagai penyakit, saluran air yang tersumbat,
pencemaran air dan tanah, dan sebagainya. Oleh karena itu, perihal sampah
telah diatur oleh pemerintah yang salah satunya diatur dalam Undang-
Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

Pengelolaan persampahan dapat diartikan sebagai usaha atau kegiatan


yang mengontrol jumlah timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan,
transfer dan transport, daur ulang serta pembuangan sampah dengan
memperhatikan faktor kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik, konservasi
lingkungan, estetika dan pertimbangan lingkungan lainnya. Sedangkan
menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008,
pengelolaan sampah rumah tangga terdiri atas pengurangan sampah dan
penanganan sampah.

1
Berdasarkan survai pendahuluan, saat ini pada di lingkungan RT 03
RW 01 Kelurahan Airlangga, Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya sering
terlihat adanya timbunan sampah pada tempat sampah (bak sampah) di
sepanjang jalan perkampungan yaitu Jalan Lapangan Dharmawangsa.
Kondisi ini terlihat sangat mengganggu pemandangan karena sering kali
sampah meluber hingga ke jalan kampung. Terlebih jika musim hujan datang,
bau yang ditimbulkan oleh pembusukan sampah sering dirasakan
mengganggu bagi warga sekitar. Beberapa hewan dan binatang pengganggu
juga sering terlihat mengais sampah di sekitar bak sampah, seperti: kucing,
tikus, lalat, dan kecoa. Pemandangan yang berbeda terlihat di lingkungan RT
02 yang bersebelahan dengan RT 03 tetapi masih dalam lingkungan Jalan
Lapangan Dharmawangsa. Seluruh bak penampungan sampah di RT 02
terlihat bersih dan tertutup rapi, tanpa ada timbunan sampah di atas bak
penampungan sampah.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti


pengelolaan sampah rumah tangga di lingkungan RT 03 RW 01 Kelurahan
Airlangga, Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya dan penulis memutuskan
mengambil judul penelitian “Hubungan Karakteristik Masyarakat
dengan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Lingkungan RT 03
RW 01 Kelurahan Airlangga, Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya
Tahun 2014”.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini yaitu:
a. Bagaimana karakteristik masyarakat di lingkungan RT 03 RW 01
Kelurahan Airlangga, Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya?
b. Bagaimana pengelolaan sampah rumah tangga di lingkungan RT 03 RW
01 Kelurahan Airlangga, Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya?
c. Adakah hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan jumlah
timbulan sampah rumah tangga?
d. Adakah hubungan antara tingkat pendidikan masyarakat dengan
pengelolaan sampah rumah tangga?

2
e. Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat dengan
pengelolaan sampah rumah tangga?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini secara umum adalah mengetahui dan menggambarkan
karakteristik masyarakat serta pengelolaan sampah rumah tangga di
lingkungan RT 03 RW 01, Kelurahan Airlangga, Kecamatan Gubeng, Kota
Surabaya. Sedangkan tujuan khususnya yaitu:
a. Mengetahui hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan jumlah
timbulan sampah rumah tangga;
b. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan masyarakat dengan
pengelolaan sampah rumah tangga;
c. Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat dengan
pengelolaan sampah rumah tangga.

1.4 Kerangka Kerja Konseptual


Kerangka kerja konseptual pada penelitian ini dapat disajikan pada Gambar 1.

Jumlah Anggota Keluarga KARAKTERISTIK


(Jumlah Penduduk) MASYARAKAT
Umur
Agama
Jumlah Timbulan Sampah Pekerjaan
Pendapatan

Tingkat Pendidikan Pengelolaan Sampah Tingkat Pengetahuan


Masyarakat Rumah Tangga Masyarakat

Pemindahan dan Pengangkutan


Sampah Rumah Tangga

Pembuangan Akhir
Sampah Rumah Tangga

*Garis tebal = diteliti


Gambar 1.1
Kerangka Kerja Konseptual

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Pengertian Sampah

Peningkatan aktivitas masyarakat akan meningkatkan jumlah sampah


yang dihasilkan. Sampah yang dihasilkan tidak hanya sampah organik
melainkan juga sampah anorganik. Banyaknya sampah yang dihasilkan harus
diolah dengan sebaik mungkin agar tidak menimbulkan efek negatif seperti
mencemari lingkungan yang mana dapat berdampak pada kesehatan
masyarakat, banjir, penyumbatan sistem drainase dan sebagainya. Kesadaran
untuk mengolah sampah dengan baik di dalam masyarakat masih minim, hal
ini dapat dilihat dari anggapan masyarakat mengenai sampah itu sendiri.
Masyarakat pada umumnya menganggap bahwa sampah merupakan barang
sisa yang sudah tidak berguna lagi dan harus dibuang. Terdapat beberapa
definisi mengenai sampah yang meliputi:
a. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sampah merupakan barang atau
benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi.
b. Kamus Lingkungan dalam Basriyanta (1994), sampah adalah bahan yang
tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk digunakan secara basa
atau khusus dalam produksi atau pemakaian; barang rusak atau cacat
selama manufaktur; atau materi berlebihan atau buangan.
c. UU RI No 18 Tahun 2008, sampah merupakan sisa dari aktivitas manusia
ataupun sisa dari proses alam yang berpentuk padat.

2.1.2 Penggolongan Sampah

Sampah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dapat digolongkan


berdasarkan beberapa kriteria yang meliputi asal, komposisi, bentuk, lokasi,
proses terjadinya, sifat dan jenis. Menurut asalnya, sampah digolongkan
berdasarkan asal sampah dihasilkan seperti sampah rumah tangga, sampah
industri, sampah perdagangan misalnya pasar, dan sebagainya.

4
Di samping itu, penggolongan sampah juga dapat didasarkan pada
komposisi sampah yang dihasilkan. Penggolongan sampah ini dibedakan
dalam dua kelompok yakni sampah yang dihasilkan dari kegiatan tertentu
yang mana komposisinya sama, sebagai contoh sampah perkantoran yang
banyak menghasilkan sampah berupa kertas, karton dan sejenisnya.
Sedangkan kelompok sampah yang lainnya adalah sampah campuran, yang
mana terdapat macam-macam komposisi sampah yang tercampur jadi satu
dari suatu kegiatan tertentu seperti sampah pasar.

Sampah juga dapat digolongkan berdasarkan bentuk, lokasi seperti


sampah perkotaan dan sampah daerah, berdasarkan proses terjadinya, jenis
serta berdasarkan sifatnya. Penggolongan sampah berdasarkan
sifatnyaterbagi menjadi dua yakni sampah organik, berupa sampah yang bisa
terurai atau terdegradasi dengan mudah oleh bantuan mikrobia, serta sampah
anorganik, berupa sampah yang tidak dapat terdegradasi oleh mikrobia
sehingga sulit untuk diurai.

Penggolongan sampah lain juga membedakan sampah menjadi


menjadi 3 bagian yakni:
a. Human excreta; bahan buangan yang dihasilkan oleh manusia sebagai
hasil pencemaran.
b. Sewage; air limbah buangan rumah tangga ataupun pabrik.
c. Refuse; bahan sisa proses industri atau hasil sampingan kegiatan rumah
tangga. Refuse ini terdiri dari 2 bagian yakni garbage (sampah lapuk) dan
rubbish (sampah tidak lapuk dan tidak mudah lapuk).
d. Industrial waste; bahan buangan dari sisa proses industri dalam skala
besar.

2.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Jenis dan Jumlah Sampah


Faktor yang mempengaruhi jenis dan jumlah sampah terdiri dari:
a. Jumlah penduduk
Tergantung pada aktifitas dan kepadatan penduduk, makin padat
penduduk maka jumlah sampah makin meningkat, dan makin
berkurangnya tempat penampungan sampah sementara.

5
b. Sistem pengumpulan/pembuangan sampah yang digunakan
Pengumpulan sampah dengan memakai gerobak akan lebih lambat
jika dibandingkan dengan mobil truk.
c. Daur ulang
Pengambilan kembali jenis sampah untuk dipakai kembali oleh
pemulung, bila nilainya kurang ekonomis maka jenis sampah
tersebut akan menumpuk.
d. Geografi dan topografi.
Lokasi tempat pembuangan apakah di daerah pegunungan, lembah,
pantai, dan dataran rendah.
e. Waktu
Tergantung dari faktor harian, mingguan, bulanan, dan tahunan.
Jumlah sampah bervariasi menurut waktu, pada siang hari
jumlah sampah lebih banyak daripada pagi hari, sedangkan di
daerah pedesaan jumlah sampah tidak begitu tergantung dengan
faktor waktu.
f. Sosial ekonomi dan budaya masyarakat
Adat istiadat,kebiasaan, taraf hidup dan mental masyarakat.
g. Musim
Pada musim hujan mungkin banyak sampah akan tersangkut pada
selokan - selokan,pintu air atau tempat penyaringan air limbah.
h. Kemajuan teknologi & Peradaban
Jenis dan jumlah sampah akan meningkat seperti plastik,
karton, rongsokan, bangkai AC, TV, kulkas dan kendaraan bermotor.

Beberapa studi memberikan angka timbulan sampah kota di Indonesia


berkisar antara 2-3 liter/orang/hari dengan densitas 200-300 kg/m 3 dan
komposisi sampah organik 70-80%. Menurut SNI 19 -3964 -1994, bila
pengamatan lapangan belum tersedia, maka untuk menghitung besaran
sistem, dapat digunakan angka timbulan sampah kota besar = 2– 2,5
L/orang/hari, atau = 0,4 – 0,5 kg/orang/hari.
Sedangkan menurut asumsi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Surabaya Tahun 2010, asumsi jumlah timbulan sampah per kapita adalah 3,2
L/orang/hari. Karena timbulan sampah dari sebuah kota sebagian besar
berasal dari rumah tangga, maka untuk perhitungan secara cepat satuan

6
timbulan sampah tersebut dapat dianggap sudah meliputi sampah yang
ditimbulkan oleh setiap orang dalam berbagai kegiatan dan berbagai lokasi,
baik saat di rumah, jalan, pasar, hotel, taman, kantor dsb. 

2.1.4 Pengelolaan Sampah


Berdasarkan UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah,
yang dimaksud dengan pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis,
menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan
penanganan sampah. Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis
rumah tangga terdiri atas:
a. Pengurangan sampah, yang meliputi kegiatan pembatasan timbulan
sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah;
Dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah, masyarakat harus
menggunakan bahan yang dapat diguna ulang, didaur ulang, dan/atau
mudah diurai oleh proses alam;
Berdasarkan UU tersebut, pemerintah dapat memberikan insentif kepada
setiap orang yang melakukan pengurangan sampah, dan disinsentif
kepada setiap orang yang tidak melakukan pengurangan sampah.
b. Penanganan sampah, terdiri dari:
1. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah
sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;
2. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah
dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu;
3. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau
dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat
pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;
4. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan
jumlah sampah; dan/atau
5. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah
dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan
secara aman.

Pengelolaan sampah penting dilakukan untuk menekan terjadinya


dampak, serta mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan setiap harinya.

7
Penerapan pengelolaan sampah mengacu pada prinsip reduce, reuse, recyle,
dan disposal. Reduce berarti pengurangan volume sampah yang dapat
dilakukan dengan 4 cara yaitu incinerator (pembakaran), balling
(pemadatan), composting (pengomposan), dan pulverization (penghalusan).
Sedangkan reuse dapat diartikan sebagai pemanfaatan kembali atau
menggunakan kembali bahan-bahan dari hasil pembuangan, dan recycle
merupakan pemisahan benda-benda yang termasuk dalam sampah anorganik
guna diproses kembali menjadi bahan baku atau barang yang lebih berguna.

Pengelolaan sampah secara umum di Kota Surabaya dilakukan oleh


pemerintah kota bersama masyarakat yang meliputi:
a. Pemilahan, pemilahan bisanya dilakukan berdasarkan jenis, jumlah
dan/atau sifat sampah;
b. Pengumpulan, pengumpulan dilakukan di tempat penampungan sampah
sementara (TPS);
c. Pengangkutan, pengangkutan dilakukan menuju TPA;
d. Pengolahan, pengolahan dilaksanakan untuk mengubah karakteristik
sampah berdasarkan jenis, bentuk dan atau jumlahnya; dan
e. Pemrosesan akhir sampah, tahap ini merupakan tahap di mana sampah
yang sudah melalui proses dikembalikan lagi ke lingkungan dengan
aman.

2.1.5 Dampak Sampah yang Tidak Dikelola


2.1.5.1 Dampak Terhadap Kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah
yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa
organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang
dapat menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat
ditimbulkan adalah
sebagai berikut:
a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang
berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air
minum.
b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).

8
c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu
contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita
(taenia). Cacing ini sebelumnnya masuk ke dalam pencernakan binatang
ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.
d. Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000
orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi
oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh
pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.

2.1.5.2 Dampak terhadap Lingkungan


Cairan rembesan sampah (lindi) yang masuk ke dalam drainase atau sungai
akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga
beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem
perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan
menghasilkan asam organik dan gas cair organik, seperti metana. Selain
berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.

2.1.5.3 Dampak terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi


Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang
kurang menyenangkan bagi masyarakat: bau yang tidak sedap dan
pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana.
b. Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.
c. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya
tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya
pembiayaan secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan
pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya
produktivitas).
d. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan
akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan,
jembatan, drainase, dan lain-lain.
e. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang
tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk
pengelolaan air. Jika

9
sarana penampungan sampah yang kurang atau tidak efisien, orang akan
cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan
perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.

2.2 Hipotesis Penelitian


Terdapat 3 (tiga) hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
a. Terdapat hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan jumlah
timbulan sampah rumah tangga;
b. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan masyarakat dengan
pengelolaan sampah rumah tangga;
c. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat dengan
pengelolaan sampah rumah tangga.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

10
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini yaitu karakteristik masyarakat
dan pengelolaan sampah di lingkungan RT 03 RW 01 Kelurahan Airlangga,
Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya. Lokasi penelitian disesuaikan dengan
objek penelitian yaitu di lingkungan RT 03 RW 01 Kelurahan Airlangga,
Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya.

Penelitian ini dilaksanakan selama 1 (satu) minggu, yaitu mulai


tanggal 27 Oktober 2014 sampai dengan 2 November 2014. Penelitian ini
dilakukan secara crosssectional, yaitu berusaha mempelajari hubungan atau
korelasi antar variabel penelitian yang diobservasi pada saat atau waktu yang
sama, artinya setiap objek penelitian hanya diobservasi sebanyak satu kali
dan diukur menurut keadaan dan status pada saat observasi.

3.2 Ruang Lingkup Penelitian


Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian melalui pengukuran data yang berupa
angka untuk menjawab permasalahan penelitian yang ada. Pendekatan
kuantitatif yang digunakan adalah metode survei, yaitu penelitian yang
mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai
alat pengumpul data yang pokok. Penelitian survei dibatasi pada penelitian
yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh
populasi. Penelitian ini juga bersifat eksplanatoris karena menjelaskan
hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa.

Populasi dari penelitian ini adalah warga RT 03 RW 01 Kelurahan


Airlangga, Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya. Unit analisis dalam penelitian
ini adalah KK (Kepala Keluarga). Hasil penelitian awal diperoleh informasi
bahwa jumlah rumah tangga di wilayah RT 03 sebanyak 61 KK (Kepala
Keluarga).

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian hanya didasarkan pada


jumlah minimal sesuai persyaratan dalam pengolahan data menggunakan uji
statistik yaitu ≥30 sampel, sehingga jumlah sampel yang diambil dalam
penelitian ini adalah 30 KK (49,18% dari populasi penelitian) yang diambil

11
secara acak di lingkungan RT 03 RW 01 Kelurahan Airlangga, Kecamatan
Gubeng, Kota Surabaya. Sebagai responden, ditetapkan ibu rumah tangga
yang mewakili setiap KK dengan pertimbangan bahwa ibu rumah tangga
merupakan penanggung jawab pengelola sampah pada setiap rumah tangga.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu karakteristik


masyarakat dan pengelolaan sampah rumah tangga. Definisi operasional
karakteristik masyarakat dalam penelitian ini yaitu umur, tingkat pendidikan,
tingkat pengetahuan, dan jumlah anggota keluarga. Sedangkan pengelolaan
sampah rumah tangga didefinisikan sebagai seluruh kegiatan pengurangan
dan penanganan sampah yang dilakukan oleh masyarakat.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data
primer. Data primer diperoleh dari kuesioner, wawancara dengan panduan
pertanyaan terstruktur, serta pengamatan langsung. Data primer yang
dikumpulkan meliputi data mengenai umur responden, tingkat pendidikan
responden, jumlah anggota keluarga responden, jumlah sampah yang
dihasilkan per hari, tingkat pengetahuan responden tentang pengelolaan
sampah rumah tangga, cara pengelolaan sampah, cara menangani sampah,
serta tanggapan responden jika iuran sampah dinaikkan. Pengamatan
dilakukan melalui observasi kondisi pengelolaan sampah di lapangan yang
dilakukan saat penelitian serta pendokumentasian.

Data tentang umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga,


jumlah sampah yang dihasilkan per hari, cara menangani sampah, serta
alternative peningkatan retribusi sampah langsung direkapitulasi dari
kuisioner yang sudah terisi.

Sedangkan untuk variabel tingkat pengetahuan responden tentang


pengelolaan sampah digunakan kriteria;
Baik, jika responden menjawab “tahu” dan dapat menjelaskan tentang item
pengetahuan sebanyak ≥4 dari 7 item pertanyaan yang tersedia;

12
Kurang, jika responden menjawab “tahu” dan dapat menjelaskan tentang
item pengetahuan sebanyak <4 dari 7 item pertanyaan yang tersedia

Untuk variabel cara pengelolaan sampah, digunakan kriteria sebagai berikut:


Baik, jika responden menjawab “ya” sebanyak ≥4 item pertanyaan dari 6
item pertanyaan yang diberikan;
Kurang, jika responden menjawab “ya” <4 item pertanyaan yang diajukan.

3.4 Teknik Pengolahan Data


Data yang diperoleh meliputi data kuantitatif dan data kualitatif. Data
kuantitatif yang telah diolah akan dipaparkan secara deskriptif dan diolah
menggunakan tabel frekuensi dan tabulasi silang. Tabel frekuensi digunakan
untuk mendapatkan deskripsi tentang karakteristik responden meliputi
umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, jumlah sampah yang
dihasilkan per hari, tingkat pengetahuan responden tentang pengelolaan
sampah rumah tangga, cara pengelolaan sampah, cara menangani sampah,
serta tanggapan responden jika iuran sampah dinaikkan.

Tabulasi silang digunakan untuk mengetahui gambaran tentang


hubungan antar variabel, yaitu jumlah anggota keluarga dengan jumlah
timbulan sampah rumah tangga, tingkat pendidikan dengan pengelolaan
sampah rumah tangga, dan tingkat pengetahuan masyarakat dengan
pengelolaan sampah rumah tangga.

3.5 Analisis Data


Data kuantitatif yang telah disajikan dalam tabulasi silang diuji
dengan
menggunakan uji Chi Square untuk mengetahui hubungan antar variabel-
variabel yang diteliti saling berketergantungan. Pengolahan dan analisis data
kuantitatif dilakukan dengan komputer menggunakan bantuan perangkat
lunak Microsoft Excel 2007 untuk menghitung Chi Square secara manual.

Adapun rumus perhitungan Chi Square:

2 Σ ( O−E ) ²
X =
E

13
X2 = Chi Square
O = Nilai Observasi (pengamatan)
E = Nilai Expected (harapan)
Df = (jumlah baris-1) (jumlah kolom-1)

Langkah Pengujian Chi Square:


a. Menetapkan hipotesis pengujian yang terdiri dari H0 dan Ha
Terdapat 3 (tiga) pasang hipotesis pengujian dalam penelitian ini.
Hipotesis pengujian berbeda dengan hipotesis penelitian.
1. H0 = Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah
anggota keluarga dengan jumlah timbulan sampah
Ha = Terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah anggota
keluarga dengan jumlah timbulan sampah
2. H0 = Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
pendidikan masyarakat dengan pengelolaan sampah rumah
tangga
Ha = Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
pendidikan masyarakat dengan pengelolaan sampah rumah
tangga
3. H0 = Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
pengetahuan masyarakat dengan pengelolaan sampah rumah
tangga
Ha = Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
pengetahuan masyarakat dengan pengelolaan sampah rumah
tangga
b. Membuat tabel kontingensi/tabulasi silang yang terdiri dari baris dan
kolom
c. Menghitung nilai harapan (E) setiap sel, dengan rumus (Total Baris x
Total Kolom)/Total Keseluruhan
d. Mengisi nilai harapan (E) ke dalam tabel kontingensi
e. Menghitung nilai Chi Square sesuai rumus
f. Membandingkan nilai hitung Chi Square dengan tabel (α = 0,05), dengan
kriteria:
Jika X2 hitung ≤ X2 tabel. Maka H0 diterima

14
Jika X2 hitung > X2 tabel. Maka H0 ditolak

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

15
4.1 Deskripsi Data
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lingkungan RT 03 RW 01 Kelurahan Airlangga, Kecamatan Gubeng,
Kota Surabaya membujur dari utara ke selatan di sepanjang Jalan Lapangan
Dharmawangsa. Secara geografis, batas-batas wilayah RT 03 RW 01 sebagai
berikut:
Utara : Berbatasan dengan RT 02 RW 01
Timur : Berbatasan dengan Lapangan Hockey
Selatan : Berbatasan dengan RT 04 RW 01
Barat : Sungai
Gambar 4.1 menunjukkan letak geografis wilayah RT 03 RW 01

Gambar 4.1
Peta Geografis RT 03 RW 01

Jumlah KK (Kepala Keluarga) di wilayah lingkungan RT 03 RW 01 sebanyak


61 KK, dengan luas wilayah sekitar 1.2 Ha.

4.1.2 Karakteristik Masyarakat (Responden)


a. Responden Berdasarkan Golongan Umur
Hasil penelitian mengenai golongan umur disajikan dalam Tabel 4.1
berikut ini.

16
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Golongan Umur

No. Golongan Umur Jumlah %


Responden
(orang)

1. ≤ 30 Tahun 3 10,00

2. 31 – 40 Tahun 3 10,00

3. 41 – 51 Tahun 6 20,00

4. 51 – 60 Tahun 5 16,67

5. > 60 Tahun 13 43,33

Total 30 100,00

Sumber : Data primer yang diolah

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa responden tersebar pada


berbagai golongan umur dengan komposisi terbanyak pada golongan
umur > 60 tahun (43,33%), dan golongan umur paling sedikit adalah usia
≤ 30 tahun (10%) dan 31 -40 tahun (10%). Hal ini terjadi karena sebagian
besar warga masyarakat RT 03 RW 01 merupakan “warga sepuh” yang
sudah puluhan tahun tinggal di wilayah tersebut dan saat ini sudah
memasuki usia lanjut.

b. Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Tingkat pendidikan responden penelitian ditampilkan pada tabel 4.2,
yang menggambarkan bahwa tingkat pendidikan responden beragam,
tetapi responden dengan pendidikan SMA/Sederajat mendominasi
(33,33%), disusul SMP/Sederajat (26,67%), Perguruan Tinggi (20%), dan
SD/Sederajat (20%).

Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Jumlah %


Pendidikan Responden

17
(orang)

1. SD/Sederajat 6 20,00

2. SMP/Sederajat 8 26,67

3. SMA/Sederajat 10 33,33

4. Perguruan Tinggi 6 20,00

Total 30 100,00

Sumber : Data primer yang diolah

c. Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga


Sebagian besar jumlah anggota keluar per Kepala Keluarga responden
berjumlah 4-5 orang (53,33%). Terdapat 5 orang (16,67%) dengan
anggota keluarga berjumlah ≤ 3 orang, dan 9 responden (30%) memiliki
anggota keluarga > 5 orang. Secara lengkap jumlah anggota keluarga
responden dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota
Keluarga

No. Jumlah Anggota Jumlah %


Keluarga/KK Responden
(orang)

1. ≤ 3 Orang 5 16,67

2. 4 – 5 Orang 16 53,33

3. > 5 Orang 9 30,00

Total 30 100,00

Sumber : Data primer yang diolah

d. Responden Berdasarkan Jumlah Timbulan Sampah


Jumlah timbulan sampah yang dihasilkan setiap rumah tangga sudah
termasuk sampah dapur, sampah aktivitas harian, dan sampah jalan yang

18
berasal dari daun dan ranting jatuh dari pepohonan yang tumbuh di
sepanjang Jalan Lapangan Dharmawangsa. Sebagai dasar perhitungan
digunakan kantong kresek yang digunakan sebagai wadah pembuangan
dengan asumsi bahwa sampah yang dihasilkan adalah 3,2 liter/orang per
hari.
Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Timbulan
Sampah Rumah Tangga

No. Jumlah Sampah Jumlah %


yang Dihasilkan Responden
per Hari (orang)

1. ≤ 9,6 Liter 4 13,33

2. 9,7 – 16 Liter 16 53,33

3. > 16 Liter 10 33,33

Total 30 100,00

Sumber : Data primer yang diolah

Tabel 4.4 menggambarkan bahwa jumlah sampah yang dihasilkan


responden sebagian besar berkisar antara 9,7 – 16 liter/hari (53,33%), 10
responden (33,33%) memproduksi sampah > 16 liter/hari, dan 4
responden (13,33%) menghasilkan sampah ≤ 9,6 liter/hari.

e. Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan


Tingkat pengetahuan responden diukur berdasarkan pengetahuan
responden terhadap dampak negatif sampah, cara membatasi jumlah
sampah, cara mendaur ulang sampah, cara memanfaatkan kembali
sampah, cara memilah sampah, cara membuang sampah ke bak sampah,
dan cara membuat kompos dari sampah rumah tangga. Dari ke-7
pertanyaan yang disampaikan, hanya 1o orang (33,33%) yang
dikatagorikan berpengetahuan baik, dan sisanya yaitu 20 orang
(66,67%) masih dikatagorikan berpengetahuan kurang. Sebagian besar
responden tidak mengetahui cara membuat kompos dari sampah rumah
tangga, tidak tahu cara mendaur ulang sampah, tidak tahu cara
membatasi jumlah sampah, dan tidak tahu cara memilah sampah. Secara
lengkap tingkat pengetahuan responden disajikan pada Tabel 4.5.

19
Tabel 4.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

No. Tingkat Jumlah %


Pengetahuan Responden
(orang)

1. Baik 10 33,33

2. Kurang 20 66,67

Total 30 100,00

Sumber : Data primer yang diolah

4.1.3 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Sistem pengelolaan sampah di RT 03 RW 01 menggunakan sistem


komunal, sehingga tidak terlihat bak sampah di depan riap-tiap rumah warga.
Sampah dari masing-masing rumah tangga dibuang ke bak sampah RT oleh
masing-masing keluarga, selanjutnya secara periodik sampah akan dibuang
oleh petugas kebersihan ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) di daerah
Jl. Srikana (± 500 M dari RT 03 RW 01) menggunakan gerobak motor
(Tossa). Untuk pengangkutan tersebut, masing-masing KK dikenakan biaya
Rp10.000,00 per bulan. Total biaya yang dikeluarkan RT 03 RW 01 sebesar
Rp610.000,00 termasuk biaya pemeliharaan gerobak sampah, tetapi tidak
termasuk biaya pemeliharaan bak sampah.

Wilayah RT 03 RW 01 memiliki 10 buah bak sampah permanen yang


tersebar pada 4 lokasi dengan ukuran masing-masing bak 1 M x 1 M x 1 M
atau berkapasitas 1 M3 setara dengan 1.000 liter sampah. Bak sampah yang
dimiliki terbuat dari batu bata yang diplester dengan lubang pada sisi depan
untuk pengambilan sampah. Tutup bak sampah seluruhnya terbuat dari
rangka kayu yang dilapisi seng. Secara umum kondisi bak sampah yang ada
sudah tidak kedap air karena banyak retakan (gempal), kotor, kurang terawat,
kusam, dan bagian penutupnya banyak yang sudah rusak, terkelupas, dan
robek. Bak sampah terlihat sudah lama tidak dicat, menurut beberapa orang
responden, pengecatan bak sampah terakhir kali dilakukan pada Agustus
tahun 2012. Bak sampah tersebut jelas kurang sesuai dengan dengan kriteria
wadah sampah diuraikan dalam SNI No 19-2454-2002 tentang Tata Cara

20
Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan yaitu: tidak mudah rusak
dan kedap air; ekonomis dan mudah diperoleh/dibuat oleh masyarakat; dan
mudah dikosongkan.

Sampah yang tertampung dalam bak sampah terlihat bercampur


antara sampah organik dan anorganik yang menumpuk, bahkan meluber di
sekitarnya. Teramati sampah didominasi oleh dedaunan, sampah dapur, dan
tas kresek, meskipun juga terlihat ban bekas serta bekas runtuhan bangunan.
Tidak ada satu pun bak sampah yang tertutup, karena luberan sampah
tersebut. Bahkan pada beberapa titik lokasi, sampah ranting dan dedaunan
tampak memenuhi selokan/saluran air kotor perkampungan. Beberapa warga
tampak berinisiatif membakar sampah agar tidak terlihat menimbun, hal ini
terlihat dari sisa pembakaran (arang) di lokasi. Dari jarak 2-3 meter, tercium
bau busuk sampah, dengan banyak lalat yang mengerumuninya. Jika malam
hari beberapa kali terlihat tikus, kucing, dan kecoa mengerumuni bak sampah
tersebut.

Gambar 4.3
Timbunan Sampah RT 03 RW 01

21
Gambar 4.4
Bak Sampah RT 03 RW 01

Beberapa responden mengatakan bahwa sudah 2 (dua) minggu


sampah tidak diangkut ke TPS oleh petugasnya. Biasanya sampah diangkut 2-
3 minggu sekali dan tidak ada jadwal pengangkutan secara teratur. Hal ini
sudah berlangsung lama, sehingga sering menjadi keluhan warga, terutama
warga yang di depan rumahnya ditempati bak sampah tersebut. Selain
mengganggu pemandangan dan bau, mereka khawatir akan menimbulkan

22
dampak negatif bagi kesehatan mereka, seperti diare, sakit perut, dan lainnya.
Dalam penelitian ini, terdapat 2 responden yang mengatakan membuang
sampah mereka di sungai di belakang rumah dengan alasan agar sampah di
bak sampah tidak terlalu menumpuk. Secara lengkap Tabel 4.6 menyajikan
cara penanganan sampah responden yang diteliti.
Tabel 4.6
Penanganan Sampah oleh Responden Berdasarkan Caranya

No Cara Menangani Jumlah %


. Sampah Responden
(orang)

1. Dibuang ke bak sampah 26 86,67

2. Dibakar 2 6,67

3. Dibuang ke sungai 2 6,67

Total 30 100,00

Sumber : Data primer yang diolah

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar responden


(86,67%) sudah membuang sampah ke bak sampah, tetapi masih ada yang
membuang sampahnya ke sungai (6,67%) dan membakar sampah (6,67%).
Saat membakar sampah dalam tumpukan, proses pembakaran tidak terjadi
dengan baik karena tidak cukupnya oksigen. Bagian luar tumpukan sampah
mungkin mendapatkan cukup O2 sehingga menghasilkan CO2, tetapi bagian
dalam sampah akan menghasilkan gas CO yang merupakan gas berbahaya
dan dapat mengakibatkan kematian. Pembakaran sampah juga akan
mengakibatkan partikel-partikel beterbangan dan menghasilkan reaksi
hydrocarbon serta dapat merusak lapisan ozon, selain itu membakar sampah
juga berisiko tinggi menyebabkan kebakaran di perumahan padat penduduk.
Membuang sampah di sungai juga akan mengakibatkan masalah baru yaitu
pencemaran air serta dapat mengakibatkan banjir.

Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pengelolaan sampah


responde. Cara pengelolaan sampah responden diukur berdasarkan jawaban
responden terhadap 6 item pertanyaan perilaku yang terdiri dari: membatasi
timbulan sampah, mendaur ulang sampah, memanfaatkan kembali sampah,

23
memilah sampah kering/basah, mengumpulkan/membuang sampah ke bak
sampah, dan mengolah sampah menjadi kompos. Dari ke-6 aktivitas yang
ditanyakan, hanya 4 orang (13,33%) yang dikatagorikan dapat mengelola
sampah dengan baik, dan sisanya yaitu 26 orang (86,67%) dikatagorikan
kurang baik dalam mengelola sampah.
Tabel 4.7
Distribusi Responden Berdasarkan Cara Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga

No. Cara Pengelolaan Jumlah %


Sampah Responden
(orang)

1. Baik 4 13,33

2. Kurang 26 86,67

Total 30 100,00

Sumber : Data primer yang diolah

Secara umum jumlah sampah yang dihasilkan responden cukup besar


yaitu 445,5 liter dengan jumlah anggota keluarga responden sebanyak 140
orang, maka rerata jumlah sampah yang dihasilkan per hari adalah 3,18
liter/orang. Hal ini mendekati asumsi jumlah timbulan sampah yang
ditetapkan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya.

Dengan responden sebanyak 30 KK (49,18% dari populasi


penelitian), maka jumlah total sampah yang dihasilkan masyarakat RT 03 RW
01 diasumsikan sebesar 905,85 liter/hari yang diperoleh dari perhitungan (61
KK x 445,5 liter/hari)/30 KK. Jika dibandingkan dengan kapasitas bak
sampah yang dimiliki oleh oleh RT 03 RW 01 sejumlah 10 buah dengan
kapasitas per bak sampah sebesar 1.000 liter, maka kapasitas total bak
sampah sebesar 10 buah x 1.000 liter = 10.000 liter. Jika sampah yang
dihasilkan masyarakat sebanyak 902,85 liter/hari, maka daya tampung
maksimal bak sampah adalah 10.000 liter dibagi 902,85 liter/hari = 11,04
hari ≈ 11 hari.

Jika diasumsikan bahwa seluruh sampah yang dibuang ke bak sampah


adalah sampah anorganik yang tidak membusuk, maka frekuensi
pengangkutan sampah ke TPS harusnya tidak melebihi periode 11 hari sekali

24
karena tempat sampah akan kelebihan beban (overloaded), apalagi harus
menunggu sampai 3 minggu. Sampah akan meluber ke mana-mana, terlebih
dominasi sampah rumah tangga adalah sampah organik yaitu sampah dapur
yang sangat mudah membusuk.

Sesuai teori, seharusnya pengumpulan sampah dari sumbernya


minimal 2 (dua) hari sekali. Selanjutnya masing-masing jenis sampah
dimasukan ke masing-masing bak di dalam alat pengumpul atau jadwal
pengumpulan disesuaikan dengan jenis sampah terpilah, selanjutnya sampah
dipindahkan sesuai dengan jenisnya ke TPS. Menurut perhitungan,
sebenarnya kapasitas atau daya tamping bak sampah yang dimiliki RT 03 RW
01 sudah mencukupi jika waktu penyimpanannya 2 hari, artinya frekuensi
pengangkutan sampah ke TPS maksimal 2-3 hari sekali.

Pada saat wawancara, responden juga diberi pertanyaan tentang setuju


atau tidaknya jika ada rencana peningkatan iuran/retribusi sampah agar
kinerja petugas sampah dapat lebih ditingkatkan yang disajikan pada Tabel
4.8.
Tabel 4.8
Sikap Responden Jika Retribusi Sampah Dinaikkan

No. Sikap Jumlah %


Responden
(orang)

1. Setuju 6 20,00

2. Tidak Setuju 24 80,00

Total 30 100,00

Sumber : Data primer yang diolah

Dari Tabel 4.8 terlihat bahwa 80% responden tidak setuju jika
retribusi sampah dinaikkan, karena baru pada Bulan Juni 2014 retribusi
sampah dinaikkan dari Rp8.000,00/KK/bulan menjadi
Rp10.000,00/KK/bulan. Kenaikan retribusi dirasa memberatkan warga
karena pengeluaran untuk kebutuhan lain juga semakin meningkat. Alasan
lainnya adalah berdasarkan pengalaman sebelumnya, meskipun terdapat

25
kenaikan retribusi sampah, tetapi tidak ada peningkatan kinerja petugas
sampah. Sampah tetap diangkut setiap 3 minggu sekali, sehingga sampah
tetap menimbun dan kampung tetap terlihat kotor.

4.1.4 Hubungan antara Jumlah Anggota Keluarga dengan Jumlah Timbulan


Sampah
Tabulasi silang antara jumlah anggota keluarga rsponden dengan jumlah
timbulan sampah yang dihasilkan per hari dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.9
Tabulasi Silang antara Jumlah Anggota Keluarga dengan
Jumlah Timbulan Sampah

Jumlah Jumlah Timbulan Sampah Per Hari


Anggota (Liter) Total
Keluarga
(Orang) ≤ 9,6 9,7 – 16 > 16

≤ 3 Orang 4 1 0 5

4 – 5 Orang 0 15 1 16

> 5 Orang 0 0 9 9

Total 4 16 10 30

Sumber : Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas, terlihar bahwa dari 5 responden yang memiliki


keluarga ≤ 3 orang, 4 responden menghasilkan sampah ≤ 9,6 liter/KK/hari; 1
responden yang memproduksi sampah 9,7 – 16 liter/KK/hari, serta tidak ada
responden yang memproduksi sampah lebih adari 16 liter/KK/hari.
Dari 16 responden yang beranggotakan 4-5 orang, 15 responden dapat
memproduksi sampah sebanyak 9,6-16 liter/KK/hari, 1 responden
menghasilkan sampah lebih dari 16 liter/KK/hari, dan tidak ada responden
yang menyatakan menghasilkan sampah ≤ 9,6 liter/KK/hari.
Dari 9 responden yang memiliki anggota keluarga di atas 5 orang, semuanya
(100%) mengaku memproduksi sampah di atas 16 liter/KK/hari.

4.1.5 Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Pengelolaan Sampah


Rumah Tangga

26
Tabel 4.10 akan menggambarkan tabulasi silang antara tingkat pendidikan
responden dengan pengelolaan sampah rumah tangga.

Tabel 4.10
Tabulasi Silang antara Tingkat Pendidikan dengan
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Tingkat Pengelolaan Sampah


Pendidikan Total
Baik Kurang

SD/Sederajat 0 6 6

SMP/Sederajat 0 8 8

SMA/Sederajat 2 8 10

PT 2 4 6

Total 4 26 30

Sumber : Data primer yang diolah

Tabel 4.10 menggambarkan bahwa semua responden berpendidikan


SD/Sederajat dan SMP/Sederajat, 100% kurang dapat mengelola sampah
dengan baik. Dari 10 responden yang berpendidikan SMA, 2 orang dapat
mengelola sampah dengan baik dan 8 orang belum dapat mengelola
sampahnya dengan baik. Sedangkan dari 6 responden yang berpendidikan
Perguruan Tinggi, terdapat 2 orang yang dapat mengelola sampah dengan
baik, sisanya (4 orang) kurang dapat mengelola sampah dengan baik.

4.1.6 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Pengelolaan Sampah


Rumah Tangga
Hubungan antara tingkat pengetahuan responden dengan pengeloaan
sampah rumah tangga didesripsikan melalui Tabel 4.11.

Tabel 4.11
Tabulasi Silang antara Tingkat Pengetahuan dengan
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Tingkat Pengelolaan Sampah

27
Pengetahuan Baik Kurang
Total

Baik 4 6 10

Kurang 0 20 20

Total 4 26 30

Sumber : Data primer yang diolah

Berdasarkan data dalam Tabel 4.11, didapat gambaran bahwa dari 10


responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik terhadap sampah dan
pengelolaannya, terdapat 4 responden yang dapat mengelola sampah dengan
baik. Sisanya yaitu 6 orang masih kurang dapat mengelola sampah dengan
baik. Dari 20 responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang
sampah dan pengelolaannya, ternyata kesemuanya (100%) juga kurang dapat
mengelola sampah dengan baik.

4.2 Pengujian Hipotesis


Pengujian hipotesis bertujuan untuk mengambil keputusan yang didasarkan
dari analisis data melalui uji statistik. Dalam statistik, hasil dikatakan
signifikan atau bermakna secara statistik jika sesuai dengan batas probabilitas
yang sudah ditetapkan sebelumnya. Sesuai yang tertulis dalam Metodologi
penelitian, terdapat 3 (tiga) pasang hipotesis statistik yang akan diuji
menggunakan metode Chi Square.

4.2.1 Hubungan antara Jumlah Anggota Keluarga dengan Jumlah Timbulan


Sampah
Hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan jumlah timbulan sampah
rumah tangga dapat diketahui dengan melalui penyusunan tabel kontingensi
sebagai berikut.

H0 = Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah anggota


keluarga dengan jumlah timbulan sampah
Ha = Terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah anggota
keluarga dengan jumlah timbulan sampah

28
Tabel 4.12
Tabel Kontingensi Hubungan antara Jumlah Anggota Keluarga
dengan Jumlah Timbulan Sampah

Jumlah Jumlah Timbulan Sampah yang Dihasilkan per Hari (Liter)


Total
Anggota ≤9,6 9,7-16 >16
Keluarga
(Orang)
O E O E O E O E
≤3 4 0.667 1 2.667 0 1.667 5 5
4-5 0 2.133 15 8.533 1 5.333 16 16
>5 0 1.200 0 4.800 9 3 9 9
Total 4 4 16 16 10 10 30 30

Sumber : Data primer yang diolah

Selanjutnya menghitung X2 dengan rumus yang telah ditetapkan.


X2 = 16,667 + 1,042 + 1,667 + 2,133 + 4,901 + 3,521 + 1,2 + 4,8 + 12
X2 = 47,930
Pada tabel Chi Square dengan α = 0,05 dan Df = (3-1) x (3-1) = 4, tercantum
X2 = 9,488; karena X2 hitung > X2 tabel, maka Ho ditolak; artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara jumlah anggota keluarga dengan jumlah
timbulan sampah rumah tangga yang dihasilkan.
Hasil uji statistik ini sesuai dengan hipotesis pertama dalam penelitian ini,
juga sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang
menyebabkan jumlah produksi sampah rumah tangga adalah jumlah
penduduk, dalam hal ini jumlah anggota keluarga. Semakin banyak anggota
keluarga dalam sebuah rumah tangga, akan semakin banyak pula jumlah
sampah rumah tangga yang dihasilkan.

4.2.2 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Masyarakat dengan Pengelolaan


Sampah Rumah Tangga
Sesuai dengan hipotesis pengujian statistika yang sudah ditetapkan dalam
metodologi penelitian, terdapat Ho dan Ha sebagai berikut:
H0 = Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
pendidikan masyarakat dengan pengelolaan sampah rumah
tangga
Ha = Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan
masyarakat dengan pengelolaan sampah rumah tangga

29
Tabel berikut menggambarkan tabel kontingensi untuk menguji adanya
korelasi tersebut.
Tabel 4.13
Tabel Kontingensi Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan
Pengelolaan Sampah

Pengelolaan Sampah
Total
Tingkat Pendidikan Baik Kurang

O E O E O E

SD/Sederajat 0 0.800 6 5.200 6 6


SMP/Sederajat 0 1.067 8 6.933 8 8
SMA/Sederajat 2 1.333 8 8.667 10 10
PT 2 0.800 4 5.200 6 6

Sumber : Data primer yang diolah

Selanjutnya menghitung X2 dengan rumus yang telah ditetapkan.


X2 = 0,800 + 0,123 + 1,067 + 0,164 + 0,333 + 0,051 + 1,8 + 0,277
X2 = 4,615
Pada tabel Chi Square dengan α = 0,05 dan Df = (4-1) x (2-1) = 3 tercantum
X2 = 7,815; karena X2 hitung ≤ X2 tabel, maka Ho diterima; artinya tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan
masyarakat dengan cara pengelolaan sampah. Dengan kata lain tingkat
pendidikan seseorang tidak berpengaruh terhadap cara mengelola sampah.
Hal ini terlihat berdasarkan pengamatan di lapangan bahwa tidak ada
pemilahan sampah yang dilakukan, minimal dibedakan antara sampah basah
dan sampah kering atau antara sampah organik dengan sampah anorganik,
meskipun 20% responden mengenyam pendidikan formal sampai Perguruan
Tinggi.

4.2.3 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Masyarakat dengan


Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Hipotesis statistika yang akan diuji terdiri dari H0 dan Ha sebagaimana
tercantum dalam Bab III, yaitu:

30
H0 = Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
pengetahuan masyarakat dengan pengelolaan sampah rumah
tangga
Ha = Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan
masyarakat dengan pengelolaan sampah rumah tangga
Langkah pengujian hipotesis selanjutnya adalah penyusunan tabel
kontingensi sebagaimana Tabel 4.14

Tabel 4.14
Tabel Kontingensi Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan
Pengelolaan Sampah

Pengelolaan Sampah
Total
Tingkat Pengetahuan Baik Kurang

O E O E O E

Baik 4 1.333 6 8.667 10 10


Kurang 0 2.667 20 17.333 20 20
Total 4 4 26 26 30 30

Sumber : Data primer yang diolah

Selanjutnya menghitung X2 dengan rumus yang telah ditetapkan.


X2 = 5,333 + 0,821 + 2,667 +0,410
X2 = 9,231
Pada tabel Chi Square dengan α = 0,05 dan Df = (2-1) x (2-1) = 1, tercantum
X2 = 3,841; karena X2 hitung > X2 tabel, maka Ho ditolak; artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan masyarakat dengan
cara pengelolaan sampah. Semakin baik tingkat pemahaman atau
pengetahuan seseorang akan berpengaruh positip terhadap cara pengelolaan
sampah yang dilakukannya. Demikian juga sebaliknya, semakin rendah
tingkat pengetahuan masyarakat maka cara pengelolaan sampahnya akan
semakin buruk. Hasil uji statistik ini sesuai dengan hipotesis ketiga dalam
penelitian ini.

Berdasarkan penelitian ini, maka pengetahuan masyarakat tentang


pengelolaan sampah yang baik harus ditingkatkan melalui penyebaran
informasi melalui leaflet, brosur, atau penyuluhan langsung dalam setiap
acara pertemuan warga, misalkan : arisan, PKK, karang taruna, pengajian.

31
Hampir seluruh responden tidak tahu bahwa masyarakat wajib mengelola
sampah dengan baik yang diatur dengan UU RI No, 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah.

Tidak adanya tekanan atau sanksi yang tegas juga membuat perilaku
masyarakat dalam mengelola sampah menjadi kurang disiplin. Pengurus RT
03 RW 01 juga berkewajiban untuk menyediakan sarana dan prasarana
pengelolaan sampah yang lebih memadai seperti: merenovasi bak sampah
agar lebih kuat, tahan air, tidak retak-retak, bertutup, terpisah antara sampah
kering dan sampah basah (diberi tanda yang jelas), dicat yang menarik, serta
mengevaluasi kembali petugas pengangkut sampah yang bertugas saat ini.

Jika frekuensi pengangkutan sampah ditingkatkan maka


penimbunan sampah tidak akan terjadi. Kampung pun terlihat lebih bersih,
rapi, sehat, dan indah. Pengurus RT juga harus mencari inovasi baru guna
mengurangi produksi sampah, khususnya sampah organik yang mendominasi
komposisi sampah, misalkan : membuat kompos. Selain mereduksi jumlah
sampah, juga dapat mendatangkan manfaat ekonomi jika dijual.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

32
5.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil setelah penelitian ini dilakukan
adalah:
a. Karakteristik sebagian besar masyarakat RT 03 RW 01 Kelurahan
Airlangga, Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya adalah: berusia >60
tahun, berpendidikan SMA/Sederajat, memiliki jumlah anggota keluarga
4-5 orang/KK, menghasilkan jumlah timbulan sampah 3,18
Liter/orang/hari, dan memiliki tingkat pengetahuan yang kurang
terhadap pengelolaan sampah;
b. Sebagian besar masyarakat membuang sampah di bak penampungan,
tetapi belum dapat mengelola sampah dengan baik, teramati tidak ada
pemilihan sampah kering dan sampah basah. Sampah tampak meluber
melebihi kapasitas bak sampah yang ada karena frekuensi pengangkutan
sampah ke Tempat Penampungan Sampah Sementara hanya 1 kali per 3
minggu;
c. Terdapat hubungan bermakna antara jumlah anggota keluarga dengan
jumlah timbulan sampah rumah tangga;
d. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan
masyarakat dengan cara pengelolaan sampah;
e. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan
masyarakat dengan cara pengelolaan sampah.

5.2 Saran
a. Diperlukan manajemen pengelolaan sampah yang lebih baik lagi, agar
timbunan sampah tidak sampai terjadi. Meningkatkan kerjasama dengan
pihak petugas kebersihan agar frekuensi pengangkutan sampah dapat
lebih sering, maksimal 3 hari sekali;
b. Meningkatkan tingkat pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan dan
pendampingan cara mengelola sampah yang baik dan benar;
c. Diperlukan dorongan atau jika perlu sanksi yang tegas, agar masyarakat
membuang sampah pada tempat yang benar dan ikut berperan serta
mengurangi timbulan sampah melalui pembatasan pemakaian kantong
plastik/makanan kemasan, pemilahan sampah organik dan anorganik,
dan pembuatan kompos;

33
c. Memperbaiki sarana pembuangan sampah/bak sampah sehingga
memenuhi syarat kesehatan dan estetika, dicat dan ditandai sedemikian
rupa, serta terpilah antara sampah organik dan sampah anorganik;
d. Diperlukan kerja bakti masyarakat secara rutin untuk menjaga
kebersihan lingkungan setempat.

34

Anda mungkin juga menyukai