DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV
Pembimbing Akademik
Pembimbing Akademik
Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Ners,
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan Asuhan
Keperawatan pada Ny. I dengan Diagnosa Medis Ca Mammae pro MRM di
Ruang OK Bedah RSUA Surabaya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna
melengkapi tugas Praktik Profesi Ners Stase KMB II.
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Profesi
Ners STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Nia Pristina, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
4. RSUA Surabaya, terima kasih atas kesempatannya, sehingga kelompok
dapat melakukan praktik untuk capaian kompetensi KMB II
5. Ruang OK Bedah RSUA Surabaya, terima kasih atas kesempatannya,
sehingga kelompok dapat melakukan praktik untuk capaian kompetensi
KMB II
6. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan praktik capaian
kompetensi KMB II ini.
Kelompok menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kelompok mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan
pendahuluan ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat
bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit Ca Mammae..................................................................................
2.1.1 Definisi Ca Mammae......................................................................................
2.1.2 Anatomi Fisiologi............................................................................................
2.1.3 Etiologi Ca Mammae......................................................................................
2.1.4 Klasifikasi Ca Mammae..................................................................................
2.1.5 Patofisiologi (WOC).......................................................................................
2.1.6 Manifestasi Klinis Ca Mammae......................................................................
2.1.7 Komplikasi Ca Mammae.................................................................................
2.1.8 Pemerikasaan Penunjang Ca Mammae...........................................................
2.1.9 Penatalaksanaan Medis Ca Mammae..............................................................
2.1 Konsep Dasar MRM.................................................................................................
2.1.1 Konsep Dasar MRM.......................................................................................
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan............................................................................
2.2.1 Pengkajian.......................................................................................................
2.2.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................................
2.2.3 Intervensi (Perencanaan).................................................................................
2.2.4 Implementasi...................................................................................................
2.2.5 Evaluasi...........................................................................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian.............................................................................................................
3.2 Diagnosa...............................................................................................................
3.3 Intervensi...............................................................................................................
3.4 Implementasi dan evaluasi....................................................................................
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian.............................................................................................................
4.2 Diagnosa...............................................................................................................
4.3 Intervensi...............................................................................................................
4.4 Implementasi dan evaluasi....................................................................................
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...........................................................................................................
5.2 Saran .....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ca mammae adalah suatu keadaan dimana sel telah kehilangan
pengendalian dan fungsi normal, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak
normal, cepat, serta tidak kendali. Sel-sel tersebut membelah diri dengan cepat
dari sel yang normal dan berakumalasi, kemudian membentuk suatu benjolan atau
massa pada payudara. Kanker payudara atau Carsinoma mammae merupakan
tumor ganas yang menyerang pada daerah sekitar payudara dan menyebar ke
seluruh tubuh (American Cancer Society, 2014). Faktor risiko yang erat kaitannya
dengan peningkatan insiden kanker payudara antara lain jenis kelamin wanita,
usia > 50 tahun, riwayat keluarga dan genetik (Pembawa mutasi gen BRCA1,
BRCA2, ATM atau TP53 (p53)), riwayat penyakit payudara sebelumnya (DCIS
pada payudara yang sama, LCIS, densitas tinggi pada mamografi), riwayat
menstruasi dini (< 12 tahun) atau menarche lambat (>55 tahun), riwayat
reproduksi (tidak memiliki anak dan tidak menyusui), hormonal, obesitas,
konsumsi alkohol, riwayat radiasi dinding dada, faktor lingkungan (Panigroro et
al., 2019).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kanker payudara adalah
yang terdepan kanker di kalangan wanita yang mempengaruhi sekitar 2,1 juta
setiap tahun menyebabkan jumlah kematian terkait kanker terbesar di kalangan
wanita (Kobina et al., 2021). Angka kejadian kanker payudara global mencapai
2,09 juta kasus baru pada tahun 2020. Menurut terhadap Insiden, Kematian, dan
Prevalensi Kanker Global (GLOBOCAN) mencatat, kematian akibat kanker
payudara telah mencapai 626.679 kasus. Secara umum, kanker payudara adalah
tumor yang disebabkan oleh perkembangan jaringan payudara yang tidak diatur.
Ini perkembangan yang tidak diatur disebabkan oleh beberapa penyebab, seperti:
faktor internal (usia, genetik, hormon, dll) atau faktor eksternal (diet, kurang
olahraga, obesitas, dll) (Rustamadji et al., 2021). Data dari jawa timur kasus
kanker payudara ini klien rawat inap sebanyak 1.069 orang dan menjalani rawat
jalan 970 orang.
Penyebab dari kanker payudara ini adalah merokok dan terpapar asap rokop
(perokok pasif), pola makanan yang buruk (tinggi lemak dan rendah serat,
mengandung zat pengawet/pewarna), haid pertama pada umur kurang dari 12
tahun, melahirkan anak pertama setelah umur 35 tahun, tidak pernah menyusui
anak, diantara keluarga ada yang terkena kanker sebelumnya, dll. Penatalaksanaan
atau pengobatan dari kanker payudara ini dapat digolongkan 4 macam yaitu
pembedahan, radioterapi, kemoterapi, dan terapi hormonal. Pada pengobatan
kemoterapi terdapat dampak psikologis dari kemoterapi berupa ancaman terhadap
body image, seksualitas, intimasi dari hubungan, dan konflik dalam pengambilan
keputusan terkait pilihan pengobatan yang akan dipilih (Haryati & Sari, 2019).
Akibat dari kemoterapi atau efek dari kemoterapi yaitu mual, muntah, rambut
rontok, diare, neuropati, dll (Haryati & Sari, 2019).
Berdasarkan masih tingginya prevalensi angka kejadian Ca Mammae
khususnya di Indonesia, dan juga melihat dari segi sebab akibat yang dapat di
timbulkan, dan tindakan yang MRM yang akan di berikan, maka kelompok
tertarik untuk membahas lebih lanjut tentang Ca Mammae pro MRM dan asuhan
keperawatan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat
dirumuskan masalah dalam laporan pendahuluan ini adalah : Bagaimana
pemberian asuhan keperawatan pada Ny. I dengan Diagnosa Ca Mammae pro
MRM di RSUA Surabaya?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan pada Ny. I dengan
Diagnosa Ca Mammae pro MRM di RSUA Surabaya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa dapat melengkapi Asuhan Keperawatan pada Ny. I dengan
Diagnosa Medis Ca Mammae pro MRM di RSUA Surabaya.
1.3.2.2 Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada Ny. I dengan Diagnosa
Medis Ca Mammae pro MRM di RSUA Surabaya.
1.3.2.3 Mahasiswa dapat menganalisa kasus dan merumuskan masalah
keperawatan pada Ny. I dengan Diagnosa Medis Ca Mammae pro MRM
di RSUA Surabaya.
1.3.2.4 Mahasiswa dapat menyusun asuhan keperawatan Perioperatif yang
mencakup intervensi pada Ny. I dengan Diagnosa Medis Ca Mammae
pro MRM di RSUA Surabaya.
1.3.2.5 Mahasiswa dapat melakukan implementasi atau pelaksanaan tindakan
pada Ny. I dengan Diagnosa Medis Ca Mammae pro MRM di RSUA
Surabaya.
1.3.2.6 Mahasiswa dapat mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan yang
diberikan pada Ny. I dengan Diagnosa Medis Ca Mammae pro MRM di
RSUA Surabaya.
1.3.2.7 Mahasiswa dapat mendokumentasikan hasil dari asuhan keperawatan
yang telah dilaksanakan pada Ny. I dengan Diagnosa Medis Ca Mammae
pro MRM di RSUA Surabaya.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi
Profesi Ners STIKes Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit dengan diagnosa
medis Ca Mammae pro MRM secara benar dan bisa melakukan keperawatan di
rumah dengan mandiri.
1.4.3 Bagi Institusi
3.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan tentang Ca Mammae pro MRM dan Asuhan
Keperawatannya.
3.4.3.1 Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan
Meningkatkan mutu pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien dengan
Ca Mammae pro MRM, melalui Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan secara
komprehensif.
1.4.4 Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan Ca Mammae pro MRM, yang
berguna bagi status kesembuhan klien.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit Ca Mammae
2.1.1 Definisi Ca Mammae
0
Genetik, virus (mammae Sel epitel saluran, Pertumbuhan lokal.
Penyebaran lain Ca Mammae
tumor,mekanisme keluar air susu, gelang Langsung limfogen
hemoroid) susu tampak lain hematogen
Pembedahan
(Mastektomy)
Pre Operasi Intra Operasi Post Operasi
MK : Resiko Mengigil
MK : Bersihan Perdarahan
Jalan Nafas Tidak
Efektif MK : Hipotermi
Akral Dingin
2.1.6 Manifestasi Ca Mammae
Manifestasi awal berupa munculnya benjolan pada jaringan payudara,
penebalan yang berbeda dari jaringan payudara lainnya, ukuran satu payudara
menjadi lebih besar atau lebih rendah dari payudara lainnya, perubahan posisi
atau bentuk puting susu, lekukan pada kulit payudara, perubahan pada putting
(seperti adanya retraksi, sekresi cairan yang tidak biasa, ruam di sekitar area
putting), rasa sakit yang konstan di bagian payudara atau ketiak, dan
pembengkakan di bawah ketiak. Terkadang kanker payudara dapat muncul
sebagai penyakit metastasis. Tipe ca mammae metastasis memiliki gejala yang
berbeda-beda, tergantung pada organ yang terkena metastasis tersebut (Rosida,
2020).
Organ-organ yang umumnya terkena metastasis ca mammae ialah
tulang, hati, paru-paru dan otak. Gejalanya tergantung pada lokasi metastasis,
selain itu disertai dengan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan,
demam, menggigil, nyeri tulang, sakit kuning atau gejala neurologis.
Tanda carsinoma Kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang khas,
mirip pada tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips,
adanya keluaran dari puting susu, puting eritema, mengeras, asimetik, inversi,
gejala lain nyeri tulang, berat badan turun dapat sebagai petunjuk adanya
metastase (Nurarif & Kusuma, 2015) dapat sebagai petunjuk adanya metastase.
Adapun tanda dan gejala kanker payudara :
1. Ada benjolan yang keras di payudara dengan atau tanpa rasa sakit
2. Bentuk puting berubah (retraksi nipple atau terasa sakit terus- menerus)
atau puting mengeluarkan cairan/darah (nipple discharge)
3. Ada perubahan pada kulit payudara di antaranya berkerut seperti kulit jeruk
(peaud’orange), melekuk ke dalam (dimpling) dan borok (ulcus)
4. Adanya benjolan-benjolan kecil di dalam atau kulit payudara (nodul satelit)
5. Ada luka puting di payudara yang sulit sembuh (paget disease).
6. Payudara terasa panas, memerah dan bengkak.
7. Terasa sakit/ nyeri (bisa juga ini bukan sakit karena kanker)
8. Benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi) dan biasanya pada awal-
awalnya tidak terasa sakit.
9. Apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya pada satu payudara
10. Adanya benjolan di aksila dengan atau tanpa massa di payudara.
2.1.7 Komplikasi Ca Mammae
Komplikasi pada Ca Mammae menurut (Nurarif & Kusuma, 2018) :
1. Gangguan Neurovaskuler
2. Metastasis (otak, paru, hati, tulang tengkorak, vertebra, iga, tulang panjang)
3. Fraktur patologi
4. Fibrosis payudara
5. Hingga kematian
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang Ca Mammae
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan (Fayzun et al, 2018) :
a. Laboratorium meliputi
- Morfologi sel darah
- Laju endap darah
- Tes faal hati
- Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau
plasma 5) Pemeriksaan sitologik Pemeriksaan ini memegang peranan
penting pada penilaian cairan yang keluar spontan dari puting payudara,
cairan kista atau cairan yang keluar dari ekskoriasi
b. Mammagrafi Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk
mendeteksi secara dini. Memperlihatkan struktur internal mammae untuk
mendeteksi kanker yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap
awal. Mammografi pada masa menopause kurang bermanfaat karean
gambaran kanker diantara jaringan kelenjar kurang tampak.
c. Ultrasonografi Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah
padat pada mammae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor
sulit dengan kista. kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.
d. Thermography Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari
mammae atau mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik
panas karena peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang
lebih tinggi.
e. Xerodiography Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam
antara pembuluh-pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan
peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
f. Biopsi Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau
ganas, dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif
terhadap massa dan berguna klasifikasi histogi, pentahapan dan seleksi
terapi.
g. CT. Scan Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara
pada organ lain
h. Pemeriksaan hematologi Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel
tumor pada speredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.
1.1.9 Penatalaksanaan Medis Ca Mammae
Pembedahan
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula
merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan kulit di
sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis,
radang tenggorokan.
Kemoterapi
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran darah.
Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat,
mudah terserang penyakit.
1. Pengkajian Umum
Pada pengkajian pasien di unit rawat inap, poliklinik, bagian bedah
sehari, atau unit gawat darurat dilakukan secara komprehensif di mana
seluruh hal yang berhubungan dengan pembedahan pasien perlu
dilakukan secara seksama.
a) Identitas pasien: pengkajian ini diperlukan agar tidak terjadi
duplikasi nama pasien. Umur pasien sangat penting untuk
diketahui guna melihat kondisi pada berbagai jenis
pembedahan. Selain itu juga diperlukan untuk memperkuat
identitas pasien.
b) Jenis pekerjaan dan asuransi kesehatan: diperlukan sebagai
persiapan finansial yang sangat bergantung pada kemampuan
pasien dan kebijakan rumah sakit tempat pasien akan
menjalani proses pembedahan
c) Persiapan umum: persiapan informed consent dilakukan
sebelum dilaksanakannya Tindakan
2. Riwayat kesehatan
Pengkajian riwayat kesehatan pasien di rawat inap, poliklinik, bagian
bedah sehari, atau unit gawat darurat dilakukan perawat melalui
Teknik wawancara untuk mengumpulkan riwayat yang diperukan
sesuai dengan klasifikasi pembedahan
a) Riwayat alergi: perawat harus mewaspadai adanya alergi
terhadap berbagai obat yang mungkin diberikan selama fase
intraoperatifebiasaan merokok, alcohol, narkoba: pasien
perokok memiliki risiko yang lebih besar mengalami
komplikasi paru- paru pasca operasi, kebiasaan mengonsumsi
alcohol mengakibatkan reaksi yang merugikan terhadap obat
anestesi, pasien yang mempunyai riwayat pemakaian narkoba
perlu diwaspadai atas kemungkinan besar untuk terjangkit
HIV dan hepatitis
b) Pengkajian nyeri: pengkajian nyeri yang benar memungkinkan
perawat perioperative untuk menentukan status nyeri pasien.
Pengkajian nyeri menggunakan pendekatan P (Problem), Q
(Quality), R (Region), S (Scale), T (Time).
3. Pengkajian psikososiospiritual
a) Kecemasan praoperatif: bagian terpenting dari pengkajian
kecemasan perioperative adalah untuk menggali peran orang
terdekat, baik dari keluarga atau sahabat pasien. Adanya
sumber dukungan orang terdekat akan menurunkan kecemasan
b) Perasaan: pasien yang merasa takut biasanya akan sering
bertanya, tampak tidak nyaman jika ada orang asing memasuki
ruangan, atau secara aktif mencari dukungan dari teman dan
keluarga
c) Konsep diri: pasien dengan konsep diri positif lebih mampu
menerima operasi yang dialaminya dengan tepat
d) Citra diri: perawat mengkaji perubahan citra tubuh yang pasien
anggap terjadi akibat operasi. Reaksi individu berbeda-beda
bergantung pada konsep diri dan tingkat harga dirinya
e) Sumber koping: perawat perioperative mengkaji adanya
dukungan yang dapat diberikan oleh anggota keluarga atau
teman pasien.
f) Kepercayaan spiritual: kepercayaan spiritual memainkan
peranan penting dalam menghadapi ketakutan dan ansietas
g) Pengetahuan, persepsi, pemahaman: dengan mengidentifikasi
pengetahuan, persepsi, pemahaman, pasien dapat membantu
perawat merencanakan penyuluhan dan tindakan untuk
mempersiapkan kondisi emosional pasien.
h) Inform consent: suatu izin tertulis yang dibuat secara sadar dan
sukarela oleh pasien sebelum suatu pembedahan dilakukan
4. Pemeriksaan fisik
Ada berbagai pendekatan yang digunakan dalam melakukan
pemeriksaan fisik, mulai dari pendekatan head to toe hingga pendekatan
per system. Perawat dapat menyesuaikan konsep pendekatan pemeriksaan
fisik dengan kebijakan prosedur yang digunakan institusi tempat ia bekerja.
Pada pelaksanaannya, pemeriksaan yang dilakukan bisa mencakup
sebagian atau seluruh system, bergantung pada banyaknya waktu yang
tersedia dan kondisi preopratif pasien. Focus pemeriksaan yang akan
dilakukan adalah melakukan klarifikasi dari hasil temuan saat melakukan
anamnesis riwayat kesehatan pasien dengan system tubuh yang akan
dipengaruhi atau memengaruhi respons pembedahan.
5. Pemeriksaan diagnostic
Sebelum pasien menjalani pembedahan, dokter bedah akan meminta
pasien untuk menjalani pemeriksaan diagnostic guna memeriksa adanya
kondisi yang tidak normal. Perawat bertanggung jawab mempersiapkan
dalam klien untuk menjalani pemeriksaan diagnostic dan mengatur agar
pasien menjalani pemeriksaan yang lengkap. Perawat juga harus mengkaji
kembali hasil pemeriksaan diagnostic yang perlu diketahui dokter untuk
membantu merencanakan terapi yang tepat.
2.4.2 Intra Operatif
Pengkajian intraoperatif secara ringkas mengkaji hal-hal yang
berhubungan dengan pembedahan. Diantaranya adalah validasi identitas dan
prosedur jenis pembedahan yang akan dilakukan, serta konfirmasi kelengkapan
data penunjang laboratorium dan radiologi (Muttaqin & Sari, 2009).
Hal - hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien yang
diberi anaesthesi total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada pasien
yang diberi anaesthesilokal ditambah dengan pengkajian psikososial. Secara
garis besar yang perlu dikaji adalah :
1. Pengkajian mental, bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien
masih sadar / terjagamaka sebaiknya perawat menjelaskan
prosedur yang sedang dilakukan terhadapnya danmemberi
dukungan agar pasien tidak cemas/takut menghadapi prosedur
tersebut.
2. Pengkajian fisik, tanda-tanda vital (bila terjadi ketidaknormalan
maka perawat harusmemberitahukan ketidaknormalan tersebut
kepada ahli bedah).
3. Transfusi dan infuse, monitor flabot sudah habis apa belum.
4. Pengeluaran urin, normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak
1 cc/kg BB/jam.
2.4.2 Post Operatif
Pengkajian pascaanastesi dilakukan sejak pasien mulai dipindakhan dari
kamar operasi ke ruang pemulihan. Pengkajian di ruang pemulihan berfokus
pada keselamatan jiwa pasien (Muttaqin & Sari, 2009).
1. Status respirasi, meliputi: kebersihan jalan nafas, kedalaman
pernafasaan, kecepatan dan sifat pernafasan dan bunyi nafas.
2. Status sirkulatori, meliputi: nadi, tekanan darah, suhu dan warna
kulit.
3. Status neurologis, meliputi tingkat kesadaran.
4. Balutan, meliputi: keadaan drain dan terdapat pipa yang harus
disambung dengan sistem drainage.
5. Kenyamanan, meliputi: terdapat nyeri, mual dan muntah
6. Keselamatan, meliputi: diperlukan penghalang samping tempat tidur,
kabel panggil yang mudah dijangkau dan alat pemantau dipasang dan
dapat berfungsi
7. Perawatan, meliputi: cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran
cairan. Sistem drainage: bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat
penampung, sifat dan jumlah drainage.
8. Nyeri, meliputi: waktu, tempat, frekuensi, kualitas dan faktor yang
memperberat /memperingan.
2.4.2 Diagnosa Keperawatan
PRE OPERASI
1. Ansietas berhubungan dengan Pre Operasi (SDKI D.0080) Hal 180
INTRA OPERASI
2. Resiko Perdarahan berhubungan dengan Tindakan pembedahan (SDKI
D.0012) Hal 42
POST OPERASI
3. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik (Prosedur
operasi) (SDKI D.0077) Hal 172
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka insisi pembedahan.
(D.0083) Hal 186
Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
Keperawatan
PRE OPERATIF Setelah dilakukan Intervensi Reduksi Ansietas (SIKI I.09314.Hal.387)
Ansietas berhubungan 1x24 Jam maka Ansietas Klien Observasi :
dengan Pre Operasi (SDKI menurun, dengan Kriteria Hasil : 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (misalnya kondisi, waktu stressor)
D.0080) Hal 180 (SLKI L.09093 Hal.132) 2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
1. Perilaku tegang menurun (5) 3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal maupun non verbal)
2. Perilaku gelisah menurun Terapeutik :
(5) 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhan kepercayaan
3. Verbalisasi kebingungan 2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
menurun (5) 3. Pahami situasi yang membuat ansietas
4. Verbalisasi khawatir akibat 4. Dengarkan dengan penuh perhatian
kondisi yang dihadapi 5. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
menurun (5) 6. Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
5. Diaforesis menurun (5) 7. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
6. Tremor menurun (5) 8. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
7. Pucat menurun (5) Edukasi :
8. Konsentrasi membaik (5) 1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
2. Anjurkan keluarga tetap bersama pasien, jika perlu
3. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
4. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
5. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
6. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
7. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
INTRA OPERASI Setelah dilakukan Intervensi Pencegahan Perdarahan (SIKI I.02067.Hal.283)
Resiko Perdarahan 1x24 Jam maka Risiko Observasi :
berhubungan dengan perdarahan membaik 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
Tindakan pembedahan dengan kriteria hasil : 2. Monitor nilai hematokrit/hemogloblin sebelum dan setelah kehilangan darah
(SDKI D.0012) Hal 42 (SLKI L.02017 Hal.33) 3. Monitor tanda-tanda vital ortostatik
1. Kelembapan membran 4. Monitor output dan input cairan selama pembedahan
mukosa meningkat (5) Terapeutik
2. Hemoglobin membaik 5. Posisikan pasien sesuai dengan indikasi pembedahan
(5) 6. Lindungi sekitar kulit dan anatomi yang sesuai menggunakan kasa
3. Hematokrit membaik 7. Pastikan keamanan alat–alat yang digunakan selama prosedur operasi
(5) Kolaborasi
4. Tekanan darah 1. Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu
membaik (5) 2. Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
5. Suhu tubuh membaik 3. Anjurkan pemberian pelunak tinja, jika perlu
(5)
6. Denyut nadi apikal
membaik (5)
2. Perdarahan pasca
operasi menurun (5)
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
POST OPERASI Setelah dilakukan Intervensi Manajemen Nyeri (SIKI I.08238 Hal.201)
Nyeri Akut berhubungan 1x24 Jam maka Nyeri akut Observasi :
dengan Agen pencedera menurun dengan kriteria 1. Indetifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
fisik (Prosedur operasi) hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
(SDKI D.0077) Hal 172 (SLKI L.08066 Hal.58) 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
1. Keluhan Nyeri Menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
(5) 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
2. Melaporkan nyeri 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
terkontrol (4) 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
3. Kemampuan mengenali 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
onset nyeri (4) 9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
4. Kemampuan mengenali Terapeutik :
penyebab Nyeri (4) 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
5. Kemampuan hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik
menggunakan teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
non-farmakologi (4) 2. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan Intervensi Promosi Citra Tubuh (SIKI I.09305 Hal. 359)
1x24 Jam maka Citra tubuh, Observasi :
berhubungan dengan luka
dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan
insisi pembedahan. (SLKI L.09067 Hal.19) 2. Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkait citra tubuh
1. Melihat bagian tubuh 3. Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
(D.0083) Hal 186
Meningkat (5) Terapeutik :
2. Verbalisasi perasaan 1. Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
negatife menurun (5) 2. Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
3. Menyembunyikan 3. Diskusikan perubahan akibat pubertas, kehamilan dan penuan
bagian tubuh berlebihan 4. Diskusikan kondisi stress yang mempengaruhi citra tubuh
menurun (5) Edukasi :
4. Respon nonverbal pada 1. Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan citra tubuh
perubahan tubuh 2. Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
Membaik (5)
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah dari rencana tindakan yang spesifik untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan (nursalam, 2014).
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dan rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, perawat sebaiknya
tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang
menjadi tim perawatan (Setiadi, 2010).
Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang pelaksanaannya
berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada langkah sebelumnya
(intervensi).
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan klien (Nursalam, 2014).
Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan, evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi hasil atau formatif yang
dilakukan setiap selesai melakukan tindakan dan evaluasi proses atau sumatif yang dilakukan
dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP.
S : Respon subyektif klien terhadap tindakan yang dilaksanakan
O : Respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang di laksanakan
A : Analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan apakah masalah
masih tetap muncul atau ada masalah baru atau ada masalah yang kontradiktif dengan
masalah yang ada
P : Pelaksanaan atau rencana yang akan di lakukan kepada klien
Setelah dilakukan implementasi keperawatan di harapkan
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
I PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. I
Umur : 53 thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa/indonesia
Agama : islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : S1
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Menur 3/85 A Surabaya
Tgl MRS :-
Diagnosa Medis : Ca Mamae Pro MRM
a. Riwayat Kesehatan/Perawatan
1. Keluhan Utama /Alasan di Operasi : Pasien Mengatakan ada benjolan di axilla
dexra
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengatakan pada pertengahan 2021 merasakan adanya benjolan di axilla
dextra awalnya hanya benjolan kecil, setelah teraba semakin besar pasien
melakukan pemeriksaan dan pengobatan dipuskemas, kemudian pasien kembali
melakukan USG Dimitra keluarga, setelah itu dirujuk kepala bedah RS Airlangga
dan dibawa ke IGD untuk pemeriksaan lebih lanjut.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Pasien mengatakan mempunyai riwayat operasi SC pada tahun 2021, dan operasi
fraktur coles pada tahun 2013.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan bahwa keluarganya mempunyai riwayat Ca Mamae
GENOGRAM KELUARGA :
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: Tinggal serumah
: Pasien
: Meninggal Dunia
b. Pemerikasaan Fisik
1. Keadaan Umum :
Pasien tampak cemas, pasien tampak takut dengan kondisinya. Posisi pasien
terlentang,
2. Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 360C Axilla Rektal Oral
b. Nadi/HR : 98 x/mt
c. Pernapasan/RR : 20 x/tm
d. Tekanan Darah/BP : 128/80 mm Hg
3. Pre Operatif :
Sebelum masuk keruangan akan dilakukan hand over ke ruangan operasi Ok, sebelum
itu pasien menganti baju menggunakan dari ruangan OK, dan setelah itu memastikan
benar identitas pasien dan benar prosedur, melakukan pemeriksaan TTV : TD :
128/80 mmHg, Temp: 360C, HR: 68 x/menit, RR : 20 x/menit.pasien mengatakan
merasa deg-degan dan cemas dan juga tegang. Persiapan sebelum operasi pasien
dianjurkan puasa makan mulai dari pukul 21.00 wib dan terakhir minum air putih
pada pukul 05.00 wib.
4. Intra Operatif :
Pasien sudah diruangan OK bedah pada pukul 11.00 wib, jam dilakukan induksi pada
pukul 11.10 wib, cairan masuk pra anastesi mengunakan RL 400 ml, Nacl drip
cefazolin sodium 2 gr , pemberian anastesi general dengan teknik close dilakukan
insisi pada pukul 11.45 wib, cairan intra anastesi RL 1000ml, Pct 1000mg/100 ml.
posisi pasien saat dioperasi adalah supinasi ( terlentang), pembedahan dilakukan
selama 2 jam , jenis operasi bersih mengunakan alat bantu donut, antiseptic betadine,
drain full vacuum, cairan irigrasi nacl 0,9% sebanyak 1.500 ml, output darah 2.500 cc
kelengkapan tim operasi bedah , kelengkapan bahan operasi benang jarum 6, kasa
xray 40, depper 5, kasa lebar 1. Klien terpasang alat ett (endotrachel tube). Tekanan
darah 137/87, HR : 80 x/menit, RR: 18 X/menit Spo2, 100%, temp : 34,1, tingkat
kesadaran pasien bius total selesai operasi pukul 14.45 wib, perawata memastikan
infus pasien lancar kebutuhan O2 terpenuhi dan tidak hambatan jalan napas.
5. Post Operatif :
Keadaan umum : Pasien tampak lemas, setelah dilakukan tindakan MRM pasien
dibawa keruang Recovery Room untuk diobservasi lebih lanjut.
Airway :Tidak ada obstruksi, lidah tidak jatuh kebelakang
Breathing : gerakan dinding dada simestris, irama napas vaskuler, Spo2 :94 %, RR :18
x/menit
Circulation : Tekanan darah : 140/80 mmhg, temp: 36,1 0 C, HR : 106 x/mnt
Disability : GCS : E: 4, V:5, M:6
Exposure : terdapat luka post op MRM di mamae dextra
Serah terima pasien : setelah pasien sadar pasien dijemput oleh perawat dan keluarga.
C. Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainnya)
Pemeriksaan Lab : tgl 14 maret 2023
RADIOLOGIS :
Hasil makroskopik :
Diterima 1 tempat sedian berisi 3 potongan jaringan biopsy dengan berat <1 gram,
ukuran 0,9 x 0,2 x 0,2 cm- 1,5 x 0,2 x 0,2 cm, warna putih abu-abu, konsistensi
padat kenyal. Diproses semua dalam 2 kaset 9 ( I-II ).
Hasil mikroskopik :
Menunjukan potongan jaringan ikat fibrokolagen luas dengan fokus pertumbuhan
tumor invansif yang tersususn dan sarang-sarang soloid dengan tubular < 10 %
(score 3). Tumor tersiri dari proliterasi sel epitel analplastik dengan bulat oval,
pleomorfik berat (score 3), hiperkromatik, sitoplasma cukup luasmitosis 11/10 HPF
9 ( score 2).
ANALISIS DATA
DO : HR meningkat
- Pasien tampak tegang
- Pasien tampak cemas
- Pasien tampak gelisah Akral dingin
- Pasien tampak pucat
- Persiapan operasi
selama 10 jam sebelum Ansietas
dilakukan tindakan
operasi ca mammae pro
MRM
- TTV :
- TD : 128/ 80
mmHg
- HR : 98 x/mnt
- Temp : 36 0 C
- RR : 20 x/mnt
Intra Operatif : Intra operasi Resiko Perdarahan
DS : -
DO ; Insisi pembedahan
- Pasien dilakukan
pembedahan pro MRM Terputusnya jaringan
- Pasien tampak pucat pembuluh darah
- Waktu pembedahan 2 jam
- Perdarahan intra anastesi Resiko Perdarahan
250 cc
- Cairan irigasi sebanyak
1500 ml
- Hasil lab :
HB : 11. 5 g/ dL
- TTV :
- TD : 160 / 82 mmHg
- HR : 78 x / mnt
- Temp : 35,1 0 C
- RR : 18 x / mnt
- SpO2 : 100 %
Post Operatif Ca mammae
DS : Nyeri Akut
- Pasien mengakan nyeri di
luka post op Pembedahan ( MRM )
DO :
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah Post operasi
- Tampak luka insisidi
mammae dexra post op
MRM Luka insisi pada payudara
- Skala nyeri 5 ( sedang )
- Luka insisi di mamme
dexra sampai axila dexra Nyeri Akut
sepanjang 18 cm
- TTV :
- TD : 140 / 86 mmHg
- HR : 106 x/ mnt
- RR : 18 x/mnt
- Temp : 36.1 0 C
- Spo2 : 94 %
Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Selasa 1. Memonitor tanda dan gejala perdarahan S:-
2. Memonitor tanda-tanda vital
14 maret 2023 3. Memonitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan O :
setelah kehilangan darah
4. Mempertahankan bed rest selama perdarahan – Luka insisi d mammae dexra sampai axila
5. Menjelaskan tanda dan gejala perdarahan – Pasien ampak pucat Kelompok 4
6. Berkolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan – Perdarahan arteri 250 ml
Pemberian RL 1000 ml melalui jalur – Cairan irigasi 1500 nacl 0,9 %
– Posisi pasien terlentang
– Nilai HB : 11,5 G/ dL
– TTV
TD : 160 / 82 mmHg
HR : 78 x / mnt
Temp : 35,1 0 C
RR : 18 x / mnt
SpO2 : 100 %
– Pasien diberikan RL 1000 ml melalu jalur IV
A : masalah resiko perdarahan teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Selasa 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, S : Pasien mengatakan masih mengatakan nyeri
kualitas, intensitas nyeri
14 Maret 2023 2. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan O :
memperingan nyeri
– Pasien tampak meringis
3. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri.
– Pasien masih tampak gelisah
4. Memberikan teknik nonfarmakologis
– Skala nyeri 5
5. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri – Pasien tampak rileks namun merasakan nyeri Kelompok 4
6. Berkaloborasi dengan dokter pemberian analgetik – Luka insisidi dexra mammae sampai axila sepanjang
Pct 1000 mg jalur iv 18 cm
Metodopramide 10 mg jalur iv – Pasien diberikan selimuthangat
– Pasien diberikan Pct 1000 mg jalur iv
– Metodopramide 10 mg jalur iv
– Pasien terpasang nacl 0.9 % dilengan kanan 20 tpm
American Cancer Society. 2014. Cancer Facts and Figures 2014. Atlanta:
American Cancer Society.1110
dr.Rusbandi Sarpini. (2017). Anotomi dan Fisiologi Tubuh Manusia Untuk
Paramedis (Edisi Revi). IN MEDIA.
Fayzun., F., Muna., A., Y., D. A. R., Novitasari., E., & Baihaqi., I. (2018).
Kanker Payudara.
Haryati, F., & Sari, D. N. A. (2019). Hubungan body image dengan kualitas
hidup pada pasien kanker payudara yang menjalankan kemoterapi. Health
Sciences and Pharmacy Journal, 3(2), 54.
https://doi.org/10.32504/hspj.v3i2.138
Helena Diana Putri. (2014). Asuhan Kebidanan Ibu Menyusui Dengan Abses
Payudara Di Pmb Kusmini Lampung Utara. Paper Knowledge . Toward a
Media History of Documents, 5(2), 40–51.
Kebayantini, N. L. N., Punia, I. N., Zuryani, N., Nugroho, W. B., Kamajaya, G.,
& S.M, N. M. A. (2017). Sadari dan perilaku hidup sehat sebagai upaya
pencegahan kanker dikalangan mahasiswi UNUD (sebuah laporan
pengabdian masyarakat). Jurnal Ilmiah Widya Sosiopolitika, 3(1), 107–
116.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/widya/article/download/61430/37953/
Kobina, E., Edzie, M., Dzefi-tettey, K., Gorleku, P. N., Amankwa, A. T., Aidoo,
E., Agyen-mensah, K., Idun, E. A., Quarshie, F., Kpobi, J. M., Kusodzi,
H., Edzie, R. A., & Asemah, A. R. (2021). Evaluation of the Clinical and
Imaging Findings of Breast Examinations in a Tertiary Facility in Ghana.
Nurarif, amin huda, & Kusuma, H. (2015). cancer mammae.
Nurarif,amin huda, & Kusuma, H. (2018). Cancer Mammae.
http://www.perawatciamik.com/2018/03/laporan-pendahuluan-ca- mamae-
nanda-nic.html?view=timeslide
Panigroro, S., Hernowo, B. S., & Purwanto, H. (2019). Panduan
Penatalaksanaan Kanker Payudara (Breast Cancer Treatment Guideline).
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(4), 1–50.
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKPayudara.pdf
Rosida, A. (2020). Asuhan Keperawatan Pasien dengan CA Mammae yang Di
Rawat Di Rumah Sakit. In Journal of Chemical Information and Modeling
(Vol. 53, Issue 9). http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1047/1/K TI
Amalia Rosida.pdf
Rustamadji, P., Wiyarta, E., & Bethania, K. A. (2021). CD44 Variant Exon 6
Isoform Expression as a Potential Predictor of Lymph Node Metastasis in
Invasive Breast Carcinoma of No Special Type. 2021.
Swasri, A. A. K. (2021). Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Ny. Y Dengan
Carsinoma Mammae Post Operasi Modified Radical Mastectomy Di
Ruang Angsoka …. 1105–1112.
http://repository.poltekkesdenpasar.ac.id/id/eprint/7579
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik (Edisi 1). Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan (Edisi 1). Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (Edisi 1). Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.