Anda di halaman 1dari 111

SEMINAR AWAL

PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN


DI RUANG SAKURA RSUD RS dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

OLEH:
Kelompok Sakura 2 Group II B:

1. Bella Azsaria 2022-04-14901-007


2. Bombom Prayoga 2022-04-14901-009
3. Jenny Amsal 2022-04-14901-032
4. Kriswanto Ciko 2022-04-14901-039
5. Lisa Margaretha 2022-04-14901-043
6. Valentino 2022-04-14901-066
7. Windy Widiya 2022-04-14901-074
8. Yuni Elia Kartika 2022-04-14901-078

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2023
SEMINAR AWAL

PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN


DI RUANG SAKURA RSUD RS dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Pada Pendidikan Profesi Ners


Stase Manajemen Keperawatan

OLEH:
Kelompok Sakura 2 Group II B:

1. Bella Azsaria 2022-04-14901-007


2. Bombom Prayoga 2022-04-14901-009
3. Jenny Amsal 2022-04-14901-032
4. Kriswanto Ciko 2022-04-14901-039
5. Lisa Margaretha 2022-04-14901-043
6. Valentino 2022-04-14901-066
7. Windy Widiya 2022-04-14901-074
8. Yuni Elia Kartika 2022-04-14901-078

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2023
LEMBAR PERSETUJUAN
Kami yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
1. Bella Azsaria 2022-04-14901-007
2. Bombom Prayoga 2022-04-14901-009
3. Jenny Amsal 2022-04-14901-032
4. Kriswanto Ciko 2022-04-14901-039
5. Lisa Margaretha 2022-04-14901-043
6. Valentino 2022-04-14901-066
7. Windy Widiya 2022-04-14901-074
8. Yuni Elia Kartika 2022-04-14901-078
Prodi : Profesi Ners
Judul Praktik Kegiatan Manajemen Keperawatan Di Ruangan Sakura RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya
:

Telah melaksanakan Proposal Akhir sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Stase Menajemen Keperawatan Program Studi Ners Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTEK
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Septian Mugi Rahayu, Ners, M.Kep. Dina Rusydiah, S.Kep., Ners.


LEMBAR PENGESAHAN
Kami yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
1. Bella Azsaria 2022-04-14901-007
2. Bombom Prayoga 2022-04-14901-009
3. Jenny Amsal 2022-04-14901-032
4. Kriswanto Ciko 2022-04-14901-039
5. Lisa Margaretha 2022-04-14901-043
6. Valentino 2022-04-14901-066
7. Windy Widiya 2022-04-14901-074
8. Yuni Elia Kartika 2022-04-14901-078
Prodi : Profesi Ners
Judul Praktik Kegiatan Manajemen Keperawatan Di Ruangan Sakura RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya
:

Telah melaksanakan Proposal Akhir sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Stase Menajemen Keperawatan Program Studi Ners Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTEK
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Septian Mugi Rahayu, Ners, M.Kep. Dina Rusydiah, S.Kep., Ners.

Mengetahui
Ketua Program Studi Ners
Meilitha Carolina, Ners, M.Kep

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan Manajemen
Keperawatan di Ruang Dahlia RSUD RS dr. Doris Sylvanus Palangka Raya ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penyusunan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas state Manajemen
Keperawatan pada Program Profesi Ners. Selain itu, laporan ini bertujuan untuk
menambah wawasan bagi pembaca maupun kami sebagai penulis. Sehingga pada
waktu yang akan datang materi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa pelaksanaan dan penyusunan Proposal Keperawatan
ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu drg. Yayu Indriaty, Sp.KGA selaku direktur RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.
2. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes. selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
3. Ibu Meilitha Carolina.,Ners. selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan.
4. Ibu Septian Mugi Rahayu, Ners, M.Kep selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberi saran dan bimbingannya dalam menyelesaikan Diseminasi
Akhir.
5. Ibu Dina Rusydiah, S.Kep.,Ners. Selaku pembimbing klinik yang telah banyak
memberi saran dan bimbingannya dalam menyelesaikan Diseminasi Awal ini
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu dalam pelaksanaan penulisan Diseminasi Awal ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Diseminasi Awal ini masih jauh dari
sempurna. Maka dengan ini penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak.
Palangka Raya, 2 Mei 2023

Kelompok 2 Group IIB


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan
sebagai fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respons yang ada harus bersifat
kondusif dengan pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah konkret dalam
pelaksanaannya. Praktek keperawatan profesional yang diterapkan di Rumah Sakit
diharapkan dapat memperbaiki asuhan keperawatan yang diberikan untuk pasien
dimana lebih diutamakan pelayanan yang bersifat interaksi antar individu, pernyataan
tersebut juga sesuai dengan ciri-ciri dari pelayanan keperawatan profesional yaitu
memiliki otonomi, bertanggung jawab, dan bertanggung gugat (accountability),
menggunakan metode ilmiah, berdasarkan standar praktik dan kode etik profesi, dan
mempunyai aspek legal. Manajemen Asuhan Keperawatan Profesional merupakan
suatu praktek keperawatan yang sesuai dengan kaidah ilmu menejemen modern
dimana kaidah yang dianut dalam pengelolaan pelayanan keperawatan di ruang
manajemen asuhan keperawatan profesional adalah pendekatan yang dimulai dengan
perencanaan. Perencanaan di ruang manajemen asuhan keperawatan profesional
adalah kegiatan perencanaan yang melibatkan seluruh personil (perawat) ruang model
asuhan keperawatan profesional mulai dari kepala ruang, ketua tim dan anggota tim
(perawat pelaksana), dalam menerapkan praktek keperawatan profesional karena bisa
memberikan asuhan keperawatan yang terbaik kepada klien namun karena berbagai
kendala terutama reward yang belum didapatkan dan dirasakan oleh perawat.
Pelayanan keperawatan yang diberikan model asuhan keperawatan profesional
memiliki pedoman dan dasar yang dapat dipertanggungjawabkan bukan atas dasar
kehendak perawat sendiri dimana pelayanan yang diberikan disesuaikan dengan
masalah pasien sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat efektif dan efisien
sesuai sasaran masalah yang terjadi pada pasien, asuhan keperawatan yang diberikan
pada pasien yaitu meliputi pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual jadi meliputi segala
aspek kehidupan dari pasien tersebut baik dari kesehatan fisik/jasmaninya,
pikirannya, interaksi sosialnya maupun keagamaannya.
Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan menjadi
bagian terdepan dari pelayanan kesehatan yang menentukan kualitas pelayanan
ditatanan pelayanan di rumah sakit (Nursallam, 2011). Perawat sebagai profesi yang
mempunyai kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan selama 24 jam
secara berkesinambungan yang melibatkan klien, keluarga maupun profesi atau
tenaga kesehatan yang lain. Manajemen diperlukan guna tercapainya pelayanan
keperawatan berkualitas. Untuk mewujudkan pelayanan keperawatan yang
berkualitas, pengelolaan pelayanan keperawatan haruslah mendapat perhatian secara
menyeluruh. Kualitas pelayanan keperawatan dalam tatanan pelayanan di rumah sakit
dipengaruhi banyak faktor. Faktor-faktor tersebut haruslah dapat dikelola secara
efektif dan efisien dengan menggunakan proses manajemen, khususnya manajemen
keperawatan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka kami mencoba menerapkan kembali MAKP
sesuai standar di Ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. MAKP
yang nantinya diharapkan dapat diaplikasikan diruangan akan melaksanakan role play
yang meliputi supervisi, ronde keperawatan, timbang terima, sentralisasi obat, dan
dokumentasi dengan melibatkan perawat ruangan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah dilaksanakannya praktik penerapan MAKP, mahasiswa mampu
mengerti, memahami serta menerapkan konsep teori model pemberian asuhan
keperawatan profesional yang sesuai dengan prinsip MAKP.
1.2.2 Tujuan Khusus
Dengan melaksanakan kegiatan program profesi Ners pada stase Manajemen
Keperawatan, mahasiswa mampu:
1. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan
2. Mampu mengumpulkan data tentang ketenagaan, pasien, model pemberian
asuhan keperawatan, dan dokumentasi.
3. Mampu menganalisis data dengan pendekatan SWOT
4. Mampu menyusun rencana strategis berdasarkan masalah yang ditemukan
dengan menggunakan Model Asuhan Keperawatan Profesional
5. Mampu melaksanakan penerapan model prima: bermain peran, overran, ronde
keperawatan, sentralisasi obat, supervise dan evaluasi kepuasan pasien.
6. Evaluasi keperawatan
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Bagi Mahasiswa
1. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga dapat
memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan.
2. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan Model Manajemen
Asuhan Keperawatan Profesional yang diaplikasikan
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekuarangan penerapan
Model Manajemen Asuhan Keperawatan Profesional
4. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan menyusun
rencana strategi.
5. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model asuhan
keperawatan professional
1.3.2 Bagi Perawat Ruangan
1. Melalui praktek profesi manajemen keperawatan dapat diketahui masalah-
masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan Manajemen Asuhan Keperawatan
Profesional.
2. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
3. Terbinanya hubungan yang baik antara perawat dengan perawat, perawat
dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
4. Tumbuh dan terbinanya akuntanbilitas dan disiplin diri perawat.
1.3.3 Bagi Pasien dan Keluarga
1. Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang memuaskan.
2. Tingkat kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan tinggi.

1.3.4 Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai bahan masukan dan gambaran tentang pengelolaan ruangan dengan
pelaksanaan Model Manajemen Asuhan Keperawatan Profesional Tim.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Manajemen Keperawatan


2.1.1 Definisi Manajemen Keperawatan
Manejemen dapat di definisikan sebagai suatu proses koordinasi dan intergrasi
sumber daya keperawatan dengan menerapakan proses manajamen untik mecapai
perawatan, tujuan pelayanan dan objektif. (Nursalam 2014)
Manajemen keperawatan adalah suatau tugas khusus yang harus dilaksanakan
oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan
serta mengawasi sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan
masyarakat (Suyanto, 2008).
Munijaya (2004), menyatakan bahwa manajemen mengandung tiga prinsip
pokok yang menjadi ciri utama penerapannya Yaitu efisien dalam femamfaatan
sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan
organisasi, dan rasioanal dalam pengambilan keputusan manajerial.
Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif, karena
manajemen adalah pengguna waktu yang efektif, keberhasilan rencana perawat
manajer klinis, yang mempunyai teori atau sistematik dari prinsip dan metode yang
berkaitan pada institusi yang besar dan organisasi keperawatan di dalamnya, termasuk
setiap unit.Teori ini meliputi pengetahuan tentang misi dan tujaun dari institusi tetap
dapat memerlukan pengembangan atau perbaikan termasuk misi atau tujauan devisi
keperawatan.Dari pernyataan pengertian yang jelas perawat manajer mengembangkan
tujuan yang jelas dan realistis untuk pelyanan keperawatan (Swanburg, 2000).
Menurut swanbrurg (2000), keterampilan manajemen dapat di klasifikasikan
dalam tiga tingkat yaitu:
1) Keterampilan intelektual, yang meliputi kemampuan atau penguasaan teori,
keterampilan berfikir.
2) Keterampilan teknikal meliputi: metode, prosedur atau tekni.
3) Keterampilan interpersonal, meliputi kemampuan kepemimpinan dalam
berinteraksi dalam individu ataun kelompok.
2.1.2 Fungsi Manajemen Keperawatan
Pada fungsi manajemen keperawatan terhadap beberapa elemen utama yaitu
Planning (Perencanaan), Organisasi (Pengorganisasian), Staffing (Kepegawaian),
Directing (Pengarahan), Controling (Pengendalian/Evaluasi).
2.1.2.1 Planning (Perencanaan)
Fungsi Planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam
manaejemen, oleh karena fungsi ini akan menetukan fungsi manajemen lainnya.
Menurut Muninjayqa, (1999) fungsi perencanaan merupakan lanadasan dasar
dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak
mungkin fungsi mkanajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik.
Perencanaan akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua
pekerjaan yang akan di jalankan, siapa yang akan melekukan, dan kapan akan di
lakukan. Perencanaan merupakan tuntuna terhadap proses pencapaian tujuan
secara efektif dan efisien. Swaburg (2000), mengatakan bahwa Planning adalah
memutuskan seberapa luas akan di lakukan, bagaiman melakukan dan siapa yang
melakukannya.
Di bidang kesehatan perencanaan dapat di definisikan sebagai proses
untuk menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di amsyarakat
menetukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan
program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai
tujuan yang telah di tetapkan tersebut.
1) Tujuan perencanaan
(1) Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan
(2) Agar penggunaan dan fasilitas tersedia lebih efektif
(3) Membatu dalam koping individu dengan situasi kritis
(4) Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
(5) Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan akan datang
(6) Dapat di gunakan untuk menentukan kebutuhan untuk berubah
(7) Penting untuk melakukan yang lebih efektif
2) Tahap dalam perencanaan
(1) Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektip
(2) Analisa situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta
(3) Mengidentifikasi masalah dan penetapan prositas masalah
(4) Merumuskan tujauan program dan besarnya target yang ingin di capai
(5) Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam pelaksanaan
program
(6) Menyusun rencana kerja operasianal (RKO)
3) Jenis perencanaan
(1) Perencanaan strategi
Perencanaan strategi merupakan suatu proses keseimbangan, proses yaitu
sistematis dalam pembuatan dan pemgambilan keputusan mas kini dengan
kemungkinan pengetahuan yang paling besar dari efek-efek perencanaan pada
masa depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu untuk melaksakan
keoputusan ini terhadap hasil yang di harapkan melalui mekanisme umpan balik
yang dapat di percaya. Perencanaan strategis dalam keperawatan bertujuan
untuk memperbaiki alokasi sumber-sumber yang langka, termasuk uang dan
waktu, dan mengatur pekerjaan devisi keperawatan.
(2) Perencanaan operasional
Perencanaan operasional mengraikan aktivitas dan prosedur yang akan di
gunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menetukan siapa
orang-orang yang bertanggungjawab untuk setiap aktivitas dan prosedur.
Menggambarkan cara menyiapkan orang-oraang untuk bekerja dan juga standar
untuk mengevakuasi perawat pasien. Di dalam perencanaan operasional terdiri
dari dua bagian yaitu rencana tetap dan rencana sekali pakai.Rencana tetap
adalah rencana yang sudah ada dan menjadi pedoman di dalam kegiatan setiap
hari, yang terdiri dari kebijaksanaan, standar prosedur operasional dan
peraturan.Sedangkan rencana sekali pakai terdiri dari program dan proyek.

(3) Manfaat perencanaan


a) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan lingkungan
b) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan
c) Memudahkan kordinasi
d) Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasional
secara jelas
e) Membantu penempatan tanggung jawab lebih cepat
f) Membantu tujuan lebih khusus, lebih rinci dan mudah di pahami
g) Meminimumkan pekerjaan yang tidak passti
h) Menghemat waktu dan dana
(4) Keuntungan perencanaan
a) Mengurangi aatau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif
b) Dapat di pakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang di capai
c) Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajmen lainnya terutama
fungsi keperawatan
d) Memodifikasi gaya manajemen
e) Fleksibelitas dalam pengambilan keputusan
(5) Kelemahan perencanaan
a) Perencanaan mempunyai keterbatsan dalam hal ketepatan informasi dan
fakta-fakta tentang masa yang akan datang
b) Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak
c) Perencanaan mempunyai hambtan psikologis
d) Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif
e) Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu di ambil
2.1.2.2 Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisaian adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan
dan mengatut berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang
seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi
pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek
personil, finansial, materila dan tata cara dalam rangka dalam mencapai tujuan yang
telah di tetapkan (Muninjaya, 1999). Berdasrkan penjelasan tersebut, organisasi dapat
di pandang sebagai rangkian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah
bagi setiap kegiatan usaha kerja sama dengan jalan membagikan dan
mengelompokkan pekerjaan yang harus di laksanakan serta menyusun jalinan
hubungan kerja di antara para pekerjanya.
1) Manfaat pengorganisasian
a) Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok
b) Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasian tersebut
melalui kegiatan yang di lakukannya
c) Pendelegasian wewenang
d) Pemafaatan staff dan fsilitas fisk
2) Langkah pengorganisasian
a) Tujuan organisasi harus di pahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang dalam
fungsi perencanaan
b) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai
tujuan
c) Menggolongkan kegiatan pokok dalam suatu satuan-satuan kegiatan yang
praktis
d) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus di laksanakan oleh staf dan
menyediakan fasilitas yang di perlukan
e) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas
f) Mendelegasikan wewenang
3) Staffing (kepegawaian)
Merupakan metologi pengaturan staf, proses yang teratur, sistematis
berdasarkan rasional yang di terapkan untuk menentukan jumlah personil suatu
organisasi yang di butuhkan dalam situasi tertentu (Swanburg, 2000). Proses
pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen pengaturan staff adalah sistem kontrol
penjadwalan, dan sistem informasi manajemen keperawatan (SIMK). SIMK meliputi
lima elemen yaitu kualitas perawatan pasien. Karateristik dan kebutuhan perawat
pasien, pikiran suplay tenaga perawat yang di perlukan.Logistik dari pada program
pengaturan staf dan kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang di berikan.
Dasar perencanaan untuk pengaturan staf pada suatu unit keperawatan
mencakup personil keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam jumlah yang
mencukupi dan adekuat, memberikan pelayanan pada semua pasien selama 24 jam
sehari, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu dalam setahun. Kebutuhan khusus
individu, dokter, waktu dan lamanya ronde, jumlah rest, obat-obatan dan pengobatan,
jumlah dan jenis pembedahan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas personil
perawat yang di perlukan akan mempengaruhi penempatan mereka.
Pengaturan staf juga di pengaruhi oleh organisasi devisi keperawatan.
Rencana harus di tinjau ulang dan di perbaharui umtuk mengatur depertemen
bereporasi secara efisien dan ekonomis dengan pernyataan misi, filosofi, dan objektif
tertulis, struktur organisasi, fungsi dan tanggung jawab, kebijakan dan prosedur
tertulis, pengmbangan program staff efektif, dan evaluasi periodik terencana.
Komponen yang termasuk dalam fungsi staffling adalah prinsip rektrumen,
seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi pasien
pengekrutan merupakan proses pengumpulan sejumlah pelamar yang berkualifikasi
Untuk pekerjaan di perusahaan melalui serangkaian aktivitas.Tujuan
orientasi pegawai baru adalah untuk membantu perawat dalam menyesuaikan
diri pada situasi baru.Produktivitas meningkatkan karena lebih sedikit orang
yang dibutuhkan jika mereka terorientasi pada situasi kerja. Penjadwalan siklus
merupakan salah satu cara terbaik yang dipakai untuk memenuhi syarat distribusi
waktu kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada cara ini dibuat pola waktu dasar
untuk minggu-minggu tertentu dan diulang pada siklus berikutnya. Jadwal
modifikasi kerja mingguan menggunakan shift 10-12 jam dan metode lain yang
biasa.
4) Directing (pengarahan)
Pengarahan adalah sehubungan antara aspek-aspek individual yang
ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan untuk dapat dipahami
dan membagi pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang
nyata.Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam keberhasilan
manajemen.Menurut stokdill dalam Swanburg (2000), kepemimpinan adalah
suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya
dan menyusun dan mencapai tujuan. Gardner dalam Swanburg (2000)
menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses persuasi dan memberi
contoh sehingga individu (pimpinan kelompok) membujuk kelompok untuk
mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.
Seorang manager yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus
mampu untuk memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak membaca,
memiliki kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan organisasi, dan
menggerakkan (memotivasi) staffnya agar mereka mampu melaksanakan tugas-
tugas pokok organisasi. Menurut Lewin dalam Swanburg (2000) terdapat
beberapa macam gaya kepemimpnan yaitu:
1) Aotokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri.Mereka lebih cenderung
menyelesaikan tugas daripada memperhatikan kariawan. Kepemimpinan ini
cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan
menghilangkan inisiatif.
2) Demokrasi
Pemimpinkan bawahanya dalam proses pengambilan keputusan mereka
berorientasi pada bawahan danmenitikberatkan pada hubungan antara manusia dan
kerja kelompok. Kepemimpinan demokrasi meningkatkan produktivitas dan
keputusan kerja.
3) Laisse faire
Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang
memberikan bimbingan kepada staf.Pemimpin tersebut membantu kebebasan pada
setiap orang dan menginginkan setiap orang senang.Hal ini dapat mengakibatkan
produktifitas rendah dan kariawan frustasi.
Manejer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan perilaku yang
merangsang motivasi pada para pemiliknya, mempraktekkan keperawatan profesional
dan tenaga perawat lainnya.Perilaku ini termasuk promosi autonomi, membuat
keputusan dan manajemen partisivasi oleh perawat profesional.
e. Controlling ( pengendalian/evaluasi )
Fungsi pengawasan atau pengendalian (controling) merupakan fungsi yang
terakhir dalam proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat dengan fungsi
lainya. Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah terjadi
sesuai dengan rencana yang di tetapkan/disepakati, intruksi yang telah di
keluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk
menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki ( Fayol, 1998 ).
Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk
menetapkan standaryang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan
mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan yang
digunakan dengan cara yang paling efektif dan efisien dalam pencampaian
tujuan perusahaan ( Mockler, 2002 )
Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat segala sesuatu
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati instruksi yang diberikan,
serta prinsip-prinsip yang telah dilakukan (Urwick, 1998). Tugas seorang
manajemen dalam usahanya menjalankan dan mengembangkan fungsi
pengawasan manajerial perlu memperhatikan prinsif sebagai berikut:
1) Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah
diukur, menempati jam kerja.
2) Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya
mencapai tujuan organisasi.
3) Standar untuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf,
sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komintmen
terhadap kegiatan program.
4) Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk menyakinkan bahwa
sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta alat
untuk memperbaiki kinerja .
5) Terdapat 10 karakteristik suatu sistem kontrol yang baik:
a) Harus menunjukan sifat dari aktivitas
b) Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera
c) Harus memandang ke depan
d) Harus menunjukan penerimaan pada titik kritis
e) Harus objektif
f) Harus fleksibel
g) Harus menunjukan pola organisasi
h) Harus ekonomis
i) Harus mudah dimengerti
j) Harus menunjukan tindakan perbaikan
Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap tingkat manajer.
Sebagai contoh, manajer perawat kepala dari satu unit bertanggung jawab mengenai
kegiatan operasional jangka pendek termasuk jadwal harian dan mingguan, dan
penugasan, serta pengguanaan sumber-sumber secara efektif. Kegiatan-kegiatan
control dutujukan untuk perubahan yang cepat. Dua metode pengukuran yang di
gunakan untuk mengkaji mencapai tujuan-tujuan keperawatan adalah:
1) Analisa Tugas
Kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang tersusun
dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran.Hanya mengkur
dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa
tugas dalam keperawatan.
2) Kontrol kualitas
Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat akibat
dari pelayanan keperawatan.Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat
dilaksanakan dengan tepat, maka akan di peroleh manfaat :
(1) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai
dengan standar atau rencana kerja
(2) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf
dalam pelaksanaan tugas tugasnya
(3) Dapat di ketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi
kebutuhan dan teleh digunakan secara benar
(4) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi
dan latihan lanjutan
2.1.3 Prinsip dasar Manajemen Keperawatan
1) Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan
2) Tahap perencanaan atas pembuatan tujuan, pengalokasian anggaran, identifikasi
kebutuhan pegawai, dan penetapan struktur organisasi
3) Selama proses perencanaan, yang dapat dilakukan oleh pimpinan keperawatan
adalah menganalisis dan mengkaji system, mengatur strategi organisasi dan
menentukan tujuan jangka panjang dan pendek, mengkaji sumber daya
organisasi, mengidentifikasi kemampuan, yang ada dan aktifitas yang spesifik
serta prioritasnya
4) Manajemen keperawatan dilandaskan melalui penggunaan waktu yang efektif
5) Manajemen keperawatan melibatkan pengmbilan keputusan
6) Manajemen keperawatan harus terorganisasi
7) Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif
8) Komunikasi yang dilakukan secara efektif mampu mengurangi kesalahpahaman,
dan akan diberikan persamaan pandangan arah dan pengertian di antara pegawai
dalam suatu tatanan organisasi
9) Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan
2.1.4 Komponen manajemen Keperawatan
1) Input
Dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi, personel,
peralatan dan fasilitas.
2) Proses
Pada umumnya merupakan kelompok manajer dari tingkat pengelola
keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan
wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Proses merupakan kegiatan
yang cukup penting dalam suatu system sehingga mempengaruhi hasil yang
diharapkan suatu tatanan organisasi.
3) Output
Umumnya dilihat dari hasil atau kualitas pemberian askep dan pengembangan
staf, serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran.
4) Kontrol
Diperlukan dalam proses manajemen keperawatan sebagai upaya meningkatkan
kualitas hasil. Kontrol dalam manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui
penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat,
pembuat prosedur yang sesuai standard akreditasi.
5) Mekanisme umpan balik
Mekanisme umpan balik diperlukan untuk menyelaraskan hasil dan perbaikan
kegiatan yang akan datang. Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan
keuangan, audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja
perawat.

2.2 Sumber Daya Manusia (M1/ MAN)


2.2.1 Umur
Semakin tua usia seseorang karyawan semakin kecil kemungkinan keluar dari
pekerjaan, karena semakin kecil alternatif untuk memperoleh kesempatan pekerjaan
lain. Disamping itu karyawan yang bertambah tua biasanya telah bekerja lebih lama,
memperoleh gajih yang lebih besar dan berbagai keuntungan lainnya. Hubungan usia
dengan kinerja atau produktivitas di percaya menurun dengan bertambahnya usia. hal
ini disebabkan karena keterampilan keterampilan fisiknya sudah mulai menurun
tetapi produktivitas seseorang tidak hanya tergantung pada keterampilan fisik serupa
itu. Karyawan yang bertambah tua, bisa meningkat produktivitasnya karena
pengalaman dan lebih bijaksana dalam mengambil keputusan (Nursalam 2014).
2.2.2 Jenis Kelamin
Beberapa isu yang sering diperdebatkan, kesalahpahaman dan pendapat-
pendapat tanpa dukungan mengenai apakah kinerja wanita sama dengan pria ketika
bekerja. Misalnya ada/tidaknya perbedaan yang konsisten pria-wanita dalam
kemampuan memecahkan masalah, keterampilan, analisis, dorongan, motivasi,
sosialbilitas atau kemampuan bekerja (Robbins, 2001).
Secara umum diketahui ada perbedaan yang signifikan dalam produktivitas
kerja maupun dalam kepuasan kerja, tetapi dalam masalah absen kerja karyawati
lebih sering tidak masuk kerja darai pada laki-laki (Anonim, 2005). Alasan yang
paling logis adalah karena secara tradisional wanita memiliki tanggung jawab urusan
rumah tangga dan keluarga.Bila ada anggota keluarga yang sakit atau urusan sosial
seperti kematian tetangga dan sebagainya, biasanya wanita agak sering tidak masuk
kerja.
2.2.3 Masa kerja
Banyak studi tentang hubungan antara senioritas karyawan dan
produktivitas.meskipun prestasi kerja seseorang itu bisa di telusuri dari prestasi kerja
sebelumnya, tetapi sampai ini belum dapat di ambil kesimpulan yang meyakinkan
antara dua variabel tersebut.Hasil riset eanunjukkan bahwa suatu hubungan yang
positifantara senioritas dan produktivitas pekerjaan.Masa kerja yang di ekspresikan
sebagai pengalaman kerja, tampaknya menjadi peramal yang baik terhadap
produktivitas kariyawan.Studi juga menunjukkan senioritas berkaitan negatif dengan
kemangkiran.Masa kerja hubungan negatif dengan keluar masuknya karyawan dan
sebagai salah satu peramal tunggal paling baik tentang luar masuknya karyawan
(Mangkunegara, 2003).
2.2.4 Pendidikan
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dalam Hasbullah (2005) yaitu
tuntunan didalam tumbuhnya anak anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak anak itu, agar mereka sebagai
manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keslamatan dan
kebahagian yang setinggi tingginya. Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber
daya keperawatan adalah melalui pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mengikuti
pelatihan perawatan keterampilan teknis atau keterampilan dalam hubungan
interpersonal.Sebagian besar pendidikan parawat adalah vokasional (D3
Keperawatan).
Untuk menjadi perawat profesional, lulusan SLTA harus menempuh pendidikan
akademik S1 Keperawatan dan Profesi Ners.Tetapi bila ingin menjadi perawat
vokasional (Primary Nurse) dapat mengambil D3 Keperawatan / akademi
keperawatan.Lulusan SPK yang masih ingin menjadi perawat harus segera ke D3
keperawatan atau langsung ke S1 keperawatan dan Ners.Dari pendidikan S1 dan Ners
baru ke Magister keperawatan/spesialis dan Doktor/konsultan.
2.2.5 Pelatihan Kerja
Secara umum pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang
menggambarkan suatu proses dalam pengembangan organisasi maupun masyarakat.
Pendidikan dengan pelatihan merupakan suatu rangkaian yang tak dapat dipisahkan
dalam sistem pengembangan sumber daya manusia, yang di dalamnya terjadi proses
perencanaan penempatan, dan pengembangan tenaga manusia. Dalam proses
pengembangannya di upayakan agar sumber daya manusia dapat di berdayakan
secara maksimal, sehingga apa yang menjadi tujuan dalam memenuhi kebutuhan
hidup manusia tersebut dapat terpenuhi.
Moekijat juga menyatakan bahwa ‘’pelatihan adalah suatu bagian pendidikna
yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan
di luar sistem pendidikan yang berlaku,dalam waktu yang relatif singkat dan dengan
metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori.
Alex S. Nitisemito mengungkapkan tentang tujuan pelatihan sebagai usaha
untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingka laku dan pengetahuan, sesuai
dengan keinginan individu, masyarakat, maupun lembaga yang bersangkutan.Dengan
demikian pelatihan dimaksudkan dalam pengertian yang lebih luas dan tidak terbatas
semata mata hanya untuk mengembangkan keterampilan dan bimbingan
saja.Pelatihan di berikan dengan harapan individu dapat melaksanakan pekerjaannya
dengan baik. Seseorang yang telah mengikuti pelatihan dengan baik biasanya akan
memberikan hasil pekerjaan lebih banyak dan baik pula dari pada individu yang tidak
mengikuti pelatihan.
Dengan demikian, kegiatan pelatihan lebih di tekankan pada peningkatan
pengetahuan, keahlian / keterampilan (Skill), pengalaman, dan sikap peserta pelatihan
tentang bagaimana pelaksanaan aktivitas atau pekerjaan tertentu hal ini sejalan
dengan pendapat Henry Simamora yang menjelaskan bahwa latihan merupakan
serangkaian aktivitas yang di rancang untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan,
pengalaman ataupun perubahan sikap seseorang individu atau kelompok dalam
menjalankan tugas tertentu.

2.3 Sarana dan Prasarana (M2)


Sarana adalah segala sesuatu yang dapat di pakai sebagai alat dalam mencapai
maksud atau tujuan. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan
penunjang utama terselanggaranya suatu proses (Usaha, pembangunan, proyek).
Untuk lebih membedakan keduanya, sarana lebih di tunjukkan untuk benda benda
yang bergerak seperti computer dan mesin mesin sedangkan prasarana lebih di
tunjukkan untuk benda benda yang tidak bergerak seperti gedung.
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat di pakai sebagai alat dan bahan untuk
mencapai maksud dan tujuan dari suatu proses produksi. Prasarana adalah segala
sesuatu yang merupakan penunjang utama terselanggaranya produksi.
2.3.1 Ruang Lingkup sarana dan Prasarana
1) Peralatan/ perlengkapan yang berbentuk lembaran
Peralatan/ perlengkapan yang berbentuk lembaran/ helayan, yaitu kertas HVS, kertas
polio bergaris, kertas karbon, kertas stensil, formulir, kertas berkop, plastik
transfaran, kertas karton, kertas buffalo, amplop dan map.
2) Peralatan/ perlengkapan berbentuk non lembaran
Peralatan atau perlengkapan yang berbentuk non lembaran (bukan berupa kertas
lembaran), yaitu pulpen, pensil, spidol, penghapus, penggaris, rautan, gunting,
pemotong kertas (Cutter), pembuka surat (Letter Opener), pelubang kertas dll.
3) Peralatan / perlengkapan berbentuk buku
Peralatan / perlengkapan yang berbentuk buku, antara lain :
a) Buku catatan (block note), yaitu buku untuk menulis catatan harian
sekretaris.
b) Buku pedoman organisasi, yaitu buku panduan tentang informasi yang
berkaitan dengan organisasi, mulai sejarah, struktur, produk dan jasa,
hingga prosedur kerja.
c) Buku agenda surat, yaitu buku yang mencatat keluar masuknya surat sehari
hari.
4) Peralatan/ perlengkapan kantor di lihat dari penggunaaannya:
a) Barang habis pakai
Barang habis pakai adalah barang / benda kantor yang penggunaannya hanya
satu / beberapa kali pakai atau tidak tahan lama. Contoh : kertas, tinta,
karbon, klip, pensil dan pulpen.
b) Barang tidak habis pakai
Barang yang tidak habis pakai adalah barang / benda kantor yang
penggunaannya tahan lama. Contoh : staples, perforator, cutter, dan
gunting.

2.4 M3 Metode Asuhan Keperawatan


2.4.1 Penerapan MAKP
Model perawatan Primary Nursing merupakan salah satu model praktek
keperawatan professional dimana perawat bertanggung jawab penuh terhadap
asuhan keperawatan yang di berikan kepada pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar Rumah Sakit.Model ini mendorong kemandirian perawat, ada
kejelasan antara pembuat rencana asuhan keperawatan dan pelaksana asuhan
keperawatan selama pasien di rawat.Model ini di tandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang di tugaskan
untuk merencanakan, melakukan dan kordinasi asuhan keperawatan selama
pasien di rawat.Konsep dasar dan model ini adalah tanggung jawab dan
tanggung gugat.Berikut sistem pemberian asuhan keperawatan Primary Nursing.
Berdasarkan hasil pengkajian, kelompok menerapkan model asuhan keperawatan
primera adapun bagan model asuhan keperawan adalah sebagai berikut:

SARANA RS
TIM MEDIS DAN TIM KEPALA
LAIN RUANGAN

PERAWAT PERAWAT
PRIMER PRIMER
PERAWAT PERAWAT

KLIEN KLIEN

Kelebihan :
1) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
2) Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri
3) Pasien merasa diperlakukan sewajarnya karena terpenuhinya kebutuhan secara
individu
4) Tercapainya pelayanan kesehatan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan
proteksi, informasi dan advokasi (Gillies, 1989 )
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan
yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan pengambilan
keputusan yang tepat , menguasai keperawatan klinik, Akontable serta mampu
berkulaborasi dengan berbagai disiplin profesi.

2.4.1.1 Pembagian Tugas


Job Descriptian Model Praktek Keperawatan primary nursing
1) Kepala Ruangan
Seorang perawat profesional yang diberi wewenang dan tanggung jawab
dan mengelola kegiatan pelayanan perawatan di satu ruang rawat.
Tugas pokok : Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan
keperawatan di ruang rawat yang berada di wilayah tanggung jawabnya.
Uraian Tugas :
(1) Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi
a) Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga lain sesuai
kebutuhan
b) Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang di perlukan sesuai
kebutuhan.
c) Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/asuhan keperawatan yang
akan di selenggarakan sesuai kebutuhan pasien.
(2) Melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan, meliputi :
a) Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan ruang rawat
b) Menyusun dan mengatur daptar dinas tenaga perawatan dan tenaga lain
sesuai kebutuhan dan ketentuan atau peraturan yang berlaku
c) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga baru atau tenaga lain yang
bekerja di ruangan rawat
d) Member pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai ketentuan/standart
e) Mengkoordinir seluruh kegiatan yang ada dengan cara berkerja sama dengan
berbagai pihak yang terlibat dalam pelayanan di ruang rawat
f) Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksana perawatan dan tenaga lain
yang berada di wilayah tanggung jawabnya.
g) Meningkatkan penetahuan dan keterampilan di bidang perawatan antara lain
melalui pertemuan ilmiah
h) Mengenal jenis dan kegunaan barang/peralatan serta mengusahakan
pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar tercapai pelayanan yang optimal
i) Menyusun permintaan rutin : kebutuhan alat, obat dan bahan lain yang di
perlukan di ruang rawat
j) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu dalam
keadaan siap pakai
k) Mempertanggung jawabkan pelaksanaan inpentarisasi peralatan
l) Melaksanakan prgram orientasi kepada pasien dan keluarganya meliputi
penjelasan tentang peraturan rumah sakit, tata tertip ruangan, fasilitas yang
ada dan cara penggunaannya serta kegiatan sehari-hari di ruangan
m)Mendampingi dokter selama kunjungan keliling ( visite dokter )
Untuk pemeriksaan pasien dan mencatat program pengobatan, serta
menyampaikan kepada staf untuk melaksanakannya.
n) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatanya di ruangan perawat
menurut tingkat kegawatannya, infeksi dan non infeksi untuk memudahkan
pemberian asuhan keperawatan.
o) Mengadakan pendekatan kepada semua pasien yang dirawat untuk
mengetahui keadaannya dan menampung keluhan serta membantu
memecahkan masalah yang di hadapinya.
p) Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan perawatan belangsung.
q) Memberi penyuluhan kesehatan terhadap pasien atau kelurga dalam batas
kewenangan.
r) Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan perawatan berlangsung.
s) Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan dan asuhan
keperawatan dan kegiatan lain yang dilakukan secara tepat dan benar untuk
tindakan perawatan selanjutnya.
t) Mengandalkan kerjasama yang baik dengan kepala ruangan yang lain,
seluruh kepala bidang, kepala bagian, kepala instalasi dan kepala unit
dirumah sakit.
u) Menciptakan dan memelihara suasana yang baik antara petugas, pasien dan
keluarganya, sehingga memberikan ketenangan.
v) Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan.
w) Memeriksa dan meneliti pengisian daftar permintaan makanan berdasarkan
macam dan jenis makanan pasien, kemudian memeriksa dan meneliti ulang
sesuai dengan diitnya.
x) Memelihara buku register dan berkas catatan medik.
y) Membuat laporan harian dan bulanan mengenai pelaksanaan kegiatan asuhan
keperawatan, serta kegiatan lain diruang rawat.
(3) Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian, meliputi:
a) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah
ditentukan.
b) Melaksankan penilaian terhadap upaya peningkatan pengetahuan dan
keterampilan dibidang perawatan.
c) Mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan perawatan serta
obat-obatan secara efektif dan efisien.
d) Mengawasi pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan
keperawatan serta kegiatan lain diruang rawat.
2) Perawat Primer
Seorang perawat yang diberikan wewenang dan ditugaskan untuk memberikan
pelayanan keperawatan secara komprehensif kepada klien.
Tugas pokok:
(1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif.
(2) Membuat tujuan dan rencana kegiatan perawatan.
(3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama praktek bila diperlukan.
(4) Mengkomonikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh
disiplin ilmu maupun perawat lain.
(5) Mengepaluasi keberhasilan asuhan keperawatan.
(6) Mendampingi dokter selama visite untuk pemeriksaan pasien dan untuk
mencatat program pengobatan.
(7) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial
dimasyarakat.
(8) Melaporkan segala suatu mengenai keadaan klien baik lisan maupun tertulis.
(9) Membuat jadwal perjanjian klinik.
(10) Mengadakan kunjungan rumah bila perlu.
(11) Mempersiapkan pasien pulang.
(12) Membuat laporan harian.
3) Perawat Associate
Seorang perawat yang diberikan wewenang dan ditugaskan untuk memeberikan
pelayanan keperawatan langsung kepada kien.
Tugas pokok:
(1) Memberikan pelayanan secara langsung berdasarkan proses keperawatan dengan
sentuhan kasih sayang.
a) Melaksanakan tindakan keperwatan yang telah disusun.
b) Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan.
c) Mencatata dan melaporkan semua tindakan perawatan dan respon klien pada
catatan perawatan.
(2) Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab.
a) Pembelian obat
b) Pemeriksaan laboratorium
c) Persiapan klien yang akan dioperasi.
(3) Memperhatikan keseimbangan fisik, mental dan spiritual dari klien:
a) Memelihara kebersihan klien dan lingkungan.
b) Mengurangi penderitaan klien dengan memberikan rasa aman, nyaman dan
ketenangan.
c) Pendekatan dengan komunikasi terapeutik.
(4) Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi tindakan
keperawatan dan pengobatan serta diagnostik.
(5) Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai kemampuanya.
(6) Memberi pertolngan segera kepada pasien gawat atau sakaratul maut.
(7) Membantu kepala ruangan dan perawat primer dalam ketatalaksanaan ruangan
serta administratif.
a) Menyiapkan data klien baru pulang atau meninggal.
b) Sensus harian dan formulir.
c) Pendekatan dengan komunikasi terapeutik.
(8) Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada diruangan
(9) Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan dan keindahan
ruangan.
(10) Melaksankan tugas dinas pagi/sore/malam secara bergantian.
(11) Memberi penyuluhan kesehatan kepada klien tentang penyakitnya
2.4.1.2 Klasifikasi Tingkat Ketergantungan Pasien (berdasarkan teori D. Orem: Self-
Care Deficit)
1) Minimal Care
a) Pasien bisa mandiri/ hampir tidak memerlukan bantuan:
(1) Mampu naik-turun tempat tidur
(2) Mampu ambulasi dan berjalan sendiri
(3) Mampu makan dan minum sendiri
(4) Mampu mandi sendiri/ mandi sebagian dengan bantuan
(5) Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)
(6) Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan
(7) Mampu BAB dan BAK dengan sedikit bantuan
b) Status psikologis stabil
c) Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik
d) Operasi ringan
2) Partial Care
a) Pasien memerlukan bantuan perawatan sebagian
(1) Membutuhkan bantuan 1 orang untuk naik-turun tempat tidur
(2) Membutuhkan bantuan untuk ambulasi dan berjalan
(3) Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
(4) Membutuhkan bantuan untuk makan (disuap)
(5) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
(6) Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
b) Post operasi minor (24 jam)
c) Melewati fase akut dari post operasi mayor
d) Fase awal dari penyembuhan
e) Observasi tanda-tanda vital dalam 4 jam
f) Gangguan emosional ringan
3) Total Care
a) Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu
perawatan yang lebih lama
(1) Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur ke
kereta dorong/ kursi roda
(2) Membutuhkan latihan pasif
(3) Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi terapi intravena (infus) atau NGT
(sonde)
(4) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
(5) Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
(6) Dimandikan perawat
(7) Dalam keadaan inkontinensia, menggunakan kateter
2.4.1.3 Konsep Penghitungan Ketenagaan (Ratna Sitorus, 2002)
Tabel 2.1 jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat
Klasifikasi Pasien
Jumlah Pasien Minimal Parsial Total
Pagi siang Malam Pagi siang Malam Pagi siang Malam

2.4.1.4 BOR (Bed Occupation Rate)


Tabel 2.2 Penghitungan jumlah tempat tidur dan BOR
Rumus Perhitungan BOR:
BOR= Jumlah pasien
x 100%
Jumlah TT
2.4.2 Timbang Terima
Timbang terima adalah suatu acara dalam menyampaikan dan menerima
suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan klien.Timbang terima merupakan
kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian shift.Selain laporan antar
shift, dapat disampaikan juga informasi- informasi yang berkaitan dengan
rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan, (Nursalam, 2002).
Conference adalah diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik dan
kegiatan konsultasi.Conference dilakukan sebelum dan sesudah melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien.Pre conference adalah diskusi tentang aspek
klinik sebelum melaksanakan asushan keperawatan pada pasien.Post conference
adalah diskusi tentang aspek klinik sesudah melaksanakan asuhan keperawatan
pada pasien.
Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-
masalah secara kritis da menjabarkan alternatif penyelesaian masalah,
mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan
untuk menyusunkan rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan
diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara yang efektif
untuk koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak
terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan
(Marelli, et. al, 1997).
Tujuan pre conference adalah:
1) Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan
asuhan dan merencanakan evaluasi hasil.
2) Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan
3) Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien
Tujuan post conference adalah:
Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah dan
membandingkan masalah yang dijumpai.
Syarat pelaksanaan:
1) Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan post
conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan
2) Waktu efektif yang dilakukan 10-15 menit
3) Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,
perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan
4) Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, PP, dan PA (Jean, et. al,
1973)
Pedoman pelaksanaan conference:
1) Sebelum dimulai, tujuan conference harus dijelaskan
2) Diskusi harus mencerminkan proses dan dinamika kelompok
3) Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga fokus diskusi tanpa mendominasi
dan memberikan umpan balik
4) Pemimpin harus merencanakan topik yang penting secara periodik
5) Ciptakan suasana diskusi yang mendukung peran serta, keinginan mengambil
tanggung jawab dan menerima pendekatan serta pendapat yang berbeda
6) Ruang diskusi diatur sehingga dapat tatap muka pada saat diskusi
Pada saat menyimpulkan conference, ringkasan diberikan oleh pemimpin dan
kesesuainnya dengan situasi lapangan
2.4.2.1 Tujuan
1) Menyampaikan kondisi atau keadaan klien secara umum
2) Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya
3) Tersusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

2.4.2.2 Langkah-Langkah
1) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
2) Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-hal apa
yang akan disampaikan
3) Perawat primer menyampaikan kepada penanggungjawab shift selanjutnya
meliputi:
a) Jumlah pasien: jumlah pasien baru, jumlah pasien lama dan pasien pulang
b) Identitas pasien dan diagnosa medis
c) Masalah keperawatan
d) Data yang mendukung
e) Tindakan keperawatan yang sudah/ belum dilakukan
f) Rencana umum/ catatan khusus yang perlu dilakukan pemeriksaan penunjang,
konsultasi, prosedur tindakan tertentu
4) Penyampaian operan di atas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru
5) Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama-sama secara langsung
melihat keadaan klien
2.4.2.3 Prosedur Timbang Terima
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi:
1) Persiapan
a) Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap
b) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
2) Pelaksanaan
Timbang terima dilaksanakan oleh perawat primer kepada perawat primer yang
menggantikan jaga pada shift berikutnya:
a) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan
b) Di nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima
dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta
hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan
c) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat jaga
berikutnya
d) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah:
(1) Identitas klien dan diagnosa medis
(2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul
(3) Data fokus (keluhan subjektif dan objektif)
(4) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
(5) Intervensi kolaboratif dan dependensi
(6) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya.
e) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi tanya
jawab terhadap hal-hal yang ditimbang-terimakan dan berhak menanyakan
mengenai hal-hal yang kurang jelas
f) Penyampaian saat timbang terima secara jelas dan singkat
g) Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada
kondisi khusus yang memerlukan penjelesan yang lengkap dan rinci
h) Kepala ruangan dan semua perawat keliling ke tiap pasien dan melakukan
validasi data tidak lebih dari 5 menit.
3) Penutup
a) Kembali ke nurse station, klarifikasi data setelah keliling ke tiap pasien
b) Tanda tangan perawat dan kepala ruangan di lembar timbang terima
c) Laporan/ handover alat-alat yang dimiliki.

2.4.3 Ronde Keperawatan


2.4.3.1 Pengertian Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan klien, dilakukan dengan melibatkan pasien untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh perawat primer dengan konselor kepala ruangan, perawat
assosiate serta melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2011).
2.4.3.2 Manfaat
1) Masalah pasien dapat teratasi
2) Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3) Terciptakannya komunitas keperawatan yang profesional
4) Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan
5) Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan benar.
2.4.3.3 Kriteria Klien
Klien yang dipilih untuk melakukan ronde keperawatan adalah klien yang
memiliki kriteria sebagai berikut:
1) Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan
tindakan keperawatan
2) Klien dengan kasus baru atau langka
2.4.3.4 Peran Masing-masing Anggota Tim
1) Perawat primer (PP) dan perawat assosiate (PA)
a) Menjelaskan data klien yang mendukng masalah klien
b) Menjelaskan diagnosis keperawatan
c) Menjelaskan intervensi yang dilakukan
d) Menjelaskan hasil yang didapat
e) Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil
f) Menggali masalah-masalah klien yang belum terkaji
2) Perawat Konselor
a) Memberikan justifikasi
b) Memberikan reinforcement
c) Memvalidasi kebenaran dari masalah intervensi keperawatan serta rasional
tindakan
d) Mengarahkan dan koreksi

2.4.4 Discharge Planning


2.4.4.1 Pengertian
Perencanaan pulang (discharge planning) merupakan suatu proses yang
dinamis dan sistematis dari penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan
untuk memberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan
sosial sebelum dan sesudah pulang (Carpernito, 1990).
Perencanaan pulang atau discharge planning merupakan proses
terintegrasi yang terdiri dari fase-fase yang ditujukan untuk memberikan asuhan
keperawatan yang berkesinambungan (Raden dan Traft, 1990).
2.4.4.2 Tujuan Discharge Planning
Menurut Jipp dan Sirass (1999) perencanaan pulang (discharge planning)
bertujuan untuk:
1) Menyiapkan klien secara fisik, psikologis dan sosial
2) Meningkatkan kemandirian klien
3) Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan kepada klien
4) Membantu rujukan klien pada sistem pelayanan yang lain
5) Membantu klien dan keluarga agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap
dalam mempertahankan status kesehatan klien
6) Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan masyarakat
2.4.4.3 Manfaat Discharge Planning
Menurut Spath (2003), discharge planning mempunyai manfaat:
1) Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada klien yang
dimulai dari rumah sakit
2) Dapat memberikan tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk menjamin
kontinuitas perawatan klien
3) Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan klien
dan mengidentifikasi kekambuhan dan kebutuhan perawatan baru
4) Membantu kemandirian klien dalam kesiapan melakukan perawatan dirumah
2.4.4.4 Komponen Discharge Planning
1) Kontrol (waktu dan tempat)
2) Perawatan di rumah
Meliputi pemberian pengajaran atau pendidikan kesehatan (health education)
mengenai diet, aktivitas dan istirahat, perawatan diri, perawatan luka. Pemberian
pembelajaran disesuaikan dengan tingkat pemahaman klien dan keluarga
mengenai perawatan di rumah.
3) Obat-obatan yang masih diminumkan dan jumlahnya
Pada klien yang akan pulang dijelaskan obat-obatan yang masih diminum, dosis, cara
pemberian, dan waktu yang tepat minum obat.

4) Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan luar sebelum MRS dan fotocopy hasil pemeriksaan selama MRS
dibawakan ke klien waktu pulang
a) Surat-surat seperti keterangan istirahat, surat keterangan dirawat RS, surat
kontrol dan lain-lainnya.
b) Rujukan pelayanan kesehatan terdekat.
2.4.4.5 Tindakan Discharge Planning
Tindakan perawatan yang diberikan pada waktu perencanaan pulang yaitu
meliputi:
1) Pendidikan (edukasi, reedukasi, reorientasi) pendidikan kesehatan diharapkan
bisa mengurangi angka kekambuhan dan meningkatkan pengetahuan klien
2) Program pulang bertahap
Bertujuan untuk melatih klien kembali ke keluarga dan masyarakat antara lain apa
yang harus dilakukan klien di rumah dan apa yang harus dilakukan keluarga
3) Rujukan
Integritas pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan langsung antara perawatan
community dengan rumah sakit sehingga dapat mengetahui perkembangan klien
di rumah.
2.4.4.6 Bagian dari Discharge Planning
Menurut Boyle (1999) discharge planning terdiri dari:
1) Memastikan klien berada di lokasi yang aman setelah klien pulang
2) Memutuskan perawatan klien lanjut yang dibutuhkan, asisten yang dibutuhkan
atau peralatan spesial yang diperlukan kemudian
3) Mengatur pelayanan keperawatan di rumah (home care)
4) Memilih tenaga kesehatan atau Puskesmas terdekat yang akan memonitor
kesehatan klien dan keperluan medis lainnya setelah tiba dirumah
5) Memberi pelajaran singkat kepada keluarga yang akan menjaga klien di rumah
tentang keterampilan yang diperlukan untuk merawat klien
6) Melaksanakan rentang perawatan antara RS dengan masyarakat.
2.4.4.6 Jenis Disharge Planning
1) Conditional diseharge (pulang sementara atau cuti), keadaan pulang ini
dilakukan apabila kondisi klien bagus tidak terdapat kompilikasi. Klien untuk
sementara dirawat di rumah namun dan pengawasan dari pihat rumah sakit atau
Puskesmas terdekat.
2) Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya), cara ini merupakan akhir
dari berhubungan klien denga rumah sakit. Namun apabila klien perlu dirawat
kembali maka prosedur perawatan dapat dilakukan kembali.
3) Judical discharge (pulang paksa) kondisi ini klien diperbolehkan pulang
walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi harus
dipantau dengan melakukan kerjasama dengan dengan perawat Puskesmas
terdekat. Pada ruang Palem II jika pasien menginginkan pulang paksa dahulu,
agar pihat rumah sakit tidak disalahkan jika ada risiko setelah di rumah.
4) Meneruskan dengan obat jalan.
5) Meninggal.
2.4.4.6 Komponen Perencanaan Pulang (Komponen Discharge Planning)
1) Pada saat pasien masuk ruangan :
(1) Menyambut kedatangan pasien
(2) Orientasi ruangan, jenis pasien, peraturan dan denah ruangan
(3) Memperkenalkan pasien pada teman sekamar, perawat, dokter dan tenaga
kesehatan lain
(4) Melakukan pengkajian keperawatan
(5) Menyampaikan kepada keluarga perkiraan lama masa perawatan
2) Selama masa perawatan :
(1) Pemeriksaan klinis dan penunjang yang lain
(2) Melakukan asuhan keperawatan berdasarkan masalah yang muncul sampai
dengan evaluasi perkembangan pasien selama dirawat
(3) Penyuluhan kesehatan penyakit, perawatan, pengobatan, diet, aktivitas,
kontrol

3) Persiapan pasien pulang :


(1) Perawatan di rumah
Meliputi pemberian pengajaran atau pendidikan kesehatan (health education)
mengenai atauran diet, aktiviatas istirahat, waktu dan tempat control.
Pembelajaran dilaksanakan sesuai tingkat pemehaman klien dan keluarga
mengenai perawatan selama klien dirumah nanti, perawatan lanjutan seperti
perawatan lula, NGT, dll
(2) Obat-obat yang masih dikonsumsi klien dan dosisnya
Penjelasan mengenal obat-obatan klien yang masih harus diminum dosis, cara
pemberian dan waktu yang tempat untuk minum obat, efek samping yang
mungkin muncul.
(3) Obat-obatan yang dihentikan
Pada pasien JPS atau Askes kalau ada obat-obatan yang tidak diminum lagi oleh
klien, dikembalikan ke depo farmasi dan untuk pasien umum mendapat ganti
berupa uang di apotek dia membeli obat.
(4) Hasil pemeriksaan
Hasil pemerksaan foto selama dirawat di RS dibawaah pulang pada klien, tetapi
untuk hasil pemeriksaan laborariom asli menjadi milik RS
(5) Surat-surat seperti: surat keterangan sakit, surat konttol, surat rujukan, dll
2.4.4.7 Tindakan Keperawatan pada Waktu Perencanaan Pulang
1) Mengkaji kebutuhan klien (fisiologis, psikologis, social dan cultural
2) Mengembangkan rencana keperawatan yang sudah diterapkan dan
mendokumentasikan strategi discharge.
3) Memberikan pendidikan kepala keluarga dank lien (Patrice 1999)
2.4.4.9 Peran Perawat Dalam Discharge Planning
1) Kepala Ruangan
(1) Membuka acara discharge palnning kepada pasien
(2) Menyetujui dan menandatangani format discharge planning

2) Perawat Primer
(1) Membuat rencana discharge planning
(2) Membuat leaflet dan menyiapkan kartu discharge planning
(3) Memberikan konseling
(4) Memberikan pendidikan kesehatan
(5) menyediakan format discharge planning
(6) Mendokumetasikan discharge planning
(7) Melaksanakan agenda discharge planning ( pada awal perawatan sampai
dengan akhir perawatan)
3) Perawat Associate
Ikut membantu melaksanakan discharge planning yang telah direncanakan oleh
perawat primer
2.4.4.10 Alur Discharge Planning

Dokter dan Tim PP dibantu PA


Kesehatan

Keadaan pasien :
1. Klinis dan pemeriksaan penunjang lain
2. Tingkat ketergantungan
Perencanan pulang

Penyelesaain administrasi Lain-lain

Program HE
- Kontrol dan obat/perawat
2.5 Pembiayaan (M4/ MONEY)
- Gizi
2.5.1 Kompensasi - Aktivitas dan istirahaqt
- Perawatterminology
Kompesansi merupakan diri luas yang berhubungan dengan
imbalan financial.Terminologi dalam kompesansi adalah:
1) Upah dan Gajih (wages) biasanya berhubungan dengan tariff gaji per jam. Gaji
(salary) umumnya berlaku untuk tariff bayaran mingguan, bulanan, atau tahunan
2) Intensif. Intensif (incentive) adalah tambahan kompensasi di atas atau diluar gaji
atau upah yang diberikan organisasi
3) Tunjangan
4) Fasilitas (Simamora, 2004)
2.5.2 Reward
Reward yaitu hadiah dan hukuman dalam situasi kerja, hadiah menunjukan
adanya penerimaan terhadapa perilaku dan perbuatan, sedangkan hukuman
menunjukan penolakian perilaku dan perbuatanya
Wahyuningsih (2009) juga mengidentifikasi reward adalah
penghargaan/hadiah untuk sesuatu hal yang tercapai. Fransisca (2006)
memfokuskan defenisi reward sebagai hadiah atau bonus yang diberikan karena
perestasi seseorang. Reward dapat berwujud banyak rupa. Paling sederhana
berupa kata-kata seperti pujiaan adalah salah satu bentuknya. Reward biasanya
digunakan untuk mengendalikan jam kerja seseorang dalam organisasi (Raharja.
2006).
Artinya, dengan reward seseorang bekerja dapat dilakukan tampa ada
kendali langsung dari pimpinan, melainkan dapat berjalan apa adanya sesuai
evaluasi kinerja sebelumnya, Selebihnya, dengan reward seseorang dapat
meningkatkan cara kerjanya tanpa harus dikendalikan pimpinan. Hal ini juga
ditegaskan Gouillart & Kelly dalam Raharja (2006) bahwa reward yang dapat
diperoleh atau di harapkan akan diperoleh sebagai konsekwensi dari apa
yangmereka kerjakan akan merubah perilaku manusia secara fundamental.

2.4.2 Punishment
Punishment adalah hukuman atas suatu hal yang tidak tercapai/ pelaggaran.
Hukuman seperti apa yang harus diberikan. Setip orang pasti pasti beda persepsi
dan beda pandapat (Wahyuningsih, 2009).
Punishmentmerupan penguatan yang negative, tetapi diperlukan dalam
perusahaan.Punishment yang dimaksud disini adalah tidak seperti hukuman di
penjara atau potomg tangan, tetapi punishment yang bersifat mendidik.Selain itu
punishment juga juga merupakan alat pendidikan regresif, artinya punishment ini
digunakan sebagai alat untuk menyadarkan karyawan kepada hal-hal yang benar.
Ngalin purwanto (1988:238) membagi punishment dua macan yaitu:
1) Hukum prefentif
Yaitu hukuman yang dilakukan dengan maksud atau supaya tidak terjadi
pelanggaran.Hukuman ini bermuksud untuk mencegah agar tidak terjadi
pelanggaran, sehingga hal ini dilakukannya sebelum terjadi pelanggaran
dilakukan.Contoh perintah, larangan, pengawasan, perjanjian dan ancaman.
2) Hukuman refresif
Yaitu hukuman yang dilakukan, oleh karena adanya pelangaran, oleh adanya
dosa yang telah diperbuat.Jadi hukuman itu terjadi setelah terjadi kesalahan.
2.6 Pemasaran (M5/MUTU)
2.6.1 Indeks Kepuasan Masyarakat
Kepuasan masyarakat merupakan factor yang sangat penting dan
menentukan keberhasilan suatu badan usaha karena masyrakat adalah konsumen
dari produk yang dihasilkannya. Hal ini didukung oleh pernyataan Hoffman dan
Beteson (2011) , yaitu: “without custumers, the servis film has no reason to
exist”. Definisi kepuasan masyarakat menurut women (2011): “ Costomers
satisfaction is difined as the overall attitudes regarding goods or servis after its
acquisition and uses”.oleh karena itu, badan usaha harus memenuhi kebutuhan
dan keingginan masyarakat sehinga mencapai kepuasan masyrakat lebih jauh
lagi kedepannya dapat di capai kesetian masyrakat. Sebab, bila tidak ada
memenuhi kebutuhan dan kepuasan masyrakat sehinga menyebabkan
ketikapuasaan masyarakat mengakibatkan kesetian masyarakat akan suatu
produk menjadi luntur dan beralih keproduk atau layanan yang disediakan oleh
badan usaha yang lain.
Pelayanan public yang prefesional, artinya pelayanan public yang dicirikan
oleh adanya akuntabilitas dan responbilitas dari pemberi layanan (aparatur
pemerintah) dengan cirri sebagai berikut
a) Efektif
b) Sederhana
c) Keterbukaan
d) Efisiensi
e) Ketepatan waktu
Berkembang era servqual juga member inspirasi peemerintah Indonesia untuk
memperbaiki adan meningkatkan kinerja pelayan sector public. Salah satu produk
peraturan pemerintah terbaru tentang pelayanan public yang telah dikeluarkan untuk
melakukan penilaain dan evaluasi terhadap kinerja unit pelayanan public instansi
pemerintah dalah keputusan menteri pendayagunaan aparatur Negara nomor: KEP-
25/M.PAN/2/2004 tanggal 24 februari 2004 tentang pedoman penyusunan indeks
kepuasaan masyarakat unit pelayan instansi pemerintah ke-14 indikator yang akan
dijadikan instrument pengukuran berdsarkan keputusan menteri pendayagunaan
aparatur Negara di atas adalah sebagai berikut:
a) Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.
b) Persyaratan pelayan, yaitu persyaratan teknis dan adminnistrasi yang diperlukan
untuk mendapatkan peayanan sesuai dengan jenis pelayanan
c) Kejelasan petugas pelayanan, yaitu beradaan dan kepastian petugas yang
memberikan pelayanan (nama, jabatan, serta kewenangan dan tanggung jawab).
Kedisiplinan petugas pelalanan terutama terhadap kossistensi waktu kerja sesuai
ketentuan yang berlaku.
d) Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan ketrampilan yang
dimilikipetugas dalam memberikan/menyelesainkan pelayanan kepada
masyarakat
e) Kecepatan pelayanan, yaitu targer waktu pelayanan dapat diselsaikan dalam
waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelengara pelayanan.
f) Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak
membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani
g) Kesopananan dan keramahan petugas, yiitu sikap dan perilaku petugas dalam
memberikan pelayanan.
h) Kewajaran biaya pelaayanan, yaitu keterjangkau masyrakat terhadap besarnya
biaya yang telah itetapkan unit pelayanan unit kesehatan.
i) Kepastiaan biaya pelayanan, yitu kesuain anatara biaya yang dibayarkan
j) Kepastiaan jadwal pelayanan.
k) Kenyamana lingkungan.
l) Keamanan pelayanan.
2.6.2 Hak Dan Kewajiban Pasien
2.6.2.1 Hak Pasien
1) Hak untuk memperoleh informasi meliputi:
a) Dignosa penyakit yang di deritanya
b) Tindakan medis yang akan atau telah dilakukan
c) Kemungkinan penyakit yang akan timbul sebagai akibat tersebut serta
tindakan untuk mengatasinya
d) Perkiraan biaya pengobatan
2) Hak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya, sesuai
dengan yang berlaku di rumah sakit pelabuhan Palembang.
3) Hak untuk memberikan persetujuan/menolak untuk tidakan penriksaan yang
dilakukan atas dirinya sehubungan dengan penyakit yang dideritanya
4) Hak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar profesi
kedokteran.
5) Hak mendapat pelayanan yang manusiawi tanpa diskriminasi
6) Berhak memperoleh asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar profesi
keperawatan
7) Hak atas Privacy dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk rekam
mesisnya
BAB 3
ANALISA SITUASI

Dalam bab ini akan disajikan tentang tahapan proses manajemen keperawatan
yang meliputi pengumpulan data, analisa SWOT, dan identifikasi masalah.
3.1 Gambaran Umum BLUD RS dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Perkembangan RSUD dr Doris Sylvanus dimulai pada tahun 1959 dengan
adanya kegiatan klinik di rumah bapak Abdul Gapar Aden, Jl Suta Negara
Nomor 447 yang dikelolanya sendiri dibantu oleh isterinya ibu Lamus Lamon.
Nama dr. Doris Sylvanus sendiri diambil nama seorang dokter pertama asli
Kalimantan Tengah.
Pada tahun 1960 Klinik pindah ke Jl. Suprapto (rumah mantan Kepala
Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Tengah) dan pada tahun 1961 pindah lagi
di Jl Bahutai Dereh (sekarang Jl. dr Sutomo Nomor 9) dan berubah menjadi
Rumah Sakit kecil berkapasitas 16 tempat tidur yang dilengkapi dengan
peralatan kesehatan beserta laboratorium.
Sampai dengan tahun 1973 Rumah Sakit Palangka Raya masih dibawah
pengelolaan/milik Pemerintah Dati II Kodya Palangka Raya dan selanjutnya
dialihkan pengelolaannya/menjadi milik Pemerintah Propinsi Dati I Kalimantan
Tengah.
Rumah Sakit terus dikembangkan menjadi 67 tempat tidur dan pada tahun
1977 secara resmi menjadi Rumah Sakit kelas D (sesuai dengan klasifikasi
Departemen Kesehatan RI) Kapasitas terus meningkat menjadi 100 tempat tidur
pada tahun 1978.
Pada tahun 1980 kelas Rumah Sakit ditingkatkan menjadi kelas C sesuai
dengan kriteria Departemen Kesehatan RI dan SK Gubernur Kalimantan Tengah
Nomor 641/KPTS/1980 dengan kapasitas 162 tempat tidur.
Sembilan belas tahun kemudian pada tahun 1999 sesuai Perda Nomor 11
tahun 1999 RSUD dr. Doris Sylvanus kelasnya ditingkatkan menjadi kelas B non
pendidikan walaupun belum diterapkan secara operasional karena pejabatnya
belum dilantik dengan dilantiknya pejabat pengelola pada 1 Mei 2001, maka
kelas B non pendidikan mulai diberlakukan secara operasional, pada Tahun 2011
RSUD dr. Doris Sylvanus terakreditasi 12 pelayanan dan menjadi Badan
Layanan Umum Daerah.
Pada tahun 2014 Rumah Sakit dr. Doris Sylvanus sudah menjadi Rumah
Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menteri Kesehatan RI Nomor HK
02.03/I/0115/2014 Tentang penetapan RSUD dr. Doris Sylavnus sebagai Rumah
Sakit Pendidikan.
3.1.1 Visi
Menjadi rumah sakit unggulan di Kalimantan.
3.1.2 Misi
1. Meningkatkan pelayanan yang bermutu prima dan berbasis Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi Kedokteran (IPTEKDOK).
2. Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang profesional dan berkomitmen
tinggi.
3. Meningkatkan prasarana dan sarana yang modern.
4. Meningkatkan manajemen yang efektif dan efisien.
5. Meningkatkan kualiatas pendidikan dan penelitian di bidang kedokteran dan
kesehatan.
3.1.3 Motto
“BAJENTA BAJORAH”
3.1.4 Tipe Rumah Sakit
RSUD dr Doris Sylvanus adalah Rumah Sakit kelas B pendidikan Rumah
Sakit ini mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis
terbatas. Rumah sakit ini juga menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit
kabupaten.
3.1.5 Data Performance Rawat Inap Per Ruangan RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya
Tabel 3.1 Data Performance Rawat Inap Per Ruangan RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya
No Nama Ruangan BOR LOS TOI BTO GDR NDR
(%) (hari) (hari) (kali) (0/00) (0/00)
1 Aster 93,8 4,0 0,3 80,3 39 22
2 Bougenvile 101,3 3,3 0,0 96,6 35 1
3 Teratai 93,8 4,0 0,3 80,3 39 22
4 Cempaka 81,9 2,9 0,8 79,7 2 1
5 Dahlia 87,1 5,2 0,8 56,4 13 8
6 Eedelweis 45,0 4,5 5,8 34,0 2 1
7 Flamboyan 76,2 2,8 0,9 89,3 8 3
8 Gardenia 66,2 5,1 2,8 43,4 82 3
9 Nusa Indah 93,7 3,3 0,2 101,6 25 11
10 Mawar 68,3 2,9 1,6 68,9 90 25
11 One Day Care 16,7 1,3 4,5 66,1 1 -
12 VIP I / Anggrek 138,1 3,9 1,2 116,9 12 6
13 VIP2 / Melati 110,3 4,0 0,4 84,4 20 14
14 VIP3 / Lavender 99,3 4,1 0,0 82,7 17 9
15 ICU 73,8 2,8 1,1 81,6 346 146
16 ICVCU 84,0 2,8 0,6 100,9 75 34

Tabel 3.2 Indikator Pelayanan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
NO INDIKATOR INDEKS
1 BOR 79,3 %
2 ALOS 3,4 hari
3 TOI 1 hari
4 BTO 75,6 kali
5 GDR 42,93679 ‰
6 NDR 14,540019 ‰
Sumber: Profil RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya tahun 2014.

3.1.6 Jenis Pelayanan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya


Pelayanan di Instalasi Rawat Jalan terdiri dari:
1. Klinik Penyakit Dalam
2. Klinik Kebidanan dan Kandungan
3. Klinik Bedah
4. Klinik Jantung dan Pembuluh Darah
5. Klinik Mata
6. Klinik THT-KL
7. Klinik MCU
8. Klinik Bedah Saraf
9. Klinik Gigi dan Mulut
10. Klinik Kulit dan Kelamin
11. Klinik Anak
12. Klinik Tumbuh Kembang
13. Klinik VCT
14. Klinik Urologi
15. Klinik Orthopedi
16. Klinik Paru
17. Klinik Jiwa
18. Klinik Gizi
19. Klinik Anak
20. Klinik Ortopedi
21. Klinik Onkologi
22. Klinik Bedah Digestif
23. Klinik Bedah Plastik
24. Klinik Saraf
25. Klinik Psikologi
26. Klinik PIE
27. Klinik Vaksin
28. Klinik Bedah Thorax
29. Klinik Gigi Periodonti
30. Klinik Gigi Endodonsi
31. Klinik Laboratorium Gigi
32. Klinik Gigi Pedodontis
33. Klin TB RO
Jam Pelayanan Loket:
Senin-Kamis : 06.30 – 12.00 WIB
Jumat : 06.30 – 09.30 WIB
Sabtu : 06.30 – 11.00 WIB
RSUD dr. Doris Sylvanus dalam melaksanakan pelayanan rawat inap
menyediakan 254 tempat tidur yang memenuhi kebutuhan masyarakat dari
pelayanan rawat inap kelas III sampai VIP karena RSUD dr. Doris Sylvanus
merupakan Rumah Sakit pemerintah daerah Provinsi Kalimantan Tengah dengan
salah satu tujuan memberikan pelayanan kepada masyarakat tidak mampu, maka
pelayanan rawat inap kelas III untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kurang
mampu disediakan 190 tempat tidur atau sebanyak 74,8 % dari seluruh tempat
tidur yang ada.
Untuk pasien yang memilih pelayanan kelas utama dan VIP disediakan 64
tempat tidur, untuk pelayanan di kelas utama dan VIP pasien dapat memilih
dokter spesialis sesuai yang diinginkan.
Untuk informasi mengenai tarif dan fasilitas rawat inap, pihak rumah sakit
menyediakan papan informasi yang dapat dilihat pada poliklinik rawat jalan dan
pada Instalasi rawat inap RSUD dr. Doris Sylvanus.
Ruang VIP I / Anggrek RSUD RS
dr. Doris Sylvnus.

Ruang VIP II/Melati RSUD RS dr.


Doris Sylvnus.

Ruang VIP III/Lavender RSUD RS


dr. Doris Sylvnus.

Ruang VIP 1/Sakura RSUD dr. Doris


Sylvnus.
Ruang ICVCU RSUD dr. Doris
Sylvnus.

Ruang ICU RSUD dr. Doris Sylvnus.

Ruang Kelas I RSUD RS dr. Doris


Sylvnus.

Ruang Kelas II RSUD dr. Doris


Sylvnus.
Ruang Kelas III RSUD dr. Doris
Sylvnus.

Gambar 3.1. Ruangan kelas yang ada di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

Pasien

IGD Poli Rawat jalan

MRS 1. Pelayanan
2. Terapi medis
3. Diagnostik
medis
Instalasi rawat inap 4. Keperawatan
5. Penunjang
medis
KRS 6. Gizi
7. Rehab medik

Dirujuk Pulang Dipulangkan Meninggal

Instalasi pemulasaran jenazah

Bagan 3.1. Alur Pelayanan pasien RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
3.2 Pengumpulan Data
3.2.1 Sumber Daya Manusia (M1- Man)
Analisis ketenagaan, jumlah tenaga keperawata dan non keperawatan, latar
belakang pendidikan, status kepegawaian, jabatan, jenis pelatihan yang diikuti,
struktur organisasi, kebutuhan tenaga perawat berdasarkan tingkat ketergantungan
pasien.
3.2.1.1 Struktur Organisasi
Ruangan Sakura BLUD RS dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dipimpin
oleh seorang kepala ruangan, 3 orang perawat penanggung jawab jaga, 16 orang
perawat pelaksana, 1 orang bagian administrasi, 3 orang yang bertugas sebagai
cleaning service (CS) dan 1 orang ituri. Adapaun struktur organisasinya adalah
sebagai berikut:

Kepala Ruangan
Fransiska, S.Kep., Ners.
Tata Usaha

PP Pagi (PJ Pagi) PP Sore (PJ Sore) PP Malam (PJ


Malam)

PA PA PA

PX PX PX

Bagan 3.2 Struktur organisasi Ruang Sakura RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya
Keterangan:
a. PP = Perawat primer, dimana di Ruang Sakura BLUD RS dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya dipakai dengan sebutan perawat penanggung
jawab jaga.
b. PA = Perawat associate, atau bisa disebut dengan perawat pelaksana.
c. PX = Pasien
3.2.1.2 Tenaga Perawat
Tabel. 3.3 Jumlah tenaga perawat di Ruang Sakura RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
Jenis Status Kepegawaian
No. Nama Pendidikan Jabatan Pelatihan yang Pernah Diikuti
Kelamin PNS Kontrak Volunter
1 Fransiska, S.Kep., Ners. P S1 Kep., Ners.  - - KARU
2 Dina Rusydiah, S.Kep., Ners. P S1 Kep., Ners.  - - PERAWAT

3 Oktarinai. L, S.Kep., Ners. P S1 Kep., Ners.  - - PERAWAT


4 Desi Pitrianty, S.Kep., Ners. L S1 Kep., Ners.  - - PERAWAT

5 Arlina. K, Amd. Kep. P D3 Kep  - - PERAWAT

6 Eli Susilawati, Amd. Kep. P D3 Kep  - - PERAWAT

7 Ekanalis, S.Kep., Ners. P S1 Kep. Ners  - - PERAWAT

8 Anila Syelvia, S.Kep., Ners. P S1 Kep. Ners -  - PERAWAT

9 Hengki, S.Kep., Ners. L S1 Kep. Ners -  - PERAWAT

10 Widasari Mutia Kinasih, Amd.Kep. P D3 Kep - -  PERAWAT

11 Yuliani, Amd.Kep. P D3 Kep  - - PERAWAT

12 Citra Dewi, Amd.Kep. P D3 Kep  - - PERAWAT

13 Natasya Lusiana, Amd.Kep. P D3 Kep  - - PERAWAT


14 Yeremia Abtanie, S.Kep., Ners. L S1 Kep. Ners  - - PERAWAT

15 Yaya Frisca, S.Kep., Ners. P S1 Kep. Ners  - - PERAWAT

16 Titin Artinasari, Amd.Kep. P D3 kep  - - PERAWAT

17 Sartika Sari, Amd.Kep. P D3 kep  - - PERAWAT


3.2.1.3 Tenaga Non Perawat
Tenaga non keperawatan yang berada di Ruang Sakura RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya, terdiri dari:
Tabel 3.4 Tenaga non perawat
No. Kualifikasi Jumlah
1. Tata Usaha (Medical record) 1 orang
2. Ahli gizi 1 orang
3. Cleaning service 2 orang
4. Ituri 1 orang

3.2.1.4 Tenaga Medis


Tenaga medis yang berada di Ruang Sakura RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya, terdiri dari:
Tabel 3.5 Tenaga Medis
No. Kualifikasi Jumlah
1 Dokter umum
2 Dokter bedah umum
3 Dokter spesialis jantung
4 Dokter bedah saraf
5 Dokter bedah tulang/ortopedi
6 Dokter urologi
7 Dokter Digestif
8 Dokter Onkologi
9 Dokter Gigi dan Mulut
3.2.1.5 Tenaga Mahasiswa Praktik
Tenaga Mahasiswa praktik pada bulan Mei di Ruang Sakura RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya, terdiri dari:
Tabel 3.6 Tenaga Mahasiswa Praktik
No. Kualifikasi Jumlah
1 Prodi Profesi Ners STIKES Eka Harap 17 Orang
Palangka Raya.
3 Prodi D4 Poltekkes Kemenkes Kemenkes 12 Orang
Palangka Raya

3.2.1.6 Pengaturan Ketenagaan


Jumlah tenaga yang diperlukan bergantung dari jumlah pasien dan tingkat
ketergantungannya. Klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi menjadi tiga
kelompok (Nursallam, 2011), yaitu:
Tabel 3.7 Klasifikasi dan Kriteria Pengaturan Ketenagaan

No. KLASIFIKASI DAN KRITERIA


1 Perawatan minimal (Minimal Care), memerlukan waktu 1-2
jam perhari.
a. Pasien bisa mandiri / hampir tidak memerlukan
bantuan:
1) Mampu naik – turun tempat tidur.
2) Mampu ambulasi dan berjalan sendiri.
3) Mampu makan dan minum sendiri.
4) Mampu mandi sendiri / mandi sebagian dengan
bantuan.
5) Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri).
6) Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit
bantuan.
7) Mampu BAB dan BAK dengan sedikit bantuan.
b. Status psikologis stabil.
c. Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik.
d. Operasi ringan.
2 Perawatan parsial (Partial/Intermediet Care), memerlukan
waktu 3-4 jam perhari.
a. Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian.
1) Membutuhkan bantuan 1 orang untuk naik- turun
tempat tidur.
2) Membutuhkan bantuan untuk ambulasi / berjalan.
3) Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan
makanan.
4) Membutuhkan bantuan untuk makan (disuap).
5) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut.
6) Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan
berdandan.
7) Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK
(tempat tidur / kamar mandi).
b. Post operasi minor (24 jam).
c. Melewati fase akut dari post operasi mayor.
d. Fase awal dari penyembuhan.
e. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam.
f. Gangguan emosional ringan.
3 Perawatan total (Total Care), memerlukan waktu 5-6 jam
perhari.
a. Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan
memerlukan waktu perawat yang lebih lama.
1) Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi
dari tempat tidur ke kereta dorong / kursi roda.
2) Membutuhkan latihan pasif.
3) Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui
terapi intra vena (infus) atau NG tube (sonde).
4) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut.
5) Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian
dan berdandan.
6) Dimandikan perawat.
7) Dalam keadaan inkontinensia, menggunakan
kateter.
b. 24 jam post operasi mayor
c. Pasien tidak sadar
d. Keadaan pasien tidak stabil
e. Observasi TTV setiap kurang dari 4 jam
f. Perawatan luka bakar
g. Perawatan kolostomi
h. Menggunakan alat bantu pernafasan (respirator)
i. Menggunakan WSD
j. Irigasi kandung kemih secara terus menerus
k. Menggunakan alat traksi (skeletal traksi)
l. Fraktur dan atau pasca operasi tulang belakang atau
leher
m. Gangguan emosional berat, bingung dan disorientasi

Kebutuhan tenaga keperawatan pada Ruang Sakura RSUD RS dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya berdasarkan pengkajian didapat hasil:
Tabel 3.8 Tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga perawat pada
tanggal 2 Mei 2023
Tingkat
Jumlah Kebutuhan Tenaga
Ketergantungan
Klasifikasi Jumlah
Pagi Sore Malam
Pasien Pasien
Minimal care 8 8 x 0.17 = 1,36 8 x 0.14 = 1,12 8 x 0.07 = 0,56
Partial care 7 7 x 0.27 = 1,89 7 x 0.15 = 1,05 7 x 0,10 = 0,7
Total care 1 1 x 0.36 = 0,36 1 x 0.30 = 0,30 1 x 0.20 = 0,20
Total 16 3,61 2,47 1,4

Total tenaga perawat


Dinas pagi : 5 orang
Dinas siang : 3 orang
Dinas malam : 3 orang
Jumlah : 11 orang
Jumlah perawat lepas dinas per hari :
86 x 11 = 3,1 (dibulatkan menjadi 3)
297

Ket: angka 86 merupakan jumlah hari libur atau


lepas dinas dalam 1 tahun, sedangkan 297
adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1
tahun.
Jumlah kebutuhan pegawai perawat perhari berdasarkan tingkat
ketergantungan klien menurut teori Douglas perhitungan tanggal 2 Mei
2023:
1. Pagi sebanyak 3,61 = 5 orang perawat
2. Siang sebanyak 2,47 = 3 orang perawat
3. Malam sebanyak 1,4 = 3 orang perawat

Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas pada tanggal 2 Mei di Ruang
Sakura RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya adalah 11 orang + 2 orang struktural
(ditambah dengan kepala ruangan 1 orang dan wakil kepala ruangan 1 ),
Jadi kebutuhan tenaga sudah mencukupi dari jumlah tenaga keperawatan yang ada
di Ruang Sakura RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
Tabel 3.9 Tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga perawat pada
tanggal 28 Maret 2022.
Tingkat
Jumlah Kebutuhan Tenaga
Ketergantungan
Klasifikasi Jumlah Klasifikasi Jumlah Klasifikasi
Pasien Pasien Pasien Pasien Pasien
Minimal care 8 Minimal care 8 Minimal care
Partial care 7 Partial care 7 Partial care
Total care 1 Total care 1 Total care
Total 16 Total 16 Total
Total tenaga perawat
Dinas pagi :5 orang
Dinas siang :3 orang
Dinas malam : 3 orang
Jumlah : 11 orang
Jumlah perawat lepas dinas per hari :
86 x 11 = 3,1 (dibulatkan menjadi 3)
297
Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas pada tanggal 2 Mei di Ruang
Sakura RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya adalah 11 orang + 2 orang struktural
(ditambah dengan kepala ruangan 1 orang dan wakil kepala ruangan 1 ), Jadi kebutuhan
tenaga sudah mencukupi dari jumlah tenaga keperawatan yang ada di Ruang Sakura RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
Pengumpulan data dalam hal ketenagaan di Ruang Sakura RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya dilakukan observasi dan wawancara secara langsung dengan kepala ruangan
dan perawat ruangan. Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat ruangan didapat data
bahwa perawat puas dengan struktur organisasi yang telah ada di ruangan, perawat
menyatakan bahwa pembagian tugas secara struktural sudah baik namun dalam
pelaksanaanya terkadang masih ada beberapa masalah terutama dalam pembagian peran ,
tugas serta wewenang masih tidak jelas, serta pada saat ruangan penuh sehingga banyak
tindakan yang harus dilakukan tapi masih bisa diatasi. Hasil wawancara dengan kepala
ruangan menyatakan bahwa kinerja perawat ruangan sudah baik, dalam pelaksaan tindakan
keperawatan tidak ada keluhan. Latar belakang pendidikan perawat ruangan terbanyak
adalah S1 Keperawatan atau S1 Keperawatan + Ners sebanyak 8 orang (termasuk kepala
ruangan), D3 keperawatan sebanyak 9 orang. Pembagian shif kerja (giliran jaga) dibagi
menjadi tiga shif yakni, shif pagi (07.00 – 14.00), shif sore (14.00 – 21.00) dan shift malam
(21.00 – 07.00). Kepala ruangan menyatakan bahwa rumah sakit telah memberikan
kebijaksanaan kepada perawat untuk mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi mengikuti seminar dan pelatihan keperawatan yang diatur
oleh Bidang Keperawatan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dan hasil rekomendasi
dari kepala ruangan. Pemerintah juga telah mengeluarkan kebijakan tentang
profesionalisme perawat mengingat tuntutan masyarakat akan kesehatan meningkat,
masyarakat juga membutuhkan pelayanan yang baik. BLUD RS dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya dan pemerintah mempunyai kebijakan untuk menerima pasien dari
golongan masyarakat tidak mampu.
Berdasarkan observasi Ruangan Sakura RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
dipimpin oleh seorang kepala ruangan, 2 orang perawat penanggung jawab jaga, 10 orang
perawat pelaksana, seorang tata usaha serta 1 orang yang bertugas sebagai cleaning service
(CS) 2 orang. Menurut kepala ruangan, petugas tata usaha yang ada belum bekerja secara
efektif sehingga untuk urusan administrasi pasien lebih banyak dilakukan oleh perawat
penanggung jawab jaga, sehingga beban kerja perawat penanggung jawab jaga (perawat
primer) mempunyai beban tugas yang berlebih. Perawat mendapatkan kesempatan cuti
tahunan yang diatur oleh kepala ruangan, jadi tidak ada perawat yang mendapatkan cuti
pada kesempatan yang bersamaan. Ruang Sakura RSUD dr. Doris Sylvanus merupakan
ruangan khusus untuk kasus-kasus bedah.

3.2.1.7 Angka Kejadian Kasus di Ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya
Jumlah 2 penyakit terbanyak yang dialami pasien pada bulan Mei 2023
(berdasarkan hasil sensus petugas di Ruang Sakura RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya).
Tabel 3.10 Daftar 3 penyakit terbanyak di Ruang Sakura RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya pada bulan Mei 2023.
No. Jenis Penyakit
1. Diabetes mellitus
2. CHF
3. Hipovolemik
4. CKD
Dari tabel di atas data kasus terbanyak di Ruang Sakura periode 2 Mei 2023 yang
terbanyak adalah Diabetes Melitus, CHF, Hipovolemik dan CKD
3.2.2 Sarana dan Prasarana (M2-Material)
2.2.2.1 Lokasi dan Denah Ruangan
Lokasi penerapan proses managerial keperawatan yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran managemen keperawatan mahasiswa Profesi Ners STIKES EKA HARAP
diruang Sakura RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya dengan uraian sebagai berikut:
Batas :
Sebelah Timur : Gardenia
Sebelah Selatan : Hemodialisa (HD)
Sebelah Barat :Dahlia
Sebelat Utara : ICVCU
SELASAR
TEMPAT DUDUK
PINTU
MASUK
RUANG PERTEMUAN RUANG DOKTER
R. KONSELING KELAS 2
/RUANG KARU KAMAR 1
RUANG MHASISWA
PANTRY

KELAS 3 RUANG SPOLHOOK RUANG MAHAISWA KELAS 1


KAMAR 1 KAMAR 4

RUANG CUCI TANGAN GUDANG INVENTARIS

KELAS 1
KELAS 3 RUANG ADMINISTRASI RUANG OBAT KAMAR 3
KAMAR 2

WC TEMPAT LINEN

RUANG TEMPAT OBAT KELAS 1


KEBERS SEMENT KAMAR 2
IHAN ARA

KELAS 1
KAMAR 1
RUANG RUANG KAMAR
PERA NURSE STATION
AC ALAT
WAT

VIP 4 VIP 2

TANGGA

VIP 3 VIP 1
2.2.2.2 Peralatan dan Fasilitas
a. Fasilitas untuk pasien
1) Secara keseluruhan ruang dahlia memiliki 41 tempat tidur terdiri dari :
a) Ruang kelas 1 : 4 ruangan 6 bed/ruangan
b) Ruang kelas 2 : 1 ruangan 4 bed/ruangan
c) Ruang kelas 3 : 2 ruangan 11 bed/ruangan
2) Bantal : 25 buah
3) Kursi roda : 2 buah
4) Kamar mandi dan wc : 17 buah
5) Wastafel : 17 buah
6) Lemari pasien : 25 buah
7) Urinal / pispot : 11 buah
b. Fasilitas untuk petugas kesehatan
1) Kamar mandi dan wc : 1 kamar
2) Wastafel : 1 buah
3) Gudang : 1 Kamar
4) Ruang Kepala Ruangan : 1 kamar
5) Ruang perawat administrasi : 1 kamar
6) Telepon : 1 buah
7) Kipas angin : 3 buah
8) Kasur : 3 buah
c. Alat medic

Tabel 3.11 Data Alat Medik di Ruang Dahlia


Fasilitas

Kondisi
No Jenis Barang Jumlah Rusak Rusak Ideal Usula
Baik
Ringan Berat n
1 Ranjang Pasien 42 buah √ √
2 Kasur Pasien 42 buah √ √
3 Kasur Decubitus 2 buah √ √
4 Suction 2 buah √ √
5 EKG 2 buah √ √
6 Lampu Rontgen 1 buah √ √
7 Glucotest 1 buah √ √
8 Blood Pressure 2 buah √ √
9 Regulator Oksigen 42 buah √ √
10 Kursi Roda 4 buah √ √
11 Brankard Pasien 2 buah √ √
12 Tiang Infus 42 buah √ √
13 Nebulizer 1 buah √
Ditambah
14 Ambu Bag Adult 1 buah √ √ 1
15 Pispot (stickpan) 5 buah √ √
16 Reflek Hammer 1 buah √ √
17 Standar Waskom
2 buah √ √
(doubel)
18 Stetoscop 4 buah √ √
18 Tourniquet 1 buah √
20 Troli 6 buah √ √ Ditambah
21 Waskom 6 buah √ √ 2
22 Medical Lighting 1 buah √ √
23 Timbangan dewasa 1 buah √
24 Bed Side Cabinat 20 buah √
25 Bed Orthopedi 1 buah √
26 Lemari Obat 1 buah √
Emergency

2) Daftar alat rumah tangga


Kon
disi
No Nama Barang Jumlah Rusak Rusak Ideal Usulan
Baik
Ringan Berat
1 Printer 1 buah √ √
2 Kipas angin 3 buah √ √
3 Kulkas 2 buah √ √
4 Komputer PC 1 buah √ √
5 Monitor PC 1 buah √ √
6 TV 2 buah √ √
7 Jam dinding 2 buah √ √
8 AC 11 buah √ √
9 Rak Tempat Obat Klien 1 buah √ √
10 Wastafel 15 buah √ √
11 Lemari Linen 1 buah √ √
12 Bak sampah besar 4 buah √ √
13 Bak sampah medis 4 buah √ √
14 APAR 3 buah √ √
15 Lemari loker 1 buah √ √
16 Kursi lipat 10 buah √ √
17 Kursi putar 2 buah √ √
18 Kereta linen 1 buah √ √
19 Telepon 1 buah √ √
20 Papan tulis 2 buah √ √

3) Administrasi Penunjang Ruangan


a. Buku Register pasien masuk keluar
b. Buku TTV
c. Buku Laporan Harian Perawat
d. Buku Makanan
e. Buku Visite dokter

Berdasarkan data dari pengkajian di atas, sebagian besar peralatan di Ruang


Sakura sebagian sudah memenuhi jumlah standar yang ditetapkan oleh RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya. Tidak semua peralatan ada standar jumlahnya dan tidak semua
alat yang ada standar jumlahnya tersedia di ruangan sehingga peralatan di ruangan masih
perlu ditambah sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit. Alat-alat yang
sudah terpenuhi sesuai standar telah dimanfaatkan oleh ruangan sesuai kebutuhan klien.
Sebagian besar peralatan dalam keadaan baik, namun terdapat juga beberapa peralatan
dalam keadaan rusak ringan. Untuk peralatan yang tidak ada standar jumlahnya selama ini
untuk mengevaluasinya adalah berdasarkan kriteria kecukupan penggunaan dalam
kegiatan sehari-hari.Pengadaan alat-alat kesehatan di Ruang Sakura dikoordinasi oleh
penanggung jawab yang telah di pilih oleh kepala ruangan.

3.1.2.3 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3-Methode)

1. Model Asuhan Keperawatan


Ruangan Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka raya menerapkan Model
AsuhanKeperawatan MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional). Berdasarkan dari
jadwal dinas yang ada di ruangan Dahlia didapatkan bahwa model asuhan keperawatan
profesional yang digunakan di Ruang Dahlia adalah model Tim dan terdapat tugas, peran
dan wewenang yang jelas pada setiap anggota tim. Pada hasil observasi didapatkan
diruang Dahlia ada jadwal tertulis yang didalamnya sudah di tentukan kepala ruangan,
ketua tim, perawat pelaksana(assosiate) tetapi pada pelaksanaannya di ruangan dahlia
model praktek Keperawatan profesional fungsional tidak sesuai dengan uraian tugas
masing – masing anggota tim, karena menurut kepala ruangan di ruang Dahlia masih
kekurangan tenaga perawat. Hal ini disebabkan karena pendistribusian tenaga perawat di
setiap ruangan baik ruangan rawat inap maupun ruangan rawat jalan dilakukan oleh bidang
keperawatan.
Pada dinas pagi, menggunakan metode tim yaitu kepala ruangan menjalankan tugas
managerial, sedangkan baik ketua tim dan perawat pelaksana bertugas menjalankan asuhan
keperawatan dan fungsi administrasi ruangan (pasien pulang). Pada dinas sore dan malam,
metode yang digunakan adalah fungsional, dimana pemberian asuhan keperawatan dengan
karakteristik, kontinuitas dan komprehensif dalam asuhan keperawatan oleh dua orang
perawat yang bertanggung jawab merencanakan, melakukan, dan mengkoordinasikan
selama pasien dirawat diruang perawatan, perawat yang bertanggung jawab selama shift
dinas dengan tugas pokok menerima dan mengorientasikan pasien yang masuk, melakukan
pengkajian dan menegakan diagnosis, membuat rencana dan mengadakan komunikasi dan
koordinasi dengan perawat lain antara rencana yang dibuat, mengevaluasi hasil tindakan,
membuat rencana pulang dan melakukan rujukan.
2. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Dalam proses pemberian asuhan keperawatan di ruang Dahlia menggunakan metode
tim fungsional yang mana pedokumentasian dilakukan dalam format yang sudah disediakan
dari rumah sakit meliputi pengkajian, analisis masalah, diagnosa keperawatan dan tindakan
keperawatan ditulis dalam nurse note dan catatan perkembangan pasien terintegrasi (lembar
CPPT).
3. Handover
Kegiatan timbang terima pasien di ruang Dahlia di lakukan di nurse station secara
lisan atau tertulis dan secara berkala keruangan pasien langsung sesuai kondisi pasien.
Kegiatan timbang terima pasien sebenarnya dipimpin kepala ruangan/perawat primer
pada pergantian shift dari malam ke pagi, dari pagi ke sore, dan pada pergantian
shift dari sore ke malam di pimpin oleh ketua tim atau perawat primer. Timbang terima
seharusnya dipimpin oleh salah satu perawat yang bertugas sebagai perawat primer pada
saat itu karena perawat primer dianggap sebagai pemimpin /ketua tim pada saat shift
tersebut yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan tugas perawat pelaksana. Timbang
terima juga dilanjutkan dengan melihat kondisi pasien, perlu dilakukan agar setiap
pergantian shift perawat yang akan melanjutkan asuhan keperawatan mengetahui langsung
keadan pasien dan juga hal yang bersifat khusus yang menyangkut tindakan keperawatan,
medis (dokter) dan kondisi klien perlu di catat dan diserah terimakan pada perawat shift
berikutnya untuk menjaga keamanan dan keselamatan pasien.
4. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dengan sistem menyerahkan seluruh obat
pasien sepenuhnya kepada perawat, dengan tujuan penggunaan obat dapat dilakukan
secara benar sehingga tidak terjadi pemborosan dan kemungkinan terjadinya
kesalahan obat.
Di ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya menggunakan
metode ODD (One Day Distribution) di mana seluruh obat yang diberikan oleh
farmasi diserahkan seluruh pengelolannya kepada perawat. Setelah farmasi memberikan
obat kemudian obat diberikan pada pasien sesuai dengan indikasi, pada saat pemberian obat
perawat menjelaskan mengenai obat apa yang akan diberikan dan meminta tanda tangan
dari pihak keluarga pasien sebagai bukti bahwa obat sudah diberikan pada pasien.
Kepala Ruangan atau petugas yang ditunjuk untuk mendokumentasikan dalam buku
masukan obat juga mengecek sediaan obat setiap pagi, obat yang hampir habis akan di
informasikan pada keluarga kemudian di mintakan kepada dokter penanggung
jawab pasien.
5. Perencanaan Pulang (Discharge Planning)
Discharge Planning (Perencanaan Pasien Pulang) dilakukan sejak pasien masuk rumah
sakit, selama di rawat dan ketika pasien akan pulang. Pelaksanaan discharge planning di
ruangan Dahlia sudah di lakukan tetapi belum maksimal terkait pelaksanaan perawatan
dan lamanya hari rawat pasien, sementara format untuk discharge planning sudah di
sediakan di rekam medik.
6. Ronde Keperawatan
Berdasarkan hasil observasi di ruangan Dahlia ronde keperawatan hanya
dilaksanakan saat ada mahasiswa/i Ners berpraktik di ruangan.

3.1.2.4 Pembiayaan (M4-Money)


Berdasarkan data pada bulan Maret 2023 didapatkan jumlah pasien di Ruang Sakura
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya ada sebanyak 106 orang pasien. Untuk
pembiayaan pasien rumah sakit bekerja sama dengan pihak BPJS, Jasaraharja, Pemerintah
Daerah (SKTM) dan Asuransi kesehatan lainnya,
Berdasarkan informasi dari kepala ruangan (Sakura) bahwa anggaran sarana dan
prasarana menggunakan RBA yang disediakan di rumah sakit. Untuk pembayaran
pegawai ada 3 sistem yaitu PNS, BLUD dan kontrak. Untuk PNS selain dari gaji, juga
mendapatkan uang jasa langsung maupun tidak langsung, sedangkan untuk tenaga kontrak,
BLUD dapat gaji dan jasa langsung maupun tidak langsung. Untuk pemeliharan ruangan
sarana dan prasarana dan alat kesehatan serta perbaikan pengadaaan dana bagi ruangan
(renovasi ruangan) pendanaan alat kesehatan, biasanya kepala ruangan akan mengajukan
surat untuk meminta barang-barang atau alat yang digunakan pada bagian penunjang,
setelah itu bagian penunjang akan akan menyerahkan ke bagian medic atau non medik
dan akan diproses oleh bagian logistik.

3.1.2.5 Pemasaran (M5-Marketing/Mutu)


1. Keselamatan Pasien
a) Sasaran I : Ketetapan Identifikasi Pasien
Diruangan Sakura pasien menggunakan identitas yang berisi nama pasien,
tanggal lahir dan nomor RM yang ditulis pada gelang identitas pasien. Perawat
memastikan kembali identitas pasien saat perawat akan memberikan obat oral,
obat suntikan intra vena, mengambil darah dan melakukan tindakan perawat
terlebih dahulu menanyakan identitas pasien untuk pencocokan data.
b) Sasaran II : Peningkatan Komunikasi Yang Efektif
Perawat diruang Sakura berupaya melakukan komunikasi kepada pasien saat
akan melakukan tindakan keperawatan, seperti memasang infus dan tindakan
yang lainnya yang berhubungan langsung dengan pasien. Perawat diruang
Sakura melakukan komunikasi dengan rekan perawat lain saat melakukan
timbang terima setiap pergantian shif.
c) Sasaran III : Peningkatan Keamaanan Obat Yang Perlu Diwaspadai
Pada ruang Sakura penyimpanan obat injeksi dan oral sudah disediakan ditempat
penyimpanan tersendiri,dengan kondisi tempat penyimpanan obat yang dingin
dan berAC. Perawat sudah berhati-hati dalam memberikan obat-obatan yaitu
memvalidasi kembali obat yang diberikan untuk pasien, namun tempat
penyimpanan obat oral sendiri- sendiri.
d) Sasaran IV : Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien.
Ruang Sakura sudah menggunakan tanda identitas ruangan untuk pasien laki-
laki atau perempuan dalam melakukan tindakan keperawatan dan tindakan
kolaboratif perawat melakukan sesuai prosedur. Dalam pemberian obat
oral dan obat injeksi sudah melakukan tindakan dengan benar, memberikan obat
sesuai dosis dan sesuai jam pemberian.
e) Sasaran V : Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.
Perawat menggunakan APD seperti handscone saat memberikan tindakan
keperawatan. Di Ruang Sakura, wastafel ada disetiap ruangan dan hand srub
diletakkan disetiap depan pintu ruang kamar pasien dan juga sudah terpampang
cara cuci tangan 6 langkah dan petunjuk 5 momen.
f) Sasaran VI : Pengurangan resiko pasien jatuh
Tersedianya penanda bed dan stiker berwarna kuning untuk Resiko jatuh, maka
perawat selalu melakukan pengkajian penilaian resiko jatuh kembali
setibanya pasien di ruangan baik pasien masuk dari IGD atau dari poli Secara
rutin melakukan pemeriksaan terhadap pagar pengaman pada tempat tidur
pasien.
g) Sasaran VII : Tenaga Kesehatan/Keunggulan RS
Dari segi tenaga keperawatan secara umum perawat sudah mengikuti pelatihan-
pelatihan khusus tentang perawatan luka, kemoterapi dan BHD/BTCLS.
Pelatihan-pelatihan tersebut diikuti untuk menambah pengetahuan dan juga
untuk memenuhi syarat memperpanjang STR (surat tanda registrasi). Rumah
sakit RSUD dr. Doris Sylvanus juga merupakan suatu rumah sakit yang telah
bekerja sama kepada institusi swasta maupun institusi pemerintah dalam
pelaksanaan kegiatan praktik klinik pada mahasiswa guna meningkatkan
kualitas lulusan dan kinerja yang profesional dan handal.
Analisa SWOT

No Analisis Bobot Rating Bobot x Rating


1. M1-Ketenagaan
Faktor Internal (IFAS)
Kekuatan (strength) 0,3 3 0,9
a. Seluruh perawat mengetahui visi misi
rumah sakit maupun keperawatan di 0.4
tempat kerja 0,2 2 0.5
S -W
b. Dinas ketenagaan diruangan S.Kep., Ns :
0,5 1
8 orang, D3 : 9 orang. 1,8 – 2,3 = - 0,5
c. Adanya pelatihan meningkatkan
kompetensi perawat

Total 1 1,8
Kelemahan ( weakness)
a. Belum optimalnya pelatihan bagi semua 0,2 3 0,6
perawat
b. Baru 2 perawat dari 17 orang yang sudah 0,1 2 0,2
mengikuti BTCLS
0,1 1 0,1
c. Baru ada 1 orang perawat sudah mengikuti
pelatihan APAR 0,1 1 0,1
d. Baru ada 1 orang Sudah mengikuti
pelatihan K3 0,2 3 0,6
e. Baru ada 13 orang sudah mengikuti
pelatihan BHD 0,1 1 0,1
f. Baru ada 1 orang sudah memiliki
0,2 3 0,6
pelatihan japung
g. Baru ada 2 orang belum pernah mengikuti
pelatihan

Total 1 2,3
Faktor Eksternal (EFAS)
Peluang (opportunity)
a. Sebagian besar perawat mempunyai 0,3 3 0,9
kemauan untuk meningkatkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi. O –T
0,3 3 0,9
b. Adanya kesempatan melanjutkan
3-2,4 = 0,6
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi 0,4 3 1,2
c. Adanya kebijakan rumah sakit tentang
profesionalisasi perawat

Total 1 3
Ancaman (threatened)
a. Makin tingginya kesadaran masyrakat 0,3 2 0,6
akan adanya perlindungan hukum
terhadap tindakan kesehatan yang
diberikan
0,4 3 1,2
b. Adanya tuntutan tinggi dari masyarakat
untuk pelayanan yang lebih professional 0,3 3 0,9
c. Adanya pertanggung jawaban legaitas
bagi pasien

Total 1 2,4

No Analisis Bobot Rating Bobot x Rating


M2 (Sarana dan Prasarana)
Faktor internal (IFAS)
Kekuatan
a. Mempunyai 25 tempat tidur 0,2 3 0,6
b. Dalam buku rekam medis di dapatkan 0,4 3 1,2
pengkajian ,diagnosa
keperawatan,perencanaan,implementasi S–W
dan evaluasi lengkap
c. Semua perawat mengerti cara 3-2 =1
menggunakan alat perawatan 0,2 3 0,6
d. Terdapat jadwal dinas ruangan 0,2 3 0,6

Total 1 3
Kelemahan ( weakness)
a. Kurangnya fasilitas penunjang seperti 0,4 2 0,8
tissue towel setelah selesai cuci tangan
b. Lokasi wastafel untuk tempat cuci
tangan di dalam kamar mandi pasien 0,6 2 1,2
sehingga pasien atau keluarga kesulitan
untuk cuci tangan sewaktu waktu jika
ada orang sedang berada di dalam kamar
mandi pasien

Total 1 2
Faktor Eksternal (EFAS)
Peluang (opportunity)
a. Adanya kesempatan untuk penggantian 0,4 3 1,2
alat-alat yang tidak layak pakai
b. Adanya peluang untuk memperbaiki 0,6 4 2,4
dan membenahi keadaan ruangan
tersebut

Total 1 3,6
Ancaman (threatened)
a. Adanya tuntutan dari masyarakat tentang 0,4 3 1,2 O –T
kesediaan sarana dan prasarana yang
memadai 0,6 3 1,8 3,6 – 3 = 0,6
b. Adanya tuntutan tinggidari masyarakat
untuk melengkapi sarana dan prasarana

Total 1 3

No Analisis Bobot Rating Bobot x Rating


3. M3 (Method-MAKP)
Penerapan Model Asuhan Keperawatan
Profesional
Faktor internal (IFAS)
Kekuatan
a. Rumah Sakit memiliki visi, misi dan mutu 0,3 4 1,2
sebagai acuan melaksanakan kegiatan S -W
pelayanan
b. Mempunyai SPO Tindakan keperawatan 0,2 1 0,2 3,6 - 4 = - 0,4
c. Tersedianya status pasien yang baku 0,2 3 0,6
d. Timbang terima merupakan kegiatan rutin 0,3 4 1,2
yang telah di laksanakan
Total 1 3,6
Kelemahan ( weakness)
a. Kami kurang mengetahui tentang apakah 1 4 4
pedoman untuk asuhan keperawatan ada
atau tidak
Total 1 4
Faktor Eksternal (EFAS)
Peluang (opportunity)
a. Adanya metode pemberian asuhan 0,3 3 1,2
keperawatan professional bertanggung
KEL jawab dan bertanggung gugat
selama 24 jam. O –T
b. Adanya mahasiswa Ners keperawatan 0,4 3 1,2
praktek manajemen keperawatan 3,3-3 = 0,3
c. Adanya mahasiswa keperawatan yang 0,4 4 0,9
berdinas di ruangan

Total 1 3,3
Ancaman (threatened)
a. Persaingan dengan rumah sakit swasta 0,4 3 1,2
yang semakin ketat
b. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan 0,3 3 0,9
hukum
c. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan 0,3 3 0,9
pentingnya kesehatan
Total 1 3

No Analisis Bobot Rating Bobot x Rating


4. M4 ( Money )
Faktor internal (IFAS)
Kekuatan
a. Dana operasional ruangan sakura 1 4 4 S -W
diperoleh dari APBD Rumah Sakit dr
Doris Sylvanus Palangkaraya 4-3=1

Total 1 4
Kelemahan ( weakness)
a. Tidak ada masalah yang signifikan, 1 3 3
karena pembiayaan di setiap ruangan
atas anggaran rumah sakit yang telah di
tetapkan .
Total 1 3
Faktor Eksternal (EFAS)
Peluang (opportunity) O –T
a. Ada kesempatan untuk menggunakan 0,6 4 2,4
instrument medis dengan re-use sehingga 0,4 4 1,6 3,84 - 3 = 0,84
menghemat pengeluaran
b. Adanya kerjasama pendanaan dengan
pihak ketiga dalam hal pembiayaan
Total 1 3,84
Ancaman (threatened)
a. Adanya tuntutan dari masyarakat yang
lebih profesional dengan harga yang 1 3 3
terjangkau : persaingan rumah sakit dalam
memberikan pelayanan keperawatan
Total 1 3

No Analisis Bobot Rating Bobot x Rating


5. M5 (Marketing )
Penerapan Model Asuhan Keperawatan
Profesional
Faktor internal (IFAS) S-W
Kekuatan
a. Kepuasan pasien terhadap pelayanan di 0,5 4 2 4 – 3,4 = 0,6
ruangan sebanyak 73% menjawab ya
atau merasa puas dengan pelayanan yang
diberikan
b. Adanya penilaian resiko jatuh (skoring
humpty dumpty) 0.5 4 2
Total 1 4
Kelemahan ( weakness)
a. Perawat jarang memperkenalkan diri saat 0,7 4 2,8
pasien baru masuk ke ruangan atau pun
sebelum melakukan tindakan 0,3 2 0,6
b. Kurangnya jumlah dan jenis leafleat
berdasarkan 10 penyakit terbanyak
Total 1 3,4
Faktor Eksternal (EFAS)
Peluang (opportunity)
a. Adanya survey kepuasan pasien 0,3 2 0,6
b. Adanya SOP 0,7 3 2,1

O–T
Total 1 2,7 2,7 – 2,8 = - 0,1
Ancaman (threatened)
a. Adanya tuntutan dari keluarga /pasien 0,5 3 1,5
untuk mendapatkan pelayanan
keperawatan yang profesional 0,3 3 0,9
0,2 2 0,4
b. Adanya peningkatan standar kesehatan
masyarakat yang harus dipenuhi
c. Semakin tingginya tingkat pengetahuan
masyarakat tentang hukum maka akan
semakin tinggi tuntutan terhadap
penerapan etika keperawatan bagi
perawat
Total 1 2,8

Data Umum Ruangan


Ruang Sakura merupakan ruang rawat inap sebelumnya ditujukkan untuk
perawatan ruang pemulihan jantung, karna kondisi rumah sakit kekurangan rawat inap
untuk kasus yang lain maka ruang Sakura menerima semua kasus penyakit yang ada di
RSUD dr Doris Sylvanus.
1. Manusia (Man)
Tenaga keperawatan di Ruang Sakura seluruhnya berjumlah 17 orang sudah termasuk
kepala ruangan, perawat primer, perawat pelaksana.
Rekapitulasi tenaga kerja di ruan Sakura ini:
Berdasarkan jenis tingkat pendidikan
P.Teta TK Jumla
No Jenis Tenaga %
p K h
Perawat Profesional 57,9
6 3 9
(Ners) %
Perawat Profesional
- - - %
(S.Kep)
d. Perawat Mahir (DIII) 7 1 8 42,1%
f. Perawat Kesehatan
- - -
(SPK)
Total 17 100%

Dari data di atas disimpulkan bahwa jumlah Ners lebih banyak dari jumlah DIII
sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas dir uang Sakura merupakan
perawata professional.

Berdasarkan jenjang karir


No Jenis Tenaga Jumlah %
1 Perawat Klinis I (1 – 5 tahun) 5 29,4%
2 Perawat Klinis II (5 – 10 tahun) 3 17,6%
3 Perawat Klinis III (> 10 tahun) 9 52,9%
4 Pra Perawat Klinis (0 – 1 tahun) - -
Total 17 100%

Data data di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas perawat merupakan


perawat klinis III dengan jumlah 9 orang, perawat klinis II 3 orang dengan
masa kerja 5-10 tahun, dan perawat klinis I sebanyak 4 orang.

Berdasarkan pelatihan yang diikuti


No Jenis Pelatihan Jumlah %
1 BTCLS 2 11,8%
2 BHD 13 76,4%
2 Keselamatan pasien 1 5,8%
4 Jabatan fungsi 2 11,8%
5 Pelaihan APAR 2 11,8%
6 Tidak pernah sama sekali 2 11,8%
7 PPI 2 11,8%
Pelatihan yang diikuti 1 tahun terakhir

2. Sarana / Prasarana (Material)


Data inventaris ruang rawat inap tahun 2023 Ruang Sakura mengenai
perlengkapan alat-alat kesehatan yang ada di Ruang Sakura seperti uraian
dibawah ini :
Tabel Daftar Barang Alat Medis Keperawatan dan Kedokteran di Ruang Sakura.
Keadaan barang
N
Nama Barang Jumlah Baik Kurang Rusak
baik
1. Suction Pump 1 bh 

2. Syringe Pump 4 bh 
3. Nebulizer 2 bh 

4. EKG 4 bh 

5. Infus Pump 1 bh 

6. Monitor TTV 2 bh 

7. Tensimeter Digital 3 bh 

8. Termometer Digital 2 bh 

9. Tabung oksigen transport 2 bh 

10. Timbangan berat badan 1 bh 

11. Regulator oksigen tr 2 bh 


ansport

12. Regulator oksigen sentral 15 bh 

13. Troli obat 2 bh 

14. Troli emergency 1 bh 

15. Troli GV 3 bh 
16. Standar infus tanpa roda 25 bh 

17. Standar infus beroda 10 bh 

18. Bed fungsional 25 bh 

19. Tabung oksigen besar 1 bh 

20. Pispot 15 bh 

21. XRay Viewer 1 bh 

22. Torniqet 2 bh 

23. Alat GDS 1 bh 

Daftar barang alat medis di ruang Sakura dalam keadaan baik semua

Tabel Daftar Barang Alat non Medis di Ruang Sakura.


Keadaan barang
No Nama Barang Jumlah Baik Kurang Rusak
baik
1. Troli Berkas 3 bh 

2. Lemari apsien 25 bh 

3. Kipas Angin 4 bh  Rusak 3


4. Kursi tunggu 8 bh 

5. Tv Layar datar 5 bh 

6. Kursi lipat 12 bh 

7. Meja kerja 5 bh 

8. Meja nurse station 3 bh 

9. Sofa 3 bh 

10. Meja kaca 3 bh 

11. Lemari es 5 bh 

12. Dispemser 2 bh 

13. Lemari kaca 3 bh 

14. Lemari linen 1 bh 

15. Lemari cabinet 1 bh 

16. Loker 18 Pintu 1 bh 


17. Loker 8 pintu 3 bh 

18. Lemari kaca untuk 1 bh   Rusak 2


B3 buah

19. Jam Dinding 1 bh 

20. Bantal Pasien 25 bh 

21. Bak Sampah Besar 1 bh 

22. Bak Sampah Sedang 13 bh 

23. AC standing 1 bh 

24. AC Split 13 bh   1 tidak


dingin

25. Tabung APAR 5 bh 

26. Helm Apar 4 bh 

27. Rak Handuk 6 bh 

28. Komputer 4 bh   1 buah tidak


menyala

29. Keyboard computer 4 bh 


30. Mouse Komputer 4 bh 

31. Printer 2 bh 

Daftar alat non medis di ruang Sakura ada beberapa yang mengalami kerusakan
seperti computer, Ac yang rusak sebanyak 1 tidak dingin, dan 1 buah
computer tidak menyala

Tabel Bahan habis pakai di ruang Sakura yang menyesuaikan kebutuhan


ruangan antara lain

No Jenis Barang/ Nama Barang


Jumlah
1. Handsrub 12 buah
2. Handwash 8 buah
3. Kasa gulung 1 rol
4. Cairan alcohol 1 botol
5. Kapas alcohol 2 kotak
6. Plester 1 rol
7. Hipapix 1 kotak
8. Spuit dan needle 10
9. Handscoon 2 box
10. Masker 2 box
11. Cairan antiseptic 1 botol
12. Infus set 2 set
13. Masker O2 2
Barang habis pakai di ruang Sakura apabila habis maka akan di order dan
dimintakan kembali

3. Metode Pemberian Asuhan keperawatan (Methode)


3.1 Model asuhan keperawatan
Model asuhan keperawatan yang digunakan di Ruang Rawat Inap Sakura
adalah Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer. Model
Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur,
proses dan nilai-nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang
pemberian asuhan tersebut (Nursalam 2015).
Metode yang digunakan adalah metode Primer. Model asuhan
keperawatan primer merupakan model dimana proses asuhan keperawatan
dilakukan oleh seorang perawat profesional kepada pasien langsung, 24 jam
bertanggung jawab dalam melakukan asuhan keperawatan. Di ruang rawat
inap Sakura, diterapkan model primer dengan 1 perawat profesional yang
bertsnggung jawab penuh pada pasien, akan tetapi perawatan kepada pasien
dilakukan oleh perawat pelaksana akan tetapi harus selalu melaporkan
kegiatan kepada perawat profesional.
Terdapat 3 pola yang sering digunakan dalam pemberian asuhan
keperawatan, yaitu penugasan fungsional, penugasan tim, penugasan primer.

3.1.1 Penugasan Keperawatan Fungsional :


Sistem penugasan ini berorinetasi pada tugas dimana fungsi
keperawatan tertentu tidak ditugaskan pada setiap perawat pelaksana,
misalnya seorang perawat ditugaskan khusus untuk tindakan pemberian obat,
perawat yang lain untuk mengganti verband, penyuntikan, observasi tanda-
tanda vital, dan sebagainya. Tindakan ini didistribusikan berdasarkan tingkat
kemampuan masing-masing perawat pelaksana. Oleh karena itu kepala
Ruangan terlebih dahulu tidak mengidentifikasi tingkat kesulitan tindakan
tersebut, selanjutnya juga tidak ditetapkan perawat yang akan bertanggung
jawab mengerjakan tindakan yang dimaksudkan. Setiap perawat pelaksana
bertanggung jawab langsung kepada kepala Ruangan. Ada perawat pelaksana
yang bertanggung jawab penuh untuk asuhan keperawatan pada seorang
pasien.
Keuntungan:
- Menyelesaikan banyak perkerjaan dalam waktu singkat
- Tepat metoda ini, bila ruang rawat memiliki keterbatasan/kurang
tenaga keperawatan professional
- Perawat lebih terampil, karena orientasi pada tindakan langsung
dan selalu berulang-ulang dikejrakan
Kerugiaan:
- Menurunkan tanggung gugat dan tanggung jawab
- Tidak tertara atau teratur pada perawat pelaksana
3.1.2 Penugasan Keperawatan Tim
Penugasan keperawatan tim adalah suatu bentuk sistem/metode
penugasan pemberian asuhan keperawatan, dimana Kepala Ruangan
membagi perawat pelaksana dalam beberapa kelompok atau tim. Metoda ini
digunakan bila perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar belakang
pendidikan dan kemampuannya. Ketua tim mempunyai tanggung jawab
untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan asuhan keperawatan dalam
tanggung jawab kegiatan anggota tim akan tetapi ketua tim hanya berdinas
pada pagi hari saja. Tujuan metode penugasan keperawatan tim untuk
memberikan keperawatan yang berpusat kepada pasien. Oleh karena kegiatan
dilakukan bersama-sama dalam kelompok, maka tim seringkali melakukan
pertemuan bersama dengan anggota tim lainya (konferensi tim) guna
membahas kejadian-kejadian yang dihadapi dalam pemberian asuhan
keperawatan.
Keuntungan:
- Melibatkan semua anggota tim dalam asuhan keperawatan
- Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat
dipertanggung jawabkan
- Pelayanan yang diperoleh pasien adalah bentuk pelaynan
professional
Keuntungan :
- Sulit untuk menentukan kapan dapat diadakan pertemuan /
konferesi, karena anggotanya terbagi-bag dalam shift
- Ketua tim hanya berdinas pada pagi hari

3.1.3 Pernugasan Keperawatan Primer


Keperawatan primer adalah suatu metode pemberian asuhan
keperawatan dimana perawat perofesional bertanggung jawab dan
bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan pasien selama 24 jam/hari.
Tanggung jawab meliputi pengkajian pasien, perencanaan , implementasi,
dan evaluasi asuhan keperawatan dari sejak pasien masuk rumah sakit hingga
pasien dinyatakan pulang, ini merupakan tugas utama perawat primer yang
dibantu oleh perawat asosiet.
Keperawatan primer ini akan menciptakan kesepakatan untuk
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, dimana asuhan
keperawatan berorientasi kepada pasien.
Pengkajian dan menyusun rencana asuhan keperawatan pasien di
bawah tanggung jawab perawat primer , dan perawat asosiet yang akan
mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan dalam timdakan
keperawatan.
Keuntungan:
- Otonomi perawat meningkat, karena motivasi, tanggung jawab
dan tanggung gugat meningkat.
- Menjamin kontiuinitas asuhan keperawatan
- Meningkatnya hubungan antara perawat dan pasien
- Terciptanya kolaborasi yang baik
Kekurangan:
- Ruangan tidak memerlukan bahawa semua perawat pelaksana
harus perawat professional

3.2 Penerapan Standar Asuhan Keperawatan


3.2.1 Pengkajian
Berdasarkan hasil instrumen, pengkajian sudah tercatat dengan baik.
Hasil wawancara proses pengkajian ke pasien yang masuk ruang rawat inap
Sakura dilakukan dengan sesuai prosedur dan dilakukan pencatatan pada
rekam medik pasien.
3.2.2 Diagnosa
Berdasarkan hasil instrumen, dalam menegakkan diagnosa keperawatan
masih belum sesuai dengan panduan yang diterapkan di ruangan yaitu SDKI
yang disusun oleh PPNI dan buku panduan tersebut tidak dimiliki oleh
ruangan.
3.2.3 Perencanaan
Berdasarkan hasil wawancara oleh kelompok dengan kepala ruangan,
dalam proses perencanaan, perawat dan dokter ruang rawat inap Sakura
mengusahakan tindakan mandiri keperawatan dan meminimalkan tindakan
invasif. Perencanaan asuhan keperawatan juga berpedoman pada panduan
PPNI yaitu SIKI dan SLKI. Buku panduan tersebut tidak dimiliki oleh
ruangan.
3.2.4 Implementasi
Proses implementasi dilakukan sebagian sudah sesuai dengan apa yang
direncanakan akan tetapi beberapa poin dari SOP tidak dilaksanakan dengan
sesuai.
3.2.5 Evaluasi
Proses evaluasi yang dilakukan oleh perawat lebih ke monitor
perkembangan pemulihan pasien dan dilakukan catatan perkembangan.
3.2.6 Dokumentasi
Dokumentasi selalu dilakukan oleh perawat dengan melakukan
pencatatan pada rekam medik pasien

4. Pembiayaan (Money)
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan ruang rawat inap Sakura,
didapatkan atas sumber dana ruangan karena rumah sakit daerah maka
pembiayaan 100% dari dana APBD.
5. Pemasaran (Marketing)
Berdasarkan data yang di dapat dari wawancara dengan Clinical Instrukture
(CI) Ruang Rawat Inap Sakura RSUD dr Doris Sylvanus Palangkaraya
didapatkan bahwa dari bidang pemasaran Rumah Sakit melakukan promosi
untuk mengenalkan rumah sakit dan fasilitas yang tersedia berupa brosur,
menawarkan kerjasama ke perusahaan-perusahaan atau asuransi, dan dapat juga
melalui media sosial. RSUD dr Doris Sylvanus Palangkaraya juga telah
melakukan kerja sama dengan BPJS melalui promosi media sosial. RSUD dr
Doris Sylvanus Palangkaraya juga melakukan kerja sama dengan Dokter
Praktik, dimana pasien yang berobat di dokter praktik apabila disarankan untuk
rawat inap langsung di rujuk ke RSUD dr Doris Sylvanus Palangkaraya.
Fungsi Pengorganisasian (Organinizing)
Struktur organisasi

KEPALA RUANG SAKURA


FRANSISKA, S.Kep. Ners
PERAWAT PRIMER 1
1. DINA RUSYDIAH, S.Kep. Ners PERAWAT PRIMER 2
1. OKTARINAI L., S.Kep. Ners
2. DESI PITRIANTY., S.Kep. Ners

PERAWAT ASSOSIATE 1
1. ARLINA K., Amd.Kep
2. ELY SUSILAWATI, Amd.Kep
PERAWAT ASSOSIATE 2
3. EKANALIS, Amd.Kep
1. YULIANI, Amd.Kep
4. ANILA SYELVIA, S.Kep. Ners
2. CITRA DEWI, Amd.Kep
5. HENGKI, S.Kep. Ners
3. NATASYA LUSIANA, Amd.Kep
6. WIDASARI MUTIA KINASIH,
4. YEREMIA ABTANIE, S.Kep.
Amd.Kep
Ners
5. YAYA FRISCA, S.Kep. Ners
6. TITIN ARTINASARI, Amd.Kep
7. SARTIKA SARI, Amd.Kep
SELASAR
TEMPAT DUDUK
PINTU
MASUK
RUANG PERTEMUAN RUANG DOKTER
R. KONSELING KELAS 2
/RUANG KARU KAMAR 1
RUANG MHASISWA
PANTRY

KELAS 3 RUANG SPOLHOOK RUANG MAHAISWA KELAS 1


KAMAR 1 KAMAR 4

RUANG CUCI TANGAN GUDANG INVENTARIS

KELAS 1
KELAS 3 RUANG ADMINISTRASI RUANG OBAT KAMAR 3
KAMAR 2

WC TEMPAT LINEN

RUANG TEMPAT OBAT KELAS 1


KEBERS SEMENT KAMAR 2
IHAN ARA

KELAS 1
KAMAR 1
RUANG RUANG KAMAR
PERA NURSE STATION
AC ALAT
WAT

VIP 4 VIP 2

TANGGA

VIP 3 VIP 1
Fungsi Perencanaan (Planning)
Visi dan Misi Ruangan
Terselenggarannya pelayanan rumah sakit secara optimal sesuai dengan visi rumah
sakit yaitu:
- Menjadi Rumah Sakit Pendidikan unggulan di Kalimantan
Tereselengarannya pelayanan rumah sakit secara optimal sesuai dengan misi rumah
sakit yaitu:
- Meningkatkan pelayanan yang bermutu prima dan berbasis Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi Kedokteran (IPTEKDOK)
- Meningkatkan prasaran dan sarana yang modern
- Meningkatkan manajemen yang efektif dan efisien
- Meningkatkan kualitas pendidikan dan penelitian di bidan kedokteran dan
kesehatan

Tabel Daftar SPO Ruang Sakura


No SPO Ruangan
1. SPO Identifikasi Pasien
2 SPO Indentifikasi Pasien Melalui Pemasangan Gelang Indentitas
3 SPO Indentifikasi Pasien yang Tidak di ketahui Identitasnya
4 SPO Identifikasi Pasien Sebelum di lakukan Tindakan atau
pelayanan
5 SPO pemasangan dan pelepasan gelang identitas
6 SPO komunikasi lisan
7 SPO komunikasi via telpon
8 SPO pelaporan hasil kritis
9 SPO pemberian obat high alert
10 SPO penyiapan obat
11 SPO penyerahan obat
12 SPO kebersihan cuci tangan 6 langkah 5 moment
13 SPO penggunaan APD
14 SPO penilaian resiko jatuh dewasa
15 SPO penilaian resiko jatuh rawat inap harian
16 SPO pengkajian awal dan ulang resiko jatuh
17 SPO pemantauan terhadap pasien jatuh
18 SPO penatalaksanaan hasil penilaian resiko jatuh anak
19 SPO pencegahan pasien jatuh diruang rawat inap
20 SPO penanganan pasien jatuh
21 SPO pemasangan dan pelepasan kancing identifikasi resiko jatuh
22 SPO pemasangan kancing identifikasi resiko jatuh
23 SPO Pencegahan pengendalian infeksi saluran kemih (ISK) akibat
pemasngan keteter urin
24 SPO praktik menyuntik aman
25 SPO Memberikan Injeksi IM & SC
26 SPO pencegahan dan pengendalian infeksi aliran darah primer
27 SPO isolasi dugaan emerging desease (airborne, contact, droplet
28 SPO pencegan dan pengendalian infeksi luka operasi
29 SPO prosuder pengawasan peralatan kadarluasa
30 SPO pembersihan ruangan HIV(Isolasi)
31 SPO Penerapan kewaspadaan isolasi
32 SPO penatalaksanaan tertusuk jarum atau benda tajam
33 SPO pengelolaan benda tajam dan jarum
34 SPO Pengelolaan darah dan komponen darah
35 SPO pembuangan sampah infeksius dancairan darah
36 SPO kebersihan tangan
37 SPO penetapan pasien dengan penyakit menular /suspek
38 SPO pencucian dekontiminasi dan stralisasi alat
39 SPO pengunaaan perawatan pasien
40 SPO pengleolaan sampah non medis
41 SPO pengelolaan perawatan streli kadarluasra
42 SPO pengelolaan limbah infeksius
43 SPO penempatan kejadian luar biasa penyakit infeksi
44 SPO alat pelindung diri
45 SPO alat pelindung pernafasan
46 SPO alat pelindung tangan
47 SPO pencampuran obat steril
48 SPO penangulangan infeksi
49 SPO dekontimasi instrument
50 SPO desinfeksi ruangan dengan larutan PRECEPT
51 SPO Sterilisasi ruangan dengan UV
52 SPO Penatalaksanaan persetujuan umum
53 SPO penatalasksanaan hak dan tanggung jawab pasien
54 SPO penatlaksanaan bimbingan rohani
55 SPO pemberian informasi dan edukasi pasien dan keluarga
56 SPO Perlindungan privasi traspor pasien
57 SPO manajemen nyeri
58 SPO perlinudungan harta benda
50 SPO perlindungan kekerasan fisik
60 SPO pemberian informasi dan hak kewajiban pasien
61 SPO Pelayanan Restrain
62 SPO indentifikasi pengunjung
63 SPO perlindungan pasien dengan 3 kode darurat non medis udari
tindakan kekerasan
64 SPO Penatlaksaan perstujuan dan peolakan tindakan kedokteran
65 SPO Pelayanan linen dan laundry
66 SPO prinsip pemberian obat
67 SPO Pemasangan Infus
68 SPO Memberikan Injeksi IV
69 SPO Pelaksanaan Askep
70 SPO Persiapan Klien Pulang
71 SPO Penerimaan Pasien Rawat Inap
72 SPO Memberikan Injeksi IC
73 SPO Kateterisasi Urine Pria
74 SPO Kateterisasi Urin Wanita
75 SPO Memberikan Injeksi IM & SC
76 SPO Mengambil Sampel Darah Vena
77 SPO Melakukan Skin test

Pengarahan (Actuating)
1. Timbang Terima
Dari hasil wawancara yang dilakukan bersama kepala ruangan rawat inap Sakura,
timbang terima selalu dilakukan setiap pergantian shift dinas. Timbang terima
dilakukan di nurse station atau di samping bed pasien.
Dari hasil observasi yang dilakukan kelompok, proses timbang terima sesesuai
dengan apa yang telah disampaikan oleh kepala ruangan. Timbang terima dilakukan
di nurse station atau di samping bed pasien setiap pergantian shift dinas dan dihadiri
oleh setiap perawat pelaksana dari masing-masing shift yang telah datang diruangan,
akan tetapi pelaksanaan timbang terima tidak dilakukan tepat waktu dan
pelaksanaannya hanya dihadiri oleh beberapa perawat yang sudah datang.
2. Preconferen dan postconferen
Dari hasil wawancara yang dilakukan bersama kepala ruangan rawat inap Sakura,
preconference telah dilakukan bersamaan dengan proses timbang terima pasien dan
dilakukan oleh semua perawat pelaksana. Yang telibat didalamnya adalah kepala
ruangan sebagai pemimpin ketika shift pagi, dan untuk shift sore dan shift malam di
pimpin oleh perawat penaggung jawab. Kemudian untuk postconferen belum
dilakukan
3. Motivasi
Di Ruang Sakura Kepala Ruangan memberikan motivasi kepada perawat
pelaksana dan kedua ketua Tim berharap apa yang diberikan kepada pasien menjadi
amal ibadah untuk kita dan mampu memberikan pelayanan keperawatan yang
memuaskan
4. Pendelegasian
Ruang Sakura dalam melakukan pendelegasian dilakukan antara Kepala Ruangan
kepada perawat primer, perawat primer kepada perawat pelaksana yang dianggap
kompeten.
5. Supervisi
Pelaksanaan supervisi di ruang Sakura dilakukan langsung oleh kepala ruangan.
Teknik supervisi dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung
kepala ruangan melakukan pengamatan langsung apa yang terjadi dilapangan
(ruangan) dan secara tidak langsung kepala ruangan menerima laporan secara lisan
maupun tertulis apa yang terjadi diruangan. Kepala ruangan yang melakukan teknik
supervisi dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Kepala ruangan yang
melakukan supervisi akan memberikan pengarahan.
6. Ronde Keperawatan
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kelompok kepada kepala
ruangan, kegiatan ronde keperawatan belum pernah dilakukan dengan secara formal
dan belum ada panduan baku di ruangan Sakura, akan tetapi apabil ada kasus-kasus
yang perlu dibahas dan di angkat akan didiskusikan bersama dengan tim yang terlibat
(situasional) akan tetapi tidak terdokumentasi.

Fungsi Pengendalian (Controlling)


1. Indikator mutu
Indikator mutu ruangan adalah resiko jatuh dan flebitis . pelaksaan SKP dilakukan dengan
edukasi dan jika terjadi kesalahan identifikasi pasien maka dilaporkan kebagian
pengandalian mutu dan pada setiap bulannya. Akan tetapi pada saat observasi tidak
ada kejadian tersebut yang terjadi. Menurut risky, 2013. flebitis merupakan inplamasi
vena yang disebabkan oleh iritasai kimia atau mekanik. kejadian flebitis menjadi
indikator mulu pelayanan minimal RS dengan standar kejadian.
2. Audit dokumentasi Keperawatan
Wawancara: Audit dokumentasi Ruangan setiap bulan dilakukan secara rutin.
Berdasarkan data hasil observasi, didapatkan bahwa dokumentasi keperawatan diruang
rawat inap Sakura meliputi pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi, dan evaluasi keperawatan sudah terdokumentasi tetapi belum
maksimal.
3. Survei Kepuasaan Pasien
-
4. Survei Kepuasaan Perawat
-
5. Survey Masalah
Dari hasil wawancara di dapatkan bahwa perawat yang tidak memperkenalkan diri
terhadap pasien dan keluarganya selama bertugas diruang Sakura, pasien dan
keluarga meminta perawat lebih meningkatkan BHSP (Bina Hubungan saling
percaya) terhadap pasien. Dengan hasil kuisioner didapatkan klien merasa banyak
perawat yang tidak memperkenalkan diri.
Fungsi Pengaturan Staff (Staffing)
1. Orientasi Staf Perawat yang baru
Wawancara :
Perawat baru disini di orientasi oleh bidang keperawatan, bidang keperawatan
bekerjasama berkordinasi dengan komite keperawatan karena terkait dengan
kredensial, kredensial adalah persyaratan orientasi perawat baru untuk membuat
loogbook. Orientasi biasanya di dilakukan oleh bidang keperawatan, bidang
keperawatan membuakan SK untuk tahap orientasi. Dalam persyaratan kredensial
tahap orientasi menjalani 6 bulan, tetapi bisa saja 8 minggu, atau 3 bulan karena
terdesaknya kurang ketenaga kerjaan.
2. Pengaturan jadwal dinas
Wawancara:
Pengaturan jadwal dinas di Ruangan dibagi menjadi 3 shif yaitu pagi, sore dan malam
dengan memaksimalkan perawatan yang efisien dan memperhatikan hak libur sesuai
kebutuhan. Dalam satu bulan berjumlah 160-170 jam perorang.
Observasi:
Ada penyusunan jadwal dinas.

Perhitungan kebutuhan tenaga di ruangan


Tenaga Perawat di Ruang Sakura RSUD dr. Doris Sylvanus tanggal 1-2 Mei
2023.
Tingkat
Jumlah Kebutuhan Tenaga
Ketergantungan
Jumlah
Klasifikasi Pasien Pagi Sore Malam
Pasien
Minimal care 8 8 x 0.17 = 1,36 8 x 0.14 = 1,12 8 x 0.07 = 0,56
Partial care 7 7 x 0.27 = 1,89 7 x 0.15 = 1,05 7 x 0,10 = 0,7
Total care 1 1 x 0.36 = 0,36 1 x 0.30 = 0,30 1 x 0.20 = 0,20
Total 16 3,61 2,47 1,4
Total tenaga perawat
Dinas pagi : 5 orang
Dinas siang : 3 orang
Ket: angka 86 merupakan jumlah hari libur atau
Dinas malam : 3 orang lepas dinas dalam 1 tahun, sedangkan 297
Jumlah : 11 orang adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1
tahun.
Jumlah perawat lepas dinas per hari :
86 x 11 = 3,1 (dibulatkan menjadi 3)
297
Prioritas Masalah
Prioritas masalah dilakukan dengan teknik kriteria matriks dengan memperhatikan
aspek-aspek sebagai berikut:
 Magnitude (Mg), yaitu kecenderungan dan seringnya masalah terjadi,
 Severity (Sv), yaitu besarnya kerugian yang ditimbulkan,
 Manageabili ty (Mn), yaitu kemampuan menyelesaikan masalah-masalah,
 Nursing Concern (Nc),yaitu focus pada keperawatan
 Affordabilility (Af), yaitu ketersedian sumber daya.
Setiap masalah diberikan nilai dengan rentang 1-5 dengan kriteria berikut:
5= sangat penting,
4 = penting,
3 = cukup penting,
2 = kurang penting,
1 = sangat kurang penting
Skor akhir dengan cara : M x S x Mn x Nc x Af
Tabel Prioritas Masalah Manejemen keperawatan di Ruang Sakura RSUD dr.Doris
Sylvanus Palangka Raya
Priorit
No Masalah M S Mn Nc Af Skor
as
B1 elum adanya diterapkan Ronde
4 5 5 5 5 2500 1
Keperawatan secara rutin
P2erawat jarang memperkenalkan
diri saat pasien baru masuk ke 5 5 4 5 4 2000 2
ruangan
P3etugas penerima pasien jarang
melakukan orientasi,
menjelaskan aturan dan tata 4 5 4 4 5 1600 3
tertib ruangan kepada pasien
dan keluarga pasien.

Dari pembobotan di atas menghasilkan urutan prioritas masalah berdasarkan skor


yang terbesar dan atas dasar pertimbangan waktu, ketetapan sumber daya dan
kewenangan urutan masalah sesuai prioritas adalah:
- Perawat jarang memperkenalkan diri saat pasien baru masuk ke ruangan (indikator
mutu).
- Petugas penerima pasien jarang melakukan orientasi, menjelaskan aturan dan tata
tertib ruangan kepada pasien dan keluarga pasien (indikator mutu).
- Belum adanya diterapkan Ronde Keperawatan secara rutin (method)
Identifikasi Masalah

No Kategori Data

1. M1 (man/tenaga Belum optimalnya pelatihan bagi semua perawat


kerja) a. Belum optimalnya pelatihan bagi semua perawat
b. Baru 2 perawat dari 17 orang yang sudah mengikuti BTCLS
c. Baru ada 1 orang perawat sudah mengikuti pelatihan APAR
d. Baru ada 1 orang Sudah mengikuti pelatihan K3
e. Baru ada 13 orang sudah mengikuti pelatihan BHD
f. Baru ada 1 orang sudah memiliki pelatihan japung
g. Baru ada 2 orang belum pernah mengikuti pelatihan
2 M2 (material) a. Berdasarkan hasil wawancara oleh kelompok dengan kepala
ruangan sudah memiliki SOP yang lengkap
3 M3 (methode) - Belum adanya diterapkan Ronde Keperawatan
4M4 M4 (money) - Dana operasional ruangan sakura diperoleh dari Rumah Sakit
dr Doris Sylvanus Palangkaraya
5 M5 (mutu  Perawat jarang memperkenalkan diri saat pasien baru masuk ke
marketing) ruangan
 Petugas penerima pasien jarang melakukan orientasi,
menjelaskan aturan dan tata tertib ruangan kepada pasien dan
keluarga pasien.
DIAGRAM LAYANG ANALISIS SWOT

4.0
3.8
3.6
3.4

STRATEGI 3.2 PROGRESIF


3.0
2.8
2.6
2.4
2.2
2.0
1.8
1.6
1.4
1.2
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2

-2.6 -2.4 -2.2 -2.0 -1.8 -1.6 -1.4 -1.2 -1.0 -0.8- 0.6- 0.4 -0.2 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 2.2 2.4 2.6

W -0.2
S
-0.4
-0.6
-0.8
-1.0
-1.2
-1.4
-1.6
-1.8
-2.0
-2.2 DIVERSIFIKASI
DEFENSIVE
-2.4
-2.6
-2.8
T
-3.0

Gambar. Diagram layang


KETERANGAN :
M1 : S-W (0,5) ; O-T (0,6)
M2 : S-W (1) ; O-T (0,6)
M3 : S-W (-0,4) ; O-T (0,3)
M4 : S-W (1) ; O-T (0,84)
M5 : S-W (0,6) ; O-T (-0,1)
3.3 Perencanaan (Rencana Strategi)
Tabel 3.13 Perencanaan M1-M5
Planning Of Action(POA)
IndikatorKeberhasil
No Masalah Tujuan Sasaran Program/Kegiatan Evaluasi
an
M1 (MAN)
1. Ketenagaan Diharapkan Kepala Memaksimalkan Tercapainya pelatihan Kepala ruangan
Belum optimalnya kedepannya dapat ruangan dan pelatihan bagi semua yang maksimal untuk menerima usulan dari
pelatihan bagi ditingkatkan Perawat perawat perawat kelompok
semua perawat pelatihan bagi diruangan
semua perawat
M3
1. Ronde Terlaksananya Semua 1. Menentukan kasus untuk 1. Tersedianya Telah terlaksananya
Keperawatan ronde pemberi ronde keperawatan buku pedomandan ronde keperawatan
belum adanya keperawatan di asuhan 2. Mempersiapkan pasien. SOP tentang ronde dalam 3 bulan
diterapkan secara ruang S 3. Informed consent keperawatan di kedepan
rutin kepadapasien/keluarga. ruangan
4. Melakukan ronde 2. Dilakukanny
keperawatan a ronde
5. Kepala ruangan, perawat keperawatan secara
primer, perawat asosiet dan rutin sesuai SOP
konsule rmenyimpulkan dan melibatkan tim
hasil ronde dan diskusi medis lainnya 1x
untuk merekomendasikan seminggu dalam 6
solusi yang dilakukan bulan kedepan
dalam mengatasimasalah
ronde keperawatan
M5 (MARKETING/MUTU)
1. Perawat jarang Terlaksananya Kepala 1. Kepala ruangan 1. Perawat 1. Kepalaruangan
memperkenalka perkenalan diri ruangan dan mengusulkan ruangan menerima saran
n diri saat kepada pasien Perawat mengadakan in house mendapatkan untukmengadakanpelatih
pasien masuk saat masuk ke ruangan training untuk pelatihan atau in an/in house training
ke ruangan ruangan dan saat komunikasi efektif dan house training kepada perawat ruangan.
pergantian shif service excellent. komunikasi 2. 90% perawat
dinas 2. Perawat ruangan efektifdan service telah memperkenalkan
untuk selalu excellent sebanyak dirisaat menerima pasien
memperkenalkan diri 75% dalamwaktu 6 baru maupun
saat menerima pasien bulan kedepan. memberikan asuhan
baru maupun 2. 100% pasien.
memberikan asuhan. Perawat selalu 3. 60% pasien dan
3. Perawat ruangan memperkenalkan diri keluarga mengenal
untuk menyampaikan saat menerima pasien perawat yang
perawat yang baru maupun bertanggung jawab pada
bertanggung jawab memberikan asuhan pergantian shift
setiap pergantian shift. pasien.
3. 100%
Keluarga dan pasien
mengenal perawat
yang bertanggung
jawab pada setiap
shift.
2. Petugas Teraksananya Kepala Kepala ruangan 100% perawat selalu Kepala ruangan
penerima pasien orientasi dan ruangan memberikan contoh melakukan orientasi menerima saran dari
jarang menjelaskan tata danPerawat kepada perawat ruangan dan kelompok supaya
melakukan tertib ruangan ruangan penerima pasien untuk menjelaskan tata perawat selalu
orientasi, kepada pasien dan melakukan orientasi dan tertib ruangan kepada melakukan orientasi
menjelaskan keluarga menjelaskan aturan dan pasien dan keluarga ruangan dan
aturan dan tata tata tertib ruangan menjelaskan tata tertib
tertib ruangan kepada pasien dan ruangan kepada pasien
kepada pasien keluarga. dan keluarga.
dan keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. 2001. Dasar -Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya Medika

Arwani, HS. 2005. Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakarta: EGC

Bolton, dkk. 1. 2014.Steps for Managing Organisational Change”. Journal of Nursing


Administration, 22, 14–20.
Hasibuan, SP. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Lancaster, J. 2013. Nursing Issues in Leading and Managing Change. St.Louis: Mosby.

Ma’arifin, H. 2015. “Perubahan dan Keperawatan di Indonesia”. Makalah Seminar Nasional.


Jakarta.

Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

________. 2011. Manajemen Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika

________. 2014. Manajemen Keperawatan. Penerapan dalam Praktik Keperawatan

________. 2015. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan


Profesional Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika

Profil BLUD RS dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, tahun 2014.

Suarli, YB. 2009. Manajemeen Keperawatan Dengan Pendekatan Praktis. Jakarta: Erlangga

Suyanto. 2008. Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawaataan di Rumah Sakit.


Jakarta: Mitra Cendika Press
Vestal, K.W. 2014. Nursing Management: Control and Issues. Edisi 2. Philadelphia: J.B.
Lippincott.

Anda mungkin juga menyukai