Oleh
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing II
Pembimbin
gI
Disetujui oleh:
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Tim Penguji
Ketua Penguji
Penguji I Penguji II
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Riwayat Pendidikan :
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
sebagai salah satu syarat menyelesaikan mata ajar Praktek Belajar Lapangan
saya dan teman-teman mahasiswa ataupun siapa yang membaca PBLK ini lebih
Pada Bayi Di Ruangan Nicu Rumah Sakit Kesdam Putri Hijau Tingkat II Medan
Tahun 2020. Penulis mendapat banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai
pihak dalam melaksanakan serta menyusun laporan PBLK ini, sehingga dalam
1. Bapak Drs. H. Paul Sirait, SKM, M,Kes dan Bapak Drs Asman R.Karo-Karo,
v
2. Bapak DR. Ferrial Paesha Sirait, M.Sc, selaku ketua Yayasan X`Institut
3. Ibu Diana, SKM. Mkes, selaku Rektor Institut Kesehatan Sumatera Utara.
PBLK.
7. Ibu Dameria Ginting, S.kep, Ns, M.Kep, selaku Dekan Fakultas Ilmu
8. Ibu Maita Sarah, S.Kep, Ns. M.Kep, Selaku Ketua Program Studi Pendidikan
10. Ibu Hoilisah, S.Kep, Ners sebagai Dosem Pembimbing 2 yang telah banyak
PBLK ini
11. Seluruh Staf dan Dosen Pengajar S1 Keperawatan Sumatera Utara yang telah
vi
12. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis persembahkan kepada
kedua orang tua saya Ayah dan Ibu yang telah memberikan dukungan moral
dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik.
13. Serta teman Profesi Ners Inkessu dan sahabat – sahabat ku tercinta yang telah
mendukung dan mendoakan penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
untuk menerapkan pengetahuan di dunia nyata. Kiranya PBLK ini bisa memenuhi
membutuhkan isi dari PBLK ini. Meski begitu, penulis sadar bahwa PBLK ini
perlu untuk terus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. Untuk itu, saran dan
kritik yang membangun dari pembaca akan diterima de ngan senang hati. Tidak
lupa penulis ucapkan terima kasih, PBLK ini dapat dipakai untuk menambah ilmu
Penulis
vii
DAFTAR ISI
2.5 Penatalaksanaan...................................................................... 12
2.5.3 Pengkajian................................................................... 13
viii
2.5.4 Rumusan Diagnosa Keperawatan ............................... 14
2.5.6 Implementasi............................................................... 21
2.5.7 Evaluasi....................................................................... 21
Bayi ....................................................................................... 31
Bayi ........................................................................................ 36
LAMPIRAN ........................................................................................................ 44
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
berasal dari kata latin yaitu respire yang artinya bernapas. Respirasi yaitu suatu
proses pembebasan energi yang tersimpan dalam zat sumber energi melalui proses
(O2 ) antara atsmosfer dan darah serta pertukaran (CO 2 ) Karbodioksida antara
darah dan atsmosfer. Pada proses pernafasan sering dijumpai masalah yang
timbul, baik berkaitan dengan pola napas, jalan napas maupun hal-hal lain yang
berkaitan dengan oksigenasi. Salah satu masalah pernapasan yang timbul adalah
ketidakefektifan pola napas yang disebabkan dari berbagai sebab dan etiologi (Efi
Nuriyanti, 2017).
Gagal napas pada neonatus merupakan masalah klinis yang sangat serius,
Sindroma gagal napas (Respiratory Distress Sindrom, RDS) adalah istilah yang
atau tidak kuatnya jumlah surfaktan dalam paru (Maria Yosefa Moi, 2019).
morbiditas dan mortalitas pada kelahiran bayi kurang bulan (BKB). Kirkpatrick
dan Muller" melaporkan kejadian RDS 50-70% pada usia gestasi 28-30 minggu
1
dengan kematian neonatal 80%. Di Inggris telah dilaporkan 70% kematian
Kegawatan pernapasan dapat terjadi pada bayi aterm maupaun pada bayi
preterm, yaitu bayi dengan berat lahir cukup maupun dengan berat badan lahir
rendah (BBLR). Bayi dengan BBLR yang preterm mempunyai potensi kegawatan
lebih besar karena belum maturnya fungsi organ orga n tubuh. Kegawatan sistem
pernapasan dapat terjadi pada bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
2.500 gram dalam bentuk sindroma gagal napas dan asfiksia neonatorum yang
terjadi pada bayi cukup bulan paru (Maria Yosefa Moi, 2019).
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi pada periode sejak bayi lahir sampai
bayi belum berusia tepat satu tahun. Kematian bayi dipengaruhi oleh jumlah
kematian neonatal.
terjadi pada tujuh hari pertama dan untuk masalah respirasi mengambil peranan
penting dalam tingginya kematian pada neonatus. Penyebab kematian pada bayi
(6,6%). Penyebab kematian bayi 7-28 hari adalah sepsis (20,5%), kelainan
2
kongenital (18,1%), pneumonia (15,4%), prematuritas dan bayi berat lahir rendah
2016).
Salah satu penyebab kematian untuk masalah respirasi pada bayi baru lahir
dikarenakan beberapa hal, yaitu pada masa maternal seperti riwayat penyakit pada
ibu (hipertensi dan diabetes); masa fetal seperti bayi lahir prematur dan kelahiran
secsio secaria dan masa neonatal dikarenakan infeksi dan asfiksia neonatorum.
RDS merupakan masalah yang dapat menyebabkan henti nafas bahkan kematian,
sehingga dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada bayi baru lahir
(Rogayyah, 2016).
pada 20.000-30.000 bayi baru lahir setiap tahun. Sedangkan di Indonesia sekitar
neonatal (35,9%), lalu prematuritas (42,4%) dan sepsis (12%). Data bayi lahir
dengan RDS di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tahun 2015 sebanyak 107
dan postnatal surfaktan sebanyak 2-3 %, di USA 1,72% dari kelahiran bayi hidup
3
periode 1998 - 1987. Secara tinjauan kasus, di negara- negara Eropa sebelum
pemberian rutin antenatal steroid dan postnatal surfaktan, terdapat angka kejadian
RDS 2-3%, di USA 1,72% dari kelahiran bayi hidup periode 1986-1987.
Sedangkan jaman moderen sekarang ini dari pelayanan NICU turun menjadi 1%
di Asia Tenggara. Di Asia Tenggara penyebab terbanyak dari angka kesakitan dan
kematian pada bayi prematur adalah RDS. Sekitar 5-10% didapatkan pada bayi
kurang bulan, 50% pada bayi dengan berat 501-1500 gram. Angka kejadian
berhubungan dengan umur gestasi dan berat badan dan menurun sejak digunakan
surfaktan eksogen. Saat ini RDS didapatkan kurang dari 6% dari seluruh neonatus
ada yaitu ketrsediaan tenaga ahli, fasilitas yang memiliki kemampuan dalam
Moi, 2019)
4
Indonesia. Tujuannya untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan
Indonesia.
1.2 Tujuan
Ruangan NICU Rumah Sakit TK II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan Tahun 2020.
5
riwayat penyakit hipertensi ibu selama kehamilan, berat badan lahir
asfiksia.
ketuban pecah dini, berat badan lahir pada neonatus dan derajat
1.3 Manfaat
dengan RDS.
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Defenisi
disfungsi pernapasan pada neonatus yang dikarenakan beberapa hal, yaitu pada
masa matemal seperti riwayat penyakit pada ibu (hipertensi dan diabetes); masa
fetal seperti bayi lahir prematur dan kelahiran ganda; masa persalinan seperti
kehilangan darah yang berlebih, postmaturitas, secsio secaria); dan masa neonatal
morbiditas dan mortalitas pada bayi baru lahir. Kegawatan pernapasan dapat
terjadi pada bayi dengan gangguan pernapasan yang dapat menimbulkan dampak
yang cukup berat bagi bayi berupa kerusakan otak atau bahkan kematian. Akibat
berat dan lama, metabolisme anaerob akan menghasilkan asam laktat. Dengan
memburuknya keadaan asidosis dan penurunan aliran darah ke otak maka akan
terjadi kerusakan otak dan organ lain karena hipoksia dan iskemia, dan hal ini
7
2.2 Etiologi
RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena kurangnya
produksi surfaktan. Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan minggu ke-
22, makin muda usia kehamilan, makin besar pula kemungkinan terjadi RDS.
Ada 4 faktor penting penyebab defisiensi surfaktan pada RDS yaitu prematur,
didapatkan pada paru yang matur. Fungsi surfaktan untuk menjaga agar kantong
alveoli tetap berkembang dan berisi udara, sehingga pada bayi prematur dimana
kurang dan bayi akan mengalami sesak napas. Gejala tersebut biasanya muncul
dapat terjadi karena ada kelainan di dalam atau diluar paru, sehingga tindakan
1. Faktor ibu
Faktor ibu meliputi hipoksia pada ibu, gravida emmpat atau lebih,
2. Faktor plasenta
8
Faktor plasenta meliputi sulosio plasenta, pendarahan plasenta,
tempatnya.
3. Faktor janin
Faktor janin atau neonatus meliputi tali pusat menumbung, tali pusat
melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, kelainan
4. Faktor persalinan
lain-lain.
Gejala klinis yang dapat digunakan sebagai RDS (Viniarni Realita, dkk
(2014) adalah:
b. Dispnea
a. Apnea
9
b. Flaksiditas
c. Tidak bergerak
d. Tidak berespons
f. Bercak-bercak
Distress Syndrom) ini sangat dipengaruhi oleh tingkat maturitas paru. Se makin
rendah berat badan dan usia kehamilan, semakin berat gejala klinis yang
ditunjukan. Gejala dapat tampak beberapa jam setelah kelahiran. Bayi RDS
pertama mempunyai prognosis yang lebih baik. Gejala umum RDS yaitu: takipnea
dan pernapasan tidak teratur, penurunan suhu tubuh, retraksi suprasternal dan
kedalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak, mind mapping adalah
cara mencatat kratif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran
10
kita. Dengan mind map, daftar isi yang panjang dapat dialihkan menjadi diagram
warna-warni, sangat teratur, dan mudah diingat yang bekerja selaras dan cara
kerja alami otak dalam melakukan berbagai hal. (Tony Buzan, 1970). Berikut ini
11
2.5 Penatalaksanaan
penyakit yang mendasarinya. Saat ini terapi gagal napas pada neonatus ditujukan
gangguan napas berat harus dirawat di ruang rawat intensif untuk neonatus
(NICU), bila tidak tersedia bayi harus segera dirujuk ke rumah sakit yang
berikut:
2.5.1 Medis
Menurut Cecily & Sowden (2009) penatalaksanaan medis pada bayi RDS
(Respiratory Distress Syndrom) dalam penelitian Maria Yosefa Moi (2019) yaitu:
12
4. Pantau nilai gas darah arteri, Hb dan Ht serta bilirubin.
darah.
2.5.2 Keperawatan
meliputi tindakan pendukung yang sama dalam pengobatan pada bayi prematur
diperbolehkan selama fase akut penyakit ini karena dapat menyebabkan aspirasi.
terhadap RDS meliputi tindakan pendukung yang sama dalam pengobatan pada
per oral tidak diperbolehkan selama fase akut penyakit ini karena dapat
2.5.3 Pengkajian
13
dilakukan dengan berbagai cara yaitu anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik,
b. Kaji riwayat neonatus (lahir afiksia akibat hipoksia akut, terpajan pada
keadaan hipotermia)
d. Kaji nilai apgar rendah (bila rendah di lakukkan tindakan resustasi pada bayi).
e. Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan tanda dan gejala RDS. Seperti:
keperawatan untuk menentukan intervensi kepera watan (Cecily & Sowden, 2009)
kapiler
14
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, terpajan kuman
patogen
Intervensi Keperawatan
2.5.5 Perencanaan
masalah/ kebutuhan pasien, tujuan, hasil perawatan dan intervensi untuk mencapai
15
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan
berhubungan dengan perubahan keperawatan selama 1 x 24 jam, 1. Kelola humidifikasi oksigen sesuai
4. Sianosis
berhubungan dengan hiperventilasi selam 2x24 jam diharapkan: 1. Monitor kecepatan, irama,
Batasan karakteristik: 1. Pola nafas efektif dengan kedalaman dan upaya naik.
16
1. Ada retraksi dinding dada kriteria hasil pernafasan 2. Monitor pergerakan, kesimetrisan
takipneu. dalam batas normal (40- dada, retraksi dada, dan alat bantu.
17
penumpukan sekret. pasien dapat meningkatka n pastikan airway paten.
Batsan karakteristik: status pernafasan yang 2. Monitor perilaku dan status menta l
1. Batuk tidak efektif. adekuat dengan kriteria hasil: pasien, kelelahan agitasi dan konfus.
2. Dispneu Gelisah. 1. Tidak ada suara nafas 3. Posisikan klien dengan elevas i
4. Bunyi nafas. 2. Tidak ada retraksi dinding 4. Monitor efek sedasi dan
5. Tidak sianosis.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan Dalam jangka waktu 1 jam Kontrol infeksi:
terpajannya kuman patogen. pasien akan terbebas dari resiko 1. Bersihkan lingkungan setela h
18
1. Tanda gejala infeksi. 1. Bebas dari tanda tanda 2. Pertahankan teknik isolasi.
perawatan pasien.
umum.
19
9. Tingkatkan intake nutrisi
bila perlu
adaptasi lingkungan. pasien akan terbebas dari 1. Monitor suhu tubuh tiap 2 jam.
Batasan karakteristik: hipotermi dengan kriteria hasil: 2. Monitor warna kulit dan suhu kulit.
1. Suhu dibawah batas normal. 1. Suhu dalam batas normal. 3. Kaji tanda tanda hipertermi
5. Kulit hangat.
20
2.5.6 Implementasi
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
perawat yang berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan
lain untuk membantu masalah kesehatan pasien yang sesuai dengan perencanaan
dan kriteria hasil yang telah ditentukan dengan cara mengawasi dan mencatat
2.5.7 Evaluasi
yang dilakukan secara terus- menerus dan penting untuk menjamin kualitas serta
ketepatan perawatan yang diberikan dan dilakukan dengan meninjau respon untuk
(doenges 2013).
rencaan asuahan dibuat sesuai dengan keperluan. Jika tujuan terpenuhi dengan
21
mendokumentasikan analisa masalah teratasi. Tujuan yang tidak terpenuhi dan
(NICU)
Pengaturan posisi tidur pada bayi baru lahir merupakan peran perawat
khususnya pada bayi prematur bukanlah hal yang mudah. Kesalahan pemberian
kenyamanan dan kualitas tidur, intoleransi minum, deformitas sendi panggul, dan
perdarahan pada otak (Peng, et al., 2014; Werth, Atallah, Zwartkruis-pelgrim, &
Posisi prone dapat meningkatkan fungsi paru, meningkatkan fungsi tidur tenang,
dan tidur aktif pada bayi baru lahir. Posisi semi/quarter-prone dapat membantu
stabilisasi frekuensi napas pada bayi prematur yang menggunakan CPAP. Posisi
lateral kiri dapat digunakan sebagai alternatif perbaikan fungsi paru pada bayi
22
prematur. Posisi lateral kanan merupakan posisi alternatif dari posisi pronasi yang
penurunan cerebral flow pada bayi amat sangat prematur dengan posisi pronasi.
Effendi (2019).
dapat mengoptimalisasi fungsi paru pada bayi prematur (Gouna, et al., 2013;
Joanna Briggs Institution, 2010), meningktkan kualitas tidur bayi (Jarus, et al.,
2011), menurunkan stres dan distres (Madlinger- lewis, et al., 2014), peningkatan
ketepatan postur tubuh, perkembangan fungsi otonomi (Poulose, et al., 2015), dan
pemberian posisi pronasi dan lateral kiri mampu meningkatkan fungsi paru dan
oksigen, frekuensi pernafasan, nadi dan suhu pada bayi pre matur
suplai oksigen pada bayi yang mengalami hipoksemia. Tindakan noninvasive juga
Salah satu tindakan noninvasif yang menyokong terapi oksigen adalah pengaturan
23
Penatalaksanaan utama pada bayi RDS yaitu terapi oksigen yang meliputi
dukungan nutrisi. Ventilasi mekanik adalah tindakan yang sering dibutuhkan pada
perawatan bayi baru lahir yang mengalami suatu penyakit dan masalah pernafasan
termasuk pada bayi prematur. Ventilasi mekanik ini diberikan dalam waktu yang
singkat atau sering juga diberikan dalam jangka waktu yang lama (Balaguer,
perbedaan dan masih dalam batas normal, berkisar antara (90-100%). Hasil
pengamatan frekuensi nadi, pernafasan dan pemakaian alat bantu pernafasan serta
fiksasi membantu peningkatan berat badan dengan stabilnya frekuensi nadi dan
pernafasan, serta lama pemakaian alat bantu pernafasan menjadi lebih singkat.
nesting dengan fiksasi pada perawatan bayi dengan gawat nafas di ruangan NICU.
3. Posisi lateral kiri elevasi kepala 30 derajat terhadap nilai tekanan parsial
(Potter dan Perry, 2005). Penerapan posisi pasien di ruang intensif sebaiknya
24
kenyamanan pasien (Mahvar et al., 2012). Posisi lateral kiri dan kanan pada
oksigen (pO2) yang lebih tinggi pada dari pada posisi telentang (Glanville dan
parsial oksigen (pO2) pada pasien bypass arteri koroner menunjukkan hasil
tekanan parsial oksigen (pO2) dan saturasi oksigen pada posisi lateral kiri dan
lateral kanan lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan posisi telentang
dan posisi semi fowler, dimana posisi lateral kiri memperoleh peningkatan
tekanan parsial oksigen (pO2) yang lebih tinggi dibanding posisi lainnya.
intervensi antara 119–228 mmHg, sedangkan nilai tekanan parsial oksigen (pO2)
adanya perbedaan bermakna antara nilai pO2 sebelum dan sesudah pemberian
posisi lateral kiri dengan elevasi kepala 30 derajat di mana p= 0,040 ( p < 0,05).
tekanan parsial oksigen (pO2) pada pasien yang terpasang ventilasi mekanik.
tentang intervensi ini dapat dikembangkan untuk pasien yang dirawat dengan
25
masalah pernapasan atau penyakit primer paru untuk meningkatkan nilai tekanan
menimbulkan efek merugikan pada paru bayi lahir prematur dan risiko
(2020).
Pressure / CPAP pada kasus neonates dengan gagal nafas. Dari 8 artikel semuanya
yaitu CPAP.
diawal kelahirannya. Cara kerja CPAP memang efektf dari segi pe nggunaan dan
dalam hal biaya, namun seperti teknologi keras lainnya CPAP juga mempunyai
tingkat kebisingan dari alat dan stress kerja pada perawat. Dalam penulisan ini
pencegahannya.
26
Berdasarkan telaah jurnal ini, penulis sangat merekomendasikan untuk
mencari terobosan baru mencegah dan mengurangi efek samping dari penggunaan
CPAP ini, dalam hal ini kerusakan hidung/nasal bayi baru lahir.
2012).
Oleh karena itu, regulasi pelaksanaan harus direncanakan secara matang agar
(PPA) serta Manajer Pelayanan Pasien (MPP) dan keluarga juga dilibatkan dalam
Sakit, 2017).
dari dokter, gizi, fisioterapi, farmasi, dan perawat yang memberikan asuhan
komunikasi dan koordinasi, edukasi dan advokasi, kendali mutu, dan biaya
27
pelayanan pasien (Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2017). Proses pemberian
baik bermanfaat antara lain pasien dan keluarga merasa siap untuk kembali ke
pasien dari rumah sakit ke lingkungan lainnya agar perawatan yang telah
berikut:
28
b. Mempersiapkan keluarga secara emosional dan psikologis terhadap
pasien.
Menurut Zwicker & Picariello, (2003) dalam Darlina 2012 ada beberapa
kebutuhan pasien.
pasien.
melanjutkan perawatan.
memadai.
29
e. Menjamin adanya kontinuitas dalam perawatan setelah pulang dari
rumah sakit.
discharge planning.
Patient Safety atau Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem di
mana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi:
asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
Isu keselamatan pasien merupakan salah satu isu utama dalam pelayanan
kesehatan. merupakan sesuatu yang jauh lebih penting dari pada sekedar efisiensi
pelayanan. Berbagai risiko akibat tindakan medik dapat terjadi sebagai bagian dari
pelayanan kepada pasien. Ternyata mutu pelayanan saja tidak cukup. Proses
hukum di Rumah Sakit sangat meningkat. Rumah Sakit dan Profesi gencar
culture ke safety culture dan mengurangi litigasi di Rumah Sakit. (Hillary Clinton
30
BAB III
PEMBAHASAN
(RDS) adalah suatu sindroma yang terjadi pada bayi prematur karena imaturitas
struktur paru dan insufisiensi produksi surfaktan. Pada bayi prematur, defisiensi
prematur segera atau beberapa saat setelah lahir (4-6 jam) yang ditandai adanya
atau epigastrium), sianosis, suara merintih saat ekspirasi, yang menetap dan
mengeluarkan CO2. Gagal napas akut merupakan diagnosis primer hampir 50%
pasien yang masuk ruang pelayanan intensif anak dan merupakan penyebab henti
napas paling sering pada anak. Ada empat kelainan utama pada gagal napas akut,
31
Penatalaksanaan utama pada bayi RDS yaitu terapi oksigen yang meliputi
dukungan nutrisi. Ventilasi mekanik adalah tindakan yang sering dibutuhkan pada
perawatan bayi baru lahir yang mengalami suatu penyakit dan masalah pernafasan
termasuk pada bayi prematur. Ventilasi mekanik ini diberikan dalam waktu yang
singkat atau sering juga diberikan dalam jangka waktu yang lama (Balaguer,
Posisi prone dapat meningkatkan fungsi paru, meningkatkan fungsi tidur tenang,
dan tidur aktif pada bayi baru lahir. Posisi semi/quarter-prone dapat membantu
stabilisasi frekuensi napas pada bayi prematur yang menggunakan CPAP. Posisi
lateral kiri dapat digunakan sebagai alternatif perbaikan fungsi paru pada bayi
prematur. Posisi lateral kanan merupakan posisi alternatif dari posisi pronasi yang
penurunan cerebral flow pada bayi amat sangat prematur dengan posisi pronasi.
Effendi (2019).
perbedaan dan masih dalam batas normal, berk isar antara (90-100%). Hasil
pengamatan frekuensi nadi, pernafasan dan pemakaian alat bantu pernafasan serta
32
fiksasi membantu peningkatan berat badan dengan stabilnya frekuensi nadi da n
pernafasan, serta lama pemakaian alat bantu pernafasan menjadi lebih singkat.
nesting dengan fiksasi pada perawatan bayi dengan gawat nafas di ruangan NICU.
intervensi antara 119–228 mmHg, sedangkan nilai tekanan parsial oksigen (pO2)
adanya perbedaan bermakna antara nilai pO2 sebelum dan sesudah pemberian
posisi lateral kiri dengan elevasi kepala 30 derajat di mana p= 0,040 ( p < 0,05).
tekanan parsial oksigen (pO2) pada pasien yang terpasang ventilasi mekanik.
tentang intervensi ini dapat dikembangkan untuk pasien yang dirawat dengan
masalah pernapasan atau penyakit primer paru untuk meningkatkan nilai tekanan
Pressure / CPAP pada kasus neonates dengan gagal nafas. Dari 8 artikel semuanya
yaitu CPAP.
33
Alat ini digunakan pada bayi yang mengalami gangguan pernafasan
diawal kelahirannya. Cara kerja CPAP memang efektf dari segi penggunaan dan
dalam hal biaya, namun seperti teknologi keras lainnya CPAP juga mempunyai
tingkat kebisingan dari alat dan stress kerja pada perawat. Dalam penulisan ini
pencegahannya.
sindrom berfokus pada kegawatan gagal nafas pada bayi neonatus yakni dengan
dilakukan setelah pasien pulang dari rumah sakit sehingga dapat meningkatkan
34
pelayanan gawat darurat, rawat jalan, dan rawat inap. Fungsi utamanya adalah
(Depkes, 2009). Saat ini, masih banyak keluhan yang dilaporkan oleh masyarakat
mengenai pelayanan kesehatan di rumah sakit yang kurang optimal. Salah satu
insidensi gagal napas di Amerika adalah 18 per 1000 kelahiran hidup. Meskipun
insidensinya lebih tinggi pada bayi dengan berat badan lahir rendah, sepertiga
kasus terjadi pada bayi dengan berat badan normal. Insidensi tertinggi terdapat
setelah kelahiran, dan 80% diantaranya terjadi pada minggu pertama dengan
komplikasi perinatal. Pada suatu studi kematian neonatal di daerah Cirebon tahun
2006 disebutkan pola penyakit kematian neonatal 50% disebabkan oleh gangguan
pernapasan meliputi asfiksia bayi baru lahir (38%), respiratory distress 4%, dan
35
aspirasi 8%.3,4 Meskipun angka-angka tersebut masih tinggi, Indonesia
sebenarnya telah mencapai tujuan keempat dari MDG, yaitu mengurangi tingkat
kematian anak. Dengan pencegahan dan penatalaksanaan yang tepat, serta sistem
discharge planning merupakan hal pokok yang wajib dimilliki perawat untuk
melindungi hak- hak pasien, mengajarkan kelurga dank lien sendri untuk
patient safety yaitu penghindaran, pencegahan dan perbaikan dari kejadian yang
(Ballard, 2003). Sehingga, program utama patient safety yaitu suatu usaha untuk
menurunkan angka kejadian tidak diharapkan (KTD) yang sering terjadi pada
pasien selama dirawat di rumah sakit yang sangat merugikan baik pasien maupun
36
Respiratory distress syndrome (RDS) disebut juga hyaline membrane
surfaktan terutama pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang (Honrubia &
Stark). Manifestasi dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan
alveolus akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi sehingga untuk pernafasan
berikutnya dibutuhkan tekana negative intoraks yang lebih besar yang disertai
usaha inspirasi yang kuat. Tanda klinis sindrom gawat nafas adalah pernafasan
Penyakit membran hialin (PMH) biasanya teijadi pada bayi prematur dan
insidennya secara proporsional berlawanan dengan usia gestasi dan berat lahir.
Enam puluh sampai delapan puluh persen teijadi pada bayi dengan gestasi kurang
dari 28 minggu, 15-30% teijadi pada gestasi antara 32-36 minggu, dan 5% pada
gestasi 37 minggu keatas. Fanaroff, dkk melaporkan bahwa 42% bayi antara 501-
1500 gr mengalami PMH, dimana 71% dialami bayi dengan berat badan antara
501-750 gr, 54% antara 751-1000 gr, 36% antara 1001-1250 gr, dan 22% antara
37
Penatalaksanaan neonatus dengan gagal nafas sebaiknya ditujukan pada
penyakit yang mendasarinya. Saat ini terapi gagal nafas pada neonatus ditujukan
gangguan nafas berat harus dirawat di ruang rawat intensif untuk neonatus
(NICU), bila tidak tersedia bayi harus segera dirujuk ke rumah sakit yang
menjadi tugas yang harus dijadikan kebiasaan sehari hari dalam memberikan
bagian dari SNARS yang menajdi patokan dalam melakukan tindakan medis dan
keperawatan. Dikarenakan tidak jarang dari pasien yang berada di rumah sakit
38
BAB IV
4.1 Kesimpulan
(EBN) dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan mengenai Manaje men
Sakit TK II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan Tahun 2020 adalah sebagai berikut:
dalam pengkajian yang telah di lakukan anamnesa meliputi data subjektif dan
ketidakefektifan bersihan jalan napas, Resiko tinggi infeksi dan Pola napas
tidak efektif.
ketidakefektifan bersihan jalan napas, resiko tinggi infeksi dan pola nafas
39
tidak efektif. Perencanaan asuhan keperawatan juga disusun berdasarkan
plasenta previa yaitu pasien merasa mampu dan termotivasi untuk mengikuti
4.2 Saran
a. Bagi Mahasiswa
Diharapkan lebih proaktif, cepat dan tanggap dalam menanggapi segala situasi
dan kondisi yang di hadapi baik dalam teori atau di lapangan, khususunya dalam
40
c. Bagi Perawat di Rumah Sakit TK II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan
Diharapkan bagi perawat di Rumah Sakit TK II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan
41
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar, Edy. 2017. Tata Kelola dan Kepatuhan Penerapan Standar Patient
Safety Penyakit Stroke di Rumah Sakit Dr. Kanujoso Djatiwibowo Tahun 2015.
Jurnal ARSI : Jakarta
Kamil, Hajjul. 2018. Patient Safety. Idea Nursing Journal ISSN : 2087-2879 :
Banda Aceh
Ladewing, Patricia dkk. (2006). Buku Saku Asuhan Keperawatan Bayi Baru
Lahir_Edisi 5. Jakarta : EGC
Moi, Maria Yoseffa. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Bayi Ny. T dengan RDS
(Respiratory Distress Syndrom) di Ruang NHCU RSUD
Prof.DR.W.Z.Johannes Kupang. Kupang : Politeknik Kesehatan Kemenkes.
Price dan Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis, Proses Penyakit, Buku
I_Edisi 4. Jakarta : EGC.
Soeparman dan Waspadji (1990). Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I_Edisi 3. Jakarta
:Balai Penerbitan FKUI.
42
Surarmi, Asrining dkk. (2003). Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta : EGC.
Viniarni, dkk. (2014). Asuhan Keperawatan Maternitas Bayi Baru Lahir dengan
Gawat Napas. Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
43
LAMPIRAN
44
LEMBAR KONSULTASI PBLK
45
LEMBAR KONSULTASI PBLK
46