Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN KOMPREHENSIF

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM

MUSKULOSKELETAL PADA PASIEN DENGAN

FRAKTUR FIBULA

TAHUN 2020

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan


Mata Pengalaman Belajar Lapangan Komprehensif

Oleh :

SOHNI BR SOLIN S.Kep

NIM : 1905124

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS

INSTITUT KESEHATAN SUMATERA UTARA

MEDAN

2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Hasil Praktek Belajar Lapangan Komprehensif Ini

Telah Mendapat Persetujuan Dengan Judul:

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM


MUSKULOSKELETAL PADA PASIEN DENGAN
FRAKTUR FIBULA
TAHUN 2020

Medan, 12 September 2020

Pembimbing I Pembimbing II

( Dewi Astuti Pasaribu, S.Kep, Ns, M.Kep) (Hoilisah S.Kep, Ners)

Disetujui Oleh:

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS INSTITUT ILMU


KESEHATAN SUMATERA UTARA

Ketua Program Studi Profesi Ners Program Akademik

(Dameria Br Ginting, S.Kep, Ners, M.Kep)


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Hasil Praktek Belajar Lapangan Komprehensif Ini

Telah Mendapat Persetujuan Dengan Judul:

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM


MUSKULOSKLETAL PADA PASIEN DENGAN
FRAKTUR FIBULA
TAHUN 2020

Yang Dipersiakan Dan Dipertahankan Oleh:

Sohni Br Solin S.Kep


1905124

Tim Penguji
Ketua Penguji

(Dewi Astuti Pasaribu, S.Kep, Ns, M.Kep)

Penguji I Penguji II

(Maita Sarah, S.Kep, Ns, M.Kep) (Hoilisah S.Kep, Ners)

Medan, 12 September 2020


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS INSTITUT ILMU
KESEHATAN SUMATERA UTARA
Ketua Program Studi Profesi Ners Program Akademik

(Dameria Br Ginting, S.Kep, Ners, M.Kep)


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi
Nama : Sohni Br Solin
Tempat/tgl Lahir : Medan, 12 Januari 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jl. Bunga Bangsa Simalingkar B Medan
Nama Ayah : Alm. Lamsana Solin
Nama Ibu : Mesda Br Sihotang

II. Riwayat Pendidikan


SD : SDN 064990 TAHUN 2009
SMP : Swasta Harapan Baru Medan Johor Tahun 2012
SMA : Swasta YP Budi Insani Medan Tahun 2015
S1 : Institut Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan nafas kehidupan bagi penulis, karena atas rahmat dan
karunianya penulis dapat menyelesaikan hasil Laporan Praktik Belajar Lapangan
Komprehensif (PBLK) dengan judul “Manajamen Asuhan Keperawatan
Sistem Muskuloskeletal Pada Pasien Dengan Fraktur Fibula” yang
merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Studi gelar Profesi Ners di
Institut Ilmu Kesehatan Sumatera Utara Medan.
Selama menyelesaikan PBLK ini penulis sangat banyak mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak sehingga PBLK ini dapat terselesaikan dengan
baik, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar
besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Asman R. Karo-Karo MM, Selaku Pendiri Yayasan Institut
Kesehatan Sumatera Utara
2. Bapak Prof Dr. H. Paul Sirait SKM, MM, M.Kes, Selaku Ketua Senat
Yayasan Institut Kesehatan Sumatera Utara
3. Bapak Dr. Ferrial pasha Sirait, M.Sc, Selaku Ketua Yayasan Institut
Kesehatan Sumatera Utara
4. Ibu Diana, SKM, M.Kes, Selaku Ketua Institut Kesehatan Sumatera Utara
5. Ibu Mazly Asatuty, S.Kep, Ners, M.Kep, Selaku Wakil Ketua I Bidang
Akademik Institut Kesehatan Sumatera Utara
6. Ibu Martalena Br S. Kembaren, SKM, M.Kes, Selaku Ketua II Bidang
Administrasi Institut Kesehatan Sumatera Utara
7. Bapak Dian Fajariadi, S.Kep, Ners, M.Kep, Selaku Wakil ketua III Bidang
Kemahasiswaan dan Kerja Sama Institut Kesehatan Sumatera Utara
8. Ibu Dameria Br Ginting, S.Kep, Ners, M.Kep, Selaku Ketua
Program Studi Institut Kesehatan Sumatera Utara
9. Bapak Basri S.Kep, Ners, M.Kep, Selaku Sekretaris Program studi
Institut Kesehatan Sumatera Utara
10. Ibu Dewi Astuti Pasaribu S.Kep, Ners, M.Kep, Selaku Dosen
Pembimbing dalam pembuatan PBLK ini.

i
11. Ibu Hoilisah S.Kep, Ners, Selaku Dosen Pembimbing II saya yang
senantiasa menyediakan waktu dan memberikan arahan, bimbingan,
dan pengetahuan kepada penulis dalam menyelesaikan PBLK ini
12. Seluruh Staff/Dosen Di Institut Kesehatan Sumatera Utara yang
telah berjasa memberikan sumbangan ilmu, motivasi dan masukan-
masukan dalam penulisan PBLK ini
13. Letkol CKM dr. M, Irsan Basyroel, Selaku Kepala Rumah Sakit TK
II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan, yang telah memberikan ijin
kepada penulis untuk melakukan penelitian.
14. Kedua orang tua saya yang telah banyak memberikan kasih saying
yang tidak pernah berhenti mengorbankan tenaga, membesarkan,
mendidikan, dan selalu mendoakan serta mendukung penulis dalam
menyelesaikan PBLK ini, serta kepada Kakak, Abang dan Adik
saya, Nova, Niko, Nola, Hanna, Yosafat.
15. Kepada Orang Tersayang yang selalu memberikan dukungan dan
motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan studi dan PBLK ini
yaitu Jenda Malem Karina S. Kembaren
16. Kepada seluruh teman-teman sejawat dan seangkatan XIX atas Doa
dan Dukungannya selama Penyusunan PBLK ini.
Terima kasih atas doa dan dukungannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan PBLK ini tepat pada waktunya. akhir kata, penulis berharap
semoga PBLK ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dalam bidang
keperawatan
Medan, 12 September 2020
Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

KATA PENGANTAR ..…………………………………………………... i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……………………………………………….1


1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………2
1.3 Praktik Belajar Lapangan Komprehensif
1.3.1Tujuan Umum ……………………………………...3
1.3.2T ujuan Khusus ……………………………………..3
1.4 Manfaat Praktik Belajar Lapangan Komprehensif
1.4.1Bagi Mahasiswa Keperawatan ……………………..4
1.4.2Bagi Institusi Pendidikan …………………………..4
1.4.3Bagi Lahan Praktik …………………………………4

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1 Pengertian Fraktur Fibula …………………………………5

2.2 Etiologi ……………………………………………………..6

2.3 Manifestasi Klinis …………………………………………..7

2.4 Mind Mapping Fraktur Fibula ………………………………9

2.5 Penatalaksanaan Medis ……………………………………..10

2.6 Asuhan Keperawatan ………………………………………..12

2.7 Rumusan Diagnosis Nanda ………………………………….14

2.8 Resume Evidence Based Nursing …………………………...21

iii
2.9 Discharge Planning ………………………………………….22

2.10 Prinsip Pasien Safety ………………………………………..23

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pengkajian Keperawatan …………………………………24

3.2 Diagnosa Keperawatan …………………………………..25

3.3 Intervensi Keperawatan ………………………………….26

3.4 Implementasi Keperawatan ………………………………26

3.5 Evaluasi Keperawatan ……………………………………..27

3.6 Evidance Based Nursing …………………………………..28

3.7 Discharge Planning ……………………………………….29

3.8 Prinsip Pasien Safety……………………………….. 29

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ………………………………………………..30

4.2 Saran ………………………………………………………31

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iv
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran Konsul

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah kesehatan diseluruh dunia,


khususnya di negara berkembang. Kecelakaan lalu lintas dapat dialami oleh siapa
saja dan kapan saja. Berdasarkan prevalensi data menurut World Health of
Organisation (WHO) menyebutkan bahwa 1,24 juta korban meninggal tiap
tahunnya di seluruh dunia akibat kecelakaan lalu lintas.

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun


2013 menyebutkan bahwa Kejadian kecelakaan lalu lintas di Indonesia setiap
tahunnya mengalami peningkatan yaitu 21,8% dalam jangka waktu 5 tahun.
Kecelakaan lalu lintas dapat mengakibatkan kerusakan fisik hingga kematian.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2013
menyebutkan bahwa dari jumlah kecelakaan yang terjadi, terdapat 5,8% korban
cedera atau sekitar delapan juta orang mengalami fraktur dengan jenis fraktur
yang paling banyak terjadi yaitu fraktur pada bagian ekstremitas atas sebesar
36,9% dan ekstremitas bawah sebesar 65,2%.

Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2017 juga menyebutkan bahwa


kejadian kecelakaan lalu lintas di daerah Jawa Tengah sebanyak 6,2% mengalami
fraktur. di Indonesia kasus fraktur femur merupakan yang paling sering yaitu
sebesar 39% diikuti fraktur humerus (15%), fraktur tibia dan fibula (11%), dimana
penyebab terbesar fraktur fibula adalah kecelakaan lalu lintas yang biasanya
disebabkan oleh kecelakaan mobil, motor, atau kendaraan rekreasi (62,6%) dan
jatuh (37,3%) dan mayoritas adalah pria (63,8%).4,5% Puncak distribusi usia pada
fraktur fibula adalah pada usia dewasa (15 - 34 tahun) dan orang tua (diatas 70
tahun).

Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang.
Jika terjadi fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga sering kali terganggu.
Radiografi (sinar-x) dapat menunjukkan keberadaan cedera tulang, tetapi tidak

1
2

mampu menunjukkan otot atau ligamen yang robek, saraf yang putus, atau
pembuluh darah yang pecah sehingga dapat menjadi komplikasi pemulihan klien (
Black dan Hawks, 2014).

Penanganan terhadap fraktur dapat dengan pembedahan atau tanpa


pembedahan, meliputi imobilisasi, reduksi dan rehabilitasi. Reduksi adalah
prosedur yang sering dilakukan untuk mengoreksi fraktur, salah satu cara dengan
pemasangan fiksasi internal dan fiksasi eksternal melalui proses operasi (Smeltzer
& Bare, 2002). Russel dan Palmieri (1995) dalam Maher, Salmond & Pullino
(2002) menyatakan bahwa perubahan posisi untuk fraktur yang tidak stabil adalah
perencanaan tindakan Open Reduction and Internal Fixation(ORIF) dengan
menggunakan plate, skrup, atau kombinasi keduanya. Tindakan ORIF ini selain
menstabilkan fraktur juga membantu mengatasi cedera vaskular seperti sindroma
kompartemen yang terjadi pada pasien fraktur.

Hampir semua pembedahan mengakibatkan rasa nyeri. Nyeri merupakan


pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Perawat lebih banyak
menghabiskan waktunya bersama pasien yang mengalami nyeri dibanding tenaga
kesehatan lainnya dan perawat mempunyai kesempatan untuk membantu
menghilangkan nyeri dan efeknya yang membahayakan (Brunner & Suddart,
2008). Nyeri pasca operasi muncul disebabkan oleh rangsangan mekanik luka
yang menyebabkan tubuh menghasilkan mediator-mediator kimia nyeri (Smeltzer
& Bare, 2002). Intensitas bervariasi mulai dari nyeri ringan sampai nyeri berat
namun menurun sejalan dengan proses penyembuhan (Potter & Perry, 2006).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan


masalah adalah Manajemen Asuhan Keperawatan Sistem Muskuloskletal Pada
Pasien Dengan Fraktur Fibula.
3

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Setelah menyelesaikan Praktik Belajar Lapangan Komprehensif ini,


mahasiswa mampu melakukan manajemen asuhan keperawatan secara
komprehensif pada pasien gangguan sistem muskuloskeletal dengan Fraktur
Fibula.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Menyusun rencana asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi


keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem muskuloskeletal.

b. Melakukan pengkajian terkait dengan kebutuhan dasar pasien dengan


gangguan sistem muskuloskeletal.

c. Menegakkan diagnosis pasien dengan gangguan sistem muskuloskeletal.

d.Menyusun intervensi keperawatan dan rasionalnya pasien dengan


gangguan sistem muskuloskeletal.

e. Mengimplementasikan perencanaan keperawatan pada pasien dengan


gangguan sistem muskuloskeletal

f. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan


sistem muskuloskeletal.

g. Menerapkan evidence based nursing dalam tindakan keperawatan pada


pasien dengan gangguan sistem muskuloskeletal.

h. Menyusun discharge planning dalam memberikan asuhan keperawatan


pada pasien dengan gangguan sistem muskuloskeletal.

i. Menerapkan prinsip patient safety dalam melaksanakan asuhan


keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem muskuloskeletal.
4

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Mahasiswa Keperawatan

Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) ini dapat menjadi


pengalaman berharga bagi mahasiswa agar mampu menerapkan ilmu yang sudah
didapatkan dan melakukan pengelolaan secara komprehensif pada pasien
khususnya pasien dengan gangguan sistem muskuloskeletal, serta mengasah
kemampuan berpikir kritis mahasiswa dalam manajemen asuhan keperawatan
pada pasien tersebut.

1.3.2 Bagi Institusi

Institusi dapat meningkatkan kualitas mahasiswanya melalui pengalaman


praktik belajar komprehensif yang memberikan kemampuan bagi mahasiswa
untuk mengelola pasien, khususnya pasien dengan gangguan sistem
muskuloskeletal.

1.3.3 Bagi Lahan Praktik

Praktik Belajar Lapangan Komprehensif ini dilakukan dengan


menggunakan ilmu yang terbaru melalui penerapan evidence based nursing (EBN)
sehingga dapat menjadi masukan bagi perawat dalam menerapkan ilmu yang
terbaru dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien, khususnya pada
pasien dengan gangguan sistem muskuloskeletal.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 FRAKTUR FIBULA

2.1.1 DEFENISI
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang
rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. (Rasjad, 2012)
Fraktur adalahterputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan puntermendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Brunner dan
Suddarth, 2008).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya
disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon,
kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar
dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer & Bare,2009).
Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Ada lebih dari 150
klasifikasi fraktur. Empat yang utama adalah :
1. Incomplit
Fraktur yang hanya melibatkan bagian potongan menyilang tulang.

2. Complit

Garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan


fragmen tulang biasanya berubah tempat atau bergeser (bergeser dari
posisi normal).

3. Tertutup (simple)

Fraktur tidak meluas dan tidak menyebabkan robekan pada kulit.

4. Terbuka (compound)

Fragmen tulang meluas melewati otot dan adanya perlukaan di kulit

5
6

yang terbagi menjadi 3 derajad :

Derajad 1 : luka kurang dari 1 cm, kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak
ada tanda remuk, fraktur sederhana atau kominutif ringan dan
kontaminasi minimal.

Derajad 2 : laserasi lebih dari 1 cm, kerusakan jaringan lunak, tidak luas,
fraktur kominutif sedang, dan kontaminasi sedang.

Derajad 3 : terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas (struktur kulit,


otot, dan neurovaskuler) serta kontaminasi derajad tinggi (Mansjoer,
2000).

Fraktur Fibula adalah fraktur yang terjadi pada bagian fibula sebelah
kanan maupun kiri akibat pukulan benda keras atau jatuh yang bertumpu pada
kaki. Fraktur ini sering terjadi pada anak- anak dan wanita lanjut usia dengan
tulang osteoporosis dan tulang lemah yang tak mampu menahan energi akibat
jatuh atau benturan benda keras (Henderson, 1998).

2.2 Etiologi

Penyebab fraktur secara umum disebabkan karena pukulan secara


langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot
eksterm (Suddart,2002).

Sedangkan menurut Henderson, (1989) fraktur yang paling sering adalah


pergerseran condilius lateralis tibia yang disebabkan oleh pukulan yang
membengkokkan sendi lutut dan merobek ligamentum medialis sendi tersebut.
Penyebab terjadinya fraktur yang diketahui adalah sebagai berikut :

1. Trauma langsung ( direct )


Fraktur yang disebabkan oleh adanya benturan langsung pada jaringan
tulang seperti pada kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, dan
benturan benda keras oleh kekuatan langsung.
2. Trauma tidak langsung ( indirect )
Fraktur yang bukan disebabkan oleh benturan langsung, tapi lebih
disebabkan oleh adanya beban yang berlebihan pada jaringan tulang atau
7

otot , contohnya seperti pada olahragawan atau pesenam yang


menggunakan hanya satu tangannya untuk menumpu beban badannya.

3. Trauma pathologis
Fraktur yang disebabkan oleh proses penyakit seperti osteomielitis,
osteosarkoma, osteomalacia, cushing syndrome, komplikasi kortison /
ACTH, osteogenesis imperfecta (gangguan congenital yang
mempengaruhi pembentukan osteoblast). Terjadi karena struktur tulang
yang lemah dan mudah patah.
a. Osteoporosis terjadi karena kecepatan reabsobsi tulang melebihi
kecepatan pembentukan tulang, sehingga akibatnya tulang menjadi
keropos dan rapuh dan dapat mengalami patah tulang.
b. Osteomilitis merupakan infeksi tulang dan sum-sum tulang yang
disebabkan oleh bakteri piogen dimana mikroorganisme berasal dari
fokus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
c. Ostheoartritis itu disebabkan oleh rusak atau menipisnya bantalan
sendi dan tulang rawan (Muttaqin, 2008).

2.3 Manifestasi klinis

Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi deformitas,


pemendekan ekstermitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan berubahan warna.

1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang


diimobilisasi. Spasme otot yang menyartai fraktur merupakan bentuk
bidai alami yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar frekmen
tulang.

2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan


cenderung bergerak secara tidak alami ( gerakan luar biasa ) bukannya
tetap rigid seperti normalnya. Ekstermitas tak dapat berfungsi dengan
baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat
melengketnya otot.
8

3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya


karena kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur.
Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain.

4. Saat ekstermitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang


dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
dengan yang lainnya.

( uji krepitus dapat menyebabkan kerusakan jaringan lunak yang lebih


berat ).

5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai


akibat trauma dan perdarahanyang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru
terjadi setelah beberapa jamatau hari setelah cedera. Tidak semua tanda
dan gejala terdapat pada setiap fraktur, pada fraktur linear atau
frakturimpaksi (perrmukaan patahan saling berdesak satu sama lain).
Diagnosis fraktur bergantung pada gejala, tanda fisik, pemeriksaan sinar-
x pasien (Smeltzer, 2001).
9

2.4 MIND MAPPING

Trauma Langsung dan Osteoporosis


tidak langsung

Kehilangan
Ganngguan Fraktur
Integritas Tulang
Intergitas
kulit

Luka Ketidakstabilan
Terbuka Posisi Fraktur

Kuman
mudah masuk Terputusnya Kontinuitas
jaringan Fragmen tulang
yang patah
menusuk organ
Resiko tinggi sekitar
infeksi
Nyeri saat
bergerak
Ancaman
integritas
Gangguan
Mobiitas Fisik Nyeri

Stressor

Anxietas
10

2.5 Penatalaksaan Medis

Prinsip menangani fraktur adalah mengembalikan posisi patahan ke


posisi semula dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah
tulang. Ada beberapa cara dalam menangani fraktur yaitu:

1. Proteksi saja tanpa reposisi atau imobilisasi, misalnya menggunakan


mitela. Biasanya dilakukan pada fraktur iga dan fraktur klavikula
pada anak.
2. Imobilisasi luar tanpa reposisi, biasanya dilakukan pada patah tulang
tungkai bawah tanpa dislokasi.
3. Reposisi dengan cara manipulasi yang diikuti dengan imobilisasi,
biasanya dilakukan pada patah tulang radius distal.
4. Reposisi dengan traksi secara terus-menerus selama masa tertentu.
Hal ini dilakukan pada patah tulang yang apabila direposisi akan
terdislokasi di dalam gips.
5. Reposisi yang diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar.
6. Reposisi secara non-operatif diikuti dengan pemasangan fiksator
tulang secara operatif.
7. Reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi interna yang biasa
disebut dengan ORIF (Open Reduction Internal Fixation).
8. Eksisi fragmen patahan tulang dengan prostesis (Sjamsuhidayat dkk,
2010).

Menurut Istianah (2017) penatalaksanaan medis antara lain :

a. Diagnosis dan penilaian fraktur

Anamnesis pemeriksaan klinis dan radiologi dilakukan dilakukan untuk


mengetahui dan menilai keadaan fraktur. Pada awal pengobatan perlu
diperhatikan lokasi fraktur, bentuk fraktur, menentukan teknik yang sesuai untuk
pengobatan komplikasi yang mungkin terjadi selama pengobatan.

b. Reduksi

Tujuan dari reduksi untuk mengembalikan panjang dan kesejajaran garis


tulang yang dapat dicapai dengan reduksi terutup atau reduksi terbuka. Reduksi
11

tertutup dilakukan dengan traksi manual atau mekanis untuk menarik fraktur
kemudian, kemudian memanipulasi untuk mengembalikan kesejajaran garis
normal.

Jika reduksi tertutup gagal atau kurang memuaskan, maka bisa dilakukan
reduksi terbuka. Reduksi terbuka dilakukan dengan menggunakan alat fiksasi
internal untuk mempertahankan posisi sampai penyembuhan tulang menjadi solid.
Alat fiksasi interrnal tersebut antara lain pen, kawat, skrup, dan plat. Alat-alat
tersebut dimasukkan ke dalam fraktur melalui pembedahan ORIF (Open
Reduction Internal Fixation). Pembedahan terbuka ini akan mengimobilisasi
fraktur hingga bagian tulang yang patah dapat tersambung kembali.

c. Retensi

Imobilisasi fraktur bertujuan untuk mencegah pergeseran fragmen dan


mencegah pergerakan yang dapat mengancam penyatuan. Pemasangan plat atau
traksi dimaksudkan untuk mempertahankan reduksi ekstremitas yang mengalami
fraktur.

d. Rehabilitasi

Mengembalikan aktivitas fungsional seoptimal mungkin. Setelah


pembedahan, pasien memerlukan bantuan untuk melakukan latihan. Menurut
Kneale dan Davis (2011) latihan rehabilitasi dibagi menjadi tiga kategori yaitu :

1) Gerakan pasif bertujuan untuk membantu pasien mempertahankan rentang


gerak sendi dan mencegah timbulnya pelekatan atau kontraktur jaringan lunak
serta mencegah strain berlebihan pada otot yang diperbaiki post bedah.

2) Gerakan aktif terbantu dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan


pergerakan, sering kali dibantu dengan tangan yang sehat, katrol atau tongkat

3) Latihan penguatan adalah latihan aktif yang bertujuan memperkuat otot.


Latihan biasanya dimulai jika kerusakan jaringan lunak telah pulih, 4-6 minggu
setelah pembedahan atau dilakukan pada pasien yang mengalami gangguan
ekstremitas atas.
12

II.6 Konsep Asuhan Keperawatan

2.6.1 Pengkajian

Di dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan sistem atau


metode proses keperawatan yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi lima
tahap yaitu pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.

1. Pemeriksaan Identitas Pasien

a. Identitas diri pada klien

1. Nama

2. Jenis kelamin

3. Umur

4. Tempat/tanggal lahir

5. Alamat

6. Pekerjaan

b. Riwayat Kesehatan

c. Riwayat Diet

d. Status Sosial Ekonomi

A. Riwayat Kesehatan Sekarang yang di kaji:

 Waktu dan onset kejadian


 Faktor yang memperburuk masalah
 Keadaan masalah
 Manifestasi klinis

Keluhan utama
13

Keluhan utamanya adalah rasa nyeri akut atau kronik. Selain itu klien juga
akan kesulitan beraktivitas. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang
rasa nyeri klien digunakan.

menurut Padila (2012) :

a) Provoking incident : Apakah ada peristiwa yang menjadi faktor presipitasi


nyeri

b) Quality of pain : Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien.
Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.

c) Region : Radiation, relief : Apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.

d) Severity (scale) of pain : Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa
berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit
memepengaruhi kemampuan fungsinya.

e) Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari

2.6.2 Pemeriksaan fisik

 Posisi klien tergantung pada kelompok otot mana yang diperiksa (duduk,
terlentang, berdiri)
 Pengkajian dimulai saat klien dalam keadaan netral
 Pastikan juga dan otot dan sendi klien terbuka dan bebas untuk bergerak
 Observasi secara lengkap dan cermat bagian tubuh klien terlihat jelas

a. Pemeriksan Diagnostik menurut Istianah (2017) antara lain:


1) Foto rontgen (X-ray) untuk menentukan lokasi dan luasnya fraktur.

2) Scan tulang, temogram, atau scan CT/MRIB untuk memperlihatkan fraktur


lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

3) Anteriogram dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler.


14

4) Hitung darah lengkap, hemokonsentrasi mungkin meningkat atau


menurun pada perdarahan selain itu peningkatan leukosit mungkin terjadi sebagai
respon terhadap peradangan.

2.7 Rumusan Diagnosa Nanda

Adapun diagnosa yang mungkin kita angkat dan menjadi perhatian pada
fraktur fibula diantaranya:

1. Ansietas
2. Resiko tinggi infeksi
3. Kerusakan integritas kulit
4. Gangguan mobilitas fisik

2.7.1 Nursing Outcome Clasification (NOC) dan Nursing Intervention


Clasification (NIC)

Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Ansietas Setelah dilakukan 1) Lakukan


tindakan keperawatan pendekatan pada
selama ...×24 jam, klien dan keluarga.
diharapkan nyeri yang
Rasional : Hubungan
dialami pasien
yang baik membuat
terkontrol dengan
klien dan keluarga
kriteria hasil:
kooperatif.
1) Nyeri berkurang atau
2) Kaji tingkat
hilang
intensitas dan
2) Klien tampak tenang frekuaensi nyeri

Rasional : Tingkat
intensitas nyeri dan
frekuensi
menunjukkan skala
15

nyeri.

3) Jelaskan pada klien


penyebab dari nyeri

Rasional :
memberikan
penjelasan akan
menambah
pengetahuan klien
tentang nyeri.

4) Observasi tanda-
tanda vital

Rasional : tanda-
tanda vital untuk
mengetahui
perkembangan klien.

5) Melakukan
kolaborasi dengan tim
medis pemberian
analgetik

Rasional : Tindakan
dependent perawat,
analgetik berfungsi
untuk membelok
stimulasi nyeri.

Resiko tinggi infeksi Setelah dilakukan 1) Pantau tanda-tanda


berhubungan dengan inflasi tindakan keperawatan vital
bakteri ke daerah luka selama ...×24 jam,
Rasional :mengidentif
diharapkan Infeksi tidak
ikasi tanda-tanda
16

terjadi atau terkontrol. peradangan terutama


bila suhu tubuh
Kriteria hasil :
meningkat.
1) Tidak ada tanda-
tanda infeksi seperti pus 2) Lakukan
2) Luka bersih, tidak perawatan luka
lembab, dan tidak kotor dengan teknik aseptik
3) Tanda-tanda vital
Rasional :
dalam batas normal
Mengendalikan
penyebaran
mikroorganisme
patogen.
3) Lakukan
perawatan terhadap
prosedur invasif
seperti infus, kateter,
drainase luka
Rasional :
Mengurangi resiko
infeksi nosokomial.
4) Jika ditemukan
tanda infeksi
kolaborasi untuk
pemeriksaan darah,
seperti hemoglobin
dan leukosit
Rasional : penurunan
hemoglobin dan
peningkatan jumlah
leukosit dari normal
bisa terjadi akibat
proses infeksi.
17

5) Kolaborasi untuk
pemberian antibiotik
Rasional : Antibiotik
mencegah
perkembangan
mikroorganisme
patogen.

Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan 1) Kaji kulit dan


berhubungan dengan tindakan keperawatan identifikasi pada
tekanan, perubahan status selama ...×24 jam, tahap perkembangan
metabolik, kerusakan diharapkan Mencapai luka
sirkulasi, dan penurunan penyembuhan luka pada
Rasional :
sensasi. waktu yang sesuai.
Mengetahui sejauh
Kriteria hasil : mana perkembangan
luka mempermudah
1) Tidak ada tanda-
dalam melakukan
tanda infeksi
tindakan yang tepat.
2) Luka bersih tidak
2) Kaji lokasi,
lembab dan tidak kotor
ukuran, warna, bau,
3) Tanda-tanda vital serta jumlah dan tipe
dalam batas normal cairan yang luka

Rasional :
Mengidentifikasi
tingkat keparahan
luka sehingga
mempermudah
intervensi.

3) Pantau
peningkatan suhu
18

tubuh

Rasional : Suhu tubuh


yang meningkat dapat
diidentifikasikan

sebagai adanya proses


peradangan.

4) Berikan perawatan
luka dengan teknik
aseptik. Balut luka
dengan kasa kering
dan steril.

Rasional : Teknik
aseptik membantu
mempercepat
penyembuhan luka
dan mencegah
terjadinya infeksi.

5) Jika pemulihan
tidak terjadi
kolaborasi tindakan
lanjutan, misalnya
debridement

Rasional : Agar
benda asing atau
jaringan yang
terinfeksi tidak
menyebar luas pada
area kulit normal
lainnya.

6) Setelah
19

debridement, ganti
balutan sesuai
kebutuhan

Rasional : Balutan
dapat diganti satu
atau dua kali sehari
tergantung kondisi
parah atau tidaknya
luka, agar tidak
terjadi infeksi.

7) Kolaborasikan
pemberian antibiotik
sesuai indikasi

Rasional : Antibiotik
berguna untuk
mematikan
mikroorganisme
patogen pada daerah
yang beresiko terjadi
infeksi.

Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan 1) Kaji kebutuhan


berhubungan dengan nyeri, tindakan keperawatan akan pelayanan
ketidaknyamanan, selama ...×24 jam, kesehatan dan
kerusakan diharapkanPasien akan kebutuhan akan
muskuloskeletal,pembatasan menunjukkan tingkat peralatan
aktivitas dan penurunan mobilitas yang optimal Rasional :
kekuatan ketahanan. Mengidentifikasi
Kriteria hasil :
masalah,
1) Penampilan yang memudahkan
seimbang intervensi.

2) Melakukan 2) Tentukan tingkat


20

pergerakan dan motivasi pasien


perpindahan dalam melakukan
aktivitas
3) Klien meningkat
Rasional :
dalam aktivitas
Mempengaruhi
4) Mengerti tujuan dari penilaian terhadap
peningkatan mobilitas kemampuan aktivitas

5) Memperagakan aspakan

penggunaan alat bantu ketidakmampuan

untuk mobilisasi ataukah


ketidakmauan.
6) Mempertahankan
3) Ajarkan atau
mobilitas optimal
pantau dalam hal
dengan karakteristik:
penggunaan alat
a) 0 = mandiri penuh bantu
Rasional : Menilai
b) 1 = memerlukan alat
batasan kemampuan
bantu
aktivitas optimal.
c) 2 = memerlukan
4) Ajarkan dan
bantuan dari orang lain
dukung pasien dalam
untuk bantuan,
latihan ROM aktif
pengawasan, pengajaran dan pasif, juga
mobilisasi dini
d) 3 = membutuhkan
Rasional :
bantuan dari orang lain
memepertahankan
dan alat bantu
dan meningkatkan
e) 4 = ketergantunagn kekuatan dan
tidak berpartisipasi ketahanan otot.
dalam aktivitas 5) Kolaborasi dengan
ahli terapi fisik atau
okupasi
Rasional :
21

Mengembangkan
perencanaan dan
mempertahankan
mobilitas pasien.

2.7.2 Evaluasi

1. Nyeri timbul saat ada pergerakan dan pasien mengatakan pereda nyeri
adalah obat nyeri dan teknik nonfarmakologis (mendengarkan musik).
2. Pasien mengatakan nyaman setelah diberikan injeksi santagesik, pasien
mengatakan keadaannya lebih baik.
3. Pasien bisa beraktivitas dengan normal seperti biasanya.
4. Kekuatan otot kaki meningkat.
5. Pasien mengatakan muai melakukan pergerakan ringan.
6. Pasien mengatkan mulai belajar duduk secara mandiri dengan bantuan
pagar tempat tidur.

2. 8 Resume Evidence Based Nursing (EBN)

Pada praktek

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang


rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. (Rasjad, 2012)
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Brunner dan
Suddarth, 2008).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya


disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon,
kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar
dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer & Bare,2009).
22

Sedangkan Nyeri merupakan perasaan yang tidak nyamandan bersifat


subjektif . Salah satu caraagar menurunkan rasa nyeri pada pasien fraktur secara
nonfarmakologi adalah dengan terapi mendengarkan musik. Oleh karena itu
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi musik terhadap
penurunan intensitas nyeri pada pasien fraktur fibula. Metode penelitian
menggunakan desain Quasi eksperimen dengan desain pre and post test design,
sampel pada penelitian ini adalah pasien fraktur di Rumah Sakit Umum Daerah
Nene Mallomo. Dan tekhnik pengambilan sampel adalah purposive sampling
dengan jumlah sampel sebanyak 15 responden. Dari hasil penelitian ini .dengan
menggunakan ujipaired t-test tingkat nyeri sebelum dan setelah diberikan
intervensi di dapatkan nilai p = 0,000 dengan tingkat kemaknaan p <α (0,05)
yang dimana nilai p 0,000 < 0,05 maka dapat di simpulkan bahwa ada Pengaruh
Pemberian Terapi Musik Terhadap Penuruanan Tingkat Nyeri Pada Pasien
Fraktur Di Rumah Sakit Umum Daerah Nene Mallomo.

2. 9 Discharge Planing

Discharge planning merupakan

A. Persiapan Perawatan Rumah

Klien dengan fraktur inkompit biasanya segera diasiapkan untuk


perawatan rumah, tetapi klien dengan fraktur komplit akan di kirim ke pusat
rehabilitasi. Selain klien juga harus disiapkan aisten/ caregiver atau anggota
keluarga terdekat klien yang akan membantu perawatan dan proses penyembuhan
dan perawatan di rumah.

Halyang harus dikaji meliputi   :

a) Tingkat pengetahuan klien/keluarga/caregiver

b) Lingkungan rumah, contohnya: tangga kelanatai atas, ada/tidaknya kursi roda,


keadaan lantai , kamarmandi dll.

B. Edukasi klien dan keluarga.


23

Perawat harus menyiapkan instruksi verbal dan tertulis untuk klien dan
keluarga tentang bagaimana mengkaji dan merawat luka untuk meningkatkan
penyembuhan.

C. Psikososial.
Sosial worker dibutuhkan untuk mebantu klien daam menggunakan alat-
alat perawatan.

D. Sumberdaya perawat kesehatan.


Klien akan memerlukan perawatan atau evaluasi selama di rumah oleh
perawat kesehatan masyarakat.

E. Perawatan di rumah
Adapun perawatan di rumah meiputi:
1. Perawatan sesudah gips di lepas.
2. Perawatan untuk klien dengan kelemahan muskuloskeletal
dengan menganjurkan istirahat dan physical teraphy.
Teknik terapi fisik yang digunakan yaitu:
1. Kompres hangat.
2. Kompres dingin.
3. Mendengarkan musik.
4. Massage.
5. Latihan (ROM).

3.0 Prinsip Patient Safety


Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman dan mencegah terjadinya cidera yang
disebabkan oleh kesalahan mengambil tindakan atau mengambil tindakan yang
tidak seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenaan resiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan satu tahapan dimana perawat mengambil data


yang ditandai dengan pengumpulan informasi terus menerus dan kepetusan
professional yang mengandung arti terhadap imformasi yang dikumpulkan
langsung. Pengumpulan data berasal dari berbagai sumber bias dari wawancara,
observasi dan fasilitas lain nya, dan juga pengalaman yang dilaporkan anggota
keluarga (Padila,2016).

Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang.
Jika terjadi fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga sering kali terganggu.
Radiografi (sinar-x) dapat menunjukkan keberadaan cedera tulang, tetapi tidak
mampu menunjukkan otot atau ligamen yang robek, saraf yang putus, atau
pembuluh darah yang pecah sehingga dapat menjadi komplikasi pemulihan klien (
Black dan Hawks, 2014).

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan didapatkan data seorang pasien


menderita fraktur fibula dampak dari fraktur fibula dapat mengancam
penderitanya atau hanya menimbulkan gangguan kenyamaanan dan masalah yang
disebabkan oleh penyakit fraktur fibula tidak hanya berupa keterbatasan yang
tampak jelas pada mobilitas hingga terjadi hal yang ditakuti yaitu menimbulkan
kecacatan kelumpuhan dan gangguan aktivitas hidup sehari hari tetapi juga efek
sistemik yang tidak jelas tetapi dapat menimbulkan kegagalan organ dan
mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra
diri serta resiko tinggi terjadi cedera ( Kisworp, 2018).

Dalam melakukan pengkajian penulis menggunakan format yang telah adapada


format pengkajian asuhan keperawatan fraktur fibula Riwayat penyakit dahulu 6
tahun yang lalu klien pernah jatuh dari tangga rumahnya.Masalah yang muncul
segera setelah tindakan pembedahan dan pasien telah sadar adalah bengkak,
nyeri,keterbatasan gerak sendi, penurunan kekuatan otot, dan penrunan
kemampuan untuk melakukan ambulasi.

24
25

selama proses pengkajian penulis tidak menemukan hambatan, pasien dan


keluarga kooperatif sehingga memudahkan penulis untuk mengumpulkan data
dari pengkajian. Mengkaji semua aspek dalam manajemen asuhan keperawatan
system muskuloskletal pada pasien dengan fraktur fibula data mengatakan nyeri
pada daerah kaki kiri, kaki kiri tidak bias digerakkan, pasien mengatakan habis
kecelakaan dari sepeda motor, kemudian pasien dibawa keruang perawatan, pada
saat dilakukan pengkajian pasien tampak merintih kesakita, P: pasien mengatakan
nyeri bertambah saat bergerak, Q: pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk tusuk,
R: pasien mengatakan nyeri pada bagian kaki sebelah kiri, S: pasien mengatakan
skala nyeri 6, T: pasien mengatakan nyeri datang tiba tiba dan lama nyeri 20menit.

3.2 Diagnosa Keperawatan

Setelah data dianalisis, maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah


manajemen asuhan keperawatan fraktur fibula, Diagnosa keperawatan yang
muncul adalah sebagai berikut:
1. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri/ citra
diri.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan inflasi bakteri ke daerah
luka.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan
status metabolik, kerusakan sirkulasi, dan penurunan sensasi.
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri,
ketidaknyamanan, kerusakan muskuloskeletal,pembatasan aktivitas
dan penurunan kekuatan ketahanan.
Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan deformitas fragmen tulang
dimana klien mengeluh nyeri pada kaki kiri dengan skala nyeri 8 (rentang 0-10).
Penulis memilih nyeri akut menjadi diagnosa keperawatan dengan high priority
yang harus dselesaikan karena nyeri merupakan kejadian menekan (stress) dan
dapat merubah gaya hidup dan psikologis seseorang.

3.3 Tahap Intervensi Keperawatan


26

Perencanaan adalah kegiatan dalam keperawatan yang meliputi:


melakukan pusat tujuan pada klien, menetapkan hasil yang ingin dicapai, dan
memilih intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan. Dalam menyusun rencana
tindakan keperawatan pada klien berdasarka prioritas masalah yang ditemukan
tidak semua rencana tindakan pada teori dapat ditegakkan pada tinjauan kasus
Karena rencana tindakan pada tinjaun kasus disesuaikan dengan keluhan yang
dirasakan klien saat dilakukan pengkajian (Perry, 2016).
Intervensi keperawatan keperawatan yang di susun untuk mengatasi
diagnosa nyeri akut disusun berdasarkan NOC yaitu setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3×24 jam maka nyeri terkontrol dengan kriteria hasil pasien
mengatakan skala nyeri berkurang dari 8 menjadi 6 dan tanda-tanda vital normal.
Observasi tanda nonverbal dariketidaknyamanan,memonitor tanda tanda
vital ,kontrol faktor lingkungan yangdapat mempengaruhi respon pasien, ajarkan
tehnik nonfarmakologis kepada pasien dan keluarga: relaksasi nafas dalam,
distraksi,dan kolaborasi medis( pemberian analgetik) .
Teknik distraksi mendengarkan musik menjadi fokus utama penulis dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien.

3.4 Tahap Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan


yang telah ditetapkan.Kegiatan dalam pelaksanaan meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan,
penyeluhan, serta menilai (Rohmah, & Walid, 2017).

Data yang baru.Implementasi keperawatan merupakan kategori dari


perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
dan hasil yang diperkirakan dariasuhan keperawatan yang telah dilakukan dan
diselesaikan ( Potter&Perry ,2005).Diagnosa nyeri akut implementasi pertama
dilakukandenganmengukur kualitas nyeri pasien dengan PQRST dan di dapatkan
hasil P( provoking incident )klien mengeluh nyeri pada kaki kiri,
Q( quality )nyerisenut senut seperti tertusuk jarum, R( region )kaki
( fibula )sebelah kiri dengan S( scale )skala nyeri 8, T( time ) nyeri hilang timbul
dan bertambahkuat ketika digerakkan.
27

3.4 Evaluasi.
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
Untuk diagnose nyeri setelah dilakukan tindakan keperawatan. Tahap yang
terakhir adalah proses evaluasi yaitu pernyataan kesimpilan yang menunjukkan
tujuan dan memberikan indicator kualitas dan ketepatan perawatan yang
menghasilkan hasil pasien yang positif. Dalam melaksanakan evaluasi hanya
bersifat evaluasi terstruktu, yaitu evaluasi hasil mengacu kepada evaluasi akhir
yaitu mengevaluasi diagnose. Manajemen pemeliharaan evaluasi sehingga
evaluasi yang penulis lakukan hanya dari intervensi yang sudah dilakukan belum
mengevaluasi terhadap evaluasi diagnose yang dirumuskan, maka dari it dalam
melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang maksimal memerlukan
adanya kerjasama dengan klien,perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien adalah sebagai berikut:

1. Nyeri timbul saat ada pergerakan dan pasien mengatakan pereda nyeri
adalah obat nyeri dan teknik nonfarmakologis (mendengarkan musik).
2. Pasien mengatakan nyaman setelah diberikan injeksi santagesik, pasien
mengatakn keadaannya lebih baik.
3. Pasien bisa beraktivitas dengan normal seperti biasanya.
4. Kekuatan otot kaki meningkat.
5. Pasien mengatakn muai melakukan pergerakan ringan.
6. Pasien mengatkan mulai belajar duduk secara mandiri dengan bantuan
pagar tempat tidur

3.5Resume Evidence Based Nursing (EBN)


Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang
rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. (Rasjad, 2012)
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Brunner dan
Suddarth, 2008).
28

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya


disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon,
kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar
dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer & Bare,2009).
Sedangkan Nyeri merupakan perasaan yang tidak nyaman dan bersifat
subjektif . Salah satu cara agar menurunkan rasa nyeri pada pasien fraktur secara
nonfarmakologi adalah dengan terapi mendengarkan musik. Oleh karena itu
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi musik terhadap
penurunan intensitas nyeri pada pasien fraktur fibula. Metode penelitian
menggunakan desain Quasi eksperimen dengan desain pre and post test design,
sampel pada penelitian ini adalah pasien fraktur di Rumah Sakit Umum Daerah
Nene Mallomo. Dan tekhnik pengambilan sampel adalah purposive sampling
dengan jumlah sampel sebanyak 15 responden. Dari hasil penelitian ini .dengan
menggunakan ujipaired t-test tingkat nyeri sebelum dan setelah diberikan
intervensi di dapatkan nilai p = 0,000 dengan tingkat kemaknaan p <α (0,05)
yang dimana nilai p 0,000 < 0,05 maka dapat di simpulkan bahwa ada Pengaruh
Pemberian Terapi Musik Terhadap Penuruanan Tingkat Nyeri Pada Pasien
Fraktur Di Rumah Sakit Umum Daerah Nene Mallomo.

3.6 Discharge Planing

A. Persiapan Perawatan Rumah


Klien dengan fraktur inkompit biasanya segera diasiapkan untuk
perawatan rumah, tetapi klien dengan fraktur komplit akan di kirim ke pusat
rehabilitasi. Selain kien juga harus disiapkan asisten/ caregiver atau anggota
keluarga terdekat klien yang akan membantu perawatan dan proses penyembuhan
dan perawatan di rumah.
Hal yang harus dikaji meliputi   :
a) Tingkat pengetahuan klien/keluarga/caregiver
b) Lingkungan rumah, contohnya: tangga kelanatai atas, ada/tidaknya kursi roda,
keadaan lantai , kamarmandi dll.
B. Edukasi klien dan keluarga.
29

Perawat harus menyiapkan instruksi verbal dan tertulis untuk klien dan
keluarga tentang bagaimana mengkaji dan merawat luka untuk meningkatkan
penyembuhan.
C. Psikososial.
Sosial worker dibutuhkan untuk mebantu klien daam menggunakan alat-
alat perawatan.
D. Sumberdaya perawat kesehatan.
Kien akan memerlukan perawatan atau evaluasi selama di rumah oleh
perawat kesehatan masyarakat.
E. Perawatan di rumah.
Adapun perawatan di rumah meiputi:
1. Perawatan sesudah gips di lepas.\
2. Perawatan untuk klien dengan kelemahan muskuloskeletal dengan
menganjurkan istiraht dan physical teraphy.

Teknik terapi fisik yang digunakan yaitu:

1. Kompres hangat
2. Kompres dingin
3. Mendengarkan musik
4. Massage
5. Latihan (ROM)

3.7 Prinsip Patient Safety


Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman dan mencegah terjadinya cidera yang
disebabkan oleh kesalahan mengambil tindakan atau mengambil tindakan yang
tidak seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenaan resiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan
resiko.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


4.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
muskuloskeletalfraktur fibula sesuai dengan proses keperawatan meliputi
pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan. Selain itu ditambahkan
intervensi dan implementasi keperawatan pada pasien fraktur fibula sesuai dengan
Evidence Based Nursing (EBN).
2. Aplikasi Evidence Based Nursing (EBN) yang dilakukan pada pasien dengan
gangguan sistemmuskuloskeletalfraktur fibula yaitu dengan memberikan latihan
Range of Motion (ROM) yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot pada
pasienfraktur fibula.

3. Pelaksanaan Discharge Planning pada Pasien dengan gangguan sistem


muskuloskeletal yaitu fraktur fibula yaitu dengan memberikan penjelasan tentang
cara pengambilan obat-obatan dan bagaimana minum obat dengan prinsip
pemberian yang benar, memberikan materi mengenai fraktur fibula dan cara
perawatan di rumah, penyuluhan perubahan lingkungan rumah yang baik bagi
pasienfraktur fibula, khususnya untuk mencegah pasien fraktur fibula terjatuh saat
di rumah.

4. Tindakan keselamatan pasien (patient safety) yang dilakukan pada pasien


fraktur fibula yaitu dilakukan dengan melakukan pencegahan pasien jatuh karena
pasien fraktur fibula memiliki kemungkinan risiko jatuh yang tinggi karena
intoleransi aktivitas yang dimilikinya. Tindakan patient safety yaitu dengan cara
memakaikan gelang identitas untuk menunjukkan bahwa pasien tersebut memiliki
risiko tinggi terhadap kemungkinan jatuh.

30
31

4.2. Saran
Saran-saran disampaikan kepada beberapa pihak sebagai berikut :
1. Instansi layanan kesehatan, untuk instansi pelayanan kesehatan adalah
diharapkan pada petugas kesehatan agar mempertahankan dan meningkatkan
pelayanan discharge planning khususnya pada pasien fraktur fibula sehingga
dapat mempertahankan kesehatan pasien ketika telah pulang dari rumah sakit.
2. Perawat, Disarankan kepada perawat untuk melakukan asuhan keperawatan
sesuai dengan intervensi yang ditentukan pada pasien fraktur fibula, juga
melakukan terapi ROM untuk meningkatkan kekuatan otot pasien fraktur fibula.

3. Diharapkan institusi pendidikan dapat melatih mahasiswa/i untuk melakukan


standart asuhan keperawatan secara maksimal supaya tercipta perawat yang
profesional dan berdediaksi dalam melakukan asuhan keperawatan kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Aini& Reskita.( 2018) . Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi


KebutuhanDasarManusia .Jakar a: Salemba Medika.

Brunner&Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah ,edisi 8.


Jakarta: EGC.

DepkesRI .( 2017) . Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta: Depertemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Doengos. MarilynnE.( 2002) . Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk


Perencanaan DanPendokumentasian Perawatan Pasien ,Edi si 3, Jakarta: EGC.

WHO.( 2017) . Assesment ,Prevention and Control: a guide for program manager
s .Genev a, 2017, 720.

Helmi .( 2012) .Buku AjarGangguan Muskuloskeletal .Jakarta: Salemba Medika.

Ignatavicius,DonnaD.( 1995) . Dasar Dasar Keperawatan .Yogyakarta: Gava


Media.

Kneal e.( 2017) . Keperawatan Ortopedik danTrauma Edisi 2 .Jakarta: EGC.

McCloskey .( 2000) .The Diagnosis of Fractures and Principles of


Treatment .Practical Fracture Treatment .4t h Edition.Churci l l Livingstone,
2000: 2550.

Potter&Perry .( 2005) . Fundamental keperawatan ,Edisi7, Buku2 Jakart a: EGC.

Smeltzer ,Suzanne C&Bare, BrendaG.( 2002) . Buku Ajar Keperawatan


MedikalBedah Brunnerdan Suddarth ( Ed.8,vol.1, 2), EGC Jakarta
LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Sohni Br Solin


NIM : 1095124
Dosen pembingbing : Dewi Astuti Pasaribu S.Kep, Ns M.Kep
Judul Skripsi : Manajemen Asuan Keperawatan Sistem Muskuloskeletal
Pada Pasien Dengan Fraktur Fibula

No Hari/Tanggal Materi Konsultasi Saran Paraf


Dosen

1 Kamis 23 April ACC Judul Lanjutkan


2020 BAB I

2 Perbaikan
BAB I

3 ACC BAB I

4 Perbaikan
BAB II, III, IV

5 ACC BAB II,


III, IV
LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Sohni Br Solin


NIM : 1095124
Dosen pembingbing : Hoilisah S.Kep, Ns
Judul Skripsi : Manajemen Asuan Keperawatan Sistem Muskuloskeletal
Pada Pasien Dengan Fraktur Fibula

No Hari/Tanggal Materi Konsultasi Saran Paraf Dosen

1 Kamis 23 April ACC Judul Lanjutkan BAB I


2020

2 Perbaikan BAB I

3 ACC BAB I

4 Perbaikan BAB
II, III, IV

5 ACC BAB II, III,


IV

Anda mungkin juga menyukai