FRAKTUR FIBULA
TAHUN 2020
Oleh :
NIM : 1905124
MEDAN
2020
LEMBAR PERSETUJUAN
Pembimbing I Pembimbing II
Disetujui Oleh:
Tim Penguji
Ketua Penguji
Penguji I Penguji II
I. Identitas Pribadi
Nama : Sohni Br Solin
Tempat/tgl Lahir : Medan, 12 Januari 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jl. Bunga Bangsa Simalingkar B Medan
Nama Ayah : Alm. Lamsana Solin
Nama Ibu : Mesda Br Sihotang
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan nafas kehidupan bagi penulis, karena atas rahmat dan
karunianya penulis dapat menyelesaikan hasil Laporan Praktik Belajar Lapangan
Komprehensif (PBLK) dengan judul “Manajamen Asuhan Keperawatan
Sistem Muskuloskeletal Pada Pasien Dengan Fraktur Fibula” yang
merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Studi gelar Profesi Ners di
Institut Ilmu Kesehatan Sumatera Utara Medan.
Selama menyelesaikan PBLK ini penulis sangat banyak mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak sehingga PBLK ini dapat terselesaikan dengan
baik, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar
besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Asman R. Karo-Karo MM, Selaku Pendiri Yayasan Institut
Kesehatan Sumatera Utara
2. Bapak Prof Dr. H. Paul Sirait SKM, MM, M.Kes, Selaku Ketua Senat
Yayasan Institut Kesehatan Sumatera Utara
3. Bapak Dr. Ferrial pasha Sirait, M.Sc, Selaku Ketua Yayasan Institut
Kesehatan Sumatera Utara
4. Ibu Diana, SKM, M.Kes, Selaku Ketua Institut Kesehatan Sumatera Utara
5. Ibu Mazly Asatuty, S.Kep, Ners, M.Kep, Selaku Wakil Ketua I Bidang
Akademik Institut Kesehatan Sumatera Utara
6. Ibu Martalena Br S. Kembaren, SKM, M.Kes, Selaku Ketua II Bidang
Administrasi Institut Kesehatan Sumatera Utara
7. Bapak Dian Fajariadi, S.Kep, Ners, M.Kep, Selaku Wakil ketua III Bidang
Kemahasiswaan dan Kerja Sama Institut Kesehatan Sumatera Utara
8. Ibu Dameria Br Ginting, S.Kep, Ners, M.Kep, Selaku Ketua
Program Studi Institut Kesehatan Sumatera Utara
9. Bapak Basri S.Kep, Ners, M.Kep, Selaku Sekretaris Program studi
Institut Kesehatan Sumatera Utara
10. Ibu Dewi Astuti Pasaribu S.Kep, Ners, M.Kep, Selaku Dosen
Pembimbing dalam pembuatan PBLK ini.
i
11. Ibu Hoilisah S.Kep, Ners, Selaku Dosen Pembimbing II saya yang
senantiasa menyediakan waktu dan memberikan arahan, bimbingan,
dan pengetahuan kepada penulis dalam menyelesaikan PBLK ini
12. Seluruh Staff/Dosen Di Institut Kesehatan Sumatera Utara yang
telah berjasa memberikan sumbangan ilmu, motivasi dan masukan-
masukan dalam penulisan PBLK ini
13. Letkol CKM dr. M, Irsan Basyroel, Selaku Kepala Rumah Sakit TK
II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan, yang telah memberikan ijin
kepada penulis untuk melakukan penelitian.
14. Kedua orang tua saya yang telah banyak memberikan kasih saying
yang tidak pernah berhenti mengorbankan tenaga, membesarkan,
mendidikan, dan selalu mendoakan serta mendukung penulis dalam
menyelesaikan PBLK ini, serta kepada Kakak, Abang dan Adik
saya, Nova, Niko, Nola, Hanna, Yosafat.
15. Kepada Orang Tersayang yang selalu memberikan dukungan dan
motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan studi dan PBLK ini
yaitu Jenda Malem Karina S. Kembaren
16. Kepada seluruh teman-teman sejawat dan seangkatan XIX atas Doa
dan Dukungannya selama Penyusunan PBLK ini.
Terima kasih atas doa dan dukungannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan PBLK ini tepat pada waktunya. akhir kata, penulis berharap
semoga PBLK ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dalam bidang
keperawatan
Medan, 12 September 2020
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
BAB I PENDAHULUAN
iii
2.9 Discharge Planning ………………………………………….22
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran Konsul
v
BAB I
PENDAHULUAN
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang.
Jika terjadi fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga sering kali terganggu.
Radiografi (sinar-x) dapat menunjukkan keberadaan cedera tulang, tetapi tidak
1
2
mampu menunjukkan otot atau ligamen yang robek, saraf yang putus, atau
pembuluh darah yang pecah sehingga dapat menjadi komplikasi pemulihan klien (
Black dan Hawks, 2014).
1.3 Tujuan
1.3 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 DEFENISI
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang
rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. (Rasjad, 2012)
Fraktur adalahterputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan puntermendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Brunner dan
Suddarth, 2008).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya
disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon,
kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar
dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer & Bare,2009).
Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Ada lebih dari 150
klasifikasi fraktur. Empat yang utama adalah :
1. Incomplit
Fraktur yang hanya melibatkan bagian potongan menyilang tulang.
2. Complit
3. Tertutup (simple)
4. Terbuka (compound)
5
6
Derajad 1 : luka kurang dari 1 cm, kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak
ada tanda remuk, fraktur sederhana atau kominutif ringan dan
kontaminasi minimal.
Derajad 2 : laserasi lebih dari 1 cm, kerusakan jaringan lunak, tidak luas,
fraktur kominutif sedang, dan kontaminasi sedang.
Fraktur Fibula adalah fraktur yang terjadi pada bagian fibula sebelah
kanan maupun kiri akibat pukulan benda keras atau jatuh yang bertumpu pada
kaki. Fraktur ini sering terjadi pada anak- anak dan wanita lanjut usia dengan
tulang osteoporosis dan tulang lemah yang tak mampu menahan energi akibat
jatuh atau benturan benda keras (Henderson, 1998).
2.2 Etiologi
3. Trauma pathologis
Fraktur yang disebabkan oleh proses penyakit seperti osteomielitis,
osteosarkoma, osteomalacia, cushing syndrome, komplikasi kortison /
ACTH, osteogenesis imperfecta (gangguan congenital yang
mempengaruhi pembentukan osteoblast). Terjadi karena struktur tulang
yang lemah dan mudah patah.
a. Osteoporosis terjadi karena kecepatan reabsobsi tulang melebihi
kecepatan pembentukan tulang, sehingga akibatnya tulang menjadi
keropos dan rapuh dan dapat mengalami patah tulang.
b. Osteomilitis merupakan infeksi tulang dan sum-sum tulang yang
disebabkan oleh bakteri piogen dimana mikroorganisme berasal dari
fokus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
c. Ostheoartritis itu disebabkan oleh rusak atau menipisnya bantalan
sendi dan tulang rawan (Muttaqin, 2008).
Kehilangan
Ganngguan Fraktur
Integritas Tulang
Intergitas
kulit
Luka Ketidakstabilan
Terbuka Posisi Fraktur
Kuman
mudah masuk Terputusnya Kontinuitas
jaringan Fragmen tulang
yang patah
menusuk organ
Resiko tinggi sekitar
infeksi
Nyeri saat
bergerak
Ancaman
integritas
Gangguan
Mobiitas Fisik Nyeri
Stressor
Anxietas
10
b. Reduksi
tertutup dilakukan dengan traksi manual atau mekanis untuk menarik fraktur
kemudian, kemudian memanipulasi untuk mengembalikan kesejajaran garis
normal.
Jika reduksi tertutup gagal atau kurang memuaskan, maka bisa dilakukan
reduksi terbuka. Reduksi terbuka dilakukan dengan menggunakan alat fiksasi
internal untuk mempertahankan posisi sampai penyembuhan tulang menjadi solid.
Alat fiksasi interrnal tersebut antara lain pen, kawat, skrup, dan plat. Alat-alat
tersebut dimasukkan ke dalam fraktur melalui pembedahan ORIF (Open
Reduction Internal Fixation). Pembedahan terbuka ini akan mengimobilisasi
fraktur hingga bagian tulang yang patah dapat tersambung kembali.
c. Retensi
d. Rehabilitasi
2.6.1 Pengkajian
1. Nama
2. Jenis kelamin
3. Umur
4. Tempat/tanggal lahir
5. Alamat
6. Pekerjaan
b. Riwayat Kesehatan
c. Riwayat Diet
Keluhan utama
13
Keluhan utamanya adalah rasa nyeri akut atau kronik. Selain itu klien juga
akan kesulitan beraktivitas. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang
rasa nyeri klien digunakan.
b) Quality of pain : Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien.
Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
c) Region : Radiation, relief : Apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
d) Severity (scale) of pain : Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa
berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit
memepengaruhi kemampuan fungsinya.
e) Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari
Posisi klien tergantung pada kelompok otot mana yang diperiksa (duduk,
terlentang, berdiri)
Pengkajian dimulai saat klien dalam keadaan netral
Pastikan juga dan otot dan sendi klien terbuka dan bebas untuk bergerak
Observasi secara lengkap dan cermat bagian tubuh klien terlihat jelas
Adapun diagnosa yang mungkin kita angkat dan menjadi perhatian pada
fraktur fibula diantaranya:
1. Ansietas
2. Resiko tinggi infeksi
3. Kerusakan integritas kulit
4. Gangguan mobilitas fisik
Rasional : Tingkat
intensitas nyeri dan
frekuensi
menunjukkan skala
15
nyeri.
Rasional :
memberikan
penjelasan akan
menambah
pengetahuan klien
tentang nyeri.
4) Observasi tanda-
tanda vital
Rasional : tanda-
tanda vital untuk
mengetahui
perkembangan klien.
5) Melakukan
kolaborasi dengan tim
medis pemberian
analgetik
Rasional : Tindakan
dependent perawat,
analgetik berfungsi
untuk membelok
stimulasi nyeri.
5) Kolaborasi untuk
pemberian antibiotik
Rasional : Antibiotik
mencegah
perkembangan
mikroorganisme
patogen.
Rasional :
Mengidentifikasi
tingkat keparahan
luka sehingga
mempermudah
intervensi.
3) Pantau
peningkatan suhu
18
tubuh
4) Berikan perawatan
luka dengan teknik
aseptik. Balut luka
dengan kasa kering
dan steril.
Rasional : Teknik
aseptik membantu
mempercepat
penyembuhan luka
dan mencegah
terjadinya infeksi.
5) Jika pemulihan
tidak terjadi
kolaborasi tindakan
lanjutan, misalnya
debridement
Rasional : Agar
benda asing atau
jaringan yang
terinfeksi tidak
menyebar luas pada
area kulit normal
lainnya.
6) Setelah
19
debridement, ganti
balutan sesuai
kebutuhan
Rasional : Balutan
dapat diganti satu
atau dua kali sehari
tergantung kondisi
parah atau tidaknya
luka, agar tidak
terjadi infeksi.
7) Kolaborasikan
pemberian antibiotik
sesuai indikasi
Rasional : Antibiotik
berguna untuk
mematikan
mikroorganisme
patogen pada daerah
yang beresiko terjadi
infeksi.
5) Memperagakan aspakan
Mengembangkan
perencanaan dan
mempertahankan
mobilitas pasien.
2.7.2 Evaluasi
1. Nyeri timbul saat ada pergerakan dan pasien mengatakan pereda nyeri
adalah obat nyeri dan teknik nonfarmakologis (mendengarkan musik).
2. Pasien mengatakan nyaman setelah diberikan injeksi santagesik, pasien
mengatakan keadaannya lebih baik.
3. Pasien bisa beraktivitas dengan normal seperti biasanya.
4. Kekuatan otot kaki meningkat.
5. Pasien mengatakan muai melakukan pergerakan ringan.
6. Pasien mengatkan mulai belajar duduk secara mandiri dengan bantuan
pagar tempat tidur.
Pada praktek
2. 9 Discharge Planing
Perawat harus menyiapkan instruksi verbal dan tertulis untuk klien dan
keluarga tentang bagaimana mengkaji dan merawat luka untuk meningkatkan
penyembuhan.
C. Psikososial.
Sosial worker dibutuhkan untuk mebantu klien daam menggunakan alat-
alat perawatan.
E. Perawatan di rumah
Adapun perawatan di rumah meiputi:
1. Perawatan sesudah gips di lepas.
2. Perawatan untuk klien dengan kelemahan muskuloskeletal
dengan menganjurkan istirahat dan physical teraphy.
Teknik terapi fisik yang digunakan yaitu:
1. Kompres hangat.
2. Kompres dingin.
3. Mendengarkan musik.
4. Massage.
5. Latihan (ROM).
PEMBAHASAN
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang.
Jika terjadi fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga sering kali terganggu.
Radiografi (sinar-x) dapat menunjukkan keberadaan cedera tulang, tetapi tidak
mampu menunjukkan otot atau ligamen yang robek, saraf yang putus, atau
pembuluh darah yang pecah sehingga dapat menjadi komplikasi pemulihan klien (
Black dan Hawks, 2014).
24
25
3.4 Evaluasi.
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
Untuk diagnose nyeri setelah dilakukan tindakan keperawatan. Tahap yang
terakhir adalah proses evaluasi yaitu pernyataan kesimpilan yang menunjukkan
tujuan dan memberikan indicator kualitas dan ketepatan perawatan yang
menghasilkan hasil pasien yang positif. Dalam melaksanakan evaluasi hanya
bersifat evaluasi terstruktu, yaitu evaluasi hasil mengacu kepada evaluasi akhir
yaitu mengevaluasi diagnose. Manajemen pemeliharaan evaluasi sehingga
evaluasi yang penulis lakukan hanya dari intervensi yang sudah dilakukan belum
mengevaluasi terhadap evaluasi diagnose yang dirumuskan, maka dari it dalam
melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang maksimal memerlukan
adanya kerjasama dengan klien,perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien adalah sebagai berikut:
1. Nyeri timbul saat ada pergerakan dan pasien mengatakan pereda nyeri
adalah obat nyeri dan teknik nonfarmakologis (mendengarkan musik).
2. Pasien mengatakan nyaman setelah diberikan injeksi santagesik, pasien
mengatakn keadaannya lebih baik.
3. Pasien bisa beraktivitas dengan normal seperti biasanya.
4. Kekuatan otot kaki meningkat.
5. Pasien mengatakn muai melakukan pergerakan ringan.
6. Pasien mengatkan mulai belajar duduk secara mandiri dengan bantuan
pagar tempat tidur
Perawat harus menyiapkan instruksi verbal dan tertulis untuk klien dan
keluarga tentang bagaimana mengkaji dan merawat luka untuk meningkatkan
penyembuhan.
C. Psikososial.
Sosial worker dibutuhkan untuk mebantu klien daam menggunakan alat-
alat perawatan.
D. Sumberdaya perawat kesehatan.
Kien akan memerlukan perawatan atau evaluasi selama di rumah oleh
perawat kesehatan masyarakat.
E. Perawatan di rumah.
Adapun perawatan di rumah meiputi:
1. Perawatan sesudah gips di lepas.\
2. Perawatan untuk klien dengan kelemahan muskuloskeletal dengan
menganjurkan istiraht dan physical teraphy.
1. Kompres hangat
2. Kompres dingin
3. Mendengarkan musik
4. Massage
5. Latihan (ROM)
30
31
4.2. Saran
Saran-saran disampaikan kepada beberapa pihak sebagai berikut :
1. Instansi layanan kesehatan, untuk instansi pelayanan kesehatan adalah
diharapkan pada petugas kesehatan agar mempertahankan dan meningkatkan
pelayanan discharge planning khususnya pada pasien fraktur fibula sehingga
dapat mempertahankan kesehatan pasien ketika telah pulang dari rumah sakit.
2. Perawat, Disarankan kepada perawat untuk melakukan asuhan keperawatan
sesuai dengan intervensi yang ditentukan pada pasien fraktur fibula, juga
melakukan terapi ROM untuk meningkatkan kekuatan otot pasien fraktur fibula.
WHO.( 2017) . Assesment ,Prevention and Control: a guide for program manager
s .Genev a, 2017, 720.
2 Perbaikan
BAB I
3 ACC BAB I
4 Perbaikan
BAB II, III, IV
2 Perbaikan BAB I
3 ACC BAB I
4 Perbaikan BAB
II, III, IV