Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan nafas kehidupan bagi penulis, karena atas rahmat dan
karunianya penulis dapat menyelesaikan hasil Laporan Praktik Belajar Lapangan
Komprehensif (PBLK) dengan judul “Manajamen Asuhan Keperawatan Sistem
Muskoloskeletal Pada Pasien Dengan Fraktur Fibula” yang merupakan salah satu
syarat untuk menyelesaikan Studi gelar Profesi Ners di Institut Ilmu Kesehatan
Sumatera Utara Medan.
Selama menyelesaikan PBLK ini penulis sangat banyak mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak sehingga PBLK ini dapat terselesaikan dengan
baik, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar
besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Asman R. Karo-Karo MM, Selaku Pendiri Yayasan Institut
Kesehatan Sumatera Utara
2. Bapak Prof Dr. H. Paul Sirait SKM, MM, M.Kes, Selaku Ketua Senat
Yayasan Institut Kesehatan Sumatera Utara
3. Bapak Dr. Ferrial pasha Sirait, M.Sc, Selaku Ketua Yayasan Institut
Kesehatan Sumatera Utara
4. Ibu Diana, SKM, M.Kes, Selaku Ketua Institut Kesehatan Sumatera Utara
5. Ibu Mazly Asatuty, S.Kep, Ners, M.Kep, Selaku Wakil Ketua I Bidang
Akademik Institut Kesehatan Sumatera Utara
6. Ibu Martalena Br S. Kembaren, SKM, M.Kes, Selaku Ketua II Bidang
Administrasi Institut Kesehatan Sumatera Utara
7. Bapak Dian Fajariadi, S.Kep, Ners, M.Kep, Selaku Wakil ketua III Bidang
Kemahasiswaan dan Kerja Sama Institut Kesehatan Sumatera Utara
8. Ibu Dameria Br Ginting, S.Kep, Ners, M.Kep, Selaku Ketua
Program Studi Institut Kesehatan Sumatera Utara
9. Bapak Basri S.Kep, Ners, M.Kep, Selaku Sekretaris Program studi
Institut Kesehatan Sumatera Utara
10. Ibu Dewi Astuti Pasaribu S.Kep, Ners, M.Kep, Selaku Dosen
Pembimbing dalam pembuatan PBLK ini.
11. Ibu Hoilisah S.Kep, Ners, Selaku Dosen Pembimbing II saya yang
senantiasa menyediakan waktu dan memberikan arahan, bimbingan,
dan pengetahuan kepada penulis dalam menyelesaikan PBLK ini
12. Seluruh Staff/Dosen Di Institut Kesehatan Sumatera Utara yang
telah berjasa memberikan sumbangan ilmu, motivasi dan masukan-
masukan dalam penulisan PBLK ini
13. Letkol CKM dr. M, Irsan Basyroel, Selaku Kepala Rumah Sakit TK
II PUTRI HIJAU KESDAM I/BB MEDAN, yang telah memberikan
ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
14. Kedua orang tua saya yang telah banyak memberikan kasih saying
yang tidak pernah berhenti mengorbankan tenaga, membesarkan,
mendidikan, dan selalu mendoakan serta mendukung penulis dalam
menyelesaikan PBLK ini, serta kepada Kakak, Abang dan Adik
saya, Nova, Niko, Nola, Hanna, Yosafat.
15. Kepada Orang Tersayang yang selalu memberikan dukungan dan
motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan studi dan PBLK ini
yaitu Jenda Malem Karina S. Kembaren
16. Kepada seluruh teman-teman sejawat dan seangkatan XIX atas Doa
dan Dukungannya selama Penyusunan PBLK ini.
Terima kasih atas doa dan dukungannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan PBLK ini tepat pada waktunya. Akhir kata, penulis berharap
semoga PBLK ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dalam bidang
keperawatan
Medan, 13 September 2020
Penulis
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang.
Jika terjadi fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga sering kali terganggu.
Radiografi (sinar-x) dapat menunjukkan keberadaan cedera tulang, tetapi tidak
mampu menunjukkan otot atau ligamen yang robek, saraf yang putus, atau
pembuluh darah yang pecah sehingga dapat menjadi komplikasi pemulihan klien (
Black dan Hawks, 2014).
1.3 Tujuan
1.3 Manfaat
2.1.1 DEFENISI
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang
rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. (Rasjad, 2012)
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan pun termendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Brunner dan Sudd
arth, 2008).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya
disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon,
kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar
dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer & Bare,2009).
Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Ada lebih dari 150
klasifikasi fr aktur. Empat yang utama adalah :
1. Incomplit
Fraktur yang hanya melibatk an bagian potongan menyilang tulang.
2 . Complit
3. Tertutup (simple)
4. Terbu ka (compound)
Derajad 1 : luka kurang dari 1 cm, kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak
ada tanda remuk, fraktur sederhana atau kominutif ringan dan kontamin
asi minimal.
Derajad 2 : laserasi lebih dari 1 cm, kerusakan jaringan lunak, tidak luas,
fraktur kominutif sedang, dan kontaminasi sedang.
Fraktur Fibula adalah fraktur yang terjadi pada bagian fibula sebelah
kanan maupun kiri akibat pukulan benda keras atau jatuh yang bertumpu pada
kaki. Fraktur ini sering terjadi pada anak- anak dan wanita lanjut usia dengan
tulang osteoporosis dan tulang lemah yang tak mampu menahan energi akibat
jatuh atau benturan benda keras (Henderson, 1998).
2.2 Etiologi
3. Trauma pathologis
Fraktur yang disebabkan oleh proses penyakit seperti osteomielitis,
osteosarkoma, osteomalacia, cushing syndrome, komplikasi kortison / ACTH,
osteogenesis imperfecta (gangguan congenital yang mempengaruhi pembentukan
osteoblast). Terjadi karena struktur tulang yang lemah dan mudah patah.
a. Osteoporosis terjadi karena kecepatan reabsobsi tulang melebihi
kecepatan pembentukan tulang, sehingga akibatnya tulang menjadi
keropos dan rapuh dan dapat mengalami patah tulang.
b. Osteomilitis merupakan infeksi tulang dan sum-sum tulang yang
disebabkan oleh bakteri piogen dimana mikroorganisme berasal dari
fokus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
c. Ostheoartritis itu disebabkan oleh rusak atau menipisnya bantalan
sendi dan tulang rawan (Muttaqin, 2008).
Kehilangan
Ganngguan Fraktur
Integritas Tulang
Intergitas
kulit
Luka Ketidakstabilan
Terbuka Posisi Fraktur
Kuman
mudah masuk Terputusnya Kontinuitas
jaringan Fragmen tulang
yang patah
menusuk organ
Resiko tinggi sekitar
infeksi
Nyeri saat
bergerak
Ancaman
integritas
Gangguan
Mobiitas Fisik Nyeri
Stressor
Anxietas
2.5 Penatalaksaan Medis
b. Reduksi
Jika reduksi tertutup gagal atau kurang memuaskan, maka bisa dilakukan
reduksi terbuka. Reduksi terbuka dilakukan dengan menggunakan alat fiksasi
internal untuk mempertahankan posisi sampai penyembuhan tulang menjadi solid.
Alat fiksasi interrnal tersebut antara lain pen, kawat, skrup, dan plat. Alat-alat
tersebut dimasukkan ke dalam fraktur melalui pembedahan ORIF (Open
Reduction Internal Fixation). Pembedahan terbuka ini akan mengimobilisasi
fraktur hingga bagian tulang yang patah dapat tersambung kembali.
c. Retensi
d. Rehabilitasi
1. Pengkajian :
a. Anamnesis
1) Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomer
register, tanggal masuk rumah sakit,
2) Keluhan utama
Keluhan utamanya adalah rasa nyeri akut atau kronik. Selain itu klien juga
akan kesulitan beraktivitas. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang
rasa nyeri klien digunakan.
c) Region : Radiation, relief : Apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa
sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
d) Severity (scale) of pain : Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien,
bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit
memepengaruhi kemampuan fungsinya.
e) Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari
6) Riwayat psikososial
Merupakan respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-hari (Padila, 2012).
7) Pola-pola
a) Pola persepsi dan tata laks ana hidup sehat Pada kasus fraktur akan
timbul ketakutan akan terjadi kecacatan pada dirinya dan harus menjalani
penatalaksaan kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu,
pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid
yang dapat menggangu metabolisme kalsium, pengonsumsian alkohol yang bisa
mengganggu keseimbangannya dan apakah klien melaksanakan olahraga atau
tidak (Padila, 2012).
c) Pola eliminasi
Pantau pengeluaran urine frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah
apakah terjadi retensi urine. Retensi urine dapat disebabkan oleh posisi berkemih
yang tidak alamiah,
pembesaran prostat dan adanya tanda infeksi saluran kemih Kaji frekuensi,
konsistensi, warna, serta bau feses.
e) Pola aktivitas
Timbulnya nyeri, keterbatasan gerak maka semua bentuk kegiatan klien
menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal
lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas (Padila, 2012).
1) Keadaan umum :
b) Tanda-tanda vital : Kaji dan pantau potensial masalah yang berkaitan dengan
pembedahan, tanda vital, derajat kesadaran, cairan yang keluar dari luka, suara
nafas, pernafasan infeksi
kondisi yang kronis atau batuk dan merokok.
e) Observasi tanda infeksi (infeksi luka terjadi 5-9 hari, flebitis biasanya timbul
selama minggu kedua) dan tanda vital
f) Kaji komplikasi tromboembolik : kaji tungkai untuk tandai nyeri tekan, panas,
kemerahan, dan edema pada betis.
g) Kaji komplikasi emboli lemak : perubahan pola panas, tingkah laku, dan
tingkat kesadaran
i) Kaji pernafasan : infeksi, kondisi yang kronis atau batuk dan merokok.
a) Sistem integumen
Terdapat eritema, suhu disekitar daerah trauma meningkat, bengkak,
edema, nyeri tekan.
b) Kepala
Tidak ada gangguan yaitu normo cephalik simetris, tidak ada penonjolan,
tidak ada nyeri kepala.
c) Leher
idak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan
ada.
d) Muka
Wajah terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk.
Tidak ada lesi, simetris, tak edema.
e) Mata
g) Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
i) Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris
j) Paru
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat
penyakit klien yang berhubungan dengan paru
Perkusi : Suara ketok sonor, tak ada redup atau suara tambahan lainnya
Auskultasi : Suara nafas normal, tak ada wheezing atau suara tambahan lainnya
seperti stridor dan ronkhi
k) Jantung
l) Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia
Palpasi : Turgor baik, tidak ada defands muskuler hepar tidak teraba
Perkusi : Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan
Auskultasi : Kaji bising usus
m) Inguinal-genetalis-anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, ada kesulitan buang air besar.
n) Sistem muskuloskeletal
Tidak dapat digerakkan secara bebas dan terdapat jahitan, darah merembes
atau tidak.
Adapun diagnosa yang mungkin kita angkat dan menjadi perhatian pada
fraktur fibula diantaranya:
Rasional : Tingkat
intensitas nyeri dan
frekuensi
menunjukkan skala
nyeri.
Rasional :
memberikan
penjelasan akan
menambah
pengetahuan klien
tentang nyeri.
4) Observasi tanda-
tanda vital
Rasional : tanda-
tanda vital untuk
mengetahui
perkembangan klien.
5) Melakukan
kolaborasi dengan tim
medis pemberian
analgetik
Rasional : Tindakan
dependent perawat,
analgetik berfungsi
untuk membelok
stimulasi nyeri.
Rasional :
Mengidentifikasi
tingkat keparahan
luka sehingga
mempermudah
intervensi.
3) Pantau
peningkatan suhu
tubuh
4) Berikan perawatan
luka dengan teknik
aseptik. Balut luka
dengan kasa kering
dan s teril.
Rasional : Teknik
aseptik membantu
mempercepat
penyembuhan luka
dan mencegah
terjadinya infeksi.
5) Jika pemulihan
tidak terjadi
kolaborasi tindakan
lanjutan, misalnya
debridement
Rasional : Agar
benda asing atau
jaringan yang
terinfeksi tidak
menyebar luas pada
area kulit normal l
ainnya.
6) Setelah
debridement, ganti
balutan sesuai
kebutuhan
Rasional : Balutan
dapat diganti satu
atau dua kali sehari
tergantung kondisi
parah atau tidaknya
luka, agar tidak
terjadi
infeksi.
7) Kolaborasikan
pemberian antibiotik
sesuai indikasi
Rasional : Antibiotik
berguna untuk
mematikan
mikroorganisme
patogen pada daerah
yang beresiko terjadi
infeksi.
2.7.2 Evaluasi
1. Nyeri timbul saat ada pergerakan dan pasien mengatakan pereda nyeri
adalah obat nyeri dan teknik nonfarmakologis (mendengarkan musik).
2. Pasien mengatakan nyaman setelah diberikan injeksi santagesik, pasien
mengatakan keadaannya lebih baik.
3. Pasien bisa beraktivitas dengan normal seperti biasanya.
4. Kekuatan otot kaki meningkat.
5. Pasien mengatakan muai melakukan pergerakan ringan.
6. Pasien mengatkan mulai belajar duduk secara mandiri dengan bantuan
pagar tempat tidur.
2. 9 Discharge Planing
C. Psikososial.
Sosial worker dibutuhkan untuk mebantu klien daam menggunakan alat-
alat perawatan.
E. Perawatan di rumah
Adapun perawatan di rumah meiputi:
1. Perawatan sesudah gips di lepas.
2. Perawatan untuk klien dengan kelemahan muskuloskeletal
dengan menganjurkan istirahat dan physical teraphy.
Teknik terapi fisik yang digunakan yaitu:
1. Kompres hangat.
2. Kompres dingin.
3. Mendengarkan musik.
4. Massage.
5. Latihan (ROM).
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1. Pengkajian Keperawatan
Keluhan utama : Nyeri di paha kiri kurang ebih 45 menit sebelum masuk
Rumah Sakit, klien terserempet motor, klien terjatuh, klien terbentu aspal
jalan,tidak mual, tidak muntah dan klien tidak pingsan, kien mengeluh terasa sakit
dan berdenyut da kaki tidak dapat di gerakkan. Lalu oleh keluarga klien di bawa
ke ruang II Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Medan.
Riwayat Penyakit Terdahulu : 6 Tahun yang lalu klien pernah jatuh dari tangga
rumahnya. Masalah yang muncul segera setelah tindakan pembedahan dan pasien
telah sadar adaah bengkak, nyeri,keterbatasan gerak sendi, penurunan kekuatan
otot, dan penrunankeampuan untuk melakukan ambulasi.
3.4 Evaluasi.
1. Nyeri timbul saat ada pergerakan dan pasien mengatakan pereda nyeri
adalah obat nyeri dan teknik nonfarmakologis (mendengarkan musik).
2. Pasien mengatakan nyaman setelah diberikan injeksi santagesik, pasien
mengatakn keadaannya lebih baik.
3. Pasien bisa beraktivitas dengan normal seperti biasanya.
4. Kekuatan otot kaki meningkat.
5. Pasien mengatakn muai melakukan pergerakan ringan.
6. Pasien mengatkan mulai belajar duduk secara mandiri dengan bantuan
pagar tempat tidur.
3.5 Resume Evidence Based Nursing (EBN)
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang
rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. (Rasjad, 2012)
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Brunner dan
Suddarth, 2008).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya
disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon,
kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar
dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer & Bare,2009).
Sedangkan Nyeri merupakan perasaan yang tidak nyaman dan bersifat
subjektif . Salah satu cara agar menurunkan rasa nyeri pada pasien fraktur secara
nonfarmakologi adalah dengan terapi mendengarkan musik. Oleh karena itu
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi musik terhadap
penurunan intensitas nyeri pada pasien fraktur fibula. Metode penelitian
menggunakan desain Quasi eksperimen dengan desain pre and post test design,
sampel pada penelitian ini adalah pasien fraktur di Rumah Sakit Umum Daerah
Nene Mallomo. Dan tekhnik pengambilan sampel adalah purposive sampling
dengan jumlah sampel sebanyak 15 responden. Dari hasil penelitian ini .dengan
menggunakan ujipaired t-test tingkat nyeri sebelum dan setelah diberikan
intervensi di dapatkan nilai p = 0,000 dengan tingkat kemaknaan p <α (0,05)
yang dimana nilai p 0,000 < 0,05 maka dapat di simpulkan bahwa ada Pengaruh
Pemberian Terapi Musik Terhadap Penuruanan Tingkat Nyeri Pada Pasien
Fraktur Di Rumah Sakit Umum Daerah Nene Mallomo.
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
muskuloskeletalfraktur fibula sesuai dengan proses keperawatan meliputi
pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan. Selain itu ditambahkan
intervensi dan implementasi keperawatan pada pasien fraktur fibula sesuai dengan
Evidence Based Nursing (EBN).
2. Aplikasi Evidence Based Nursing (EBN) yang dilakukan pada pasien dengan
gangguan sistem muskuloskeletal fraktur fibula yaitu dengan memberikan latihan
Range of Motion (ROM) yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot pada
pasien fraktur fibula.
WHO.( 2017) . Assesment ,Prevention and Control: a guide for program manager
s .Genev a, 2017, 720.
5
LEMBAR KONSULTASI