Oleh :
Kelompok 1
2002048 Boy Setiawan Lakibu 2004048 Debby Y. Salawati
2004083 Riska Wati Huara 2004043 Wijayanti Widodo
2004061 Denisa Aulia Faizal 2004045 Musdalifa Marhasan
2004059 Hairunnisa Abdullah 2004051 Tri A. Purwaningsi
2004082 Mohammad A. Mile 2004063 Rahmat R. Sandiah
2004066 Fitri Feibrini 2005069 Yanti Eato
Mengetahui
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
kasih dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah dalam bentuk Studi Kasus dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Tn.
M.Y DENGAN PARAPARESE DI RUANG EDELWES I RSUP
Prof. Dr. R.D KANDOU MANADO”.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan Studi Kasus ini penulis
banyak mengalami bimbingan dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini
penulis dengan tulus hati menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ns. Rahmat Hidayat Djalil,. S.Kep,.M.Kep Selalu
Cliniical Teacher kami. Akhir kata, kami menyadari bahwa Studi Kasus
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan agar dapat digunakan penulis untuk
menyelesaikan Studi Kasus ini selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Lembar Persetujuan ……………………………………………………...i
Kata Pengantar… … … … … … … … … … … … … … … … … … . . i i
Daftar Isi………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………….1
B. Tujuan Studi Kasus ………………………………………………2
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pembahasan Studi Kasus………………………………………...55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………..62
B. Saran…………………………………………………………………62
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Paraparese merupakan hilangnya fungsi motorik kedua tungkai. Pada saat ini, istilah
paraparese umumnya dipakai untuk semua keadaan kelemahan kedua tungkai, baik yang
Penyebab dari paraparese kebanyakan karena kompresi yang hebat sehingga dapat
vertebra hancur sehingga fragmen tulang dan diskus dapat bergeser ke kanalis spinalis. Jika
vertebra berkurang lebih dari 50%, gaya mekanik pada bagian depan korpus vertebra akan
(Apley, 2015).
Kondisi tersebut di atas dapat membawa konsekuensi langsung maupun tidak langsung
berdiri, berjalan dan lari), sedangkan yang tidak langsung dapat berupa gangguan terhadap
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 25 juta orang di seluruh dunia
menderita cedera saraf tulang belakang, yang dikenal menyebabkan kelumpuhan dan
Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil riset kesehatan tahun 2018 diketahui bahwa
adanya peningkatan prevalensi cedera di Indonesia, yaitu dari rata-rata 8.2% menjadi 9.2%
(Riskesdas, 2018).
Di Provinsi Nusa Tenggara Timur berdasarkan hasil riset kesehatan tahun 2018
diketahui bahwa prevalensi cedera di NTT, yaitu rata-rata 10.1% (Riskesdas, 2018).
pasien yang mempunyai masalah paraparese. Dalam hal ini perawat dapat melakukan
hasil pengkajian, merencanakan tindakan dan melakukan tindakan sesuai dengan masalah
yang nampak pada pasien dan mengevaluasi seluruh tindakan yang telah dilakukan.
Berdasarkan latar belakang yang ada penulis merasa penting untuk mengetahui
secara lebih mendalam tentang “Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan paraparese di
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
istilah paraparese umumnya dipakai untuk semua keadaan kelemahan kedua tungkai,
2. Etiologi
Etiologi dari paraparese diantaranya adalah genetik, infeksi dan virus dan faktor
lingkungan. Selain itu Paraparese juga dapat disebabkan oleh tumor yang menekan
medulla spinalis, baik primer maupun skunder. Juga dapat disebabkan oleh kelainan
vascular pada pembuluh darah medulla spinalis, yang bisa berujung pada stroke medulla
3. Manifestasi Klinis
juga dapat terjadi hilang timbul tergantung penyebabnya. Kelumpuhan yang terjadi tidak
hanya di kedua tungkai, namun juga terjadi pada otot di daerah panggul termasuk organ
terhadap buang air besar dan buang air kecil. Aktivitas seksual dan kesuburan juga dapat
terganggu. Selain kelumpuhan, kedua tungkai dapat mati rasa atau malah menjadi
pada toto-otot bagian tubuh yang terletak dibawah tingkat lesi. Lesi transversal medulla
spinalis pada tingkat servikal, Beberapa saraf di leher termasuk saraf oksipital besar dan
kecil, saraf supraklavikularis dan nervus frenikus. Pengelompokan saraf dalam tulang
belakang leher diberi nama setelah mencocokkan cakram serviks. Cakram atau (disk) ini
diwakili oleh huruf “C” dan angka sesuai dengan lokasi cakram antara vertebra lainnya
yang membentuk tulang belakang leher, dimulai dengan C1 di bagian atas dan bekerja
turun ke C8. Saraf di leher mengontrol berbagai fungsi tubuh manusia misalnya saraf C5
dapat mengakibatkan kelumpuhan UMN (Upper Motor Neuron) pada otot-otot, kedua
lengan yang berasal dari miotoma saraf C6 sampai miotoma saraf C8, lalu otot-otot
toraks dan abdomen serta seluruh otot-otot kedua ekstremitas. Akibat terputusnya
lintasan somatosensory dan lintas autonom neuro vegetatif asendens dan desendens,
maka dari tingakat lesi kebawah, penderita tidak dapat melakukan buang air besar dan
Lesi transversal yang memotong medulla spinalis pada tingkat thorakal atau
tingkat lumbal atas mengakibatkan kelumpuhan yang pada dasarnya serupa dengan lesi
yang terjadi pada daerah servikal yaitu pada tingkat lesi terjadi gangguan motorik berupa
kelumpuhan LMN (Lower Motor Neuron) pada otot-otot yang merupakan sebagian kecil
dari otot-otot toraks dan abdomen, namun kelumpuhan yang terjadi tidak begitu jelas
terlihat dikarenakan peranan dari otot-otot tersebut kurang menonjol, hal ini dikarenakan
lesi dapat mengenai kornu anterior medulla spinalis. Dan dibawah tingkat lesi dapat
terjadi gangguan motorik berupa kelumpuhan UMN (Upper Motor Neuron) karena saraf
5. Pemeriksaan penunjang
infark, haemoragik.
6. Komplikasi
1. Ulkus dekubitus, yaitu luka yang terjadi pada kulit yang terus tertekan akibat tidak
4. Depresi.
1. Pengkajian
1). Aktivitas/isterahat
2). Sirkulasi
3). Eliminasi
Tanda: retensi urine, distensi abdomen, peristaltik usus hilang, melena, emesis
5). Makanan/cairan
6). Higiene
7). Neurosensori
pada saat syok spinal. Kehilangan sensai (derajat bervariasi dapat kembali normal
hilangnya keringat dari bagian tubuh yang terkena karena pengaruh trauma spinal.
8). Nyeri/kenyamanan.
9). Pernafasan
Tanda: Pernapasan dangkal, periode apnea, penurunan bunyi nafas, ronchi, pucat,
sianosis.
10). Keamanan
Gejala: suhu yang berfluktasi (suhu tubuh ini diambil dalam suhu kamar).
11). Seksualitas
Keperawatan Indonesia (SDKI) Diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada pasien
D. Intervensi Keperawatan
1. Dukungan mobilitasi
3. Menajemen nyeri
4. Edukasi kesehatan
6. Katererisasi urine
BAB III
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. IDENTIFIKASI
I. KLIEN
Nama (Inisial) : Tn. M.Y
Agama/Suku : Islam
Pekerjaan : Pensiunan
Penggunaan Alat Medik : Klien terpasang IVFD Nacl 0,9%, o2 Nasal Kanul 4 Liter,
Kateter.
Lain-lain :
Nyeri Belakang
Alasan masuk
2 bulan
Lamanya keluhan
Timbulnya keluhan Bertahap
Beraktivitas
Factor yang memperberat
mengatasinya
DOSIS
JENIS OBAT DOSIS FREKUENSI
SEBELUMNYA
a. Kesadaran
- Kualitatif : √ Compos Mentis Somnolens
Apatis Sopor
Koma
- Kuantitatif :
Jenis : Perut
f. Saturasi 96%
III. PENGUKURAN :
a. Lingkar Lengan Atas : ....38......cm
b. Lipat Kulit Trisep : 2 cm
c. Tinggi Badan : 160 cm Berat Badan : 60 kg
d. I.M.T (Indeks Massa Tubuh): 19,2 kg/m2
e. Kesimpulan : berat badan normal
f. Catatan : ..............................................................................
GENOGRAM :
Ket :
: Laki-laki
: Perempian
X : Menunggal
: Klien
: Tinggal Serumah
: Garis ketutunan
D. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN
I. KAJIAN PERSEPSI KESEHATAN-MANAJEMEN KESEHATAN
Riwayat penyakit yang perna dialami :
Kapan Catatan
..............................................
Kapan Catatan
.............................................
a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit :
Klien mengatakan sebelumnya belum pernah mengalami masalah kesehatan apapun
b. Data Objektif
o Observasi
- Kebersihan rambut : Tampak bersih , tidak ada ketombe
b. Data Objektif
o Observasi
o Pemeriksaan Fisik
- Keadaan rambut : Tidak ada ketombe
- Hidrasi kulit : Tidak ada hidrasi kulit
- Palpebra : Normal
- Sclera : Normal
- Hidung : Hidung simetris
- Rongga mulut : Tampak bersih
- Gigi geligi : Lengkap
- Kemampuan mengunya keras : Baik
- Lidah : Normal
- Pharings : Normal
- Kelenjar getah bening leher : Tidak ada pembesaran getah bening
- Kelenjar parotis : Tidak ada kelainan
- Abdomen
• Inspeksi : Bentuk simentris
Bayangan vena tidak ada Nampak bayangan vena
R.Suprapublika R. Illiaca
• Perkusi : Hipersonor
Ascites √ Negatif
√
• Uremik Frost Negatif
√
• Edema Negatif
√
• Icterik Negatif
o Terapi :
b. Data Objektif
o Observasi :
Klien tampak terpasang kateter
o Pemeriksaan fisik :
• Peristaltik usus : 12 x / menit
• Palpasi suprapubika : Kandung kemih : Kosong
• Nyeri ketuk ginjal : Ada
• Mulut Uretra :
Kiri : Negatif
Kanan : Negatif
• Anus :
- Peradangan : Negatif
- Fisura : Negatif
- Hemoroid : Negatif
- Prolapsus recti : Negatif
• Diare : Tidak
• Frekuensi : Tidak ada
• Konstipasi : √ Tidak
o Pemeriksaan diagnostik
o Terapi :
b. Data Objektif
o Observasi :
Klien tampak terbaring lemah dan anggota tubuh bagian bawah tidak dapat
digerakan
• Aktivitas harian :
1. Makan : 2
2. Mandi : 2
3. Berpakaian : 2
4. Kerapian : 2
5. Buang air besar : 2
6. Buang air kecil : 2
7. Ambulasi :2
Q : Terasa kaku
• Luka :
Lokasi : ...................................................
Stage : ...................................................
Warna : ...................................................
Ukuran : ...................................................
Cairan : ...................................................
Stridor : Negatif
Sianosis : Negatif
Sputum : Negatif
Kesimpulan : normal
Batuk : Negatif
• Jantung
1. Inspeksi : Ictrus cordis : normal
Klien menggunakan alat pacu jantung : Negatif
Murmur : Negatif
HR 90x / menit
A. Renalis : Negatif
A. Femoralis : Negatif
Rentang gerak :
Kanan : 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Reflex Fisiologik :
• Columna Vertebralis
Inspeksi : Kelainan bentuk : tidak ada
N. III – IV – VI : baik
N. XI : baik
o Pemeriksaan diagnostik
- Laboratorium : - Lain-lain :
o Terapi :
b. Data Objektif
o Observasi :
Expresi wajah mengantuk : Negatif √ Positif
o Terapi :
b. Data Objektif
o Observasi :
Pemeriksaan fisik
➢ Penglihatan
√
Posisi mata : Simetris Asimetris
Visus : Normal
Midriasis Miosis
➢ Pendengaran
Pina : kurang baik
Canalis : normal
o Terapi :
Data Objektif
o Observasi :
Kontak mata : baik
o Pemeriksaan Fisik
Kelainan bawaan yang nyata : ……............................................................
Data Objektif
o Observasi :
Klien tampak berbaring lemah
Data Objektif
o Observasi :
Pemeriksaan fisik
o Pemeriksaan diagnostik
Laboratorium : lain-lain :
o Terapi
Klien mengatakan saat sakit merasa stress pasien berusaha untuk menurunkan
stresnya dengan membaca al - Qur´an ataupun berbincang dengan keluarga
Data Objektif
o Observasi :
Klien tampak berbaring lemah
o Pemeriksaan fisik
Tekanan darah : Berbaring : 150 / 70 mmHg
Duduk : ...............mmHg
Berdiri : ...............mmHg
HR : 90X / menit
Kulit : keringat dingin : tidak ada
o Terapi :
Klien mengatakan saat sakit klien sudah jarang beribadah klien hanya berdoa di
tempat tidur
Data Objektif
o Observasi :
Klien tampak berbaring lemah
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
10 Thorax cardiomegaly
pembesaran
PEMBERIAN TERAPI
pemberian
2. ketorolac Iv 30 mg /7 jam
Mekanisme Trauma
C1-C4
Blok Saraf Spinal
Iskemi Hipiksemia
Sesak Nafas
DATA ETOLOGI PROBLEM
2 2
Reaksi peradangan
Sensasi nyeri
Nyeri
STANDAR LUARAN
Manajemen Nyeri
3. 0) Mengidentifikasi skla nyeri
10.55
1) Mengidentifikasi lokasi, karakteristi, ➢ Skla nyeri 4
durasi, frekuensi, kualitas nyeri ➢ Belakang hingga tungkai, seperti di
2) Mengajarkan tenikr elaksasi nafas tekan, ±10-15 menit, setiap kali di
dalam untuk mengurangi nyeri gerkan,
3) Mengkolaborasi pemberian ➢ Klien dapat melakukan teknik
analgetik relaksasi nafas dalam ketika belakang
dan kakinya nyeri
Hari/tanggal : Senin 10, Mei 2021
3. Manajemen Nyeri
16.55
4) Mengidentifikasi skla nyri ➢ Skla nyeri 4
5) Mengidentifikasi lokasi, karakteristi, durasi, ➢ Belakang hingga tungkai,
frekuensi, kualitas nyeri seperti di tekan, ±10-15
6) Mengajarkan tenik relaksasi nafas dalam menit, setiap kali di gerkan,
untuk mengurangi nyeri ➢ Klien dapat melakukan
7) Mengkolaborasi pemberian analgetik teknik relaksasi nafas dalam
ketika belakang dan
kakinya nyeri
No Hari/Tgl Jam Evaluasi
Dx
1. Sabtu 8, 10.40 S : - Klien mengatakan sulit untuk bernafas
mei,2021 O : - Klien tampak menggunakan alat bantu nafas nasal kanul dengan O2 3L,
TTV klien:
TD : 153/78, N : 90x/m, R : 26x/m, SB : 36,7˚C, Saturasi : 96 %
A : Dispnea ( Cukup menurun), Penggunaan otot bantu nafas (Cukup menurun)
P : Masalah belum teratasi, Lnjutkan intervensi
2. Sabtu 8, 10.50 S : - Klien mengatakan sulit untuk menggerakan kedua kaki klie
mei,2021 O : Pergerakan klien tampak terbatas
- PQRST
P : Jatuh Dikamar mandi
Q : Terasa kaku
R : belakang hingga kedua kaki
S : Skala Nyeri 4
T : Durasi Nyeri ± 10 - 15 menit.
- Kekuatan Otot :
4 4
2 2
- Aktivitas :
Makan :2
Mandi :2
Berpakaian :2
Kerapian : 2
Buang air besar : 2
Buang air keci : 2
Ambulasi : 2
A : Gerakan terbata( cukup menurun ), Nyeri ( Cukup menurun )
P :Masalah belum teratasi, lanjutkan intevensi
3. Sabtu 8, 11.00 S :Klien mengatakan nyeri di belakanghingga kedua kaki
mei,2021 O :– Klien tampak meringis
- PQRST
P :Jatuh Dikamar mandi
Q :Terasa kaku
R :belakang hinggakedua kaki
S : Skala Nyeri 4
T :Durasi Nyeri ± 10-15 menit
A :Nyeri akut b/d kerusakan sistem saraf
P :Masalah belum teratasi, Lanjutkan Intervensi
No Hari/Tgl Jam Evaluasi
Dx
1 Senin10, 16.40 S : - Klien mengatakan sulit untuk bernafas
mei,2021 O : - Klien tampak menggunakan alat bantu nafas nasal kanul dengan O2 3L, TTV
klien:
TD : 153/78, N : 90x/m, R : 26x/m, SB : 36,7˚C, Saturasi : 96 %
A : Dispnea ( Cukup menurun), Penggunaan alat bantu nafas (Cukup menurun)
P : Masalah belum teratasi, Lnjutkan intervensi
2 Senin 16.50 S : - Klien mengatakan sulit untuk menggerakan kedua kaki klie
10, O : Pergerakan klien tampak terbatas
mei,2021 - PQRST
P : Jatuh Dikamar mandi
Q : Terasa kaku
R : belakang hingga kedua kaki
S : Skala Nyeri 4
T : Durasi Nyeri ± 10 - 15 menit.
- Kekuatan Otot :
4 4
2 2
- Aktivitas :
Makan :2
Mandi :2
Berpakaian :2
Kerapian : 2
Buang air besar : 2
Buang air keci : 2
Ambulasi : 2
A : Gerakan terbata( cukup menurun ), Nyeri ( Cukup menurun )
P :Masalah belum teratasi, lanjutkan intevensi
TITLE
Title 1 Perbedaan Pengaruh Penambahan Latihan Kekuatan Otot Lengan
dengan Metode Oxford pada Latihan Transfer dari Tidur ke Duduk
Judul terhadap Kecepatan Transfer dari Tidur ke Duduk pada Penderita
Paraplegia akibat Spinal Cord Injury
ABSTRACT
Structured summary 2 Latar belakang:
Paraplegia adalah gangguan atau hilangnya fungsi motorik dan atau sensorik,
Ringkasan terstruktur karena kerusakan pada segment thoraco-lumbo-sacral. (Ralph J, Morino,
2000) Salah satu akibat yang akan terjadi adalah kelumpuhan otot otot anggota
gerak bawah. Tujuan: untuk mengetahui perbedaan pengaruh penambahan
latihan kekuatan otot lengan dengan metode Oxford pada latihan transfer dari
tidur ke duduk terhadap kecepatan transfer dari tidur ke duduk pada penderita
paraplegia akibat Spinal Cord Injury. Metode : penelitian bersifat quasi
eksperimental untuk mempelajari fenomena korelasi sebab-akibat dengan
memberikan perlakuan pada objek penelitian dan menggunakan desain
penelitian Randomized Control Group PreTest - PostTest Design. Hasil :
penelitian pada kelompok perlakuan dengan menggunakan uji statistik T-test
Related dengan nilai P = (2- tailed) 0.000 (P < α= 0.05) dan kelompok kontrol
dengan menggunakan uji statistik T-test Related dengan nilai P = (2-tailed)
0.000 (P < α= 0.05). Untuk melihat perbedaan signifikansi hasil intervensi
diantara kedua kelompok perlakuan, peneliti menggunakan uji T-test
Independent didapat nilai dimana P=0.000 dimana (P > α= 0.05), maka “Ada
perbedaan pengaruh yang signifikan dalam pemberian latihan transfer dari
tidur ke duduk dengan penambahan latihan kekuatan otot lengan metode
Oxford terhadap kecepatan transfer dari tidur ke duduk pada penderita
paraplegi akibat spinal cord injury”. Kesimpulan Ada pengaruh latihan
transfer dari tidur ke duduk sebelum dan sesudah perlakuan terhadap
kecepatan transfer dari tidur ke duduk pada penderita paraplegi akibat spinal
cord injury dan ada perbedaan pengaruh penambahan latihan kekuatan otot
lengan dengan metode Oxford pada latihan transfer dari tidur ke duduk
terhadap kecepatan transfer dari tidur ke duduk pada penderita paraplegia
akibat spinal cord injury.
INTRODUCTION / PENGANTAR
Rationale / Alasan 3 Paraplegia adalah gangguan atau hilangnya fungsi motorik dan atau sensorik,
karena kerusakan pada segment thoraco-lumbo-sacral. (Ralph J, Morino,
2000) Salah satu akibat yang akan terjadi adalah kelumpuhan otot otot anggota
gerak bawah. Paraplegia dimana seseorang mengalami banyak gangguan
aktifitas sehari-hari salah satunya adalah melakukan transfer. Dalam hal ini
adalah berpindah dari posisi tidur terlentang ke duduk dengan posisi kedua
tungkai lurus. Aktifitas ini memang terlihat mudah bagi kita yang kedua
tungkainya tidak mengalami gangguan gerak dan fungsi, akan tetapi sangat
sulit dilakukan bagi mereka dengan kondisi paraplegia.
Objectives / Tujuan 4 Object
Sampel yang diambil secara acak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok kontrol yang diberi tehnik latihan transfer dari tidur ke duduk
sedangkan kelompok perlakuan diberikan tehnik latihan transfer dari tidur ke
duduk dan latihan penguatan otot lengan metode Oxford
- Protocol and 5 penelitian bersifat quasi eksperimental untuk mempelajari fenomena korelasi
registration / sebab-akibat dengan memberikan perlakuan pada objek penelitian dan
Protokol Dan menggunakan desain penelitian Randomized Control Group PreTest - PostTest
Registrasi Design. Jenis penelitian pada kelompok perlakuan dengan menggunakan uji
statistik T-test Related dengan nilai P = (2- tailed) 0.000 (P < α= 0.05) dan
kelompok kontrol dengan menggunakan uji statistik T-test Related dengan nilai
P = (2-tailed) 0.000 (P < α= 0.05). Untuk melihat perbedaan signifikansi hasil
intervensi diantara kedua kelompok perlakuan, peneliti menggunakan uji T-test
Independent didapat nilai dimana P=0.000 dimana (P > α= 0.05), maka “Ada
perbedaan pengaruh yang signifikan dalam pemberian latihan transfer dari tidur
ke duduk dengan penambahan latihan kekuatan otot lengan metode Oxford
terhadap kecepatan transfer dari tidur ke duduk pada penderita paraplegi akibat
spinal cord injury”.
.
- Eligibilty criteria 6 http://scholar.google.com/
/Kriteria
Kelayakan
- Information 7 Perbedaan Pengaruh Penambahan Latihan Kekuatan Otot Lengan dengan
sources / Sumber Metode Oxford pada Latihan Transfer dari Tidur ke Duduk terhadap Kecepatan
Informasi Transfer dari Tidur ke Duduk pada Penderita Paraplegia akibat Spinal Cord
Injury Oleh : Setio Prayudi
- Hasil penelitian 12 penelitian pada kelompok perlakuan dengan menggunakan uji statistik T-test
Related dengan nilai P = (2- tailed) 0.000 (P < α= 0.05) dan kelompok
kontrol dengan menggunakan uji statistik T-test Related dengan nilai P = (2-
tailed) 0.000 (P < α= 0.05). Untuk melihat perbedaan signifikansi hasil
intervensi diantara kedua kelompok perlakuan, peneliti menggunakan uji T-
test Independent didapat nilai dimana P=0.000 dimana (P > α= 0.05), maka
“Ada perbedaan pengaruh yang signifikan dalam pemberian latihan transfer
dari tidur ke duduk dengan penambahan latihan kekuatan otot lengan metode
Oxford terhadap kecepatan transfer dari tidur ke duduk pada penderita
paraplegi akibat spinal cord injury”.
- Kesimpulan : 13 P (Problem)
PICO Paraplegia adalah gangguan atau hilangnya fungsi motorik dan atau sensorik,
karena kerusakan pada segment thoraco-lumbo-sacral. (Ralph J, Morino,
2000) Salah satu akibat yang akan terjadi adalah kelumpuhan otot otot
anggota gerak bawah.
I (Intervention)
signifikansi hasil intervensi diantara kedua kelompok perlakuan, peneliti
menggunakan uji T-test Independent didapat nilai dimana P=0.000 dimana (P >
α= 0.05), maka “Ada perbedaan pengaruh yang signifikan dalam pemberian
latihan transfer dari tidur ke duduk dengan penambahan latihan kekuatan otot
lengan metode Oxford terhadap kecepatan transfer dari tidur ke duduk pada
penderita paraplegi akibat spinal cord injury”
C (Comparation)
Kelompok perlakuan nilai mean sebelum perlakuan sebesar 26.158 dengan
standar deviasi 1.218. Sedangkan sesudah perlakuan nilai mean menurun
menjadi 16.440 dengan standar deviasi sebesar 1.065, dengan menggunakan uji
statistik T-test Related dengan nilai P = (2-tailed) 0.000 (P < α= 0.05) yang
menunjukkan kelompok perlakuan sesudah mengalami perubahan yang sangat
signifikan dibanding kelompok perlakuan sebelum. Hal ini berarti Ho ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa “Ada pengaruh latihan kekuata otot lengan
metode Oxford pada latihan transfer yang baik pada kondisi paraplegia akibat
spinal cord injury dan mempunyai peningkatan kemampuan dalam gerakkan
transfer tersebut. Sedangkan kelompok kontrol diperoleh diperoleh nilai mean
pada sebelum perlakuan sebesar 25.002 dengan standar deviasi 1.664.
Sedangkan pada sesudah perlakuan nilai mean menurun menjadi sebesar
18.582 dengan standar deviasi 1.459 dengan menggunakan uji statistik Ttest
Related dengan nilai P = (2-tailed) 0.000 (P < α= 0.05) yang disimpulkan
bahwa “Ada pengaruh pemberian latihan transfer dari tidur ke duduk sebelum
dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol terhadap kecepatan
transfer dari tidur ke duduk pada penderita paraplegi akibat spinal cord
injury”.
O (Outcome)
T (Time)
Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di RS Fatmawati Jakarta. Waktu
Penelitian Penelitian berlangsung selama satu bulan yang dilakukan pada bulan
Agustus 2008.
- Analisa SWOT 14 S (Strength)
Tindakan latihan transfer dari tidur ke tempat duduk memberikan penambahan
latihaan otot lengan oxford pada penderita paraglagia akibat spinal cord injury
W (Weakness)
Pada jurnal ini tidak memberikan cara standar operasional prosedur pada
latihan otot lengan oxford pada penderita paraglagia
O (Opportunity)
Pengaruh latihan penambahan latihan kekuatan otot tidak memberikan
intervensi yang berbahaya bagi pasien
T (Threats)
Paraplegia adalah gangguan atau hilangnya fungsi motorik dan atau sensorik,
karena kerusakan pada segment thoraco-lumbo-sacral. (Ralph J, Morino, 2000)
Salah satu akibat yang akan terjadi adalah kelumpuhan otot otot anggota gerak
bawah.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Studi Kasus
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan individu dilakukan fokus pada keluhan yang dialami
pasien dan pemeriksaan fisik. pengkajian keluhan pasien dilakukan dengan cara
wawancara sedangkan pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara inspeksi, auskultasi,
palpasi dan perkusi (Teli, 2018). Keluahan utama pada klien dengan paraparese
meliputi keluhan tiba-tiba nyeri dibagian tulang belakang dan gangguan antara dua
anggota gerak tubuh bagian bawah yang mulai mengalami penurunan pergerakan
(Kowala, 2015).
Pengkajian yang dilakukan oleh penulis mengunakan metode anamnesa dan
pemeriksaan fisik. Pengkajian yang didapatkan riwayat masuk RS dengan keluhan
nyeri diabagian belakang dan kaki tidak dapat digerakan. Saat di kaji pasien
mengatakan nyeri dibagian punggung belakang menjalar sampai ke bagian kaki dan
kaki sulit untuk digerakan.
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara inspeksi, auskultasi palpasi dan
perkusi. Pemeriksaan yang dilakukan pada Tn. M.Y didapatkan keluhan nyeri yang
semakin memberat pada kepala dan bahu dan menjalar hingga ke 2 kaki dan
kelemahan pada ke 2 kaki secara perlahan-lahan kesadaran CM, GCS 15, pupil
isokor. Adanya kelumpuhan pada kaki kiri dan kanan, adanya ketidakstabilan
kordinasi gerak. Kekuatan otot ekstremitas atas 4 ekstremitas bawah 2, ada nyeri otot
dan refleksi sendi tidak dapat digerakan.
Pengkajian dilakukan oleh penulis mengunakan metode wawancara anamnesa
dan pemeriksaan fisik ini dikarenakan data-data didapatkan bukan hanya dari Tn.
M.Y tetapi data yang didapatkan juga berasal dari istri Tn. M.Y. Dari hasil
wawancara saat di kaji pasien mengatakan nyeri dibagian kepaladan bahu menjalar
sampai ke bagian kaki dan kaki sulit untuk digerakan. Keluhan ini sesuai dengan
tanda dan gejala dari penyakit paraparese pada teori. Pemeriksaan fisik dilakukan
dengan cara inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi ternyata data yang didapatkan
sangat mendukung adanya keluhan yang disampaikan oleh Tn. M.Y. Pemeriksaan
fisik juga dilakukan untuk bisa mendukung adanya kebenaran atas keluhan yang
disampaikan. Sehingga disimpulkan bahwa dari teori dan kasus penulis
mengemukakan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus yang didapatkan
dari pengkajian.
2. Diagnosa Keperawatan
i. Kesimpulan
1. Pengkajian keperawatan pada Tn. M.Y dengan paraparese di ruang Edelweis I
RSUP. Dr.R.D Kandou manado Tahun 2021 adalah keluhan utama pasien
mengatakan nyeri dibagian punggung belakang menjalar sampai ke bagian kaki
dan kaki sulit untuk digerakan. Keadaan umum saat ini pasien mengalami sakit
Sedang, tingkat kesadaran pasien secara kualitatif adalah compos mentis dengan
GCS E4, V5, M6, tanda vital didapatkan tensi 153/78 mmHg, suhu 36,70C, nadi
90x/menit , pernapasan 26x/menit, pasien terpasang infus Nacl 0,9%500cc/ 8 jam
dengan no aboket 20 pada bagian metacarpal dekstra.
2. Diagnosa keperawatan yang diangkat pada kasus Tn. M.Y ada 3 ( TIGA) Pola
Nafas tidak efektif b/d hambatan upaya napas, Gangguan Mobilitas Fisik b/d
gangguan Neurovaskular, Nyeri akut b/d kerusakan sistemsaraf.
3. Dalam perencanaan difokuskan pada Manjemen jalan napas, manajemen nyeri,
peningkatan mekanikan tubuh dan pengaturan posisi: neurologi.
4. Tidakan keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi yang sudah disusun.
5. Evaluasi keperawatan dari 2 diagnosa keperawatan sejak 3 hari perawatan.
1) Pola Nafas tidak efektif b/d hambatan upaya napas : Masalah belum teratasi.
2) Gangguan Mobilitas Fisik b/d gangguan Neurovaskular : Masalah belum
teratasi.
3) Nyeri akut b/d kerusakan sistem saraf. : Masalah belum teratasi.
B. Saran
1. Untuk masyarakat/Keluarga
Bagi orang tua agar bisa menjaga kesehatan dengan cara olah raga teratur dan
makan makanan yang bergizi sehingga mampu mencegah terjadinya penyakit
paraparese dan masalah kesehatan lainnya.
2. Untuk pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan
Diharapkan dapat melengkapi perpustakaan dengan buku – buku keperawatan
medikal bedah khususnya system neurologi dengan penyakit paraparese.
3. Bagi penulis
Diharapkan mengusai konsep dasar materi yang dibahas dan menyesuaikan diri
dengan keadaan di lapangan sehingga dapat memperkaya wawasan berpikir
penulis tentang Asuhan Keperawatan medical bedah dengan paraparese.
DAFTAR PUSTAKA