Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATN PADA TN. M.Y DENGAN


PARAPARESIS DI RUANGAN EDELWEIS I RSUP Dr. R.D
KANDOU MANADO

Oleh :
Kelompok 1
2002048 Boy Setiawan Lakibu 2004048 Debby Y. Salawati
2004083 Riska Wati Huara 2004043 Wijayanti Widodo
2004061 Denisa Aulia Faizal 2004045 Musdalifa Marhasan
2004059 Hairunnisa Abdullah 2004051 Tri A. Purwaningsi
2004082 Mohammad A. Mile 2004063 Rahmat R. Sandiah
2004066 Fitri Feibrini 2005069 Yanti Eato

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGI ILMU
KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH
MANADO
2021
LEMBAR PERSETUJUAN
ASUHAN KEPERAWATN PADA TN. M.Y DENGAN
PARAPARESIS DI RUANGAN EDELWEIS I RSUP Dr. R.D
KANDOU MANADO

Telah Disetujui Oleh :

Clinical Teacher Clinical Instruture

Ns. Rahmat Hidayat Djalil,. S.Kep,. M.Kep


NIDN. 0926028601

Mengetahui

Ketua Prodi Ners


STIKES Muhammadiyah Manado

( Ns. Hj. Silvia Dewi Mayasari Riu, S.Kep., M.Kep)


NIDN. 0905098601
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
kasih dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah dalam bentuk Studi Kasus dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Tn.
M.Y DENGAN PARAPARESE DI RUANG EDELWES I RSUP
Prof. Dr. R.D KANDOU MANADO”.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan Studi Kasus ini penulis
banyak mengalami bimbingan dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini
penulis dengan tulus hati menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ns. Rahmat Hidayat Djalil,. S.Kep,.M.Kep Selalu
Cliniical Teacher kami. Akhir kata, kami menyadari bahwa Studi Kasus
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan agar dapat digunakan penulis untuk
menyelesaikan Studi Kasus ini selanjutnya.

Manado, 11 Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Lembar Persetujuan ……………………………………………………...i
Kata Pengantar… … … … … … … … … … … … … … … … … … . . i i
Daftar Isi………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………….1
B. Tujuan Studi Kasus ………………………………………………2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsep Dasar Penyakit paraparese


A. Konsep Dasar Paraparesis……………………………………….3
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan…………………………….11
C. Diagnose Keperawatan…………………………………………..13
D. Intervensi Keperawatan………………………………………….13

BAB III HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN


Hasil Studi Kasus……………………………………………………12

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pembahasan Studi Kasus………………………………………...55

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………..62
B. Saran…………………………………………………………………62
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Paraparese merupakan hilangnya fungsi motorik kedua tungkai. Pada saat ini, istilah

paraparese umumnya dipakai untuk semua keadaan kelemahan kedua tungkai, baik yang

parsial maupun komplit (Satyanegara, 2016).

Penyebab dari paraparese kebanyakan karena kompresi yang hebat sehingga dapat

menghancurkan korpus vertebra yang menyebabkan kegagalan pada kolum vertebralis

anterior dan pertengahan dalam mempertahankan posisinya. Bagian posterior korpus

vertebra hancur sehingga fragmen tulang dan diskus dapat bergeser ke kanalis spinalis. Jika

vertebra berkurang lebih dari 50%, gaya mekanik pada bagian depan korpus vertebra akan

menyebabkan terjadinya kolaps yang akhirnya dapat mengganggu fungsi neurologik

(Apley, 2015).

Kondisi tersebut di atas dapat membawa konsekuensi langsung maupun tidak langsung

terhadap penderitanya. Konsekuensi langsung seperti gangguan dalam mobilitas (duduk,

berdiri, berjalan dan lari), sedangkan yang tidak langsung dapat berupa gangguan terhadap

pribadinya yaitu bagaimana penderita mempersepsi kecacatannya yang dapat menimbulkan

reaksi kecewa, rendah diri dan merasa terisolir.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 25 juta orang di seluruh dunia

menderita cedera saraf tulang belakang, yang dikenal menyebabkan kelumpuhan dan

kesulitan menggunakan kaki dan tangan (Furlan dan Fehlings 2015).

Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil riset kesehatan tahun 2018 diketahui bahwa

adanya peningkatan prevalensi cedera di Indonesia, yaitu dari rata-rata 8.2% menjadi 9.2%

(Riskesdas, 2018).
Di Provinsi Nusa Tenggara Timur berdasarkan hasil riset kesehatan tahun 2018

diketahui bahwa prevalensi cedera di NTT, yaitu rata-rata 10.1% (Riskesdas, 2018).

Asuhan Keperawatan merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang diberikan

melalui praktik keperawatan kepada individu, untuk membantu menyelesaikan masalah

kesehatan tersebut dengan mengunakan proses keperawatan yang meliputi pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi keperawatan dan evaluasi tindakan

keperawatan (Teli, 2018).

Peran perawat dalam penatalaksanaan paraparese meliputi pemberian pendidikan

kesehatan tentang paraparese dan pemberian Asuhan Keperawatan komperhensif pada

pasien yang mempunyai masalah paraparese. Dalam hal ini perawat dapat melakukan

pengkajian (pengumpulan data, identitas, riwayat kesehatan, dan pemeriksaan kesehatan

yang lengkap). Selanjutnya perawat dapat menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan

hasil pengkajian, merencanakan tindakan dan melakukan tindakan sesuai dengan masalah

yang nampak pada pasien dan mengevaluasi seluruh tindakan yang telah dilakukan.

Berdasarkan latar belakang yang ada penulis merasa penting untuk mengetahui

secara lebih mendalam tentang “Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan paraparese di

ruang EDELWIS RSUP, Prof. Dr. R. D. Kandau Manado.


B. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan paraparese di ruang

Edelwis RSUP Prof. Dr. R. D. Kandau Manado.

2. Tujuan Khusus

1. Melakukan proses pengkajian Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan paraparese di

ruang Edelwis RSUP Prof. Dr. R. D. Kandau Manado

2. Menetapkan diagnosa Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan paraparese di ruang

Edelwis RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

3. Menyusun intervensi Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan paraparese di ruang

Edelwis RSUP Prof. Dr. R . D. Kandaou manado.

4. Melakukan implementasi keperawatan pada Tn. M dengan paraparese di ruang

Edelwis RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

5. Melakukan evaluasi Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan paraparese di ruang

Edelwis RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.


BAB II
TIJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit Paraparese


1. Defenisi
Paraparese merupakan hilangnya fungsi motorik kedua tungkai. Pada saat ini,

istilah paraparese umumnya dipakai untuk semua keadaan kelemahan kedua tungkai,

baik yang parsial maupun komplit (Kowalak, 2016).

2. Etiologi

Etiologi dari paraparese diantaranya adalah genetik, infeksi dan virus dan faktor

lingkungan. Selain itu Paraparese juga dapat disebabkan oleh tumor yang menekan

medulla spinalis, baik primer maupun skunder. Juga dapat disebabkan oleh kelainan

vascular pada pembuluh darah medulla spinalis, yang bisa berujung pada stroke medulla

spinalis (Iskandar, 2015).

3. Manifestasi Klinis

Paraparese dapat terjadi tiba-tiba maupun secara bertahap. Kelumpuhan tersebut

juga dapat terjadi hilang timbul tergantung penyebabnya. Kelumpuhan yang terjadi tidak

hanya di kedua tungkai, namun juga terjadi pada otot di daerah panggul termasuk organ

di dalamnya. Sehingga, penderita paraparese juga dapat mengalami hilangnya kontrol

terhadap buang air besar dan buang air kecil. Aktivitas seksual dan kesuburan juga dapat

terganggu. Selain kelumpuhan, kedua tungkai dapat mati rasa atau malah menjadi

kesemutan dan nyeri. Beberapa penyebab dari paraparese dapat mengakibatkan

kelumpuhan yang perlahan-lahan naik ke tubuh bagian atas (Bromley, 2016).


4. Patofisiologi

Lesi yang mendesak medulla spinalis sehingga merusak daerah saraf

kortikospinalis lateral dapat menimbulkan kelumpuhan UMN (Upper Motor Neuron)

pada toto-otot bagian tubuh yang terletak dibawah tingkat lesi. Lesi transversal medulla

spinalis pada tingkat servikal, Beberapa saraf di leher termasuk saraf oksipital besar dan

kecil, saraf supraklavikularis dan nervus frenikus. Pengelompokan saraf dalam tulang

belakang leher diberi nama setelah mencocokkan cakram serviks. Cakram atau (disk) ini

diwakili oleh huruf “C” dan angka sesuai dengan lokasi cakram antara vertebra lainnya

yang membentuk tulang belakang leher, dimulai dengan C1 di bagian atas dan bekerja

turun ke C8. Saraf di leher mengontrol berbagai fungsi tubuh manusia misalnya saraf C5

dapat mengakibatkan kelumpuhan UMN (Upper Motor Neuron) pada otot-otot, kedua

lengan yang berasal dari miotoma saraf C6 sampai miotoma saraf C8, lalu otot-otot

toraks dan abdomen serta seluruh otot-otot kedua ekstremitas. Akibat terputusnya

lintasan somatosensory dan lintas autonom neuro vegetatif asendens dan desendens,

maka dari tingakat lesi kebawah, penderita tidak dapat melakukan buang air besar dan

kecil, serta tidak memperlihatkan reaksi neuro vegetative.

Lesi transversal yang memotong medulla spinalis pada tingkat thorakal atau

tingkat lumbal atas mengakibatkan kelumpuhan yang pada dasarnya serupa dengan lesi

yang terjadi pada daerah servikal yaitu pada tingkat lesi terjadi gangguan motorik berupa

kelumpuhan LMN (Lower Motor Neuron) pada otot-otot yang merupakan sebagian kecil

dari otot-otot toraks dan abdomen, namun kelumpuhan yang terjadi tidak begitu jelas

terlihat dikarenakan peranan dari otot-otot tersebut kurang menonjol, hal ini dikarenakan

lesi dapat mengenai kornu anterior medulla spinalis. Dan dibawah tingkat lesi dapat
terjadi gangguan motorik berupa kelumpuhan UMN (Upper Motor Neuron) karena saraf

kortikospinal lateral segmen thorakal terputus (Bromley, 2016).

5. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui penyakit

paraparese antara lain (Bromley, 2016).

1. MRI (Magnetic resonance imaging): menunjukkan daerah yang mengalami fraktur,

infark, haemoragik.

2. CT scan: untuk melihat adanya edema, hematoma, iskemi dan infark.

3. Rontgen: menunjukan daerah yang mengalami fraktur, dan kelainan tulang

6. Komplikasi

Komplikasi dapat meliputi (Kowalak, 2016):

1. Ulkus dekubitus, yaitu luka yang terjadi pada kulit yang terus tertekan akibat tidak

dapat menggerakan bagian tersebut.

2. Penggumpalan darah pada pembuluh darah tungkai (deep vein thrombosis).

3. Pneumonia atau infeksi paru-paru.

4. Depresi.

5. Kelumpuhan pada otot pernapasan.


B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a). Data dasar pengkajian (Bromley, 2015).

1). Aktivitas/isterahat

Tanda: kelumpuhan otot (terjadi kelemahan selama syok spinal) pada/dibawah

lesi. Kelemahan umum/kelemahan otot (trauma dan adanya kompresi saraf).

2). Sirkulasi

Gejala: berdebar-debar, pusing saat melakukan perubahan posisi atau bergerak.

Tanda: hipotensi, hipotensi postural, bradikardi, ekstremitas dingin dan pucat,

hilangnya keringat pada daerah yang terkena.

3). Eliminasi

Gejala: inkontiensia defekasi dan berkemih.

Tanda: retensi urine, distensi abdomen, peristaltik usus hilang, melena, emesis

berwarna seperti koping tanah/hematemesis.

4). Integritas ego

Gejala: menyangkal, tidak percaya, sedih, marah.

Tanda: takut, cemas, gelisah, menarik diri,

5). Makanan/cairan

Tanda: mengalami distensi abdomen, peristaltik usus hilang (ileus paralitik)

6). Higiene

Tanda: sangat ketergantungan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

7). Neurosensori

Gejala: kebas, kesemutan, rasa terbakar pada lengan/kaki. Paralisis


flasid/spastisitas dapat terjadi saat syok spinal teratasi, tergantung pada area

spinal yang sakit.

Tanda: Kelemahan, kelumpuhan (kejang dapat berkembang saat terjadi perubahan

pada saat syok spinal. Kehilangan sensai (derajat bervariasi dapat kembali normal

setelah syok spinal sembuh). Kehilangan tonus otot/vasomotor. Kehilangan

reflek/reflek asimetris termasuk tendon dalam. Perubahan reaksi pupil, ptosis,

hilangnya keringat dari bagian tubuh yang terkena karena pengaruh trauma spinal.

8). Nyeri/kenyamanan.

Gejala: nyeri/nyeri tekan otot, hiperestesia tepat diatas daerah trauma.

Tanda: mengalami deformitas, postur, nyeri tekan vertebral.

9). Pernafasan

Gejala: Napas pendek, “lapar udara”, sulit bernafas.

Tanda: Pernapasan dangkal, periode apnea, penurunan bunyi nafas, ronchi, pucat,

sianosis.

10). Keamanan

Gejala: suhu yang berfluktasi (suhu tubuh ini diambil dalam suhu kamar).

11). Seksualitas

Gejala: keinginan untuk kembali seperti fungsi normal.

Tanda: ereksi tidak terkendali (priapisme), menstruasi tidak teratur.


C. Diagnosa keperawatan

Untuk perumusan masalah keperawatan berpedoman pada buku Standar Diagnosa

Keperawatan Indonesia (SDKI) Diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada pasien

dengan paraparese yaitu:

1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neurovaskular

2. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan mobilitas

3. Retensi urine berhubungan dengan disfungsi neurologi

4. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan sistem saraf

5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas

D. Intervensi Keperawatan

1. Dukungan mobilitasi

2. Perawatan integritas kulit

3. Menajemen nyeri

4. Edukasi kesehatan

5. Menajemen jalan nafas

6. Katererisasi urine
BAB III
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN

(Pengorganisasian Berdasarkan Pola Fungsi Kesehatan dari Gordon)

Tanggal pengkajian : 07 - Mei - 2021 Waktu Pengkajian : 07.30

Ruangan/kamar : Ruangan Edelweis I, kamar No RM : 377965

Tgl masuk RS : 06 - Mei - 2021

A. IDENTIFIKASI
I. KLIEN
Nama (Inisial) : Tn. M.Y

Tempat / Tgl Lahir : Obi 05 - Mei – 1945 / 76 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Perkawinan : Menikah

Jumlah Anak : IV (Empat)

Agama/Suku : Islam

Warga Negara : Indonesia

Bahasa yang Digunakan : Indonesia.

Pendidikan : S1 (Sarjana Pendidikan)

Pekerjaan : Pensiunan

Alamat Rumah : Istiklal. Wenang, Kota Manado, Sulawesi Utara

II. PENANGGUNG JAWAB


Nama : Ny. K.K

Alamat : Istiklal. Wenang, Kota Manado, Sulawesi Utara

Hubungan dengan Klien : Istri


B. DATA MEDIK
I. Dikirim oleh : IGD
II. Diagnosa Medik :
- Saat Masuk : Paraparesis
- Saat Pengkajian : Paraparesis
C. KEADAAN UMUM
I. Keadaan Sakit : Klien tampak sakit ringan / sedang / berat / tidak tampak sakit
Alasan : Tak Bereaksi / Baring Lemah / Duduk / Aktif / Gelisah /

Posisi tubuh .........................../ Pucat / Cyanosis / Sesak Napas

Penggunaan Alat Medik : Klien terpasang IVFD Nacl 0,9%, o2 Nasal Kanul 4 Liter,
Kateter.

Lain-lain :

Nyeri Belakang
Alasan masuk

rumah sakit / keluhan

Pasien dengan keluhan nyeri belakang sejak 2 bulan


sebelum masuk Rs, dan memberat sejak 7 hari sebelum
masuk Rs, nyeri di rasakan semakin memeberat di kepala
Riwayat keluhan utama
dan bahu, nyeri dirasakanmenjalar hingga ke 2 kaki, dan
kelemahan ke dua tungkai secara perlahan – lahan, klien
juga mengeluh sesak sejak 6 Mei 2021

Jatuh di kamar Mandi sekitar akhir februari 2021


Factor pencetus

2 bulan
Lamanya keluhan
Timbulnya keluhan Bertahap

Beraktivitas
Factor yang memperberat

Istri klien memanggil tukang pijat


Upayah yang di lakukan untuk

mengatasinya

Riwayat penggunaan obat sebelumnya

DOSIS
JENIS OBAT DOSIS FREKUENSI
SEBELUMNYA

Captopril 150 mg 12,5 mg 6 jam

II. TANDA – TANDA VITAL :

a. Kesadaran
- Kualitatif : √ Compos Mentis Somnolens

Apatis Sopor

Koma
- Kuantitatif :

Skala Coma Glasgow : Respon Motorik 5 jumlah


15
Respon Bicara 6

Respon Membuka Mata 4

Kesimpulan : Kesadaran baik (Compos Mentis)

- flapping tremor / asterixis : Positif √ Negatif

b. Tekanan darah 153 / 78 mmHg


c. Suhu ..36,7..........°C Axillar
d. Nadi 90 × / menit
e. Pernapasan : frekuensi 26.x / menit
Irama : Teratur

Jenis : Perut

f. Saturasi 96%

III. PENGUKURAN :
a. Lingkar Lengan Atas : ....38......cm
b. Lipat Kulit Trisep : 2 cm
c. Tinggi Badan : 160 cm Berat Badan : 60 kg
d. I.M.T (Indeks Massa Tubuh): 19,2 kg/m2
e. Kesimpulan : berat badan normal
f. Catatan : ..............................................................................
GENOGRAM :

Ket :

: Laki-laki

: Perempian

X : Menunggal

: Klien

: Tinggal Serumah

: Garis ketutunan
D. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN
I. KAJIAN PERSEPSI KESEHATAN-MANAJEMEN KESEHATAN
Riwayat penyakit yang perna dialami :

(sakit berat, dirawat, kecelakaan, operasi, gangguan kehamilan / persalinan, abortus,


trasfusi, reaksi alergi)

Kapan Catatan

Tidak Pernah ..............................................

..............................................

Kapan Catatan

Tidak Pernah .............................................

.............................................

a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit :
Klien mengatakan sebelumnya belum pernah mengalami masalah kesehatan apapun

o Keadaan Setelah Sakit :


Klien mengatakan khawatir tentang masalah kesehatan yang terjadi pada klien
sekarang

b. Data Objektif
o Observasi
- Kebersihan rambut : Tampak bersih , tidak ada ketombe

- Kulit kepala : Tampak bersih, tidak ada jejas

- Kebersihan kulit : Tampak bersih

- Higiene rongga mulut : Tampak bersih

- Kebersihan genitalia : Tidak di kaji

Tanda / Scar Vaksinasi : BCG Cacar (Tidak Pernah)


II. KAJIAN NUTRISI METABOLIK
a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit klien makan 3 x sehari dengan lauk pauk (
Nasi,ikan sayur), dan minum klien bisa menghabisakan 1,5 liter air per hari

o Keadaan Setelah Sakit :


Klien mengatakan sebelum sakit klien makan 3 x sehari dengan lauk pauk (
Nasi,ikan sayur), minum di habiskan

b. Data Objektif
o Observasi
o Pemeriksaan Fisik
- Keadaan rambut : Tidak ada ketombe
- Hidrasi kulit : Tidak ada hidrasi kulit
- Palpebra : Normal
- Sclera : Normal
- Hidung : Hidung simetris
- Rongga mulut : Tampak bersih
- Gigi geligi : Lengkap
- Kemampuan mengunya keras : Baik
- Lidah : Normal
- Pharings : Normal
- Kelenjar getah bening leher : Tidak ada pembesaran getah bening
- Kelenjar parotis : Tidak ada kelainan
- Abdomen
• Inspeksi : Bentuk simentris
Bayangan vena tidak ada Nampak bayangan vena

Benjolan vena tidak ada bayangan vena

• Auskultasi : Peristaltik 12 x / menit


• Palpasi : Tanda nyeri umum tidak ada
Massa tidak ada

Hidrasi kulit tidak ada

Nyeri tekan : R. Epigastrica Titik Mc.


Burney

R.Suprapublika R. Illiaca
• Perkusi : Hipersonor
Ascites √ Negatif

Positif, lingkar perut ......... cm

- Kelenjar linfa inguinal ..................................................


- Kulit

• Spider neavi √ Negatif


• Uremik Frost Negatif


• Edema Negatif


• Icterik Negatif

•Tanda-tanda radang : tidak ada


- Lesi : tidak ada
o Pemeriksaan diagnostik

o Terapi :

III. KAJIAN POLA ELIMINASI


a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit :
Klien mengatakan dalam satu hari pasien BAB 1 kali dengan konsistensi padat
dan berwarna kecoklatan dan untuk BAK dalam satu hari ± 5 kali dengan
konsistensi cair
o Keadaan Setelah Sakit :
Pasien terpasang kateter urin di takar setiap 4 jam sekali dengan jumlah urin
dalam 24 jam 700/900cc. Klien mengatakan sudah sejak tnggal 6- 7 mei klien
belum BAB.

b. Data Objektif
o Observasi :
Klien tampak terpasang kateter

o Pemeriksaan fisik :
• Peristaltik usus : 12 x / menit
• Palpasi suprapubika : Kandung kemih : Kosong
• Nyeri ketuk ginjal : Ada
• Mulut Uretra :
Kiri : Negatif

Kanan : Negatif

• Anus :
- Peradangan : Negatif
- Fisura : Negatif
- Hemoroid : Negatif
- Prolapsus recti : Negatif
• Diare : Tidak
• Frekuensi : Tidak ada
• Konstipasi : √ Tidak

o Pemeriksaan diagnostik

o Terapi :

IV. KAJIAN POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN


a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit klien beraktivitas seperti biasa

o Keadaan Setelah Sakit :


Klien mengatakan saat sakit semua aktifitas tidak dapat dilakukan,aktifitas
dibantu oleh istri dan keluarga

b. Data Objektif
o Observasi :
Klien tampak terbaring lemah dan anggota tubuh bagian bawah tidak dapat
digerakan

• Aktivitas harian :
1. Makan : 2
2. Mandi : 2
3. Berpakaian : 2
4. Kerapian : 2
5. Buang air besar : 2
6. Buang air kecil : 2
7. Ambulasi :2

• Postur tubuh : Terbaring lemah


• Gaya jalan : Tidak dapat berjalan
• Anggota gerak yang cacat : Tidak ada
• Fiksasi : Tidak ada
• Trakeostomie : Tidak ada
• Nyeri :
P : Jatuh Dikamar mandi

Q : Terasa kaku

R : belakang hingga kedua kaki


S : Skala Nyeri 4 (Sedang)

T : Durasi Nyeri ± 10-15 menit

• Luka :
Lokasi : ...................................................

Stage : ...................................................

Warna : ...................................................

Ukuran : ...................................................

Cairan : ...................................................

Tanda Infeksi : ...................................................


o Pemeriksaan fisik :
• JVP : 7 cm H2O
Kesimpulan : tidak ada peningkatan JVP

• Perfusi darah perifer kuku : <2


• Thorax dan pernapasan :
1. Inspeksi :
Bentik thoraks : simentris

Stridor : Negatif

Dyspnea d’Efford : Negatif

Sianosis : Negatif

Jalan Nafas : Bersih

Sputum : Negatif

Warna : Tidak ada

Konsistensi : Tidak ada

Jumlah : Tidak ada

Menggunakan otot bantu nafas : Tidak

Penggunaan alat bantu nafas : Tidak

2. Palpasi : Vokal fremitus Normal


3. Perkusi : Sonor
Batas paru-hepar : normal

Kesimpulan : normal

4. Auskultasi : Suara Nafas : Vesikuler


Suara ucapan : baik
Suara tambahan : tidak ada

Batuk : Negatif

• Jantung
1. Inspeksi : Ictrus cordis : normal
Klien menggunakan alat pacu jantung : Negatif

2. Palpasi : Ictrus cordis : normal


3. Thrill : Negatif
4. Perkusi : Batas atas jantung : ...........................
Batas kanan jantung : ics 5 trenalis sinistra dextra

Batas kiri jantung : ics 5 axilaris anterior

5. Auskultasi : Bunyi jantung II A bunyi menutup katup aorta dan


pulmonal
Bunyi jantung II P : bunyi dup

Bunyi jantung I : bunyi menutup katup trikuspidalis 2


mitral

Bunyi jantung I M : normal

Bunyi jantung III Irama Gallop : Negatif

Murmur : Negatif

Positif : Tempat : tidak ada

Grade : tidak ada

HR 90x / menit

Bruit : Aorta : Negatif

A. Renalis : Negatif
A. Femoralis : Negatif

• Lengan dan Tungkai :


Atrofi otot : Negatif Positif, tempat:.....................

Rentang gerak :

Mati sendi : ada ( kedua tungkai kanan kiri )

Kaku sendi : tidak ada

Uji kekuatan otot : Kiri : 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Kanan : 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Reflex Fisiologik :

Reflex Patologik : Babinski, Kiri √ Negatif Positif


Kanan √ Negatif Positif

Clubing jari-jari : Negatif √ Positif

Varices tungkai : Negatif √ Positif

• Columna Vertebralis
Inspeksi : Kelainan bentuk : tidak ada

Palpasi : Nyeri tekan : Negatif √ Positif

N. III – IV – VI : baik

N. VIII Romberg test : √ Negatif Positif

N. XI : baik

Kaku kuduk : Tidak ada

o Pemeriksaan diagnostik
- Laboratorium : - Lain-lain :

o Terapi :

V. KAJIAN POLA ISTIRAHAT DAN TIDUR


a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit :
Klien mengatakan tidur siang dari jam 13: 00 – 15 : 00 dan pada malam hari
tidur dari jam 09 : 00 – 05: 00 pagi
o Keadaan Setelah Sakit :
Klien mengatatakan tidur klien terganggu akibat nyeri, klien juga sering terjaga
±45 menit baru pasien bisa tertidur kembali

b. Data Objektif
o Observasi :
Expresi wajah mengantuk : Negatif √ Positif

Banyak menguap : Negatif √ Positif

Palpebrae inferior berwarna gelap : Negatif √


Positif

o Terapi :

VI. KAJIAN POLA KOGNITIF PERSEPTUAL


a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit :
Klien, tidak ada masalah dengan penglihatan

o Keadaan Setelah Sakit :


Klien mengatakan nyeri di belakang hinggga tungkai, klien mengatakan tida ada
masalah pada penglihatan klien

b. Data Objektif

o Observasi :
Pemeriksaan fisik

➢ Penglihatan

Posisi mata : Simetris Asimetris

Cornea : Normal √ Keruh / berkabut

Visus : Normal

Pupil : √ Isokor Anisokor

Midriasis Miosis

Lensa mata : normal

Takanan intra ocular (TIO) : tidak ada

Pergerakan bola mata : Normal Abnormal

Fungsi Penglihatan : √ Baik Kabur Dua


bentuk/diplopia

Tanda-tanda radang : tidak ada

Pemakaian Kaca Mata : tidak ada

➢ Pendengaran
Pina : kurang baik

Canalis : normal

Membran tympani : baik tidak ada kelainan


Tes pendengaran : kurang baik

• Pengenalan rasa posisi pada pergerakan lengan dan tungkai :


➢ NI : Normal
➢ N II : Normal
➢ N V Sensorik : Normal
➢ N VII Sensorik : Normal
➢ N VIII Pendengaran : tidak normal
➢ Tes Romberg : tidak bisa
o Pemeriksaan diagnostik
- Laboratorium : - Lain-lain :

o Terapi :

VII. KAJIAN POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI


a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit :
Klien mengatakan

Keadaan Setelah Sakit :

Data Objektif

o Observasi :
Kontak mata : baik

Rentang penglihatan : baik

Suara dan cara bicara : baik

Postur tubuh : klien tidak bisa berdiri

o Pemeriksaan Fisik
Kelainan bawaan yang nyata : ……............................................................

Abdomen : Bentuk : datar

Bayangan vena : tidak ada


Benjolan massa: tidak ada

Kulit : lesi kulit : tidak ada

VIII. KAJIAN POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA (KOPING)


a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit :
Klien mengatakan klien berperan sebagai kepala keluarga dan mencari nafkah
untuk istri dan anaknya hubungan pasien, keluarga dan lingkungan sekitar
sangat baik

o Keadaan Setelah Sakit :


Klien mengatakan saat sakit pasien sudah tidak bisa berperan sebagai kepala
keluarga dan sudah tidak bisa mencari nafkah untuk istri dan anaknya

Data Objektif

o Observasi :
Klien tampak berbaring lemah

IX. KAJIAN POLA REPRODUKSI – SEKSUALITAS


a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit :
Tidak di kaji

o Keadaan Setelah Sakit :


Tidak di kaji

Data Objektif

o Observasi :
Pemeriksaan fisik

o Pemeriksaan diagnostik
Laboratorium : lain-lain :

o Terapi

X. KAJIAN POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP


SRESS
a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit jika merasa stress klien keluar jalan” ataupun
mencari kesibukan lainnya

Keadaan Setelah Sakit :

Klien mengatakan saat sakit merasa stress pasien berusaha untuk menurunkan
stresnya dengan membaca al - Qur´an ataupun berbincang dengan keluarga

Data Objektif

o Observasi :
Klien tampak berbaring lemah

o Pemeriksaan fisik
Tekanan darah : Berbaring : 150 / 70 mmHg

Duduk : ...............mmHg

Berdiri : ...............mmHg

Kesimpulan : Hipotensi ortostatik : Negatif

HR : 90X / menit
Kulit : keringat dingin : tidak ada

Basah : tidak ada

o Terapi :

XI. KAJIAN POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN


a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit pasien rutin dalam melakukan sholat 5 waktu

Keadaan Setelah Sakit :

Klien mengatakan saat sakit klien sudah jarang beribadah klien hanya berdoa di
tempat tidur

Data Objektif

o Observasi :
Klien tampak berbaring lemah
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

No Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan

1. Hemoglobin 11,1 g/dl 12.0-16.0

2 Eritrosit 3.74 4.20-5.40

3 Hematokrit 77.5 37.0-47.0

4 MCV 29.7 81.0-96.0

5 MCH 92 mmol/L 27.0-36.0

6 MCHC 38.3 31.0-37.0

7 Elektrolit 15.42 4.0-10.0

8 Natrium Darah 137 132-147

9 Kalium Darah 2.7 3.5-4.5

10 Thorax cardiomegaly

11. Jantung dan metastase tidak ada

pembesaran
PEMBERIAN TERAPI

No Nama Obat Cara Dosis Frekuensi

pemberian

1. Nacl 0,9% Iv 500 cc /8 jam

2. ketorolac Iv 30 mg /7 jam

3. Omeprazole Iv 40 mg /12 jam

4. Methylprednisolone Iv 500 mg /8 jam


DATA FOKUS

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

1. – Klien mengatakan sulituntuk bernafas 1. –Klien tampak menggunakan


alat bantu nafas nasal kanul
dengan o2 3L
- TTV klien:
TD : 153/78, N : 90x/m, R :
26x/m, SB : 36,7˚C
Saturasi :96%

2. – Klien mengatakan sulit untuk menggerakan 2. Pergerakanklientampakterbatas


kedua kaki klien

3. – Klien mengatakan nyeri di belakang hingga 3. – Klientampakmeringis


kedua kaki - PQRST
- Klienmengatakanseringterjagaakibatnyeri P :JatuhDikamar mandi
Q :Terasakaku
R :belakanghinggakedua kaki
S :Skala Nyeri 4
T :Durasi Nyeri ± 10-15 menit
ANALISA DATA

DATA ETOLOGI PROBLEM

1. DS : Klien mengatakan Etiologi :kecelakaan lalu Pola Nafas tidak efektif


sulit untuk bernafas lintas, kecelakaan olahraga,
DO :Klien kecelakaan industri,
tampak
kecelakaan industri,
menggun
akan alat kecelakaan lain seperti jatuh
bantu
dari pohon atau bangunan,
nafas
nasal luka tusuk, lukat embak,
kanul trauma karena tali
dengan pengalaman ( fraktur chace )
O2 3L dan kejatuhan benda keras.
- TTV klien:
TD : 153/78, N : 90x/m, .
R : 26x/m, SB :
36,7˚C, Saturasi : 96
%

Mekanisme Trauma

Fraktur pada tulang belakang

Cedera koluma vertebrali,


Cedera Medulla spinalis

C1-C4
Blok Saraf Spinal

Kelumpuan otot pernapasan

Iskemi Hipiksemia

Sesak Nafas
DATA ETOLOGI PROBLEM

2. DS : - Klien mengatakan sulit Etiologi :kecelakaan lalu Gangguan Mobilitas Fisik


untuk menggerakan kedua kaki lintas, kecelakaan olahraga,
klie kecelakaan industri,
DO : - Pergerakan klien tampak
kecelakaan industri,
terbatas
- PQRST kecelakaan lain seperti jatuh
P : Jatuh
dari pohon atau bangunan,
Dikamar
mandi luka tusuk, lukat embak,
Q : Terasa kaku trauma karena tali
R : belakang pengalaman ( fraktur chace
hingga ) dan kejatuhan benda
kedua kaki keras.
S : Skala Nyeri
4
T : Durasi Nyeri
± 10 - 15
menit.
- Kekuatan Otot : Mekanisme Trauma
4 4

2 2

Fraktur pada tulang


- Aktivitas :
belakang
Makan
:2
Mandi
:2
Berpakaian
:2 Cedera koluma vertebrali,
Kerapian : 2 Cedera Medulla spinalis
Buang air besar
:2
Buang air keci :
2
Ambulasi : 2
C4 – C7

Bolk Saraf Motorik


Ekstremitas
Kelumpuhan Otot – otot
Ektremita

DATA ETOLOGI PROBLEM

3. DS : Klien mengatakan Etiologi :kecelakaan lalu lintas, Nyeri Akut


nyeri dibelakang hingga kecelakaan olahraga, kecelakaan industri,
kedua kaki kecelakaan industri,
Klien mengatakan sering
terjaga akibat nyeri ± kecelakaan lain seperti jatuh dari pohon
45 menit baru bisa atau bangunan, luka tusuk, lukat embak,
tertidue kembali
trauma karena tali pengalaman ( fraktur
DO :Klien tampak meringis
PQRST chace ) dan kejatuhan benda keras.
P : Jatuh Di kamar mandi
Q : Terasakaku
R : belakang hingga kedua
kaki
S : Skala Nyeri 4 Mekanisme Trauma
T :Durasi Nyeri ± 10-15
menit
TTV klien:
TD : 153/78, N : 90x/m, R :
26x/m, SB : 36,7˚C,
Saturasi : 96 % Fraktur pada tulang belakang

Cedera koluma vertebrali, Cedera Medulla


spinalis

Reaksi peradangan

Agen – agen peradangan : Bradinkinin

Sensasi nyeri

Nyeri
STANDAR LUARAN

DIAGNOSA KRITERIA HASIL SKORING INTERVENSI (SLKI)


(SLKI)

1. Pola Nafas Setelah di lakukan Intervensi Manajemen Jalan Napas


tidak efektif keperawatan selama 2x24 jam ➢ Observasi
b/d hambatan maka pola napas membaik 1) Monitor Pola Napas
upaya napas dengan kriteria hasil : ➢ Terapeutik
- Dispnea ( menurun) 1) Berikanposisi semi fowler
- Penggunaan otot bantu 2) Berikanoksigen
nafas (Cuk menurun) 5 ➢ Edukasi
- Ortopnea (menurun) 1) Anjurkan asupan cairan
- Pernapasan purse-lip 2000ml/hari, jika tidak ada
(menurun) kontra indikasi
- Pernapasan cuping ➢ Kolaborasi
hidung (menurun) 1) Kolaborasi pemberian
- Frekuensi nafas bronkodilatir, jika perlu
(membaik)
- Tekanan
ekspirasi/inspirasi
(membaik)
STANDAR LUARAN

DIAGNOSA KRITERIA HASIL SKOR INTERVENSI (SLKI)


(SLKI) ING

2. Gangguan Mobilitas Setelah di lakukan Intervensi keperawatan Dukungan mobilisasi


Fisik b/d gangguan selama 2x24 jam maka mobilitas fisik ➢ Observasi
Neuromuskular meningkat dengan kriteria hasil : 1) Identifikasi adanya
- Gerakan terbatas ( menurun ) nyeri/keluhan fisik
- Nyeri ( menurun ) 5 lainya
- Pergerakan eksteremitas 2) Identifikasi toleransi
(meningkat) fisik melakukan
- Kekakuan otot (meningkat) pergerakan
- Rentang gerak ROM (meningkat) ➢ Terapeutik
- Kaku sendi (menurun) 1) Fasilitasi melakukan
pergerkan
2) Libatkan keluarga
untuk membantu klien
➢ Edukasi
1) Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
di lakukan
STANDAR LUARAN

DIAGNOSA KRITERIA HASIL SKORING INTERVENSI (SLKI)


(SLKI)

3. Nyeri akut Setelah di lakukan Manajemen Nyeri


b/d kerusakan Intervensi keperawatan ➢ Observasi
sistemsaraf selama 2x24 jam maka 1) Identifikasi sklanyri
tingkatn yeri Menurun 2) Identifikasi lokasi, karakteristi,
dengan kriteriahasil : 5 durasi, frekuensi, kualitas nyeri
- Keluhannyeri ➢ Terapeutik
(menurun) 1) Ajarkan tenik relaksasi nafas
- Meringis (menurun) dalam untuk mengurangi nyeri
- Kesulitan tidur ➢ Edukasi
(menurun) 1) Anjurkan menggunakan
- Sikap protektif analgetik secara tepat
(menurun) ➢ Kolaborasi
- Gelisah (menurun) 1) Kolaborasi pemberian
- Kesulitan tidur analgetik
(menurun)
- Frekuensi nadi
(membaik)
IMPLEMENTASI

Hari/tanggal : Sabtu 8, Mei 2021

NO JAM TINDAKAN KEPERAWATAN RESPON PAR


DX AF
1. 10.30 Manajemen jalan napas ➢ Pola nafas klien
➢ Memonitor Pola Napas ➢ Klien tampak nyaman
➢ Memberikan posisi semi fowler ➢ Sesak klien tampak berkurang
➢ Memberikanoksigen

2. 10.45 Dukungan Mobilisasi ➢ Klien mengatakan nyeri di belakang


➢ Mengidentifikasi adanya hingga tungkai
nyeri/keluhan fisik lainya ➢ Klien tampak ingin melakukan
➢ Mengidentifikasi toleransi fisik mobilisasi tempat tidur tapi bagian
melakukan pergerakan bawah tubuh klien sulit tidak
➢ Memfasilitasi melakukan pergerkan bergerak
➢ Melibatkan keluarga untuk ➢ Istri klien selalu membatu segala
membantu klien aktifitas klien
➢ Mengajarkan mobilisasi sederhana ➢ Setiap kali saya selesai membantu
yang harus di lakukan klian melakukan mobilisasi klien
selalu bilang inin melakukan senidiri
dan tidak ingin menyusahkan saya,
tapi kaki klien tidak bisa bergerak

Manajemen Nyeri
3. 0) Mengidentifikasi skla nyeri
10.55
1) Mengidentifikasi lokasi, karakteristi, ➢ Skla nyeri 4
durasi, frekuensi, kualitas nyeri ➢ Belakang hingga tungkai, seperti di
2) Mengajarkan tenikr elaksasi nafas tekan, ±10-15 menit, setiap kali di
dalam untuk mengurangi nyeri gerkan,
3) Mengkolaborasi pemberian ➢ Klien dapat melakukan teknik
analgetik relaksasi nafas dalam ketika belakang
dan kakinya nyeri
Hari/tanggal : Senin 10, Mei 2021

NO JAM TINDAKAN KEPERAWATAN RESPON PAR


DX AF
1. 16.30 Manajemen jalan napas
➢ Memonitor Pola Napas ➢ Pola nafas klien
➢ Memberikan posisi semi fowler ➢ Klien tampak nyaman
➢ Memberikan oksigen ➢ Sesak klien tampak
berkurang

2. 16.45 Dukungan Mobilisasi


➢ Mengidentifikasi adanya nyeri/keluhan fisik ➢ Klien mengatakan nyeri di
lainya belakang hingga tungkai
➢ Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan ➢ Klien tampak ingin
pergerakan melakukan mobilisasi
➢ Memfasilitasi melakukan pergerkan tempat tidur tapi bagian
➢ Melibatkan keluarga untuk membantu klien bawah tubuh klien sulit
➢ Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus tidak bergerak
di lakukan ➢ Istri klien selalu membatu
segala aktifitas klien
➢ Setiap kali saya selesai
membantu klian melakukan
mobilisasi klien selalu
bilang inin melakukan
senidiri dan tidak ingin
menyusahkan saya, tapi
kaki klien tidak bisa
bergerak

3. Manajemen Nyeri
16.55
4) Mengidentifikasi skla nyri ➢ Skla nyeri 4
5) Mengidentifikasi lokasi, karakteristi, durasi, ➢ Belakang hingga tungkai,
frekuensi, kualitas nyeri seperti di tekan, ±10-15
6) Mengajarkan tenik relaksasi nafas dalam menit, setiap kali di gerkan,
untuk mengurangi nyeri ➢ Klien dapat melakukan
7) Mengkolaborasi pemberian analgetik teknik relaksasi nafas dalam
ketika belakang dan
kakinya nyeri
No Hari/Tgl Jam Evaluasi
Dx
1. Sabtu 8, 10.40 S : - Klien mengatakan sulit untuk bernafas
mei,2021 O : - Klien tampak menggunakan alat bantu nafas nasal kanul dengan O2 3L,
TTV klien:
TD : 153/78, N : 90x/m, R : 26x/m, SB : 36,7˚C, Saturasi : 96 %
A : Dispnea ( Cukup menurun), Penggunaan otot bantu nafas (Cukup menurun)
P : Masalah belum teratasi, Lnjutkan intervensi
2. Sabtu 8, 10.50 S : - Klien mengatakan sulit untuk menggerakan kedua kaki klie
mei,2021 O : Pergerakan klien tampak terbatas
- PQRST
P : Jatuh Dikamar mandi
Q : Terasa kaku
R : belakang hingga kedua kaki
S : Skala Nyeri 4
T : Durasi Nyeri ± 10 - 15 menit.
- Kekuatan Otot :
4 4

2 2

- Aktivitas :
Makan :2
Mandi :2
Berpakaian :2
Kerapian : 2
Buang air besar : 2
Buang air keci : 2
Ambulasi : 2
A : Gerakan terbata( cukup menurun ), Nyeri ( Cukup menurun )
P :Masalah belum teratasi, lanjutkan intevensi
3. Sabtu 8, 11.00 S :Klien mengatakan nyeri di belakanghingga kedua kaki
mei,2021 O :– Klien tampak meringis
- PQRST
P :Jatuh Dikamar mandi
Q :Terasa kaku
R :belakang hinggakedua kaki
S : Skala Nyeri 4
T :Durasi Nyeri ± 10-15 menit
A :Nyeri akut b/d kerusakan sistem saraf
P :Masalah belum teratasi, Lanjutkan Intervensi
No Hari/Tgl Jam Evaluasi
Dx
1 Senin10, 16.40 S : - Klien mengatakan sulit untuk bernafas
mei,2021 O : - Klien tampak menggunakan alat bantu nafas nasal kanul dengan O2 3L, TTV
klien:
TD : 153/78, N : 90x/m, R : 26x/m, SB : 36,7˚C, Saturasi : 96 %
A : Dispnea ( Cukup menurun), Penggunaan alat bantu nafas (Cukup menurun)
P : Masalah belum teratasi, Lnjutkan intervensi
2 Senin 16.50 S : - Klien mengatakan sulit untuk menggerakan kedua kaki klie
10, O : Pergerakan klien tampak terbatas
mei,2021 - PQRST
P : Jatuh Dikamar mandi
Q : Terasa kaku
R : belakang hingga kedua kaki
S : Skala Nyeri 4
T : Durasi Nyeri ± 10 - 15 menit.
- Kekuatan Otot :
4 4

2 2

- Aktivitas :
Makan :2
Mandi :2
Berpakaian :2
Kerapian : 2
Buang air besar : 2
Buang air keci : 2
Ambulasi : 2
A : Gerakan terbata( cukup menurun ), Nyeri ( Cukup menurun )
P :Masalah belum teratasi, lanjutkan intevensi

3 Senin 17.00 S :Klien mengatakan nyeri di belakang hingga kedua kaki


10, mei, O :– Klien tampak meringis
2021 - PQRST
P :Jatuh Dikamar mandi
Q :Terasa kaku
R :belakang hingga kedua kaki
S : Skala Nyeri 4
T :Durasi Nyeri ± 10-15 menit
A :Nyeri Akut b/d kerusakan sistem saraf
P :Masalah belum teratasi, Lanjutkan Intervensi
Section/Topik No Checklist Item

TITLE
Title 1 Perbedaan Pengaruh Penambahan Latihan Kekuatan Otot Lengan
dengan Metode Oxford pada Latihan Transfer dari Tidur ke Duduk
Judul terhadap Kecepatan Transfer dari Tidur ke Duduk pada Penderita
Paraplegia akibat Spinal Cord Injury

Penulis Setio Prayudi

Di Publikasikan Tahun 2008

ABSTRACT
Structured summary 2 Latar belakang:
Paraplegia adalah gangguan atau hilangnya fungsi motorik dan atau sensorik,
Ringkasan terstruktur karena kerusakan pada segment thoraco-lumbo-sacral. (Ralph J, Morino,
2000) Salah satu akibat yang akan terjadi adalah kelumpuhan otot otot anggota
gerak bawah. Tujuan: untuk mengetahui perbedaan pengaruh penambahan
latihan kekuatan otot lengan dengan metode Oxford pada latihan transfer dari
tidur ke duduk terhadap kecepatan transfer dari tidur ke duduk pada penderita
paraplegia akibat Spinal Cord Injury. Metode : penelitian bersifat quasi
eksperimental untuk mempelajari fenomena korelasi sebab-akibat dengan
memberikan perlakuan pada objek penelitian dan menggunakan desain
penelitian Randomized Control Group PreTest - PostTest Design. Hasil :
penelitian pada kelompok perlakuan dengan menggunakan uji statistik T-test
Related dengan nilai P = (2- tailed) 0.000 (P < α= 0.05) dan kelompok kontrol
dengan menggunakan uji statistik T-test Related dengan nilai P = (2-tailed)
0.000 (P < α= 0.05). Untuk melihat perbedaan signifikansi hasil intervensi
diantara kedua kelompok perlakuan, peneliti menggunakan uji T-test
Independent didapat nilai dimana P=0.000 dimana (P > α= 0.05), maka “Ada
perbedaan pengaruh yang signifikan dalam pemberian latihan transfer dari
tidur ke duduk dengan penambahan latihan kekuatan otot lengan metode
Oxford terhadap kecepatan transfer dari tidur ke duduk pada penderita
paraplegi akibat spinal cord injury”. Kesimpulan Ada pengaruh latihan
transfer dari tidur ke duduk sebelum dan sesudah perlakuan terhadap
kecepatan transfer dari tidur ke duduk pada penderita paraplegi akibat spinal
cord injury dan ada perbedaan pengaruh penambahan latihan kekuatan otot
lengan dengan metode Oxford pada latihan transfer dari tidur ke duduk
terhadap kecepatan transfer dari tidur ke duduk pada penderita paraplegia
akibat spinal cord injury.
INTRODUCTION / PENGANTAR
Rationale / Alasan 3 Paraplegia adalah gangguan atau hilangnya fungsi motorik dan atau sensorik,
karena kerusakan pada segment thoraco-lumbo-sacral. (Ralph J, Morino,
2000) Salah satu akibat yang akan terjadi adalah kelumpuhan otot otot anggota
gerak bawah. Paraplegia dimana seseorang mengalami banyak gangguan
aktifitas sehari-hari salah satunya adalah melakukan transfer. Dalam hal ini
adalah berpindah dari posisi tidur terlentang ke duduk dengan posisi kedua
tungkai lurus. Aktifitas ini memang terlihat mudah bagi kita yang kedua
tungkainya tidak mengalami gangguan gerak dan fungsi, akan tetapi sangat
sulit dilakukan bagi mereka dengan kondisi paraplegia.
Objectives / Tujuan 4 Object
Sampel yang diambil secara acak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok kontrol yang diberi tehnik latihan transfer dari tidur ke duduk
sedangkan kelompok perlakuan diberikan tehnik latihan transfer dari tidur ke
duduk dan latihan penguatan otot lengan metode Oxford

METHODS AND RESULTS / Metode Dan Hasil

- Protocol and 5 penelitian bersifat quasi eksperimental untuk mempelajari fenomena korelasi
registration / sebab-akibat dengan memberikan perlakuan pada objek penelitian dan
Protokol Dan menggunakan desain penelitian Randomized Control Group PreTest - PostTest
Registrasi Design. Jenis penelitian pada kelompok perlakuan dengan menggunakan uji
statistik T-test Related dengan nilai P = (2- tailed) 0.000 (P < α= 0.05) dan
kelompok kontrol dengan menggunakan uji statistik T-test Related dengan nilai
P = (2-tailed) 0.000 (P < α= 0.05). Untuk melihat perbedaan signifikansi hasil
intervensi diantara kedua kelompok perlakuan, peneliti menggunakan uji T-test
Independent didapat nilai dimana P=0.000 dimana (P > α= 0.05), maka “Ada
perbedaan pengaruh yang signifikan dalam pemberian latihan transfer dari tidur
ke duduk dengan penambahan latihan kekuatan otot lengan metode Oxford
terhadap kecepatan transfer dari tidur ke duduk pada penderita paraplegi akibat
spinal cord injury”.
.
- Eligibilty criteria 6 http://scholar.google.com/
/Kriteria
Kelayakan
- Information 7 Perbedaan Pengaruh Penambahan Latihan Kekuatan Otot Lengan dengan
sources / Sumber Metode Oxford pada Latihan Transfer dari Tidur ke Duduk terhadap Kecepatan
Informasi Transfer dari Tidur ke Duduk pada Penderita Paraplegia akibat Spinal Cord
Injury Oleh : Setio Prayudi

- Search / Cari 8 Spinal Cord Injury, transfer, Oxford


- Study selection / 9 Keperawatan medikal bedah II
Seleksi Studi

- Data collection 10 Pengumpulan Data


proccess / Proses Data tersebut dapat diketahui bahwa baik kelompok perlakuan dan kelompok
Pengumpulan kontrol terdapat peningkatan kecepatan transfer dari tidur ke duduk yang sangat
Data signifikan. Untuk melihat perbedaan signifikansi hasil intervensi diantara kedua
kelompok perlakuan.

- Data items / Item 11 Karakteristik Peserta


Data 1. Kelompok konrtol
2. Kelompok perlakuan

- Hasil penelitian 12 penelitian pada kelompok perlakuan dengan menggunakan uji statistik T-test
Related dengan nilai P = (2- tailed) 0.000 (P < α= 0.05) dan kelompok
kontrol dengan menggunakan uji statistik T-test Related dengan nilai P = (2-
tailed) 0.000 (P < α= 0.05). Untuk melihat perbedaan signifikansi hasil
intervensi diantara kedua kelompok perlakuan, peneliti menggunakan uji T-
test Independent didapat nilai dimana P=0.000 dimana (P > α= 0.05), maka
“Ada perbedaan pengaruh yang signifikan dalam pemberian latihan transfer
dari tidur ke duduk dengan penambahan latihan kekuatan otot lengan metode
Oxford terhadap kecepatan transfer dari tidur ke duduk pada penderita
paraplegi akibat spinal cord injury”.
- Kesimpulan : 13 P (Problem)
PICO Paraplegia adalah gangguan atau hilangnya fungsi motorik dan atau sensorik,
karena kerusakan pada segment thoraco-lumbo-sacral. (Ralph J, Morino,
2000) Salah satu akibat yang akan terjadi adalah kelumpuhan otot otot
anggota gerak bawah.

I (Intervention)
signifikansi hasil intervensi diantara kedua kelompok perlakuan, peneliti
menggunakan uji T-test Independent didapat nilai dimana P=0.000 dimana (P >
α= 0.05), maka “Ada perbedaan pengaruh yang signifikan dalam pemberian
latihan transfer dari tidur ke duduk dengan penambahan latihan kekuatan otot
lengan metode Oxford terhadap kecepatan transfer dari tidur ke duduk pada
penderita paraplegi akibat spinal cord injury”

C (Comparation)
Kelompok perlakuan nilai mean sebelum perlakuan sebesar 26.158 dengan
standar deviasi 1.218. Sedangkan sesudah perlakuan nilai mean menurun
menjadi 16.440 dengan standar deviasi sebesar 1.065, dengan menggunakan uji
statistik T-test Related dengan nilai P = (2-tailed) 0.000 (P < α= 0.05) yang
menunjukkan kelompok perlakuan sesudah mengalami perubahan yang sangat
signifikan dibanding kelompok perlakuan sebelum. Hal ini berarti Ho ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa “Ada pengaruh latihan kekuata otot lengan
metode Oxford pada latihan transfer yang baik pada kondisi paraplegia akibat
spinal cord injury dan mempunyai peningkatan kemampuan dalam gerakkan
transfer tersebut. Sedangkan kelompok kontrol diperoleh diperoleh nilai mean
pada sebelum perlakuan sebesar 25.002 dengan standar deviasi 1.664.
Sedangkan pada sesudah perlakuan nilai mean menurun menjadi sebesar
18.582 dengan standar deviasi 1.459 dengan menggunakan uji statistik Ttest
Related dengan nilai P = (2-tailed) 0.000 (P < α= 0.05) yang disimpulkan
bahwa “Ada pengaruh pemberian latihan transfer dari tidur ke duduk sebelum
dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol terhadap kecepatan
transfer dari tidur ke duduk pada penderita paraplegi akibat spinal cord
injury”.

O (Outcome)

Hasil pada kelompok perlakuan dengan menggunakan uji statistik T-test


Related dengan nilai P = (2- tailed) 0.000 (P < α= 0.05) dan kelompok kontrol
dengan menggunakan uji statistik T-test Related dengan nilai P = (2-tailed)
0.000 (P < α= 0.05). Untuk melihat perbedaan signifikansi hasil intervensi
diantara kedua kelompok perlakuan, peneliti menggunakan uji T-test
Independent didapat nilai dimana P=0.000 dimana (P > α= 0.05), maka “Ada
perbedaan pengaruh yang signifikan dalam pemberian latihan transfer dari tidur
ke duduk dengan penambahan latihan kekuatan otot lengan metode Oxford
terhadap kecepatan transfer dari tidur ke duduk pada penderita paraplegi akibat
spinal cord injury”.

T (Time)
Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di RS Fatmawati Jakarta. Waktu
Penelitian Penelitian berlangsung selama satu bulan yang dilakukan pada bulan
Agustus 2008.
- Analisa SWOT 14 S (Strength)
Tindakan latihan transfer dari tidur ke tempat duduk memberikan penambahan
latihaan otot lengan oxford pada penderita paraglagia akibat spinal cord injury

W (Weakness)
Pada jurnal ini tidak memberikan cara standar operasional prosedur pada
latihan otot lengan oxford pada penderita paraglagia

O (Opportunity)
Pengaruh latihan penambahan latihan kekuatan otot tidak memberikan
intervensi yang berbahaya bagi pasien

T (Threats)
Paraplegia adalah gangguan atau hilangnya fungsi motorik dan atau sensorik,
karena kerusakan pada segment thoraco-lumbo-sacral. (Ralph J, Morino, 2000)
Salah satu akibat yang akan terjadi adalah kelumpuhan otot otot anggota gerak
bawah.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Studi Kasus
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan individu dilakukan fokus pada keluhan yang dialami
pasien dan pemeriksaan fisik. pengkajian keluhan pasien dilakukan dengan cara
wawancara sedangkan pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara inspeksi, auskultasi,
palpasi dan perkusi (Teli, 2018). Keluahan utama pada klien dengan paraparese
meliputi keluhan tiba-tiba nyeri dibagian tulang belakang dan gangguan antara dua
anggota gerak tubuh bagian bawah yang mulai mengalami penurunan pergerakan
(Kowala, 2015).
Pengkajian yang dilakukan oleh penulis mengunakan metode anamnesa dan
pemeriksaan fisik. Pengkajian yang didapatkan riwayat masuk RS dengan keluhan
nyeri diabagian belakang dan kaki tidak dapat digerakan. Saat di kaji pasien
mengatakan nyeri dibagian punggung belakang menjalar sampai ke bagian kaki dan
kaki sulit untuk digerakan.
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara inspeksi, auskultasi palpasi dan
perkusi. Pemeriksaan yang dilakukan pada Tn. M.Y didapatkan keluhan nyeri yang
semakin memberat pada kepala dan bahu dan menjalar hingga ke 2 kaki dan
kelemahan pada ke 2 kaki secara perlahan-lahan kesadaran CM, GCS 15, pupil
isokor. Adanya kelumpuhan pada kaki kiri dan kanan, adanya ketidakstabilan
kordinasi gerak. Kekuatan otot ekstremitas atas 4 ekstremitas bawah 2, ada nyeri otot
dan refleksi sendi tidak dapat digerakan.
Pengkajian dilakukan oleh penulis mengunakan metode wawancara anamnesa
dan pemeriksaan fisik ini dikarenakan data-data didapatkan bukan hanya dari Tn.
M.Y tetapi data yang didapatkan juga berasal dari istri Tn. M.Y. Dari hasil
wawancara saat di kaji pasien mengatakan nyeri dibagian kepaladan bahu menjalar
sampai ke bagian kaki dan kaki sulit untuk digerakan. Keluhan ini sesuai dengan
tanda dan gejala dari penyakit paraparese pada teori. Pemeriksaan fisik dilakukan
dengan cara inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi ternyata data yang didapatkan
sangat mendukung adanya keluhan yang disampaikan oleh Tn. M.Y. Pemeriksaan
fisik juga dilakukan untuk bisa mendukung adanya kebenaran atas keluhan yang
disampaikan. Sehingga disimpulkan bahwa dari teori dan kasus penulis
mengemukakan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus yang didapatkan
dari pengkajian.
2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang individu,


keluarga atau masyarakat akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan individu difokuskan terhadap masalah
pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Perumusannya menggunakan diagnosis
keperawatan berdasarkan SDKI disesuaikan dengan data/karakteristik lain. Menurut
Nurarif (2015) dalam buku Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan SDKI, SLKI dan SIKI. Ada 6 diagnosa keperawatan yang dapat terjadi
pada pasien dengan paraparese yaitu: Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
gangguan neurovascular. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan
penurunan mobilitas. Retensi urine berhubungan dengan disfungsi neurologi. Nyeri
akut berhubungan dengan kerusakan sistem saraf. Defisit pengetahuan berhubungan
dengan kurangnya terpapar informasi dan Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan hambatan upaya napas
Diagnosa keperawatan yang didapatkan pada kasus Tn. M.Y ada tiga diagnosa
keperawatan yang didapatkan yaitu: Gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan hambatan upaya napas dibuktikan dengan, klien mengatakan sulit untuk
bernafas tampak menggunakan alat bantu nafas nasal kanul dengan O2 3 liter. TTV:
tensi 153/78 mmHg, suhu 36,70C, nadi 90x/menit, pernapasan 26x/menit, saturasi
96%
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler
ditandai dengan pasien mengatakan sulit untuk menggerakan kedua kaki. Hasil
kekuatan otot diadapatkan ekstremitas atas bagian dekstra dan sinistra 4 dan
ekstremitas bawah bagian sinistra dan dekstra 2, aktivitas harian didapatkan nilai
kategori 2
Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan sistem saraf dibuktikan dengan, klien
mengatakan nyeri dibelakang hingga ke dua kaki, klien tampak meringis skala nyeri
4 dengan durasi 10-15 menit. TTV: tensi 153/78 mmHg, suhu 36,70C, nadi
90x/menit, pernapasan 26x/menit.
Pada kasus Tn. M.Y didapatkan tiga diagnosa keperawatan yaitu pola nafas tidak
efektif, nyeri akut, dan gangguan mobilitas fisik sedangkan pada teori ada enam
diagnosa keperawatan. Tiga diagnosa keperawatan tidak diangkat oleh penulis pada
kasus Tn. M.Y yaitu, resiko gangguan integritas kulit, retensi urine dan defisit
pengetahuan.
Penyusunan analisa data dan diagnosa keperawatan harus disesuaikan dengan
teori yang ada pada (SDKI). Sehingga dalam penegakan diagnosa keperawatan harus
berdasarkan dengan batas karakteristik dan data pendukung dari diagnosa
keperawatan tersebut. Sehingga disimpulkan bahwa dari teori dan kasus penulis
mengemukakan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus yang
didapatkan dari diagnosa keperawatan.
3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan keperawatan merupakan tahapan penyusunan strategi intervensi


keperawatan yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah keperawatan yang dialami
pasien. Perencanaan diawali dengan menyusun kristeria hasil atau SLKI dan
dilanjutkan dengan menyusun rencana tindakan atau SIKI (Teli, 2018).
Penyusunan intervensi keperawatan mengunakan SLKI dan SIKI. Diagnosa
keperawatan gangguan pola nafas tidak efektif dengan SLKI yang diambil dyspnea
menurun dan penggunaan otot bantu nafas menurun, ortopnea menurun, pernapasan
purse-lip menurun, pernapasan cuping hidung menurun, frekuensi nafas
membaik,dan tekanan ekspirasi/inspirasi membaik dengan SIKI yang diambil
mengenai manajemen jalan napas.
Intervensi keperawatan yang dibuat sudah sesuai dengan dengan teori yang ada
dalam buku (Teli, 2018). Karena pada kasus nyata penyusunan intervensi
keperawatan mengunakan SLKI dan SIKI. Pada diagnose pola nafas tidak efektif
mempunyai tujuh outcome penulis mengambil tujuh outcome yaitu disipnea,
penggunaan otot bantu nafas,ortopnea, pernapasan purse-lip, pernapasan cuping
hidung, frekuensi nafas,tekanan ekspirasi/inspirasi ini dikarenakan pada outcomes
pola nafas tidak efektif memiliki indicator dan kriterial hasil yang sangat sesuai
dengan masalah yang ada. Sedangkan SIKI pada teori ada 1 dan 4 komponen
didalamnya dan penulis mengambil seluruhnya yaitu observasi, terapeutik, edukasi
dan kolaborasi dikarenakan intervensi ini memiliki aktifitas yang dapat mewujutkan
keberhasilan untuk mencapai kriterial hasil yang di harapkan pada outcome.
Pada diagnosa keperawatan gangguan mobilitas fisik mempunyai enam outcome
penulis mengambil seluruh outcome yaitu pergerakan terbatas, nyeri, pergerakan
ekstermitas, kekuatan otot, rentang gerak ROM dan kaku sendi ini dikarenakan pada
seluruh outcome memiliki indicator dan kriterial hasil yang sangat sesuai dengan
masalah yang ada. Sedangkan SIKI pada teori ada satu intervensi yaitu dukungan
ambulasi/mobilisasi ini dikarenakan intervensi ini memiliki aktifitas yang dapat
mewujudkan keberhasilan untuk mencapai kriterial hasil yang diharapkan pada
outcome. Sehingga disimpulkan bahwa dari teori dan kasus penulis mengemukakan
bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus yang didapatkan dari intervensi
keperawatan.
Pada diagnosa nyeri akut mempunyai enam outcome yaitu keluhan nyeri,
meringis, sikap protektif,gelisah, ksulitan tidur dan frekuensi nadi ini dikarenakan
pada enam outcomes memiliki indicator dan kriterial hasil yang sangat sesuai
dengan masalah yang ada. Sedangkan SIKI pada teori ada 1 intevernsi yaitu
manajemen nyeri ini dikarenakan intervensi ini memiliki aktifitas yang dapat
mewujutkan keberhasilan untuk mencapai kriterial hasil yang di harapkan pada
outcome.
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan tahapan melakukan rencana tindakan


sesuai kondisi pasien. Implementasi sepenuhnya mengacu pada rencana tindakan
yang disusun. Tindakan keperawatan berupa perawatan langsung maupun tindakan
kolaboratif lainnya, penyuluhan kesehatan dan juga rujukan jika pasien
membutuhkan perawatan lanjutan (Teli, 2018).
Pada tanggal 8 – Mei – 2021 diagnosa keperawatan perama jam : 10.30
Memonitor Pola Napas, Memberikan posisi semi fowler, Memberikan oksigen.
Diagnosa Keperawatan kedua Jam : 11.30 Mengidentifikasi adanya nyeri/keluhan
fisik lainya, Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan, Memfasilitasi
melakukan pergerkan, Melibatkan keluarga untuk membantu klien Mengajarkan
mobilisasi sederhana yang harus di lakukan.Diegnosa keperawatan ke tiga jam :
12.30 Mengidentifikasi skla nyeri Mengidentifikasi lokasi, karakteristi, durasi,
frekuensi, kualitas nyeri, Mengajarkan tenikr elaksasi nafas dalam untuk mengurangi
nyeri, Mengkolaborasi pemberian analgetik.
Pada tanggal 10 – Mei – 2021 diagnosa keperawatan perama jam : 16.30
Memonitor Pola Napas, Memberikan posisi semi fowler, Memberikan oksigen.
Diagnosa Keperawatan kedua Jam : 17.30 Mengidentifikasi adanya nyeri/keluhan
fisik lainya, Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan, Memfasilitasi
melakukan pergerkan, Melibatkan keluarga untuk membantu klien Mengajarkan
mobilisasi sederhana yang harus di lakukan.Diegnosa keperawatan ke tiga jam :
18.30 Mengidentifikasi skla nyeri Mengidentifikasi lokasi, karakteristi, durasi,
frekuensi, kualitas nyeri, Mengajarkan tenikr elaksasi nafas dalam untuk mengurangi
nyeri, Mengkolaborasi pemberian analgetik.
Implementasi keperawatan yang dilakukan oleh penulis dilaksanakan
berdasarkan intervensi keperawatan yang dibuat ini dikarenakan intervensi tersebut
diharapkan dapat dilakukan dengan baik sehingga dapat mencapai outcome yang
diharapkan sehingga masalah keperawatan dapat teratasi. Maka dapat disimpulkan
bahwa dari teori dan kasus penulis mengemukakan bahwa tidak ada kesenjangan
antara teori dan kasus yang didapatkan dari implementasi keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahapan yang membandingkan antara hasil


implementasi dengan kriterial yang di tetapkan untuk melihat keberhasilannya (Teli,
2018).
Evaluasi keperawatan dilakukan pada tanggal pada Tanggal 8 – Mei – 2021 pada
jam 14.00 WITA. Dengan diagnosa keperawatan Pola Nafas tidak efektif b/d
hambatan upaya napas, Gangguan Mobilitas Fisik b/d gangguan Neurovaskular,
Nyeri akut b/d kerusakan sistemsaraf masalah belum teratasi.
Evaluasi keperawatan dilakukan pada tanggal pada Tanggal 10 – Mei – 2021
pada jam 20.00 WITA. Dengan diagnosa keperawatan Pola Nafas tidak efektif b/d
hambatan upaya napas, Gangguan Mobilitas Fisik b/d gangguan Neurovaskular,
Nyeri akut b/d kerusakan sistemsaraf masalah belum teratasi.
Evaluasi keperawatan didapatkan diagnosa keperawatan belum teratasi
dikarenakan proses penyakit yang harus didukung dengan kolaborasi dari dokter
untuk penggunaan obat secara farmakologi untuk bisa mendapat hasil yang lebih
akurat dan dalam proses pengobatan pada system saraf harus membutuhkan waktu
pengobatan dan latihan yang cukup lama. Ini dikarenakan penyakit paraparese yang
di alami Tn. M.Y sudah cukup berat sehingga dalam mengimplementasikan
intervensi keperawatan penulis lebih berfokus pada KIE dan tindakan mandiri
mengenai penggunaan obat secara rutin sesuai instrusi dokter dan anjurkan pada Tn.
M.Y untuk tetap melakukan apa yang sudah diajarkan dan dianjurkan.
6. Penerapan Jurnal dalam Tindakan Keperawatan

Jurnal yang digunakan dalam melaksanakan tindakan keperwatan yaitu


Perbedaan Pengaruh Penambahan Latihan Kekuatan Otot Lengan dengan Metode
Oxford pada Latihan Transfer dari Tidur ke Duduk terhadap Kecepatan Transfer dari
Tidur ke Duduk pada Penderita Paraplegia akibat Spinal Cord Injury yang diteliti
oleh Setyo Prayudi (2008). Latihan Isotonik adalah suatu jenis latihan dinamis
dengan kontraksi otot yang menggunakan beban yang tetap dan terjadi perubahan
panjang otot pada lingkup gerak sendi. Latihan isotonik dapat diberikan dengan
menggunakan beban eksternal yang disebut isotonic resistance exercise. Karena
latihan ini merupakan latihan yang dinamik maka latihan ini dapat meningkatkan
tekanan intramuskuler dan menyebabkan meningkatnya aliran darah, sehingga
latihan ini tidak cepat menimbulkan kelelahan. Isotonik resistance exercise adalah
suatu bentuk latihan dinamis melawan tahanan yang konstan dengan sejumlah beban
tertentu pada sepanjang lingkup gerak sendi. Salah satu metode latihan isotonik
adalah metode Oxford yaitu latihan dengan memberikan beban dari beban rendah ke
tinggi. Pada latihan dengan metode ini adalah sebagai suatu jenis latihan penguatan
otot (strengthening) yang akan menggunakan prinsip – prinsip untuk meningkatkan
kekuatan otot, yaitu overload dan specifity. Latihan transfer dari tidur ke duduk ini
dimaksudkan agar mengajarkan tehnik transfer yang benar pada kondisi paraplegia
dan meningkatkan kemampuan gerakan transfer dari tidur ke duduk. Tehnik transfer
dimodifikasi untuk pasien- pasien dengan gangguan ekstremitas bawah dan bila
terdapat kelemahan pada ekstremitas atas, bantuan orang lain diperlukan untuk
membantu transfer Tipe dari transfer yang digunakan tergantung dari kemampuan
pasien itu sendiri dan situasi yang spesifik. Latihan tersebut diantaranya adalah
latihan transfer dari tidur ke duduk itu sendiri. Komposisi transfer dari transfer yang
efektif dan aman adalah kombinasi dari fisik dan kapasitas perseptual, peralatan
yang layak, dan tehnik yang dirangkai pada kemampuan pasien. Latihan transfer ini
mempunyai dua tehnik. Pertama dengan posisi awal terlentang dan pasien atau klien
memiringkan seluruh tubuhnya ke sebelah kanan atau kiri sesuai yang diinginkan
pasien tersebut. Lalu dengan menggunakan kekuatan kedua lengan, pasien atau klien
tersebut menumpu dan perlahan-lahan beranjak ke posisi duduk. Kedua dengan
posisi awal terlentang tanpa pasien atau klien tersebut memiringkan tubuhnya, akan
tetapi dengan tumpuan kedua lengan. Yaitu posisi bahu dan siku menarik kearah
belakang, lalu menumpu pada bed sampai posisi duduk dengan kedua tungkai lurus.
Pada kasus paraparesis pasien akan mengalami masalah eksterimitas bawah dimana
ekstremitas bawah tidak dapat di gerakan sehingga perlunya tekhnik untuk pasien
untuk dapat melakukan mobilisasi secara mandiri. Dengan penerapan intervensi
melalui jurnal ini pasien Tn. M. Y. dapat melakukan tekhnik yang di ajarkan untuk
melakukan mobilisasi di tempat tidur secara mandiri.
BAB V
PENUTUP

i. Kesimpulan
1. Pengkajian keperawatan pada Tn. M.Y dengan paraparese di ruang Edelweis I
RSUP. Dr.R.D Kandou manado Tahun 2021 adalah keluhan utama pasien
mengatakan nyeri dibagian punggung belakang menjalar sampai ke bagian kaki
dan kaki sulit untuk digerakan. Keadaan umum saat ini pasien mengalami sakit
Sedang, tingkat kesadaran pasien secara kualitatif adalah compos mentis dengan
GCS E4, V5, M6, tanda vital didapatkan tensi 153/78 mmHg, suhu 36,70C, nadi
90x/menit , pernapasan 26x/menit, pasien terpasang infus Nacl 0,9%500cc/ 8 jam
dengan no aboket 20 pada bagian metacarpal dekstra.
2. Diagnosa keperawatan yang diangkat pada kasus Tn. M.Y ada 3 ( TIGA) Pola
Nafas tidak efektif b/d hambatan upaya napas, Gangguan Mobilitas Fisik b/d
gangguan Neurovaskular, Nyeri akut b/d kerusakan sistemsaraf.
3. Dalam perencanaan difokuskan pada Manjemen jalan napas, manajemen nyeri,
peningkatan mekanikan tubuh dan pengaturan posisi: neurologi.
4. Tidakan keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi yang sudah disusun.
5. Evaluasi keperawatan dari 2 diagnosa keperawatan sejak 3 hari perawatan.
1) Pola Nafas tidak efektif b/d hambatan upaya napas : Masalah belum teratasi.
2) Gangguan Mobilitas Fisik b/d gangguan Neurovaskular : Masalah belum
teratasi.
3) Nyeri akut b/d kerusakan sistem saraf. : Masalah belum teratasi.
B. Saran
1. Untuk masyarakat/Keluarga
Bagi orang tua agar bisa menjaga kesehatan dengan cara olah raga teratur dan
makan makanan yang bergizi sehingga mampu mencegah terjadinya penyakit
paraparese dan masalah kesehatan lainnya.
2. Untuk pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan
Diharapkan dapat melengkapi perpustakaan dengan buku – buku keperawatan
medikal bedah khususnya system neurologi dengan penyakit paraparese.
3. Bagi penulis
Diharapkan mengusai konsep dasar materi yang dibahas dan menyesuaikan diri
dengan keadaan di lapangan sehingga dapat memperkaya wawasan berpikir
penulis tentang Asuhan Keperawatan medical bedah dengan paraparese.
DAFTAR PUSTAKA

Bruner and Suddarth (2010). Keperawatan Medikal Bedah, EGC


Jakarta; Elseiver,Toronto Company,USA
Bromley, 2015, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 4. Buku II. Jakarta: EGC.
Hasil Riskesdas 2018 Kemeterian Kesehatan Republik Indonesia.

Hutahaen,(2010). Konsep dan Dokumentasi dan proses keperawatan.


Buku kesehatan,Jakarta.
Jurnal kesehatan masyarakat Furlan dan Fehlings. 2009. Faktor
Yang Berhubungan Dengan Penyakit menular dan penyakit tidak
menular. Pdf
Kowalak, 2016. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran: EGC.
SDKI (2016) Diagnosa Keperawatan defenisi dan klasifikasi 2018-
2020 Edisi 1 Jakarta : EGC
Nurarif, Amin H., Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jilid 3.
Jogjakarta : Mediaction.
Smeltzer, Suzanne C. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Burnner and Suddarth. Ed. 8. Vol.3. Jakarta: EGC.

Teli Margaretha. 2018. Pedoman Asuhan Keperawatan Individu,


keluarga dan Komunitas. Kupang: Lima Bintang.

Anda mungkin juga menyukai