Anda di halaman 1dari 29

Pengertian

Partus tak maju yaitu persalinan yang ditandai tidak adanya pembukaan serviks dalam 2 jam
dan tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam.

Partus tak maju (persalinan macet) berarti meskipun kontraksi uterus kuat, janin tidak dapat
turun karena faktor mekanis. Kemacetan persalinan biasanya terjadi pada pintu atas
panggul, tetapi dapat juga terjadi pada ronga panggul atau pintu bawah panggul.

Partus tak maju yaitu suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak menunjukan
kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar paksi selama 2 jam terakhir.

Penyebab

Penyebab partus tak maju yaitu :

Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)

Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan persalinan, tetapi yang
penting ialah hubungan antara kepala janin dengan panggul ibu. Besarnya kepala janin
dalam perbandingan luasnya panggul ibu menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik
atau tidak.

Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati panggul. Panggul


yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang efisien, letak, presentasi,
kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan kepala janin untuk mengadakan
molase. Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek, kedudukan abnormal, ketidakmampuan
kepala untuk mengadakan molase dapat menyebabkan persalinan normal tidak mungkin.
Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan < 145 cm dapat terjadi disproporsi sefalopelvik,
kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi, sehingga pembukaannya
berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi obstetri.
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis, hal ini akan
menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan selamat. Bisa juga
terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal, atau pelvis normal dengan
janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis sempit. Disproporsi sefalopelvik
tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan 37 minggu karena sebelum usia kehamilan
tersebut kepala belum mencapai ukuran lahir normal.

Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi :

Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan, relaksasi sendi-sendi
pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan berlangsungnya kelahiran
pervaginam).

Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini memerlukan
kelahiran dengan tindakan operasi).

Definit (ini berarti pelvis sempit, bentuk kepala abnormal atau janin mempunyai ukuran
besar yang abnormal, misalnya hidrosefalus, operasi diperlukan pada kelahiran ini).

Presentasi yang abnormal

Hal ini bisa terjadi pada dahi, bahu, muka dengan dagu posterior dan kepala yang sulit lahir
pada presentasi bokong.

Presentasi Dahi

Presentasi dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara fleksi maksimal dan
defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah. Presentasi dahi terjadi karena
ketidakseimbangan kepala dengan panggul, saat persalinan kepala janin tidak dapat turun
ke dalam rongga panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit.

Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali bila bayi kecil atau
pelvis luas, persalinan dilakukan dengan tindakan caesarea. IR presentasi dahi 0,2%
kelahiran pervaginam, lebih sering pada primigravida.

Presentasi Bahu

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar dari satu sisi
kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada pintu atas panggul
menjelang persalinan. Bila pasien berada pada persalinan lanjut setelah ketuban pecah,
bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis dengan satu tangan atau lengan keluar dari
vagina.
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau pada sudut akut
panjangnya poros ibu, sebagaimana yang terjadi pada letak melintang. Presentasi bahu
disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen dan otot uterus kendur, prematuritas,
obstruksi panggul.

Presentasi Muka

Pada presentasi muka, kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput menempel pada
punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah. Presentasi muka terjadi karena
ekstensi pada kepala, bila pelvis sempit atau janin sangat besar. Pada wanita multipara,
terjadinya presentasi muka karena abdomen yang menggantung yang menyebabkan
punggung janin menggantung ke depan atau ke lateral, seringkali mengarah kearah oksiput.
Presentasi muka tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal, mungkin terkait dengan
paritas tinggi tetapi 34% presentasi muka terjadi pada primigravida.

Abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya : Hidrosefalus, pertumbuhan janin
lebih besar dari 4.000 gram, bahu yang lebar dan kembar siam.

Abnormalitas sistem reproduksi

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis, stenosis vagina kongenital, perineum
kaku dan tumor vagina.

Komplikasi Persalinan yang Terjadi Pada Partus Tak Maju

Ketuban pecah dini

Apabila pada panggul sempit, pintu atas panggul tidak tertutup dengan sempurna oleh janin
ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil.27 Bila kepala tertahan pada pintu atas panggul,
seluruh tenaga dari uterus diarahkan ke bagian membran yang menyentuh os internal,
akibatnya ketuban pecah dini lebih mudah terjadi.

Pembukaan serviks yang abnormal

Pembukaan serviks terjadi perlahan-lahan atau tidak sama sekali karena kepala janin tidak
dapat turun dan menekan serviks. Pada saat yang sama, dapat terjadi edema serviks
sehingga kala satu persalinan menjadi lama. Namun demikian kala satu dapat juga normal
atau singkat, jika kemacetan persalinan terjadi hanya pada pintu bawah panggul. Dalam
kasus ini hanya kala dua yang menjadi lama. Persalinan yang lama menyebabkan ibu
mengalami ketoasidosis dan dehidrasi.

Seksio caesarea perlu dilakukan jika serviks tidak berdilatasi. Sebaliknya, jika serviks
berdilatasi secara memuaskan, maka ini biasanya menunjukan bahwa kemacetan persalinan
telah teratasi dan kelahiran pervaginam mungkin bisa dilaksanakan (bila tidak ada
kemacetan pada pintu bawah panggul).

Bahaya ruptur uterus

Ruptur uterus, terjadinya disrupsi dinding uterus, merupakan salah satu dari kedaruratan
obstetrik yang berbahaya dan hasil akhir dari partus tak maju yang tidak dilakukan
intervensi. Ruptur uterus menyebabkan angka kematian ibu berkisar 3-15% dan angka
kematian bayi berkisar 50%.23

Bila membran amnion pecah dan cairan amnion mengalir keluar, janin akan didorong ke
segmen bawah rahim melalui kontraksi. Jika kontraksi berlanjut, segmen bawah rahim akan
merengang sehingga menjadi berbahaya menipis dan mudah ruptur. Namun demikian
kelelahan uterus dapat terjadi sebelum segmen bawah rahim meregang, yang menyebabkan
kontraksi menjadi lemah atau berhenti sehingga ruptur uterus berkurang.

Ruptur uterus lebih sering terjadi pada multipara jarang terjadi, pada nulipara terutama jika
uterus melemah karena jaringan parut akibat riwayat seksio caesarea. Ruptur uterus
menyebabkan hemoragi dan syok, bila tidak dilakukan penanganan dapat berakibat fatal.

Fistula

Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis maka sebagian kandung kemih, serviks,
vagina, rektum terperangkap diantara kepala janin dan tulang-tulang pelvis mendapat
tekanan yang berlebihan. Akibat kerusakan sirkulasi, oksigenisasi pada jaringan-jaringan ini
menjadi tidak adekuat sehingga terjadi nekrosis, yang dalam beberapa hari diikuti dengan
pembentukan fistula. Fistula dapat berubah vesiko-vaginal (diantara kandung kemih dan
vagina), vesiko-servikal (diantara kandung kemih dan serviks) atau rekto-vaginal (berada
diantara rektum dan vagina). Fistula umumnya terbentuk setelah kala II persalinan yang
sangat lama dan biasanya terjadi pada nulipara, terutama di negara-negara yang kehamilan
para wanitanya dimulai pada usia dini.

Sepsis puerferalis

Sepsis puerferalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang dapat terjadi setiap saat antara
awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan
atau abortus dimana terdapat gejala-gejala : nyeri pelvis, demam 38,50c atau lebih yang
diukur melalui oral kapan saja cairan vagina yang abnormal, berbau busuk dan
keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran uterus.

Infeksi merupakan bagian serius lain bagi ibu dan janinya pada kasus partus lama dan partu
tak maju terutama karena selaput ketuban pecah dini. Bahaya infeksi akan meningkat
karena pemeriksaan vagina yang berulang-ulang.

Pengaruh Partus tak maju Pada Bayi

Perubahan-perubahan tulang-tulang kranium dan kulit kepala

Akibat tekanan dari tulang-tulang pelvis, kaput suksedaneum yang besar atau
pembengkakan kulit kepala sering kali terbentuk pada bagian kepala yang paling dependen
dan molase (tumpang tindih tulang-tulang kranium) pada kranium janin mengakibatkan
perubahan pada bentuk kepala.10 Selain itu dapat terjadi sefalhematoma atau
penggumpalan darah di bawah batas tulang kranium, terjadi setelah lahir dan dapat
membesar setelah lahir.

Kematian Janin

Jika partus tak maju dibiarkan berlangsung lebih dari 24 jam maka dapat mengakibatkan
kematian janin yang disebabkan oleh tekanan yang berlebihan pada plasenta dan korda
umbilikus. Janin yang mati, belum keluar dari rahim selama 4-5 minggu mengakibatkan
pembusukan sehingga dapat mencetuskan terjadinya koagulasi intravaskuler diseminata
(KID) keadaan ini dapat mengakibatkan hemoragi, syok dan kematian pada maternal.

Tanda Partus tak maju


Pada kasus persalinan macet/tidak maju akan ditemukan tanda-tanda kelelahan fisik dan
mental yang dapat diobservasi dengan :

Dehidrasi dan Ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut kering)

Demam

Nyeri abdomen

Syok (nadi cepat, anuria, ekteremitas dingin, kulit pucat, tekanan darah rendah) syok dapat
disebabkan oleh ruptur uterus atau sepsis.

Determinan dari Partus Tak Maju

Host

Usia

Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu untuk hamil dan melahirkan adalah 20-35
tahun karena pada usia ini secara fisik dan psikologi ibu sudah cukup matang dalam
menghadapi kehamilan dan persalinan.

Usia <20 tahun organ-organ reproduksi belum sempurna secara keseluruhan dan
perkembangan kejiwaan belum matang sehingga belum siap menjadi ibu dan menerima
kehamilannya. Usia >35 tahun organ reproduksi mengalami perubahan yang terjadi karena
proses menuanya organ kandungan dan jalan lahir kaku atau tidak lentur lagi. Selain itu
peningkatn umur seseorang akan mempengaruhi organ yang vital seperti sistim
kardiovaskuler, ginjal dll (pada umur tersebut mudah terjadi penyakit pada ibu yang akan
memperberat tugas organ-organ tersebut sehingga berisiko mengalami komplikasi pada ibu
dan janin).44 Sesuai dengan hasil penelitian di Makassar yang dilakukan oleh Idriyani tahun
2006 dengan menggunakan desain penelitian case control study menemukan ibu yang
mengalami partus tak maju kemungkinan 1,8 kali lebih besar berumur < 20 tahun dan > 35
tahun dibandingkan umur 20-35 tahun.

Paritas

Paritas 1-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 0
dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal yang lebih tinggi. Lebih tinggi
paritas lebih tinggi kematian maternal.
Ibu hamil yang memiliki paritas 4 kali atau lebih, kemungkinan mengalami gangguan
kesehatan, kekendoran pada dinding perut dan kekendoran dinding rahim sehingga berisiko
mengalami kelainan letak pada janin, persalinan letak lintang, robekan rahim, persalinan
macet dan perdarahan pasca persalinan.1

Sesuai dengan hasil penelitian di Subang Jawa Barat yang dilakukan oleh Olva tahun 2001
dengan menggunakan desain penelitian case control study menemukan ibu yang mengalami
partus tak maju kemungkinan 1,3 kali lebih besar yang paritasnya 0 dan > 3 dibandingkan
paritas 1-3.

Riwayat Persalinan

Persalinan yang pernah dialami oleh ibu dengan persalinan prematur, seksio caesarea, bayi
lahir mati, persalinan lama, persalinan dengan induksi serta semua persalinan tidak normal
yang dialami ibu merupakan risiko tinggi pada persalinan berikutnya.10 Sesuai dengan hasil
penelitian di Medan yang dilakukan oleh Sarumpaet tahun 1998-1999 dengan menggunakan
desain penelitian case control study menemukan ibu yang mengalami komplikasi persalinan
kemungkinan 7,3 kali lebih besar mempunyai riwayat persalinan jelek dibandingkan yang
tidak mempunyai riwayat persalinan jelek. Riwayat persalinan jelek pada kasus didapatkan
partus tak maju 24,6%.

Hasil penelitian di Kasongo Zaire tahun 1971-1975, Ibu yang memiliki riwayat persalinan
yang buruk kemungkinan 10 kali lebih besar untuk mengalami persalinan macet dari pada
ibu yang tidak memiliki riwayat persalinan buruk.

Anatomi Tubuh Ibu Melahirkan

Ibu bertubuh pendek < 150 cm yang biasanya berkaitan dengan malnutrisi dan terjadinya
deformitas panggul merupakan risiko tinggi dalam persalinan, tinggi badan < 150 cm
berkaitan dengan kemungkinan panggul sempit. Tinggi badan Ibu < 145 cm terjadi
ketidakseimbangan antara luas panggul dan besar kepala janin.

Sebagian besar kasus partus tak maju disebabkan oleh tulang panggul ibu terlalu sempit
sehingga tidak mudah dilintasi kepala bayi waktu bersalin. Proporsi wanita dengan rongga
panggul yang sempit menurun dengan meningkatnya tinggi badan, persalinan macet yang
disebabkan panggul sempit jarang terjadi pada wanita tinggi. Penelitian di Nigeria Utara dari
seluruh ibu yang mengalami persalinan macet, proporsi wanita dengan panggul sempit
memiliki tinggi badan < 145 cm sebesar 40%, tinggi badan 150 cm sebesar 14% dan tinggi
badan 160 cm sebesar 1%.

Pendidikan

Ibu dengan pendidikan yang lebih tinggi lebih memperhatikan kesehatannya selama
kehamilan dibandingkan dengan ibu yang tingkat pendidikannya rendah. Pendidikan ibu
merupakan salah satu faktor penting dalam usaha menjaga kesehatan ibu, anak dan juga
keluarga. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu semakin meningkat juga pengetahuan dan
kesadarannya dalam mengantisipasi kesulitan kehamilan dan persalinan sehingga
termotivasi untuk melakukan pengawasan kehamilan secara berkala dan teratur.

Agent

Partus tak maju disebabkan faktor mekanik pada persalinan yaitu terhambatnya jalan lahir
janin. Terhambatnya jalan lahir disebabkan ketidakseimbangan bentuk dan ukuran panggul
(passage), besarnya janin (passenger) dan kontraksi uterus (power). Bentuk dan ukuran
panggul yang sempit menghambat jalan lahir janin, panggul yang sempit dipengaruhi faktor
nutrisi dalam pembentukan tulang panggul, penyakit dan cedera pada tulang panggul.36

Enviroment

Keadaan Sosial ekonomi

Derajat sosial ekonomi masyarakat akan menunjukan tingkat kesejahteraan dan


kesempatannya dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Jenis pekerjaan ibu maupun
suaminya akan mencerminkan keadaan sosial ekonomi keluarga. Berdasarkan jenis
pekerjaan tersebut dapat dilihat kemampuan mereka terutama dalam pemenuhan makanan
bergizi, khususnya bagi ibu hamil, pemenuhan kebutuhan makanan bergizi sangat
berpengaruh terhadap kehamilannya. Kekurangan gizi dapat berakibat buruk pada ibu dan
anak, misalnya terjadi anemia, keguguran, perdarahan saat hamil. sesudah hamil, infeksi
dan partus macet.

Perbedaan pemukiman antara daerah perkotaan dan pedesaan ternyata mempengaruhi


tinggi rendahnya kematian maternal. Kemiskinan, ketidaktahuan, kebodohan, transportasi
yang sulit, ketidakmampuan membayar pelayanan yang baik, kurangnya fasilitas pelayanan
kesehatan, jarak rumah yang jauh untuk mendapatkan bantuan tenaga ahli juga
mempengaruhi persalinan, kebiasaan kawin muda, kepercayaan masyarakat dan praktik
tradisional, pantangan makanan tertentu pada wanita hamil merupakan faktor ikut
berperan.

Ketersediaan Tenaga Ahli dan Rujukan

Angka kematian maternal yang tinggi disuatu negara sesungguhnya mencerminkan


rendahnya mutu pelayanan. Pelayanan kesehatan mempunyai peran yang sangat besar
dalam kematian materal. Faktor tersebut meliputi : kurangnya kemudahan untuk pelayanan
kesehatan maternal, asuhan medik yang kurang dan kurangnya tenaga yang terlatih.
Petugas kesehatan yang tidak terlatih untuk mengenali persalinan macet (partograf tidak
digunakan). Kegagalan dalam bertindak terhadap faktor risiko dan penundaan dalam
merujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi (misalnya untuk seksio caesarea) merupakan
fakor partus tak maju.

Pencegahan

Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap
sehat atau tidak sakit.

Untuk menghindari risiko partus tak maju dapat dilakukan dengan :

a. Memberikan informasi bagi ibu dan suaminya tentang tanda bahaya selama kehamilan
dan persalinan.

b. Pendidikan kesehatan reproduksi sedini mungkin kepada wanita usia reproduksi pra-
nikah.

c. Meningkatkan program keluarga berencana bagi ibu usia reproduksi yang sudah
berkeluarga.1

d. Memperbaiki perilaku diet dan peningkatan gizi.

e. Antenatal Care dengan yang teratur untuk mendeteksi dini kelainan pada ibu hamil
terutama risiko tinggi

f. Mengukur tinggi badan dan melakukan pemeriksaan panggul pada primigravida.

g. Mengajurkan untuk melakukan senam hamil.


h. Peningkatan pelayanan medik gawat darurat.

i. Menyediakan sarana transportasi dan komunikasi bagi ibu-ibu yang melahirkan dirumah
(Maternity Waiting Home) apabila terjadi komplikasi, sehingga harus di rujuk ke fasilitas
yang lebih baik.

Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat
untuk mencegah timbulnya komplikasi, yaitu :

a. Diagnosis dini partus tak maju meliputi

Pemeriksaan Abdomen

Tanda-tanda partus tak maju dapat diketahui melalui pemeriksaan abdomen sebagai berikut
:

Kepala janin dapat diraba diatas rongga pelviss karena kepala tidak dapat turun

Kontraksi uterus sering dan kuat (tetapi jika seorang ibu mengalami kontraksi yang lama
dalam persalinanya maka kontraksi dapat berhenti karena kelelahan uterus)

Uterus dapat mengalami kontraksi tetanik dan bermolase (kontraksi uterus bertumpang
tindih) ketat disekeliling janin.

Cincin Band/Bandles ring ; cincin ini ialah nama yang diberikan pada daerah diantara
segmen atas dan segmen bawah uterus yang dapat dilihat dan diraba selama persalinan.
Dalam persalinan normal, daerah ini disebut cincin retraksi. Secara normal daerah ini
seharusnya tidak terlihat atau teraba pada pemeriksaan abdomen, cincin bandl adalah
tanda akhir dari persalinan tidak maju. Bentuk uterus seperti kulit kacang dan palpasi akan
memastikan tanda-tanda yang terlihat pada waktu observasi.

Pemeriksaan Vagina

Tanda-tandanya sebagai berikut :

Bau busuk dari drainase mekonium

Cairan amniotik sudah keluar

Kateterisasi akan menghasilkan urine pekat yang dapt mengandung mekonium atau darah
Pemeriksaan vagina : edema vulva (terutama jika ibu telah lama mengedan), vagina panas
dan mengering karena dehidrasi, pembukaan serviks tidak komplit. Kaput suksedaneum
yang besar dapat diraba dan penyebab persalinan macet antara lain kepala sulit bermolase
akibat terhambat di pelvis, presentasi bahu dan lengan prolaps.

Pencatatan Partograf

Persalinan macet dapat juga diketahui jika pencatatan pada partograf menunjukan :

Kala I persalinan lama (fase aktif) disertai kemacetan sekunder

Kala II yang lama

Gawat janin (frekuensi jantung janin < dari 120 permenit, bau busuk dari drainase
mekonium sedangkan frekuensi jantung janin normal 120-160 permenit)

Pembukaan serviks yang buruk walaupun kontraksi uterus yang kuat.

Melakukan penanganan secepat mungkin untuk mencegah terjadinya komplikasi, partus tak
maju berisiko mengalami infeksi sampai ruptur uterus dan biasanya ditangani dengan
tindakan bedah, seksio caesarea, ekstraksi cunam atau vacum oleh sebab itu harus dirujuk
kerumah sakit.

Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier dilakukan dengan mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat dan
kematian, yaitu :

a. Rehidrasikan pasien untuk mempertahankan volume plasma normal dan menangani


dehidrasi, ketosis dengan memberikan natrium laktat 1 liter dan dekstrosa 5% 1-2 liter
dalam 6 jam.

b. Pemberiaan antibiotik untuk mencegah sepsis puerperalis dan perawatan intensif setelah
melahirkan.

Diagnosa Keperawatan

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputus kontinuitas jaringan sekunder
terhadap pembedahan
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik sekunder terhadap efek anestesi

Resiko infeksi berhubungan dengan luka post op sectio caesarea

Intervensi Keperawatan

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputus kontinuitas jaringan sekunder
terhadap pembedahan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2 x 24 jam nyeri berkurang.

Kriteria hasil : Klien menyatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 0 – 2, klien dapat
istirahat dengan tenang

Kaji skala nyeri dan karakteristik nyeri ( lokasi, durasi)

monitor tanda-tanda vital (TD, nadi)

ajarkan klien tekinik relaksasi dengan tarik napas panjang dan dalam

ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang dengan membatasi jumlah pengunjung
kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik sekunder terhadap efek anestesi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam klien dapat melakukan
aktivitas sesuai dengan kemapuan tanpa disertai nyeri.

Kriteria hasil : Klien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan

Kaji respon klien terhadap aktivitas,

catat tipe anestesi,

anjurkan klien untuk ambulasi dini dengan miring ke kanan dan ke kiri,

anjurkan untuk melakukan gerakan ringan seperti pada tangan dan kaki,

bantu klien dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan,

tingkatkan aktivitas secara bertahap,

libatkan keluarga dalam aktivitas klien.


Resiko infeksi berhubungan dengan luka post op sectio caesarea.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali 24 jam

Kriteria hasil : Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (dolor, rubor, color, tumor, fungsiolaesa),
tanda-tanda vital dalam batas normal terutama suhu (36 – 37°C), luka bersih dan kering.

Monitor tanda-tanda vital terutama suhu tiap 4 jam sekali,

kaji luka pada abdomen dan balutan serta jumlah lochea,

jaga kebersihan si sekitar luka dan lingkungan klien,

Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptic dan steril,

lakukan perawatan DC dan vulva,

kolaborasi pemberian antibiotic sesuai indikasi.

Daftar Pustaka

Situs web :

http://farihaalthafunnisa-midwifery.blogspot.com/2011/08/partus-tak-maju.html

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19884/4/Chapter%20II.pdf

Askeb Persalinan dan BBL:Partus tak maju A. PENGERTIAN 1. Partus tak maju yaitu
persalinan yang ditandai tidak adanya pembukaan serviks dalam 2 jam dan tidak adanya
penurunan janin dalam 1 jam.8 Partus tak maju (persalinan macet) berarti meskipun
kontraksi uterus kuat, janin tidak dapat turun karena faktor mekanis. Kemacetan persalinan
biasanya terjadi pada pintu atas panggul, tetapi dapat juga terjadi pada ronga panggul atau
pintu bawah panggul. (Saefudin, 2005) 2. Tidak adanya penurunan kepala, pembukaan,
serta putaran paksi yang menunjukkan bahwa persalinan tidak maju dan perlu dilakukan
tindakan (Oxorn dan Forte, 2010). B. PENYEBAB PARTUS TAK MAJU Penyebab partus tak
maju yaitu : 1. Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar) Keadaan panggul
merupakan faktor penting dalam kelangsungan persalinan, tetapi yang penting ialah
hubungan antara kepala janin dengan panggul ibu. Besarnya kepala janin dalam
perbandingan luasnya panggul ibu menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau
tidak. Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati panggul.
Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang efisien, letak,
presentasi, kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan kepala janin untuk
mengadakan molase. Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek, kedudukan abnormal,
ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat menyebabkan persalinan normal
tidak mungkin.28 Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan < 145 cm dapat terjadi
disproporsi sefalopelvik, kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi,
sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi obstetri.31
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis, hal ini akan
menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan selamat. Bisa juga
terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal, atau pelvis normal dengan
janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis sempit. Disproporsi sefalopelvik
tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan 37 minggu karena sebelum usia kehamilan
tersebut kepala belum mencapai ukuran lahir normal. Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi
: a. Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan, relaksasi sendi-
sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan berlangsungnya
kelahiran pervaginam). b. Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok
lanjutan ini memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi). c. Definit (ini berarti pelvis
sempit, bentuk kepala abnormal atau janin mempunyai ukuran besar yang abnormal,
misalnya hidrosefalus, operasi diperlukan pada kelahiran ini). 2. Presentasi yang
abnormal Hal ini bisa terjadi pada dahi, bahu, muka dengan dagu posterior dan kepala yang
sulit lahir pada presentasi bokong. a. Presentasi Dahi Presentasi Dahi adalah keadaan
dimana kepala janin ditengah antara fleksi maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi
merupakan bagian terendah. Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala
dengan panggul, saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga panggul
sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit. Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan
kondisi normal kecuali bila bayi kecil atau pelvis luas, persalinan dilakukan dengan tindakan
caesarea. IR presentasi dahi 0,2% kelahiran pervaginam, lebih sering pada primigravida.
b. Presentasi Bahu Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung
melebar dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada
pintu atas panggul menjelang persalinan. Bila pasien berada pada persalinan lanjut setelah
ketuban pecah, bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis dengan satu tangan atau
lengan keluar dari vagina. Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak
lurus atau pada sudut akut panjangnya poros ibu, sebagaimana yang terjadi pada letak
melintang. Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen dan otot
uterus kendur, prematuritas, obstruksi panggul. c. Presentasi Muka Pada presentasi
muka, kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput menempel pada punggung janin
dan dagu merupakan bagian terendah. Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala,
bila pelvis sempit atau janin sangat besar. Pada wanita multipara, terjadinya presentasi
muka karena abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin
menggantung ke depan atau ke lateral, seringkali mengarah kearah oksiput. Presentasi
muka tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal, mungkin terkait dengan paritas tinggi
tetapi 34% presentasi muka terjadi pada primigravida. d. Posisi Oksipitalis Posterior
Persisten Dimana sutura sagitalis melintang atau miring, sehingga ubun – ubun kecil dapat
berada dikiri melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang atau kanan
belakang. Ini dapat disebabkan karena penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran
panggul. Mekanisme persalinannya bila hubungan antara panggul dengan kepala janin
cukup longgar persalinan dapat dilakukan secara spontan, tetapi pada umumnya akan lebih
lama untuk mengambil tindakan yang tepat maka persalinan yang aman bagi ibu dan janin
adalah sectio caessarea. 3. Abnormalitas pada janin Hal ini sering terjadi bila ada kelainan
pada janin misalnya a. Hidrosefalus b. Pertumbuhan janin lebih besar dari 4.000 gram
Janin yang ukurannya berlebihan bahkan kepala dan bahu akan mengalami kesulitan untuk
melewati pintu atas panggul, janin yang ukurannya melebihi 4250 – 4500 kemungkinan
harus dilakukan tindakan sesar secara selektif (Leveno Dkk, 2009). c. Bahu yang lebar.
d. Kembar siam. 4. Abnormalitas sistem reproduksi Abnormalitas sistem reproduksi
misalnya tumor pelvis, stenosis vagina kongenital, perineum kaku dan tumor vagina.
5. Kelainan tenaga (Power) Kelainan pada his atau tenaga mengejan a. Kontraksi
uterus yang tidak efektif Kontraksi uterus yang tidak efektif menyebabkan kemajuan
persalinan menjadi terhambat atau bahkan persalinan tidak maju sama sekali. Ini
disebabkan karena kelelahan myometrium akibat persalinan yang lama (Oxorn dan Forte,
2010). Kontraksi uterus yang tidak efektif, ini terjadi karena adanya disfungsi uterus yang
ditandai oleh kontraksi intensitas rendah, jarang, dan biasanya sering terjadi pada
disproporsi fetopelvis yang signifikan (Leveno Dkk, 2009). Penanganan asuhan kebidanan
untuk mengatasi kontraksi uterus yang tidak efektif adalah : 1) Lakukan asuhan dengan
mengistirahatakan uterus, karena umumnya pasien kelelahan baik fisik maupun
mental. Istirahatkan pasien satu atau dua jam agar pasien dapat memulihkan kondisinya.
2) Jika kejadian ini berada dirumah sakit, Bidan sebaiknya melakukan kolaborasi dengan
dokter penanggung jawab pengobatan. Tindakan ini dialkukan agar padien mendapatkan
program : a) Teraapi penenang, b) Terapi untuk menimbulkan dilatasi serviks.
c) Pemberian infus glukosa dalam air 5 % sebanyak 1 liter untuk memperbaiki status
dehidrasi. d) Dipacu/induksi persalinan. Dengan menambahkan 5 kesatuan oxcytocin
dalam satu liter glukosa dalam air 5 % dan ini diberikan sebagai infuse intravena. Tetesan
dimulai perlahan – lahan, dengan kecepatan sekitar 10 tetes/menit. Tujuannya adalah untuk
mencapai kontraksi uterus yang baik setiap 2 atau 3 menit, lamanya 45 sampai 60 detik
(Oxorn dan forte, 2010) e) Pecah ketuban Tindakan memecah ketuban dilakukan sebagai
induksi persalinan dengan menggunakan Klem Kocher dan percepat persalinan
menggunakan oksitosin. Kemudian kaji kembali kemajuan persalinan dengan periksa dalam
2 jam setelah drip oksitosin dan diharapkan terbentuk kontraksi yang baik dan kuat.Jika
tidak terjadi kemajuan persalinan dalam beberapa kali pemeriksaan, lahirkan janin melalui
sectio caessarea, dan apabila kemajuan persalinan terjadi, lanjutkan infuse oksitosin dan
periksa kembali setelah dua jam, dan lanjutkan mengikuti persalinan secara cermat (Yulianti
dan Pamilih, 2005). C. PATOFISIOLOGI Tidak ada pembukaan servik alaupun didapatkan
kontraksi uterus yang adekuat, pembukaan servik tidak melewati 3 cm sesudah 8 jam
inpartu dan ibu ingin mengejan tetapi tidak ada kemajuan presentasi pada janin (Suhiroh,
2006). Partus tak maju merupakan penyulit persalinan dalam kala I, hal ini terjadi di
karenakan adanya 2 faktor yaitu faktor ibu dan faktor janin, dimana dari faktor ibu adanya
penyempitan pintu tengah panggul yang berbentuk android, tidak adanya penurunan kepala
serta putaran paksi yang disebabkan karena disproporsi antara panggul dan janin, kontraksi
uterus yang tidak adekuat sehingga menghambat kemajuan pembukaan.Dari faktor janin
yang ditimbulkan yaitu adanya kelainan posisi seperti Posisi Oksipitalis Posterior Persisten
atau ubun – ubun kecil janin melintang, presentasi dahi serta berat janin yang melebihi dari
normal >4250 – 4500 (Oxorn dan Forte, 2010). D. PENGARUH PARTUS TAK MAJU
1. Pada Bayi a. Perubahan-perubahan tulang-tulang kranium dan kulit kepala Akibat
tekanan dari tulang-tulang pelvis, kaput suksedaneum yang besar atau pembengkakan kulit
kepala sering kali terbentuk pada bagian kepala yang paling dependen dan molase (tumpang
tindih tulang-tulang kranium) pada kranium janin mengakibatkan perubahan pada bentuk
kepala.10 Selain itu dapat terjadi sefalhematoma atau penggumpalan darah di bawah batas
tulang kranium, terjadi setelah lahir dan dapat membesar setelah lahir. b. Kematian Janin
Jika partus tak maju dibiarkan berlangsung lebih dari 24 jam maka dapat mengakibatkan
kematian janin yang disebabkan oleh tekanan yang berlebihan pada plasenta dan korda
umbilikus. Janin yang mati, belum keluar dari rahim selama 4-5 minggu mengakibatkan
pembusukan sehingga dapat mencetuskan terjadinya koagulasi intravaskuler diseminata
(KID) keadaan ini dapat mengakibatkan hemoragi, syok dan kematian pada maternal.
E. TANDA PARTUS TAK MAJU Pada kasus persalinan macet/tidak maju akan ditemukan
tanda-tanda kelelahan fisik dan mental yang dapat diobservasi dengan : 1. Dehidrasi dan
Ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut kering) 2. Demam 3. Nyeri abdomen
4. Syok a. Nadi cepat b. Anuria c. Ekteremitas dingin d. Kulit pucat
e. Tekanan darah turun Syok dapat disebabkan oleh ruptur uterus atau sepsis
F. DETERMINAN 1. Host a. Usia Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu
untuk hamil dan melahirkan adalah 20-35 tahun karena pada usia ini secara fisik dan
psikologi ibu sudah cukup matang dalam menghadapi kehamilan dan persalinan. Usia <20
tahun organ-organ reproduksi belum sempurna secara keseluruhan dan perkembangan
kejiwaan belum matang sehingga belum siap menjadi ibu dan menerima kehamilannya. Usia
>35 tahun organ reproduksi mengalami perubahan yang terjadi karena proses menuanya
organ kandungan dan jalan lahir kaku atau tidak lentur lagi. Selain itu peningkatan umur
seseorang akan mempengaruhi organ yang vital seperti sistim kardiovaskuler, ginjal dll
(pada umur tersebut mudah terjadi penyakit pada ibu yang akan memperberat tugas organ-
organ tersebut sehingga berisiko mengalami komplikasi pada ibu dan janin). Sesuai dengan
hasil penelitian di Makassar yang dilakukan oleh Idriyani tahun 2006 dengan menggunakan
desain penelitian case control study menemukan ibu yang mengalami partus tak maju
kemungkinan 1,8 kali lebih besar berumur < 20 tahun dan > 35 tahun dibandingkan umur
20-35 tahun. b. Paritas Paritas 1-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut
kematian maternal. Paritas 0 dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal
yang lebih tinggi. Lebih tinggi paritas lebih tinggi kematian maternal.Ibu hamil yang memiliki
paritas 4 kali atau lebih, kemungkinan mengalami gangguan kesehatan, kekendoran pada
dinding perut dan kekendoran dinding rahim sehingga berisiko mengalami kelainan letak
pada janin, persalinan letak lintang, robekan rahim, persalinan macet dan perdarahan pasca
persalinan. Sesuai dengan hasil penelitian di Subang Jawa Barat yang dilakukan oleh Olva
tahun 2001 dengan menggunakan desain penelitian case control study menemukan ibu
yang mengalami partus tak maju kemungkinan 1,3 kali lebih besar yang paritasnya 0 dan > 3
dibandingkan paritas 1-3. c. Riwayat Persalinan Persalinan yang pernah dialami oleh ibu
dengan persalinan prematur, seksio caesarea, bayi lahir mati, persalinan lama, persalinan
dengan induksi serta semua persalinan tidak normal yang dialami ibu merupakan risiko
tinggi pada persalinan berikutnya.10 Sesuai dengan hasil penelitian di Medan yang
dilakukan oleh Sarumpaet tahun 1998-1999 dengan menggunakan desain penelitian case
control study menemukan ibu yang mengalami komplikasi persalinan kemungkinan 7,3 kali
lebih besar mempunyai riwayat persalinan jelek dibandingkan yang tidak mempunyai
riwayat persalinan jelek. Riwayat persalinan jelek pada kasus didapatkan partus tak maju
24,6%. d. Anatomi Tubuh Ibu Melahirkan Ibu bertubuh pendek < 150 cm yang biasanya
berkaitan dengan malnutrisi dan terjadinya deformitas panggul merupakan risiko tinggi
dalam persalinan, tinggi badan < 150 cm berkaitan dengan kemungkinan panggul sempit.
Tinggi badan Ibu < 145 cm terjadi ketidakseimbangan antara luas panggul dan besar kepala
janin. Sebagian besar kasus partus tak maju disebabkan oleh tulang panggul ibu terlalu
sempit sehingga tidak mudah dilintasi kepala bayi waktu bersalin. Proporsi wanita dengan
rongga panggul yang sempit menurun dengan meningkatnya tinggi badan, persalinan macet
yang disebabkan panggul sempit jarang terjadi pada wanita tinggi. Penelitian di Nigeria
Utara dari seluruh ibu yang mengalami persalinan macet, proporsi wanita dengan panggul
sempit memiliki tinggi badan < 145 cm sebesar 40%, tinggi badan 150 cm sebesar 14% dan
tinggi badan 160 cm sebesar 1%. e. Pendidikan Ibu dengan pendidikan yang lebih tinggi
lebih memperhatikan kesehatannya selama kehamilan dibandingkan dengan ibu yang
tingkat pendidikannya rendah. Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor penting dalam
usaha menjaga kesehatan ibu, anak dan juga keluarga. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu
semakin meningkat juga pengetahuan dan kesadarannya dalam mengantisipasi kesulitan
kehamilan dan persalinan sehingga termotivasi untuk melakukan pengawasan kehamilan
secara berkala dan teratur. 2. Agent a. Mekanik Partus tak maju disebabkan faktor
mekanik pada persalinan yaitu terhambatnya jalan lahir janin. b. Passage Terhambatnya
jalan lahir disebabkan ketidakseimbangan bentuk dan ukuran panggul (passage). Bentuk dan
ukuran panggul yang sempit menghambat jalan lahir janin, panggul yang sempit dipengaruhi
faktor nutrisi dalam pembentukan tulang panggul, penyakit dan cedera pada tulang
panggul. c. Janin (Passager) Besarnya janin (passenger) d. Power (kontraksi uterus)
kontraksi uterus (power). 3. Enviroment a. Keadaan Sosial ekonomi Derajat sosial
ekonomi masyarakat akan menunjukan tingkat kesejahteraan dan kesempatannya dalam
menggunakan pelayanan kesehatan. Jenis pekerjaan ibu maupun suaminya akan
mencerminkan keadaan sosial ekonomi keluarga. Berdasarkan jenis pekerjaan tersebut
dapat dilihat kemampuan mereka terutama dalam pemenuhan makanan bergizi, khususnya
bagi ibu hamil, pemenuhan kebutuhan makanan bergizi sangat berpengaruh terhadap
kehamilannya. Kekurangan gizi dapat berakibat buruk pada ibu dan anak, misalnya terjadi
anemia, keguguran, perdarahan saat hamil. sesudah hamil, infeksi dan partus macet.
Perbedaan pemukiman antara daerah perkotaan dan pedesaan ternyata mempengaruhi
tinggi rendahnya kematian maternal. Kemiskinan, ketidaktahuan, kebodohan, transportasi
yang sulit, ketidakmampuan membayar pelayanan yang baik, kurangnya fasilitas pelayanan
kesehatan, jarak rumah yang jauh untuk mendapatkan bantuan tenaga ahli juga
mempengaruhi persalinan, kebiasaan kawin muda, kepercayaan masyarakat dan praktik
tradisional, pantangan makanan tertentu pada wanita hamil merupakan faktor ikut
berperan. b. Ketersediaan Tenaga Ahli dan Rujukan Angka kematian maternal yang tinggi
disuatu negara sesungguhnya mencerminkan rendahnya mutu pelayanan. Pelayanan
kesehatan mempunyai peran yang sangat besar dalam kematian materal. Faktor tersebut
meliputi : kurangnya kemudahan untuk pelayanan kesehatan maternal, asuhan medik yang
kurang dan kurangnya tenaga yang terlatih. Petugas kesehatan yang tidak terlatih untuk
mengenali persalinan macet (partograf tidak digunakan). Kegagalan dalam bertindak
terhadap faktor risiko dan penundaan dalam merujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi
(misalnya untuk seksio caesarea) merupakan fakor partus tak maju. G. KOMPLIKASI PADA
PARTUS TAK MAJU 1. Komplikasi pada ibu a. Ketuban pecah dini Apabila pada panggul
sempit, pintu atas panggul tidak tertutup dengan sempurna oleh janin ketuban bisa pecah
pada pembukaan kecil.27 Bila kepala tertahan pada pintu atas panggul, seluruh tenaga dari
uterus diarahkan ke bagian membran yang menyentuh os internal, akibatnya ketuban pecah
dini lebih mudah terjadi. b. Pembukaan serviks yang abnormal Pembukaan serviks terjadi
perlahan-lahan atau tidak sama sekali karena kepala janin tidak dapat turun dan menekan
serviks. Pada saat yang sama, dapat terjadi edema serviks sehingga kala satu persalinan
menjadi lama. Namun demikian kala satu dapat juga normal atau singkat, jika kemacetan
persalinan terjadi hanya pada pintu bawah panggul. Dalam kasus ini hanya kala dua yang
menjadi lama. Persalinan yang lama menyebabkan ibu mengalami ketoasidosis dan
dehidrasi. Seksio caesarea perlu dilakukan jika serviks tidak berdilatasi. Sebaliknya, jika
serviks berdilatasi secara memuaskan, maka ini biasanya menunjukan bahwa kemacetan
persalinan telah teratasi dan kelahiran pervaginam mungkin bisa dilaksanakan (bila tidak
ada kemacetan pada pintu bawah panggul). c. Bahaya ruptur uterus Ruptur uterus,
terjadinya disrupsi dinding uterus, merupakan salah satu dari kedaruratan obstetrik yang
berbahaya dan hasil akhir dari partus tak maju yang tidak dilakukan intervensi. Ruptur
uterus menyebabkan angka kematian ibu berkisar 3-15% dan angka kematian bayi berkisar
50%. Bila membran amnion pecah dan cairan amnion mengalir keluar, janin akan didorong
ke segmen bawah rahim melalui kontraksi. Jika kontraksi berlanjut, segmen bawah rahim
akan merengang sehingga menjadi berbahaya menipis dan mudah ruptur. Namun demikian
kelelahan uterus dapat terjadi sebelum segmen bawah rahim meregang, yang menyebabkan
kontraksi menjadi lemah atau berhenti sehingga ruptur uterus berkurang. Ruptur uterus
lebih sering terjadi pada multipara jarang terjadi, pada nulipara terutama jika uterus
melemah karena jaringan parut akibat riwayat seksio caesarea. Ruptur uterus menyebabkan
hemoragi dan syok, bila tidak dilakukan penanganan dapat berakibat fatal. Antisipasi yang
dapat dilakukan apabila terjadi rupture uteri diantaranya yaitu : 1) Lakukan kolaborasi
dengan dokter SpOG 2) Berikan injeksi pethidin 50 mg untuk melemahkan kontraksi dan
mengurangi nyeri 3) Berikan infuse NaCl atau glukosa untuk mengatasi dehidrasi
4) Berikan infuse cairan kristaloid atau RL untuk mengganti cairan yang hilang
5) Lakukan transfusi darah 6) Lakukan histerektomi jika rupture uteri benar-benar
terjadi ( Prawirohardjo, 2009). d. Fistula Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam
pelvis maka sebagian kandung kemih, serviks, vagina, rektum terperangkap diantara kepala
janin dan tulang-tulang pelvis mendapat tekanan yang berlebihan. Akibat kerusakan
sirkulasi, oksigenisasi pada jaringan-jaringan ini menjadi tidak adekuat sehingga terjadi
nekrosis, yang dalam beberapa hari diikuti dengan pembentukan fistula. Fistula dapat
berubah vesiko-vaginal (diantara kandung kemih dan vagina), vesiko-servikal (diantara
kandung kemih dan serviks) atau rekto-vaginal (berada diantara rektum dan vagina). Fistula
umumnya terbentuk setelah kala II persalinan yang sangat lama dan biasanya terjadi pada
nulipara, terutama di negara-negara yang kehamilan para wanitanya dimulai pada usia dini.
e. Infeksi intrapartum Bahaya yang serius akan mengancam ibu dan bayi apalagi jika
ketuban sudah pecah, bakteri didalam cairan amnion akan menembus desidua serta
pembuluh korion sehingga akan terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin.
Pneumonia pada janin, ini terjadi karena akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi.
f. Sepsis puerferalis Sepsis puerferalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang dapat
terjadi setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42
hari setelah persalinan atau abortus dimana terdapat gejala-gejala : nyeri pelvis, demam
38,50c atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja cairan vagina yang abnormal, berbau
busuk dan keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran uterus. Infeksi merupakan
bagian serius lain bagi ibu dan janinya pada kasus partus lama dan partu tak maju terutama
karena selaput ketuban pecah dini. Bahaya infeksi akan meningkat karena pemeriksaan
vagina yang berulang-ulang. 2. Komplikasi pada Janin a. Kaput Suksedaneum Keadaan
ini terjadi akibat dari panggul yang tidak normal pada saat terjadinya persalinan.
b. Moulase Penumpukan tulang kepala akibat terhimpitnya kepala janin. Ini terjadi akibat
tekanan his yang kuat, lempeng – lempeng tulang tengkorak saling bertumpang tindih satu
sama yang lain di sutura – sutura besar (Cunningham Dkk, 2005). c. Cedera Fetal distress
atau gawat janin adalah ditemukannya denyut jantung janin di atas 160/menit atau di
bawah 100/menit, denyut jantung tidak teratur, atau keluarnya mekonium yang kental pada
awal persalinan. d. Kematian janin dalam kandungan (IUFD). Tindakan antisipasi yang
dapat dilakukan untuk mencegah hal tersebut diatas adalah dengan persalinan
perabdominal jika persalinan pervaginam tidak terjadi secara aktif (Prawirohardjo, 2009).
e. Asfiksia Akibat partus tak maju atau partus lama dikarenakan adanya gangguan pada
uteroplacental selama kontraksi rahim yang lama dan kuat. Penanganan yang bisa dilakukan
apabila terjadi asfiksia yaitu lakukan resusitasi pada janin (Oxorn dan William, 2010).
H. INTERVENSI ASUHAN PARTUS TAK MAJU Asuhan kebidanan yang seharusnya dilakukan
untuk mencegah kemungkinan terburuk dari pertus tak maju adalah: 1. Melakukan
pengawsan dengan tepat sesuai dengan prosedur pelaksanaan. 2. Menemukan sedini
mungkin keadaan diagnosis partus tak maju dari pencatatan pada partograft 3. Miringkan
ibu ke sebelah kiri untuk memperbaiki sirkulasi plasenta 4. Beri ibu oksigen sesuai
kebutuhan pencegahan terjadinya hipoksia janin yang dapat menyebabkan asfiksia intra
uteri dan asfiksia newborn/bayi baru lahir. Beri ibu oksigen dengan kecepatan 6-8
liter/menit dengan tujuan untuk membantu memperlancar pertukaran sirkulasi udara dari
plasenta ke janin. 5. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG Lakukan segera kolaborasi
dengan dokter SpOg agarmendapatkan program : a. Persalinan secara pervaginam
dengan cara melakukan induksi persalinan menggunakan oksitosin atau misoprostol (dosis
misoprostol 25 μg pervaginam setiap 6 jam) b. Dan atau tindakan operasi section
caesaaria segera jika keadaan menunjukan kegawatan janin. 6. Melakukan kolaborasi
dengan dokter spesialis anak Lakukan segera kolaborasi dengan dokter anak, apabla
ditemukan keadaan: a. Keagawatan janin pada pada proses persalinan b. Dapat
dimungkinakan akan terjadinya asfiksia neonatorum karena proses persalinan yang jelek
dan atau karena keadaan hipolsia intra uteri. c. Lakukan tindakan kolaborasi ini sebelum
bayi dilahirkan 7. Hadirkan dokter spesialis anak pada saat proses persalinan 8. Hadirkan
tenaga terlatih resusitasi neonatus pada saat terjadinya persalinan sdengan kemungkinan
terjadinya kegawatan janin. I. PENCEGAHAN 1. Pencegahan Primer Pencegahan
primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau
tidak sakit. Untuk menghindari risiko partus tak maju dapat dilakukan dengan:
a. Memberikan informasi bagi ibu dan suaminya tentang tanda bahaya selama kehamilan
dan persalinan. b. Pendidikan kesehatan reproduksi sedini mungkin kepada wanita usia
reproduksi pra-nikah. c. Meningkatkan program keluarga berencana bagi ibu usia
reproduksi yang sudah berkeluarga. d. Memperbaiki perilaku diet dan peningkatan gizi.
e. Antenatal Care dengan yang teratur untuk mendeteksi dini kelainan pada ibu hamil
terutama risiko tinggi f. Mengukur tinggi badan dan melakukan pemeriksaan panggul
pada primigravida. g. Mengajurkan untuk melakukan senam hamil. h. Peningkatan
pelayanan medik gawat darurat. i. Menyediakan sarana transportasi dan komunikasi
bagi ibu-ibu yang melahirkan dirumah (Maternity Waiting Home) apabila terjadi komplikasi,
sehingga harus di rujuk ke fasilitas yang lebih baik. 2. Pencegahan Sekunder Pencegahan
sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat untuk
mencegah timbulnya komplikasi, yaitu : Diagnosis dini partus tak maju meliputi:
a. Pemeriksaan Abdomen Tanda-tanda partus tak maju dapat diketahui melalui
pemeriksaan abdomen sebagai berikut : 1) Kepala janin dapat diraba diatas rongga pelviss
karena kepala tidak dapat turun 2) Kontraksi uterus sering dan kuat (tetapi jika seorang ibu
mengalami kontraksi yang lama dalam persalinanya maka kontraksi dapat berhenti karena
kelelahan uterus) 3) Uterus dapat mengalami kontraksi tetanik dan bermolase (kontraksi
uterus bertumpang tindih) ketat disekeliling janin. 4) Cincin Band/Bandles ring Cincin ini
ialah nama yang diberikan pada daerah diantara segmen atas dan segmen bawah uterus
yang dapat dilihat dan diraba selama persalinan. Dalam persalinan normal, daerah ini
disebut cincin retraksi. Secara normal daerah ini seharusnya tidak terlihat atau teraba pada
pemeriksaan abdomen, cincin bandl adalah tanda akhir dari persalinan tidak maju. Bentuk
uterus seperti kulit kacang dan palpasi akan memastikan tanda-tanda yang terlihat pada
waktu observasi. b. Pemeriksaan Vagina Tanda-tandanya sebagai berikut : 1) Bau busuk
dari drainase mekonium 2) Cairan amniotik sudah keluar 3) Kateterisasi akan menghasilkan
urine pekat yang dapt mengandung mekonium atau darah 4) Pemeriksaan vagina Edema
vulva (terutama jika ibu telah lama mengedan), vagina panas dan mengering karena
dehidrasi, pembukaan serviks tidak komplit. Kaput suksedaneum yang besar dapat diraba
dan penyebab persalinan macet antara lain kepala sulit bermolase akibat terhambat di
pelvis, presentasi bahu dan lengan prolaps. c. Penggunaan Pencatatan Partograf
Persalinan macet dapat juga diketahui jika pencatatan pada partograf menunjukan : 1) Kala
I persalinan lama (fase aktif) disertai kemacetan sekunder 2) Kala II yang lama Pada
keadaan kala II lama, dapat menimbulkan gawat janin, yang ditandai dengan: a) Frekuensi
jantung janin < dari 120 permenit. b) Bau busuk dari drainase mekonium. c) Frekuensi
jantung janin normal 120-160 permenit. 3) Pembukaan serviks yang buruk Walaupun
kontraksi uterus yang kuat, tetapi tidak terjadi kemajuan pembukaan serviks uteri. Pada
keadaan partus tak maju yang dapat dideteksi dengan pencegarahan sekunder, sebaiknya
dilakukan penanganan secepat mungkin untuk mencegah terjadinya komplikasi, partus tak
maju berisiko mengalami infeksi sampai ruptur uterus dan biasanya ditangani dengan
tindakan bedah, seksio caesarea, ekstraksi cunam atau vacum oleh sebab itu harus dirujuk
kerumah sakit. d. Pencegahan Tersier Pencegahan tersier dilakukan dengan mencegah
terjadinya komplikasi yang lebih berat dan kematian, maka sebaiknya dilakukan asuhan
kebidanan berupa asuhan: 1) Rehidrasikan pasien untuk mempertahankan volume plasma
normal dan menangani dehidrasi, ketosis dengan memberikan natrium laktat 1 liter dan
dekstrosa 5% 1-2 liter dalam 6 jam. 2) Pemberiaan antibiotik untuk mencegah sepsis
puerperalis dan perawatan intensif setelah melahirkan. J. LANDASAN HUKUM BIDAN
DALAM TATALAKSANA PARTUS TAK MAJU 1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 369/MENKES/SK/III/2007. Berdasarkan Kompetensi ke-4 dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 hukum
kewenangan bidan dalam memberikan pertolongan pada partus tak maju boleh melakukan
tindakan : a. Proses pemeriksaan penurunan janin melalui pelvic selama persalinan dan
kelahiran b. Memberikan suntikan intramuskuler meliputi :uterotonika, antibiotik dan
sedative. c. Indikasi tindakan kedaruratan kebidanan seperti distosia bahu, asfiksia
neonatal, retensio plasenta, perdarahan karena Antonia uteri, dan mengatasi renjatan.
d. Mencatat waktu dan mengkaji kontraksi uterus (lama, kekuatan dan frekuensi).
e. Melakukan pemeriksaan panggul (pemeriksaan dalam) secara lengkap dan akurat
meliputi pembukaan, penurunan kepala, bagian terendah, presentasi posisi keadaan
ketuban, dan proporsi panggul dengan bayi. f. Melakukan pemantauan persalinan
dengan menggunakan partograf. g. Mengidentifikasi secara dini kemungkinan pola
persalinan abnormal dan kegawat daruratan dengan intervensi yang sesuai dan atau
melakukan rujukan dengan tepat waktu. h. Melakukan amniotomi pada pembukaan
serviks lebih dari 4 cm sesuai dengan indikasi. i. Memasang infus, mengambil darah
untuk pemeriksaan hemoglobin (HB) dan hematrokit (HT). j. Memeriksa robekan vagina,
serviks dan perineum. k. Memberikan pertolongan persalinan abnormal : letak sungsang,
partus macet kepala di dasar panggul, ketuban pecah dini tanpa infeksi, posterm dan
preterm. l. Memindahkan ibu untuk tindakan tambahan / kegawat daruratan dengan
tepat waktu sesuai dengan indikasi. m. Memberikan oksitosin dengan tepat waktu untuk
induksi dan akselerasi persalinan dan penanganan perdarahan post partum. 2. Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktik bidan pada Pasal 10. Bidan dalam memberikan pelayanan
sebagaimana dimaksud pada ayat 2 berwenang untuk : a. Episiotomy b. Penjahitan
luka jalan lahir tingkat 1 dan 2 c. Penanganan kegawat – daruratan, dilanjutkan dengan
perujukan d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil e. Pemberian vitamin A dosis tinggi
pada ibu nifas f. Fasilitas/ bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu eksklusif
g. Pemberian uterotonika manajemen aktif kala tiga pada postpartum h. Penyuluhan
dan konseling i. Bimbingan pada kelompok ibu hamil j. Pemberian surat keterangan
kematian dan k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin Berdasarkan Hukum
Kewenangan Bidan yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 dengan indikasi partus tak maju bidan boleh melakukan
pertolongan pada huruf c yaitu penanganan kegawat daruratan yang dilanjutkan dengan
perujukan, dan pada huruf g yaitu pemberian uterotonika manajemen aktif kala III pada
postpartum. K. KEPUSTAKAAN 1. Depkes RI. (2007) Asuhan Persalinan Bersih dan
Aman, Jakarta: Depkes RI. 2. Depkes RI. (2004) Maternal Neonatal Health, Jakarta:
Depkes RI. 3. Depkes RI. (2006) Pedoman Sistem Rujukan Maternal dan Neonatal, Jakarta:
4. Depkes RI. (2001). Rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di
Indonesia 2001-2010, Jakarta. 5. DepKes RI (2002). Program Safe Motherhood di
Indonesia, Jakarta. 6. Depkes RI (2006) Pelatihan Manajemen Kinerja Klinik Perwat dan
Bidan. PUSDIKLAT SDM Kesehatan Jakarta. 7. Hadijono, S (2005) Pedoman Managemen
Pelayanan Obstetri NeonatalEmergency Komperehensif 24 jam di Tingkat kabupaten/ Kota,
Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RI. Cheap Offers:
http://bit.ly/gadgets_cheap Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap Cheap Offers:
http://bit.ly/gadgets_cheap

Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap


O DATA SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF MASALAH
1. DS : Nyeri perut bagian bawah tembus ke Gangguan rasa nyaman ( Nyeri )
belakang.
DO: Ibu tampak meringis ,
mengerang, memegang – megang
tangan penolong pada
saat kontraksi uterus dan menahan
sakit.
Kontraksi uterus : 3 X 10 (35”).
Perut tampak tegang saat his
datang.
Pada pemeriksaan pada jam 08.00
:
 Pembukaan serviks : 7 cm
 Ketuban masih utuh
 Portio lunak dan tipis
 Presentasi kepala
 Pelepasan darah dan lendir ( + )
2. Kecemasan

DS : Kapan akan lahir bayi saya, lama


sekali anak saya lahir.
DO :Tampak ibu cemas, mimik muka
tegang, gelisah, keringat banyak.
TD : 100 / 80 x / mnt, N : 100 x /
mnt, R : 18 x /mnt dan S : 37 o C.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KALA I
DIAGNOSA
HARI/TGL/ TUJUAN INTERVENSI RASIONALISASI
KEPERAWATAN
JAM
1 Selasa, Nyeri b/d kontraksi Klien dapat 1. Kaji derajat ketidaknyamanan1. Reaksi nyeri adalah individual dan
30-08-2005 uterus di tandai beradaptasi melalui isyarat verbal dan non verbal berdasarkan pengalaman nyeri, latar
08.00 dengan : dengan nyeri pada respon nyeri . belakang budaya juga mentukan. Dengan
DS : dengan mengkaji tingkat nyeri dapat ditentukan
Nyeri perut bagian kriteria : intervensi selanjutnya.
bawah tembus ke Keluhan 2. Ajarkan klien dalam penggunaan2. Dapat memblok impuls nyeri dalam
belakang. secara verbal tekhnik pernafasan atau relaksasi kortek serebri melalui respon kondisi dan
DO : berkurang. yang tepat. stimulasi kutan dan meningkatkan suplay
 Ibu tampak meringis Klien dapat O2 intra uterin.
, mengerang, menahan 3. Lakukan tehnik gate control seluruh3. Gate control merupakan stimulasi
memegang – megang nyerinya. permukaan perut, atur posisi, relaksasi dan pengeluaran analgetik
tangan penolong Klien dapat menekan sacrum. endogen yang dapat mengurangi rasa
pada saat kontraksi mengontrol nyeri.
uterus dan menahan nyeri saat
4. Anjurkan klien untuk BAK setiap 1 –4. Mempertahankan KK bebas dari distensi
sakit. kontraksi 2 jam, palpasi atas simfisis pubis yang dapat meningkatkan
 Kontraksi uterus datang. untuk menekan distensi. ketidaknyamanan dan menghalangi
dalam 10 menit 3 turnnya kepala janin.
kali his lamanya 35 TTV DBN : 5. Jelaskan penyebab rasa nyeri dan5. Meningkaatkan rasa adaptasi klien
“. TD : 90-130 beritahu bahwa nyeri itu adalah hal terhadap nyeri.
 Perut tampak tegang 60-90 yang normal.
saat his datang. N : 60-80x/m6. Obsevasi tanda – tanda vital :6. Mengetahui perkembangan keadaan klien
 Pada pemeriksaan P : 16-20x/m TD,N,R,S. sehingga dapat diberikan intervensi yang
pada jam 08.00: tepat.
 Pembukaan serviks : 7. Observasi his dan pembukaan7. Mengetahui kemajuan persalinan untuk
7 cm serviks. mrlakukan intervensi yang tepat.
 Ketuban masih utuh 8. Observasi DJJ. 8. Mengetahui keadaan bayi dalam uterus.
 Portio tipis dan lunak
 Presentasi kepala.
 Pelepasan darah dan
lendir ( + )

Kecemasan b/d Kecemasan 1. Kaji tingkat kecemasan klien. 1. Untuk mengidentifikasi tingkat intervensi
kurang komunikasi / klien yang perlu, cemas yang berlebihan dapat
informasi tentang berkurang meningkatkan persepsi nyeri dan dapat
proses persalinan dengan mempunyai dampak negatif pada
yang akan dialami kriteria : persalinan.
ditandai dengan: Keluhan 2. Berikan support mental dan2. Klien akan mengerti bahwa respon normal
DS : secara verbal informasikan bahwa kecemasan dan akan mengurangi kecemasan.
2. 27-05-2003 Kapan akan lahirnya tidak ada lagi takut itu normal dalam menghadapi
08.30 bayi saya, anak saya dan tanda – persalinan.
lama sekali lahir tanda vital
3. Berikan penjelasan dengan baik3. Informasi yang jelas dan bijaksana
DO : tetap dalam tentang fisiologi kala I. memudahkan ibu dalam memahami dan
 Tampak ibu cemas, normal, mengerti proses persalinan sehingga
mimik muka tampak kilien kecemasannya berkurang.
tegang, gelisah, tenang. 4. Beritahu hasil pemeriksaan yang4. Penjelasan tentang hasil pemeriksaan juga
keringat banyak. didapatkan. akan meningkatkan pengetahuan ibu
 TD:100/80mmHg sehingga kecemasan menurun.
N : 100 x / mnt, 5. Anjurkan keluarga untuk5. Keluarga sangat dibutuhkan untuk
R : 18 x /mnt berpartisipasi memberikan support menenangkan dan mengambil langkah
S : 37 o C. dan menemani klien sementara waktu. awal untuk mengurangi cemas.
6. Yakinkan bahwa proses kala I
berlangsung baik. 6. Akan membuat ibu tenang dan kecemasan
teratasi.

Anda mungkin juga menyukai