Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Partus tak maju ditemukan pada rumah sakit di Indonesia dengan
penyebab terbanyak karena kemacetan fase aktif dan sering terjadi pada
persalinan nulipara dengan indikasi Sectio Caesarea.
American College of Obstetric and Gynecologist membagi kelainan
persalinan menjadi lebih lambat daripada normal (partus lama, protraction
disorder), atau penghentian total kemajuan (partus macet, arrest disorder). Ibu
harus berada di dalam fase aktif persalinan (serviks membuka 3-4 cm atau lebih)
untuk mendiagnosis salah satu diantara keduanya. Diagnosis kemacetan fase aktif
yaitu (tidak ada pembukaan selama 2 jam atau lebih) pada 5% nulipara aterm.
Insiden ini belum berubah sejak tahun 1950an. Kontraksi uterus yang kurang
adekuat, didiagnosis pada 80% ibu dengan kemacetan fase aktif. Pada 25%
persalinan nulipara dipersulit kelainan fase aktif, sedangkan pada multigravida
angkanya adalah 15%. Keterkaitan atau faktor lain yang berperan dalam
persalinan yang berkepanjangan adalah sedasi berlebihan, anestesia
regional, dan malposisi janin, misalnya oksiput posterior persisten
(Prawirohardjo, 2008). Saat ini, distosia atau partus tak maju adalah indikasi
paling sering untuk SC. Dan tidak majunya persalinan merupakan alasan
bagi 68% SC nonelektif pada presentasi kepala (Cunningham, 2006).
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada makalah ini adalah bagaimana
penatalaksanaan perawatan pada kasus Partus Tak Maju?
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran dan
penatalaksanaan perawatan pada kasus post Sectio Caesarea dengan
indikasi partus tak maju di ruang Mawar RSUD dr. Rubini
Mempawah..

1
2

2. Adapun tujuan khusus dari makalah ini adalah untuk mengetahui


asuhan keperawatan pada pasien dengan partus tak maju meliputi
pengkajian, intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan.
3

BAB II
KONSEP TEORI

A. DEFINISI
Pengertian Partus tak maju adalah fase laten lebih dari 8 jam.
Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih,bayi belum lahir. Dilatasi
serviks di kanan garis waspada persalinan fase aktif (Prawirohardjo, 2002).
Partus tak maju adalah ketiadaan kemajuan dalam dilatasi serviks,
atau penurunan dari bagian yang masuk selama persalinan aktif (Kapoh,
2005). Partus tak maju merupakan fase dari suatu partus yang macet dan
berlangsung terlalu lama sehingga menimbulkan gejala-gejala seperti
dehidrasi, infeksi, kelelahan, serta, asfiksia dan kematian dalam kandungan
(Purwaningsih & Fatmawati, 2010).
Partus tak maju (persalinan macet) berarti meskipun kontraksi uterus
kuat, janin tidak dapat turun karena faktor mekanis. Kemacetan persalinan
biasanya terjadi pada pintu atas panggul, tetapi dapat juga terjadi pada ronga
panggul atau pintu bawah panggul.
Partus tak maju yaitu suatu persalinan dengan his yang adekuat yang
tidak menunjukan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan
putar paksi selama 2 jam terakhir.
B. ETIOLOGI
Penyebab partus tak maju yaitu :
1. Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam
kelangsungan persalinan, tetapi yang penting ialah hubungan antara
kepala janin dengan panggul ibu. Besarnya kepala janin dalam
perbandingan luasnya panggul ibu menentukan apakah ada
disproporsi sefalopelvik atau tidak.
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk
melewati panggul. Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan
kontraksi uterus yang efisien, letak, presentasi, kedudukan janin yang
4

menguntungkan dan kemampuan kepala janin untuk mengadakan


molase. Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek, kedudukan abnormal,
ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat
menyebabkan persalinan normal tidak mungkin. Kehamilan pada ibu
dengan tinggi badan < 145 cm dapat terjadi disproporsi sefalopelvik,
kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi,
sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan
komplikasi obstetri.
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari
pelvis, hal ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin
melewati pelvis dengan selamat. Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit
dengan ukuran kepala janin normal, atau pelvis normal dengan janin
besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis sempit. Disproporsi
sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan 37
minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum
mencapai ukuran lahir normal.
Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi :
a. Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama
persalinan, relaksasi sendi-sendi pelvis dan molase kranium
kepala janin dapat memungkinkan berlangsungnya kelahiran
pervaginam).
b. Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok
lanjutan ini memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi).
c. Definit (ini berarti pelvis sempit, bentuk kepala abnormal atau
janin mempunyai ukuran besar yang abnormal, misalnya
hidrosefalus, operasi diperlukan pada kelahiran ini).
5

2. Presentasi yang abnormal


Hal ini bisa terjadi pada dahi, bahu, muka dengan dagu
posterior dan kepala yang sulit lahir pada presentasi bokong.
a. Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah keadaan dimana kepala janin
ditengah antara fleksi maksimal dan defleksi maksimal,
sehingga dahi merupakan bagian terendah. Presentasi dahi
terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan panggul, saat
persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga
panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit.
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi
normal kecuali bila bayi kecil atau pelvis luas, persalinan
dilakukan dengan tindakan caesarea. IR presentasi dahi 0,2%
kelahiran pervaginam, lebih sering pada primigravida.
b. Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen
cenderung melebar dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak
teraba bagian terbawah anak pada pintu atas panggul menjelang
persalinan. Bila pasien berada pada persalinan lanjut setelah
ketuban pecah, bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis
dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina.
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin
tegak lurus atau pada sudut akut panjangnya poros ibu,
sebagaimana yang terjadi pada letak melintang. Presentasi bahu
disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen dan otot
uterus kendur, prematuritas, obstruksi panggul.
c. Presentasi Muka
Pada presentasi muka, kepala mengalami hiperekstensi
sehingga oksiput menempel pada punggung janin dan dagu
merupakan bagian terendah. Presentasi muka terjadi karena
ekstensi pada kepala, bila pelvis sempit atau janin sangat besar.
6

Pada wanita multipara, terjadinya presentasi muka karena


abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung
janin menggantung ke depan atau ke lateral, seringkali
mengarah kearah oksiput. Presentasi muka tidak ada faktor
penyebab yang dapat dikenal, mungkin terkait dengan paritas
tinggi tetapi 34% presentasi muka terjadi pada primigravida.
3. Abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya :
Hidrosefalus, pertumbuhan janin lebih besar dari 4.000 gram, bahu
yang lebar dan kembar siam.
4. Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis, stenosis
vagina kongenital, perineum kaku dan tumor vagina.
Sebab-sebab terjadinya partus tak maju ini sangat kompleks dan
tergantung pada pengawasan saat hamil, pertolongan persalinan yang baik
dan penatalaksanaannya (Purwaningsih & Fatmawati, 2010). Faktor-faktor
penyebabnya adalah:
1. Kelainan letak janin.
2. Kelainan-kelainan panggul.
3. Kelainan his.
4. Pimpin partus yang salah.
5. Janin besar atau ada kelainan congenital.
6. Primitua.
7. Perut gantung, grandemulti.
8. Ketuban pecah dini.
7

C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Purwaningsih & Fatmawati (2010) manifestasi klinik partus
tak maju yaitu:
1. Pada ibu
a. Gelisah, letih, suhu badan meningkat, nadi cepat, pernafasan
cepat, meteorismus.
b. Di daerah lokal sering dijumpai edema vulva, edema serviks,
cairan ketuban berbau, terdapat mekonium.
2. Pada janin
a. Denyut jantung janin cepat/tidak teratur, bahkan negatif, air
ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.
b. Kaput suksadenum yang membesar.
c. Moulage kepala yang hebat.
d. Kematian janin dalam kandungan.
b. Kematian janin intra partum.
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi Partus tak maju Klasifikasi Partus tak maju menurut
Kurniawati & Mirzanie (2009) dan Saifuddin (2010) adalah:
1. Fase laten yang memanjang (Prolonged Latent Phase). Pembukaan
serviks tidak melewati 4 cm sesudah 8 jam in partu dengan his yang
teratur.
2. Fase aktif yang memanjang Pembukaan serviks melewati kanan garis
waspada partograf. Faktor penyebabnya yaitu:
a. Inersia uteri
Frekuensi his kurang dari 3 his per 10 menit dan lamanya
kurang dari 40 detik.
b. Disproporsi sefalopelvik
Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang
dipresentasi tidak maju, sedangkan his baik.
8

c. Obstruksi kepala
Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang
dipresentasi tidak maju dengan kaput, terdapat moulase hebat,
edema serviks, tanda ruptura uteri imminens, gawat janin.
d. Malpresentasi dan malposisi
Malpresentasi merupakan posisi abnormal dari verteks
kepala janin (dengan ubun-ubun kecil sebagai penanda) terhadap
panggul ibu. Malposisi adalah semua presentasi lain dari janin
selain presentasi verteks.
3. Kala II lama (Prolonged Expulsive Phase)
Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengedan, tetapi tak ada
kemajuan penurunan.
E. KOMPLIKASI
Komplikasi Partus tak maju menurut Prawirohardjo (2008) yaitu:
1. Infeksi Intrapartum
2. Ruptura Uteri
3. Cincin Retraksi Patologis
4. Pembentukan Fistula
5. Cedera Otot-otot Dasar Panggul
6. Efek pada Janin
7. Kaput Suksedaneum
8. Molase Kepala Janin
F. KOMPLIKASI PERSALINAN YANG TERJADI PADA PARTUS TAK
MAJU
1. Ketuban pecah dini
Apabila pada panggul sempit, pintu atas panggul tidak tertutup
dengan sempurna oleh janin ketuban bisa pecah pada pembukaan
kecil.27 Bila kepala tertahan pada pintu atas panggul, seluruh tenaga
dari uterus diarahkan ke bagian membran yang menyentuh os internal,
akibatnya ketuban pecah dini lebih mudah terjadi.
9

2. Pembukaan serviks yang abnormal


Pembukaan serviks terjadi perlahan-lahan atau tidak sama sekali
karena kepala janin tidak dapat turun dan menekan serviks. Pada saat
yang sama, dapat terjadi edema serviks sehingga kala satu persalinan
menjadi lama. Namun demikian kala satu dapat juga normal atau
singkat, jika kemacetan persalinan terjadi hanya pada pintu bawah
panggul. Dalam kasus ini hanya kala dua yang menjadi lama.
Persalinan yang lama menyebabkan ibu mengalami ketoasidosis dan
dehidrasi.
Seksio caesarea perlu dilakukan jika serviks tidak berdilatasi.
Sebaliknya, jika serviks berdilatasi secara memuaskan, maka ini
biasanya menunjukan bahwa kemacetan persalinan telah teratasi dan
kelahiran pervaginam mungkin bisa dilaksanakan (bila tidak ada
kemacetan pada pintu bawah panggul).
3. Bahaya ruptur uterus
Ruptur uterus, terjadinya disrupsi dinding uterus, merupakan
salah satu dari kedaruratan obstetrik yang berbahaya dan hasil akhir
dari partus tak maju yang tidak dilakukan intervensi. Ruptur uterus
menyebabkan angka kematian ibu berkisar 3-15% dan angka kematian
bayi berkisar 50%.23
Bila membran amnion pecah dan cairan amnion mengalir keluar,
janin akan didorong ke segmen bawah rahim melalui kontraksi. Jika
kontraksi berlanjut, segmen bawah rahim akan merengang sehingga
menjadi berbahaya menipis dan mudah ruptur. Namun demikian
kelelahan uterus dapat terjadi sebelum segmen bawah rahim
meregang, yang menyebabkan kontraksi menjadi lemah atau berhenti
sehingga ruptur uterus berkurang.
Ruptur uterus lebih sering terjadi pada multipara jarang terjadi,
pada nulipara terutama jika uterus melemah karena jaringan parut
akibat riwayat seksio caesarea. Ruptur uterus menyebabkan hemoragi
dan syok, bila tidak dilakukan penanganan dapat berakibat fatal.
10

4. Fistula
Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis maka
sebagian kandung kemih, serviks, vagina, rektum terperangkap
diantara kepala janin dan tulang-tulang pelvis mendapat tekanan yang
berlebihan. Akibat kerusakan sirkulasi, oksigenisasi pada jaringan-
jaringan ini menjadi tidak adekuat sehingga terjadi nekrosis, yang
dalam beberapa hari diikuti dengan pembentukan fistula. Fistula dapat
berubah vesiko-vaginal (diantara kandung kemih dan vagina), vesiko-
servikal (diantara kandung kemih dan serviks) atau rekto-vaginal
(berada diantara rektum dan vagina). Fistula umumnya terbentuk
setelah kala II persalinan yang sangat lama dan biasanya terjadi pada
nulipara, terutama di negara-negara yang kehamilan para wanitanya
dimulai pada usia dini.
5. Sepsis puerferalis
Sepsis puerferalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang
dapat terjadi setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur
membran) atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau abortus
dimana terdapat gejala-gejala : nyeri pelvis, demam 38,50c atau lebih
yang diukur melalui oral kapan saja cairan vagina yang abnormal,
berbau busuk dan keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran
uterus.
Infeksi merupakan bagian serius lain bagi ibu dan janinya pada
kasus partus lama dan partu tak maju terutama karena selaput ketuban
pecah dini. Bahaya infeksi akan meningkat karena pemeriksaan
vagina yang berulang-ulang.
G. PENGARUH PARTUS TAK MAJU PADA BAYI
1. Perubahan-perubahan tulang-tulang kranium dan kulit kepala
Akibat tekanan dari tulang-tulang pelvis, kaput suksedaneum
yang besar atau pembengkakan kulit kepala sering kali terbentuk pada
bagian kepala yang paling dependen dan molase (tumpang tindih
tulang-tulang kranium) pada kranium janin mengakibatkan perubahan
11

pada bentuk kepala.10 Selain itu dapat terjadi sefalhematoma atau


penggumpalan darah di bawah batas tulang kranium, terjadi setelah
lahir dan dapat membesar setelah lahir.
2. Kematian Janin
Jika partus tak maju dibiarkan berlangsung lebih dari 24 jam
maka dapat mengakibatkan kematian janin yang disebabkan oleh
tekanan yang berlebihan pada plasenta dan korda umbilikus. Janin
yang mati, belum keluar dari rahim selama 4-5 minggu
mengakibatkan pembusukan sehingga dapat mencetuskan terjadinya
koagulasi intravaskuler diseminata (KID) keadaan ini dapat
mengakibatkan hemoragi, syok dan kematian pada maternal.
H. DETERMINAN DARI PARTUS TAK MAJU
1. Host
a. Usia
Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu untuk
hamil dan melahirkan adalah 20-35 tahun karena pada usia ini
secara fisik dan psikologi ibu sudah cukup matang dalam
menghadapi kehamilan dan persalinan.
Usia <20 tahun organ-organ reproduksi belum sempurna
secara keseluruhan dan perkembangan kejiwaan belum matang
sehingga belum siap menjadi ibu dan menerima kehamilannya.
Usia >35 tahun organ reproduksi mengalami perubahan yang
terjadi karena proses menuanya organ kandungan dan jalan lahir
kaku atau tidak lentur lagi. Selain itu peningkatn umur
seseorang akan mempengaruhi organ yang vital seperti sistim
kardiovaskuler, ginjal dll (pada umur tersebut mudah terjadi
penyakit pada ibu yang akan memperberat tugas organ-organ
tersebut sehingga berisiko mengalami komplikasi pada ibu dan
janin).44 Sesuai dengan hasil penelitian di Makassar yang
dilakukan oleh Idriyani tahun 2006 dengan menggunakan desain
penelitian case control study menemukan ibu yang mengalami
12

partus tak maju kemungkinan 1,8 kali lebih besar berumur < 20
tahun dan > 35 tahun dibandingkan umur 20-35 tahun.
b. Paritas
Paritas 1-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari
sudut kematian maternal. Paritas 0 dan paritas lebih dari 3
mempunyai angka kematian maternal yang lebih tinggi. Lebih
tinggi paritas lebih tinggi kematian maternal.
Ibu hamil yang memiliki paritas 4 kali atau lebih,
kemungkinan mengalami gangguan kesehatan, kekendoran pada
dinding perut dan kekendoran dinding rahim sehingga berisiko
mengalami kelainan letak pada janin, persalinan letak lintang,
robekan rahim, persalinan macet dan perdarahan pasca
persalinan.1
Sesuai dengan hasil penelitian di Subang Jawa Barat yang
dilakukan oleh Olva tahun 2001 dengan menggunakan desain
penelitian case control study menemukan ibu yang mengalami
partus tak maju kemungkinan 1,3 kali lebih besar yang
paritasnya 0 dan > 3 dibandingkan paritas 1-3.
c. Riwayat Persalinan
Persalinan yang pernah dialami oleh ibu dengan persalinan
prematur, seksio caesarea, bayi lahir mati, persalinan lama,
persalinan dengan induksi serta semua persalinan tidak normal
yang dialami ibu merupakan risiko tinggi pada persalinan
berikutnya.10 Sesuai dengan hasil penelitian di Medan yang
dilakukan oleh Sarumpaet tahun 1998-1999 dengan
menggunakan desain penelitian case control study menemukan
ibu yang mengalami komplikasi persalinan kemungkinan 7,3
kali lebih besar mempunyai riwayat persalinan jelek
dibandingkan yang tidak mempunyai riwayat persalinan jelek.
Riwayat persalinan jelek pada kasus didapatkan partus tak maju
24,6%.
13

Hasil penelitian di Kasongo Zaire tahun 1971-1975, Ibu


yang memiliki riwayat persalinan yang buruk kemungkinan 10
kali lebih besar untuk mengalami persalinan macet dari pada ibu
yang tidak memiliki riwayat persalinan buruk.
d. Anatomi Tubuh Ibu Melahirkan
Ibu bertubuh pendek < 150 cm yang biasanya berkaitan
dengan malnutrisi dan terjadinya deformitas panggul merupakan
risiko tinggi dalam persalinan, tinggi badan < 150 cm berkaitan
dengan kemungkinan panggul sempit. Tinggi badan Ibu < 145
cm terjadi ketidakseimbangan antara luas panggul dan besar
kepala janin.
Sebagian besar kasus partus tak maju disebabkan oleh
tulang panggul ibu terlalu sempit sehingga tidak mudah dilintasi
kepala bayi waktu bersalin. Proporsi wanita dengan rongga
panggul yang sempit menurun dengan meningkatnya tinggi
badan, persalinan macet yang disebabkan panggul sempit jarang
terjadi pada wanita tinggi. Penelitian di Nigeria Utara dari
seluruh ibu yang mengalami persalinan macet, proporsi wanita
dengan panggul sempit memiliki tinggi badan < 145 cm sebesar
40%, tinggi badan 150 cm sebesar 14% dan tinggi badan 160 cm
sebesar 1%.
e. Pendidikan
Ibu dengan pendidikan yang lebih tinggi lebih
memperhatikan kesehatannya selama kehamilan dibandingkan
dengan ibu yang tingkat pendidikannya rendah. Pendidikan ibu
merupakan salah satu faktor penting dalam usaha menjaga
kesehatan ibu, anak dan juga keluarga. Semakin tinggi tingkat
pendidikan ibu semakin meningkat juga pengetahuan dan
kesadarannya dalam mengantisipasi kesulitan kehamilan dan
persalinan sehingga termotivasi untuk melakukan pengawasan
kehamilan secara berkala dan teratur.
14

2. Agent
Partus tak maju disebabkan faktor mekanik pada persalinan
yaitu terhambatnya jalan lahir janin. Terhambatnya jalan lahir
disebabkan ketidakseimbangan bentuk dan ukuran panggul (passage),
besarnya janin (passenger) dan kontraksi uterus (power). Bentuk dan
ukuran panggul yang sempit menghambat jalan lahir janin, panggul
yang sempit dipengaruhi faktor nutrisi dalam pembentukan tulang
panggul, penyakit dan cedera pada tulang panggul.
3. Enviroment
a. Keadaan Sosial ekonomi
Derajat sosial ekonomi masyarakat akan menunjukan
tingkat kesejahteraan dan kesempatannya dalam menggunakan
pelayanan kesehatan. Jenis pekerjaan ibu maupun suaminya
akan mencerminkan keadaan sosial ekonomi keluarga.
Berdasarkan jenis pekerjaan tersebut dapat dilihat kemampuan
mereka terutama dalam pemenuhan makanan bergizi, khususnya
bagi ibu hamil, pemenuhan kebutuhan makanan bergizi sangat
berpengaruh terhadap kehamilannya. Kekurangan gizi dapat
berakibat buruk pada ibu dan anak, misalnya terjadi anemia,
keguguran, perdarahan saat hamil. sesudah hamil, infeksi dan
partus macet.
Perbedaan pemukiman antara daerah perkotaan dan
pedesaan ternyata mempengaruhi tinggi rendahnya kematian
maternal. Kemiskinan, ketidaktahuan, kebodohan, transportasi
yang sulit, ketidakmampuan membayar pelayanan yang baik,
kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan, jarak rumah yang jauh
untuk mendapatkan bantuan tenaga ahli juga mempengaruhi
persalinan, kebiasaan kawin muda, kepercayaan masyarakat dan
praktik tradisional, pantangan makanan tertentu pada wanita
hamil merupakan faktor ikut berperan.
15

b. Ketersediaan Tenaga Ahli dan Rujukan


Angka kematian maternal yang tinggi disuatu negara
sesungguhnya mencerminkan rendahnya mutu pelayanan.
Pelayanan kesehatan mempunyai peran yang sangat besar dalam
kematian materal. Faktor tersebut meliputi : kurangnya
kemudahan untuk pelayanan kesehatan maternal, asuhan medik
yang kurang dan kurangnya tenaga yang terlatih. Petugas
kesehatan yang tidak terlatih untuk mengenali persalinan macet
(partograf tidak digunakan). Kegagalan dalam bertindak
terhadap faktor risiko dan penundaan dalam merujuk ke tingkat
pelayanan yang lebih tinggi (misalnya untuk seksio caesarea)
merupakan fakor partus tak maju.
I. PENCEGAHAN
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan
orang yang sehat agar tetap sehat atau tidak sakit.
Untuk menghindari risiko partus tak maju dapat dilakukan
dengan :
a. Memberikan informasi bagi ibu dan suaminya tentang tanda
bahaya selama kehamilan dan persalinan.
b. Pendidikan kesehatan reproduksi sedini mungkin kepada wanita
usia reproduksi pra-nikah.
c. Meningkatkan program keluarga berencana bagi ibu usia
reproduksi yang sudah berkeluarga.
d. Memperbaiki perilaku diet dan peningkatan gizi.
e. Antenatal Care dengan yang teratur untuk mendeteksi dini
kelainan pada ibu hamil terutama risiko tinggi
f. Mengukur tinggi badan dan melakukan pemeriksaan panggul
pada primigravida.
g. Mengajurkan untuk melakukan senam hamil.
h. Peningkatan pelayanan medik gawat darurat.
16

i. Menyediakan sarana transportasi dan komunikasi bagi ibu-ibu


yang melahirkan dirumah (Maternity Waiting Home) apabila
terjadi komplikasi, sehingga harus di rujuk ke fasilitas yang
lebih baik.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan
pengobatan yang tepat untuk mencegah timbulnya komplikasi, yaitu :
a. Diagnosis dini partus tak maju meliputi
1) Pemeriksaan Abdomen
Tanda-tanda partus tak maju dapat diketahui melalui
pemeriksaan abdomen sebagai berikut :
a) Kepala janin dapat diraba diatas rongga pelviss
karena kepala tidak dapat turun
b) Kontraksi uterus sering dan kuat (tetapi jika seorang
ibu mengalami kontraksi yang lama dalam
persalinanya maka kontraksi dapat berhenti karena
kelelahan uterus)
c) Uterus dapat mengalami kontraksi tetanik dan
bermolase (kontraksi uterus bertumpang tindih) ketat
disekeliling janin.
d) Cincin Band/Bandles ring ; cincin ini ialah nama
yang diberikan pada daerah diantara segmen atas
dan segmen bawah uterus yang dapat dilihat dan
diraba selama persalinan. Dalam persalinan normal,
daerah ini disebut cincin retraksi. Secara normal
daerah ini seharusnya tidak terlihat atau teraba pada
pemeriksaan abdomen, cincin bandl adalah tanda
akhir dari persalinan tidak maju. Bentuk uterus
seperti kulit kacang dan palpasi akan memastikan
tanda-tanda yang terlihat pada waktu observasi.
17

2) Pemeriksaan Vagina
Tanda-tandanya sebagai berikut :
a) Bau busuk dari drainase mekonium
b) Cairan amniotik sudah keluar
c) Kateterisasi akan menghasilkan urine pekat yang
dapt mengandung mekonium atau darah
d) Pemeriksaan vagina : edema vulva (terutama jika ibu
telah lama mengedan), vagina panas dan mengering
karena dehidrasi, pembukaan serviks tidak komplit.
Kaput suksedaneum yang besar dapat diraba dan
penyebab persalinan macet antara lain kepala sulit
bermolase akibat terhambat di pelvis, presentasi
bahu dan lengan prolaps.
3) Pencatatan Partograf
Persalinan macet dapat juga diketahui jika
pencatatan pada partograf menunjukan :
a) Kala I persalinan lama (fase aktif) disertai
kemacetan sekunder
b) Kala II yang lama
c) Gawat janin (frekuensi jantung janin < dari 120
permenit, bau busuk dari drainase mekonium
sedangkan frekuensi jantung janin normal 120-160
permenit)
d) Pembukaan serviks yang buruk walaupun kontraksi
uterus yang kuat.
b. Melakukan penanganan secepat mungkin untuk mencegah
terjadinya komplikasi, partus tak maju berisiko mengalami
infeksi sampai ruptur uterus dan biasanya ditangani dengan
tindakan bedah, seksio caesarea, ekstraksi cunam atau vacum
oleh sebab itu harus dirujuk kerumah sakit.
18

3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan dengan mencegah terjadinya
komplikasi yang lebih berat dan kematian, yaitu :
a. Rehidrasikan pasien untuk mempertahankan volume plasma
normal dan menangani dehidrasi, ketosis dengan memberikan
natrium laktat 1 liter dan dekstrosa 5% 1-2 liter dalam 6 jam.
b. Pemberiaan antibiotik untuk mencegah sepsis puerperalis dan
perawatan intensif setelah melahirkan.
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Sirkulasi : hipertensi, perdarahan vagina mungkin ada.,Integritas
ego : dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai
tanda dan kegagalan/ refleksi negatif pada kemampuan sebagai
wanita.
b. Makanan/ cairan : nyeri epigastrik,gangguan penglihatan,
edema.
c. Nyeri/ ketidaknyamanan : distosia, persalinan lama/
disfungsional kegagalan induksi, nyeri tekan uterus mungkin
ada, keamanan penyakit hubungan seksual aktif (misal herpes),
imkompabilitas RH yang berat adanya,komplikasi ibu seperti
HKK, diabetes, penyakit ginjal, jantung, infeksi insiden, trauma
abdomen pranatal,prolaps tali pusat,distres janin, ancaman
kelahiran janin prematur. Seksualitas : disproporsi sefalopelvis
(CPO), kehamilan multipel bertagi melahirkan sesaria
sebelumnya tumor / neoplasma yang menghambat velvis jalan
lahir.
d. Penyuluhan / pembelajaran : kelahiran sesaria dapat atau
mungkin tidak direncanakan mempunyai kesiapan dan
pemahaman klien terhadap prosedur.
19

2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera (NANDA, 2011)
1) Tujuan: Nyeri berkurang sampai dengan hilang.
2) Kriteria Hasil: Pasien mengatakan nyeri berkurang,
ekspresi wajah pasien tampak tenang.
3) Intervensi:
a) Kaji karakteristik nyeri, tingkat skala nyeri.
b) Monitor tanda-tanda vital.
c) Berikan posisi yang nyaman.
d) Ajarkan teknik relaksasi.
e) Beritahu penyebab nyeri
f) Beri obat analgesik.
b. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
(NANDA, 2011)
1) Tujuan: Agar luka tidak infeksi.
2) Kriteria Hasil: Luka kering dan bersih tanpa ada tanda dan
gejala infeksi.
3) Intervensi:
a) Kaji peningkatan suhu, nadi, respirasi sebagai tanda
infeksi.
b) Observasi insisi terhadap tanda infeksi: kemerahan,
nyeri tekan, bengkak pada sisi insisi, peningkatan
suhu tubuh.
c) Ganti balutan luka.
d) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan.
e) Kaji fundus uteri dan pengeluaran lochea.
f) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik.
20

c. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


asupan makanan tidak adekuat (Carpenito, 2007)
1) Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
2) Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan pola makan atau
perilaku untuk mempertahankan berat badan yang tepat.
3) Intervensi:
a) Pantau masukan makanan setiap hari.
b) Timbang berat badan setiap hari.
c) Dorong pasien untuk makan diit tinggi kalori kaya
nutrien.
d) Beri makan dalam porsi kecil sering.
e) Kolaborasi dalam pemberian diet.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
(Carpenito, 2007).
1) Tujuan: Aktivitas kembali sesuai dengan kemampuan
pasien.
2) Kriteria Hasil: Pasien bisa beraktivitas seperti biasa.
3) Intervensi:
a) Bantu pasien memenuhi kebutuhan sehari-hari
seminimal mungkin.
b) Beri posisi yang nyaman.
c) Bantu pasien dalam ambulasi diri.
d) Anjurkan pasien menghemat energi, hindari kegiatan
yang melelahkan.
e) Jelaskan pentingnya mobilisasi diri.
e. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
tentang perawatan diri dan bayi (Carpenito, 2007)
1) Tujuan: Pengetahuan pasien bertambah.
2) Kriteria Hasil: Pasien mampu mengungkapkan
pemahaman tentang perawatan pasca caesarea.
21

3) Intervensi:
a) Kaji tingkat pengetahuan pasien.
b) Beri penjelasan tentang perawatan diri dan bayinya.
c) Jelaskan perawatan insisi dan jaga kebersihan diri.
d) Demonstrasikan cara perawatan diri dan bayi.
e) Perlunya perawatan payudara dan ekspresi manual
bila menyusui.
f) Jelaskan pentingnya ASI bagi bayi.
22

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Asuhan keperawatan pada pasien partus tak maju adalah suatu
tindakan keperawatan mulai dari pengkajian data, menentukan diagnosa
yang muncul, membuat rencana tindakan, mengimplementasikan rencana
tindakan dan terakhir mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan dan dapat
ditegakkan masalah yaitu: Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera,
Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, dan Risiko
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan
tidak adekuat. Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka hasil evaluasi
yang diperoleh ada masalah yang teratasi dan ada yang tidak. Untuk
masalah yang belum teratasi intervensi tetap dilanjutkan sedangkan untuk
masalah yang sudah teratasi intervensi dihentikan.
B. SARAN
1. Perlu penerapan suatu tim yang konsisten dan sesuai landasan teori
dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga pasien akan
mendapatkan perawatan yang holistik dan komprehensif.
2. Kepada ibu hamil agar selalu melakukan pemeriksaan antenatal secara
teratur agar mudah dideteksi adanya kelainan.
3. Bagi institusi pendidikan penulis mengharapkan adanya penambahan
literatur - literatur terbaru yang membahas masalah partus tak maju,
baik ditinjau dari segi medis maupun ditinjau dari sisi ilmu
keperawatan.
23

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar
sehingga saya pada akhirnya bisa menyelesaikan Laporan Pendahuluan “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien dengan Partus Tak Maju di Ruang Mawar RSUD dr.
Rubini Mempawah” tepat pada waktunya.
Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada rekan-rekan bidan Ruangan
Mawar yang selalu memberikan dukungan serta bimbingannya sehingga Laporan
Pendahuluan ini dapat disusun dengan baik.
Semoga Laporan yang telah saya susun ini turut memperkaya khazanah
ilmu keperawatan serta bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para
pembaca.
Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang
sempurna. Kami juga menyadari bahwa Laporan Pendahuluan ini juga masih
memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu kami mengharapkan saran serta
masukan dari para pembaca sekalian demi penyusunan Laporan Pendahuluan
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Partus Tak Maju di Ruang Mawar
RSUD dr. Rubini Mempawah” dengan tema serupa yang lebih baik lagi.

Mempawah, Oktober 2021

Prihatin Tanti Haryati


24

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ..................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................... 1

A. LATAR BELAKANG ............................................... 1


B. TUJUAN ................................................................... 2
BAB II KONSEP TEORI ............................................................. 3

A. DEFINISI .................................................................... 3
B. ETIOLOGI .................................................................. 3
C. MANIFESTASI KLINIS ............................................ 7
D. KLASIFIKASI ............................................................ 7
E. KOMPLIKASI.... ....................................................... 8
F. KOMPLIKASI PERSALINAN................................... 8
G. PENGARUH PARTUS TAK MAJU PADA BAYI ... 10
H. DETERMINAN DARI PARTUS TAK MAJU .......... 11
I. PENCEGAHAN ....................................................... 15
J. ASUHAN KEPERAWATAN..................................... 18

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ........................................ 22

A. KESIMPULAN ........................................................... 22
B. SARAN ....................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. iii


25

DAFTAR PUSTAKA

Ayuni, K N Asuhan Keperawatan Pada Ny.W Dengan Post Partum Sectio


Caesaria Indikasi Chepalo Pelvik Disproportion Di Ruang Mawar I RSUD
Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan.
Bobak, I M. Lowdermilk, D L. Jensen, M D. Perry, S E Buku Ajar Keperawatan
Maternitas. Dialihbahasakan oleh Wijayarini M A dan Anugerah P I.
Jakarta: EGC
Carpenito, L J Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Dialihbahasakan oleh Asih Y.
Jakarta: EGC.
Cunningham, F G. Gant, N F. Leveno, K J. Gilstrap III, L C. Hauth, J C.
Wenstrom, K D Obstetri Williams. Edisi 21. Vol.1. Jakarta: EGC.
Jitowiyono, S dan Kristiyanasari, W Asuhan Keperawatan Post Operasi Dengan
Pendekatan Nanda, NIC, NOC. Yogyakarta: Nuha Medika.
Kapoh, R P (ed) Buku Saku Asuhan Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Jakarta:
EGC. Kurniawati, D dan Mirzanie, H Obgynacea Obstetri & Ginekologi.
Yogyakarta: TOSCA Entreprise.
NANDA International Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
Dialihbahasakan oleh Sumarwati, M. Widiarti, D. Tiar, E. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, S Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Prawirohardjo, S Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Purwaningsih, W dan Fatmawati, S Asuhan
Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Saifuddin, A B (ed) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Saleha, S Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai