Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN INTRANATAL

DENGAN MASALAH : PARTUS TAK MAJU

OLEH :
BALQIS ALBA F 2020206203040
IBNU KAHFI 2020206203057
FATIMAHAZZAROH 2020206203048
PUTRI AYU PRIHATINI 202020620366
TIARA AULIA 2020206203070

FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
2022
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN INTRANATAL

DENGAN MASALAH : PARTUS TAK MAJU

A. DEFINISI
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu)
sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan
menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika
kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (APN, 2008).
Proses persalinan tidak selamanya berjalan dengan normal terkadang ada keadaan
dimana suatu persalinan yang awalnya diperkirakan normal tetapi pada saat prosesnya
terjadi penyulit atau komplikasi. Komplikasi ini dapat berupa distosia persalinan, dan
dalam distosia persalinan ini terdapat beberapa jenis diantaranya partus tak maju.
Partus tak maju adalah His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya
menyebabkan bahwa rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap
persaiinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kematian
(Prawirohardjo, 2009). Partus tak maju adalah persalinan yang ditandai tidak adanya
pembukaan servik dalam 2 jam dan tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam.
Partus tak maju adalah persalinan yang tidak berlangsung secara efektif pada
persalinan spontan/ dengan induksi dimana kemajuan dilatasi servik dan atau desensus
janin tidak terjadi atau berlangsung tidak normal. (dr. Bambang Widjanarko SpOG, 2009)

B. ETIOLOGI
1. Kelainan letak janin dan presentasi
Kelainan letak janin meliputi:
a. Letak sungsang (letak bokong)
1) Letak bokong sempurna (complete breech)
2) Letak bokong tidak sempurna (incomplete breech)
3) Letak bokong murni (frank breech)
4) Letak bokong kaki (footling breech)
b. Letak lintang (transverse lie)
Pada pemeriksaan palpasi sumbu panjang janin teraba melintang, tidak teraba
bagian besar (kepala/bokong) pada simfisis, kepala biasanya teraba di daerah
pinggang.
c. Letak miring (Oblique lie)
1) Letak kepala mengolak
2) Letak bokong mengolak
Kelainan presentasi meliputi:
a. Presentasi dahi
Presentasi dahi adalah keadaan dimana kepala janin berada di tengah
antara fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian
terendah. Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan
panggul,saat persalinan kepala janin tidak dapat turun sehingga persalinan
menjadi lambat dan sulit. Presentasi dahi tidak dapat dilakukan persalinan
normal kecuali bayi kecil atau pelvis luas.
b. Presentasi bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung dari satu
sisi ke sisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah pada pintu atas
panggul menjelang persalinan.presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan
dinding abdomen dan uterus kendur, prematuritas, obstruksi panggul.
c. Presentasi muka
Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput
menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah.
2. Kelainan jalan lahir
Jalan lahir dibagi  atas bagian tulang yang terdiri atas tulang-tulang panggul
dengan sendi-sendinya dan bagian lunak terdiri atas otot-otot, jaringan-jaringan dan
ligamen-ligamen.  Dengan demikian distosia akibat jalan lahir dapat dibagi atas:
a. Distosia karena kelainan panggul
Kelainan panggul dapat disebabkan oleh; gangguan pertumbuhan,
penyakit tulang dan sendi (rachitis, neoplasma, fraktur, dll), penyakit kolumna
vertebralis (kyphosis, scoliosis,dll), kelainan ekstremitas inferior (coxitis, fraktur,
dll).  Kelainan panggul dapat menyebabkan kesempitan panggul.  Kesempitan
panggul dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu;
1) Kesempitan pintu atas panggul, pintu atas panggul dikatakan sempit jika
ukuran konjugata vera kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang dari
12 cm.
2) Kesempitan pintu atas panggul dapat menyebabkan persalinan yang lama atau
persalinan macet karena adanya gangguan pembukaan yang diakibatkan oleh
ketuban pecah sebelum waktunya yang disebabkan bagian terbawah kurang
menutupi pintu atas panggul sehingga ketuban sangat menonjol dalam vagina
dan setelah ketuban pecah kepala tetap tidak dapat menekan cerviks karena
tertahan pada pintu atas panggul. 
3) Kesempitan panggul tengah, bila jumlah diameter interspinarum ditambah
diameter sagitalis posterior 13,5 cm (normalnya 10,5 +5 cm =15,5 cm ).
4) Pada panggul tengah yang sempit, lebih sering ditemukan posisi oksipitalis
posterior persisten atau presentasi kepala dalam posisi  lintang tetap
(transverse arrest)
5) Kesempitan pintu bawah panggul, diartikan jika distansia intertuberum  8 cm
dan diameter transversa + diameter sagitalis posterior < 15 cm (normalnya 11
cm+7,5 cm = 18,5 cm), hal ini dapat menyebabkan kemacetan pada kelahiran
janin ukuran biasa.
6) Sedangkan kesempitan panggul umum, mencakup adanya riwayat fraktur
tulang panggul, poliomielitis, kifoskoliosis, wanita yang bertubuh kecil, dan
dismorfik, pelvik kifosis
b. Distosia karena kelainan jalan lahir lunak
Persalinan kadang-kadang terganggu oleh karena kelainan jalan lahir
lunak (kelainan tractus genitalis).  Kelainan tersebut terdapat di vulva, vagina,
cerviks uteri, dan uterus:
1) abnormalitas vulva ( atresia vulva, inflamasi vulva, tumor dekat vulva)
2) abnormalitas vagina (atresia vagina, seeptum longitudinalis vagina, striktur
anuler)
3) abnormalitas serviks (odema,atresia dan stenosis serviks, Ca serviks)
4) Kelainan letak uterus (antefleksi, retrofleksi, mioma uteri, mioma serviks)
5) Tumor ovarium
c. Kelainan his dan meneran
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan
hambatan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, jika tidak
dapat diatasi dapat megakibatkan kemacetan persalinan. His yang normal dimulai
dari salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian menjalar merata simetris ke
seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi kekutan pada fundus uteri,
kemudian mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh.  Baik atau
tidaknya his dinilai dengan kemajuan persalinan, sifat dari his itu sendiri
(frekuensinya, lamanya, kuatnya dan relaksasinya) serta besarnya caput
succedaneum.
Adapun jenis-jenis kelainan his sebagai berikut:
1) Inersia uteri
His bersifat biasa, yaitu fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu
daripada bagian lain.  Kelainannya terletak dalam hal bahwa kontaksi
berlangsung terlalu lama dapat meningkatkan morbiditas ibu dan mortalitas
janin.  Keadaan ini dinamakan dengan inersia uteri primer.  Jika setelah
belangsungnya his yang kuat untuk waktu yang lama dinamakan inersia uteri
sekunder.  Karena dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung lama
(hingga menimbulkan kelelahan otot uterus) maka inersia uterus sekunder
jarang ditemukan
2) His yang terlalu kuat
His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai
dalam waktu yang sangat singkat.  Partus yang sudah selesai kurang dari tiga
jam disebut partus presipitatus.  Sifat his normal, tonus otot diluar his juga
normal, kelainannya hanya terletak pada kekuatan his.  Bahaya dari partus
presipitatus bagi ibu adalah perlukaan pada jalan lahir, khususnya serviks
uteri, vagina dan perineum.  Sedangkan bagi bayi bisa mengalami perdarahan
dalam tengkorak karena bagian tersebut menglami tekanan kuat dalam waktu
yang singkat.
3) Kekuatan uterus yang tidak terkoordinasi
Disini kontraksi terus tidak ada koordinasi antara kontraksi bagian atas,
tengah dan bawah, tidak adanya dominasi fundal, tidak adanya sinkronisasi
antara kontraksi daripada bagian-bagiannya.  Dengan kekuatan seperti ini,
maka tonus otot terus meningkat sehingga mengakibatkan rasa nyeri yang
terus menerus dan hipoksia janin. Macamnya adalah hipertonik lower
segment, colicky uterus, lingkaran kontriksi dan distosia servikalis
Kelainan Meneran
Terkadang pada persalinan kala I fase aktif terdapat usaha-usaha ibu untk
meneran tanpa sadar akibat adanya kontraksi uterus hal ini lah yang
mengakibatkan terjadinya odema pada genetalia sehingga partus tak maju dapat
terjadi.
d. Pimpinan partus yang salah
Pimpinan persalinan yang salah dari penolong juga bisa menjadi salah satu
penyebab terjadinya partus tak maju. Seringkali penyebab partus tak maju ini
adalah berhubungan dengan pengawasan pada pelaksanaan pertolongan
persalinan yang tidak adekuat yang bisa disebabkan ketidaktahuan,
ketidaksabaran, atau bisa juga karena keterlambatan merujuk.
e. Janin besar/ ada kelainan congenital
Hal ini biasanya sering terjadi berat janin lebih dari 4.000 gram,
hidrosefalus,bahu yang lebar, dan janin kembar.
f. Respon psikologis ibu terhadap persalinan
g. Ketuban pecah dini

C. MANIFESTASI KLINIS
Pada kasus persalinan tak maju akan ditemukan tanda-tanda kelelahan fisik dan
mental yang dapat diobservasi dengan:
1. Dehidrasi dan ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut kering)
2. Demam
3. Nyeri abdomen yang intensif
4. Frekuensi nyeri terkadang meningkat dan tidak terkoordinasi
5. Syok (nadi cepat, anuria, ekstremitas dingin, kulit pucat, tekanan darah rendah)

D. PATOFISIOLOGI
Partus tak maju merupakan penyulit persalinan dalam kala I, hal ini terjadi di
karenakan adanya 2 faktor yaitu faktor ibu dan faktor janin, dimana dari faktor ibu
adanya penyempitan pintu tengah panggul yang berbentuk android, tidak adanya
penurunan kepala serta putaran paksi yang disebabkan karena disproporsi antara panggul
dan janin, kontraksi uterus yang tidak adekuat sehingga menghambat kemajuan
pembukaan.Dari faktor janin yang ditimbulkan yaitu adanya kelainan posisi seperti Posisi
Oksipitalis Posterior Persisten atau ubun – ubun kecil janin melintang, presentasi dahi
serta berat janin yang melebihi dari normal >4250 – 4500 (Oxorn dan Forte, 2010)

E. DIAGNOSA KLINIK

Tanda dan gejala klinis Diagnosis


Pembukaan serviks tidak membuka (kurang dari 3 Belum inpartu, fase labor
cm) tidak didapatkan kontraksi uterus

Pembukaan serviks tidak melewati 3 cm sesudah 8 Fase laten memanjang


jam inpartu
Pembukaan serviks tidak melewati garis waspada Fase aktif memanjang :
partograf  Inersia uteri
-     Frekuensi dan lamanya kontraksi kurang dari 3  Disporporsi sefalopelvik
kontraksi per 10 menit dan kurang dari 40 detik  Obstruksi
-       Secondary arrest of dilatation atau  arrest of  Malpresentasi
descent
-       Secondary arrest of dilatation dan bagian
terendah dengan caput terdapat moulase hebat,
edema serviks, tanda rupture uteri immenens, fetal
dan maternal distress
-       Kelainan presentasi (selain vertex)
Pembukaan serviks lengkap,kala II lama (prolonged, mengedan, tetapi tidak ada kemajuan
second stage)
F. DAMPAK
1. Dampak partus tak maju pada ibu
Dampak partus tak maju akan menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga, kadang
dapat terjadi perdarahan post partum yang dapat menyebabkan kematian ibu.
2. Dampak partus tak maju pada janin
a. Perubahan tulang cranium dan kulit kepala
Akibat tekanan dari tulang pelvis caput succadenum atau pembengkakan
kulit kepal sering kali terbentuk pada tulang kepala yang paling depa. Selain itu
dapat terjadi cepalhematoma.
b. Kematian janin
Jika partus tak maju dibiarkan selama lebih dari 24 jam maka dapat
mengakibatkan kematian janin yang disebabkan oleh tekanan yang berlabihan
pada plasenta dan umbilicus.
c. Infeksi
d. Cedera pada janin
e. Asfiksia yang dapat meningkatkan kematian pada bayi.

G. PENATALAKSANAAN
1. Terapi pada partus tak maju bersifat darurat, koreksi adanya dehidrasi dan segera
lakukan rujukan karena pada sebagian besar kasus partus tak maju diakhiri dengan
SC.
2. Perawatan pendahuluan, suntikkan cortone acetate 100-200 mg secara intramuskuller,
penicillin prokain 1 juta IU IM, infuse cairan larutan fisiologis, larutan glucose 5-10%
pada jam pertama 1 liter/jam, istirahat 1 jam untuk diobservasi kecuali bila
menghabiskan untuk segera bertindak 
3. Pertolongan dapat dilakukan dengan partus spontan, ekstraksi vacuum, ekstraksi
forcep, manual aid pada letak sungsang, embriotomi bila janin meninggal, SC dan
lain-lain.
H. KOMPLIKASI
1. Ketuban pecah dini
Apabila pada panggul sempit, pintu atas panggul tidak tertutup dengan sempurna
oleh janin ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil. Bila kepala tertahan pada
pintu  atas panggul,  seluruh tenaga dari uterus diarahkan ke bagian membran
yang menyentuh os internal, akibatnya ketuban pecah dini lebih mudah terjadi
2. Pembukaan serviks yang abnormal
Pembukaan serviks terjadi perlahan-lahan atau tidak sama sekali karena kepala
janin tidak dapat turun dan menekan serviks. Pada saat yang sama, dapat
terjadi  edema  serviks  sehingga  kala satu  persalinan  menjadi  lama. Namun
demikian kala satu dapat juga normal atau singkat, jika kemacetan persalinan terjadi
hanya pada pintu bawah panggul. Dalam kasus ini hanya kala dua yang menjadi
lama. Persalinan yang lama menyebabkan ibu mengalami ketoasidosis dan dehidrasi
3. Ruptur uteri
Terjadinya disrupsi dinding uterus, merupakan salah satu dari kedaruratan
obstetrik yang berbahaya dan hasil akhir dari partus tak maju yang tidak dilakukan
intervensi. Ruptur uterus menyebabkan angka kematian ibu berkisar 3-15% dan
angka kematian bayi berkisar 50%. Bila membran amnion pecah dan cairan
amnion mengalir keluar, janin akan didorong ke segmen bawah rahim melalui
kontraksi. Jika kontraksi berlanjut, segmen bawah rahim akan merengang sehingga
menjadi berbahaya menipis dan mudah ruptur. Namun demikian kelelahan uterus
dapat terjadi sebelum segmen bawah rahim meregang, yang menyebabkan kontraksi
menjadi lemah atau berhenti sehingga ruptur uterus berkurang. Ruptur uterus lebih
sering terjadi pada multipara jarang terjadi pada nulipara terutama jika uterus
melemah karena jaringan parut akibat riwayat seksio caesarea. Ruptur uterus
menyebabkan hemoragi dan syok, bila tidak dilakukan penanganan dapat berakibat
fatal

4. Fistula
Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis maka sebagian kandung
kemih, serviks, vagina, rektum terperangkap diantara kepala janin dan tulang-
tulang pelvis mendapat tekanan yang berlebihan. Akibat kerusakan sirkulasi,
oksigenisasi pada jaringan-jaringan ini menjadi tidak adekuat sehingga terjadi 
nekrosis, yang dalam beberapa    hari   diikuti   dengan pembentukan fistula.
5. Sepsis puerpuralis
Sepsis puerferalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang dapat terjadi setiap
saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42 hari
setelah persalinan atau abortus dimana terdapat gejala-gejala : nyeri pelvis, demam
38,50c atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja cairan vagina yang abnormal,
berbau busuk dan keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran uterus. Infeksi
merupakan bagian serius lain bagi ibu  dan janinya pada kasus partus lama dan
partus tak maju terutama karena selaput ketuban pecah dini. Bahaya infeksi akan
meningkat karena pemeriksaan vagina yang berulang- ulang

I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Keluhan utama saat masuk rumah sakit
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit terdahulu
e. Riwayat penyakit keluarga
f. Riwayat pembedahan
g. Riwayat persalinan dan kehamilan
h. Pemeriksaan fisik
2. Analisa Data
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut b.d terputusnya kontinuitas jaringan akibat pembedahan sectio
caesaria
b. Kekurangan volume cairan tubuh b.d perdarahan
c. Kerusakan integritas kulit b.d luka post op sectio caesaria
d. Resiko syok hipovolemik b.d perdarahan berlebihan
e. Resiko infeksi b.d luka post op sectio caesaria dan perdarahan
f. Ansietas b.d kurangnya informasi mengenai operasi sectio caesaria
4. Intervensi
a. Nyeri akut b.d terputusnya kontinuitas jaringan akibat pembedahan section
caesaria

Nyeri Akut NOC NIC


 Pain Level Pain Management
Definisi : pengalaman  Pain control  Lakukan pengkajian
sensori dan emosional  Comfort level nyeri secara
yang tidak komprehensif termasuk
menyenangkan yang Kriteria Hasil: lokasi, karakteristik,
muncul akibat  Mampu durasi, frekuensi,
kerusakan jaringan mengontrol nyeri kualitas dan faktor
yang aktual. (tahu penyebab presipitasi
nyeri, mampu  Observasi reaksi non
menggunakan verbal dari
teknik non ketidaknyamanan
farmakologi untuk  Gunakan teknik
mengontrol nyeri) komunikasi terapeutik
 Melaporkan untuk mengetahui
bahwa nyeri pengalaman nyeri
berkurang pasien
 Mampu mengenali  Evaluasi pengalaman
nyeri (skala, nyeri pada masa
intensitas, lampau
frekuensi dan  Kaji tipe dan sumber
tanda nyeri) nyeri untuk
menentukan intervensi
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasi pemberian
anti nyeri
 Cek TTV sebelum dan
sesudah diberikan anti
nyeri

b. Kekurangan volume cairan tubuh b.d perdarahan

Resiko Kekurangan NOC NIC


Volume Cairan  Fluid balance Fluid Management
Tubuh  Hydration  Pertahankan cairan
 Nutrition status : intake dan output yang
Definisi : food and fluid intake akurat
Beresiko  Monitor status hidrasi
mengalami (kelembaban
dehidrasi vascular, Kriteria Hasil: membrane mukosa,
selular atau  TTV dalam batas nadi adekuat, tekanan
intraselular normal darah ortostatik)
 Tidak ada tanda-  Monitor vital sign
tanda dehidrasi,  Monitor masukan
elastisitas turgor kulit cairan atau makanan
baik  Monitor status nutrisi
 Dorong masukan oral
 Monitor tingkat Hb dan
hematokrit
 Kolaborasi pemberian
cairan melalui IV
c. Kerusakan integritas kulit b.d luka post op sectio caesaria

Kerusakan integritas NOC NIC


kulit  Tissue Integrity : Pressure Management
Skin and Mucous  Anjurkan pasien untuk
Definisi : perubahan Membrane menggunakan pakaian
atau gangguan yang longgar
epidermis atau dermis Kriteria Hasil:  Hindari kerutan pada
 Integritas kulit tempat tidur
yang baik bisa  Jaga kebersihan kulit
dipertahankan agar tetap bersih dan
(sensasi, kering
elastisitas,  Monitor kulit akan
temperature dan adanya kemerahan
hidrasi)  Oleskan lotion atau
 Tidak ada luka/lesi baby oil pada daerah
pada kulit yang tertekan
 Perfusi jaringan  Monitor aktivitas dan
baik mobilisasi pasien
 Monitor status nutrisi
pasien
 Membersihkan,
memantau dan
meningkatkan proses
penyembuhan pada
luka
 Monitor tanda dan
gejala infeksi pada area
luka
d. Resiko syok hipovolemik b.d perdarahan berlebihan

Resiko Syok NOC NIC


Hipovolemik  Syok prevention Syok Pevention
 Syok  Monitor status sirkulasi
Definisi : Beresiko management BP, warna kulit, suhu
terhadap kulit, denyut jantung,
ketidakcukupan aliran Kriteria Hasil: HR, dan ritme, nadi
darah kejaringan  Nadi dalam batas perifer, dan kapiler
tubuh, yang dapat yang diharapkan refill
mengakibatkan  Irama jantung  Monitor tanda
disfungsi seluler yang dalam batas yang inadekuat oksigenasi
mengancam jiwa diharapkan jaringan
 Frekuensi nafas  Monitor suhu dan
dalam batas yang pernapasan
diharapkan  Monitor input dan
 Natrium serum output
dbn  Monitor tanda gejala
 Kalium serum dbn asites
 Klorida serum dbn  Monitor tanda awal
 Kalsium serum syok
dbn  Tempatkan pasien pada
 Magnesium serum posisi supine, kaki
dbn elevasi untuk
 pH darah serum peningkatan preload
dbn dengan tepat
 Lihat dan pelihara
kepatenan jalan nafas
 Berikan cairan IV dan
atau oral yang tepat
 Ajarkan keluarga dan
pasien tentang tanda
dan gejala datangnya
syok
 Ajarkan keluarga dan
pasien tentang langkah
untuk mengatasi gejala
syok

e. Resiko infeksi b.d luka post op sectio caesaria dan perdarahan

Resiko Infeksi NOC NIC


 Immune Status Infection Control (Kontrol
Definisi : Mengalami  Knowledge : Infeksi)
peningkatan resiko Infection Control  Bersihkan lingkungan
terserang organisme  Risk Control setelah dipakai pasien
patogenik lain
Kriteria Hasil:  Instruksikan
 Klien bebas dari pengunjung untuk
tanda dan gejala mencuci tangan saat
infeksi berkunjung dan setelah
 Mendeskripsikan berkunjung
proses penularan meninggalkan pasien
penyakit, faktor  Cuci tangan setiap
yang sebelum dan sesudah
mempengaruhi tindakan keperawatan
penularan serta  Gunakan baju, sarung
penatalaksanaanny tangan sebagai alat
a pelindung
 Pertahankan
lingkungan aseptic
selama pemasangan
alat
 Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan
 Tingkatkan intake
nutrisi bila perlu
infection protection
(proteksi terhadap
infeksi)
 Berikan terapi
antibiotic bila perlu
infection
 Monitor tanda dan
gejala infeksi sstemik
dan lokal
 Monitor hitung
granulosit, WBC
 Inspeksi kondisi
luka/insisi bedah
 Dorong masukkam
nutrisi yang cukup
 Dorong masukkan
cairan
 Dorong istirahat

f. Ansietas b.d kurangnya informasi mengenai operasi sectio caesaria

Ansietas NOC NIC


 Anxiety level Anxiety Reduction
Definisi : perasaan  Pahami persepsi pasien
tidak nyaman atau Kriteria Hasil: terhadap situasi stres
kekhawatiran yang  Klien mampu  Dorong keluarga untuk
samar disertai respon mengidentifikasi selalu menemani
autonomy : perasaan dan pasien
takut yang disebabkan mengungkapkan  Identifikasi tingkat
oleh antisipasi gejala cemas kecemasan
terhadap bahaya  Vital sign dalam  Dorong pasien untuk
batas normal mengungkapkan
 Postur tubuh, perasaan, ketakutan
ekspresi wajah dan dan persepsi
Bahasa tubuh  Ajarkan pasien
menunjukkan menggunakan teknik
berkurangnya relaksasi untuk
kecemasan mengurangi kecemasan
 Jelaskan tentang
prosedur yang akan
dialami pasien
 Kolaborasi pemberian
obat penenang
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Editor, Renata Komalasari Ed.4. EGC. Jakarta.
Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana, Jakarta : EGC
Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan
Penerapam Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam berbagai kasus. Yogyakarta: Mediaction.
Saifuddin, AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta :
Yayasan Bina pustaka
Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka

Anda mungkin juga menyukai