OLEH :
BALQIS ALBA F 2020206203040
IBNU KAHFI 2020206203057
FATIMAHAZZAROH 2020206203048
PUTRI AYU PRIHATINI 202020620366
TIARA AULIA 2020206203070
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
2022
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN INTRANATAL
A. DEFINISI
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu)
sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan
menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika
kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (APN, 2008).
Proses persalinan tidak selamanya berjalan dengan normal terkadang ada keadaan
dimana suatu persalinan yang awalnya diperkirakan normal tetapi pada saat prosesnya
terjadi penyulit atau komplikasi. Komplikasi ini dapat berupa distosia persalinan, dan
dalam distosia persalinan ini terdapat beberapa jenis diantaranya partus tak maju.
Partus tak maju adalah His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya
menyebabkan bahwa rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap
persaiinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kematian
(Prawirohardjo, 2009). Partus tak maju adalah persalinan yang ditandai tidak adanya
pembukaan servik dalam 2 jam dan tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam.
Partus tak maju adalah persalinan yang tidak berlangsung secara efektif pada
persalinan spontan/ dengan induksi dimana kemajuan dilatasi servik dan atau desensus
janin tidak terjadi atau berlangsung tidak normal. (dr. Bambang Widjanarko SpOG, 2009)
B. ETIOLOGI
1. Kelainan letak janin dan presentasi
Kelainan letak janin meliputi:
a. Letak sungsang (letak bokong)
1) Letak bokong sempurna (complete breech)
2) Letak bokong tidak sempurna (incomplete breech)
3) Letak bokong murni (frank breech)
4) Letak bokong kaki (footling breech)
b. Letak lintang (transverse lie)
Pada pemeriksaan palpasi sumbu panjang janin teraba melintang, tidak teraba
bagian besar (kepala/bokong) pada simfisis, kepala biasanya teraba di daerah
pinggang.
c. Letak miring (Oblique lie)
1) Letak kepala mengolak
2) Letak bokong mengolak
Kelainan presentasi meliputi:
a. Presentasi dahi
Presentasi dahi adalah keadaan dimana kepala janin berada di tengah
antara fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian
terendah. Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan
panggul,saat persalinan kepala janin tidak dapat turun sehingga persalinan
menjadi lambat dan sulit. Presentasi dahi tidak dapat dilakukan persalinan
normal kecuali bayi kecil atau pelvis luas.
b. Presentasi bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung dari satu
sisi ke sisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah pada pintu atas
panggul menjelang persalinan.presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan
dinding abdomen dan uterus kendur, prematuritas, obstruksi panggul.
c. Presentasi muka
Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput
menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah.
2. Kelainan jalan lahir
Jalan lahir dibagi atas bagian tulang yang terdiri atas tulang-tulang panggul
dengan sendi-sendinya dan bagian lunak terdiri atas otot-otot, jaringan-jaringan dan
ligamen-ligamen. Dengan demikian distosia akibat jalan lahir dapat dibagi atas:
a. Distosia karena kelainan panggul
Kelainan panggul dapat disebabkan oleh; gangguan pertumbuhan,
penyakit tulang dan sendi (rachitis, neoplasma, fraktur, dll), penyakit kolumna
vertebralis (kyphosis, scoliosis,dll), kelainan ekstremitas inferior (coxitis, fraktur,
dll). Kelainan panggul dapat menyebabkan kesempitan panggul. Kesempitan
panggul dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu;
1) Kesempitan pintu atas panggul, pintu atas panggul dikatakan sempit jika
ukuran konjugata vera kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang dari
12 cm.
2) Kesempitan pintu atas panggul dapat menyebabkan persalinan yang lama atau
persalinan macet karena adanya gangguan pembukaan yang diakibatkan oleh
ketuban pecah sebelum waktunya yang disebabkan bagian terbawah kurang
menutupi pintu atas panggul sehingga ketuban sangat menonjol dalam vagina
dan setelah ketuban pecah kepala tetap tidak dapat menekan cerviks karena
tertahan pada pintu atas panggul.
3) Kesempitan panggul tengah, bila jumlah diameter interspinarum ditambah
diameter sagitalis posterior 13,5 cm (normalnya 10,5 +5 cm =15,5 cm ).
4) Pada panggul tengah yang sempit, lebih sering ditemukan posisi oksipitalis
posterior persisten atau presentasi kepala dalam posisi lintang tetap
(transverse arrest)
5) Kesempitan pintu bawah panggul, diartikan jika distansia intertuberum 8 cm
dan diameter transversa + diameter sagitalis posterior < 15 cm (normalnya 11
cm+7,5 cm = 18,5 cm), hal ini dapat menyebabkan kemacetan pada kelahiran
janin ukuran biasa.
6) Sedangkan kesempitan panggul umum, mencakup adanya riwayat fraktur
tulang panggul, poliomielitis, kifoskoliosis, wanita yang bertubuh kecil, dan
dismorfik, pelvik kifosis
b. Distosia karena kelainan jalan lahir lunak
Persalinan kadang-kadang terganggu oleh karena kelainan jalan lahir
lunak (kelainan tractus genitalis). Kelainan tersebut terdapat di vulva, vagina,
cerviks uteri, dan uterus:
1) abnormalitas vulva ( atresia vulva, inflamasi vulva, tumor dekat vulva)
2) abnormalitas vagina (atresia vagina, seeptum longitudinalis vagina, striktur
anuler)
3) abnormalitas serviks (odema,atresia dan stenosis serviks, Ca serviks)
4) Kelainan letak uterus (antefleksi, retrofleksi, mioma uteri, mioma serviks)
5) Tumor ovarium
c. Kelainan his dan meneran
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan
hambatan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, jika tidak
dapat diatasi dapat megakibatkan kemacetan persalinan. His yang normal dimulai
dari salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian menjalar merata simetris ke
seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi kekutan pada fundus uteri,
kemudian mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh. Baik atau
tidaknya his dinilai dengan kemajuan persalinan, sifat dari his itu sendiri
(frekuensinya, lamanya, kuatnya dan relaksasinya) serta besarnya caput
succedaneum.
Adapun jenis-jenis kelainan his sebagai berikut:
1) Inersia uteri
His bersifat biasa, yaitu fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu
daripada bagian lain. Kelainannya terletak dalam hal bahwa kontaksi
berlangsung terlalu lama dapat meningkatkan morbiditas ibu dan mortalitas
janin. Keadaan ini dinamakan dengan inersia uteri primer. Jika setelah
belangsungnya his yang kuat untuk waktu yang lama dinamakan inersia uteri
sekunder. Karena dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung lama
(hingga menimbulkan kelelahan otot uterus) maka inersia uterus sekunder
jarang ditemukan
2) His yang terlalu kuat
His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai
dalam waktu yang sangat singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari tiga
jam disebut partus presipitatus. Sifat his normal, tonus otot diluar his juga
normal, kelainannya hanya terletak pada kekuatan his. Bahaya dari partus
presipitatus bagi ibu adalah perlukaan pada jalan lahir, khususnya serviks
uteri, vagina dan perineum. Sedangkan bagi bayi bisa mengalami perdarahan
dalam tengkorak karena bagian tersebut menglami tekanan kuat dalam waktu
yang singkat.
3) Kekuatan uterus yang tidak terkoordinasi
Disini kontraksi terus tidak ada koordinasi antara kontraksi bagian atas,
tengah dan bawah, tidak adanya dominasi fundal, tidak adanya sinkronisasi
antara kontraksi daripada bagian-bagiannya. Dengan kekuatan seperti ini,
maka tonus otot terus meningkat sehingga mengakibatkan rasa nyeri yang
terus menerus dan hipoksia janin. Macamnya adalah hipertonik lower
segment, colicky uterus, lingkaran kontriksi dan distosia servikalis
Kelainan Meneran
Terkadang pada persalinan kala I fase aktif terdapat usaha-usaha ibu untk
meneran tanpa sadar akibat adanya kontraksi uterus hal ini lah yang
mengakibatkan terjadinya odema pada genetalia sehingga partus tak maju dapat
terjadi.
d. Pimpinan partus yang salah
Pimpinan persalinan yang salah dari penolong juga bisa menjadi salah satu
penyebab terjadinya partus tak maju. Seringkali penyebab partus tak maju ini
adalah berhubungan dengan pengawasan pada pelaksanaan pertolongan
persalinan yang tidak adekuat yang bisa disebabkan ketidaktahuan,
ketidaksabaran, atau bisa juga karena keterlambatan merujuk.
e. Janin besar/ ada kelainan congenital
Hal ini biasanya sering terjadi berat janin lebih dari 4.000 gram,
hidrosefalus,bahu yang lebar, dan janin kembar.
f. Respon psikologis ibu terhadap persalinan
g. Ketuban pecah dini
C. MANIFESTASI KLINIS
Pada kasus persalinan tak maju akan ditemukan tanda-tanda kelelahan fisik dan
mental yang dapat diobservasi dengan:
1. Dehidrasi dan ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut kering)
2. Demam
3. Nyeri abdomen yang intensif
4. Frekuensi nyeri terkadang meningkat dan tidak terkoordinasi
5. Syok (nadi cepat, anuria, ekstremitas dingin, kulit pucat, tekanan darah rendah)
D. PATOFISIOLOGI
Partus tak maju merupakan penyulit persalinan dalam kala I, hal ini terjadi di
karenakan adanya 2 faktor yaitu faktor ibu dan faktor janin, dimana dari faktor ibu
adanya penyempitan pintu tengah panggul yang berbentuk android, tidak adanya
penurunan kepala serta putaran paksi yang disebabkan karena disproporsi antara panggul
dan janin, kontraksi uterus yang tidak adekuat sehingga menghambat kemajuan
pembukaan.Dari faktor janin yang ditimbulkan yaitu adanya kelainan posisi seperti Posisi
Oksipitalis Posterior Persisten atau ubun – ubun kecil janin melintang, presentasi dahi
serta berat janin yang melebihi dari normal >4250 – 4500 (Oxorn dan Forte, 2010)
E. DIAGNOSA KLINIK
G. PENATALAKSANAAN
1. Terapi pada partus tak maju bersifat darurat, koreksi adanya dehidrasi dan segera
lakukan rujukan karena pada sebagian besar kasus partus tak maju diakhiri dengan
SC.
2. Perawatan pendahuluan, suntikkan cortone acetate 100-200 mg secara intramuskuller,
penicillin prokain 1 juta IU IM, infuse cairan larutan fisiologis, larutan glucose 5-10%
pada jam pertama 1 liter/jam, istirahat 1 jam untuk diobservasi kecuali bila
menghabiskan untuk segera bertindak
3. Pertolongan dapat dilakukan dengan partus spontan, ekstraksi vacuum, ekstraksi
forcep, manual aid pada letak sungsang, embriotomi bila janin meninggal, SC dan
lain-lain.
H. KOMPLIKASI
1. Ketuban pecah dini
Apabila pada panggul sempit, pintu atas panggul tidak tertutup dengan sempurna
oleh janin ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil. Bila kepala tertahan pada
pintu atas panggul, seluruh tenaga dari uterus diarahkan ke bagian membran
yang menyentuh os internal, akibatnya ketuban pecah dini lebih mudah terjadi
2. Pembukaan serviks yang abnormal
Pembukaan serviks terjadi perlahan-lahan atau tidak sama sekali karena kepala
janin tidak dapat turun dan menekan serviks. Pada saat yang sama, dapat
terjadi edema serviks sehingga kala satu persalinan menjadi lama. Namun
demikian kala satu dapat juga normal atau singkat, jika kemacetan persalinan terjadi
hanya pada pintu bawah panggul. Dalam kasus ini hanya kala dua yang menjadi
lama. Persalinan yang lama menyebabkan ibu mengalami ketoasidosis dan dehidrasi
3. Ruptur uteri
Terjadinya disrupsi dinding uterus, merupakan salah satu dari kedaruratan
obstetrik yang berbahaya dan hasil akhir dari partus tak maju yang tidak dilakukan
intervensi. Ruptur uterus menyebabkan angka kematian ibu berkisar 3-15% dan
angka kematian bayi berkisar 50%. Bila membran amnion pecah dan cairan
amnion mengalir keluar, janin akan didorong ke segmen bawah rahim melalui
kontraksi. Jika kontraksi berlanjut, segmen bawah rahim akan merengang sehingga
menjadi berbahaya menipis dan mudah ruptur. Namun demikian kelelahan uterus
dapat terjadi sebelum segmen bawah rahim meregang, yang menyebabkan kontraksi
menjadi lemah atau berhenti sehingga ruptur uterus berkurang. Ruptur uterus lebih
sering terjadi pada multipara jarang terjadi pada nulipara terutama jika uterus
melemah karena jaringan parut akibat riwayat seksio caesarea. Ruptur uterus
menyebabkan hemoragi dan syok, bila tidak dilakukan penanganan dapat berakibat
fatal
4. Fistula
Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis maka sebagian kandung
kemih, serviks, vagina, rektum terperangkap diantara kepala janin dan tulang-
tulang pelvis mendapat tekanan yang berlebihan. Akibat kerusakan sirkulasi,
oksigenisasi pada jaringan-jaringan ini menjadi tidak adekuat sehingga terjadi
nekrosis, yang dalam beberapa hari diikuti dengan pembentukan fistula.
5. Sepsis puerpuralis
Sepsis puerferalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang dapat terjadi setiap
saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42 hari
setelah persalinan atau abortus dimana terdapat gejala-gejala : nyeri pelvis, demam
38,50c atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja cairan vagina yang abnormal,
berbau busuk dan keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran uterus. Infeksi
merupakan bagian serius lain bagi ibu dan janinya pada kasus partus lama dan
partus tak maju terutama karena selaput ketuban pecah dini. Bahaya infeksi akan
meningkat karena pemeriksaan vagina yang berulang- ulang
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Keluhan utama saat masuk rumah sakit
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit terdahulu
e. Riwayat penyakit keluarga
f. Riwayat pembedahan
g. Riwayat persalinan dan kehamilan
h. Pemeriksaan fisik
2. Analisa Data
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut b.d terputusnya kontinuitas jaringan akibat pembedahan sectio
caesaria
b. Kekurangan volume cairan tubuh b.d perdarahan
c. Kerusakan integritas kulit b.d luka post op sectio caesaria
d. Resiko syok hipovolemik b.d perdarahan berlebihan
e. Resiko infeksi b.d luka post op sectio caesaria dan perdarahan
f. Ansietas b.d kurangnya informasi mengenai operasi sectio caesaria
4. Intervensi
a. Nyeri akut b.d terputusnya kontinuitas jaringan akibat pembedahan section
caesaria
Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Editor, Renata Komalasari Ed.4. EGC. Jakarta.
Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana, Jakarta : EGC
Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan
Penerapam Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam berbagai kasus. Yogyakarta: Mediaction.
Saifuddin, AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta :
Yayasan Bina pustaka
Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka