DISUSUN OLEH
Nim : 22018014
B. ETIOLOGI
Menurut Martowirjo (2018), etiologi dari pasien Sectio Caesarea adalah sebagai
berikut :
D. PATOFISIOLOGIS
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya karena
ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu, keracunan kehamilan
yang parah, pre eklampsia dan eklampsia berat, kelainan letak bayi seperti
sungsang dan lintang, kemudian sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta
yang lebih dikenal dengan plasenta previa, bayi kembar, kehamilan pada ibu
yang berusia lanjut, persalinan yang berkepanjangan, plasenta keluar dini,
ketuban pecah dan bayi belum keluar dalam 24 jam, kontraksi lemah dan
sebagainya. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan yaitu Sectio Caesarea (Ramadanty, 2018).
E. PATHWAY
Plasenta previa, rupture sentralis dan section caesare
Pratus lama
oblogata
Peningkatan hormone
Ejeksi ASI
Produksi ASI
Ketidakefektifan
pemberian ASI
F. KOMPLIKASI
Menurut NANDA NIC-NOC (2015) Sectio Caesarea komplikasi pada pasien
Sectio Caesarea adalah :
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Martowirjo (2018), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada ibu
Sectio Caesarea adalah sebagai berikut :
H. PENATALAKSANAAN
Menurut Ramadanty (2019), penatalaksanan Sectio Caesarea adalah sebagai
berikut :
1) Pemberian Cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian
cairan per intavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar
tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya.
Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL
secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb
rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
2) Diet
Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan per oral. Pemberian minuman
dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 sampai 8 jam
pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
3) Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi : Miring kanan dan kiri dapat
dimulai sejak 6 sampai 10 jam setelah operasi, Latihan pernafasan dapat
dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar,
Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya, Kemudian posisi
tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk (semifowler),
Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada
hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca operasi.
4) Katerisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan.
Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis
operasi dan keadaan penderita.
5) Pemberian Obat-obatan
Antibiotik cara pemilihan dan pemberian antibiotik sangat berbeda-beda
sesuai indikasi.
6) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
Obat yang dapat di berikan melalui supositoria obat yang diberikan
ketopropen sup 2x/24 jam, melalui orang obat yang dapatdiberikan tramadol
atau paracetamol tiap 6 jam, melalui injeksi ranitidin 90-75 mg diberikan
setiap 6 jam bila perlu
7) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan
caboransia seperti neurobian I vit C.
8) Perawatan luka Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila
basah dan berdarah harus dibuka dan diganti.
9) Pemeriksaan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan
darah, nadi,dan pernafasan.
10) Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan
tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan
payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa
nyeri
I. MASALAH KEPERAWATAN
1) Nyeri akut
2) Resiko infeksi
3) Hambatan mobilisasi fisik
4) Bersih jalan nafas tidakefektif
5) Konstipasi
6) Ketidakefektifan pemberian ASI
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (post sc)
2) Resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko (episitomi, laserasi jalan
lahir)
3) Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri post op sc
4) Bersih jalan nafas tidakefektif berhubungan dengan efek agen farmakologis
5) Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen
6) Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan produksi ASI inefektif
K. RENCANA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (post sc)
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan masalah nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil:
- skala nyeri dapat berkurang 1-3
- pasien mampu menyatakan nyaman setelah nyeri berkurang
- mampu mengontrol nyeri
- mampu melakukan teknik relaksasi dan distraksi secara mandiri
Intervensi:
1) observasi nyeri secara komperhensif,termasuk lokasi, karakteristik,
frekuensi, durasi dan kualitas nyeri
2) observasi tanda-tanda vital
3) ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
4) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesic
2. resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko (episitomi, laserasi jalan
lahir, bantuan pertolongan persalinan)
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan tidak terjadi infeksi selama perawatan
Kriteria Hasil:
- tidak ada tanda-tanda infeksi
- menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
- TD,suhu, nadi dalam batas normal
Intervensi:
1) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
2) Observasi tanda-tanda vital
3) Ajarkan perawatan luka
4) Kolaborasi dalam pemberian antibiotic
3. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri post op sc
Tujuan: setelah dilakukan tindak keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan dapat melakukan mobilisasi
Kriteria Hasil:
- K/U baik
- Klien dapat beraktivitas secara mandiri
- Kekuatan otot 5.5,5.5
Intervensi:
1) Kaji kemampuan pergerakan aktivitas klien seperti: (miring ke kanan
dan miring ke kiri)
2) Anjurkan klien melakukan mobilisasi secera bertahap
3) Anjurkan keluarga untuk membantu klien dalam melakukan latihan
gerak
4) Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya
4. Bersih jalan nafas tidakefektif berhubungan efek agen farmakologis
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan bersih jalan nafas tidakefektifdapat teratasi
Kriteria Hasil:
- Mempertahankan jalan nafas pasien
- Menunjukan prilaku untuk memperbaiki bersih jalan napas
Intervesni:
1) Kaji ulang fungsi pernapasan, bunyi napas, kecepatan, irama,
kedalaman dan penggunaan otot aksesoris
2) Berikan posis semi fowler
3) Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup
4) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
5. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan
konstipasi dapat teratasi
Kriteria Hasil:
- Mempertahankan fases lunak setiap 1-3 hari
- Bebas dari ketidak nyamanan dan konstipasi
- Mengidentifikasi indicator
- Fases lunak dan berbentuk
Intervensi:
1) Monitor bising usus
2) Monitor tanda dan gejala kostipasi
3) Monitor gerakan usus, termasuk frekuensi, konsistensi, bentuk,
volume dan warna yang sesuai
4) Konsultasikan dengan dokter tentang penurunan/peningkatan
frekuensi suara usus
6. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan produksi ASI inefektif
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
masalah ketidakefektifan pemberian ASI dapat teratasi
Kriteria Hasil:
- Kemantapan pemberian ASI
- Pemeliharaan pemberian ASI: keberlangsungan pemberian ASI untuk
menyediakan nutrisi bagi anak/todler
Intervensi:
1) Beri health education tentang keuntungan dan kekurangan pemberian ASI
serta cara perawatan payudara
2) Motivasi ibu untuk menyusui
3) Ajarkan pasien tentang perawatan payudara
4) Ajarkan ibu teknik menyusui
DAFTAR PUSTAKA
Nurasiah Ai, Rukmawati Ani, Badriah Dewi Laelatul. Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan.
Bandung: PT. Refika Aditama. 2012
Sagita. (2019). Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum Dengan Post. Operasi Sectio
Caesarea Di Ruang Rawat Inap Kebidanan Dr. Achmad Mochtar Bukit
Tinggi 2019.
Sofian Amru. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri, Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
2013