Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny ’’I‘’ DENGAN KASUS POST OP SC DI RUMAH

SAKIT UMUM BAHAGIA MAKASSAR

OLEH:

RISMAN
14420221007

CI LAHAN CI INSTITUSI

(…………………………………) (…………………………………)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi

Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan


membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau
vagina atau suatu histerektomia untuk janin dari dalam Rahim
Wiknjosastro (2011). Sectio caesaria (SC) adalah membuka perut dengan
sayatan pada dinding perut dan uterus yang dilakukan secara vertical atau
mediana, dari kulit sampai fasia (Wiknjosastro, 2011).

Pendapat lain mengatakan bahwa SC adalah pembedahan untuk


mengeluarkan anak dari rongga rahim dengan mengiris dinding perut dan
dinding rahim (Angraini, 2018). SC adalah suatu pembedahan guna
melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan
buatan, sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut serta
dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat
(Harnawatiaj, 2018). SC adalah pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding perut dan dinding uterus.Dari beberapa definisi
diatas dapat disimpulkan bahwa Sectio Caesarea merupakan suatu
pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan
dinding uterus (Prawirohardjo 2015).

2. Anatomi dan fisiologi


Pada kasus section caesarea ada beberaa hal yang harus
diperhatikan diantarannya adalah anatomi dan fisiolofinya yang mana pada
anatomi fisiologi ini terdiri dari dua hal yaitu genitalia eksterna dan
ginetalia interna (Lubis, D. S. 2018).
1. Genitalia eksterna sering dinamakan vulva, yang artinya pembungkus
atau penutup vulva terdiri dari :
a. Mons pubis
1
Merupakan bantalan jaringan lemak yang terletak di atas simpisis pubis
b. Labia mayora
Terdiri dari 2 buah lipatan kulit dengan jaringan lemak di bawah nya
yang berlanjut ke bawah sebagai perluasan dari mons pubis dan menyatu
menjadi perineum
c. Labia minora
Merupakan 2 buah lipatan tipis kulit yang terletak di sebelah dalam labia
mayora, labia minora tidak memiliki lemak subkutan.
d. Klitoris
Merupakan tonjolan kecil jaringan erektif yang terletak pada titik temu
labia minora di sebelah anterior, sebagai salah satu zona erotik yang
utama pada wanita.
e. Vestibulum
Adalah rongga yang di kelilingi oleh labia minora .
f. Perinium
Struktur ini membentang dari fourchette ( titik temu labia minora di
sebelah posterioranus
2. Genetalia interna
a. Vagina
Merupakan saluran fibromuskuler elastis yang membentang ke
atas dan ke belakang dari vulva hingga uterus. Dinding anterior vagina
memiliki panjang 7,5 cm dan dinding posteriornya 9 cm. Fungsi vagina :
1) Lintasan bagi spermatozoa
2) Saluran keluar bagi janin dan produk pembuahan lainnya saat
persalinan
3) Saluran keluar darah haid
b. Uterus

Berbentuk seperti buah advokat, sebesar telur ayam.Terdiri dari


fundus uteri, korpus uteri dan serviks uteri.Korpus uteri merupakan

2
bagian uterus terbesar dan sebagai tempat janin berkembang.Uterus
terdiri dari :

1) Fundus uteri
2) Korpus uteri

Fungsi uterus adalah :

1) Menyediakan tempat yang sesuai bagi ovum yang suadah di buahi


untuk menanamkan diri.
2) Jika korpus luteum tidak berdegenerasi, yaitu jika korpus luteum
dipertahankan oleh kehamilan, makaestrogen akan terus di produksi
sehingga kadar nya tetap berada di atas nilai ambang perdarahan
haid dan amenorea merupakan salah satu tanda pertama untuk
kehamilan.
3) Memberikan perlindungan dan nutrisi pada embrio atau janin sampai
matur.
4) Mendorong keluar janin dan plasenta pada persalinan.
5) Mengendalikan perdarahan dari tempat perlekatan plasenta melalui
kontraksi otot-otot.
c. Tuba fallopi
Disebut juga dengan oviduct, saluran ini terdapat pada setiap sisi uterus
dan membentang dari kornu uteri ke arah dinding lateral pelvis.
d. Ovarium

Merupakan kelenjar kelamin.Ada 2 buah ovarim yang masing-


masing terdapat pada tiap sisi dan berada di dalam kavum abdomen di
belakang ligamentum latum dekat ujung fibria tuba falopi.Fungsi
ovarium adalah untuk produksi hormon dan ovulasi.

3. Etiologi

Manuaba (Lubis, D. S.2018). indikasi ibu dilakukan sectio caesarea


adalah ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini.

3
Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi
4.000 gram. Dari beberapa faktor section caesarea diatas dapat diuraikan
beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:

a. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )

Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar


panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat
menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang
panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga
panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan
lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau
panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses
persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan
patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris
dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.

b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)

Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang


langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum
jelas.Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan
penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu
kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu
mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi

c. KPD (Ketuban Pecah Dini)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda


persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar
ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu.

d. Bayi Kembar

4
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar.Hal ini
karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih
tinggi daripada kelahiran satu bayi.Selain itu, bayi kembar pun dapat
mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk
dilahirkan secara normal.

e. Faktor Hambatan Jalan Lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan
pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.

f. Kelainan letak janin


1. Kelainan pada letak kepala
a) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan
dalam teraba UUB yang paling rendah.Etiologinya kelainan
panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati,
kerusakan dasar panggul.
b) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala
yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-
kira 0,27-0,5 %.
c) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada
posisi terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu,
biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau
letak belakang kepala.
2. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian
bawah kavum uteri.Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni

5
presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi
bokong kaki tidak sempurna.
4. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic,
rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia
serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya
suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan
fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan
diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien.
Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada
dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan,
pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi.
Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang
akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan
berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila
tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.

6
Pathway

7
5. Tanda dan gejala
1. Nyeri akibat ada luka pembedahan
2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
4. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak
banyak)
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800ml
6. Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan
ketidakmampuan menghadapi situasi baru
7. Biasanya terpasang kateter urinarius
8. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
9. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah (Oktarina, R.,
Misnaniarti, M., Sutrisnawati, D., & Nyoman, N. (2018).
6. Pemeriksaan diagnostic
1. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar
pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
2. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
3. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
4. Urinalisis / kultur urine
5. Pemeriksaan elektrolit (Sihombing, N. M., Saptarini, I., & Putri, D. S. K.
2017).
7. Komplikasi
1. Infeksi puerperal
Komplikasi yang bersifat ringan seperti kenaikan suhu tubuh selama
beberapa hari dalam masa nifas yang bersifat berat seperti peritonitis,
sepsis.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang
arteria uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.

8
3. Komplikasi lain seperti luka kandung kemih, kurang kuatnya jaringan
parut pada dinding uterus sehingga bisa terjadi ruptur uteri pada kehamilan
berikutnya (Sulastri, S., Maliya, A., & Nurhayati, E. 2019).
8. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan secara medis
a. Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan seperti Asam
Mefenamat, Ketorolak, Tramadol.
b. Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang hebat.
c. Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain.
Walaupun pemberian antibiotika sesudah Sectio Caesaria efektif dapat
dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan.
d. Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl.
2. Penatalaksanaan secara keperawatan
a. Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam
pertama dan 30 menit pada 4 jam kemudian.
b. Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat
c. Mobilisasi
Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari
tempat tidur dengan dibantu paling sedikit 2 kali.Pada hari kedua
penderita sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan bantuan.
d. Pemulangan
Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada hari
kelima setelah operasi (Sulastri, S., Maliya, A., & Nurhayati, E.
2019)..

9
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
b. Riwayat kesehatan umum
1) Riwayat kesehatan keluarga
2) Riwayat kesehatan klien
c. Riwayat kesehatan keluarga
1) Bagaimana frekuensi miksinya
2) Adakah kelamaan waktu miksi
3) Bagaiman keadaan urinnya
4) Adakah hambatan seksual
5) Bagaimana riwayat menstruasi
6) Bagaiman riwayat kehamilan
d. Data fisik
Inspeksi : seluruh tubuh dan daerah genetalia
Palpasi : Pada daerah abdomen
Auskultasi : Untuk mendeteksi tingkat kesadaran, BB, TB.
e. Data psikologis
1) Keluhan dan reaksi pasien
2) Tingkat adaptasi pasien
3) Persepsi pasien terhadap keadaanya
f. Data sosial, budaya dan spiritual
1) Hubungan dengan orang lain
2) Kepercayaan yang dianut
3) Keaktifan dalam kegiatan pengkajian keperawatan

10
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan (PPNI 2017) sebagai berikut:
a. Nyeri b/d agen cedera fisik (luka post op)
b. Resiko infeksi b/d luka post op
c. Defisit pengetahuan tentang perawatan ibu nifas dan perawatan post
operasi b/d kurangnya sumber informasi

11
3. Intervensi
Intervensi keperawatan (PPNI 2018) sebagai berikut:
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
hasil
Nyeri akut Setelah dilakukan Intervensi utama Intervensi utama
berhubungan asuhan keperawatan 1. Manajemen nyeri 1. Untuk mengurangi rasa nyeri yang
dengan agen cedera selama 4x 24 jam 2. Perawatan kenyamanan dirasakan
fisik diharapkan nyeri 3. Terapi relaksasi 2. Dengan perawatan kenyamanan dapat
pasien dapat Intervensi Pendukung mengurangi rasa nyeri
berkurang,dengan 1. Pemantauan nyeri 3. Terapi relaksasi dapat memberikan
kriteria hasil : 2. Edukasi aktivitas dan istirahat rasa nyaman dan rileks pada pasien
1. Skala nyeri 3. Latihan pernapasan Intervensi pendukung
berkurang 4. Pemberian analgesik 1. Untuk mengetahui tingkat nyeri yang
2. Klien tidak dialami 2.Pemeberian edukasi aktivitas dan
mengeluh nyeri istirahat
3. Klien tidak dapat membantu pasien untuk meringankan
meingis gejala nyeri
3. Latihan pernapasan dapat mengurangi rasa
nyeri yang dialami
4. Pemberian analgesik dapat mengurangi rasa

12
nyeri
Resiko infeksi Setelah dilakukan Menejemen resiko infeksi Observasi
tindakan keperawatan observasi
5. Mengetahui tanda dan gejala infeksi
selama 2x 24 jam 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
Terapeutik
diharapkan dapat Terapeutik
1. Mengurangi risiko kontaminasi
Mengidentifikasi dan 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah
mikroorganisme
menurunkan resiko kontak dengan pasien
2. Mengurangi kontaminasi mikroorganisme
terserang organisme Edukasi
Edukasi
patogenik tingkat 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
1. memberikan informasi kepada pasien terkait
infeksi menurun 2. Ajarkan etika batuk
tanda dan gejala infeksi
dengan kriteria hasil: Kolaborasi
2. Mencegah penyebaran mikroorganisme
1. Kemerahan Kolaborasi pemberian antibiotic, jika
saat batuk
menurun perlu.
Kolaborasi
2. Nyeri menurun
3. Kadar sel Untuk mencegah terjadinya infeksi.
darah putih
membaik
4. Bengkak
menurun

13
Defisit pengetahuan Kecukupan informasi Edukasi Kesehatan Observasi
kognitif yang Observasi 1. untuk mengetahuai kesiapan pasien dan
berkaitan dengan topik 1. Identifikasi kesiapan dan keluarga menerima informasi yang akan
13
tertentu membaik kemampuan menerimanformasi
i diberikan
dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi faktor-faktor yang Terapeutik
1. Kemampuan dapat meningkatkan dan 1. Untuk media pendidikan kesehatan
menjelaskan menurunkan motivasi perilaku 2. Memberikan pendidikan kesehatan sesuai
pengetahuan hidup bersih dan sehat jadwal yang disepakati
tentang suatu topik Terapeutik 3. Memberi kesempatan pada pasien
meningkat 1. Sediakan materi dan media menanyakan hal yang tidak dimengerti
2. Persepsi yang pendidikan kesehatan Edukasi
keliru terhadap 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan 1. Agar pasien mengetahui penyebab kesehatan
masalah menurun sesuai kesepakatan 2. Mengajarkan perilaku hidu bersih dan sehat
3. Pertanyaan tentang 3. Berikan kesempatan untuk
masalah yang bertanya
dihadapi menurun Edukasi
1. Jelaskan faktor resiko yang
dapat mempengaruhi kesehatan

14
2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
3. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat

15
BAB I
LAPORAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 28 juni 2021


I. DATA UMUM KLIEN
1. Identitas klien dan penanggung jawab
Inisial klien : Ny.I Inisial Suami : Tn.S
Usia : 29 thn Usia : 31 Thn
Status perkawinan : menikah Status perkawinan :menikah
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :wiraswata
Pendidikan terakhir : SMA Pendidikan terakhir : SMA
2. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu
N Thn Tipe Penolong JK BBL Keadaan Masalah
o Persalinan bayi kehamilan
waktu
Lahir
1 2019 Persalinan Dokter LK 2.500 Normal Mual
SC gr muntah,plasenta
previa
2 2022 Persalinan Dokter LK 3.200 Normal Mual muntah
SC gram

3. Masalah kehamilan
Pengalaman menyusui : ya berapa lama : 1 tahun
4. Riwayat Persalinan
a. Jenis persalinan : SC Tgl/jam : 27 Desember 2022 ( 16.55)
b. Jenis kelamin bayi : L BB/PB : 3.200 gram/ 48 cm,
II. DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI
1. Keadaan umum
Kesadaran : composmentis
BB/TB : 56Kg/157cm
2. Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 99x/m
Suhu : 36,7 C
Pernapasan : 20x/mnt
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala Leher
1) Kepala : tidak ada benjolan pada bagian kepala rambut
hitam,tidak rontok
2) Mata : penglihatan baik, sclera tidak ikterik
3) Hidung : fungsi penciuman baik, tidak ada polip
4) Mulut : mulut dan gigi bersih, mukosa bibir kering
5) Telinga : fungsi pendebgaran baik
6) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
b. Dada
1) Jantung : tidak ada bunyi tambahan
2) Paru : tidak ada suara tambahan
3) Payudara : simetris kiri dan kanan, tidak ada nyeri tekan
4) Puting susu : putting susu berbentuk menonjol
5) Pengeluaran ASI : sedikit
c. Abdomen
1) Involusi Uterus : kontraksi uterus baik
2) Fundus Uteri : ada luka post sc, nyeri tekan pada luka post op sc
3) Fungsi pencernaan : baik
4) Masalah Khusus : terdapat luka post SC
d. Perineum dan Genital
1) Vagina
integritas kulit :
edema : Tidak Ada edema
memar :tidak ada memar
hematom : tidak ada hematom
2) Perineum : Utuh
R : Kemerahan : tidak
E : Edema : tidak
E : Ekimosis : tidak
D :Dischargeserum/pus/darah/tidak ada
A : Approximate : baik
e. Ekstremitas
1) Ekstremitas Atas
Edema : tidak ada
Varises : tidak ada
Ekstremitas Bawah
Edema : tidak ada
Varises : tidaka ada
f. Eliminasi
1) Urin
kebiasaan BAK : 1x sehari
BAK saat ini : Nyeri saat BAK
2) Fekal
kebiasaan BAB : 1x 2 hari
BAB saat ini : encer
Konstipasi : tidak ada
3) Masalah Khusus: tidak ada
g. Istirahat dan Kenyamanan
1) Pola tidur : teratur
lama : 7─8 jam
2) Pola tidur saat ini :
Keluhan ketidaknyamanan : klien merasakan tidak nyaman karena
nyeri pada luka post sc
Lokasi : di area fundus uteri
Sifat : nyeri dirasakan seperti tertusuktusuk
Intensitas : hilang timbul
h. Mobilisasi dan Latihan
1) Tingkat mobilisasi : aktivitas klien masih dibantu
2) Latihan/senam : tidak ada latihan senam
3) Masalah khusus : aktivitas masih dibantu
i. Nutrisi dan Cairan
1) Asupan nutrisi :
nafsu makan : baik
2) Asupan cairan : cukup
3) Masalah khusus : tidak ada
j. Keadaan Mental
1) Adaptasi psikologis : ibu merasa senang dengan kelahiran
bayi lakilaki kedua
2) Penerimaan terhadap bayi : ibu dapat menerima kehadiran bayi
3) Masalah khusus : tidak ada
4. Kemampuan menyusui : dibantu susu botol karena ASI masih sedikit
5. Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini :
a. Inj.anbacim / 8 jam
b. Inj. Ketorolac/ 8 jam
c. Drips metronidazole
6. Hasil pemeriksaan penunjang :
Parameter Result Unit Ref.Range
- WBC 14.96 10ˆ3/uL 4.00-10.0
- Neu# 12.62 10ˆ3/uL 2.00-7.00
- Lym# 1.66 10ˆ3/uL 0.80-4.00
- Mon# 0.44 10ˆ3/uL 0.12-0.80
- Eos# 0.22 10ˆ3/uL 0.02-0.50
- Bas# 0.02 10ˆ3/uL 0.00-0.10
- Neu% 84.3 % 50.00-70.00
- Lym% 11.1 % 20.00-40.00
- Mon% 3.0 % 3.0-12.0
- Eos% 1.5 % 0.5-5.0
- Bas% 0.1 % 0.0-1.0
- RBC 4.59 10ˆ 6/Ul 4.00-5.50
- HGB 10.3 g/dL 11.0-16.0
- HCT 33.0 % 37.0-54.0
- MCV 71.8 Fl 80.0-100.0
- MCH 22.4 Pg 27.0-34.0
- MCHC 31.2 g/dl 32.0-36.0
- RDW-CV 16.4 % 11.00-16.0
- RDW-SD 49.3 Fl 35.0-56.0
- PLT 263 10ˆ 3/uL 150-400
- MPV 9.4 Fl 6.5-12.0
- PDW 16.1 9.0-17.0
- PCT 0.247 % 0.108-0.282
III. RANGKUMAN HASIL PENGKAJIAN
1. Masalah : Nyeri pada luka Post OP SC
2. Keluhan utama : Nyeri
3. Riwayat keluhan utama : klien mengatakan nyeri pada bagian luka post op SC
dirasakan pada hari kedua, klien mengatakan sulit untuk beraktivitas
dikarenakan ada luka post Op SC
mulai timbulnya : Saat bergerak
sifat keluhan : nyeri dirasakan saat
bergerak lokasi keluhan : abdomen bagian
bawah faktor pencetus : luka post SC
4. keluhan lain : klien mengetakan tidak mengetahui cara merawat luka post SC
5. pengaruh keluhan terhadap aktivitas/fungsi tubuh : klien sulit untuk
beraktivitas
6. usaha klien untuk mengatasinya : tidak ada
IV. Pengkajian
1. Seksualitas
a. Subjektif :
1) Usia menarche : 15 tahun
2) Siklus haid :7 hari
3) Durasi haid : teratur
4) Metode kontrasepsi terakhir : tidak ada
5) Status obstetri : G : 2 P : 1 A : 0
6) Riwayat persalinan : Persalinan SC
7) Riwayat persalinan terakhir : Persalinan SC
Tahun 2019
Tempat : Rumah sakit
Jenis persalinan : SC
8) Berat badan bayi : 2.500 gr
9) Komplikasi maternal/bayi : plasenta previa
2. Makanan dan Cairan
a. Subjektif :
1) Klien tidak mual muntah
2) Pola makan :
Frekuensi : 3x/hari
3) Konsumsi cairan : 3─4 gelas/hari
b. Objektif :
1) BB : 56 kg
2) TB :157cm
3) Turgor kulit : baik
4) Membran mukosa mulut : baik
3. Eliminasi
a. Subjektif :
1) Frekuensi defekasi : 1x sehari
2) Penggunaan laktasif : tidak ada
3) Waktu defekasi terakhir : tidak dikaji
4) Frekuensi berkemih : 2─3 kali sehari
5) Karakter urine : kuning jernih
6) Nyeri/ rasa terbakar/kesulitan berkemih : nyeri dirasakan saat berkemih
7) Riwayat penyakit ginjal : tidak ada
8) Riwayat penyakit kandung kemih/Albuminuria/Glikosuria : tidak ada
b. Objektif :
1) Pemasangan kateter : terpasang kateter
2) Karakter urine : berwarna kuning jernih
3) Konsistensi feces : encer
4) Haemoroid : tidak ada
4. Aktifitas / Istrahat
a. Subjektif :
1) Pekerjaan : IRT
2) Tidur malam ( jam ) : 23.00
3) Tidur siang ( jam ) : jarang tidur siang
b. Objektif :
1) Status neurologis
2) GCS : 15
3) Kuku (Warna) : kuku nampak bersih
4) Membran mukosa : membrane mukosa baik
5) Konjunctiva : normal
6) Sklera : normal
7) Nadi : 99x/m
8) Distensi vena jugularis : tidak ada
9) Bunyi jantung : normal
10) Ekstremitas: Suhu Hangat
5. Nyeri
a.Subjektif :
1) Lokasi : abdomen bagian bawah
2) Intensitas (skala 0-10): 4
3) Frekuensi : hilang timbul
4) Durasi : nyeri dirasakan saat bergerak
5) Faktor pencetus : luka post SC
6) Cara mengatasi
a) Mengkaji skala nyeri
b) Mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam
c) Mengukur TTV
d) Mengatur posisi klien dengan posisi terlentang
e) Kolaborasi pemberian therapy analgetik
b. Objektif :
1) Wajah meringis
2) Melindungi area yang sakit
3) Fokus menyempit
4. Pernapasan
a. Subjektif :
1) Tidak ada riwayat bronchitis pernapasan normal
2) Perokok, lamanya : tidak merokok
b.Objektif :
1) Frekuensi : 20x/menit
2) Bunyi napas : Bronchial
3) Karakteristik sputum : normal
4) Penggunaan alat bantu pernafasan (O2) : tidak ada
5. Psikologis
a. objektif
1) Status emosional : baik
2) Agama ibu/ayah : islam
3) Muncul perasaan (tidak berdaya/putus asa/tidak mampu) : tidak ada
6. Neurosensori
a. Subjektif :
1) Pusing : ibu mengatakan lemah dan sedikit pusing
2) Kesemutan/kebas/kelemahan (lokasi) : tidak ada kesemutan

7. Keamanan
a.Subjektif :
1) Alergi/sensitivitas : tidak ada
2) Penyakit masa kanak-kanak : tidak ada
3) Riwayat Imunisasi : tidak di kaji
4) Infeksi virus terakhir : tidak ada
5) Binatang peliharaan di rumah : tidak ada
6) Jarak waktu kehamilan terakhir : ± 2 tahun
7) Riwayat kecelakaan (ada/tidak) : tidak ada
8) Fraktur/ dislokasi / Arthritis : tidak ada
9) Pembesaran kelenjar : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
b. Objektif :
1) Integritas Kulit : terdapat luka post op di bagian abdomen bawah
2) Cara berjalan : tidak dikaji
V. KLASIFIKASI DATA

DATA SUBYEKTIF DATA OBJEKTIF


1. Klien mengatakan nyeri pada luka 1. Klien tampak meringis
post OP sc pada hari kedua 2. Klien tampak melindungi area
P : nyeri dirasakan ketika yang sakit
sedang bergerak 3. TD : 120/80 mmhg
Q : Nyeri dirasakan seperti tertusu S : 36,7 c
tusuk R : 20x/m
R : Nyeri dirasakan di sekitar N : 99x/m
area luka post op SC 4. Terdapat luka post Op SC
S : Skala nyeri 4 5. Terdapat kerusakan integritas
T : hilang timbul kulit disekitar luka post Op SC
2. Klien mengatakan tidak 6. Leukosit 14.96 (10^3/ul)
mengetahui cara untuk merawat 7. Aktivitas klien masih dibantu
luka post Sc 8. Klien Nampak lemah
3. Klien mengatakan pusing dan
lemah
4. Klien mengatakan saat
beraktivitas masih dibantu oleh
suami
VI. KLASIFIKASI DATA

Data focus Etiologi Masalah


keperawatan
DS : Klien mengatakan nyeri pada Agen cedera fisik Nyeri akut
luka post OP sc pada hari kedua (luka post Op SC)
P : nyeri dirasakan ketika sedang
bergerak
Q : Nyeri dirasakan seperti tertusuk
tusuk
R : Nyeri dirasakan di sekitar
area luka post op Sc
S : Skala nyeri 4
T : hilang timbul
DO :
- Klien tampak meringis
- Klien tampak melindungi
area yang sakit

DS : Klien mengatakan tidak mengetahui Luka post Op SC Resiko Infeksi


cara untuk merawat luka post Sc
DO :
- Terdapat luka post Op SC
- Leukosit 14.96 (10^3/ul)
DS : Kelemahan Intoleransi
- Klien mengatakan pusing dan Aktivitas
lemah
- Klien mengatakan saat
beraktivitas masih dibantu oleh
suami
- Klien mengatakan pusing
DO :
- Aktivitas klien masih dibantu
- Klien Nampak lemah
V11. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri b/d agen cedera fisik (luka post op)


b. Resiko infeksi b/d luka post op
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
VIII. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


hasil
Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Intervensi utama Intervensi utama
berhubungan keperawatan selama 4x 24 4. Manajemen nyeri 4. Untuk mengurangi rasa nyeri yang
dengan agen jam diharapkan nyeri 5. Perawatan kenyamanan dirasakan
cedera fisik pasien dapat 6. Terapi relaksasi 5. Dengan perawatan kenyamanan dapat
berkurang,dengan kriteria Intervensi Pendukung mengurangi rasa nyeri
hasil : 5. Pemantauan nyeri 6. Terapi relaksasi dapat memberikan rasa
4. Skala nyeri berkurang 6. Edukasi aktivitas dan istirahat nyaman dan rileks pada pasien
5. Klien tidak mengeluh 7. Latihan pernapasan Intervensi pendukung
nyeri 8. Pemberian analgesik 5. Untuk mengetahui tingkat nyeri yang
6. Klien tidak meingis dialami
6.Pemeberian edukasi aktivitas dan istirahat
dapat membantu pasien untuk
meringankan gejala nyeri
7.Latihan pernapasan dapat mengurangi
rasa nyeri yang dialami
8.Pemberian analgesik dapat mengurangi
rasa nyeri
Resiko infeksi Setelah dilakukan Menejemen resiko infeksi Observasi
tindakan keperawatan observasi
1. Mengetahui tanda dan gejala infeksi
selama 2x 24 jam 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
Terapeutik
diharapkan dapat Terapeutik
1. Mengurangi risiko kontaminasi
Mengidentifikasi dan 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
mikroorganisme
menurunkan resiko dengan pasien
2. Mengurangi kontaminasi
terserang organisme Edukasi
mikroorganisme
patogenik tingkat infeksi 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Edukasi
menurun dengan kriteria 2. Ajarkan etika batuk
1. memberikan informasi kepada pasien
hasil: Kolaborasi
terkait tanda dan gejala infeksi
1. Kemerahan menurun Kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu.
2. Mencegah penyebaran mikroorganisme
2. Nyeri menurun
saat batuk
3. Kadar sel darah putih
Kolaborasi
membaik
4. Bengkak menurun Untuk mencegah terjadinya infeksi.

Intoleransi Respon fisiologi terhadap Observasi Observasi


aktivitas aktivitas yang 2. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan 6. Untuk mengetahui Penyebab intoleransi
membutuhkan tenaga fisik lainnya aktivitas
meningkat dengan kriteria 3. Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi 7. Untuk mengetahui masalah aktivitas
hasil: 4. Monitor keadaan umum selama Terapeutik
1. Frekuensi nadi melakukan ambulasi 3. Persiapan melakukan ambulasi
sedang Terapeutik 4. Membantu pasien untuk beraktivitas
2. Kemudahan dalam 2. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik Edukasi
melakukan 3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien 1. Agar pasien mengetahuitindakan yang
aktivitas sehari- dalam meningkatkan ambulasi dilakukan
hari meningkat Edukasi 2. Agar pasien terbiasa beraktivitas
3. Keluhan lelah 3. Jelaskan tujuan dan prosedure ambulasi Agar pasien dapat berperan akti
menurun 4. Anjurkan melakukan ambulasi dini
5. Ajarkan ambulasi Sederhana yang harus
dilakukan (mis, berjalan dari tempat tidur ke
kamar mandi, berjalan daritemat tidur ke kursi
roda, berjalan sesuai toleransi)
VIII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No DX TGL IMPLEMENTASI EVALUASI


DX 1 28/12/2022 2. Mengkaji penyebab nyeri dengan kriteria hasil: S : klien masih merasa
nyeri akut
P : saat bergerak nyeri O : ku sedang
10.15
Q : nyeri di tusuk-tusuk TTV: TD : 120/80
R : di area abdomen bagian bawah N : 99x/m
S : skala nyeri 4 S : 36,7C
T : hilang timbul P : 20x/m
10.20 2. Mengobservasi TTV A : nyeri belum teratasi
TD : 120/80mmHg P : Intervensi dilanjutkan
N: 99x/menit - observasi TTV
S : 36,7C - mengajarkan tehnik relaksasi
R: 20x/menit - mengatur posisi klien
10.25
3. Mengajarkan tekhnik relaksasi dengan kriteria - kolaborasi pemberian
hasil: Klien masih terlihat meringis
4. Mengatur posisi klien
10.28
H: klien dengan posisi talentang
5. Kolaborasi pemberian analgetik
11.20
DX 2 28/12/2022 1. Monitor tanda dan gejala infeksi S : klien mengatakan masih
Resiko
Hasil : terdapat luka post op sc, leukosit (14.96 merasakan nyeri disekitar area
infeksi 12.20
10^3/ul) luka post sc
2. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi O : terdapat luka post op sc
12.25
Hasil : pasien mengerti tentang tanda dan gejala A : masalah belum teratasi
infeksi yang di jelaskan P : intervensi dilanjutkan
12.30 3. Menganjurkan pasien untuk mencuci tangan sebelum - Monitor tanda dan gejala
dan sesudah melakukan kontak dengan lingkungan infeksi
sekitar - Menjelskan tanda dan gejala
Hasil : pasien masih jarang melakukan mencuci infeksi
tngan sebelum dan sesudah melakukn kontak - Menganjurkan pasien untuk
mencuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
lingkungan

DX 3 28/12/2022 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik S : Klien beraktivitas masih dibantu
Intoleransi
lainnya O : ku sedang,klien napak lemah
aktivitas 13.10
Hasil : klien masih merasakan nyeri A : Intoleransi aktivitas teratasi
2. Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi belum teratasi
13.15
Hasil : Klien tampak lemas P : lanjutkan intervensi
3. Memonitor keadaan umum selama melakukan - Mengidentifikasi toleransi
13.20
ambulasi fisik
Hasil : Klien mengatakan pusing - Memonitor keadaan umum
13.24 4. Memfasilitasi melakukan mobilisasi fisik selama melakukan ambulansi
Hasil : Mengajarkan klien untuk beraktivitas fisik - Memfasilitasi melakukan
5. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam mobilitas fisik
13.29
meningkatkan ambulasi - Melibatkan keluarga
Hasil : Klien tampak dibantu keluarga saat ingin membantu pasien dala
berpindah tempat melakukan ambulansi
16.32
6. Menjelaskan tujuan dan prosedure ambulasi - Menganjurkan pasien
Hasil : Klien dan keluarga paham terhadap apa yang melakukan abulansi
dijelaskan dini
13.36
7. Menganjurkan melakukan ambulasi dini - Mengajarkan ambulansi
Hasil : Klien tampak berusaha untuk berdiri tanpa sederhana yang harus
dibantu dilakukan
13.42 8. Mengajarkan ambulasi Sederhana yang harus
dilakukan
Hasil : Klien tampak masih dibantu keluarga
DX 1 29/12/2022 4. Mengkaji penyebab nyeri dengan kriteria hasil: S : klien masih merasa
nyeri akut
P : saat bergerak nyeri O : ku sedang
14.15
Q : nyeri di tusuk-tusuk TTV: TD : 120/80
R : di area abdomen bagian bawah N : 99x/m
S : skala nyeri 4 S : 36,7C
T : hilang timbul P : 20x/m
14.20 6. Mengobservasi TTV A : nyeri belum teratasi
TD : 120/80mmHg P : Intervensi dilanjutkan
N: 99x/menit - observasi TTV
S : 36,7C - mengajarkan tehnik relaksasi
R: 20x/menit - mengatur posisi klien
14.25
7. Mengajarkan tekhnik relaksasi dengan kriteria - kolaborasi pemberian
hasil: Klien masih terlihat meringis
8. Mengatur posisi klien
14.28
H: klien dengan posisi talentang
9. Kolaborasi pemberian analgetik
14.20

DX 2 29/12/2022 1. Monitor tanda dan gejala infeksi S : klien mengatakan masih


Resiko
Hasil : terdapat luka post op sc, leukosit (14.96 merasakan nyeri disekitar area
infeksi 15.20
10^3/ul) luka post sc
15.25
2. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi O : terdapat luka post op sc
Hasil : pasien mengerti tentang tanda dan gejala A : masalah belum teratasi
infeksi yang di jelaskan P : intervensi dilanjutkan
15.30
3. Menganjurkan pasien untuk mencuci tangan sebelum - Monitor tanda dan gejala
dan sesudah melakukan kontak dengan lingkungan infeksi
sekitar - Menjelskan tanda dan gejala
Hasil : pasien masih jarang melakukan mencuci infeksi
tngan sebelum dan sesudah melakukn kontak - Menganjurkan pasien untuk
mencuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
lingkungan

DX 3 29/12/2022 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik S : Klien beraktivitas masih dibantu
Intoleransi
lainnya O : ku sedang,klien napak lemah
aktivitas 16.10
Hasil : klien masih merasakan nyeri A : Intoleransi aktivitas teratasi
9. Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi belum teratasi
16.15
Hasil : Klien tampak lemas P : lanjutkan intervensi
10. Memonitor keadaan umum selama melakukan - Mengidentifikasi toleransi
16.20
ambulasi fisik
Hasil : Klien mengatakan pusing - Memonitor keadaan umum
11. Memfasilitasi melakukan mobilisasi fisik selama melakukan ambulansi
16.24
Hasil : Mengajarkan klien untuk beraktivitas fisik - Memfasilitasi melakukan
12. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam mobilitas fisik
16.29 meningkatkan ambulasi - Melibatkan keluarga
Hasil : Klien tampak dibantu keluarga saat ingin membantu pasien dala
berpindah tempat melakukan ambulansi
16.32
13. Menjelaskan tujuan dan prosedure ambulasi - Menganjurkan pasien
Hasil : Klien dan keluarga paham terhadap apa yang melakukan abulansi
dijelaskan dini
16.36 14. Menganjurkan melakukan ambulasi dini - Mengajarkan ambulansi
Hasil : Klien tampak berusaha untuk berdiri tanpa sederhana yang harus
dibantu dilakukan
15. Mengajarkan ambulasi Sederhana yang harus
16.42
dilakukan
Hasil : Klien tampak masih dibantu keluarga

Anda mungkin juga menyukai