Anda di halaman 1dari 90

PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

INTERVENSI RELAKSASI AUTOGENIK PADA PASIEN


HIPERTENSI DALAM UPAYA PENURUNAN
TEKANAN DARAH

KARYA TULIS ILMIAH

DINDA RAHMADANIA PUTRI

NIRM. 18017

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA

JAKART

20
PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
INTERVENSI RELAKSASI AUTOGENIK PADA PASIEN
HIPERTENSI DALAM UPAYA PENURUNAN
TEKANAN DARAH

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ahlimadya Keperawatan
Program Diploma III Keperawatan

Diajukan Oleh :

DINDA RAHMADANIA PUTRI

NIRM. 18017

PROGRAM DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN AKADEMI

KEPERAWATAN PELNI JAKARTA

JAKART

20
KARYA TULIS ILMIAH

Judul

PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

INTERVENSI RELAKSASI AUTOGENIK PADA PASIEN

HIPERTENSI DALAM UPAYA PENURUNAN

TEKANAN DARAH

Dipersiapkan dan disusun oleh :

DINDA RAHMADANIA PUTRI

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 9 Juni 2021.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing Utama : Khumaidi, Ns.,M.Kep.Sp.Kep.MB. ( )

Penguji Utama : Tini Wartini, S.Pd., S.Kep.,M.KM. ( )

Penguji Kedua : Suhatridjas, Dra., S.Kep., M.KM. ( )

ii
SURAT PERNYATAAN PLAGIARISME

Saya yang bertanggung jawab di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa

Karya Tulis Ilmiah ini, saya susun tanpa tindak plagiarisme sesuai peraturan yang

berlaku di Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

Jika dikemudian hari saya melakukan tindak plagiarisme, saya sepenuhnya akan

bertanggung jawab dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Akademi

Keperawatan PELNI Jakarta.

Jakarta, 9 Juni 2021

Peneliti

Dinda Rahmadania Putri

i
KATA PENGANTA R

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini dengan judul “Pengembangan Standar Operasional Prosedur Pengaruh

RelaksasI Autogenik Pada Pasien Hipertensi Dalam Upaya Penurunan Tekanan

Darah”. Rangkaian penyusunan laporan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah

satu syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar Ahlimadya Keperawatan di

Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada berbagai pihak yang telah membantu proses penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak/Ibu/Saudara

yang penulis hormati yaitu :

1. Bapak Ahmad Samdani,S.KM., MPH., Ketua Yayasan Samudra Apta.

2. Ibu Buntar Handayani, S.Kp.,MM.,M.Kep., Direktur Akademi Keperawatan

PELNI Jakarta.

3. Ibu Sri Atun Wahyuningsih, Ns., M.Kep., Sp.Kep.J., Ketua Program Studi

Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

4. Bapak Khumaidi, Ns., M. Kep., Sp. Kep. MB., sebagai Pembimbing Utama

Karya Tulis Ilmiah Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

5. Ibu Tini Wartini, S.Pd., S.Kep., M.KM., Penguji Utama Karya Tulis Ilmiah

Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

6. Ibu Suhatridjas, Dra., S.Kep., M.KM., Penguji Kedua Karya Tulis Ilmiah

Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

i
7. Semua dosen Akademi Keperawatan PELNI Jakarta yang telah memberikan

bimbingan dan wawasannya dengan sabar serta ilmu yang bermanfaat.

8. Bapak Rohman Swandono yang telah memberikan waktu dan tempat serta

selalu siap siaga saat saya membutuhkan tempat untuk mengerjakan revisi.

9. Kedua orang tua, kakak, dan anggota keluarga saya lainnya yang telah

memberikan semangat, doa, dan dukungannya untuk menyelesaikan

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

10. Teman-teman Mahasiswa/i Akademi Keperawatan PELNI Jakarta Angkatan

XXIII dan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih

banyak kekurangan, masukan dan saran diharapkan dari semua pihak. Semoga

Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat untuk kemajuan ilmu keperawatan.

Jakarta, 9 Juni 2021

Dinda Rahmadania Putri

v
ABSTRAK

Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadi salah satu penyebab
utama kematian prematur di dunia. Hipertensi menjadi ancaman kesehatan
masyarakat karena potensinya yang mampu mengakibatkan kondisi komplikasi
seperti stroke, penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal. Relaksasi autogenik
merupakan suatu metode yang bersumber dari diri sendiri dan kesadaran tubuh
dengan mengendalikan ketegangan otot dan pikiran untuk menurunkan tekanan
darah tinggi. Tujuan penulisan ini yaitu mengembangkan Standar Operasional
Prosedur (SOP) terapi relaksasi autogenik pada pasien hipertensi dalam upaya
menurunkan tekanan darah. Metode penulisan ini menggunakan literature review,
yaitu dengan menggunakan lima literature review SOP relaksasi autogenik yang
telah di analisa dan di kembangkan dalam upaya penurunan tekanan darah pada
pasien hipertensi. Berdasarkan lima jurnal maka telah disusun pengembangan
SOP relaksasi autogenik sebanyak 19 langkah. SOP yang telah dikembangkan
diharapkan dapat di aplikasikan dalam menurunkan tekanan darah pada pasie
hipertensi. Berdasarkan literature review yang dilakukan dari lima jurnal terkait,
didapatkan hasil bahwa relaksasi autogenik dapat menurunkan tekanan darah pada
pasien hipertensi.

Kata Kunci: Hipertensi; Relaksasi Autogenik; Tekanan darah

v
ABSTRACT

Hypertension is a non-communicable disease that is one of the leading causes of


premature death in the world. Hypertension becomes a public health threat
because of its potential to result in complications such as stroke, coronary heart
disease, and kidney failure. Autogenic relaxation is a self-derived method and
body awareness by controlling muscle and mind tension to lower high blood
pressure. The purpose of this writing is to develop Standard Operating
Procedures (SOP) of autogenic relaxation therapy in hypertensive patients in an
effort to lower blood pressure. This writing method uses literature review, which
uses five literature review SOP autogenic relaxation in an effort to reduce blood
pressure in hypertensive patients.. Based on five journals, it has been compiled
the development of an autogenic relaxation SOP of 19 steps. SOP that has been
developed is expected to be applied in lowering blood pressure in pasie
hypertension. Based on a literature review conducted from five related journals, it
was found that autogenic relaxation can reduce blood pressure in hypertensive
patients.

Keywords: Autogenic relaxation; Blood pressure ; Hypertension

v
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN PLAGIARISM..........................................................iii


KATA PENGANTAR...........................................................................................v
ABSTRAK............................................................................................................vi
ABSTRACT..........................................................................................................vii
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................ix
DAFTAR BAGAN...............................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xiii
DAFTAR SINGKATAN....................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................5
D. Manfaat Penulisan..................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................7


A.Tinjauan Teori.........................................................................................7
B.Kerangka Konsep...................................................................................34

BAB III METODE PENULISAN......................................................................35


A. Metodolgi..............................................................................................35
B. Plan, Do, Study, Act (PDSA)...............................................................35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................38


A. Hasil......................................................................................................38
B. Pembahasan..........................................................................................49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................52


A. Kesimpulan...........................................................................................52
v
B. Saran.....................................................................................................52

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................54
LAMPIRAN

i
DAFTAR

Tabel 2.1 Klasifkasi Hipertensi Menurut JNC VII................................................15

Tabel 2.2 Hasil Penelusuran Lteratur Review SOP dalam Upaya Penurunan

Tekanan Darah Tinggi pada Pasien Hipertensi......................................................38

Tabel 2.3 Pengembangan SOP Relaksasi Autogenik pada Pasien Hipertensi.......45

x
DAFTAR

Bagan 2.1 Bagan Kerangka Konseptual..............................................................34

x
DAFTAR

Gambar 2.1 Posisi Pengukuran Tekanan Darah.....................................................25

Gambar 2.2 Cara Pemasangan Manset Pada Tensimeter Digital...........................25

Gambar 2.3 Cara Pemasangan Manset Pada Lengan............................................26

Gambar 2.4 Cara Mengaktifkan Tensimeter Digital..............................................26

Gambar 2.5 Contoh Angka Hasil Pengukuran Tensimeter Digital........................27

Gambar 2.6 Posisi Berbaring Menggunakan Bantal Relaksasi Autogenik...........31

Gambar 2.7 Teknik Relaksasi Memberikan Sugesti..............................................32

Gambar 2.8 Teknik Relaksasi Menghirup Napas..................................................33

Gambar 2.9 Teknik Relaksasi Menghembuskan Napas........................................33

x
DAFTAR

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Penulisan KTI

Lampiran 2 Lembar Plagiarisme

Lampiran 3 SOP Relaksai Autogenik

Lampiran 4 Pengembangan SOP Relaksasi Autogenik

Lampiran 5 Lembar Persetujuan

Lampiran 6 Lembar Observasi

Lampiran 7 Lembar Konsul

Lampiran 8 Lembar Hadir Oponen

Lampiran 9 Daftar Riwayat Hidup

x
DAFTAR

ACE = Angiotensin-Converting Enzyme

BUN = Blood Urea Nitrogen

CT Scan = Computed Tomography Scan

EKG = Elektrokardiogram

Hb = Hemoglobin

Ht = Hematokrit

IVP = Intra Venous Pyelography

PDSA = Plan, Do, Study, Act

SOP = Standar Operasional Prosedur

WHO = World Health Organization

x
BAB
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadi salah

satu penyebab utama kematian prematur di dunia. Hipertensi menjadi

ancaman kesehatan masyarakat karena potensinya yang mampu

mengakibatkan kondisi komplikasi seperti stroke, penyakit jantung

koroner, dan gagal ginjal (Kementerian Kesehatan RI, 2019).

Berdasarkan data dari World Health Organization tahun 2019,

angka kejadian hipertensi menyerang 22% penduduk dunia. Pada wilayah

Afrika memiliki prevalensi hipertensi tertinggi sebesar 27%. Sedangkan

Asia Tenggara berada di posisi ke-3 tertinggi dengan prevalensi sebesar

25%.

Prevalensi hipertensi di Indonesia terjadi peningkatan dalam lima

tahun terakhir. Prevalensi pada tahun 2013 sebesar 25,8%, sedangkan

prevalensi pada tahun 2018 sebesar 34,1%. Prevalensi hipertensi di

Indonesia di dapat melalui pengukuran pada umur > 18 tahun sebesar

25,8%, tertinggi di Kalimantan Selatan sebesar 44,13%, diikuti Jawa Barat

sebesar 39,60%, Kalimantan Timur sebesar 39,30%, Jawa Tengah sebesar

37,57%, dan Kalimantan Barat sebesar 36,99%. Sedangkan prevalensi di

DKI Jakarta sebesar 33,43%. Prevalensi hipertensi di Indonesia yang

didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 8,36%,

1
2

yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sekitar 8,84%

(Kementerian Kesehatan RI, 2018)

Hipertensi yang tidak terkontrol akan menimbulkan berbagai

komplikasi, jika mengenai jantung kemungkinan akan terjadi infark

miokard, jantung koroner, dan gagal jantung kongestif, jika mengenai otak

akan terjadi stroke, ensevalopati hipertensif, dan jika mengenai ginjal

terjadi gagal ginjal kronis, sedangkan jika mengenai mata akan terjadi

retinopati hipertensif. Penyakit komplikasi akibat hipertensi merupakan

penyakit yang sangat serius dan dapat berdampak terhadap psikologis

pasien sehingga akan mengakibatkan kualitas hidup menurun terutama

pada kasus stroke, gagl ginjal, dan gagal jantung (Nuraini, 2015 ; Sartik,

2017).

Penatalaksanaan hipertensi meliputi farmakoterapi dan non

farmakoterapi. Penatalaksanaan farmakoterapi dilakukan dengan cara

pemberian obat antihipertensi yang bertujuan untuk mencegah komplikasi

pada hipertensi. Jenis obat antihipertensi yang sering digunakan antara lain

diuretik tiazide, penghambat adrenergik, angitensin converting enzyme

inhibitor (ACE-Inhibitor), antagonis kalsium, angiotensin-II-blocker,

vasodilator (Juniawan & Ashar, 2020). Sedangkan non farmakoterapi

dapat dilakukan dengan cara mengurangi stres, penurunan berat badan,

pengurangan alkohol, olahraga, dan relaksasi merupakan intervensi yang

bisa dilakukan pada terapi hipertensi (Rezky et al, 2015).


3

Salah satu relaksasi yang dapat menurunkan tekanan darah adalah

relaksasi autogenik. Relaksasi autogenik merupakan suatu metode yang

bersumber dari diri sendiri dan kesadaran tubuh dengan mengendalikan

ketegangan otot dan hati untuk perbaikan tekanan darah tinggi yang

diakibatkan terutama oleh stress. Relaksasi autogenik akan membantu

tubuh untuk membawa perintah melalui auto sugesti untuk rileks sehingga

dapat mengendalikan tekanan darah, denyut jantung dan suhu tubuh.

Perubahan-perubahan yang terjadi selama maupun setelah relaksasi

mempengaruhi kerja saraf otonom. Respon emosi dan efek menenangkan

yang ditimbulkan oleh relaksasi ini mengubah fisiologi dominan simpatis

menjadi dominan sistem parasimpatis (Dermawan & Nugroho, 2015).

Terapi relaksasi autogenik dapat menurunkan tekanan darah sistol dan

diastol dengan cara meningkatkan proses pengaliran hormon-hormon baik

keseluruh tubuh dan menstimulasi sistem saraf parasimpatis yang

membuat otak memerintahkan pengaturan renin angiotensin pada ginjal,

yang mengatur tekanan darah (Watanabe, 2016).

Efektifitas relaksasi autogenik dalam menurunkan tekanan darah

pada pasien hipertensi dibuktikan oleh beberapa peneliti sebelumnya.

Penelitian yang dilakukan oleh (Priyo et al, 2017) di dapatkan pengaruh

relaksasi autogenik terhadap penurunan tekanan darah pada pasien

hipertensi yang bertujuan untuk menurunkan tekanan darah menunjukkan

adanya penurunan tekanan darah. Nilai tekanan rata-rata tekanan darah

sistolik setelah dilakukan relaksasi autogenik mengalami penurunan


4

sebesar 39,85 mmHg, sedangkan pada tekanan darah diastolik terjadi

penurunan sebesar 14,95 mmHg, hal ini didukung juga oleh penelitian

yang dilakukan oleh (Darmawan et al, 2015) didapatkan hasil intervensi

sebelum dilakukan relaksasi autogenik 170/84 mmHg, dan sesudah

dilakukan relaksasi autogenik 155/82 mmHg. Menurut (Suratun et al,

2018) menunjukkan hasil penelitian bahwa terdapat penurunan tekanan

darah sistolik dan diastolik setelah dilakukan intervensi relaksasi

autogenik. Menurut (Untari et al, 2016) terdapat penurunan tekanan darah

setelah dilakukan intervensi relaksasi autogenik. Sebelum dilakukan

intervensi relaksasi autogenik sebesar 79% sedagkan setelah dilakukan

intervens relaksasi autogenik sebesar 21%. Menurut (Wijayanti Lono et al,

2020) terdapat penurunan tekanan darah setelah dilakukan intervensi

relaksasi autogenik. Nilai rata-rata tekanan darah sebelum dilakukan

intervensi relaksasi autogenik yaitu 140-159/90-99 mmHg, sedangkan

setelah dilakukan intervensi relaksasi autogenik terdapat penurunan nilai

rata-rata menjadi 120-129/80-84 mmHg.

Berdasarkan pengamatan penulis pada praktik keperawatan di

Rumah Sakit Pelni, pasien dengan keadaan kasus hipertensi banyak sekali,

namun tindakan mandiri keperawatan tidak dilaksanakan dengan baik.

Salah satu tindakan yang tidak dilakukan adalah tindakan relaksasi

autogenik, sehingga relaksasi autogenik ini harus di buat Standar

Operasional Prosedur (SOP).


5

Berdasarkan uraian diatas melihat tingginya angka kejadian dan

dampak dari hipertensi yang dapat membahayakan penderita, dan di

dukung dari beberapa penelitian terkait relaksasi autogenik dapat

menurunkan tekanan darah dan studi pendahuluan yang dilakukan penulis

bahwa relaksasi autogenik dapat menurunkan tekanan darah belum

diterapkan di rumah sakit, maka penulis tertarik untuk mengembangkan

Standar Operasional Prosedur (SOP) pemberian relaksasi autogenik dalam

upaya penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Standar

Operasional Prosedur relaksasi autgenik dalam upaya penurunan tekanan

darah pada pasien hipertensi”.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum.

Tersusunnya pengembangan standar operasional prosedur

relaksasi autogenik dalam upaya penurunan tekanan darah pada pasien

hipertensi.

2. Tujuan khusus.

a. Dikumpulkan dan di analisa artikel terkait pengembangan standar

operasional prosedur relaksasi autogenik dalam upaya penurunan tekanan

darah pada pasien hipertensi.

b. Diketahuinya efektifitas penerapan intervensi relaksasi autogenik dalam

upaya penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi melalui tinjauan

literatur.
6

D. Manfaat Penulisan

1. Pengembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

rujukan ataupun acuan dalam pengembangan standar operasional

prosedur relaksasi autogenik untuk menurunkan tekanan darah pada

pasien hipertensi.

2. Pelayanan Kesehatan

Melalui penulisan ini diharapkan standar operasional prosedur

relaksasi autogenik untuk menurunkan tekanan darah pada pasien

hipertensi dapat diterapkan oleh sejawat perawat yang lain dalam

upaya menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

3. Institusi

Melalui penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai

tambahan referensi kepustakaan terutama dalam mengembangkan

standar operasional prosedur relaksasi autogenik untuk menurunkan

tekanan darah pada pasien hipertensi.

4. Penulis

Melalui penulisan ini, penulis dapat menambah wawasan dan

pengetahuan tentang cara melakukan terapi relaksasi autogenik

untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Konsep Keperawatan Medikal Bedah
a. Definisi Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan medikal bedah adalah pelayanan profesional

berdasarkan ilmu keperawaatan medikal bedah dan tekhnik

keperawatan medikal bedah yang berbentuk pelayanan bio-psiko-

sosio-spiritual. Peran utama perawat adalah memberikan asuhan

keperawatan (Nursalam, 2013).

Keperawatan medikal bedah merupakan pelayanan

profesional yang didasarkan ilmu dan teknik keperawatan medikal

bedah berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang

komprehensif ditujukan pada orang dewasa dengan atau yang

cenderung mengalami gangguan fisiologi dengan atau tanpa

gangguan struktur akibat trauma (Anggraini, 2015).

b. Peran Perawat Medikal Bedah

Menurut Jumariah & Mulyadi (2017) peran perawat dibagi menjadi

lima, meliputi:

1) Pemberi Asuhan Keperawatan

Bertugas memberikan pelayanan berupa asuhan

keperawatan secara langsung kepada pasien, keluarga maupun

komunitas.

7
8

2) Penemu Kasus

Dilakukan dengan cara mencari kasus tersebut langsung

ke masyarakat atau dapat dilakukan dengan cara kunjungan

3) Pendidik Kesehatan

Perawat harus mampu mengkaji kebutuhan pasien dari

suatu penyakit dengn cara menyusun program penyuluhan atau

pendidikan kesehatan baik sehat maupun sakit.

4) Koordinator dan Kolaborator

Dengan cara mengkoordinir seluruh kegiatan upaya

pelayanan kesehatan pasien dalam mencapai tujuan kesehatan.

5) Konselor

Dengan cara melakukan konseling keperawatan sebagai

usaha memecahkan masalah secara efektif.

2. Konsep Hipertensi

a. Definisi Hipertensi

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis

ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan darah pada

dinding pembuluh darah arteri di atas normal atau kronis (dalam

waktu yang lama). keadaan tersebut mengakibatkan jantung bekerja

lebih keras untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh melalui

pembuluh darah. Secara umum seseorang dikatakan menderita

hipertensi jika tekanan darah sistolik atau diastoliknya melebihi


9

140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg) (Sudarmoko, 2015 ;

Sari, 2017 ; Apriyanti, 2015).

b. Etiologi Hipertensi

Sampai saat ini penyebab hipertensi secara pasti belum bisa

diketahui dengan jelas. Atau, dalam kalimat lain hampir seluruh

kasus hipertensi yang ada belum diketahui penyebabnya secara

pasti. Hal itu disebabkan kompleksnya faktor-faktor pemicunya.

Jika dilihat dari faktor pemicunya, faktor hipertensi dapat dibagi

menjadi dua yaitu faktor yang bisa dikontrol dan faktor yang tidak

bisa dikontrol (Sudarmoko, 2015).

1) Faktor yang dapat dikontrol meliputi:

a) Obesitas

Orang yang mengalami kegemukan atau obesitas

memang sangat berisiko terkena hipertensi. Lebih dari 50%

kasus hipertensi baik pada wanita maupun pria selalu

berhubungan dengan problem kegemukan (Sudarmoko,

2015).

b) Konsumsi alkohol

Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan

karbon monoksida, yaitu dapat meningkatkan keasaman

darah. Darah menjadi lebih kental dan jantung dipaksa

memompa darah lebih kuat lagi agar darah sampai ke

jaringan (Komaling et al, 2015).


1

c) Kurangnya aktivitas olahraga

Kurangnya olahraga mengakibatkan asupan kalori

yang masuk ke tubuh jauh lebih besar ketimbang yang

digunakan untuk beraktivitas sehingga bisa mengakibatkan

kegemukan. Padahal seperti yang telah disebutkan di atas,

kegemukan bisa menaikkan tekanan darah yang berarti

memperbesar risiko tekanan darah tinggi (Sudarmoko,

2015).

d) Konsumsi garam berlebih

Garam merupakan bumbu dapur yang biasa

digunakan untuk memasak. Konsumsi garam secara

berlebih dapat meningkatkan tekanan darah. Natrium adalah

kation utama dalam cairan ekstraseluler tubuh yang

berfungsi menjaga keseimbangan cairan, maka jika natrium

yang masuk ke dalam tubuh jumlahnya berlebih dapat

mengganggu keseimbangan cairan tubuh sehingga

menyebabkan edema atau asites, dan hipertensi (Kurniasari

et al, 2018).

e) Konsumsi makanan berlemak

Lemak yang ada di dalam makanan cenderung dapat

meningkatkan kolesterol, terutama lemak hewani yang

mengandung lemak jenuh. Kolesterol yang tinggi dapat


1

menyebabkan peningkatan darah tinggi (Manawan et al,

2016).

f) Stres

Stres dapat meningkatkan tekanan darah sewaktu.

Hormon adrenalin akan meningkat saat sedang stres, dan

akan terjadi peningkatan tekanan darah karena jantung

memompa darah lebih cepat (Nuraini, 2015).

2) Faktor yang tidak dapat dikontrol meliputi:

a) Genetik

Genetik menjadi salah satu resiko yang

menyebabkan hhipertensi pada suatu keluarga. Hal ini

berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler.

Di dapatkan kasus hipertensi esensial dengan riwayat

hipertensi dalam keluarga (Nuraini, 2015).

b) Jenis kelamin

Wanita diketahui mempunyai tekanan darah lebih

rendah dibandingkan dengan pria ketika berusia 20 sampai

30 tahun. Tetapi akan mudah menyerang wanita ketika

berumur 55 tahun, sekitar 60% wanita lebih berpengaruh

menderita hipertensi karena terjadi perubahan hormon

setelah menopause (Triyanto, 2014).


1

c) Usia

Dari berbagai penelitian didapatkan fakta bahwa

semakin tinggi usia ses

Seorang maka semakin tinggi pula tekanan

darahnya. Pada umumnya hipertensi pada pria terjadi di atas

usia 31 tahun, sedangkan pada wanita terjadi setelah usia 45

tahun atau setelah masa menopause (Sudarmoko, 2015).

d) Pekerjaan, pendidikan, dan sosio ekonomi

Orang dengan pekerjaan yang berat, sering lembur,

dan kurang istirahat misalnya, sangat berisiko terkena

hipertensi (Sudarmoko, 2015).

e) Lingkungan

Lingkungan yang tidak sehat bisa memengaruhi

seseorang untuk menjalani gaya hidup sembarangan yang

kemudian bisa berujung pada hipertensi (Sudarmoko,

2015).

c. Patofisiologi Hipertensi

Secara umum, terjadinya peningkatan tekanan darah atau

hipertensi dapat terjadi melalui beberapa mekanisme berikut

menurut (Sari, 2017) :

1) Perubahan pada pembuluh darah

Perubahan yang terjadi pada pembuluh darah berupa

adanya aterosklerosis yaitu penumpukan plak ateromosa di


1

pembuluh darah, yang menyebabkan penebalan pada dinding

pembuluh darah dan mengurangi elastisitasnya. Hal inilah

yang menyebabkan lumen pembuluh darah menyempit

sehingga terjadi kelainan aliran darah. Selain akibat

aterosklerosis, perubahan pada pembuluh darah juga dapat

terjadi akibat berkurangnya elastisitas pembuluh darah. Hal ini

disebabkan oleh proses penuaan.

2) Sistem renin-angiotensin

Pada umumnya, hipertensi terjadi akibat terbentuknya

angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting

enzyme (ACE). Dalam hal ini, angiotensi II berperan dalam

mengatur tekanan darah melalui dua cara berikut:

a) Angiotensi II meningkatkan sekresi hormon anti diuretik

atau anti diuretic hormone (ADH) yang diproduksi di

hipotalamus dan juga dapat meningkatkan rasa haus.

Peningkatan ADH menyebabkan sedikit urine yang

diekskresikan ke luar tubuh atau biasa disebut dengan

antidiuresis. Hal ini yang menyebabkan urine menjadi pekat

dan osmolalitasnya meningkat. Untuk mengencerkannya,

peningkatan volume cairan ekstraseluler dilakukan dengan

cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Hal inilah yang

menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi

peningkatan darah
1

b) Angiotensi II menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks

adrenal. Aldosteron berperan penting bagi ginjal.

Aldosteron berperan dalam mereabsorpsi garam (NaCI) dari

tubulus ginjal sehingga mengurangi eksresi garam. Hal

tersebut dilakukan untuk mengatur volume cairan

ekstraseluler. Konsentrasi garam yang meningkat akan

diencerkan kembali dengan meningkatkan volume cairan

ekstraseluker sehingga terjadi peningkatan volume dan

tekanan darah.

3) Perubahan fungsi ginjal

Ginjal memiliki peran penting dalam mengendalikan

teknan darah. Dalam hal ini, peningkatan tekanan darah dapat

terjadi akibat ginjal mengeluarkan enzim renin yang memicu

pembentukan hormon angiotensin II. Hormon tersebut dapat

memicu pelepasan hormon aldosteron.

Selain itu, peningkatan tekanan darah juga dapat terjadi

akibat adanya penyempitan pada arteri yang menuju ke salah

satu ginjal, atau akibat adanya cedera pada ginjal.

d. Klasifikasi Hipertensi

1) Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Etiologi

a) Hipertensi Primer

Hipertensi primer merupakan akibat dari interaksi

kompleks antara faktor genetik dengan lingkungan yang


1

dimediasi oleh kondisi neurohormonal seseorang. Berbagai

mekanisme patofisiologis memunculkan hipertensi primer

ini. Mekanisme-mekanisme tersebut mencakup mekanisme

system saraf simpatis, renin angotensin aldosterone system,

dan Natriuretic peptide (Hueter, 2019).

b) Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder terjadi akibat adanya penyakit

yang mendasarinya, atau terjadi akibat pemakaian obat-

obatan tertentu, dimana menyebabkan terjadinya

peningkatan resistensi vascular perifer atau peningkatan

output jantung (Hueter, 2019).

2) Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Drajat Hipertensi

Tabel 2.1 Klasifikasi takanan darah pada dewasa


menurut Joint National Committee (JNC) VII [1].
Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistolik Diastolik
Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg
Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg
Stadium 2 >= 160 mmHg (atau) >= 100 mmHg
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik

mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan darah diastolik

kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam

kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia

lanjut (Apriyanti, 2015).


1

e. Tanda dan Gejala Hipertensi

Menurut Sari (2018) hipertensi tidak memiliki gejala

spesifik. Secara fisik, penderita hipertensi juga tidak menunjukkan

kelianan apa pun. Gejala hipertensi cenderung menyerupai gejala

atau keluhan kesehatan pada umumnya sehingga sebagian orang

tidak menyadari bahwa dirinya terkena hipertensi. Adapun gejala

umum yang dirasakan penderita meliputi:

1) Jantung berdebar.

2) Penglihatan kabur.

3) Sakit kepala disertai berat pada tengkuk.

4) Mual, muntah.

5) Telinga berdenging.

6) Gelisah.

7) Rasa sakit di dada.

8) Mudah lelah.

Sedangkan gejala umum yang di rasakan pada penderita

hipertensi menurut (Triyanto, 2014) meliputi:

1) Pusing.

2) Gangguan penglihatan.

3) Sakit kepala.
1

f. Komplikasi Hipertensi

Komplikasi dari hipertensi menurut Ardiansyah (2015) meliputi :

1) Stroke

Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di

dalam otak atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh

nonotak. Stroke bisa terjadi pada hipertensi kronis apabila

arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan

penebalan pembuluh darah sehingga aliran darah pada area

tersebut berkurang. Arteri yang mengalami aterosklerosis

dapat melemah dan meningkatkan terbentuknya aneurisma.

2) Infark Miokardium

Infark miokardium terjadi saat arteri koroner

mengalami arterosklerotik tidak pada menyuplai cukup

oksigen ke miokardium apabila terbentuk thrombus yang dapat

menghambat akiran darah melalui pembuluh tersebut. Karena

terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel maka

kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat terpenuhi dan

dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.

3) Gagal ginjal

Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya

tekanan pada kapiler-kapiler glomerulus. Rusaknya glomerulus

membuat darah mengalir ke unti fungsional ginjal, neuron

terganggu, dan berlanjut menjadi hipoksik dan kematian.


1

Rusaknya glomerulus menyebabkan protein keluar melalui

urine dan terjadilah tekanan osmotic koloid plasma berkurang

sehingga terjadi edema pada pasien hipertensi kronik.

4) Ensefalopati

Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi

maligna (hipertensi yang mengalami kenaikan darah dengan

cepat). tekanan yang tinggi disebabkan oleh kelainan yang

membuat peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan

ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat.

g. Penatalaksanaan Hipertensi

Tujuan penatalaksanaan dari hipertensi adalah menurunkan

tekanan darah hal ini dapat dicapai dengan terapi non farmakologi

dan terapi farmakologis.

1) Terapi Non Farmakologis

a) Relaksasi Autogenik

Intervensi non farmakologis yang dapat diterapkan

dalam penurunan tekanan darah antara lain adalah relaksasi

autogenik yang bersumber pada diri sendiri berupa kalmat

pendek ataupun pikiran yang dapat membuat pikiran

menjadi tentram (Wijayanti et al, 2020).


1

b) Diet rendah garam

Dapat menurunkan tekanan darah pada penderita

hipertensi. Dengan mengurangi konsumsi garam dapat

mengurangi stimulasi system renin-angiotensin sehingga

sangat berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan

natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-

6gram per hari (Aspiani, 2016).

Asupan Natrium yang tinggi ketika diserap oleh

pembuluh darah mengakibatkan adanya retensi air, sehingga

volume darah meningkat dan menyebabkan pengeluaran

berlebihan dari hormon natriouretik yang secara tidak

langsung akan meningkatkan tekanan darah (Purwono et al,

2020).

b) Diet kaya buah dan sayur (Aspiani, 2016).

c) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung

koroner (Aspiani, 2016).

d) Penurunan berat badan

Dengan cara menurunkan berat badan agar tidak

obesitas adalah salah satu cara mengurangi tekanan darah,

kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan

volume sekuncup. Penurunan berat badan adala hal yang

sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah (Aspiani,

2016).
2

e) Olahraga dan Aktifitas fisik

Olahraga teratur seperti lari minimal 40 menit

selama 3-4 kali dalam seminggu, berenang 3-4 kali dalam

seminggu, bersepeda, dan berjalan bermanfaat untuk

menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan

jantung.

Melakukan aktifitas fisik dapat mengurangi kerja

saraf simpatik, pembuluh darah lebih sehat terhidar dari

stress oksidatif dan peradangan, menekan aktifitas renin

sehingga pembuluh darah vasodilatasi dan tekanan darah

turun (Sihotang & Elon, 2020).

b) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat

Tidak mengkonsumsi alkohol dan berhenti merokok

merupakan salah satu upaya untuk mengurangi efek jangka

panjang hipertensi, karena asap rokok dapat menurunkan

aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan

kerja jantung (Aspiani, 2016).

2) Terapi Farmakologis

Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang

dianjurkan oleh Joint National Committee (JNC) VII yaitu

diuretik, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron

antagonis, beta blocker, calcium chanel blocker atau calcium

antagonist, Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI),


2

Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist

blocker (ARB) diuretik tiazid (misalnya bendroflumetiazid).

Adapun contoh-contoh obat anti hipertensi menurut

Nuraini (2015) meliputi:

1) Beta‐ bloker seperti propanolol, atenolol.

2) Penghambat angiotensin converting enzymes seperti

captopril, enalapril.

3) Antagonis angiotensin II seperti candesartan, losartan.

4) Calcium channel blocker seperti amlodipin, nifedipin.

5) Alpha‐ blocker seperti doksasozin.

h. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi

Menurut Nisa (2020), pemeriksaan penunjang hipertensi

terbagi menjadi lima, antara lain:

1) Pemeriksaan laboratorium

a) Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap

volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan

faktor risiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.

b) BUN/ kreatinin: memberikan informasi tentang

perfusi/fungsi ginjal.

c) Glukosa: Hiperglikemi (diabetes melitus adalah pencetus

hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar

ketokolamin.
2

d) Urinalisa: darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi

ginjal dan ada diabetes melitus.

2) CT Scan

Mengkaji adanya tumor serebral, enselopati.

3) EKG

Menunjukkan pola regangan di mana luas, peninggian

gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung

hipertensi.

4) IVP

Mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: batu

ginjal, perbaikan ginjal.

5) Foto Thoraks

Menunjukkan destruksi kalsifikasi pada area katup,

pembesaran jantung.

3. Konsep Tekanan Darah

a. Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan dari aliran darah dalam

pembuluh nadi (arteri). Tekanan darah merupakan faktor yang

sangat penting dalam sirkulasi. Tidak semua tekanan darah dalam

batas normal, sehingga terjadi gangguan pada tekanan darah yang

dikenal sebagai tekanan darah tinggi atau hipertensi dan tekanan

darah rendah atau hipotensi (Fitriani & Nilamsari, 2017).


2

Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah

terhadap dinding pembuluh. Besarnya tekana darah ditentukan oleh

curah jantung dan tahanan pembuluh darah tepi terhadap aliran

darah yang megalir. Tekanan darah dinyatakan dengan dua besaran

tekanan darah yaitu tekanan sistolik dan tekanan diastolik dalam

satuan mmHg (Adidarma et al, 2016).

Tekanan darah adalah tekanan dari darah yang dipompa

oleh jantung terhadap dinding arteri.darah di pompa melalui dua

sistem sirkulasi dalam jantung yaitu sirkulasi pulmonal dan

sirkulasi sistemik. Tekanan darah diukr dalam milimeter air raksa

(mmHg) dan dicatat sebagai dua nilai yang berbeda yaitu tekanan

darah sistolik dan diastolik. Tekanan darah sistolik terjadi ketika

ventrikel berkontraksi dan mengeluarkan darah ke arteri, sedangkan

tekanan darah diastolik terjadi ketika ventrikel berelaksasi

(Amiruddin et al, 2015).

b. Pengukuran Tekanan Darah

Menurut Basyar et al (2016) tekanan darah dapat diukur

secara langsung dan tidak langsung meliputi :

1) Pengukuran Langsung

Dilakukan dengan cara memasukkan alat pengukur

tekanan darah ke sebuah jarum yang kemudian dimasukkan ke

dalam arteri.
2

2) Pengukuran Tidak Langsung

Dapat dilakukan dengan menggunakan manset yang

dapat dikembungkan (tensimeter) yang dipakai secara

eksternal dan dihubungkan dengan pengukur tekanan darah

dengan cara mengelilingi lengan atas dengan manset kemudia

dikembungkan dengan udara

Hipertensi merupakan salah satu faktor penyebab utama

kematian akibat stroke dan serangan jantung. Maka, selain

terapi farmakologi seperti konsumsi obat antihipertensi,

diperlukan juga terapi nonfarmakologi salah satunya dengan

relaksasi autogenik.

c. Standar Operasional Prosedur Pengukuran Tekanan Darah

Menurut Apriyanti, 2015 adapun cara pengukuran tekanan

darah menggunakan spygnomanometer antara lain :

1) Sebelum dilakukan pengukuran darah anjurkan pasien untuk

istirahat terlebih dahulu selama 5 – 15 menit.

2) Pemeriksaan tekanan darah dilakukan dalam posisi duduk

dengan posisi kaki tidak menyilang tetapi kedua telapak kaki

datar menyentuh lantai. Letakkan lengan kanan atau kiri pasien

di atas meja sehingga manset yang akan digunakan sejajar

dengan jantung pasien.


2

3) Singsingkan lengan baju pada lengan bagian kanan atau kiri

pasien dan memintanya untuk tetap duduk tanpa banyak

bergerak dan tidak berbicara pada saat pengukuran.

Gambar 2.1 Posisi Pengukuran Tekanan Darah

4) Gunakan manset sesuai kebutuhan pasien.

a) Masukkan ujung pipa manset pada bagian alat.

b) Perhatikan arah masuknya perekat manset.

c) Pakai manset sesuai kebutuhan pasien, perhatikan arah

selang.
2

Gambar 2.2 Cara Pemasangan Manset Pada Tensimeter

Digital

d) Pastikan selang sejajar dengan jari tengah, dan posisi lengan

terbuka ke atas.

Gambar 2.3 Cara Pemasangan Manset Pada Lengan

e) Jika manset sudah di pasang dengan benar, rekatkan manset

agar menghasilkan pengukuran yang akurat.

5) Tekan tombol “START” untuk memulai mengukur tekanan

darah. Jika anda lupa mematikan alat, maka alat akan mati

dengan sendirinya dalam 5 menit.

Gambar 2.4 Cara Mengaktifkan Tensimeter Digital


2

6) Catat hasil pengukuran pada formulir pemeriksaan.

7) Pengukuran dapat dilakukaan dua kali, jarak antara dua

pengukuran sebaiknya 2 menit dengan melepaskan manset

pada bagian lengan lalu di pasang kembali.

Gambar 2.5 Contoh Angka Hasil Pengukuran Tensimeter

Digital

8) Apabila pasien tidak bisa duduk, pengukuran dapat diilakukan

dengan posisi berbaring, dan catat kondisi tersebut di lembar

catatan.

d. Hal Yang Perlu Diperhatikan Sebelum Mengukur Tekanan Darah

Menurut Apriyanti, 2015 Beberapa hal yang perlu

diketahui berkaitan dengan pengukuran tekanan darah, yaitu

bahwa hasil pengukuran tekanan darah bisa “tidak benar” akibat

minum kopi atau minuman beralkohol akan meningkatkan

tekanan darah dari nilai sebenarnya. Demikian juga merokok,

rasa cemas (tegang), terkejut, dan stress.Ingin kencing, karena

kandung kemih penuh, juga dapat meningkatkan tekanan darah.


2

Oleh karena itu, sebelum melakukan pengukuran tekanan darah,

sebaiknya:

1) Buang air kecil terlebih dahulu ( kosongkan kandung kemih ).

2) Tidak minum kopi atau minum minuman yang beralkohol, dan

tidak merokok.

3) Tenangkan pikiran dan perasaan dengan cara duduk santai

selama kurang lebih 5 – 15 menit. Duduk dengan menapakkan

kaki di lantai dan sandarkan punggung. Menapakkan kaki dan

menyandarkan punggung akan membantu untuk rileks dan

memberikan hasil pengukuran tekanan darah yang lebih akurat.

4. Konsep Relaksasi Autogenik

a. Definisi Relaksasi Autogenik

Relaksasi autogenik merupakan suatu metode yang

bersumber dari diri sendiri dan kesadaran tubuh dengan

mengendalikan ketegangan otot dan pikiran untuk menurunkan

tekanan darah tinggi yang diakibatkan oleh stres (Marleni &

Haryani, 2019).

Relaksasi autogenik merupakan relaksasi yang seakan

menempatkan diri kedalam kondisi terhipnotis ringan. Kita dapat

memerintahkan tubuh untuk merasa rileks untuk mengatasi gejala

stress misalnya memerintahkan dahi agar terasa sejuk untuk

meredakan nyeri kepala (Mardiono, 2016).


2

b. Tujuan Relaksasi Autogenik

Relaksasi autogenik dapat menurunkan denyut jantung,

menurunkan ketegangan otot, meningkatkan kesejahteraan dan

mengurangi tekanan gejala pada individu yang mengalami berbagai

situasi (misalnya komplikasi dari pengobatan medis atau penyakit

atau duka cita karena kehilangan orang terdekat) (Watanabe, 2016).

Teknik relaksasi autogenik bertujuan agar individu dapat

mengontrol diri ketika terjadi rasa ketegangan dan stress yang

membuat individu merasa dalam kondisi yang tidak nyaman

(Virvogli & Daviri, 2011).

c. Manfaat Relaksasi Autogenik

Relaksasi autogenik akan membantu tubuh untuk

membawa perintah melalui auto sugesti untuk rileks sehingga

dapat mengendalikan tekanan darah, denyut jantung dan suhu

tubuh. Sensasi tenang, ringan dan hangat yang menyebar ke

seluruh tubuh tubuh merupakan efek yang bisa dirasakan dari

relaksasi autogenik. Perubahan – perubahan yang terjadi selama

maupun setelah relaksasi mempengaruhi kerja saraf otonom.

Respon emosi dan efek menenangkan yang ditimbulkan oleh

relaksasi ini mengubah fisiologi dominan simpatis menjadi

dominan system parasimpatis (Dermawan & Nugroho, 2015).

Terapi relaksasi autogenik bermanfaat dalam menurunkan

denyut jantung dan tekanan darah, menurunkan ketegangan otot,


3

meningkatkan kesejahteraan, dan mengurangi gejala komplikasi

dan pengobatan medis (Krisanty, 2018).

d. Mekanisme Relaksasi Autogenik dlalam Menurunkan Tekanan

Darah

Terapi relaksasi autogenik akan membantu tubuh untuk

membawa perintah sugesti yang rileks sehingga dapat

mengendalikan tekanan darah, denyut jantung, dan suhu tubuh.

Sensasi tenang, hangat, dang ringan yang menyebar ke seluruh

tubuh merupakan efek yang bisa di rasakan dari relaksasi

autogenik (Dermawan & Nugroho, 2015).

Terapi relaksasi autogenik dapat memberikan efek yang

menenangkan, memberi rasa nyaman, dan sekaligus dapat

menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Di dapatkan

hasil pengaruh relaksasi autogenik terhadap penurunan tekanan

darah setelah 6 hari pada sistol dan diastol. Penurunan tekanan

darah sistolik sebesar 39,85 mmHg dan pada tekanan darah

diastolik terjadi penurunan sebesar 14,95 mmHg (Priyo et al,

2017).

e. Indikasi

Menurut Neneng et al (2017) indikasi pada relaksasi

autogenik adalah sebagai berikut:

1) Pasien dengan masalah tekanan darah, untuk semua drajat

hipertensi.
3

2) Pasien dengan masalag mental seperti ketegangan dan stress.

f. Kontra Indikasi

Menurut Saunders (2013) kontra indikasi pada relaksasi

autogenik adalah sebagai berikut:

1) Pasien dengan masalah serius seperti diabetes mellitus (DM).

2) Pasien dengan masalah jantung.

g. Standar Operasional Prosedur Relaksasi Autogenik

Adapun langkah-langkah dalam melakukan relaksasi

autogenik menurut Asmadi (2015) meliputi:

1) Persiapan sebelum memulai relaksasi autogenik

a) Tubuh dalam keadaan berbaring, kepala dan kaki di

sanggah dengan bantal, dan mata terpejam.

Gambar 2.6 Posisi Berbaring Menggunakan Bantal

Relaksasi Autogenik

b) Atur napas menjadi lebih teratur.

c) Tarik napas sekuat-kuatnya, lalu buang secara perlahan

sambil katakan dalam hati „saya damai dan tenang‟.

2) Langkah 1 : merasakan berat

a) Fokuskan perhatian pada lengan dan bayangkan kedua

lengan terasa berat. Selanjutnya, secara perlahan bayangkan


3

kedua tangan terasa kendur, ringan hingga terasa sangat

ringan sekali sambil katakan „saya merasa damai dan

tenang sepenuhnya‟.

b) Lakukan hal yang sama pada bahu, punggung, leher, dan

kaki.

Gambar 2.7 Teknik Relaksasi Memberikan Sugesti

3) Langkah 2 : merasakan denyut jantung

a) Tempelkan tangan kanan pada dada kiri dan tangan kiri

pada perut.

b) Bayangkan dan rasakan jantung berdenyut dengan teratur

dan tenang. Sambil katakan „jantungnya berdenyut dengan

teratur dan tenang‟.

c) Ulangi enam kali.

d) Katakan dalam hati „saya merasa damai dan tenang‟.

4) Langkah : akhir latihan

Mengakhiri lathan relaksasi autogenk dengan cara

mengepalkan lengan bersamaan dengan napas dalam, lalu

buang napas secara perlahan sambil membuka mata.


3

Gambar 2.8 Teknik Menghirup Napas

Gambar 2.9 Teknik Relaksasi Menghembuskan Napas


3

B. Kerangka Konseptual

Faktor risiko
penyebab hipertensi yang tidak dapat dimodifikasi :
Keturunan
Jenis kelamin
Usia
Pekerjaan
Alat ukur: Lingkungan
1) Spygnomanometer.
2) Stetosko Faktor risiko penyebab hipertensi yang dapat
p. Hasil
normal
Sistol : <120 1) Obesitas/kegemukan. Konsumsi alkohol.
mmHg. Diastol : 2) Diet garam (natrium).
Hipertensi
<80 mmHg. 3)
Pre-Hipertensi 4) Konsumsi berlemak.
makanan
Sistol : 120-139
mmHg. Diastol : 80- Kurang aktivitas.
89 mmHg. Stress.
Studi literatur terkait SOP terapi relaksasi autogenik
Stadium 1
Sistol : 140-159
mmHg. Diastol : 90-
99 mmHg.

Pengembangan SOP
Gambarterapi
2.1 Kerangka Konseptual
Sumber : Sudarmoko, 2015 ; Komaling et al, 2015 ; Kurniasari et al, 2018
; Manawan
relaksasi et al, 2016.
autogenik
BAB III
METODE PENULISAN

A. Metodologi

Metodologi yang digunakan dalam pengembangan standar

oprasional prosedur (SOP) relaksasi autogenik terhadap penurunan

tekanan darah pada pasien hipertensi adalah literature review. Literature

review adalah langkah pertama dan penting dalam sebuah metodologi

penelitian bertujuan untuk mengumpulkan dan mengambil intisari dari

penelitian sebelumnya dan meganalisis beberapa overview para ahli yang

tertulis dalam teks. Literature review memiliki peran sebagai landasan bagi

berbagai jenis penelitian karena hasil Literature review memberikan

pemahaman tentang perkembangan pengetahuan, sumber stimulus

kebijakan, memantik penciptaan ide baru dan berguna sebagai panduan

untuk penelitan bidang tertentu (Synder, 2019).

B. Plan Do, Study, and Act (PDSA)

a. Plan

1) Akan mengumpulkan jurnal-jurnal terkait standar pengembangan

Standar Operasional Prosedur (SOP) teknik relaksasi autogenik

pada pasien hipertensi dalam upaya penurunan tekanan darah.

2) Akan mengidentifikasi jurnal-jurnal terkait pengembangan Standar

Operasional Prosedur (SOP) teknik relaksasi autogenik pada pasien

hipertensi dalam upaya penurunan tekanan darah,

35
3

3) Akan menganalisis jurnal standar pengembangan prosedur (SOP)

relaksasi autogenik pada pasien hipertensi dalam upaya penurunan

tekanan darah untuk dikembangan menjadi SOP yang baru.

4) Akan menyusun standar operasional prosedur yang baru.

b. Do

Penulis akan mengembangkan SOP dengan menganalisis terapi

relaksasi autogenik pada pasien hipertensi dalam upaya penurunan

tekanan darah.

c. Study

1) Penulis melakukan study literature minimal lima jurnal terkait

relaksasi autogenik pada pasien hipertensi dalam upaya

penurunan tekanan darah.

2) Penulis mencari jurnal atau teori pendukung sebagai bentuk

rasionalisasi asuhan keperawatan dalam setiap proses atau langkah

pada SOP yang penulis kembangkan.

3) Penulis menganalisis hasil pencarian literature review terkait

teknik relaksasi autogenik pada pasien hipertensi dalam upaya

penurunan tekanan darah.

4) Penulis menetapkan langkah-langkah yang tepat saat melakukan

pengembangan SOP terkait relaksasi autogenik sehingga menjadi

SOP yang baru.


3

d. Act

Tersusunnya pengembangan SOP teknik relaksasi autogenik

yang baru terhadap penurunan tekanan darah agar hasil yang

didapatkan menjadi lebih tepat.


3

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan terkait hasil literature review

dalam pengembangan standar operasional prosedur relaksasi autogenik dalam

upaya penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi serta pembahasan dari SOP

yang telah dikembangkan.

A. Hasil

1. Hasil Penelusuran Literature Review Relaksasi Autogenik pada Pasien

Hipertensi.

Tabel 2.2 Hasil Penelusuran Lteratur Review SOP dalam Upaya


Penurunan Tekanan Darah Tinggi pada Pasien Hipertensi
No Judul Penulis Metode Intervensi Hasil
Penelitian Penelitian
1. Terapi Priyo et Penelitian ini 1. Menjelask Sebelum
Relaksasi al merupakan an tujuan dilakukan
Autogenik (2017). eksperimen tindakan intervensi
untuk dengan relaksasi relaksasi
Menurunka menggunaka autogenik. autogenik
n Tekanan n rancangan 2. Mencuci rata-rata
Darah dan penelitian tangan 6 tekanan
Sakit eksperimen langkah darah
Kepala semu (quasy- 3. Mengguna sebesar
pada Lansia experiment). kan 173,85
Hipertensi Dilakukan sarung mmHg,
di Daerah penilaian tangan. dan
Rawan sebelum dan 4. Intervensi setelah
Bencana sesudah dilakukan dilakukan
Merapi. dilakukan kurang intervensi
intervensi. lebih relaksasi
Teknik selama 15 autogenik
pengambilan menit. menurun
sample yang 5. Mengukur menjadi
digunakan tekanan 95,15
adalah darah mmHg.

38
3

No Judul Penulis Metode Intervensi Hasil


Penelitian Penelitian
purposive sebelum Dapat
sampling, dilakukan dilihat dari
yaitu lansia tindakan. hasil
berusia >56 6. Mengatur penelirian
tahun. posisi ini bahwa
Penelitian pasien. relaksasi
berlangsung 7. Mendoku autogenik
3 minggu mentasika dapat
dengan 6 kali n hasil menurunk
terapi dengan tindakan. an tekanan
responden darah.

2. Pengaruh Darma Dalam 1. Mengucap Dapat


Terapi wan et penelitian ini kan salam diketahui
Relaksasi al, ada dua terapeutik. nilai rata-
Autogenik 2015. variabel yaitu 2. Memberik rata
Terhadap variabel an tekanan
Perubahan intervensi informed darah
Tekanan dan variael consent. sistol
Darah dependen 3. Mempersi sebelum
Hipertensi atau variabel apkan alat dilakukan
di terkait. dan intervensi
Posyandu. Variabel bahan. relaksasi
intervensi 4. Mengukur autogenik
adalah terapi tekanan sebesar
relaksasi darah 170,50
autogenik, awal. mmHg
sedangkan 5. Mengatur dan
variabel posisi tekanan
dependen pasien. darah
(variabel 6. Latihan diastol
terkait) diawali 84,30
adalah dengan mmHg
perubahan memejam sedangkan
tekanan darah kan mata rata-rata
dengan 7. Mensuges tekanan
menggunaka ti kedua darah
n kaki sistol
sphynomano terasa setelah
meter. berat dilakukan
kemudian intervensi
perlahan relaksasi
menjadi autogenik
terasa sebesar
4

No Judul Penulis Metode Intervensi Hasil


Penelitian Penelitian
ringan. 155,10
8. Tarik mmHg
napas dan dan
hembuska tekanan
n napas darah
sambil diastol
mengucap sebesar
kan 81,90
mantra- mmHg
mantra
verbal
seperti
tubuh
saya sehat
tubuh
saya kuat.
9. Mensuges
ti kedua
lengan
terasa
berat
kemudisn
perlahan
menjadi
terasa
ringan.
10.Tarik
napas dan
hembuska
n napas
sambil
mengucap
kan
mantra
- mantra
verbal
seperti
tubuh
saya sehat
tubuh
saya kuat.
11.Mensuges
ti kedua
pundak
4

No Judul Penulis Metode Intervensi Hasil


Penelitian Penelitian
terasa
berat
kemudian
menjadi
terasa
ringan.
12.Tarik
napas dan
hembuska
n napas
sambil
mengucap
kan
mantra -
mantra
verbal
seperti
tubuh
saya sehat
tubuh
saya kuat.
13.Mengukur
tekanan
darah
setelah
dilakukan
intervensi.
14.Mendoku
mentasika
n hasil
kegiatan.

3. Pengaruh Suratun Penelitian ini 1. Mencuci Diketahui


Relaksasi et al, merupakan tangan. nilai rata-
Autogenik 2018. penelitan 2. Mengukur rata
terhadap kuantitatif. tekanan tekanan
Perubahan Desain darah darah
Tekanan penelitian awal. sistolik
Darah pada yang 3. Melakuka sebelum
Pasien digunakan n dilakukan
Riwayat adalah Quasi- intervensi intervensi
Hipertensi. experiment relaksasi relaksasi
pre-posttest autogenik autogenik
grup design. selama 15 sebesar
4

No Judul Penulis Metode Intervensi Hasil


Penelitian Penelitian
Dilkaukan menit. 135,38
observasi 4. Mengukur mmHg,
pertama tekanan dan nilai
(pretest) pada darah rata-rata
kelompok, setelah tekanan
setelah itu dilakukan darah
dilakukan intervensi diastolik
pengukuram relaksasi sebesar
kedua (post- autogenik. 86,16
test) dan hasil 5. Mendoku mmHg.
pengukuran mentasika Sedangkan
akan n hasil nilai rata-
dibandingkan tindakan. rata
dengan hasil tekanan
pengukuran darah
saat pretest. diastolik
Adapun settelah
kriteria yang dilakukan
peneliti intervensi
tetapkan relaksasi
antara lain autogenik
pasien usia sebesar
pra lansia dan 128,24
lansia yang mmHg,
datang ke dan nilai
Puskesmas/P rata-rata
os Yandu tekanan
lansia berusia darah
diatas 4o diastolik
tahun dengan sebesar
riwayat 84,83
hipertensi mmHg.
serta minum Dari hasil
obat penelitian
antihipertensi diatas
. dapat
disimpulk
an
terdapat
penurunan
tekanan
darah
setelah
dilakukan
4
4

No Judul Penulis Metode Intervensi Hasil


Penelitian Penelitian
intervensi
relaksasi
autogenik.

4. Teknik Untari Berdasarkan 1. Mengucap Data


Relaksasi et al, rancangan kan salam pengukura
Autogenik 2020. penelitian terapeutik. n tekanan
dan yang 2. Intervensi darah
Relaksasi digunakan dilakukan sebelum
Otot adalah selama 15 dilakukan
Progresif bersifat pre menit. intervensi
Terhadap eksperimenta 3. Menjelask relaksasi
Tekanan l (one group an autogenik
Darah Pada pre-post test prosedu pada
Lansia design). rtindakan hipertensi
Dengan Dalam relaksasi stadium I
Hipertensi. penelitian ini autogenik. sebanyak
yang 4. Mengatur 11 orang
merupakan posisi (79%),
variabel pasien. sedangkan
independen 5. Mengukur data
adalah teknik tekanan pengukura
relaksasi darah. n setelah
autogenik dilakukan
dan teknik intevensi
relaksasi otot relaksasi
progresif, autogenik
sedangkan pada
variabel hipertensi
dependen stadium I
adalah menurun
tekanan menjadi 3
darah. Pada orang
penelitiaan (21%).
ini
populasinya
adalah
seluruh
anggota
Posyandu
Lansia
sebanyak 30
orang.
4

No Judul Penulis Metode Intervensi Hasil


Penelitian Penelitian
5. Pengaruh Wijaya Proses 1. Melakuka Dari 60

Autogenik nti et penelitian n pendek


Relaksasi al, dilakukan 3 informed
dan Aroma 2020. tahap, tahap consent.
Terapi pertama pre 2. Mencuci
Cendana test pada tangan.
Terhadap tahap ini 3. Mengguna
Tekanan diukur kan
Darah Pada tekanan darah sarung
Lansia pada hari ke- tangan
Hipertensi. 1, kemudian 4. Latihan
intervensi diawali
berupa dengan
latihan menarik
relaksasi nafas
autogenik yang
yang dalam dan
dikombinasik perlahan-
an dengan perlahan
aromaterapi melalui
cendana, hidung
serta yang sambil
terakhir yaitu memejam
post test, kan mata
diukur dan
kembali menghiru
tekanan darah p
responden aromatera
setelah pi
dilakukan cendana
intervensi 5. Kemudian
relaksasi menghem
autogenik buskan
dan nafas
aromaterapi perlahan-
cendana. lahan
melalui
mulut
disertai
berupa
kata-kata
atau
kalimat
4

responden sebagian
besar (71,7%)
berjenis kelamin
perempua n, sedangkan
berdasarka n usia
menunjuk kan bahwa
sebagian besar
responden (71,7%)
berusia 60-74
tahun dimana dalam
usia tersebut menunjuk
kan bahwa sebelum
dilakukan intervensi
sebagian besar (53,3%)
memiliki tekanan darah
dengan kategori
hiperrtensi tingkat 1
yaitu 140- 159/90-99
mmHg dan setelah
4

No Judul Penulis Metode Intervensi Hasil


Penelitian Penelitian
tau sugesti diberikan
yang bisa intervensi
membuat relaksasi
pikiran autogenik
tentram, mengguna
contohnya kan
kalimat aromatera
istighfar pi cendana
“Astagfiru menunjuk
llahhal’ad kan bahwa
zim”, hampir
kalimat seluruhnya
tasbih (76,7%)
“Subhana memiliki
llah”, atau tekanan
yang la darah
in yang dengan
bisa kategori
mensugest normal
i. yaitu 120-
6. Mendoku 129/80-84
mentasika mmHg.
n hasil
tindakan.

2. Pengembangan SOP Relaksasi Autogenik pada Pasien Hipertensi

Tabel 2.3 Pengembangan SOP Relaksasi Autogenik pada Pasien

Hipertensi.

No SOP Rasionalisasi
1. Mengucapkan salam Komunikasi terapeutik yang baik
terapeutik. akan membangun hubungan yang
baik dan saling percaya ketika
perawat memberikan pelayanan
untuk kesembuhan pasien dan
memberikan kepuasan tersendiri
oleh pasien, yang pada aakhirnya
akan mempengaruhi kepuasan
pasien terhadap pelayanan yang
diberikan di rumah sakit (Kusumo et
4

No SOP Rasionalisasi
al, 2017; Sasmito, 2018 ).
2. Menjelaskan prosedur Mengetahui bagaimana urutan
tindakan dan tujuan. langkah-langkah (atau pelaksanaan-
pelaksanaan pekerjaan) dimana
pekerjaan tersebut dilakukan,
berhubungan dengan apa yang
dilakukan, bagaimana, bilamana,
dimana, dan siapa yang
melakukannya. (Harahap, 2020).

3. Memberikan informed Menyampaikan informasi mengenai


consent atau lembar rencana tindakan yang akan
persetujuan. dilakukan berupa keuntungan dan
kerugian yang akan didapatkan
tanpa paksaan dan meminta
persetujuan kepada pasien atau
keluarga atas upaya medis yang
akan dilakukan oleh dokter setelah
memperoleh informasi (Nurhayati et
al, 2017; Kristanto et al, 2017;
Busro, 2018).

4. Mempersiapkan alat- Mempersiapkan alat – alat untuk


alat mempermudah dalam melakukan
tindakan alat – alat yang disiapkan
antara lain kertas koran 2 lembar,
kursi, sarung tangan bersih.
(Maghfuri, 2016 ).
5. Mencuci tangan 6 Mencuci tangan dilakukan untuk
langkah sebelum meminimalkan penularan penyakit
melakukan tindakan. dan menghambat atau membunuh
mikroorganisme pada kulit tangan
serta mencegah penyebaran
mikroorganisme penyebab infeksi
yang ditularkan melalui tangan
(Asda & Sekarwati, 2020; Friskarini
& Sundari, 2020).

6. Menggunakan sarung Untuk meminimalkan penularan


tangan. penyakit dan melindungi tangan dari
kontak dengan darah, semua jenis
cairan tubuh, secret, dan selaput
lendir (Wibowo et al, 2013).
4

No SOP Rasionalisasi
7. Mengukur tekanan Mengukur tekanan darah awal
darah sebelum dilakukan untuk mengetahui
dilakukan intervensi tekanan darah pasien sebelum
relaksasi autogenik. dilakukan intervensi (Sumartini &
Bachtiar, 2016).

8. Mengatur posisi Meningkatkan kenyamanan klien


nyaman klien. dan mendukung perasaan sejahtera
selama dilakukan intervensi
relaksasi autogenik (Noviestari &
Supartini, 2015).

9. Latihan diawali dengan Memejamkan mata saat sedang


memejamkan mata. melakukan intervensi akan menjadi
lebih rileks, saat tersebut frekuensi
gelombang otak yang muncul mulai
melambat dan menjadi lebih teratur
(Batubara et al, 2016).
10. Mensugesti berat atau Dengan menggunakan sugesti
beban pada kedua kaki visual pada tubuh dan merasakan
kemudian perlahan atau melepaskan sugesti tersebut
lahan merasakan secara perlahan akan membuat
ringan. tubuh lebih rileks (Wijayanti et al,
2020).
11. Tarik napas dalam dan Menarik nafas dalam adalah salah
menghembuskan napas satu cara relaksasi. Relaksasi
dan mengucapkan bertujuan untuk mengatasi atau
”Tubuh saya kuat, menurunkan kecemasan, ketegangan
tubuh saya sehat” atau otot, tekanan darah, serta
kalimat istighfar seperti menurunkan nyeri (Kozier, 2013).
“Astagfirullahaladzim” Dengan menggunakan kata-kata
di ulang sebanyak 3 atau kalimat pendek yang bisa
kali. membuat pikiran menjadi tenang.
Relaksasi autogenik ini dapat
mengendalikan beberapa fungsi
tubuh seperti tekanan darah, denyut
jantung, dan aliran darah (Neneng et
al, 2017).
5

No SOP Rasionalisasi
12. Masih memejamkan Dengan menggunakan sugesti
mata, dan mensugesti visual pada tubuh dan merasakan
kedua lengan terasa atau melepaskan sugesti tersebut
berat kemudian secara perlahan akan membuat
perlahan-lahan tubuh lebih rileks (Wijayanti et al,
merasakan ringan. 2020).
13. Tarik napas dalam dan Menarik nafas dalam adalah salah
menghembuskan napas satu cara relaksasi. Relaksasi
dan mengucapkan bertujuan untuk mengatasi atau
”Tubuh saya kuat, menurunkan kecemasan, ketegangan
tubuh saya sehat” di otot, tekanan darah, serta
ulang sebanyak 3 kali. menurunkan nyeri (Kozier, 2013).

14. Mata masi dalam Dengan menggunakan sugesti


keadaan terpejam dan visual pada tubuh dan merasakan
merasakan berat di atau melepaskan sugesti tersebut
bagian kedua pundak, secara perlahan akan membuat
kemudian perlahan - tubuh lebih rileks (Wijayanti et al,
lahan merasa ringan. 2020).

15. Tarik napas dalam dan Menarik nafas dalam adalah salah
menghembuskan napas satu cara relaksasi. Relaksasi
sambil mecucapkan bertujuan untuk mengatasi atau
”Tubuh saya kuat, menurunkan kecemasan, ketegangan
tubuh saya sehat” di otot, tekanan darah, serta
ulang sebanyak 3 kali. menurunkan nyeri (Kozier, 2013).
16. Membuka mata secara Membuka mata setalah melakukan
perlahan - lahan. relaksasi akan membawa tubuh ke
dalam kedamaian dan ketenangan
(Priyo et al, 2017)

17. Mengukur tekanan Mengukur tekanan darah setelah


darah setelah dilakukan dilakukan intervensi untuk
intervensi relaksasi mengetahui perubahan tekanan
autogenik. darah pasien (Sumartini & Bachtiar,
2016).

18. Mencuci tangan setelah Mencuci tangan dilakukan untuk


melakukan tindakan. meminimalkan penularan penyakit
dan menghambat atau membunuh
mikroorganisme pada kulit tangan
5

No SOP Rasionalisasi
serta mencegah penyebaran
mikroorganisme penyebab infeksi
yang ditularkan melalui tangan
(Asda & Sekarwati, 2020; Friskarini &
Sundari, 2020).

19. Mendokumentasikan Laporan yang otentik dari semua


hasil tekanan darah kegiatan yang berhubungan dengan
sebelum dan setelah penglolaan data klien dapat
dilakukan intervensi dipergunakan untuk mengungkap
relaksasi autogenik. suatu fakta actual dan dapat di
pertanggung jawabkan (Novita et
al, 2020; Yeni et al, 2020).

B. Pembahasan

Relaksasi autogenik merupakan relaksasi yang bersumber dari diri

sendiri dengan menggunakan kata-kata atau kalimat pendek yang bisa

membuat pikiran menjadi tenang. Relaksasi autogenik ini dapat

mengendalikan beberapa fungsi tubuh seperti tekanan darah, denyut jantung,

dan aliran darah (Neneng et al, 2017).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Priyo et al tahun 2017

mengenai intervensi relaksasi autogenik dalam upaya penurunan tekanan

darah, terdapat tujuh langkah intervensi. Penulis mengambil lima langkah

SOP antara lain: Menjelaskan tujuan tindakan, mencuci tangan, menggunakan

sarung tangan, intervensi dilakukan selama 15 menit, selanjutnya

mendokumentasikan hasil tindakan. Menurut penelitian lain yang dilakukan

Darmawan et al tahun 2015 terdapat empat belas langkah intervensi, penulis

mengambil empat langkah SOP antara lain: Mengucapkan salam terapeutik,

memberikan informed consent, mempersiapkan alat dan bahan, mengukur


5

tekanan darah awal, mengatur posisi pasien, latihan diawali dengan

memejamkan mata, mensugesti kedua kaki terasa berat kemudian perlahan

menjadi terasa ringan, tarik dan hembuskan napas sambil mengucapkan

mantra – mantra verbal seperti ”Tubuh saya sehat tubuh saya kuat”,

mensugesti kedua lengan terasa berat kemudian perlahan menjadi ringan,

tarik dan hembuskan napas sambil mengucapkan “Tubuh saya sehat, tubuh

saya kuat”, mensugesti kedua pundak terasa berat kemudian tarik napas dan

hembuskan napas secara perlahan sambil mengucapkan mantra-mantra verbal

seperti mengucapkan “Tubuh saya sehat dan kuat”, selanjutnya mengukur

tekanan darah setelah dilakukan tindakan, mendokumentasiikan hasil

tindakan.

Menurut penelitian Suratun et al tahun 2018 terdapat lima langkah

intervensi, penulis mengambil lima langkah SOP antara lain: Mencuci tangan,

mengukur tekanan darah awal, melakukan intervensi relaksasi autogenik

selama 15 menit, mengukur tekanan darah setelah dilakukan intervensi

relaksasi autogenik, selanjunya mendokumentasikan hasil tindakan.

Berdasarkan penelitian lain yang dilakukan Untari et al tahun 2020 terdapat

lima langkah intervensi, penulis mengambil lima langkah SOP antara lain:

Mengucapkan salam terapeutik, intervensi dilakukan selama 15 menit,

menjelaskan prosedur tindakan relaksasi autogenik, mengatur posisi pasien.

Selanjutnya mengukur tekanan darah. Sedangkan menurut penelitian

Wijayanti et al tahun 2020 terdapat enam langkah intervensi, penulis

mengambil enam langkah SOP antara lain: Melakukan informed consent,


5

mencuci tangan, menggunakan sarung tangan, latihan diawali dengan

menarik nafas yang dalam dan perlahan-perlahan melalui hidung sambil

memejamkan mata, kemudian menghembuskan nafas perlahan-lahan melalui

mulut disertai berupa kata-kata atau kalimat pendek tau sugesti yang bisa

membuat pikiran tentram, contohnya kalimat istighfar

“Astagfirullahhal’adzim”, kalimat tasbih “Subhanallah”, atau yang lain yang

bisa mensugesti, selanjutnya mendokumentasikan hasil tindakan.

Relaksasi autogenik efektif dalam menurunkan tekanan darah dan

denyut jantung, menurunkan ketegangan otot, meningkatkan kesejahteraan,

dan mengurangi tekanan gejala pada pasien yang mengalami berbagai situasi

seperti cemas (Mardiono, 2016). Penulis merekomendasikan untuk

menerapkan teknik relaksasi autogenik dalam upaya penurunan tekanan darah

pada pasien hipertensi dengan menerapkan standar operasional prosedur yang

telah dikembangkan oleh penulis sehingga intervensi yang dilakukan

didapatkan hasil yang maksimal.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Kesimpulan dari hasil pengembangan Standar Operasional Prosedur

(SOP) relaksasi autogenik dalam upaya penurunan tekanan darah pada pasien

hipertensi antara lain :

1. SOP teknik relaksasi autogenik dalam upaya penurunan tekanan darah

pada pasien hipertensi telah dikembangkan terdiri dari 19 langkah.

2. Berdasarkan literature review yang dilakukan dari lima jurnal terkait,

didapatkan hasil bahwa teknik relaksasi autogenik terbukti efektif dalam

upaya penurunan tekanan darah.

3. Relaksasi autogenik dapat menurunkan tekanan darah karena

B. SARAN

1. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Agar dapat digunakan sebagai bahan rujukan atau acuan dalam

pengembangan Standar Operasional Prosedur (SOP) relaksasi autogenik

dalam upaya penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi saat

pengambilan data penelitian.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Melalui penulisan yang telah dilakukan, Standar Operasional

Prosedur (SOP) relaksasi autogenik dalam upaya penurunan tekanan darah

dapat digunakan dalam menangani pasien hipertensi.

5
53

3. Bagi Institusi Pendidikan

Dalam hasil penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai

tambahan referensi kepustakaan terutama dalam menambah pengetahuan

tentang relaksasi autogenik dalam upaya penurunan tekanan darah pada

pasien hipertensi.

4. Bagi Penulis

Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

kemampuan berpikir mengenai relaksasi autogenik dalam upaya

penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.


DAFTAR PUSTAKA

Adidarma, Y, M., Basyar, E., Adrianto, A. (2016). Pengaruh Letak Tensimeter


Terhadap Hasil Pengukuran Tekanan Darah. Jurnal Kedokteran
Diponegoro, 5(4), 1930- 1936.
Amiruddin, M, A., Danes, F, R., Lintong, F. (2015). Analisis Hasil Pengukuran
Tekanan Darah Antara Posisi Duduk Dan Posisi Berdiri Pada Mahasiswa
Semester Tujuh Ta. 2014/2015 Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi. Jurnal e-Biomedik (eBm),
3(1).doi:https://doi.org/10.35790/ebm.3.1.2015.6635.
Apriyanti, M. (2015). Meracik Obat & Menu Sehat Bagi Penderita Darah
Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Ardiansyah, M. (2015). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta: Diva
Press.
Asmadi. (2010). Teknik Prosedural Keperawataan Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan DasarKlien. Jakarta: Salemba medika.
Asda, P., Sekarwati, N. (2020). Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (Ctps) dan
Kejadian Penyakit Infeksi dalam Keluarga di Wilayah Desa Donoharjo
Kabupaten Sleman. Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan
Makassar, 11(02), 1-6.
Batubara, I., Harahap, I, E., Siregar, R. (2016). Pengaruh Relaksasi Benson
Terhadap Nyeri Pada Pasien Post Seksio Di RSUD Kota
Padangsidimpuan. Jurnal Ilmiah Pannmed, 10(3).
Aspiani, R, Y. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskular Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Busro, A. (2018). Aspek Hukum Persetujuan Tindakan Medis (Inform Consent)
Dalam Pelayanan Kesehatan. Law & Justice Journal, 1(1), 1-18.
Darmawan, R., & Nugroho, B. (2015). Pengaruh Terapi Rekajsasi Autogenik
Teradap Perubahan Tekanan Darah Hipertensi Di Posyandu Lansia Desa
JabonKecamatan Jombang Kabupaten Jombang.
Fitriani, N., & Nilamsari, N. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Tekanan Darah Pada Pekerja Shift Dan Pekerja Non-Shift Di Pt X
Gresik. Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health, 2(1), 57-
75.
Friskarini, K., & Sundari, R. T. (2020) . Pelaksanaan Cuci Tangan Pakai Sabun
(Tantangan Dan Peluang) Sebagai Upaya Kesehatan Sekolah Di Sekolah

5
5

Dasar Negeri Kecamatan Bogor Utara Kota Bogor. Jurnal Ekologi


Kesehatan, 19(1), 21-34.
Harahap, E. E. (2020) . Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Sebagai Tahap Lanjut
Dari Rencana Asuhan Keperawatan. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis,
15(4), 338-342.
Heuter, S. E. (2019). Buku Ajar Patofisiologi Edisi Keenam Volume 2.
Singapura: Elsevier.
Hidayat, R., Hayati, H. (2019). Pengaruh Pelaksanaan SOP Perawat Pelaksana
Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Di Rawat Inap RSUD Bangkinang.
Jurnal Ners, 3(2), 84-96.
Juniawan, H., & Ashar, S. (2020). Perbandingan Antara Pemberian Aromaterapi
Mawar (Rosa Centifolia) Dan Aromaterapi Lavender (Lavendula
Augustifolia) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Wanita Lansia
Usia 60-70 Tahun. Jurnal Darul Azhar, 9(1), 30-39.
Jumariah, T., & Mulyadi, B. (2017). Peran Perawat Dalam Pelaksanaan
Perawatan Kesehatan Masyarkat. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia,
7(1), 182-188.
Kementrian Kesehatan RI. 2019. INFODATIN. Pusat Data Informasi
Kementrian Kesehatan RI. HIPERTENSI. Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI.
Diakses pada tanggal 24 Januari 2019.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar. In
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. https://doi.org/1.
Komaling, J, K., Suba, B., & Wongkar, D. (2015). Hubungan Mengkonsumsi
Alkohol Dengan Kejadian Hipertensi Pada Laki-Laki Di Desa
Tompasobaru II Kecamatan Tompasobaru Kabupaten Minahasa Selatan.
ejurnal Keperawatan (e-Kp), 1(1), 1-7.
Kozier, B. (2013). Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Krisanty, P., Ekarini, P., Suratun. (2018). Pengaruh Relaksasi Autogenik
Terhadap Tingkat Kecemasan Dan Perubahan Tekanan Darah Pada Paien
Riwayat Hipertensi. JKEP, 3(2), 108-118.
Kristanto, G. E., Wagiu, G. C., & Lumunon, T. (2017) . Informed consent di
Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Jurnal
Biomedik (JBM), 9(1), 2017, 58-61.
Kurniasari, M, D., Palimbong, S., Kiha, R, R. (2018). Keefektifan Diet Rendah
Garam I Pada Makanan Biasa Dan Lunak Terhadap Lama Kesembuhan
5

Pasien Hipertensi. Journal of Jurnal Keperawatan Muhammadiyah


Universitas Kristen Satya Wacana, 3(1), 74-89.
Kusumo, P. M. (2017). Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap
Kepuasan Pasien di Rawat Jalan RSUD Jogja. Jurnal Medicoeticolegal
dan Manajemen Rumah Sakit, 6(1), 72-81.
Manawan, A., Rattu, A, J., & Punuh, M. (2016). Hubungan Antara Konsumsi
Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Di Desa Tandengan Satu
Kecamatan Eris Kabupaten Minahasa. Jurnal Ilmiah Farmasi, 5(1), 340-
347.
Marleni. L., & Haryani. J. (2019). Pengaruh Relaksasi Autogenik Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Babul ilmi_Jurnal
Ilmiah Multi Science Kesehatan, 10(2), 184-195.
Mardiono, S. (2016). Pengaruh Relaksasi Autogenik Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Klien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas 23
Ilir Palembang. Jurnal Keperawatan Soedirman, 11(3), 192-200.
Marhaendra, A, Y & Adrianto, A. (2016). Pengaruh Letak Tensimeter Terhadap
Hasil Pengukuran Tekanan Darah. JKD, 5(4), 1930-1936.
Neneng, M, H., Rosalina., Trimawati. (2017). Pengaruh Terapi Relaksasi
Autogenik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Dengan Pendekatan Meta Analisis.
Novita, V. R., Manuhutu, F., & Supardi, S. (2020) . Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan Oleh Perawat Pelaksana Setelah Dilakukan Pelatihan
Supervisi Kepala Ruangan Di Rumah Sakit X, Kota Ambon. Jurnal
Perawat Manado. 8(1), 171-191.
Nuraini, B. (2015). Risk Factors of Hypertension. Artikel Review University of
Lampung, 4(5), 10-15.
Nurhayati, R., Kawi., & Dahlan, S. (2017) . Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentang Informed Consent Bagi Tenaga Perawat Yang Melaksanakan
Asuhan Keperawatan Untuk Pasien Yang Dirawat Di RSUD Dr H
Soewondo Kendal. SOEPRA Jurnal Hukum Kesehatan, 3(2), 205-228.
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Priyo., Margono., & Hidayah, N. (2017). Terapi Relaksasi Autogenik Untuk
Menurunkan Tekanan Darah Dan Sakit Kepala Pada Lansia Hipertensi Di
Daerah Rawan Bencana Merapi, 83-92.
Purwono, J., Sari, R., Ratnasari,A., & Budianto, A. (2020). Pola Konsumsi
Garam Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Salt Consumption
5

Pattern With Hypertension In Elderly. Jurnal Wacana Kesehatan, 5(1),


531-542.
Rezky, R, A., Hasneli, Y., & Hasanah, O. (2015). Pengaruh Terapi Pijat Refleksi
Kaki terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Primer. Jurnal
Online Mahasiswa (JOM), 2(2), 1454-1462
Sari. (2017). Berdamai Dengan Hipertensi. Jakarta: Bumi Medika.
Sasmito, P. (2018). Penerapan Teknik Komunikasi Terapeutik Oleh Perawat
Pada Pasien. Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 11(2), 58-64.
Sihotang, M., Elon, Y. (2020). Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Tekanan Darah
Pada Orang Dewasa. Nursing Scientific Journal, 4(2), 199-204.
Snyder, H., 2019, Literature Review As A Research Methodology: An Overview
and Guidelines, Journal of Business Research, 104: 333- 339.
Sudarmoko, A. (2015). Sehat Tanpa Hipertensi. Yogyakarta: Cahaya Atma
Pustaka.
Sumartini, S., & Bachtiar, H.H. (2016). Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan
Sesudah Pemberian Teknik Relaksasi Imajinasi Terbimbing Pada Lansia
Yang Menderita Hipertensi. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia,
2(1).
Suratun., Krisanty, P., Ekarini, P, L. (2018). Pengaruh Relaksasi Autogenik
terhadap Tingkat Kecemasan dan Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien
Riwayat Hipertensi. JKEP, 3(2), 108-118.
Triyanto, E., (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara
Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Untari, E., Widari, P. (2020). Teknik Relaksasi Autogenik Dan Relaksasi Otot
Progresif Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi. 68-
79.
Watanabe. (2016). Pengaruh Relaksasi Autogenik Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi. 10(2).
Wibowo, A.S., Suryani, M., Sayono. (2013). Hubungan Karakteristik Perawat
Dengan Penggunaan Sarung Tangan Pada Tindakan Invasive Di Ruang
Rawat Inap RSUD Dr. H. Soeondo Kendal.
Wijayanti, L., Setiawan, H., Wardani, M. (2020). Pengaruh Autogenik Relaksasi
Dan Aromaterapi Cendana Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia
Hipertensi. Jurnal Keperawatan, 12(3), 413-420.
5

World Health Organization. (2019). Hypertension. Available online at


https://www.who.int/health-topics/hypertension/#tab=tab_1. Diakses
pada tanggal 15 April 2021.
Yeni, F., Saputra, C., & Arif, Y. (2020). Andra‟s Nursing Informatic System
Application (ANNISA) Dalam Upaya Meningkatkan Pengetahuan
Perawat Tentang Dokumentasi Keperawatan. Jurnal Keperawatan
Silampari. 4(1), 20-30.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Penulisan KTI

JADWAL KEGIATAN PENULISAN KTI 2020/2021

Kegiatan Nov 20 Des 2020 Jan 2021 Feb 2021 Mar 2021 Apr 2021 Jun 2021 Jul 2021 Agust 2021 Sept 2021 Des 2021

Minggu

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pengajuan Judul Proposal

KTI

Penyusunan Proposal KTI

Ujian Proposal KTI

Revisi Proposal KTI

Penyusunan Hasil literatur

review

Sidang Hasil KTI

Revisi sidang hasil KTI

Publikasi KTI
Lampiran 2 Surat Perrnyataan

Plagiarism Checker X Originality Report


Similarity Found: 20%

Date: Sunday, July 04, 2021


Statistics: 735 words Plagiarized /3625 Total words
Remarks:MediumPlagiarismDetected-YourDocumentneedsSelectiveImprovement.

i2BABI PENDAHULUAN A.Latar Belakang Hipertensiadalahsalahsatupenyebab utama


kematian prematur di dunia. (Kementerian Kesehatan RI, 2019). Berdasarkan WHOtahun2019,
adalahangkakejadianhipertensimenyerang22%pendudukdunia. Pada wilayah Afrika memiliki
prevalensi hipertensi tertinggi sebesar 27%. Prevalensi di Indonesia terjadi peningkatan dalam lima
tahun terakhir. Prevalensi pada tahun 2013 sebesar25,8%,sedangkanprevalensipadatahun2018
sebesar34,1%.Prevalensidi Indonesiaumur >18tahunsebesar25,8%,tertinggidiKalimantan
Selatansebesar 44,13%, diikuti Jawa Barat sebesar 39,60%, Kalimantan Timur sebesar 39,30%,
Jawa Tengah sebesar 37,57%, dan Kalimantan Barat sebesar 36,99%.

Sedangkan prevalensi di DKI Jakarta sebesar 33,43%. iPrevalensi di Indonesia sebesar 8,36%
(Kementerian Kesehatan RI, 2018). 3 Hipertensi yang tidak terkontrol akan berakibat
komplikasi. Penyakit komplikasi akibat hipertensi adalah penyakit yang sangat serius dan dapat
berdampak terhadap psikologis penderita sehingga akan mengakibatkan kualitas hidup
menurun (Nuraini, 2015 ; Sartik, 2017). Penatalaksanaan hipertensi meliputi farmakoterapi dan
non farmakoterapi. Penatalaksanaan farmakoterapidilakukandengancarapemberianobat
antihipertensiyangbertujuan untuk mencegah komplikasi pada hipertensi.

Sedangkan non farmakoterapi dapat dilakukan dengan cara mengurangi stres, penurunan
beratbadan,penguranganalkohol,olahraga,danrelaksasimerupakan intervensi yang bisa
dilakukan pada terapi hipertensi (Rezky et al, 2015). Salah satu relaksasi dapat menurunkan
tekanan darah adalah relaksasi autogenik. Relaksasi autogenikadalah suatumetodeibersumber
daridiri sendiridankesadaran tubuh denganmengendalikan4keteganganototdanhatiuntuk
perbaikantekanandarah tinggi yang diakibatkan terutama oleh stress.
Lampiran 3 SOP Relaksasi

SOP RELAKSASI AUTOGENIK PADA PASIEN HIPERTENSI DALAM


UPAYA PENURUNAN TEKANAN DARAH

Tujuan 1. Menurunkan tekanan darah.


2. Menurunkan denyut jantung.
3. Menurunkan ketegangan otot.
4. Meningkatkan kesejahteraan.
5. Mengurangi kecemasan.

Alat dan 1. Handscoen


Bahan 2. Spignomanometer
3. Informed consent
Prosedur 1. Mengucapkan salam terapeutik.
2. Memberikan informed consent
3. Mempersiapkan alat dan bahan
4. Mengukur tekanan darah awal
5. Mengatur posisi pasien
6. Latihan diawali dengan memejamkan mata
7. Mensugesti kedua kaki terasa berat kemudian perlahan
menjadi terasa ringan
8. Tarik dan hembuskan napas sambil mengucapkan mantra -
mantra verbal seperti ”Tubuh saya sehat tubuh saya kuat”
9. Mensugesti kedua lengan terasa berat kemudian perlahan
menjadi ringan
10. Tarik dan hembuskan napas sambil mengucapkan mantra -
mantra verbal seperti “Tubuh saya sehat, tubuh saya kuat”
11. Mensugesti kedua pundak terasa berat kemudian perlahan
menjadi ringan
12. Tarik napas dan hembuskan napas secara perlahan sambil
mengucapkan mantra - mantra verbal seperti mengucapkan
“Tubuh saya sehat dan kuat”
13. Mengukur tekanan darah setelah dilakukan tindakan,
14. Mendokumentasiikan hasil tindakan.

Menurut Darmawan et al (2015), terdiri 14 langkah SOP Relaksasi Autogenik.


Lampiran 4 Pengembangan SOP Relaksasi

PENGEMBANGAN SOP RELAKSASI AUTOGENIK PADA PASIEN


HIPERTENSI DALAM UPAYA PENURUNAN TEKANAN DARAH

Tujuan Mengetahui Standar Operasional Prosedur (SOP) relaksasi


autogenik terhadap penurunan tekanan darah pada pasien
hipertensi.

Alat dan 1. Handscoen


Bahan 2. Spignomanometer
3. Lembar Persetujuan
4. Kursi

Prosedur 1. Mengucapkan salam terapeutik.


2. Menjelaskan prosedur tindakan
3. Memberikan Informed Consent atau lembar persetujuan.
4. Mempersiapkan alat-alat.
5. Mencuci tangan 6 langkah sebelum melakukan tindakan.
6. Menggunakan sarung tangan.
7. Mengukur tekanan darah sebelum dilakukan tindakan
relaksasi autogenik.
8. Mengatur posisi nyaman klien.
9. Latihan diawali dengan memejamkan mata.
10. Mensugesti berat atau beban pada kedua kaki kemudian
perlahan lahan merasakan ringan.
11. Tarik napas dalam dan menghembuskan napas dan
mengucapkan ”Tubuh saya kuat, tubuh saya sehat” atau
kalimat istighfar seperti “Astagfirullahaladzim” di ulang
sebanyak 3 kali.
12. Masih memejamkan mata, dan mensugesti kedua lengan
terasa berat kemudian perlahan-lahan merasakan ringan.
13. Tarik napas dan hembuskan napas lalu mengucapkan
”Tubuh saya kuat, tubuh saya sehat” di ulang sebanyak 3
kali.
14. Mata masih dalam keadaan terpejam dan merasakan berat
di bagian kedua pundak, kemudian perlahan - lahan merasa
ringan.
15. Tarik napas dalam dan menghembuskan napas sambil
mengucapkan ”Tubuh saya kuat, tubuh saya sehat” di
ulang sebanyak 3 kali.
16. Membuka mata secara perlahan – lahan.
17. Mengukur tekanan darah setelah dilakukan relaksasi
autogenik.
18. Mencuci tangan setelah melakukan tindakan.
19. Mendokumentasikan hasil tekanan darah sebelum dan
setelah dilakukan intervensi relaksasi autogenik.

Pengembangan SOP Relaksasi Autogenik terdiri dari 19 langkah.


Lampiran 5 Lembar

LEMBAR PERSETUJUAN INTERVENSI RELAKSASI AUTOGENIK


UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama lengkap :

Tgl lahir :

Alamat :

Menyatakan mempunyai riwayat penyakit darah tinggi, tidak


mengkonsumsi obat anti hipertensi dan kondisi saat ini sedang merasakan sedikit
pusing sehingga tidak keberatan untuk menjadi responden dalam penelitian yang
dilakukan oleh Dinda Rahmadania Putri yang berpendidikan di Akademi
Keperawatan Pelni Jakarta.

Surat pernyataan pengajuan ini saya setujui dalam keadaan sadar tanpa
tekanan maupun paksaan darimaapun.

Jakarta,…/…./….
Lampiran 6 Lembar

LEMBAR OBSERVASI
PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
INTERVENSI RELAKSASI AUTOGENIK PADA PASIEN
HIPERTENSI DALAM UPAYA PENURUNAN
TEKANAN DARAH

Nama Responden:

Usia:

Jenis Kelamin:

Minggu Ke :

Tanggal:

Pukul: Pukul:
No Uraian Keterangan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

1. Tekanan darah

Minggu Ke:

Tanggal

Pukul: Pukul:
No Uraian Keterangan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

1. Tekanan darah
Lampiran 8 Lembar Hadir Oponen

LEMBAR HADIR OPONEN

Nama : Dinda Rahmadania Putri

NIRM : 18017

Nama
No Hari/tanggal Mahasiswa Judul TTD KDP
Sidang

1. Rabu, 26 Mei Anggi Safriyanti Analisis Praktik


2021 Keperawatan Pengaru
Mileu Therapy Metode
Bermain Ular Tangga untuk
Mengurangi Tingkat
Kesepian (Lonliness) pada
Lansia di Rw 07 Kelurahan
Duri Kepa Jakarta Barat.

2. Rabu, 5 Elfira Maulita Analisis Intervensi


September 2021 Mengajarkan Cara
Bersosialisasi : Berkenalan
Dengan Orang Lain Pada
Pasien Yang Mengalami
Isolasi Sosial di RSJ Dr.
Soeharto Heerdjan Jakarta.

3. Selasa, 16 Weni Yuanitta Pengembangan SOP


Agustus 2021 Pengaruh Terapi Spiritual
Emotional Frideem
Technique Terhadap
Penurunan Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi.

4. Sabtu, 19 Juni Shafa Analisis Intervensi Latihan


2021 Rachendieswary Asertif Pada Pasien Dengan
Priasmoro RPK di RSJ DR. Soeharto
Heerdjan.
5. Senin 26 Juli Novyan Dimas Pengembangan SOP Teknik
2021 S Relaksasi Benson Terhadap
Penurunan Kadar Gula
Darah Pada Pasien DM.
Lampiran 9 Daftar Riwayaat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Dinda Rahmadania Putri

Tempat, Tanggal Lahir Jakarta, 25 Desember 1999

Jenis Kelamin Perempuan

Alamat Jl. Inpres no. 22 Rt/Rw 05/005 11550

Agama Islam

Email Dinda0149@gmail.com

No. Hp 089643206058

Pekerjaan Mahasiswa

Golongan Darah B

Kewarganegaraan Indonesia

DATA PENDIDIKAN

SD SD Negeri 04 Pagi

SMP SMPN 48 Jakarta

SMK SMAM 15 Jakarta

Anda mungkin juga menyukai