Anda di halaman 1dari 73

PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN SELEDRI

TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA


PENDERITA HIPERTENSI : LITERATURE REVIEW

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Keperawatan

Oleh :
Kiki Faraniska
NIM : G2A017123

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2021

i
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan dibawah menyatakan dengan sebenarnya bahwa


skripsi saya dengan judul “Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Seledri
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi” saya susun
tanpa tindakan plagiat yaitu pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya
akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Jika dikemudian hari dibuktikan
bahwa skripsi saya adalah hasil jiplakan, saya akan bertanggung jawab
sepenuhnya dan bersedia menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas
Muhammadiyah Semarang kepada saya.

Semarang, Agustus 2021

Kiki Faraniska

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN SELEDRI


TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA
PENDERITA HIPERTENSI : LITERATURE REVIEW

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan


Dihadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang

Pembimbing

Ns. Chanif., S.Kep., MNS

iii
HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN SELEDRI


TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA
PENDERITA HIPERTENSI : LITERATURE REVIEW

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan


Tim Penguji Skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang

Pada Tanggal .............2021


Tim Penguji :

Ns. Akhmad Mustofa., M.Kep :......................................


Ns. Warsono., M.Kep :.......................................
Ns. Chanif., S.Kep., MNS :.......................................
Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Ns. Machmudah., M.Kep., Sp.Kep.Mat

iv
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWarahmatullahiWahabarakatuh
Puji dan syukur alhamdulillah, Peneliti ucapkan beribu tahmid, takbir dan rasa
syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat, nikmat, dan karunia-Nya
sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir atau skripsi dengan judul
“Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Seledri Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi: Literature Review”, dimana skripsi ini sebagai
salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Tak lupa penulis menghaturkan shalawat dan salam kepada junjungan kita
Nabi besar Muhammad SAW, keluarganya, para sahabat, dan para pengikut atau
umat beliau sampai akhir zaman. Penyelesaian skripsi ini tidak luput dar beberapa
pihak yang dengan senang hati memberikn sumbangan tenaga, dukugan moral,
serta ilmu pengetahuan. Melalui kesempatan ini, peneliti mengucapkan
terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr.Masruki, M.Pd, selaku rektor Universitas Muhammadiyah Semarang.
2. Dr. Ali Rosidi, SKM, M,Si., selaku dekan Fakultas Ilmu Keperawatan dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.
3. Ns. Machmudah., M.Kep., Sp.Kep.Mat, selaku ketua program studi S1 Ilmu
Keperawatan.
4. Ns. A. Chanif., S.Kep., MNS selaku dosen pembimbing yang dengan senang
hati untuk membimbing, mengarahkan serta memberikan saran dan petunjuk
kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan tugas skripsi. Peneliti meminta
maaf apabila selama menyusun skripsi ini peneliti sempat membuat kesalahan
dan membuat marah. Terimakasih atas segala bantuan yang hanya mampu
dibalas peneliti dengn ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya.

v
5. Kepada kedua orang tua saya ibu Sukartini dan bapak Karjo yang tak kenal
lelah untuk selalu mendukung, mendidik, memberikan doa restu serta
mengarahkan degan tulus dan penuh kasih sayang.
6. Seluruh sahabat dan teman sejawat yang telah berjuang bersama dalam
menyelesaikan proposal skripsi. Terimakasih atas kebersamaan, hiburan dan
semangat yang kalian berikan.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan skripsi literature review ini dengan
baik, namun penulis menyadari bahwa skripsi literature review ini masih ada
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam
penyusunan skripsi literature review ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi literature review ini dapat
bergua bagi para pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan.

Semarang, Agustus 2021

Kiki Faraniska

vi
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
Skripsi, Agustus 2021
Kiki Faraniska
Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Seledri terhadap Tekanan Darah pada
Penderita Hipertensi: Literature Review
xvi + 72 halaman + 7 tabel + 1 Skema + 1 Gambar + 5 Lampiran

ABSTRAK

Latar Belakang : Hipertensi yang berlangsung dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkan komplikasi yakni stroke, infark miokard, gagal jantung, demensia,
gagal ginjal, serta gangguan penglihatan. Tindakan untuk mengatasi komplikasi
adalah dengan melakukan teknik non farmakologi salah satunya menggunakan air
rebusan daun seledri. Tujuan : Mengetahui pengaruh pemberian air rebusan daun
seledri terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Metode :
Desain penelitian yang digunakan adalah literature review, diawali dengan
pemilihan topik, kemudian melakukan pencarian melalui beberapa database yaitu
Google Sholar dan Science Direct dengan memasukan keyword. Pencarian ini
dibatasi rentang waktu penerbitan maksimal 5 tahun (2016-2021) dan didapatkan
6 artikel sesuai kriteria inklusi yang akan di review. Hasil dan Kesimpulan :
Terdapat pengaruh pemberian air rebusan daun seledri terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi. Saran : Diharapkan bisa menjadi
rekomendasi bagi institusi dalam pelayanan keperawatan agar memakai air
rebusan daun seledri sebagai pengobatan non farmakologi untuk menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi.

Kata kunci : Seledri (Apium Graveolens L), Tekanan Darah, Hipertensi


Pustaka : 46 (2010-2021)

vii
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM
FACULTY OF NURSING AND HEALTH SCIENCE
MUHAMMADIYAH UNIVERSITY SEMARANG
Thesis, August 2021
Kiki Faraniska
the effect of giving boiled water of celery leaves on reducing blood pressure i
patients with hypertention: Literature Review
xvi + 72 pages + 7 tables + 1 Schematic + 1 Figures + 5 Attachments

ABSTRACT

Background : Hypertention that lasts for a long time can cause complications,
namely stroke, myocardial infarction, heart failure, dementia, kidney failure, and
visual disturbances. The action to overcome the complications is to perform non-
pharmacological techniques, one of wich is using boiled wter from celery leaves.
Objective : To determine the effect of giving boiled water of celery leaves on
reducing blood pressure i patients with hypertention. Methods : The research
design used is literture review, starting with topic selection, then searching
through several databases, namaly Google Scholar and Science Direct by
entering keywords. This search is limited to a maximum publishing period of 5
years (2016-2021) and obtained 6 articles according to the inclusion criteria that
will be reviewed. Results and Conclusion : There is an effect of giving boiled
water celery leaves to reduce blood pressure in patients with hypertention.
Suggestion : It is hoped that it can be a recommendation for institutions is nursing
services to use boiled water from celery leaves as a non-pharmacological
treatment to reduce blood pressure in patients with hypertension.

Keywords: Celery (Apium Graveolens L), Blood Pressure, Hypertension


References: 46 (2010-2021)

viii
DAFTAR ISI

Hal.
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME..............................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL...................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................x
DAFTAR SKEMA..................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................4
C. Tujuan Penulisan Literature Review............................................................4
D. Bidang ilmu..................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5
A. Hipertensi.....................................................................................................5
1. Definisi...........................................................................................................5
2. Etiologi...........................................................................................................5
3. Faktor risiko hipertensi................................................................................6
4. Jenis- jenis hipertensi.................................................................................10
5. Klasifikasi....................................................................................................10
6. Patofisiologi.................................................................................................11
7. Manifestasi klinis........................................................................................12
8. Komplikasi...................................................................................................12
9. Pemeriksaan penunjang.............................................................................13
10. Penatalaksanaan..........................................................................................14
B. Tekanan Darah...........................................................................................15
1. Definisi.........................................................................................................15
2. Fisiologi tekanan darah..............................................................................15

ix
3. Pengukuran tekanan darah.........................................................................17
C. Seledri (Apium Graveolens L)....................................................................18
1. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan....................................................................18
2. Jenis-jenis seledri........................................................................................19
3. Manfaat seledri............................................................................................19
4. Kandungan seledri......................................................................................20
5. Mekanisme seledri......................................................................................20
6. Langkah pembuatan....................................................................................22
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................23
A. Desain Penelitian........................................................................................23
B. Kriteria Inklusi...........................................................................................23
C. Strategi Pencarian Literature......................................................................23
D. Penelusuran Artikel....................................................................................24
E. Sintesa Data................................................................................................25
F. Metode Analisis.........................................................................................29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................30
A. Kualitas Penilaian (Quality Assessment)...................................................30
B. Hasil Temuan Karakteristik Pasien Hipertensi..........................................31
C. Hasil Temuan Tekanan Darah Penderita Hipertensi Sebelum Dan Sesudah
Diberikan Rebusan Daun Seledri...............................................................32
D. Hasil Temuan Pengaruh Air Rebusan Daun Seledri Terhadap Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi...............................................................32
E. Pembahasan................................................................................................33
BAB V PENUTUP.................................................................................................38
A. KESIMPULAN..........................................................................................38
B. SARAN......................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Hal.
Tabel 2. 1 Klasifikasi Hipertensi..........................................................................11
Tabel 3. 1 Kriteria Inklusi Penelitian...................................................................23
Tabel 4. 1 Quality Assesment..............................................................................30
Tabel 4. 2 Karakteristik pasien hipertensi............................................................31
Tabel 4. 3 Tekanan Darah Penderita Hipertensi Sebelum dan Sesudah Diberikan
Air Rebusan Daun Seledri...................................................................32
Tabel 4. 4 Pengaruh Air Rebusan Daun Seledri Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Penderita Hipertensi.................................................................32

xi
DAFTAR GAMBAR

Hal.
Gambar 2. 1 Seledri (Apium Graveolens L)...........................................................18

xii
DAFTAR SKEMA

Hal.
Skema 3. 1 Penelusuran Artikel.............................................................................24

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang sering dialami oleh
masyarakat. Hipertensi atau yang biasa disebut dengan tekanan darah tinggi
adalah kondisi penyakit yang ditandai oleh peningkatan tekanan darah
seseorang diatas normal dimana tekanan darah sistolik >140 mmHg dan
tekanan darah diastolik >90 mmHg sehingga dapat mengakibatkan
peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas)
(Rahmatika et al., 2019). Hipertensi jika tidak ditangani dengan baik, maka
dapat menyebabkan suatu komplikasi salah satunya yaitu stroke, infark
miokard, gagal jantung, demensia, gagal ginjal, serta ganguan penglihatan
(Bin Mohd Arifin & Weta, 2016).
Prevalensi hipertensi di seluruh dunia mengalami peningkatan. Menurut
data WHO, angka hipertesi di dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4%
mengidap hipertensi. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2%
ditahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara
maju dan 639 sisana berada dinegara berkembang, termasuk indonesia
(Wicaksono, 2015). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan
Kementrian Kesehatan tahun 2018, menghasilkan data bahwa terjadi
peningkatan angka kejadian hipertensi dibandingkan hasil pada tahun 2013.
Kasus hipertensi pada tahun 2018 sebesar 34,1%, angka tersebut lebih tinggi
dibandingkan tahun 2013 yang menyentuh angka prealensi 25,8%. Hasil
tersebut merupakan kejadian hipertensi berdasarkan hasil pengukuran tekanan
darah pada masyarakat indonesia yang berusia 18 tahun ke atas (Kemenkes
RI, 2018).
Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2019,
menunjukkan bahwa angka hipertensi masih menempati proporsi terbesar dari
seluruh penyakit tidak menular (PTM), yaitu sebesar 68,6%. Hipertensi
mengalami peningkatan mencapai 11,5% dari tahun 2018 sampai dengan
2019. Pada tahun 2018 hipertensi menunjukkan angka kejadian sebanyak

1
2

57,10% dan tahun 2019 menunjukkan angka kejadian sebesar 68,6% (Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa tengah, 2019). Kejadian hipertensi berdasarkan
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang didapatkan peningkatan kejadian
hipertensi dari tahun 2013 hingga tahun 2015, yaitu sebanyak 35.294 kasus
menjadi 40.869 kasus dan 41.134 kasus(Siswanto et al., 2020).
Hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor risiko. Faktor risiko
tersebut dibedakan menjadi dua, salah satunya adalah faktor risiko yang dapat
dikontrol dan faktor risiko yang tidak dapat dikontrol. Faktor risiko yang
tidak dapat dikontrol antara lain faktor keturunan (genetik), usia, jenis
kelamin dan etnis. Sedangkan faktor risiko yang dapat dikontrol meliputi
kegemukan (obesitas), dislipidemia, stress, konsumsi alkohol berlebih,
konsumsi garam berlebih, aktifitas fisik, diet yang tidak seimbang serta
kebiasaan merokok (Setyanda et al., 2015).
Hipertensi dikenal sebagai silent killer karena gejalanya yang tanpa
keluhan. Hipertensi ketika tidak terkontrol dan tidak ditangani dengan baik
maka dapat menyebabkan suatu komplikasi yang berakibat kerusakan pada
organ lain. Semakin tingginya tekanan darah maka semakin besar pula risiko
terjadinya suatu komplikasi. Komplikasi dari hipertensi itu sendiri yakni
hipertrofi ventrikel kiri, serangan iskemik transien (TIA), gagal jantung,
infark miokardium, cedera serebrovaskular (CVA), insufisiensi dan gagal
ginjal, serta hemoragi/perdarahan retina (Smeltzer, 2018).
Terapi yang digunakan untuk mencegah terjadinya komplikasi yaitu
dengan menggunakan terapi farmakologi dan terapi non farmakologi. Terapi
farmakologi merupakan terapi yang menggunakan obat antihipertensi seperti
Diuretik Thiazid, ACE-Inhibitor (ACEI), Beta Bloker, Calcium Canal Bloker
(CCB), dan Angiotensin II Receptor Bloker (ARB) (Susilowati & Risnawati,
2017). Penggunaan terapi farmakologi jika digunakan dalam jangka waktu
yang lama maka akan menimbulkan efek samping, seperti bronkopasme,
insomnia, memperburuk gangguan pembuluh darah perifer, hipertrigliserida,
dan lain-lain (Wenny Lazdia1, 2020).
3

Terapi non farmakologi adalah suatu terapi yang digunakan untuk


menurunkan gejala tanpa menggunakan obat sehingga menimbulkan efek
samping yang lebih sedikit bahkan tidak ada (Wiyata, 2020). Terapi non
farmakologi merupakan suatu terapi yang menggunakan bahan herbal atau
tradisional. Bahan herbal yang terbukti untuk menurunkan tekanan darah
tinggi diantaranya adalah seledri, belimbing manis, mentimun, bunga rosella,
kumis kucing, daun dewa, lidah buaya, tempuyung, sambilato, dan brotowali
(Soeryoko, 2010).
Seledri (Apium Graveolens L) merupakan salah satu dari berbagai jenis
tanaman yang dapat menurunkan tekanan darah. Seledri (Apium Graveolens
L) memiliki kandungan Apigenin yang berfungsi mencegah penyempitan
pembuluh darah (vasodilatasi) dan Pthalides yang dapat mengendurkan otot-
otot arteri atau merelaksasi pembuluh darah (vasorelaksasi). Zat tersebut yang
mengatur aliran darah sehingga memungkinkan pembuluh darah membesar
dan mengurangi tekanan darah. Seledri diketahui mengandung senyawa aktif
yang dapat menurunkan tekanan darah, senyawa tersebut yaitu Apiin yang
berfungsi sebagai calcium antagonist dan Manitol yang berfungsi sebagai
diuretik (Haryati et al., 2020).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nurwahidah & Jubair pada
tahun 2019, diketahui bahwa terdapat adanya perbedaan yang signifikan
antara sebelum dan sesudah minum air rebusan daun seleri terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja
puskesmas cenggu (Jubair, 2019). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Pusparini (2015) membuktikan bahwa terdapat kandugan senyawa aktif pada
seledri yang dapat berpengaruh pada penurunan tekanan darah pada pasien
hipertensi (Pusparini, 2015).
Berdasarkan penjelasan diatas serta hasil dari beberapa pnelitian, maka
penulis sangat tertarik untuk mengkaji dan melakukan review lebih lanjut
tentang “Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Seledri Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi”.
4

B. Rumusan Masalah
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang berkaitan dengan
peningkatan darah seseorang diatas normal. Hipertensi jika tidak ditangani
dengan baik maka dapat menyebabkan komplikasi seperti stroke, gagal
jantung, infark miokardium, gagal ginjal, serta hemoragi atau perdarahan
retina. Terapi yang digunakan untuk mencegah komplikasi yaitu dengan
menggunakan terapi farmakologi dan terapi non farmakologi. Terapi non
farmakologi dinilai lebih aman, hal ini disebabkan karena memiliki efek
samping yang relatif sedikit, salah satu yang digunakan dalam terapi non
farmakologi yaitu dengan menggunakan Seledri (Apium Graveolens L).
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan penelitian sebgai
berikut : Apakah terdapat pengaruh pemberian air rebusan daun seledri
terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.

C. Tujuan Penulisan Literature Review


1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari literature review yang dilakukan, menguji studi
terkini terhadap pengaruh pemberian air rebusan daun seledri terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari literature review yang dilakukan penulis yaitu :
a. Mendiskripsikan karakteristik responden dengan masalah pengaruh
pemberian air rebusan daun seledri terhadap penurunan tekanan darah
pada penderita hipertensi.
b. Mengidentifikasi perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah
diberikan air rebusan daun seledri pada penderita hipertensi.
c. Menganalisis pengaruh pemberian air rebusan daun seledri terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.
5

D. Bidang ilmu
Penelitian ini masuk dalam penelitian yang berfokus pada keperawatan
medikal bedah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang berkaitan degan
peningkatan tekanan darah diatas normal, dimana tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah sistolik lebih dari 90 mmHg.
Berdasarkan pada dua kali pengukuran atau lebih dengan selang waktu
lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Suharto et al., 2020).
Hipertensi salah satu penyakit kronik yang dapat menimbulkan
peningkatan angka morbiditas dan mortalitas. Hipertensi terjadi karena
peningkatan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah yang
berkepanjangan dapat menyebabkan kerusakan organ lain seperti
jantung, ginjal, otak serta mata (Smeltzer, 2018).
Berdasarkan uraian diatas sehingga dapat disimpulkan bahwa
hipertensi atau yang disebut dengan tekanan darah tinggi merupakan
kondisi tekanan darah diatas batas normal, yang mana tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg berdasarkan dua kali pengukuran atau lebih. Hipertensi bersifat
asimptomatik atau tanpa gejala dan jika tidak ditangani dengan baik
maka dapat menyebabkan kerusakan organ lain seperti jantung, ginjal,
otak serta organ mata.
2. Etiologi
Hipertensi pada umumnya tidak memiliki penyebab yang spesifik.
Hipertensi dapat terjadi karena adanya reaksi curah jantung atau cardiac
output yang meningkat atau tekanan perifer yang meningkat (Aspiani,
2014). Namun, ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan
terjadinya hipertensi antara lain :
a. Genetik : respons neurologi terhadap stress, cemas atau kelainan pada
sistem ekskresi.

6
7

b. Obesitas : adanya kadar insulin yang berlebih sehingga membuat


peningkatan tekanan darah.
c. Stress karena faktor lingkungan.
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan adanya artesklerosis pada lansia
serta dilatasi pada pembuluh darah (Aspiani, 2014).
3. Faktor risiko hipertensi
Hipertensi disebabkan oleh berbagai faktor risiko yang sangat
mempengaruhi antara satu sama lain. Kondisi masing- masing orang
tidak sama, sehingga faktor penyebab hipertensi dibedakan menjadi dua
faktor yaitu faktor risiko yang dapat dikontrol dan faktor risiko yang
tidak dapat dikontrol.
a. Faktor risiko yang tidak dapat dikontrol
1) Faktor genetik
Secara teori banyak gen yang ikut berperan terhadap
perkembangan gangguan hipertensi. Seseorang yang memiliki
riwayat keluarga sebagai pembawa (carier) hipertensi maka akan
mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk mengidap hipertensi.
Gen simetrik memberi kode pada gen aldosteron sintase, sehingga
menghasilkan produksi ektopik aldosteron, mutasi gen saluran
natrium endotel menyebabkan peningkatan aktifitas aldosteron,
penekanan aktifitas renin plasma dan hypokalemia. Kerusakan
menyebabkan sindrom kelebihan mineralokortikoid. Dengan
meningkatnya aldosteron mengakibatkan peningkatan retensi air,
sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah (Nuraeni, 2019)
2) Umur
Semakin bertambahnya umur, maka perubahan pada arteri
dalam tubuh menjadi lebih lebar dan kaku, sehingga menyebabkan
kapasitas serta rekoil darah yang diakomodasikan melalui
pembuluh darah menjadi berkurang. Penguragan ini mengakibatkan
tekanan sistol menjadi meningkat. Menua juga menyebabkan
gangguan mekanisme neurohormonal, seperti system renin-
8

angiotensin-aldosteron dan juga menyebabkan meningkatnya


konsentrasi plasma perier serta adanya Glomerulosklerosis, akibat
penuaa dan intestinal fibrosis menyebabkan peningkatan
vasokontriksi dan ketahanan vaskuler, sehingga mengakibatkan
peningkatan tekanan darah atau yang biasa disebut dengan
hipertensi (Nuraeni, 2019).
3) Jenis kelamin
Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipertensi,
dimana pada usia muda dibawah 60 tahun, pria lebih banyak yang
menderita hipertensi dibandingkan wanita. Pria diduga memiliki
gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah
dibanding wanita. Namun setelah memasuki menopause, prevalensi
hipertensi pada wanita meningkat. Perempuan yang menderita
hipertensi setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita
lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang diduga diakibatkan
oleh faktor hormonal. Hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh
hormon estrogen yang dapat melindungi wanita dari penyakit
kardiovaskuler. Kadar hormon ini akan menurun setelah
menepouse. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai
penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada
premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit
hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari
kerusakan (Ikhwan et al., 2015).
b. Faktor risiko yang dapat dikontrol
1) Obesitas
Obesitas (kegemukan) adalah salah satu penyebab terbesar
penyakit hipertensi. Jika makanan yang di konsumsi lebih banyak
mengandung kolesterol dapat menimbulkan penimbunan lemak di
sepanjang pembuluh darah. Akibatnya aliran darah menjadi kurang
lancar. Orang yang memiliki kelebihan lemak (hiperlipidemia),
berpotensi mengalami penyumbatan darah sehingga suplai oksigen
9

dan zat makanan kedalam tubuh terganggu. Penyempitan dan


sumbatan oleh lemak ini memacu jantung untuk memompa darah
lebih kuat lagi agar dapat memasok kebutuhan darah ke jaringan.
Akibatnya, tekanan darah meningkat, maka terjadilah hipertensi
(Ikhwan et al., 2015)
2) Dislipidemia
Kelainan metabolisme lipid (lemak) ditandai dengan
peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL
dan/atau penurunan kadar kolesterol HDL dalam darah. Kolesterol
merupakan faktor penting dalam terjadinya aterosklerosis, yang
kemudian mengakibatkan peningkatan tahanan perifer pembuluh
darah sehingga tekanan darah meningkat (Supriyono, 2019).
3) Pola asupan garam dalam diet
Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara
konsumsi garam dengan hipertensi. Garam merupakan hal yang
sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh
asupan garam terhadap hipertensi melalui peningkatan volume
plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti
oleh peningkatan ekskresi (pengeluaran) kelebihan garam sehingga
kembali pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang
normal. Pada hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di
samping ada faktor lain yang berpengaruh. Faktor-faktor yang
dapat menyebabkan timbulnya gangguan atau kerusakan pada
pembuluh darah turut berperan pada penyakit hipertensi (Suryati
Romauli, 2020).
4) Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yag dapat
menyebabkan terjadinya hipertensi. Hal tersebut dikarenakan zat
kimia beracun yang terdapat didalam rokok seperti karbon
monoksida dan nikotin yang dihisap melalui rokok akan masuk ke
aliran darah sehingga menghancurkan lapisan endotel pada
10

pembuluh darah arteri yang menimbulkan proses aterosklerosis dan


peningkatan tekanan darah (Retnaningsih et al., 2016).
5) Stress
Faktor risiko hipertensi yang lain adalah stress. Pada saat
seseorang mengalami stress, maka horom adrenalin akan
dilepaskan dan kemudian akan meningkatkan tekanan darah
melalui kontraksi arteri (vasokontriksi) dan peningkatan denyut
jantung. Apabila stress tetap berlanjut, maka tekanan darah akan
tetap tinggi sehingga orang tersebut akan mengalami hipertensi
(Suparta & Rasmi, 2018).
6) Kurang aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang kurang dapat meningkatkan resiko
seseorang untuk menderita hipertensi. Seseorang yang tidak aktif
dalam beraktivitas maka cenderung memiliki frekuensi denyut
jantung yang lebih tinggi dibanding dengan orang yang aktif
beraktivitas fisik dengan volume pompa darah yang sama. Otot
jantung orang yang jarang beraktivitas fisik maka akan bekerja
lebih sering dan lebih keras pada setiap kontraksi. Semakin besar
tekanan yang dibebankan pada arteri maka menyebabkan teknaan
darah meningkat.
7) Konsumsi alkohol berlebih
Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah
dibuktikan, namun mekanismenya masih belum jelas. Dugaan
sementara karena peningkatan kadar kortisol, peningkatan volume
sel darah merah serta peningkatan kekentalan darah yang berperan
dalam menaikkan tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan
hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol.
Dikatakan bahwa, efek terhadap tekanan darah baru nampak
apabila mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar
setiap harinya(Supriyono, 2019).
11

4. Jenis- jenis hipertensi


Hipertensi dibedakan menjadi dua jenis yaitu hipertensi esensial
(primer) dan hipertensi sekunder (Smeltzer, 2018). Adapun perbedaan
dari kedua jenis hipertensi tersebut sebagai berikut:
a. Hipertensi primer (essensial)
Hipertensi primer disebut juga hipertensi esensial atau idiopatik,
hipertensi primer merupakan hipertensi yang belum jelas etiologinya.
Kemungkinan pada kondisi ini dapat bersifat poligenik multifaktor.
Hipertensi primer termasuk tipe hipertensi yang sering umum terjadi
pada populasi dewasa, antara 90% dan 95% mengalami hipertensi
primer ini (Smeltzer, 2018). Faktor- faktor yang meningkatkan resiko
terjadinya hipertensi primer adalah obesitas, merokok, alkohol dan
polisitemia (Nurarif & Kusuma, 2015).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang ditandai dengan
adanya peningkatan tekanan darah yang disertai penyebab spesifik,
meliputi penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim renal,
hiperaldosteronisme (hipertensi mineralokortikoid), medikasi tertentu,
kehamilan serta kontraksi aorta. Hipertensi juga dapat bersifat akut,
yang ditandai dengan adanya gangguan sehingga menyebabkan
perubahan retensi perifer atau perubahan curah jantung (Smeltzer,
2018).
5. Klasifikasi
Menurut Joint National Comitte (JNC) VIII klasifikasi tekanan
darah dibagi menjadi 5 kategori, kategori normal, pre-hipertensi,
hipertensi derajat 1, hipertensi derajat 2, dan hipertensi derajat 3.
Tekanan darah dikatakan normal apabila tekanan sistolik <120 mmHg
dan diastolik <80 mmHg. Pre-hipertensi dapat terjadi jika tekanan
sistolik berada diantara rentang 120-139 mmHg dan diastolik 80-89
mmHg. Tekanan sistolik 140-159 mmHg dan diastolik 90-99 mmHg
dikategorikan sebagai hipertensi derajat 1. Hipertensi derajat 2 apabila
12

tekanan sistolik ≥160 mmHg dan diastolik ≥100 mmHg. Dinyatakan


hipertensi derajat 3 apabila tekanan sistolik ≥180 mmHg dan diastolik
≥110 mmHg (Muhadi, 2016)
Tabel 2. 1 Klasifikasi Hipertensi
No Kategori Tekanan darah Tekanan Tekanan Darah
Darah Sistolic Diastolic (mmHg)
(mmHg)
1 Normal <120 <80
Pre Hipertensi 130-139 80-89
2 Hipertensi tingkat 1 (Ringan) 140-159 90-99
3 Hipertensi Tingkat 2 (Sedang) 160-179 100-109
4 Hipertensi Tingkat 3 (Berat) ≥ 180 ≥110

6. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat
vasomotor bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetikolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepineprin
mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokontriksi Individu dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi (Padila, 2013).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla
adrenal mensekresi epineprin yang menyebabkan vasokntriksi. Konteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respon vasokontriktor pembuluh darah. Vaskontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
13

ennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian


diubah menjadi angiotensi II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini meyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, mneyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi (Padila, 2013).
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi padausia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,
yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung
dan peningkatan tahanan perifer (Padila, 2013).
7. Manifestasi klinis
Penderita hipertensi pada umumnya mengalami gejala yag tidak
sama dengan penderita lainnya, bahkan terkadang timbul tanpa gejala.
Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi antara
lain :
a. Sakit kepala.
b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk.
c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh.
d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat.
e. Telinga berdenging (Aspiani, 2014).
8. Komplikasi
Hipertensi jika tidak terkontrol dan ditangani dengan baik maka
dalam jangka panjang akan menyebabkan kematian dan menimbulkan
kerusakan serta komplikasi pada organ lain (Astri Milani, 2017).
Kerusakan serta komplikasi organ yang diakibatkan dari hipertensi yaitu :
14

a. Komplikasi pada jantung


Apabila hipertensi berlangsung secara terus-menerus, maka
sebagai kompensasi pada jantung akan mengalami hipertrofi ventrikel
kiri akibat dari beban kerja yang berat, akhirnya ruang ventrikel kiri
dapat berdilatasi dan terjadi gagal jantung kiri ataupun gagal jantung
kongestif. Angina pectoris, infark myocardium juga dapat terjadi
karena adanya kebutuhan oksigen yang tidak seimbang dengan suplay
oksigen (Astri Milani, 2017).
b. Komplikasi pada neurologic
Efek hipertensi pada neurologic yaitu terjadi perubahan pada
retina dan disfungsi sistem saraf pusat. Pada retina terjadi lesi yang
sering kali menimbulkan adanya perdarahan, eksudat, papilledema,
bahkan kebutaan. Sedangkan pada sistem saraf pusat sering ditemukan
adanya oklusi vaskuler, perdarahan, enselophaty, infark serebral (Astri
Milani, 2017).
c. Komplikasi pada ginjal
Komplikasi hipertensi pada ginjal, sering ditemukan adanya
penurunan tingkat filtrasi glomerulus dan disfungsi tubulus ginjal,
proteinuria, hematuria serta gagal ginjal (Astri Milani, 2017).
9. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hemoglobin/Hematokrit : digunakan untuk mengkaji hubungan
dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat
mengidentifikasi factor resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.
2) Blood urea nitrogen (BUN) /kreatinin : memberikan informasi
tentang perfusi/fungsi ginjal.
3) Glucosa : Hiperglikemia (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal
disertai DM.
15

b. Computed Tomography Scan (CT Scan) : mengkaji adanya tumor


cerebral, encelopati.
c. Elektrokardiogram (EKG): dapat menunjukkan pola regangan,
dimana luas peninggian gelombang p adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi.
d. Intravena pyeliografi (IVP): mengidentifikasi penyebab hipertensi
seperti batu ginjal, perbaikan ginjal.
e. Photo dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung (Nurarif & Kusuma, 2015).
10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bertujuan untuk mencegah peningkatan angka
morbiditas dan mortalitas yang dikarenakan hipertensi tersebut.
Penatalaksanaan hipertensi dibagi menjadi 2 jenis yakni penatalaksanaan
farmakologi dan penatalaksanaan non farmakologi. Perbedaan
penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi adalah :
a. Penatalaksanaan farmakologi
Terapi farmakologi merupakan terapi dengan menggunakan
obat-obat antihipertensi. Terdapat 5 golongan obat antihipertensi yang
banyak digunakan untuk terapi hipertensi antara lain Diuretik Thiazid,
Beta Blocker, ACE-Inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor Blocker
(ARB), dan Calcium Canal Blocker (CCB) (Febri Nilansari et al.,
2020).
b. Penatalaksanaan non farmakologi
Penatalaksanaan non farmakologi merupakan penatalaksanaan
dengan memodifikasi gaya hidup menjadi lebih sehat, yaitu dengan
cara mengurangi stress serta melakukan diet dalam asupan makan,
misalnya mengurangi asupan garam dan memperbanyak serat dengan
cara makan buah dan sayuran, serta mengurangi kebiasaan buruk
seperti merokok dan menkonsumsi alkohol (Muhammad Fadhil
Hidayat, Pepin Nahariani, 2016).
16

B. Tekanan Darah
1. Definisi
Tekanan darah adalah tekanan dari darah yang dipompa oleh
jantung terhadap dinding arteri. Pada manusia, darah dipompa melalui
dua sistem sirkulasi terpisah dalam jantung yaitu sirkulasi pulmonal dan
sirkulasi sistemik. Ventrikel kanan jantung memompa darah yang kurang
O2 ke paru-paru melalui sirkulasi pulmonal di mana CO2 dilepaskan dan
O2 masuk ke darah. Darah yang mengandung O2 kembali ke sisi kiri
jantung dan dipompa keluar dari ventrikel kiri menuju aorta melalui
sirkulasi sistemik di mana O2 akan dipasok ke seluruh tubuh. Darah
mengandung O2 akan melewati arteri menuju jaringan tubuh, sementara
darah kurang O2 akan melewati vena dari jaringan tubuh menuju ke
jantung (Amiruddin et al., 2015).
2. Fisiologi tekanan darah
Tekanan darah menggambarkan keterkaitan curah jantung,
resistensi pembuluh darah perifer, volume darah, viskositas darah, dan
elastisitas arteri.
a. Curah jantung
Tekanan darah tergantung pada curah jantung. Ketika volume
meningkat diruang tertutup seperti pembuluh darah, tekanan di ruang
itu naik. Dengan demikian ketika curah jantung meningkat, lebih
banyak darah dipompa ke dinding arteri, menyebabkan tekanan darah
meningkat. Curah jantung meningkat sebagai hasil dari peningkatan
denyut nadi, kontraktilitas otot jantung yang lebih besar, atau
peningkatan volume darah. Perubahan frekuensi jantung terjadi lebih
cepat dari pada perubahan kontraktilitas otot jantung atau volume
darah. Peningkatan denyut nadi yang cepat dan signifikan mengurangi
waktu pengisian jantung. Akibatnya tekanan darah menurun. (Potter &
Perry, 2017).
17

b. Ketahanan perifer
Tekanan darah tergantung pada resistensi pembuluh darah
perifer. Darah bersikulasi melalui jaringan arteri dan arteriol, kapiler,
venula, dan vena. Arteri dan arteriol dikelilingi oleh otot polos yang
berkontraksi atau relaksasi untuk mengubah ukuran lumen. Ukuran
arteri dan arteriol erubah untuk menyesuaikan aliran darah dengan
kebutuhan jaringan lokal. Misalnya , ketika organ utama
membutuhkan lebih banyak darah, arteri perifer menyempit,
menurunkan suplai darah mereka. Darah menjadi lebih banyak
tersedia untuk organ utama karena perubahan resistensi diperifer,
normalnya arteri dan arteriol tetap berkontraksi sebagi untuk
mempertahankan aliran darah yang konstan. Resistensi pembuluh
darah perifer adalah resistensi terhadap aliran darah yang ditentukan
oleh otot-otot vaskular dan diameter pembuluh darah. Semakin kecil
pembuluh darah, semakin besar resistensi pembuluh darah perifer
terhadap aliran darah. Ketika resistensi meningkat, tekanan darah
meningkat. Ketika pembuluh darah membesar dan resistensi menurun,
tekanan daram menurun (Potter & Perry, 2017).
c. Volume darah.
Volume sirkulasi darah dalam sistem vaskular mempengaruhi
tekanan darah. Volume sirkulasi darah pada orang dewasa 5000 ml,
normalnya volume darah tetap konstan. Akan tetapi, peningkatan
volume memberikan lebih banyak tekanan terhadap dinding arteri
(Potter & Perry, 2017).
d. Viskositas
Kekentalan atau viskositas darah mempengaruhi kemudahan
aliran darah melalui pembuluh – pembuluh kecil. Hematoktit, atau
presentase sel darah merah dalam darah, menentukan kekentalan
darah. Ketika hematokrit naik dan aliran darah melambat, tekanan
darah meningkat. Jantung berkontraksi lebih kuat untuk memindahkan
darah kental melalui sistem peredaran darah (Potter & Perry, 2017).
18

3. Pengukuran tekanan darah


Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
a. Metode langsung
Metode langsung menggunakan kateter arteri yang dimasukkan
kedalam arteri. Walaupun hasilnya sangat tepat, akan tetapi pada
metode pengukuran ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan
masalah kesehatan lain. Bahaya yang ditimbulkan saat pemasangan
kateter arteri yaitu nyeri inflamasi pada lokasi penusukan, bekuan
darah karena tertekuknya kateter, dan perdarahan (ekimosis) bila
jarum lepas tromboplebitis (Manurung, 2018).
b. Metode tidak langsung
Pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan
menggunakan alat sphygmanometer dan stetoskop. Sphygmanometer
tersusun atas manset yang dapat dikembangkan serta alat ukur yang
berhubungan dengan ringga dalam manset. Alat ini dikalibrasikan
sedemikian rupa sehingga tekanan yang terbaca pada manometer
sesuai dengan tekanan dalam milimeter air raksa yang dihntarkan oleh
arteri brakialis (Manurung, 2018).
Adapun cara pengukuran tekanan darah dimulai dengan
membalutkan manset dengan kencang dan lembut pada lengan atas
dan dikembangkan dengan pompa. Tekanan dalam manset dinaikkan
sampai denyut radial atau brakial menghilang. Hilangnya denyutan
menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri
brakialis telah tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai
30 mmHg diatas titik hilangnya denyutan radial. Kemudian manset
dikempiskan perlahan, dan dilakukan pembacaan secara auskultasi
maupun palpasi. Dengan palpasi kita hanya dapat mengukur tekanan
sistolik. Sedangkan dengan auskultasi kita dapat mengukur tekanan
sistolik dan diastolik dengan lebih akurat ( Manurung, 2018).
19

Untuk mengauskultasi tekanan darah, ujung stetoskop yang


berbentuk corong atau diafragma diletakkan pada arteri brakialis, tepat
di bawah lipatan siku (rongga antekubital), yang merupakan titik
dimana arteri brakialis muncul diantara kedua kaput otot biseps.
Manset dikempiskan dengan kecepatan 2 sampai 3 mmHg per detik,
sementara kita mendengarkan awitan bunyi berdetak, yang
menunjukkan tekanan darah sistolik. Bunyi tersebut dikenal sebagai
Bunyi Korotkoff yang terjadi bersamaan dengan detak jantung, dan
akan terus terdengar dari arteri brakialis sampai tekanan dalam manset
turun di bawah tekanan diastolik dan pada titik tersebut, bunyi akan
menghilang (Manurung, 2018).

C. Seledri (Apium Graveolens L)

Gambar 2. 1 Seledri (Apium Graveolens L)


Sumber : (Adawiyah & Afa, 2018)

1. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan


Kingdom : Plantae
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae (Berkeping dua)
Family : Umbelliferae (Apiaceae)
Genus : Apium
Spesies : Apium graveolens L (Faizal & Iskandar, 2018).
Seledri (Apium Graveolens) merupakan salah satu tanaman yang
mudah ditemukan di Indonesia, hal tersebut disebabkan karena iklim
20

sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman ini. Seledri dapat tumbuh


tinggi hingga 60-90 cm. Batang seledri bercabang dan bergerigi. Daun
berbentuk bulat telur yang terdiri atas tiga lobus dengan panjang 2-4,5
cm. Daun seledri berwarna hijau tua, licin, berbentuk baji, dengan
pinggir bergerigi, yang terletak pada kedua sisi tangkai yang
bersebrangan. Bunga kecil dan berwarna abu-abu putih yang merekah
dari bulan Juli hingga November (Sukohar & Arisandi, 2016).
2. Jenis-jenis seledri
Seledri (Apium Graveolens L) merupakan anggota keluarga
Apiaceae atau biasa yang disebut dengan Umbellifereae, spesies seledri
dibagi menjadi dua varietas yakni :
a. Apium graveolens var. Dulce
Seledri jenis ini merupakan sebutan dari seledri batang, varietas
ini banyak digunakan sebagai penyedap makanan terutama pada
bagian batang serta daun(Syahidah & Sulistiyaningsih, 2018).
b. Apium graveolens var.rapaceum
Merupakan nama lain dari seledri umbi, varietas ini memiliki
akar yang beronggol menyerupai akar umbi besar yang dapat dimasak
dan dimakan(Syahidah & Sulistiyaningsih, 2018).
3. Manfaat seledri
Seledri adalah tanaman yang memiliki banyak manfaat, salah
satunya masyarakat Indonesia memanfaatkan seledri sebagai sayuran,
campuran dalam makanan dan juga penyedap rasa (Adawiyah & Afa,
2018). Namun sebagian masyarakat juga menggunakan seledri sebagai
tanaman obat. Berdasarkan hasil analisis secara farmakologis hampir
semua bagian dari seledri bermanfaat sebagai obat. Akar seledri
berkhasiat sebagai diuretik dan skomakik. Biji dan buahnya berkhasiat
sebagai antispasmodik, menurunkan kadar asam urat darah, dan
antirematik. Seledri juga berkhasiat sebagai penenang (sedatif), peluruh
kentut (karminatif), pereda nyeri (antiinflamasi), antioksidan, antibakteri,
anti kanker dan juga antihipertensi (Kurnia et al., 2016).
21

4. Kandungan seledri
Seledri memiliki beberapa kandungan diantaranya yaitu kandungan
Flavonoid berfungsi sebagai anti-oksidan yang dapat digunakan untuk
anti-inflamasi. Apigenin berfungsi sebagai Beta blocker yang dapat
menghambat detak jantung dengan menurunkan kekuatan kontraksi
jantung sehingga dapat menyebabkan aliran darah terpompa lebih sedikit
dan mengakibatkan tekanan darah dapat menurun. Kemudian untuk
kandungan Manitol dan Apiin bersifat Diuretik, sehingga dapat
membantu ginjal untuk mengeluarkan kelebihan air dan natrium di dalam
tubuh yang efeknya dapat menurunkan tekanan darah. Kandungan yang
lainnya seperti Apigenin memiliki sifat Vasodilator untuk mencegah
penyempitan pembuluh darah sehingga dengan terjadinya pelebaran
pembuluh darah, maka akan memberikan efek penurunan tekanan darah.
Selain itu kandungan yang berupa Fistosterol ternyata memiliki efek
membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah, karena fitosterol
merupakan sterol dari tumbuhan yang mirip sekali dengan kolesterol,
sehingga mekanisme fitosterol berupa penghambatan penyerapan
kolesterol di dalam usus yang dapat membantu menurunkan jumlah
kolesterol pada saat memasuki aliran darah, sehingga akan memberikan
efek penurunan tekanan darah (Donna et al., 2018).
Kalium yang terkandung dalam daun seledri dapat berfungsi untuk
menarik cairan dari ekstraseluler sehingga gradien cairan intraseluler
lebih banyak, menyebabkan perubahan keseimbangan pompa natrium-
kalium yang dapat menurunkan tekanan darah. Pthalides dan Magnesium
dalam daun seledri juga berkhasiat dapat merelaksasikan dan
melemaskan otot- otot pembuluh darah arteri dan menormalkan
penyempitan-penyempitan yang terjadi pada pembuluh darah arteri
(Donna et al., 2018).
5. Mekanisme seledri
Rebusan seledri dalam menurunkan tekanan darah mempunyai 4
mekanisme kerja yaitu dengan cara membantu metabolisme gula,
22

metabolisme lemak,efek diuretik dan mempertahankan elastisitas


pembuluh darah. Dalam hal ini vitamin C, fisterol dan berperan sebagai
zat yang dapat membantu proses metabolisme gula. Vitamin C berperan
pnting melalui proses metabolisme kolesterol, karena dalam proses
metabolisme kolesterol vitamin C dapat meningkat laju kolesterol yang
dibuang dalam bentuk asam empedu dan mengatur metabolisme
klestreol. Vitamin C juga dapat meningkatkan kadar HDL dan berfungsi
sebagai pencahar sehingga dapat meningkatkan pembuangan kotoran.
Fitosterol adalah sterol yang terdapat dalam tanaman dan mempunyai
struktur mirip kolesterol. Secara alami Fitosterol dapat ditemukan di
dalam sayuran, kacang-kacangan, gandum. Fitosterol dapat membantu
menurunkan kadar kolesterol dengan cara menghambat penyerapan
kolesterol di usus sehingga membantu menurunkan jumlah kolesterol
yang memasuki aliran darah. Sehingga Fitosterol dapat membantu untuk
menurunkan tekanan darah (Antoni & Siregar, 2019).
Flavonoid berperan sebagai zat yang dapat membantu metabolisme
lemak. Flavonoid dapat bertindak sebagai quencer atau penstabil oksigen
singlet. Salah satu Flavonoid yang berkhasiat seperti itu adalah
Quercetin. Senyawa ini beraktivitas sebagai antioksidan dengan
melepaskan atau menyumbangkan ion hidrogen kepada radikal bebas
peroksi agar menjadi lebih stabil. Aktivitas tersebut menghalangi reaksi
oksidasi kolesterol jahat (LDL) yang menyebabkan darah mengental,
sehingga mencegah pengendapan lemak pada dinding pembuluh darah.
Vitamin K berpotensi mencegah penyakit serius seperti penyakit jantung
dan stroke karena efeknya mengurangi pengerasan pembuluh darah oleh
faktor-faktor seperti timbunan plak kalsium (Antoni & Siregar, 2019).
Apiin berperan sebagai zat yang dapat membantu proses diuretik.
Cara kerjanya yaitu membantu ginjal mengeluarkan kelebihan cairan dan
garam dari dalam tubuh, sehingga berkurangnya cairan dalam darah akan
menurunkan tekanan darah. Vitamin K dan Apigenin berperan sebagai
zat yang dapat membantu peningkatan elastisitas pembuluh darah.
23

Vitamin K berpotensi mencegah penyakit serius seperti penyakit jantung


dan stroke karena efeknya mengurangi pengerasan pembuluh darah oleh
faktor-faktor seperti timbunan plak kalsium. Sedangkan apigenin yang
terdapat di seledri sangat bermanfaat untuk mencegah penyempitan
pembuluh darah dan tekanan darah tinggi (Antoni & Siregar, 2019).
6. Langkah pembuatan
a. Alat dan bahan
1) Seledri
2) Air
3) Gelas
4) Panci (Nuranti et al., 2020)
b. Prosedure kerja
1) Memilih daun seledri yang masih segar dan bagus saat akan
digunakan sebagai olahan.
2) Membersihkan seledri dengan air yang mengalir supaya steril dan
juga lebih bersih lagi saat proses pengolahannya.
3) Seledri selanjutnya diporong-potong secara kasar.
4) Masukkan potongan seledri kedalam panci yang akan digunakan
untuk merebus.
5) Tambahkan 1 gelas air bersih 200 ml lalu rebus sampai tersisa ¾.
6) Angkat dan tuangkan kedalam gelas. Rebusan daun seledri siap
disajikan/diminum (Nuranti et al., 2020).
c. Cara pemakaian
Air rebusan daun seledri diminum 2 kali dalam sehari (pagi dan sore),
dilakukam secara rutin (Nuranti et al., 2020).
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah literature review atau tinjauan
pustaka. Literature review adalah cara yang dipakai untuk mengumpulkan
data atau sumber yang berhubungan pada sebuah topic tertentu yang bias
didapat dari berbagai sumber seperti jurnal, text book, dan pustaka lain yang
relevan. Pencarian instrumen menggunakan PICOC: “Apakah terdapat
pengaruh pemberian air rebusan daun seledri terhadap penurunan tekanan
darah?”
P (Patient, Population, Problem): Pasien dengan penyakit hipertensi.
I (Interventin, prognostic factor, exposure): Pemberian air rebusan seledri.
C (Comparison, control): -
O (Outcome): Penurunan tekanan darah sistolik dan diasolik.
C (Context): Studi literature review.

B. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi ditetapkan berdasarkan : tipe studi, tipe intervensi, hasil ukur
(outcome)
Tabel 3. 1 Kriteria Inklusi Penelitian
Kriteria Inklusi
Jangka Waktu Rentang waktu penertiban jurnal tahun (2016-2021)
Tipe Studi Quasi Exsperimen, Pre Exsperimen, True exsperimen
Bahasa Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Jenis Jurnal Original artikel penelitian, full text
Tema Isi Jurnal Pengaruh pemberian air rebusan daun seledri terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi

C. Strategi Pencarian Literature


Data yang digunakan untuk penelitian ini yaitu data sekunder, yang
didapatkan dari data sebelumnya dan bukan berasal dari pengamatan
langsung. Peneliti dalam melakukan pencarian literature/ penelusuran artikel

24
25

publikasi menggunakan Google Scholar dan Science Direct dengan


memasukan kata kunci, kata kunci yang digunakan yang digunakan dalam
literature review ini adalah Hipertensi, Air rebusan daun seledri,
Hypertention , Celery Boild Water. Selanjutnya artikel yang ada dipilih
berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah peneliti tetapkan untuk
penelitian literature review ini.

D. Penelusuran Artikel
Uraian langkah-langkah mendapatkan jurnal ilmiah secara rinci :
Skema 3. 1 Penelusuran Artikel

Google Scholar = 395 artikel


Science Direct = 88 artikel
n = 83 artikel penelitian sesuai
keyword
202 artikel dibawah tahun 2016

Google Scholar = 262 artikel


Science Direct = 19 artikel
n = 281 artikel penelitian tahun
2016-2021
173 artikel merupakan penelitian
non eksperimen

Google Scholar = 99 artikel


Science Direct = 10 artikel
n = 109 artikel penelitian eksperimen

103 artikel tidak sesuai dengan


kriteria inklusi
Google Scholar = 5 artikel
Science Direct = 1 artikel
n = 6 artikel penelitian sesuai
dengan kriteria inklusi
26

E. Sintesa Data
Menjelaskan berbagai pandangan tentang pemikiran dengan mengelompokkan data-data hasil ekstraksi sesuai dengan
hasil diukur untuk menjawab tujuan. Jurnal yang telah didapatkan kemudian dikumpulkan dan dibuat ringkasan jurnal yang
meliputi nama penelitian, tahun terbit jurnal, negara penelitian, judul penelitian, metode dan ringkasan hasil atau temuan.
Tabel 3.2 Sintesa Data
Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah Penderita Hipertensi
No Judul Peneliti Tahun Sumber Desain Populasi dan Teknik Hasil Kesimpulan
Jurnal Peneltian Sampel Sampling

1. Pengaruh Nurwahidah 2019 Bima Desain Sampel dalam Pur Hasil penelitian menunjukkan adanya 16 Terdapat pengaruh
Penggunaan Jubair Nursing penelitian penelitian ini adalah posi responden yang mengalami hipertensi, yang signifikan
Rebusan Seledri Journal yang 16 orang. Terdiri ve namun setelah diberikan air rebusan pemberian air
Terhadap digunakan dari dua kelompk Sa seledri terdapat 14 responden yang rebusan seledri
Penurunan adalah true yakni kelompok mpl mengalami penurunan tekanan darah terhadap penurunan
Tekanan Darah exsperiment kontrol dan ing baik sistolik maupun diastolik dengan tekanan darah
pada Penderita kelompok nilai signifikan p<0,05. penderita hipertensi.
Hipertensi Di perlakuan.
Wilayah Kerja
Puskesmas
Cenggu
2. Pengaruh Wenny 2020 Empowering Penelitian Populasi dalam Purposive Hasil rata-rata tekanan darah sistolik Adanya pengaruh
Rebusan Daun Lazdia society ini penelitian ini semua Sampling sesudah mengonsumsi rebusan daun pemberian rebusan
Seldri untuk Widia journal menggunaka masyarakat yang seledri adalah sebesar 136 mmHg, lebih daun seledri terhadap
Menurunkan Afdilatul n desain menderita rendah dari pada rata-rata tekanan darah penurunan tekanan
Tekanan Darah Rahma quasi hipertensi di sistolik sebelum mengonsumsi rebusan darah sistolik dan
Penderita Anggi eksperimen kelurahan kayu daun seledri, yaitu sebesar 142 mmHg. diastolik pada
Hipertensi Sakinah kubu. Sampel yang Sedangkan rata-rata tekanan darah penderita hipertensi.
27

No Judul Peneliti Tahun Sumber Desain Populasi dan Teknik Hasil Kesimpulan
Jurnal Peneltian Sampel Sampling

Lubis digunakan dalam diastolik sesudah mengonsumsi rebusan


Tuti Sulastri penelitian ini daun seledri sebesar 87 mmHg lebih
sebanyak 10 orang. rendah dari pada tekanan darah sebelum
Sampel tersebut mengnsumsi rebusan daun seledri
disesuaikan dengan sebesar 94 mmHg.
kriteria inklusi dan
eksklusi.
3. Pengaruh Intan Eka 2017 Jurnal Desain Sampel pada Purposive Hasil penelitian ini menunjukkan ada Adanya pengaruh
Pemberian Air Oktavia Ilmiah penelitian ini penelitian ini Sampling perbedaan nilai tekanan darah sistolik yang signifikan
Rebusan Seledri Junaid Mahasiswa adalah True sejumlah 44 dan Pemberian Air
(Apium Ainurafiq Kesehatan Exsperimen responden, yang diastolik sebelum, pada hari pertama dan Rebusan
Graveolens) Masyarakat terbagi menjadi 2 hari kedua setelah pemberian Air Seledri terhadap
Terhadap kelompok yakni 22 Rebusan Seledri dengan nilai penurunan Tekanan
Penurunan responden sebagai signifikansi p<0,05 darah Sistolik dan
Tekanan Darah kelompok kontrol Diastolik Penderita
Sistolik Dan dan 22 responden Hipertensi.
Diastolik termasuk kelompok
Penderita perlakuan
Hipertensi Di
Wilayah
Kerja Puskesmas
Puuwatu Kota
Kendari
4. Rebusan Seledri Yosi 2021 Menara Ilmu Pre Sampel sebanyak Purposive Hasil penelitian menunjukkan rata – rata Rebusan seledri
Terhadap Suryarinilsih Exsperimen 16 orang Sampling (Mean) penurunan tekanan darah sistolik berpengaruh terhadap
Penurunan Yesi sebesar 20,000 mmHg dan tekanan darah penurunan tekanan
Tekanan Darah FadriyantiHi diastolik sebesar 9,375 mmHg, sehingga darah pada pasien
28

No Judul Peneliti Tahun Sumber Desain Populasi dan Teknik Hasil Kesimpulan
Jurnal Peneltian Sampel Sampling

Pasien Hipertensi dayatullah dapat disimpulkan perbedaan rata – rata hipertensi


(Mean) tekanan darah sebelum dan
sesudah diberi intervensi rebusan seledri,
dimana sebelum diberikan intervensi
rebusan seledri memiliki rata – rata
(Mean) tekanan darah sistolik sebesar
155,00 mmHg dan rata – rata tekanan
darah diastoliknya 94,38 mmHg,
sedangkan tekanan darah sesudah
diberikan intervensi rebusan seledri
memiliki rata – rata (Mean) tekanan
darah sistoliknya 135,00 mmHg
sedangkan rata – rata tekanan darah
diastoliknya 85,00 mmHg.
5. Pengaruh Agusdarman 2021 Jurnal Ilmu Pre- Sampel yang Total Hasil pengukuran didapatkan nilai Terdapat pengaruh
Konsumsi Waruwu, Keperawatan exsperimen digunakan dalam Sampling tekanan darah pre-test dan post test konsumsi rebusan
Rebusan Daun Ayu Sartika penelitian ini mengonsumsi rebusan daun seledri daun seledri (apium
Seledri (Apium Br. berjumlah 25 (Apium Graveolens). Rata-rata nilai graveolens) terhadap
Graveolens) Sibagariang, responden pengukuran tekanan darah awal yaitu penurunan tekanan
Terhadap Dedi Uomo tekann sistol 166.80 mmHg dan tekann darah pada lansia
Penurunan Laia, diastol 106.80 mmHg, kemudian setelah penderita hipertensi
Tekanan Darah Gustina mengonsumsi rebusan daun seledri
Pada Lansia Hulu, (Apium Graveolens) terdapat hasil
Penderita Tiarnida tekanan sistol 133.20 mmHg dan tekanan
Hipertensi Di Nababan diastol 86.40 mmHg. Hal ini
Panti Jompo menunjukkan terjadinya penurunan
Yayasan Guna tekanan darah pada lansia penderita
29

No Judul Peneliti Tahun Sumber Desain Populasi dan Teknik Hasil Kesimpulan
Jurnal Peneltian Sampel Sampling

Budi Bakti Medan hipertensi.


6. Water Boiling Erni Tri 2020 Journal for Pre Sampel sebanyak Total Hasil Hasil penelitian didapatkan dari 24 Air rebusan seledri
Celery Affects Indarti Quality in exsperimen 24 responden sampling responden tekanan darah pada lansia dapat dijadikan salah
Blood Pressure in Lexy Oktora Public sebelum diberikan air rebusan seledri satu terapi
Elderly Wilda Health hampir separuhnya masuk kategori komplementer dalam
with Hypertension Yiyin ringan, yaitu 11 responden (46%). menurunkan tekanan
Nuvitasari Tekanan darah pada lansia setelah darah khususnya
diberikan air rebusan seledri hampir terhadap lansia.
seluruhnya kategori ringan, yaitu 20
responden (83,4%).
30

F. Metode Analisis
Metode analisis yang dilakukan dalam literature review ini
menggunakan cara berikut :
1. Mencari Kesamaan (Compare)
Kesamaan yang terdapat disetiap jurnal antara lain tekanan darah sistolik
dan diastolik setelah pemberian air rebusan daun seledri selalu
menunjukkan penurunan tekanan darah. Selain itu mayoritas penderita
hipertensi adalah perempuan.
2. Mencari ketidaksamaan (Contrast)
Berdasarkan jurnal yang dicantumkan terdapat perbedaan dalam teknik
pengambilan sampel, metode penelitian, karakteristik responden, serta
nilai tekanan darah responden.
3. Memberikan pandangan (Critize)
Pemberian air rebusan daun seledri terhadap pasien hipertensi merupakan
salah satu tindakan non farmakologis untuk menekan peningkatan
tekanan darah. Hal tersebut dikarenakan daun seledri memiliki beberapa
manfaat, salah satunya menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik
pada penderita hipertensi.
4. Membandingkan (Synthesize)
Berdasarkan jurnal yang diperoleh bahwa air rebusan daun seledri dapat
menurunkan hipertensi. Hal tersebut dapat memunculkan ide baru bahwa
air rebusan daun seledri mampu menurunkan hipertensi pada semua
kalangan.
5. Meringkas (Summarize)
Sumber yang digunakan dalam literature review ini adalah Journal for
quality public health, jurnal ilmu keperawatan, jurnal menara ilmu, jurnal
ilmiah mahasis kesehatan masyarakat, empowering society journal, bima
nursing journal.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kualitas Penilaian (Quality Assessment)


Dalam melakukan sebuah penelitian literture review, artikel yang
didapatkan akan di evaluasi berdasarkan kriteria penulisan kualitas dalam
bentuk tabel kemudian setelah itu dibagian bawah tabel akan dijelaskan
dalam bentuk narasi.
Tabel 4. 1 Quality Assesment
No Penulis Judul Tahun QA1 QA2 QA3
1. Nurwahidah, Pengaruh Penggunaan Rebusan 2019 Y Y Y
Jubair Seledri Terhadap Penurunan
Tekanan Darah pada Penderita
Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Cenggu
2. Wenny Lazdia, Pengaruh Rebusan Daun Seledri 2020 Y Y Y
Widia Afdilatul Untuk Menurunkan Tekanan
Rahma, Anggi Darah Penderita Hiprtensi
Sakinah Lubis,
Tuti Sulastri
3. Intan Eka Pengaruh Pemberian Air 2017 Y Y Y
Oktavia, Junaid, Rebusan Seledri (Apium
Ainurafiq Graveolens) Terhadap
Penurunan Tekanan Darah
Sistolik dan Diastolik Penderita
Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Puuwatu Kota
Kendari
4. Yosi Rebusan Seledri Terhadap 2021 Y Y Y
Suryarinilsih, Penurunan Tekanan Darah
Yesi Fadriyant, Hipertensi
iHidayatullah
5. Agusdarman Pengaruh Konsumsi Rebusan 2021 Y Y Y
Waruwu, Ayu Daun Seledri (Apium
Sartika Br. Graveolens) Terhadap
Sibagariang, Dedi Penurunan Tekanan Darah Pada
Uomo Laia, Lansia Penderita Hipertensi Di
Gustina Hulu, Panti Jompo Yayasan Guna
Tiarnida Nababan Budi Bakti Medan
6. Erni Tri Indarti Water Boiling Celery Affects 2020 Y Y Y
Lexy Oktora Blood Pressure in Elderly with
Wilda Hypertention
Yiyin Nuvitasari
32

Keterangan simbol diatas :


1. (QA1) apakah artikel diterbitkan pada tahun 2016-2020 ?
2. (QA2) apakah pada artikel menuliskan pengaruh air rebusan daun seledri
terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi ?
3. (QA3) apakah pada artikel menuliskan metode penelitian eksperimen ?
4. Y (Ya) : untuk artikel yang sesuai quality assessment ?

B. Hasil Temuan Karakteristik Pasien Hipertensi


1. Karakteristik responden
Secara keseluruhan terdapat 6 artikel penelitian yang bisa diambil
untuk direview, dibawah ini merupakan beberapa hasil temuan
karakteristik responden yang digunakan oleh para peneliti, namun
terdapat beberapa artikel yang tidak mencantumkan karakteristiknya
secara lengkap. Artikel yang mencantumkan hasil karakteristiknya
diantaranya :
Tabel 4. 2 Karakteristik pasien hipertensi
KARAKTERISTIK HASIL
Usia Penelitian (Nurwahidah & jubair, 2019) didapatkan usia responden
sebagian besar dikategori lansia dengan rentang usia 51-59 tahun
(68,8%), penelitian dari (Lazdia et al., 2018) dengan rentang usia 41-50
tahun, penelitian yang dilakukan oleh (Oktavia et al., 2017) dengan usia
>45 tahun, penelitian (Suryarinilsih et al., 2021) didapatkan usia 56-60
tahun (50%), penelitian (Waruwu et al., 2021) dengan usia 60-69 tahun
(48%), penelitian dari (Indarti et al., 2020) usia responden >60 tahun.
Jenis Kelamin Penelitian (Nurwahidah & jubair, 2019) didapatkan jenis kelamin
perempuan sebanyak (62,5%), penelitian dari (Lazdia et al., 2018)
mayoritas responden perempuan dengan jumlah 27 orang, penelitian
(Oktavia et al., 2017) didapatkan jenis kelamin perempuan sebesar
(65,9%), penelitian dari (Suryarinilsih et al., 2021) dengan rata-rata
jenis kelamin laki-laki sebanyak (68,75%) dan jenis kelamin perempuan
(31,23%), penelitian (Waruwu et al., 2021) didapatkan responden
dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak (44%) dan jenis kelamin
perempuan sebanyak (56%). Penelitian dari (Indarti et al., 2020) rata-
rata jenis kelamin laki-laki (25%) dan jenis kelamin perempuan (75%)
Pendidikan terakhir Penelitian (Waruwu et al., 2021) didapatkan pendidikan terakhir
responden SD (8%), SMP (28%), SMA (36%), DIPLOMA (12%), S1
(16%). Penelitian dari (Indarti et al., 2020) didapatkan responden yang
tidak sekolah (16,67%), SD (75%), SMP (8,33%).
Berdasarkan hasil temuan karakteristik responden pada artikel diketahui
bahwa mayoritas usia responden 45-60 tahun, jenis kelamin mayoritas
perempuan dan tingkat pendidikan terakhir adalah SD.
33

C. Hasil Temuan Tekanan Darah Penderita Hipertensi Sebelum Dan


Sesudah Diberikan Rebusan Daun Seledri
Secara keseluruhan terdapat 6 artikel penelitian yang bisa diambil untuk
direview. Terdapat keterangan tekanan darah responden sebelum dan sesudah
diberikan ar rebusan daun seledri.
Tabel 4. 3 Tekanan Darah Penderita Hipertensi Sebelum dan Sesudah Diberikan Air Rebusan
Daun Seledri
Artikel PRE-TEST POST-TEST
Sistolik Diastolik Sistolik Diastolik
1. Tekanan darah sebelum diberikan air Tekanan darah setelah diberikan air
rebusan daun seledri yang mengalami rebusan daun seledri sejumlah 14
hipertensi 16 responden (100%). responden mengalami penurunan (87.5%).
2. Mean : 142 Mean : 94 Mean: 136 Mean: 87
3. Mean : 172,27 Mean :106,36 Mean : 141,82 Mean :90,45
4. Mean : 155.00 Mean : 135,00 Mean : 94,38 Mean : 85,00
5. Mean : 166,80 Mean : 106,80 Mean :133,20 Mean : 86,40
6. Berdasarkan 24 responden tekanan Tekanan darah pada lansia setelah diberi
darah pada lansia sebelum diberikan air rebusan seledri hampir seluruhnya
air rebusan seledri hampir masuk kategori ringan, yaitu 20 responden
setengahnya masuk kategori ringan, (83,4%).
yaitu 11 responden (46%)

Berdasarkan hasil temuan pada 6 artikel diketahui bahwa rata-rata


tekanan darah tertinggi pada penderita hipertensi sebelum diberikan rebusan
daun seledri adalah 172,27 pada tekanan sistolik dan 135,00 pada tekanan
diastolik, sedangkan sesudah diberikan air rebusan daun seledri terdapat
penurunan dengan nilai terendah pada tekanan sistolik yitu 142 dan 85,00
pada tekanan diastolik.

D. Hasil Temuan Pengaruh Air Rebusan Daun Seledri Terhadap Tekanan


Darah Pada Penderita Hipertensi
Tabel 4. 4 Pengaruh Air Rebusan Daun Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah Penderita
Hipertensi
ARTIKEL HASIL
1. Uji paired t-test didapatkan p value sistol dan diastol 0,000 yang berarti
(p<0,05), maka Ho ditolak, Ha diterima.
2. Uji paired t-test didapatkan p value sistol dan diastol 0,000 yang berarti
(p<0,05), maka Ho ditolak, Ha diterima.
3. Uji wilcoxon didapatkan p value sistol dan diastol 0,000 yang berarti
(p<0,05), maka Ho ditolak, Ha diterima
4. Uji paired t-test didapatkan p value sistol dan diastol 0,000 yang berarti
34

ARTIKEL HASIL
(p<0,05), maka Ho ditolak, Ha diterima.
5. Uji wilcoxon sign rank test didapatkan p value sistol dan diastol 0,000 yang
berarti (p<0,05), maka Ho ditolak, Ha diterima.
6. Uji wilcoxon sign rank test didapatkan p value sistol dan diastol 0,035 yang
berarti (p<0,05),maka Ho ditolak, Ha diterima.

E. Pembahasan
1. Karakteristik pasien hipertensi
Kejadian hipertensi berdasarkan dari karakteristik responden
didominasi bahwa usia responden yang menderita hipertensi rata-rata
lansia dengan usia lebih dari 41-50 tahun. Hal ini sejalan dengan teori
semakin tua usia, maka akan semakin tinggi kejadian hipertensi. Hal
tersebut dikarenakan jika usia bertambah maka akan mengalami
hilangnya kelenturan arteri sehingga mengakibatkan arteri menjadi kaku.
(Lazdia et al., 2018). Hal ini dibuktikan dengan penelitian dari
(Nurwahidah & jubair, 2019) dimana sebagian besar penderita hipertensi
berusia 51-59 tahun.
Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Oktavia et al.,
2017) didapatkan bahwa responden penderita hipertensi berkisar pada
usia 56 tahun dengan usia terendah 45 tahun dan usia tertinggi 77 tahun.
Berdasarkan penelitian (Suryarinilsih et al., 2021) dapat dijelaskan
bahwa lebih dari sebagian responden berumur 56-60 tahun yaitu
sebanyak 8 orang (50%). Penelitian dari (Waruwu et al., 2021)
didapatkan data bahwa responden yang mengalami hipertensi mayoritas
dialami pada usia 60-69 tahun. Data yang diperoleh berdasarkan
penelitian (Indarti et al., 2020) didapatkan bahwa responden yang
menderita hipertensi paling banyak berada diusia 60-74 tahun.
Peristiwa hipertensi pada umumnya sering dialami perempuan, bila
ditinjau dari segi perbandingan antara perempuan dan laki-laki, secara
umum perempuan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan laki-
laki. Laki-laki mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi
lebih awal sedangkan pada perempuan biasanya lebih rentan terhadap
35

hipertensi ketika sudah berumur diatas umur 50 tahun (Nurwahidah &


jubair, 2019). Tingginya penyakit hipertensi pada perempuan diakibatkan
beberapa faktor seperti pengaruh faktor hormonal yaitu berkurangnya
hormon estrogen pada perempuan yang telah mengalami menopause
sehingga memicu meningkatnya tekanan darah (Chasanah & Syarifah,
2017). Karakteristik responden berdasarkan penelitian yang dilakukan
(Lazdia et al., 2018) didapatkan hasil bahwa penderita hipertensi
mayoritas dialami perempuan. Berdasarkan data dari penelitian (Oktavia
et al., 2017), (Suryarinilsih et al., 2021), (Waruwu et al., 2021) dan
(Indarti et al., 2020) bahwa sebagian besar responden yang mengalami
hipertensi juga didominasi oleh perempuan.
Kejadian hipertensi cenderung lebih tinggi dialami pada kelompok
pendidikan yang rendah. Kemungkinan hal tersebut diakibatkan karena
ketidaktahuan dan kurangnya tingkat pengetahuan seseorang dalam
menerapkan perilaku hidup sehat (Chasanah & Syarifah, 2017).
Mayoritas latar belakang pendidikan terakhir penderita hipertensi adalah
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah
Menengah Atas (SMA), dan tidak sekolah. Hal tersebut didukung
berdasarkan penelitian dari (Indarti et al., 2020) bahwa penderita
hipertensi didominasi oleh responden yang berpendidikan Sekolah Dasar
(SD) yaitu sebanyak 18 orang, Sekolah Menengah Pertama (SMP)
sejumlah 2 orang dan yang tidak sekolah terdapat 4 orang.
2. Penurunan tekanan darah penderita hipertensi sebelum dan sesudah
diberikan air rebusan daun seledri
Hipertensi pada umumnya dilakukan dengan menggunakan dua
pendekatan yaitu secara farmakologi dan non farmakologi.
Penatalaksanaan farmakologi merupakan penatalaksanaan dengan
menggunakan obat antihipertensi. Penatalaksanaan farmakologi ini
dilakukan guna menurunkan tekanan darah, akan tetapi penatalaksanaan
farmakologi ini sering menyebabkan efek samping seperti :
bronkopasme, insomnia, memperburuk gangguan pembuluh darah
36

perifer, hipertrigliserida, dan lain-lain. Untuk mencegah terjadinya efek


samping tersebut. Hipertensi juga dapat diatasi dengan menggunakan
penatalaksanaan non farmakologi (Lazdia et al., 2018).
Penatalaksanaan non farmakologi merupakan penatalaksanaan
yang banyak diminati masyarakat karena sangat mudah untuk
dipraktekkan, tidak memerlukan biaya yang terlalu mahal serta tidak
menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi tubuh. Salah satu
penatalaksanaan non farmakologi yang dapat menurunkan tekanan darah
adalah terapi komplementer. Terdapat beberapa jenis terapi
komplementer salah satunya adalah penggunaan herbal seledri. Seledri
memiliki beberapa kandungan yang dapat mengatasi hipertensi, salah
satunya kandungan Apigenin, Pthalides, Apiin, dan Manitol. Kandungan
Apigenin berfungsi untuk mencegah penyempitan pembuluh darah.
Pthalides berfungsi mengendurkan otot-otot arteri atau merelaksasikan
pembuluh darah. Kemudian Apiin dan Manitol dapat menurunkan
tekanan darah karena mempunyai fungsi seperti deuretik (Lazdia et al.,
2018).
Teori tersebut dibuktikan berdasarkan 6 artikel penelitian untuk
dilakukan literature review dan diperoleh perubahan tekanan darah
sebelum dan sesudah pemberian air rebusan daun seledri. Penelitian yang
dilakukan (Nurwahidah & jubair, 2019) terdapat 16 responden (100%)
yang mengalami hipertensi, kemudian setelah diberikan air rebusan daun
seledri mengalami penurunan tekanan darah sebanyak 14 responden
(87,5%). Penelitian dari (Lazdia et al., 2018) didapatkan rata-rata tekanan
darah sistolik sesudah mengonsumsi rebusan daun seledri adalah sebesar
136 mmHg, lebih rendah dari pada rata-rata tekanan darah sistolik
sebelum diberikan air rebusan daun seledri, yakni sebesar 142 mmHg.
Kemudian untuk rata-rata tekanan darah diastolik sebelum mengonsumsi
rebusan daun seledri sejumlah 87 mmHg, lebih rendah dari pada rata-rata
tekanan darah diastolik sebelum mengonsumsi rebusan daun seledri,
yakni sebesar 94 mmHg.
37

Penelitian yang dilakukan oleh (Oktavia et al., 2017) sebelum


diberikan air rebusan daun seledri terdapat rata-rata tekanan darah
sistolik sebesar 172,27 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik
sebesar 106,36 mmHg, kemudian sesudah diberikan air rebusan daun
seledri terdapat penurunan tekanan darah dimana rata-rata tekanan darah
sistolik 141,82 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik 90,42 mmHg.
Berdasarkan penelitian dari (Suryarinilsih et al., 2021) dimana sebelum
diberikan rebusan seledri memiliki rata-rata tekanan darah sistolik
sebesar 155,00 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastoliknya 94,38
mmHg, sedangkan tekanan darah sesudah diberikan rebusan seledri
memiliki rata-rata tekanan darah sistoliknya 135,00 mmHg sedangkan
rata-rata tekanan darah diastoliknya 85,00 mmHg.
Penelitian yang dilakukan oleh (Waruwu et al., 2021) didapatkan
rata-rata tekanan darah sistolik yaitu 166.80 mmHg dan rata-rata tekanan
darah diastolik 106.80 mmHg, setelah mengonsumsi air rebusan daun
seledri didapatkan hasil rata-rata tekanan darah sistolik 133.20 mmHg
dan rata-rata tekanan darah diastolik yaitu 86,40 mmHg. Menurut
penelitian (Indarti et al., 2020) didapatkan hasil bahwa dari 24 responden
sebelum diberikan air rebusan seledri hampir setengahnya masuk
kategori ringan, yaitu 11 responden (46%). Tekanan darah pada lansia
setelah diberi air rebusan seledri hampir seluruhnya masuk kategori
ringan, yaitu 20 responden (83,4%).
3. Pengaruh pemberin air rebusan daun seledri terhadap penurunn tekanan
darah pada penderita hipertensi
Seledri (Apium Graveolens) merupakan salah satu jenis terapi
herbal untuk menangani penyakit hipertensi. Berbagai kandungan
terdapat dalam seledri salah satunya mengandung provitamin A, vitamin
B, vitamin C, dan vitamin K. Seledri memiliki kandungan yang berperan
penting dalam menurunkan tekanan darah, antara lain magnesium,
pthalides, apigenin, kalium serta magnesium. Magnesium dan pthalides
berperan dalam melenturkan pembuluh darah. Apigenin berfungsi untuk
38

mencegah penyempitan pembuluh darah dan tekanan darah tinggi.


Kalium dan asparagin bersifat diuretik, yaitu memperbanyak air seni
sehingga volume darah berkurang. Hal ini dapat menunjukkan bahwa
seledri bermanfaat unuk menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi (Nurwahidah & jubair, 2019).
Teori diatas dibuktikan dengan berbagai penelitian yakni penelitian
yang dilakukan oleh (Nurwahidah & jubair, 2019), (Lazdia et al., 2018),
(Oktavia et al., 2017), (Suryarinilsih et al., 2021) serta (Waruwu et al.,
2021) yang menunjukkan bahwa pemberian air rebusan daun seledri
memiliki pengaruh terhadap tekanan darah dengan nilai p value 0,000
yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Penelitian yang dilakukan
(Indarti et al., 2020) menunjukkan hasil bahwa rebusan daun seledri
dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan nilai p
value 0,035 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima.
Berdasarkan hasil analisis dari 6 artikel diatas membuktikan bahwa
pemberian air rebusan daun seledri terbukti dapat menurunkan tekanan
darah pada penderita hipertensi.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil literature review yang berjudul “Pengaruh pemberian
air rebusan daun seledri terhadap penurunan tekanan darah pada penderita
hipertensi” terdapat beberapa kesimpulan yang diperoleh diantaranya yaitu :
1. Karakteristik responden berdasarkan usia pada pasien hipertensi
mayoritas terjadi pada usia lebih dari 41-50 tahun. Kejadian hipertensi
banyak terjadi pada laki-laki dengan usia dewasa dibandingkan
perempuan biasaya lebih rentan ketika berumur diatas 50 tahun, hal itu
disebabkan karena berkurangnya hormon estrogen. Kasus hipertensi
dapat dipengaruhi oleh faktor pendidikan, mayoritas pendidikan terakhir
penderita hipertensi dengan tingkat pendidikan SD.
2. Berdasarkan hasil temuan 6 artikel dapat diketahui bahwa rata-rata
tekanan darah tertinggi pada penderita hipertensi sebelum diberikan air
rebusan daun seledri adalah 166,80 pada tekanan sistolik dan 135,00
pada tekanan diastolik. sedangkan sesudah diberikan air rebusan daun
seledri terdapat penurunan tekanan darah dengan nilai terendah pada
tekanan sistolik yaitu 94,38 dan 85 pada tekanan diastolik.
3. Hasil analisa 6 artikel menujukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian
air rebusan daun seledri terhadap tekanan darah pada penderita
hipertensi.
40

B. SARAN
1. Bagi perawat
Diharapkan dapat menambah ketrampilan perawat agar dapat diterapkan
dalam asuhan keperawatan terutama dengan masalah keperawatan pada
penderita hipertensi.
2. Bagi institusi pelayanan kesehatan
Diharapkan dapat menambah informasi serta menjadi sebuah
rekomendasi bagi institusi dalam melakukan pelayanan keperawatan
khususnya pada penderita hipertensi.
3. Bagi penderita hipertensi
Diharapkan dapat dijadikan sebuah informasi mengenai tanaman seledri
(Apium Graveolens L) sebagai terapi non farmakologi untuk menurunkan
tekanan darah serta cara memanfaatkannya.
4. Bagi peneliti/penulis selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan evidence based untuk
mengembangkan penelitian lebih dalam tentang manfaat lain dari terapi
non farmakologi degan menggunakan tanaman seledri (Apium
Graveolens L).
DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, R., & Afa, M. (2018). Pertumbuhan Tanaman Seledri ( Apium


Graveolens L .) Pada Berbagai Media Tanam Tanpa Tanah Dengan Aplikasi
Pupuk Organik Cair ( Poc ). Biowallacea, 5(1), 750–760.

Amiruddin, M. A., Danes, V. R., & Lintong, F. (2015). POSISI DUDUK DAN
POSISI BERDIRI PADA MAHASISWA Bagian Fisika Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado dinding arteri . Pada manusia , darah
terpisah dalam jantung yaitu sirkulasi pulmonal dan sirkulasi sistemik .
Ventrikel kurang O 2 ke paru-paru melal. 3(April), 125–129.

Antoni, A., & Siregar, Y. F. (2019). Jurnal Pengabdian Masyarakat Aufa


( JPMA ) Volume 1 No . 1 , Desember 2019 IMB : Pembuatan Menu Sehat
Bagi Penderita Hipertensi hipertensi akan menjalani kondisi ini seumur
hidupnya . Pengelolaan hipertensi yang tidak tepat akan menurunkan
kualitas hidup . 1(1), 27–30.

Aspiani, R. Y. (2014). Asuhan Keperawatan Gerontik (T. A. Maftuhin (ed.); 1st


ed.). Trans Info Media.

Astri Milani. (2017). Pusat Data Kementrian Kesehatan RI Hipertensi.

Bin Mohd Arifin, M., & Weta, I. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Kelompok Lanjut Usia Di Wilayah Kerja
Upt Puskesmas Petang I Kabupaten Badung Tahun 2016. E-Jurnal Medika
Udayana, 5(7).

Chasanah, S. U., & Syarifah, N. (2017). Hubungan Karakteristik Individu


Penderita Hipertensi Dengan Derajat Hipertensi di Puskesmas Depok II
Sleman Yogyakarta. Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, 2(1), 1–
9.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa tengah. (2019). Profil Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2019. 3511351(24), 1–261.

Donna, B. P., Wijaya, L. S., Syahid, M. A., Karine, S. W., & Handini, Y. S.
(2018). Ekstrak Daun Seledri (Ex-Sel) Dalam Kemasan Ekonomis Siap
Minum Untuk Terapi Hipertensi. Abdi Insani, 5(2), 1.
https://doi.org/10.29303/abdiinsani.v5i2.171

Febri Nilansari, A., Munif Yasin, N., & Puspandari, D. A. (2020). Gambaran Pola
Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Rawat Inap di RSUD
Panembahan Senopati. Lumbung Farmasi: Jurnal Ilmu Kefarmasian, 1(2),
73. https://doi.org/10.31764/lf.v1i2.2577
Haryati, Yuyun, Tjahjadi, V. K., & Herjanto, A. S. (2020). Pengaruh Pemberian
Air Seduhan Serbuk Simplisia Seledri (Apium Graveolens) Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Jurnal
Dhammavicaya, IV(2), 36–48.

Ikhwan, M., PH, L., & Hermanto. (2015). Hubungan Faktor Pemicu Hipertensi
Dengan Kejadian Hipertensi. 000, 1–11.

Indarti, E. T., Wilda, L. O., & Nuvitasari, Y. (2020). Water Boiling Celery Affects
Blood Pressure in Elderly with Hypertension. Journal for Quality in Public
Health, 4(1), 33–37. https://doi.org/10.30994/jqph.v4i1.147

Kemenkes RI. (2018). Hasil utama riset kesehatan dasar.

Kurnia, E., Dewi, M., Walanda, D. K., & Sabang, M. (2016). KELARUTAN
KALSIUM DALAM BATU GINJAL Effect of Celery ( Apium graveolens L
.) Extract Against the Solubility of Calcium Kidney Stones. Journal
Akademia Kim S(3), 5(3), 127–132.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JAK/article/view/8046/6378

Lazdia, W., Rahma, W. A., Lubis, A. S., & Sulastri, T. (2018). ARTIKEL
TINJAUAN: STUDI KIMIA DAN AKTIVITAS FARMAKOLOGI
TANAMAN SELEDRI (Apium Graviolens L.). Farmaka, 16, 1–15.

Manurung, N. (2018). Keperawatan Medikal Bedah (2nd ed.). Trans Info Media.

Muhammad Fadhil Hidayat, Pepin Nahariani, A. S. M. (2016). The Effect Of Java


Classical Music Therapy To The Decrease Of Blood Pressure For
Hypertensive Elderly People At UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto.
Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing), 4(1), 31–36.

Nuraeni, E. (2019). USIA JENIS KELAMIN BERESIKO DENGAN KEJADIAN


HIPERTENSI DI KLINIK X KOTA TANGERANG. 4(1), 1–6.

Nuranti, Z., Maimaznah, M., & Anggraini, A. A. (2020). Pengaruh Pendidikan


Kesehatan dan Pemberian Daun Salam Pada Pasien Dengan Asam Urat di
Wilayah RT 10 Kelurahan Murni. Jurnal Abdimas Kesehatan (JAK), 2(1),
50. https://doi.org/10.36565/jak.v2i1.90

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC (1st ed.). Mediaction.

Nurwahidah, & jubair. (2019). Pengaruh Jus Semangka Terhadap Penurunan


Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Nanggalo. Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, 8(1), 40.
https://doi.org/10.36565/jab.v8i1.101

Oktavia, I. E., Junaid, & Ainurafiq. (2017). PENGARUH PEMBERIAN AIR


REBUSAN SELEDRI (Apium graveolens) TERHADAP PENURUNAN
TEKANAN DARAH SISTOLIK DAN DIASTOLIK PENDERITA
HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUUWATU KOTA
KENDARI TAHUN 2016. 2(6), 1–12.

Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Nuha medika.

Potter, & Perry. (2010). Fundamental Of Nursing : Concep, Process, and Practice
(Edisi 7.Vo). EGC.

Pusparini, A. D. (2015). Pengaruh Kandungan Seledri (Apium graveolens L.)


terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi. Jurnal
Agromedicine, 2(3), 290–295.

Rahmatika, A. F., Studi, P., Dokter, P., Kedokteran, F., Lampung, U., Kedokteran,
F., & Lampung, U. (2019). Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian
Hipertensi. Kesmas, 8(7), 706–710.

Ratulangi, U. S. A. M., Danes, V. R., Skripsi, K., Fisika, B., Universitas, K., &
Ratulangi, S. (2015). Analisa Hasil Pengukuran Tekanan Darah Antara Posisi
Duduk Dan Posisi Berdiri Pada Mahasiswa Semester Vii (Tujuh) Ta.
2014/2015 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. EBiomedik,
3(1), 125–129. https://doi.org/10.35790/ebm.3.1.2015.6635

Retnaningsih, D., Kustriyani, M., & Sanjaya, B. T. (2016). Perilaku Merokok


dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia. Jurnal Kesehatan Andalas., Vol
27(No 10), Hal 122-130.

Setyanda, Y. O. G., Sulastri, D., & Lestari, Y. (2015). Hubungan Merokok dengan
Kejadian Hipertensi pada Laki-Laki Usia 35-65 Tahun di Kota Padang.
Jurnal Kesehatan Andalas, 4(2), 434–440.
https://doi.org/10.25077/jka.v4i2.268

Siswanto, Y., Widyawati, S. A., Wijaya, A. A., & Dewi, B. (2020). Hipertensi
pada Remaja di Kabupaten Semarang. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan Masyarakat Indonesia, 1.

Smeltzer, S. C. (2018). Keperawatan Medikal-Bedah (E. A. Mardalena (ed.); 12th


ed.).

Suharto, S., Jundapri, K., & Pratama, M. Y. (2020). Faktor Risiko Hipertensi pada
Lansia di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa. Jurnal Kesehatan
Global, 3(1), 41. https://doi.org/10.33085/jkg.v3i1.4590

Sukohar, A., & Arisandi, R. (2016). Seledri ( Apium graveolens L ) sebagai Agen
Kemopreventif bagi Kanker Celery ( Apium graveolens L ) as
Chemopreventive Agent for Cancer. Majority, 5(2), 95–100.
Suparta, S., & Rasmi, R. (2018). Hubungan Genetik Dan Stress Dengan Kejadian
Hipertensi. JIKP Jurnal Ilmiah Kesehatan PENCERAH, 7(2), 117–125.
https://stikesmu-sidrap.e-journal.id/JIKP/article/view/38

Supriyono. (2019). Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Tekanan Darah


Sistole pada Peserta Pelatihan Manajemen Puskesmas. Jurnal Inspirasi,
10(1), 32–48. https://doi.org/10.35880/inspirasi.v10i1.62

Suryarinilsih, Y., Fadriyanti, Y., & Kemenkes Padang, P. (2021). Rebusan Seledri
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pasien Hipertensi Celery Decoction
Against Decrease Blood Pressure of Hypertension Patients. Menara Ilmu,
15(2), 134–140.
https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menarailmu/article/view/2423

Suryati Romauli, Y. M. W. (2020). Jurnal keperawatan tropis papua. Jurnal


Poltekkes Jayapura, 01(September), 1–6.
http://jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp

Susilowati, A., & Risnawati, C. (2017). Gambaran Pola Pengobatan Hipertensi


Di Puskesmas Berbah Sleman Yogyakarta Bulan Januari. 2(1), 25–32.

Syahidah, F. M., & Sulistiyaningsih, R. (2018). POTENSI SELEDRI (Apium


graveolens) UNTUK PENGOBATAN. Farmaka, 16(1), 55–62.

Waruwu, A., Sibagariang, A. S. B., Laia, D. U., Hulu, G., & Nababan, T. (2021).
Al-Asalmiya Nursing. 10, 43–53.

Wenny Lazdia1. (2020). PADA PENDERITA HIPERTENSI Info Artikel


Abstrak. Journal, Empowering Society Keperawatan, Studi Ilmu
Masyarakat, Ilmu Kesehatan, 1(1), 26–32.

Wicaksono, S. (2015). HUBUNGAN USIA DAN JENIS KELAMIN LANSIA


DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH (HIPERTENSI) DI DUSUN
1 DESA KEMBANGSERI KECAMATAN TALANG EMPAT BENGKULU
TENGAH TAHUN 2015. 1–6.

Wiyata, J. K. (2020). Literature Review : Efektivitas Terapi Non Farmakologi


Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien End Stage Renal Disease
Yang Menjalani Hemodialisis terapi di Provinsi Kalimantan Timur penyakit
gagal ginjal kronis mengeluarkan cairan , elektrolit dan s. 1.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN

No Kegiatan November Desember Januari Februari Maret April Mei


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan
skripsi
2. Seminar
Hasil

No Kegiatan Juni Juli Agustus


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan
skripsi
2. Seminar
Hasil
Lampiran 2

LOGBOOK LITERATURE REVIEW


1. Pencarian artikel dengan kata kunci “Hipertensi, Air rebusan daun seledri,
Hypertention, Celery Boild Water”
No. Tanggal Uraian Google Science
Scholar Direct
1. 8 November Pencarian artikel Ditemukan Ditemukan
2020 – 28 April dengan 395 artikel 88 artikel
2021 menggunakan kata
kunci Hipertensi, Air
rebusan daun seledri,
Hypertention, Celery
Boild Water.

2. Penyaringan artikel sesuai rentang tahun 2016-2021


No. Tanggal Uraian Google Science
Scholar Direct
1. 8 November Penyaringan artikel Ditemukan Ditemukan
2020 – 28 April sesuai dengan 262 artikel 19 artikel
2021 rentang tahun 2016-
2021
3. Penyaringan artikel yang menggunakan penelitian eksperimen
No. Tanggal Uraian Google Science
Scholar Direct
1. 8 November 2020 Penyaringan Ditemukan Ditemukan
– 28 April 2021 artikel yang 99 artikel 10 artikel
menggunakan
penelitian
eksperimen

4. Artikel yang digunakan untuk literature review

No. Tanggal Uraian Google Science


Scholar Direct
1. 8 November 2020 Penyaringan Ditemukan 5 Ditemukan
– 28 April 2021 artikel yang sesuai artikel 1 artikel
dengan
keseluruhan
kriteria inklusi

Lampiran 3
Lampiran 4
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Kiki Faraniska


Tempat, Tanggal Lahir : Blora, 19 Mei 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat rumah : Desa Sambongwangan RT 002/RW 005
Kec.Randublatung-Blora
No.HP : 0888215035946
Email : kikifara880@gmail.com
Asal Institusi : Universitas Muhammdiyah Semarang
Alamat Institusi : Jalan Kedungmundu Raya No. 18, Kelurahan
Kedungmundu, Kecamatan Tembalang, Kota
Semarang.

RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Pendidikan TK PGRI 3, lulus tahun 2005.
2. Pendidikan SD N Sambongwangan 2, lulus tahun 2011.
3. Pendidikan SMP N 1 Randublatung, lulus tahun 2014.
4. Pendidikan SMA N 1 Randublatung, lulus tahun 2017.
Lampiran 5

Anda mungkin juga menyukai