SKRIPSI
Vera Sriwahyuni
1119076
ABSTRAK
Latar belakang: Hipertensi adalah salah satu penyebab utama kematian di dunia.
Angka kejadian hipertensi tahun 2015 yaitu 1,13 miliyar artinya 1 dari 5 orang di
dunia menyandang hipertensi. komplikasi yang disebabkan hipertensi antara lain
stroke, penyakit jantung koroner, diabetes, gagal ginjal dan kebutaan. Dilihat
bahayanya hipertensi perlunya ada penanganan yang lebih lanjut selain terapi
farmakologi yaitu non farmakologi salah satunya adalah massage punggung
Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian massage
punggung terhadap tekakan darah pada Panti Werdha Karitas.
Metode: metode yang digunakan adalah Quasi eksperimental design dengan one
group pretest – posttest design yang dilakukan di Panti Werdha Karitas. Teknik
pengambilan sampel menggunakan total sampling, sampel yang digunakan 22
sampel. Waktu penelitian pada juli 2023.
Hasil : Hasil penelitian menunjukan dari 22 responden tekanan darah sistole
sebelum diberikan massage punggung memiliki rata-rata 152,86 mmHg dan
tekanan darah diastole rata-rata 87,73 mmHg. Setelah di berikan intevensi tekanan
darah sistole 147,95 mmHg dan tekanan darah diastole 83,91 mmHg dengan hasil
nilai dengan nilan p value sistole 0,002 dan p value diastol 0,012
Simpulan: Terdapat pengaruh pemberian massage punggung terhadap tekakan
darah pada Panti Werdha Karitas dengan nilan p value sistole 0,002 dan p value
diastol 0,012
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih dan berkat-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian dengan judul “Pengaruh
Massage Punggung terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di Panti
Werdha Karitas Cimahi Tahun 2023”, yang diajukan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan pendidikan di program studi Sarjana Keperawatan Fakultas
Keperawatan Institut Kesehatan Rajawali Bandung.
Penulis telah berusaha menyusun skripsi ini dengan sebaik-baiknya dan
sesuai dengan sistematika yang benar, namun dengan kerendahan hati penulis
menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan, untuk
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna
perbaikan dan penambahan wawasan untuk peneliti selanjutnya. skripsi ini hanya
merupakan sebagian kecil dari keseluruhan proses belajar, akan tetapi dalam
penyelesaiannya membutuhkan waktu dan proses yang panjang. Banyak hal yang
dapat penulis pelajari selama proses pembuatan skripsi ini. Semua itu telah
mampu membawa penulis ke dalam berbagai suasana yang akhirnya menuntun ke
arah kematangan dalam berpikir dan bertindak. Dalam penyusunan skripsi ini
penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
perkenankan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Ibu Tonika Tohri, S.Kp., M.Kes, selaku Rektor Institut Kesehatan Rajawali
Dan Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan dan arahan
dalam penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Istianah, S.Kep., Ners, M.Kep, selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Institut Kesehatan Rajawali Bandung sekaligus Peguji utama yang telah
memberikan arahan dan masukan
3. Ibu Lisbet Octovia Manalu, S. Kep., Ners, M. Kep., selaku Penanggung
Jawab Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Institut
Kesehatan Rajawali.
iv
4. Bapak M. Sandi Haryanto, S.Kep., Ners, M.Kep, sebagai Pembimbing
pendamping yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Isti selaku Wakil pengurus Panti werdha karitas cimahi yang telah
memberikan izin penelitian
6. Kedua Orang Tua dan Keluarga yang senantiasa memberikan Doa serta
dukungannya
7. Kepada Sahabat Saya Insan Rahmah Fadillah yang selalu memberikan saya
Semangat
8. Seluruh teman-teman Sarjana Keperawatan regular Angkatan 2019
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, penulis yakin masih
banyak kekurangan dalam skripsi penelitian ini. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga propsal penelitian ini dapat
bermanfaat dan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi profesi keperawatan
khususnya dan bagi dunia kesehatan umumnya.
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
2.1.6 Etiologi Hipertensi .................................................................. 12
2.1.7 Faktor Resiko Hipertensi ........................................................ 13
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi ........................ 16
2.2.1 Diagnosa Keperawatan ........................................................ 16
2.2.2 Intervensi Keperawatan ........................................................ 23
2.3 Konsep Massage Punggung ............................................................... 28
2.3.1 Definisi ..................................................................................... 28
2.3.2 Manfaat .................................................................................... 29
2.3.3 Kegunaan .................................................................................. 29
2.3.4 Standar Operasional Prosedur Pijat Punggung ........................... 30
2.3.5 Teknik gerakan pijat punggung ................................................. 31
2.4 Kerangka Konsep .............................................................................. 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian ....................................................................... 33
3.2 Kerangka Penelitian .......................................................................... 34
3.3 Variabel Penelitian ........................................................................... 34
3.3.1 Variabel independen ................................................................. 34
3.3.2 Variabel dependen .................................................................... 34
3.4 Definisi Operasional ......................................................................... 35
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................ 36
3.5.1 Populasi Penelitian .................................................................. 36
3.5.2 Besar Sampel .......................................................................... 36
3.5.3 Sampel Penelitian .................................................................... 36
3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian .......................... 37
3.6.1 Teknik pengumpulan data ........................................................ 37
3.6.2 Instrumen Penelitian ................................................................ 37
3.6.3 Prosedur Penelitian ................................................................... 37
3.7 Pengolahan dan Analisa data ............................................................ 38
3.7.1 Pengolahan Data ...................................................................... 38
3.7.2 Analisis Data ........................................................................... 39
3.8 Etika Penelitian ................................................................................ 40
vii
3.9 Lokasi dan Waktu ............................................................................. 41
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
wilayah Afrika sekitar 27% dan prevalensi terendah di Amerika sekitar 18% dan
untuk wilayah Asia Tenggara di posisi ketiga sekitar 25% (WHO, 2015).
Riset kesehatan dasar (Riskesdas, 2018) prevalensi hipertensi di
Indonesia setiap tahunnya meningkat, pada tahun 2013 kasus hipertensi sekitar
25,8% dan pada tahun 2018 meningkat menjadi 34,1%. Estimasi jumlah kasus
hipertensi di Indonesia sebanyak 63.309.620 jiwa, sedangkan angka kematian
akibat hipertensi di Indonesia sebanyak 427.218 kematian. Jumlah terbesar kasus
hipertensi di Indonesia adalah di Kalimantan Selatan sekitar 44% dan paling
rendah di Papua sekitar 22,22% dan untuk Jawa Barat berada di posisi kedua
sekitar 39,80%. Kasus hipertensi ini kebanyakan menyerang pada penduduk
indonesia diatas usia 18 tahun. Proporsi hipertensi lebih besar di perkotaan
dibanding pedesaan, tetapi proporsi di pedesaan juga tiap tahunnya meningkat
meskipun tak sebesar diperkotaan. Hasil Riskesdas pada tahun 2013 di perkotaan
dan di pedesaan orang yang terdiagnosa hipertensi sekitar 26,1% dan 25,5% dan
pada tahun 2018 meningkat menjadi 34,4% dan 33,7%. Kejadian tersebut dapat
diartikan adanya faktor-faktor perilaku yang berpotensi menyebabkan hipertensi
terutama pada masyarakat di perkotaan. Masalah tersebut sangat serius
dikarenakan hipertensi disetiap tahunya mengalami peningkatan dan jumlah
kematian yang disebabkan hipertensi semakin meningkat (Riskesdas, 2018).
Prevalensi hipertensi menurut provinsi Jawa Barat pada tahun 2018 pada
umur >18 tahun hasil pengukuran sebesar 39,60 %. Kasus tertinggi di Jawa Barat
adalah di Kota Cirebon sekitar 17,18% dan untuk yang terendah di Kota
Pangandaran sekitar 0,5% dan untuk Kota Cimahi sekitar 2,96%. Kasus hipertensi
menurut karateristrik umur cenderung meningkat dengan bertambahnya umur
(16,7% - 77,8%) Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa
sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis
hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Hipertensi tidak mengetahui bahwa
dirinya hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan (Riskesdas RI, 2018).
Profil kesehatan Kota Cimahi melaporkan kasus hipertensi pada tahun 2020 kasus
hipertensi yang berusia ≥15 tahun sekitar 175.156 kasus. Penderita yang berobat
3
fisiologi pijat dapat mempengaruhi tubuh secara fisik maupun psikis. Pijat dapat
memberikan efek relaksasi dengan menstimulasi mengeluarkan endofrin pada
otak sehingga berefek pada saraf simpatis dan menstimulasi saraf parasimpatis,
serta merangsang otot metabolisme pada sirkulasi darah (Zunaidi, Nurhayati and
Prihatin, 2016). Bahkan bebebrapa studi jangka panjang telah menunjukan bahwa
program pijat yang konsisten dapat mengurangi tekanan darah sistolik dan
diastolik. Selain itu dapat mengurangi kadar kortisol dalam tubuh (Asep Acmad
,2019)
Panti jompo merupakan suatu wadah atau wadah bagi para lanjut usia
dalam suatu kelompok di suatu desa atau kelurahan dimana para anggota lanjut
usia dapat saling berbagi cerita. Panti jompo memberikan pelayanan berupa
pemenuhan kebutuhan dasar khususnya kebutuhan makan dan minum, serta
memberikan pelayanan sosial berupa program yang dapat memberikan kegiatan
bagi lansia untuk mengisi waktu luang, seperti: pemberian bimbingan sosial,
bimbingan rohani, hiburan, promosi bakat, terapi kelompok, senam.
Organisasi sosial yang memberikan pelayanan dan menyelesaikan
permasalahan lansia adalah Balai Sosial Tresna Werdha Karitas yang berlokasi di
Jalan Ibu Sangki Gang Haji Enur Cibeber Cimahi. Rumah jompo ini didirikan
pada tahun 1987. Rumah sosial ini memiliki keunikan tersendiri, yaitu:
Akomodasi bagi Lansia dan Wanita, Lansia dari keluarga miskin dan terlantar,
Lansia dari berbagai suku dan agama, Lansia yang tinggal di PSTWK semuanya
gratis dan banyak tenaga pendamping yang beragama Islam Katolik dibandingkan
dengan tenaga penunjang yang beragama Kristen, padahal PSTWK adalah
organisasi Kristen.Kondisi ini membuat para lansia merasa kesepian dan
membutuhkan suatu lingkungan dengan komunitas yang sama. Saat ini jumlah
lansia yang tinggal dan terdaftar di Panti sosial ini sebanyak 22 orang, terdiri atas
lansia aktif dan pasif. Lansia aktif adalah seseorang yang keadaan fisiknya masih
mampu bergerak tanpa bantuan orang lain, sehingga untuk memenuhi kebutuhan
sehari-harinya masih mampu melakukan sendiri, lansia pasif yaitu seseorang yang
keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit, sehingga untuk memenuhi
hidup sehari-harinya memerlukan bantuan orang lain.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi
Tekanan darah arteri sistemik yang tinggi secara kronis dikenal sebagai
hipertensi. Kondisi yang paling sering ditemukan selama pemeriksaan awal adalah
hipertensi. Tekanan darah sistolik terus menerus minimal 140 mmHg atau tekanan
darah diastolik terus menerus minimal 90 mmHg dianggap hipertensi. Populasi
yang normotensi memiliki risiko kardiovaskular yang sangat minim, sedangkan
populasi yang prehipertensi rentan terkena hipertensi dan komplikasi
kardiovaskular jika manajemen yang tepat dan perubahan gaya hidup tidak
dilakukan. Hipertensi tahap satu dan dua membutuhkan terapi jangka panjang
yang berhasil karena merupakan faktor risiko kerusakan organ target seperti infark
miokard, penyakit ginjal, dan stroke. Hipertensi primer adalah jenis hipertensi
yang paling umum. (juga dikenal sebagai hipertensi esensial atau hipertensi
idiopatik). 92% sampai 85% pasien hipertensi (Sue E & Kathryn.2019)
5. ketidakefektifan koping
6. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
7. Resiko cedera
8. Defisiensi pengetahuan
9. Ansietas
b. Penyebab
Gangguan mekanisme regulasi
c. Batasan karakteristik:
1) Kriteria Mayor
a) Subyektif: ortopnea, dispnea, paroxysmal nocturnal dyspnea
(PND)
b) Objektif: Edema anasarka dan/atau edema perifer, berat
badan meningkat dalam waktu singkat, jugular venous
pressure (JVP) dan/atau Central Venous pressure (CVP)
meningkat, refleks hepatojugular positif.
2) Kriteria Minor:
a) Subyektif: (tidak tersedia)
b) Objektif: Distensi vena jugularis, suara nafas tambahan,
hepatomegali, kadar Hb/Ht turun, oliguria, intake lebih dari
output, kongesti paru.
d. Kondisi klinis terkait:
1) Penyakit ginjal: gagal ginjal akut/ kronis, sindrom nefrotik
2) Hipoalbuminemia
3) Gagal jantung kongesif
4) Kelainan hormon
5) Penyakit hati (mis. Sirosis, asietas, kanker hati)
6) Penyakit vena perifer (mis. Varises vena, thrombus vena,
phlebitis)
7) Imobilitas
4. Intoleransi aktivitas (D.0056)
a. Definisi
ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari- hari
b. Penyebab
Kelemahan.
c. Batasan karakteristik:
1) Kriteria Mayor
20
3) Hospitalisasi
4) Rencana operasi
5) Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6) Penyakit neurologis
7) Tahap tumbuh kembang
7. Resiko Penurunan curah Jantung (D.0011)
a. Definisi
Beresiko mengalami pemompaan jantung yang tidak adekuat
untuk memenuhi kebutuhan metabolism tubuh.
b. Faktor Risiko Perubahan afterload
c. Kondisi Klinis Terkait:
1) Gagal jantung kongesif
2) Sindrom koroner akut
3) Gangguan katup jantung (stenosis/regurgitasi aorta,
pulmonalis, trikupidalis, atau mitralis)
4) Atrial/ventricular septal defect
5) Aritmia
8. Resiko Jatuh (D.0143)
a. Definisi
Beresiko mengalami keruskan fisik dan gangguan kesehatan
akibat terjatuh.
b. Faktor Risiko
1) Usia ≥65 tahun (pada dewasa) atau ≤ 2 tahun (Pada anak)
2) Riwayat jatuh
3) Anggota gerak bawah prosthesis (buatan)
4) Penggunaan alat bantu berjalan
5) Penurunan tingkat kesadaran
6) Perubahan fungsi kognitif
7) Lingkungan tidak aman (mis. Licin, gelap, lingkungan asing)
8) Kondisi pasca operasi
9) Hipotensi ortostatik
23
2.3.2. Manfaat
Pijat punggung membantu sirkulasi darah. Keunggulan pijat punggung
dibandingkan dengan terapi lain adalah pijat punggung selama 3-5 menit
memberikan efek relaksasi pada tubuh, selain itu pijat punggung juga dapat
merangsang pelepasan hormon endorfin, hormon ini memiliki efek menenangkan
menenangkan pasien. . dan terjadi vasodilatasi pada pembuluh darah sehingga
darah pada pembuluh melebar dan tekanan darah menurun. (Labyak & Smeltzer,
1997 dalam Kozier & erb, 2002).
2.3.3. Kegunaan
Terapi pijat adalah perawatan yang terus berkembang dalam permintaan
dan popularitas. Bentuk terapi ini mencakup teknik manual untuk meninggikan
pasien, mengurangi stres, meredakan ketegangan, mengurangi kecemasan,
meningkatkan kualitas tidur, dan meningkatkan relaksasi di seluruh tubuh, di
antara banyak manfaat lainnya. Berikut adalah manfaat dari terapi pijat:
1. Dapat membantu menurunkan tekanan darah
Sesi terapi pijat teratur telah terbukti menurunkan tingkat tekanan
darah. Faktanya, beberapa penelitian jangka panjang menunjukkan
bahwa program pijat yang konsisten dapat menurunkan tekanan darah
sistolik (angka atas) dan diastolik (angka bawah). Selain itu, juga
dapat menurunkan kadar kortisol dalam tubuh. Sesi pijat teratur juga
dapat mengurangi pemicu kecemasan, permusuhan, stres, dan depresi.
2. Relaksasi
Ketika tubuh stres dan tertekan, itu menghasilkan tingkat hormon stres
kortisol yang tidak sehat, yang dapat berkontribusi pada penambahan
berat badan, insomnia, masalah pencernaan, dan sakit kepala. Terapi
pijat telah terbukti mengurangi kadar kortisol dalam tubuh. Ini
memungkinkan tubuh untuk memasuki mode pemulihan. Selain itu,
bentuk terapi ini dapat memicu perasaan relaksasi yang bertahan lama,
memperbaiki suasana hati, dan mengurangi tingkat stres.
30
33
34
2 Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi menghilangkan/menghilangkan subjek yang tidak
memenuhi kriteria inklusi penelitian karena berbagai alasan.
Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah:
a. Lansia yang mengalami gangguan di punggung
b. Lansia yang pasif dan stroke
c. Pasien yang tidak teratur minum obat anti hipertensi
3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian
3.6.1. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah proses mengakses suatu subjek dan proses
mengumpulkan ciri-ciri subjek yang diperlukan untuk suatu penelitian.
(Nursalam, 2016). Masih menurut Nursalam (2016) peneliti harus melaksanakan
lima tugas dalam proses pengumpulan data, diantaranya:
1. Memilih subjek
2. Mengumpulkan data secara konsisten
3. Tetap terkendalikan dalam mencari data
4. Menjaga integritas atau validasi, dan
5. Menyelesaikan masalah
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer. Data primer
yaitu dengan menggunakan data yang diperoleh langsung dari responden atau
pasien. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah
dengan cara memberikan intervensi dan dengan observasi mengukur langsung
tekanan darah pasien sebelum dilakukan perlakuan dan sesudah diberikan
perlakuan.
4. Beneficience (Keuntungan)
Jenis penelitian ini adalah terapeutik yang artinya responden
mendapatkan manfaat dari intervensi yang telah diberikan. Manfaat
pemberian massage punggung yang dirasakan oleh responden adalah
rasa rileks, Sehingga responden merasa lebih nyaman dan tubuh terasa
lebih segar.
5. Justice (Keadilan)
Subjek dalam penelitian ini telah ditentukan sebelumnya berdasarkan
kesepakatan peneliti dengan institusi yang terkait dimana responden
berada di Panti Werdha Karitas. Untuk memenuhi prinsip justice ini,
responden mendapatkan kesempatan untuk pemberian massage
punggung. Responden mendapatkan massage punggung selama tiga
kali dalam satu minggu.
42
43
Tabel 4.2 Distribusi Tekanan darah sistole dan diastole sesudah Diberikan
massage punggung pada pasien lansia di panti werdha karitas
Tekanan darah n Rerata Simpangan baku
Post Test Sistole 22 147,95 10,55
Post Test diastole 22 83,91 6,16
Tabel 4.2 menunjukan dari 22 responden tekanan darah sistole setelah
diberikan massage punggung memiliki rata-rata 147,95 mmHg dengan simpangan
baku 10,55. Untuk tekanan darah diastole setelah diberikan massage punggung
tekanan darah diastole memiliki rata-rata 83,91 mmHg dengan simpangan baku
6,16.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Tekanan darah sistole dan diastole Sebelum Diberikan massage
punggung pada pasien lansia di panti werdha karitas
Hipertensi adalah dimana tekanan darah sistolik melebihi 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik melebihi 90 mmHg yang dilakukan 2 kali pengukuran
atau lebih (Brunner & Suddarth, 2014). Faktor yang mempengaruhi hipertensi
yakni akibat terjadinya stimulasi simpatis, peningkatan fungsi ginjal, reabsorbsi
Na+, peningkatan aktivitas sistem renin-angiotensin-aldesteron, penurunan
vasodilatasi arteriol (Brunner & Suddath’s, 2010).
Hipertensi pada lansia terjadi karena perubahan struktur pembuluh darah
seperti elastisitas pembuluh darah berkurang dan kekakuan pada dinding
pembuluh darah arteri sehingga dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah
yang mengakibatkan aliran darah menuju jaringan dan organ-organ tubuh menjadi
berkurang dan terjadi peningkatan tekanan darah sistolik agar aliran darah ke
jaringan dan organ-organ tetap terpenuhi (Udjianti, 2013).
Hal ini sangat bahaya ketika bertambahnya usia maka tekanan darah
menjadi tinggi di tambah dengan seorang lansia yang menderita hipertensi hal
tersebut dapat mengakibatkan penyakit yang lebih kompleks. Sesuai dengan teori
yang mengungkapkan apabila pasien dengan hipertensi, baik hipertensinya tidak
terkontrol dengan baik maupun hipertensinya tidak terdiagnosis. Apabila terjadi
tekanan darah tinggi maka harus segera diturunkan akan tetapi tidak bagi tekanan
darah yang kurang dari 140/90 mmHg, hal tersebut dapat dilakukan untuk
45
mencegah terjadinya kerusakan terhadap organ tunggal seperti jantung, otak, mata
dan ginjal (Brunner & Suddath’s, 2010).
Pada penelitian ini terdapat 22 responden pasien lansia pemeriksaan
tekanan darah sistole dan diastole dilakukan sebelum diberikan intervensi
massage punggung hasil penelitian menunjukan tekanan darah sistole pada lansia
memiliki rata-rata 152,86 mmHg dengan simpangan baku 14,21 dan tekanan
darah diastole sebelum diberikan massage punggung tekanan diastole memiliki
rata-rata 87,73 mmHg dengan simpangan baku 10,47. Maka dapat disimpulkan
lansia di panti werdha karitas mengalami hipertensi
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ni Wayan (2018)
dari 30 responden menunjukkan sebelum diberikan terapi rata-rata tekanan darah
sistole yaitu 157,33 ± 12,228. Dalam penelitian lainnya yang telah dilakukan oleh
pipit (2019) dengan judul pengaruh terapi slow stroke back massage terhadap
perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi derajat 1 di panti wreda omega
semarang didapatkan hasil bahwa tekanan darah pada lansia memiliki tekanan
darah yang lebih tinggi sebesar 4 dan 5 mmHg.
Udjianti (2013) mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang berkaitan
dengan kenaikan tekanan darah antara lain faktor genetik, jenis kelamin, usia, diet,
berat badan, dan gaya hidup. Pada laki-laki lebih sering mengalami kenaikan
tekanan darah karena adanya perubahan struktur pada pembuluh darah besar yang
mengalami penebalan pada arteriolenya. Pada wanita lebih beresiko terhadap
penyakit ini dari pada laki-laki, ini terjadi akibat masa pasca menopause yang
dialami wanita terjadi penurunan produksi hormon estrogen yang bersifat
mencegah hipertensi. Masa menopause dihubungkan dengan menurunnya hormon
estrogen dalam tubuh yang akan mengaktivasi saraf simpatik dengan
mengeluarkan stimulan renin dan angiotensin II. Ini akan berpengaruh terhadap
tekanan darah.
Untuk mencegah dampak buruk dari hipertensi maka perlu dilakukan
pencegahan dan pengobatan agar dapat mengendalikan tekanan darah (Kowalski,
2010). Pengobatan hipertensi dapat dilakukan secara farmakologis dan non
farmakologis. Pengobatan farmakologis merupakan pengobatan dengan
46
dengan terapi massage pada punggung juga dapat menurunkan aktivitas saraf
simpatis dan meningkatkan aktivitas saraf parasimpatis sehingga terjadi
vasodilatasi. Sistem saraf parasimpatis melepaskan neurotransmiter asetilkolin
untuk menghambat aktifitas saraf simpatis dengan menurunkan kontraktilitas otot
jantung, volume sekuncup, vasodilitas arteriol dan vena kemudian menurunkan
tekanan darah.
4.2.3 Perbedaan tekanan darah sistole dan diastole sebelum dan sesudah
Diberikan massage punggung pada pasien lansia di panti werdha
karitas
Dari hasil penelitian didapatkan dari 22 responden didapatkan hasil T-test
tekanan darah sistole sebelum dan sesudah diberikan massage punggung
menunjukkan nilai p 0,002 yang berarti p < 0,05, maka dapat diambil kesimpulan
terdapat perubahan tekanan darah sistole pada pasien lansia di panti werdha
karitas.
Untuk tekanan darah diastole setelah dilakukan uji T-test sebelum dan
sesudah dilakukan massage punggu didapatkan nilai p 0,012 yang berarti nilai
p<0,05, maka dapat diambil kesimpulan terdapat perubahan tekanan darah
diastole pada pasien lansia di panti werdha karitas Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ikwan (2021) Hasil uji statistik menggunakan uji
Mann Whutney U yang dilakukan terhadap pengaruh slow stroke back massage
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi diperoleh hasil p
value 0.000 untuk tekanan darah sistolik dan p value 0.009 untuk tekanan darah
diastolik (p value ≤ 0.05)
Usia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi, usia
dewasa merupakan periode antara usia belasan akhir sampai akhir usia tiga
puluhan, dimana individu mulai berpisah dengan keluarganya, membangun karier,
dapat mengambil keputusan sendiri (Edelmen dan Mandle dalam Perry & Potter,
2010). Pada usia dewasa menengah Individu mengalami perubahan fisiologis dan
menghadapi kenyataan kesehatan tertentu, yakni hipertensi, serangan jantung,
sakit kepala, ulkus, kolitis, penyakit autoimun, nyeri tulang belakang, artritis, dan
49
kanker. Peran perawat yaitu berfokus pada tujuan dan membantu mengevaluasi
perilaku kesehatan, gaya hidup dan lingkungan (Perry & Potter, 2010).
Hipertensi pada lansia terjadi karena perubahan struktur pembuluh darah
seperti elastisitas pembuluh darah berkurang dan kekakuan pada dinding
pembuluh darah arteri sehingga dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah
yang mengakibatkan aliran darah menuju jaringan dan organ-organ tubuh menjadi
berkurang dan terjadi peningkatan tekanan darah sistolik agar aliran darah ke
jaringan dan organ-organ tetap terpenuhi (Udjianti, 2013).
Hipertensi merupakan kondisi tekanan darah sistolik melebihi 140
mmHg dan diastolik melebihi 90 mmHg. Hipertensi juga menjadi salah satu
faktor utama untuk penyakit kardiovaskular aterosklerotik, gagal jantung, stroke,
dan gagal ginjal (Brunner & Suddarth, 2010). Manajemen dan pencegahan pada
orang yang hipertensi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu terapi farmakologi
dan nonfarmakologi. Terapi farmakologi dapat dapat diberikan obat-obat
antihipertensi. Sedangkan, untuk terapi non-farmakologi salah satunya adalah
dengan Slow Stroke Back Massage
Slow Stroke Back Massage merupakan stimulasi atau rangsangan yang
ditimbulkan oleh massage pada jaringan merupakan respon yang kompleks dari
neurohormonal di axis hipotalamus (HPA), stimulasi tersebut dihantarkan melalui
spinal cord menuju hipotalamus yang diinterpretasikan sebagi respon relaksasi.
Sentuhan ataupun tekanan pada kulit membuat otot, tendon dan ligamen menjadi
rileks sehingga meningkatkan aktivitas parasimpatis untuk mengeluarkan
neurotransmitter asetilkolin untuk menghambat aktivitas saraf simpatis di otot
jantung yang berdampak pada penurunan tekanan darah. (Hartati, 2018).
Hasil studi ini sejalan dengan berbagai Studi lainnya seperti yang
dilakukan oleh Winardiyanto (2020) Di Kelurahan Genukharjo Kabupaten
Wonogiri pada 36 responden juga menyatakan bahwa terdapat pengaruh SSBM
dan aromaterapi mawar terhadap tekanan darah. Hasil studinya menunjukkan
perubahan tekanan darah setelah diberikan intervensi dengan p value ≤ 0.05.
mengemukakan bahwa Slow Stroke Back Massage pijatan yang diberikan kepada
pasien penderita hipertensi dapat menstimulus neurohormonal di axis hipotalamus
50
(HPA), sehingga tubuh pasien menjadi rilesks dan tekanan darah mengalami
penurunan hal ini di dukung oleh studi yang dilakukan oleh Trisnadewi (2018)
pada 30 responden juga menunjukkan nilai p value ≤ 0.05 setelah dilakukan
intervensi SSBM.
Temuan sama juga yang dilakukan oleh andi et al (2018) menyatakan
bahwa Efek penurunan tekanan darah dari slow stroke back massage didapatkan
melalui peningkatan vasodilatasi pembuluh darah dan getah bening,
meningkatkan level serotonin, mengurangi sekresi hormon katekolamin dan dapat
mengurangi rasa nyeri kepala akibat hipertensi, sehingga komplikasi lebih lanjut
dapat dicegah hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh dewi (2018)
menyatakan bahwa salah satu terapi non farmakologi yang dapat menurunkan
tekanan darah adalah terapi pijat punggung Hal tersebut diperkuat oleh peneliti
Audhina (2016) menyatakan slow stroke back massage memiliki pengaruh
terhadap penurunan tekanan darah dan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
rata-rata tekanan darah sistolik sesudah pemberian slow stroke back massage dan
aromatherapi mawar mengalami penurunan 8,62 mmHg dan nilai rata-rata
tekanan darah diastolik sesudah pemberian slow stroke back massage dan
aromatherapi mawar mengalami penurunan 6,43 mmHg.
Pada penelitian lainnya yang dilakukan oleh zinat mohebby (2013) dengan
judul the effect of back massage on blood pressure in the patients with primary
hypertension yang dilakukan diamerika hasil menunjukan bahwa setelah diberikan
intervensi rata- rata tekanan darah sistolik pasien menurun untuk sistole 6,44
mmHg dan untuk diastole 4,77 mmHg. Penelitian ini juga sejalam dengan
mahshid (2015) menunjukan bahwa terdapat perbedaan antara kelompok kontrol
dan kelompok intervensi setelah diberikan terapi pijat dengan hasil uji statistik p
value <0.001 yang mana dapat diartikan terdapat pengaruh. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh roza marlinda (2023) menyatakan bahwa ada
pengaruh teknik slow stroke back massage (pijat lembut pada punggung) terhadap
tekanan darah pada pasien hipertensi. Hal ini berarti terdapat pengaruh SSBM
terhadap penurunan tekanan darah
51
masase bermanfaat untuk melancarkan sirkulasi darah dalam tubuh kita (Darni
dkk, 2012).
Berdasarkan uraian diatas peneliti dapat berasumsi bahwa terdapat
pengaruh dari pemberian terapi nonfarmakologi yaitu terapi massage punggung
pada pasien lansia di panti werdha karitas. Pasien di ukur tekanan darah kemudian
diberikan terapi massage punggung setelah itu diukur kembali pemberian terapi
ini dilakukan seminggu 3 kali. Hal ini sesuai denga teori dan penelitian penelitian
sebelumnya
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Setelah dilakukan penelitian tentang pengaruh massage punggung
terhadap penurunan tekanan darah pada pasien lansia di panti werdha karitas .
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tekanan darah pada lansia di panti werdha karitas sebelum di berikan
intervensi massage punggung memiliki rerata tekanan darah sistole 152,86
mmHg dan untuk tekanan darah diastole memiliki rata-rata 87,73 mmHg
2. Tekanan darah pada lansia di panti werdha karitas setelah di berikan intervensi
massage punggung memiliki rerata tekanan darah sistole 147,95 mmHg dan
untuk tekanan darah diastole memiliki rata-rata 83,91 mmHg
3. Terdapat perbedaan tekanan darah pada lansia di panti werdha karitas sebelum
dan sesudah diberikan intervensi dengan nila p 0,002 untuk sistole dan untuk
diastole 0,012
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti dapat menyampaikan saran
kepada pihak beberapa diantaranya:
1. Bagi Panti
Disarankan kepada panti untuk memfasilitasi pasien agar dapat melakukan
massage punggung 2-3 kali dalam seminggu.
2. Peneliti Selanjutnya
Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih lanjut mengenai
terapi non farmakolohi lain yang dapat menurunkan tekanan darah pada
pasien lansia hipertensi. Serta dapat menambah jumlah populasi penelitian
lebih besar untuk melengkapi hasil peneliti.
53
54
3. Bagi Perawat
Harapannya hasil penelitian ini bisa menjadi bahan referensi bagi
keperawatan sebagai salah satu teknik non farmakologi untuk menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
Ananto DP, Pengaruh massage tekhnik effleurage terhadap tekanan darah pada
penderita hipertensi di desa kalirejo purwekerto
Ardiansyah. Jurnal Ilmiah STIKES Citra Delima bangka belitung. Pengaruh Pijat
Punggung Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi,. 2020 Oct 14:
101- 105
Huether SE, McCance KL, editors. Buku Ajar Patofisiologi. 6th Indonesia ed vol
1. Singapore: Elsevier; 2019.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik (1st ed.). DPP PPNI.
55
56
Ramadan, i., dahrizal, d., darwis, d., hermansyah, h., & buston, e. Pengaruh slow
stroke back massage dan aroma terapi mawar terhadap penurunan tekanan
darah pada lansia dengan hipertensi di wilayah kerja puskesmas pasar ikan
kota bengkulu tahun 2021 (doctoral dissertation). 2021.
Septiari, P., & Restuning, D. Pengaruh Terapi Slow Stroke Back Massage
Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Derajat 1
Di Panti Wreda Omega Semarang. Jurnal Manajemen Asuhan
Keperawatan, 1(1), 18-25. 2017.
Setyawan, D., & Widiyanto, B. pengaruh pemberian slow stroke back massage
dan aromaterapi mawar untuk menurunkan tekanan darah pada pasien
hipertensi di rsud h. soewondo kendal. 2016.
Smeltzer & Bare. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan.
Suddarth Edisi 8. Jakarta : EGC. Smetlzer S C & Suzane, 2013
Kepada
Yth. Bapak/Ibu calon responden
Lampiran: Surat Permohonan Izin Penelitian
Ditempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Institut Kesehatan
Rajawali Bandung Fakultas S1 keperawatan
Nama: Vera Sriwahyuni
NPM: 1119076
Sehubungan dengan penelitian saya yang berjudul ”Pengaruh Massage
Punggung Terhadap Penurunan Tekanan ..Darah Pada Pasien Lansia Di Panti
Werdha Karitas”.
Saya memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dan
memberikan informasi dengan cara mengisi lembar kuesioner. Saya menjamin
semua kerahasiaan dan informasi akan dijaga dan hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian. Atas perhatian dan kesediaan Saya ucapkan terima kasih
Bapak/ibu.
Hormat saya
Vera Sriwahyuni
INFORMED CONSENT
Nama:
Umur:
Alamat:
(……………………….…..)
LEMBAR OBSERVASI
PENGARUH MASSAGE PUNGGUNG TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN LANSIA DI
PANTI WERDHA KARITAS
No Identitas Tekanan Darah Sebelum Tekanan Darah Sesudah
Nama:
Usia:
Pekerjaan:
Jenis Kelamin:
Alamat:
Nama:
Usia:
Pekerjaan:
Jenis Kelamin:
Alamat:
Nama:
Usia:
Pekerjaan:
Jenis Kelamin:
Alamat:
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PIJAT PUNGGUNG
Pengertian Tekanan darah merupakan hasil kekuatan dinding arteri karena adanya sirkulasi darah
dari jantung keseluruh tubuh.
Referensi Potter, P.A & Perry, A.G. Buku ajar fundamental keperawatan: proses & praktek
MASTER TABEL
No Inisial pasien Tekanan darah sebelum Tekanan darah sesudah
Sistole Diastole Sistole Diastole
1 oma. A 142 90 135 87
2 oma.T 144 65 137 68
3 oma . P 143 76 150 87
4 oma .O 154 78 149 80
5 oma E 171 93 164 84
6 oma . G 145 80 140 80
7 oma . J 158 81 151 83
8 oma. H 142 80 136 79
9 oma .s 151 84 147 80
10 oma .i 141 80 140 80
11 oma j 191 111 172 100
12 oma s 174 85 167 84
13 oma N 159 81 147 82
14 oma V 149 92 141 87
15 oma L 140 91 139 80
16 opa T 150 90 142 89
17 opa E 145 89 138 82
18 opa A 140 100 145 84
19 opa U 178 97 163 90
20 opa C 143 89 147 87
21 opa Y 161 108 156 92
22 oma .M 142 90 149 81
Lampiran 6
Descriptive Statistics
Descriptive Statistics
Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair 1 sistol sebelum 152.86 22 14.214 3.030
sistol sesudah 147.95 22 10.549 2.249
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std.
Difference
Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair sistol
1 sebelum -
4.909 6.509 1.388 2.023 7.795 3.537 21 .002
sistol
sesudah
Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair 1 diastol sebelum 87.73 22 10.475 2.233
diastol sesudah 83.91 22 6.156 1.312
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Difference
Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair diastol sebelum
1 - diastol 3.818 6.507 1.387 .933 6.703 2.752 21 .012
sesudah
Lampiran 7
DOKUMENTASI
Lampiran 8
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri Cibeber 1 Tahun 2007 s.d 2013
2. SMP Negeri 2 Cimahi Tahun 2013 s.d 2016
3. SMK Surya Global Cimahi Tahun 2016 s.d 2019