Anda di halaman 1dari 53

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP

TINDAKAN PENGENDALIAN TEKANAN DARAH


PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI

PROPOSAL

TELMAINI
18142050045

PROGRAM KHUSUS PRODI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
TAHUN 2020
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Proposal ini diajukan oleh :

Nama : TELMAINI

NIM : 18142050045

Program Studi : S1 Keperawatan

Judul : Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap Tindakan


Pengendalian Tekanan Darah Pada Lansia Dengan
Hipertensi

Telah disetujui untuk diseminarkan dan dipertahankan dihadapan Tim Pengguji

Seminar Proposal Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Alifah Padang.

Padang, September 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Husni., SP. Pk Ns. Tomi Jepisa, M.Kep

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah Padang


Ketua,

Ns. Asmawati, M.Kep

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan kesehatan, kemampuan, kemudahan serta memberikan inspirasi penuh

sehingga penulis dapat menyusun Literature Review yang membahas mengenai

“Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Tindakan Pengendalian Tekanan Darah

Pada Lansia dengan Hipertensi”. Shalawat beriring salam selalu tercurah untuk Nabi

Muhammad S.A.W sebagai inspirasi yang tidak habis sepanjang zaman yang telah

memberikan tauladan bagi umatnya.

Literature Review ini telah penulis susun dengan maksimal dengan mencari

informasi dari berbagai sumber. Terlepas dari itu semua, penulis menyadari sepenuhnya

bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh

karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat

memperbaiki Literature Review ini.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis tujukan kepada:

1. dr. Husni, Sp.Pk, selaku pembimbing I.

2. Ns.Tomi Jepisa, M.Kep, selaku pembimbing II.

3. Ibu Ns.Asmawati, M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah Padang.

4. Bapak/ Ibu dosen pengajar Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Alifah Padang yang telah memberikan ilmu kepda penulis selama

perkuliahan.

5. Keluarga yang telah memberikan semangat, dorongan dan doa kepada penulis dalam

mempersiapkan diri dalam menyusun Literature Review ini.

6. Sahabat seperjuangan yang telah memberikan semangat, dorongan dan doa kepada

penulis dalam mempersiapkan diri dalam menyusun Literature Review ini.


Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga Literature Review ini bisa

bermanfaat bagi penulis khususnya, serta pembaca. Terakhir, hanya kepada Allah Tuhan

Yang Maha Kuasa penulis menyerahkan segalanya. Aamiin.

Padang, September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR BAGAN .................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................... v

BAB l PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 6

BAB ll TINJAUAN PUSTAKA


A. Kerangka Teoritis ........................................................................... 8
B. Kerangka Teori ................................................................................ 42
C. Kerangka Konsep ............................................................................. 43
D. Definisi Operasional ........................................................................ 44
E. Hipotesis .......................................................................................... 45

BAB lll METODE PENELITIAN


A. Rancangan Strategi Pencarian Literatur Review .............................. 46
B. Kriteria Literatur Review .................................................................. 47
C. Tahapan Literatur Review ................................................................ 47

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman
2.1 Kerangka Teori ............................................................................................... 42
2.2 Kerangka Konsep ............................................................................................ 43
3.1 Proses Pencarian Artikel ................................................................................. 48
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1 Klasifikasi Hipertensi ...................................................................................... 21
2.2 Definisi Operasional ....................................................................................... 44
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang

menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia setiap tahunnya. Hipertensi

merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang saat ini baik

prevalensi dan insiden mengalami peningkatan terutama pada kelompok lanjut

usia serta dikenal dengan penyakit silent killer (Kementerian Kesehatan RI,

2019).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi ialah dimana kestabilan tekanan

darah seseorang mengalami kenaikan secara drastis, sehingga memicu

kenaikan jumlah morbiditas (kesakitan) dan jumlah mortalitas (kematian).

Pada tekanan darah 140/90 mmHg bersumber atas sepasang bagian berisi

masing – masing detak jantung yakni bagian tekanan darah atas atau sistolik

(jantung saat istirahat) 140 menunjukkan bahwa perubahan darah yang sedang

dipompa oleh jantung serta bagian tekanan darah bawah atau diastolik

(jantung saat berkontraksi) 90 menyatakan bahwa tahap kembalinya darah

kejantung (Triyanto, 2014).

Pada tahun 2020 sekitar 1,56 milyar orang dewasa akan hidup dengan

hipertensi. Hipertensi membunuh hampir 8 milyar orang setiap tahun di dunia

dan hampir 1,5 juta orang setiap tahunnya di kawasan Asia Timur-Selatan.

Sekitar sepertiga dari orang dewasa di Asia Timur-Selatan menderita

hipertensi (Rodiyyah et al., 2020). Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar

tahun 2018 angka prevalensi hipertensi hasil pengukuran mencapai 34,1%


meningkat tajam dari 25,8% pada tahun 2013, dengan angka prevalensi

tertinggi di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 44,1% dan terendah di

Provinsi Papua sebesar 22,2% dimana 63,5% banyak diderita oleh lansia

(Kementerian Kesehatan RI, 2019).

Masa lansia adalah masa penurunan fungsi-fungsi tubuh dan semakin

banyak keluhan yang dilontarkan karena tubuh tidak dapat lagi bekerja sama

dengan baik seperti kala muda, sehingga akan banyak menimbulkan masalah-

masalah kesehatan akibat penuaan tersebut. Kejadian hipertensi pada lansia

dapat menyebabkan kualitas hidup yang buruk, kesulitan dalam fungsi sosial

dan fisik serta meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas akibat

komplikasi-komplikasi yang ditimbulkannya (Arifin, et al., 2016).

Hipertensi dapat dicegah dan dikontrol dengan membudayakan

perilaku hidup sehat. Pengendalian tekanan darah merupakan kunci

keberhasilan dari manajemen penyakit hipertensi, pengendalian tekanan darah.

Penderita yang mengalami hipertensi seharusnya mengetahui dengan baik

bagaimana teknik pengendalian tekanan darah (Nugraha, 2019). Hal yang

mendasar dalam upaya pengendalian tekanan darah yaitu pengetahuan.

Pengetahuan merupakan aspek yang penting dalam terbentuknya tindakan atau

perilaku seseorang. Pengetahuan pasien dengan hipertensi dapat membantu

menjalankan pencegahan, pengendalian dan penanganan komplikasi

hipertensi. Semakin paham seorang pasien tentang penyakitnya maka akan

semakin paham pula perilaku yang harus di pertahankan ataupun diubah.

(Notoatmodjo, 2010).
Menurut penelitian Septianingsing (2018) menyatakan bahwa

pengetahuan yang baik akan mampu merubah gaya hidup dengan cara

berhenti merokok sedini mungkin, berolahraga secara teratur, perbaikan diet,

hindari stress serta hindari pola hidup tidak sehat. Semakin baik pengetahuan

responden mengenai hipertensi maka semakin baik pula upaya responden

untuk mengendalikan hipertensi yang dideritanya. Selain itu juga pengetahuan

dapat diperoleh melalui pengalaman dan proses belajar yang baik bersifat

formal maupun informal. Tindakan tidak selalu berasal dari pengetahuan yang

baik. Tindakan pengendalian seringkali dilakukan tanpa sadar karena sudah

menjadi kebiasaan. Lansia melakukan pengendalian tekanan darah sebagai

akibat dari diet makan dari suatu penyakit tertentu.

Hipertensi jika tidak mendapatkan penanganan serius akan

menyebabkan komplikasi yang lebih buruk bagi penderita, diantaranya stroke,

gagal ginjal dan peningkatan risiko jantung koroner. Pemberian pendidikan

merupakan salah satu upaya peningkatan pengetahuan dan menginisiasi

adanya perubahan, dalam hal ini perubahan penderita dalam kepatuhan minum

obat. Pemberian pendidikan kesehatan dipandang sebagai prioritas dalam

melakukan intervensi dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan

memberikan kesadaran tidak hanya kepada penderita namun masyarakat

secara luas tentang upaya pencegahan dan pengendalian hipertensi (Infodatin,

2019).

Menurut Bratajaya dan Rejeki (2020) peningkatan pengetahuan

masyarakat penting dilaksanakan, secara mendasar dapat dilakukan melalui

program promosi kesehatan pada posyandu lansia agar terjadi peningkatan


kesadaran akan perilaku perawatan lansia yang menderita hipertensi. Hasil

penelitian Anggreani (2019) menunjukkan hubungan signifikan antara

hubungan pengetahuan lansia tentang hiprtensi dengan pengendalian tekanan

darah pada lansia di Puskesmas Sibolangit Kab. Deli Serdang. Begitu juga

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Neng & Patimah di wilayah kerja

puskesmas karangmulya kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut

menyatakan adanya hubungan yang cukup signifikan antara tingkat

pengetahuan tentang hipertensi dengan pengendalian tekanan darah

Sedangkan hasil penelitian Setiarini (2018) menunujkkan bahwa tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan responden

dengan penatalaksanaan hipertensi di Puskesmas Dangung Dangung Kab.

Limapuluh Kota tahun 2018. Penelitian Kilic., et al. (2016) di provinsi

Yozgat, Turki juga menunjukkan hasil bahwa tidak ada hubungan

pengetahuan tentang hipertensi terhadap pengendalian tekanan darah tinggi.

Dengan latar belakang tersebut diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelurusan literature tentang temuan-temuan yang dilakukan oeh peneliti

sebelumnya tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Tindakan

Pengendalian Tekanan Darah Pada Lansia dengan Hipertensi dan

membandingkan dari jurnal yang digunakan dalam penelitian ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas, rumasan masalah yang dapat

diambil yaitu bagaimana hubungan tingkat pengetahuan terhadap tindakan

pengendalian tekanan darah pada lansia dengan Hipertensi?.


C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

tingkat pengetahuan dengan tindakan pengendalian tekanan darah pada

lansia berdasarkan penelusuran artikel ilmiah.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui literasi terkait tingkat pengetahuan pada lansia

dengan hipertensi berdasarkan penelusuran artikel ilmiah.

b. Untuk mengetahui literasi terkait tindakan pengendalian tekanan darah

pada lansia berdasarkan penelusuran artikel ilmiah.

c. Untuk mengetahui literasi terkait hubungan tingkat pengetahuan

terhadap tindakan pengendalian tekanan darah pada lansia dengan

hipertensi berdasarkan penelusuran artikel ilmiah.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis

Sebagai pengembangan dan menambah wawasan bagi peneliti

tentang tindakan pengendalian tekanan darah pada lansia dengan

hipertensi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Lansia dengan Hipertensi

Diharapkan lansia dengan hipertensi meningkatkan

pengetahuan tentang upaya pengendalian tekanan darah dengan

mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh puskesmas.


b. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian dapat dijadikan bahan untuk meningkatkan

kemampuan petugas kesehatan, baik itu dokter maupun perawat serta

perawat-perawat agar memberikan penyuluhan penanganan hipertensi

untuk meningkatkan pengetahuan lansia terkait hipertensi.

c. Bagi Akademik

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembanding bagi

mahasiswa institusi pendidikan Keperawatan terkait penanganan

hipertensi bagi lansia dengan hipertensi.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh senam prolanis pada

lansia dengan hipertensi yang bersifat telaah pustaka (literature review) yang

diperoleh dari penelusuran artikel penelitian-penelitian ilmiah dari rentang

tahun 2015-2020 dengan menggunakan jurnal yang terakreditasi yang

bersumber dari database Research Gate, Google Scholar, Biomed Central,

Portal Garuda, Elsevier, dan PubMed. Metode yang digunakan dalam literatur

review ini diawali dengan pemilihan topik, kemudian menuliskan kata kunci

sesuai yaitu “knowledge, blood pressure control, the elderly dan

hypertension” untuk pencarian jurnal berbahasa Inggris sedangkan untuk

pencarian jurnal berbahasa Indonesia menggunakan kata kunci “Pengetahuan,

pengendalian tekanan darah, lansia dan hipertensi”. Paper atau jurnal yang

sesuai dengan kriteria inklusi diambil untuk selanjutnya di analisa.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis
1. Pengetahuan
a. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil ”tahu” dan ini terjadi

setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia

yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognotif merupakan dominan yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior), sebab dari hasil

penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan

(Notoatmodjo, 2012).

Wawan & Dewi (2010) mendeskripsikan bahwa pengetahuan

merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan tentang

berbagai cara dalam mencapai pemeliharaan kesehatan, cara

menghindari penyakit, maka akan meningkatkan pengetahuan

masyarakat.

b. Tingkatan

Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif

mempunyai enam tingkat, yakni:


1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Ini merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterupsi materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu

sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan

kata kerja seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan,mengelompokkan, dan sebagainya.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru daru formulasi-

formulasi yang ada.


6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau objek berdasarkan suatu

kriteria yang ditentukan sendiri (Notoatmodjo, 2012).

c. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari Notoatmodjo

(2012) adalah sebagai berikut :

1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan.

a) Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, dengan

menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah.

b) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat dilakukan dengan

membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris

maupun penalaran sendiri.

c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang

kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.

2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular

atau disebut metodologi penelitian atau penelitian ilmiah.


d. Proses Prilaku Tahu

Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2012),

perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat

diamati langsung dari maupun tidak apat diamati oleh pihak luar.

Sedangkan sebelum mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang

tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1) Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

2) Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian

dan tertarik pada stimulus.

3) Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan

mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus

tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih

baik lagi.

4) Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru

5) Adaption, dan sikapnya terhadap stimulus.

e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Notoatmodjo (2010) memaparkan beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain :

1) Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan

seseorang makin mudah orang tersebut menerima informasiDengan

pendidikan tinggi maka seseorang cenderung untuk mendapatkan

informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa.


Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan, dengan

pendidikan tinggi diharapkan akan semakin luas pula

pengetahuannya.

2) Media massa atau informasi

Informasi yang diperoleh dari pendidikan formal maupun non

formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya

teknologi berimbas pada banyaknya media massa yang dapat

mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi. Sebagai

sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,

radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh

besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.

3) Jenis kelamin

Angka dari luar negeri menunjukkan angka kesakitan lebih tinggi

dikalangan wanita dibandingkan dengan pria, sedangkan angka

kematian lebih tinggi dikalangan pria, juga pada semua golongan

umur.

4) Pekerjaan

Pekerjaan adalah faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Ditinjau

dari jenis pekerjaan yang sering berinteraksi dengan orang lain

lebih banyak pengetahuannya bila dibandingkan dengan orang

tanpa ada interaksi dengan orang lain. Pengalaman belajar dalam

bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan

keterampilan professional serta pengalaman belajar dalam bekerja


akan dapat mengembangkan kemampuan dalam mengambil

keputusan yang merupakan keterpaduan menalar secara ilmiah dan

etik.

5) Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang

pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik. Semakin banyak informasi yang

dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga

menambah pengetahuannya.

2. Lansia

a. Pengertian

Penuaan merupakan proses normal perubahan yang

berhubungan dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut

sepanjang hidup. Usia tua adalah fase akhir dari rentang kehidupan

(Fatmah, 2010). Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) usia lanjut

dimulai dari usia 60 tahun (Setyoadi & Kushariyadi, 2011).

Sedangkan Departeman kesehatan RI menyebutkan seseorang

dikatakan berusia lanjut usia dimulai dari usia 55 tahun keatas.

Menurut Departemen Kesehatan RI (2010) dalam Sony (2011), menua

merupakan proses alami yang dihadapi oleh setiap individu dengan

adanya perubahan kondisi fisik, psikologis dan sosial yang saling

berinteraksi satu sama lain. Meningkatnya usia menyebabkan

seseorang menjadi rentan terserang berbagai macam penyakit. Usia


lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses

perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa decade

(Notoatmodjo, 2010).

Lansia atau menua (menjadi tua) adalah suatu proses

menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur

dan fungsi normalnya sehingga tidak dapate bertahap terhadap jejas

(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang menyebabkan

penyakit degenerative misalnya hipertensi, jantung, arteriosklerosis,

diabetes mellitus dan kanker (Nurrahmani, 2012).

b. Batasan Usia Lansia

Menurut WHO dalam Mujahidullah (2012) klasifikasi lansia

digolongkan menjadi 4 yaitu :

1) Usia pertengahan atau middle age yaitu seseorang yang berusia

45-59 tahun.

2) Lanjut usia atau elderly yaitu seseorang yang berusia 60-74 tahun.

3) Lanjut usia tua atau old yaitu orang yang berusia 75-90 tahun.

4) Lanjut usia sangat tua atau very old yaitu seseorang yang berusia

diatas 90 tahun.

c. Perubahan Yang Terjadi Pada Usia Lanjut

Menurut Mujahidullah (2012), beberapa perubahan yang akan

terjadi pada lansia diantaranya adalah perubahan fisik,intlektual, dan

keagamaan.
1) Perubahan fisik

a) Sel, saat seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel dalam

tubuh akan berubah, seperti jumlahnya yang menurun, ukuran

lebuh besar sehingga mekanisme perbaikan sel akan terganggu

dan proposi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati

berkurang.

b) Sistem persyarafan, keadaan system persyarafan pada lansia

akan mengalami perubahan, seperti mengecilnya syaraf panca

indra. Pada indra pendengaran akan terjadi gangguan

pendengaran seperti hilangnya kemampuan pendengaran pada

telinga. Pada indra penglihatan akan terjadi seperti kekeruhan

pada kornea, hilangnya daya akomodasi dan menurunnya

lapang pandang. Pada indra peraba akan terjadi seperti respon

terhadap nyeri menurun dan kelenjar keringat berkurang. Pada

indra pembau akan terjadinya seperti menurunnya kekuatan

otot pernafasan, sehingga kemampuan membau juga berkurang.

c) Sistem gastrointestinal, pada lansia akan terjadi menurunya

selara makan, seringnya terjadi konstipasi, menurunya produksi

air liur (Saliva) dan gerak peristaltic usus juga menurun.

d) Sistem genitourinaria, pada lansia ginjal akan mengalami

pengecilan sehingga aliran darah ke ginjal menurun.

e) Sistem musculoskeletal, pada lansia tulang akan kehilangan

cairan dan makin rapuh, keadaan tubuh akan lebih pendek,

persendian kaku dan tendon mengerut.


f) Sistem Kardiovaskuler, pada lansia jantung akan mengalami

pompa darah yang menurun, ukuran jantung secara kesuruhan

menurun dengan tidaknya penyakit klinis, denyut jantung

menurun, katup jantung pada lansia akan lebih tebal dan kaku

akibat dari akumulasi lipid. Tekanan darah sistolik meningkat

pada lansia kerana hilangnya distensibility arteri. Tekanan

darah diastolic tetap sama atau meningkat.

2) Perubahan Intelektual

Menurut Hochanadel dan Kaplan dalam Mujahidullah

(2012), akibat proses penuaan juga akan terjadi kemunduran pada

kemampuan otak seperti perubahan intelegenita Quantion (IQ)

yaitu fungsi otak kanan mengalami penurunan sehingga lansia akan

mengalami kesulitan dalam berkomunikasi nonverbal, pemecehan

masalah, konsentrasi dan kesulitan mengenal wajah seseorang.

Perubahan yang lain adalah perubahan ingatan, karena penurunan

kemampuan otak maka seorang lansia akan kesulitan untuk

menerima rangsangan yang diberikan kepadanya sehingga

kemampuan untuk mengingat pada lansia juga menurun.

3) Perubahan Keagamaan

Menurut Maslow dalam Mujahidin (2012), pada umumnya

lansia akan semakin teratur dalam kehidupan keagamaannya, hal

tersebut bersangkutan dengan keadaan lansia yang akan

meninggalkan kehidupan dunia.


d. Karakteristik Penyakit Pada Lansia di Indonesia

Menurut Haryono (2013) terdapat beberapa penyakit pada

lansia diantaranya :

1) Penyakit persendian dan tulang. Misalnya: rematik, osteoporosis,

osteoartritis.

2) Penyakit kardiovaskular. Misalnya: penyakit jantung koroner,

hipertensi, kolesterolemia, angina, cardiac attack, stroke,

trigliserida tinggi, anemia. Penyempitan pembuluh darah jantung

biasanya disebabkan akibat penumpukan lemak (hiperlipidemia) di

pembuluh darah, sehingga aliran darah menuju jantung terganggu.

Gejala umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak napas.

3) Penyakit pencernaan, yaitu gastritis dan ulkus peptikum.

4) Penyakit urogenital, seperti infeksi saluran kemih (ISK)

5) Gagal ginjal akut atau kronis, benign prostat hiperplasia.

6) Penyakit metabolik atau endokrin. Misalnya: diabetes mellitus,

obesitas.

7) Penyakit pernafasan, seperti asma dan tuberkulosis paru.

8) Penyakit keganasan, seperti kanker.

Selain penyakit yang telah disebutkan di atas ada tujuh

penyakit kronik degeneratif yang kerap dialami para lanjut usia

(Haryono, 2013), yaitu:

1) Osteoartritis (OA)

Osteoartritis adalah peradangan sendi yang biasa disebut

juga dengan rematik, terjadi akibat peristiwa mekanik dan biologik


yang mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya sendi,

dan perkapuran.

2) Osteoporosis

Osteoporosis merupakan salah satu bentuk gangguan tulang

dimana masa atau kepadatan tulang berkurang.

3) Dimensia

Merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan

kehilangan fungsi intelektual dan daya ingat secara perlahan-lahan,

sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari.

Alzheimer merupakan jenis demensia yang paling sering terjadi

pada usia lanjut.

4) Kanker

Kanker merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan

fungsi sebuah sel mengalami perubahan bahkan sampai merusak

sel-sel lainnya yang masih sehat.

5) Diabetes Mellitus

Sekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi

glukosa dimana gula darah masih tetap normal meskipun dalam

kondisi puasa. Beberapa gejala adalah sering haus dan lapar,

banyak berkemih, mudah lelah, berat badan terus menurun, dan

luka yang sulit sembuh.


6) Penyakit Jantung Koroner

Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah

menuju jantung terganggu. Gejala umum yang terjadi adalah nyeri

dada, sesak napas.

7) Hipertensi

Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah

sistolik sama atau lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan

diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg, yang terjadi karena

menurunnya elastisitas arteri pada proses menua.

3. Hipertensi

a. Pengertian

Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama

setiap negeri karena bisa menimbulkan penyakit jantung dan stroke

otak yang mematikan. Hipertensi dianggap masalah kesehatan serius

karena kedatangannya seringkali tidak kita sadari dengan sedikit, jika

memang ada gejala yang nyata. Penyakit ini bisa terus bertambah

parah tanpa disadari hingga mencapai tingkat yang mengancam hidup

pasiennya. Umunya tekanan darah bertambah secara perlahan dengan

bertambahnya umur. Resiko untuk menderita hipertensi pada populasi

≥ 55 tahun yang tadinya tekanan darahnya normal 90 %. Kebanyakan

pasien mempunyai tekanan darah prehipertensi sebelum mereka

didiagnosis dengan hipertensi, dan kebayakan diagnosis hipertensi

terjadi pada umur di antara dekade ketiga dan dekade lima (Carlson,

2016).
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih

dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg,

berdasarkan pada dua kali pengukuran atau lebih (Brunner&Suddart.,

2017). Hipertensi adalah bila seseorang memiliki tekanan darah

sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg,

pada pemeriksaan yang berulang. Tekanan darah sistolik merupakan

pengukuran utama yang menjadi dasar penentuan diagnosis hipertensi

(Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2015).

Hipertensi dapat didifinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas

90 mmHg (Syamsudin, 2011).

Hipertensi juga berarti tekanan darah di dalam pembuluh darah

sangat tinggi. Pembuluh-pembuluh darah yang mengangkut darah dari

jantung yang memompa darah ke seluruh jaringan dan organ-organ

tubuh (Susilo & Wulandari, 2011).

Hipertensi dalam Buku Pharmaceutical Care Untuk Penyakit

Hipertensi (Kemenkes RI, 2006) merupakan salah satu faktor risiko

utama gangguan jantung. Selain mengakibatkan gagal jantung,

hipertensi dapat berakibat terjadinya gagal ginjal maupun penyakit

serebrovaskular.

b. Klasifikasi

Adapun pembagian derajat keparahan hipertensi pada

seseorang merupakan salah satu dasar penentuan tatalaksana hipertensi

yang disadur dari A Statement by the American Society of


Hypertension and the International Society of Hypertension tahun

2013 dalam buku Pedoman tatalaksana hipertensi pada penyakit

kardiovaskular (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular

Indonesia, 2015), yaitu:

Tabel 2.1
Klasifikasi Hipertensi
Kategori Sistolik Diastolik
Optimal < 120 Dan < 80
Normal 120 – 129 dan/ atau 80 – 84
Normal tinggi 130 – 139 dan/ atau 84 – 89
Hipertensi derajat 1 140 – 159 dan/ atau 90 – 99
Hipertensi derajat 2 160 – 179 dan/ atau 100 – 109
Hipertensi derajat 3 > 180 dan/ atau > 110
Hipertensi sistolik terisolasi > 140 dan < 90
(Sumber : Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2015)

c. Etiologi Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis

yang beragam. Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologi-nya tidak

diketahui (essensial atau hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak

dapat disembuhkan tetapi dapat di kontrol. Kelompok lain dari

populasi dengan persentase rendah mempunyai penyebab yang khusus,

dikenal sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi

sekunder; endogen maupun eksogen. Bila penyebab hipertensi

sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini dapat

disembuhkan secara potensial (Departemen Kesehatan RI, 2006).


Menurut Widjadja (2009) penyebab hipertensi dapat

dikelompookan menjadi dua yaitu:

1) Hipertensi primer atau esensial

Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum diketahui

penyebab dengan jelas. Berbagai faktor diduga turut berperan

sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya usia,

sters psikologis, pola konsumsi yang tidak sehat, dan hereditas

(keturunan). Sekitar 90% pasien hipertensi diperkirakan termasuk

dalam kategori ini.

Hipertensi esensial merupakan salah satu faktor risiko

penting untuk terjadinya penyakit cerebrovaskuler dan penyakit

jantung koroner. Hipertensi esensial merupakan etiologi kesakitan

dan kematian yang cukup banyak dalam masyarakat (Masriadi,

2016). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat

dikontrol. Penderita hipertensi esensial sering tidak menimbulkan

gejala sampai penyakit menjadi parah, bahkan sepertiganya tidak

menunjukkan gejala selama 10 atau 20 tahun. Penyakit hipertensi

sering ditemukan sewaktu dilakukan pemeriksaan kesehatan

lengkap dengan gejala sakit kepala, pandangan kabur, badan terasa

lemah palpitasi atau jantung berdebar dan susah tidur (Masriadi,

2016).

2) Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder yang penyebabnya sudah di ketahui,

umumnya berupa penyakit atau kerusakan organ yang


berhubungan dengan cairan tubuh, misalnya ginjal yang tidak

berfungsi, pemakaiyan kontrasepsi oral, dan terganggunya

keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan

darah. Dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin,

dan penyakit jantung.

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang

disebabkan/sebagai akibat dari adanya penyakit lain. Tipe ini lebih

jarang terjadi, hanya sekitar 5% dari seluruh kasus tekanan darah

tinggi. Beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya hipertensi

sekunder adalah penyakit ginjal, kelainan hormonal, obat – obatan

( Pudiastuti, 2013).

d. Patofisiologi Tekanan Darah

Dimulai dengan atherosclerosis, gangguan struktur anatomi

pembuluh darah peripher yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh

darah. Kekakuan pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan

kemungkinan pembesaran plaque yang menghambat gangguan

peredaran darah peripher. Kekakuan dan kelambanan aliran darah

menyebabkan beban jantung bertambah berat yang akhirnya

dikompensasi dengan peningkatan upaya pemompaan jantung yang

akhirnya memberikan gambaran peningkatan tekanan darah dalam

system sirkulasi (Bustan, 2016).

Menurut Triyanto (2014), meningkatnya tekanan darah didalam

arteri bisa terjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih

kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya


arteri besar kehilangan kelenturanya dan menjadi kaku sehingga

mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah

melalui arteri tersebut. Darah di setiap denyutan jantung dipaksa untuk

melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan

naiknya tekanan. inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding

arterinya telah menebal dan kaku karena arterioskalierosis. Dengan

cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi

vasokonstriksi, yaitu jika arter kecil (arteriola) untuk sementara waktu

untuk mengarut karena perangsangan saraf atau hormon didalam

darah.

Bertambahnya darah dalam sirkulasi bisa menyebabkan

meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terhadap kelainan

fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan

air dari dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga

meningkat. Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang

arteri mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka

tekanan darah akan menurun. Penyesuaian terhadap faktor-faktor

tersebut dilaksanakan oleh perubahan didalam fungsi ginjal dan sistem

saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi

tubuh secara otomatis).

Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan darah

melalui beberapa cara: jika tekanan darah meningkat, ginjal akan

mengeluarkan garam dan air yang akan menyebabkan berkurangnya

volume darah dan mengembalikan tekanan darah normal. Jika tekanan


darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air,

sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali normal.

Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan

enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon

angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon

aldosteron. Ginjal merupakan organ peting dalam mengembalikan

tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal

dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya

penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri

renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cidera pada

salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan

darah (Triyanto 2014).

e. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi

Faktor-faktor resiko hipertensi ada yang dapat di kontrol dan

tidak dapat dikontrol menurut Sutanto (2010) antara lain :

1) Faktor yang dapat dikontrol :

Faktor penyebab hipertensi yang dapat dikontrol pada

umumnya berkaitan dengan gaya hidup dan pola makan. Faktor-

faktor tersebut antara lain:

a) Kegemukan (obesitas)

Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa orang yang

kegemukan mudah terkena hipertensi. Wanita yang sangat

gemuk pada usia 30 tahun mempunyai resiko terserang

hipertensi 7 kali lipat dibandingkan dengan wanita langsing


pada usia yang sama. Curah jantung dan sirkulasi volume darah

penderita hipertensi yang obesitas. Meskipun belum diketahui

secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun

terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah

penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibanding

penderita hipertensi dengan berat badan normal.

b) Kurang olahraga

Orang yang kurang aktif melakkukan olahraga pada

umumnya cenderung mengalami kegemukan dan akan

menaikan tekanan darah. Dengan olahraga kita dapat

meningkatkan kerja jantung. Sehingga darah bisa

dipompadengan baik keseluruh tubuh.

c) Konsumsi garam berlebihan

Sebagian masyarakat kita sering menghubungkan antara

konsumsi garam berlebihan dengan kemungkinan mengidap

hipertensi. Garam merupakan hal yang penting dalam

mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam

terhadap hipertensi adalah melalui peningkatan volume plasma

atau cairan tubuh dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti

oleh peningkatan ekresi (pengeluaran) kelebihan garam

sehingga kembali pada kondisi keadaan sistem hemodinamik

(pendarahan) yang normal. Pada hipertensi primer (esensial)

mekanisme tersebut terganggu, disamping kemungkinan ada

faktor lain yang berpengaruh.


d) Merokok dan mengonsumsi alkohol

Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat

membahayakan kesehatan selain dapat meningkatkan

penggumpalan darah dalam pembuluh darah, nikotin dapat

menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah.

Mengonsumsi alkohol juga dapat membahayakan kesehatan

karena dapat meningkatkan sistem katekholamin, adanya

katekholamin memicu naik tekanan darah.

e) Stres

Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk

sementara. Jika ketakutan, tegang atau dikejar masalah maka

tekanan darah kita dapat meningkat. Tetapi pada umumnya,

begitu kita sudah kembali rileks maka tekanan darah akan turun

kembali. Dalam keadaan stres maka terjadi respon sel-sel saraf

yang mengakibatkan kelainan pengeluaran atau pengangkutan

natrium. Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga

melalui aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja ketika

beraktivitas) yang dapat meningkatkan tekanan darah secara

bertahap. Stres berkepanjanngan dapat mengakibatkan tekanan

darah menjadi tinggi. Hal tersebut belum terbukti secara pasti,

namun pada binatang percobaan yang diberikan stres memicu

binatang tersebut menjadi hipertensi.


2) Faktor yang tidak dapat dikontrol

a) Keturunan (Genetika)

Faktor keturunan memang memiliki peran yang sangat

besar terhadap munculnya hipertensi. Hal tersebut terbukti

dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak

terjadi pada kembar monozigot (berasal dari satu sel telur)

dibandigkan heterozigot (berasal dari sel telur yang berbeda).

Jika seseorang termasuk orang yang mempunyai sifat genetik

hipertensi primer (esensial) dan tidak melakukan penanganan

atau pengobata maka ada kemungkinan lingkungannya akan

menyebabkan hipertensi berkembang dan dalam waktu sekitar

tiga puluhan tahun akan mulai muncul tanda-tanda dan gejala

hipertensi dengan berbagai komplikasinya.

b) Jenis kelamin

Pada umumnya pria lebih terserang hipertensi

dibandingkan dengan wanita. Hal ini disebabkan pria banyak

mempunyai faktor yang mendorong terjadinya hipertensi

seperti kelelahan, perasaan kurang nyaman, terhadap pekerjaan,

pengangguran dan makan tidak terkontrol. Biasanya wanita

akan mengalami peningkatan resiko hipertensi setelah masa

menopause.

c) Umur

Dengan semakin bertambahannya usia, kemungkinan

seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. Penyakit


hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya

interaksi dari berbagai faktor risiko terhadap timbulnya

hipertensi. Hanya elastisitas jaringan yang erterosklerosis serta

pelebaran pembulu darah adalah faktor penyebab hipertensi

pada usia tua. Pada umumnya hipertensi pada pria terjadi di

atas usia 31 tahun sedangkan pada wanita terjadi setelah

berumur 45 tahun (Sutanto, 2010).

f. Manifestasi Klinis

Menurut Ahmad (2013) sebagian besar penderita tekanan darah

tinggi umumnya tidak menyadari kehadirannya. Bila ada gejala,

penderita darah tinggi mungkin merasakan keluhan-keluhan berupa :

kelelahan, bingung, perut mual, masalah pengelihatan, keringat

berlebihan, kulit pucat atau merah, mimisan, cemas atau gelisah, detak

jantung keras atau tidak beraturan (palpasi), suara berdenging di

telinga, disfungsi ereksi, sakit kepala, pusing. Sedangkan menurut

Pudiastuti (2011) gejala klinis yang dialami oleh para penderita

hipertensi biasanya berupa : pengelihatan kabur karena kerusakan

retina, nyeri pada kepala, mual dan muntah akibatnya tekanan kranial,

edema dependen dan adanya pembengkakan karena meningkatnya

tekanan kapiler.

g. Komplikasi Hipertensi

Menurut Triyanto (2014) komplikasi hipertensi dapat

menyebabkan sebagai berikut :


1) Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekananan tinggi diotak,

atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang

terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik

apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi

dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang

diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak mengalami

arterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga meningkatkan

kemungkinan terbentukya aneurisma. Gejala tekena struke adalah

sakit kepala secara tiba-tiba, seperti orang binggung atau

bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh

terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau

lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak

sadarkan diri secara mendadak.

2) Infrak miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang

arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke

miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat

aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Hipertensi kronik

dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium

mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung

yang menyebabkan infrak. Demikian juga hipertropi ventrikel

dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik

melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung,

dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.


3) Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal. Glomerolus. Dengan

rusaknya glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional

ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia

dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein

akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma

berkurang, menyebabkan edema yang sering di jumpai pada

hipertensi kronik.

4) Ketidak mampuan jantung dalam memompa darah yang

kembalinya kejantung dengan cepat dengan mengakibatkan caitan

terkumpul diparu, kaki dan jaringan lain sering disebut edema.

Cairan didalam paru-paru menyebabkan sesak napas, timbunan

cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan

edema. Ensefolopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna

(hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini

menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan

kedalam ruangan intertisium diseluruh susunan saraf pusat.

Neuron-neuron disekitarnya kolap dan terjadi koma (Triyanto,

2014).

Sedangkan menurut Ahmad (2013) Hipertensi dapat diketahui

dengan mengukur tekanan darah secara teratur. Penderita hipeertensi,

apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai resiko besar

untuk meninggal karena komplikasi kardovaskular seperti stoke,


serangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal, target kerusakan

akibat hipertensi antara lain :

1) Otak : Menyebabkan stroke

2) Mata : Menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan

kebutaan

3) Jantung : Menyebabkan penyakit jantung koroner (termasuk infark

jantung)

4) Ginjal : Menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal

h. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Widjadja (2009) pemeriksaan penunjang pada

penderita hipertensi antara lain:

1) General check up, jika seseorang di duga menderita hipertensi,

dilakukan beberapa pemeriksaan, yakni wawancara untuk

mengetahui ada tidaknya riwayat keluarga penderita. Pemeriksaan

fisik, pemeriksan laboratorium, pemeriksaan ECG, jika perlu

pemeriksaan khusus, seperti USG, Echocaediography (USG

jantung), CT Scan, dan lain-lain. Tujuan pengobatan hipertensi

adalah mencegah komplikasi yang ditimbulkan. Langkah

pengobata adalah yang mengendalikan tensi atau tekanan darah

agar tetap normal.

2) Tujuan pemeriksaan laboratolriun untuk hipertensi ada dua macam

yaitu:
a) Panel Evaluasi Awal Hipertensi : pemeriksaan ini dilakukan

segera setelah didiagnosis hipertensi, dan sebelum memulai

pengobatan.

b) Panel hidup sehat dengan hipertensi : untuk memantau

keberhasilan terapi (Widjadja, 2009).

i. Penatalaksanaan

Pemilihan atau kombinasi obat anti hipertensi yang cocok

bergantung pada keparahan hipertensi dan respon penderita terhadap

obat. Beberapa prinsip pemberian obat anti hipertensi perlu diingat,

yaitu:

1) Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan

penyebabnya.

2) Pengobatan hipertensi essensial ditujukan untuk menurunkan

tekanan darah dengan harapan memperpanjang umur dan

mengurangi timbulnya komplikasi.

3) Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan

obat antihipertensi.

4) Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan

pengobatan seumur hidup.

5) Jika tekanan darah terkontrol maka pemberian obat hipertensi di

puskesmas dapat diberikan disaat kontrol dengan catatan obat yang

diberikan untuk pemakaian selama 30 hari bila tanpa keluhan baru.

6) Untuk penderita hipertensi yang baru didiagnosis (kunjungan

pertama) maka diperlukan kontrol ulang disarankan 4 kali dalam


sebulan atau seminggu sekali, apabila tekanan darah sistolik > 160

mmHg atau diastolik > 100 mmHg sebaiknya diberikan terapi

kombinasi setelah kunjungan kedua (dalam dua minggu) tekanan

darah tidak dapat dikontrol.

7) Pada kasus hipertensi emergensi atau urgensi tekanan darah tidak

dapat terkontrol setelah pemberian obat pertama langsung

diberikan terapi farmakologis kombinasi, bila tidak dapat

dilakukan rujukan.

Menurut Junaedi, et al. (2013) dalam penatalaksanaan

hipertensi berdasarkan sifat terapi terbagi menjadi 3 bagian, sebagai

berikut:

1) Terapi non-farmakologi

Penatalaksanaan non farmakologi merupakan pengobatan

tanpa obat-obatan yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara

ini, perubahan tekanan darah diupayakan melalui pencegahan

dengan menjalani perilaku hidup sehat seperti :

a) Pembatasan asupan garam dan natrium

b) Menurunkan berat badan sampai batas ideal

c) Olahraga secara teratur/ latihan fisik

d) Mengurangi / tidak minum-minuman beralkohol

e) Mengurangi/ tidak merokok

f) menghindari stres

g) menghindari obesitas
2) Terapi farmakologi (terapi dengan obat)

Selain cara terapi non-farmakologi, terapi dalam obat

menjadi hal yang utama. Obat-obatan anti hipertensi yang sering

digunakan dalam pegobatan, antara lain obat-obatan golongan

diuretik, beta bloker, antagonis kalsium, dan penghambat konfersi

enzim angiotensi.

a) Diuretik merupakan anti hipertensi yang merangsang

pengeluaran garam dan air. Dengan mengonsumsi diuretik akan

terjadi pengurangan jumlah cairan dalam pembuluh darah dan

menurunkan tekanan pada dinding pembuluh darah.

b) Beta bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dalam

memompa darah dan mengurangi jumlah darah yang dipompa

oleh jantung.

c) ACE-inhibitor dapat mencegah penyempitan dinding pembuluh

darah sehingga bisa mengurangi tekanan pada pembuluh darah

dan menurunkan tekanan darah.

d) Ca bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dan

merelaksasikan pembuluh darah.

3) Terapi herbal

Banyak tanaman obat atau herbal yang berpotensi

dimanfaatkan sebagai obat hipertensi karena mengandung

antioksidan dan flavonoid yang tinggi.


4. Pengendalian Tekanan Darah

Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat

menurunkan tekanan darah. Pola hidup sehat yang dianjurkan untuk

mencegah dan mengendalikan hipertensi dalam Septianingsih (2018)

adalah :

a. Makan gizi seimbang

Modifikasi diet terbukti dapat menurunkan tekanan darah pada pasien

hipertensi. Prinsip diet yang dianjurkan adalah gizi seimbang:

membatasi gula, membatasi konsumsi garam, makan cukup buah,

makan sayuran, makan kacang-kacangan, biji-bijian, makanan rendah

lemak jenuh, menggantinya dengan unggas dan ikan.

b. Mengatasi obesitas

Hubungan erat antra ebositas dengan hipertensi telah banyak

dilaporkan. Upayakan untuk menurunkan berat badan sehingga

mencapai IMT normal 18,5 – 22,9 kg/m², lingkar pinggang ≤ 90 cm

untuk laki-laki atau ≤ 80 cm untuk perempuan.

c. Melakukan olahraga secara teratur

Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit

(sejauh 3 kilometer) lima kali perminggu, dapat menurunkan TDS 4

mmHg dan TDD 2,5 mmHg. Berbagai cara relaksasi seperti meditasi,

yoga dan hypnosis dapat mengontrol sistem syaraf sehingga dapat

menurunkan tekanan darah.


d. Berhenti merokok

Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan

hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin. Menghisap rokok

menyebabkan nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil dalam paru-

paru dan kemudian akan diedarkan hingga ke otak. Di otak, nikotin

akan memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin

atau adrenalin yang akan menyempitkan pembuluh darah dan

memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan darah yang

lebih tinggi. Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan

ikatan oksigen dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah

meningkat karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan

oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh lainnya. Tidak

ada cara yang benar-benar efektif untuk memberhentikan kebiasaan

merokok.

Berapa metode yang secara umum dicoba adalah sebagai berikut :

1) Inisiatif sendiri

Banyak perokok menghentikan kebiasaannya atas inisiatif sendiri,

tanpa pertolongan pihak luar. Metode ini banyak menarik para

perokok karena hal-hal berikut :

a) Dapat dilakukan secara diam-diam

b) Program diselesaikan dengan tingkat dan jadwal sesuai

kemauan.

c) Tidak perlu menghadiri rapat-rapat penyuluhan


2) Menggunakan permen yang mengandung nikotin

Kecanduan nikotin membuat perokok sulit meninggalkan rokok.

Permen nikotin dapat mengurangi penggunaan rokok. Ada jangka

waktu tertentu untuk menggunakan permen ini, dan selama

menggunakan permen, penderita dilarang merokok. Dengan

demikian diharapkan perokok sudah berhenti merokok secara total.

3) Kelompok program

Beberapa orang mendapatkan manfaat dari dukungan kelompok

berhenti merokok. Para anggota kelompok dapat saling memberi

nasehat dan dukungan. Program ini banyak yang berhasil, tetapi

memerlukan biaya dan waktu untuk menghadiri pertemuan-

pertemuan sehingga menyebabkan keengganan untuk bergabung.

4) Mengurangi konsusmi alcohol

Satu studi meta-analisis menunjukkan bahwa kadar alcohol

seberapapun akan meningkatkan tekanan darah. Mengurangi

alcohol pada penderita hipertensi yang biasa minum alkohol, akan

menurunkan TDS rata-rata 3,8 mmHg. Dalam memberikan edukasi

kepada pasien tentang alkohol, hendaknya dikemukakan hal-hal

sebagai berikut :

a) Pantang alkohol harus dipertahankan (jangan mulai minum

alkohol).

b) Jangan menganjurkan untuk mulai mengkomsumsi alkohol

demi alasan kesehatan.


c) Batasi komsumsi alkohol untuk laki-laki maksimal 2 unit

perhari dan untuk perempuan 1 unit prhari, jangan lebih dari 5

hari minum perminggu. Dengan mengadopsi gaya hidup sehat,

diharapkan terjadi penurunan tekanan darah.

e. Pengendalian Stres

Stress dapat disebabkan oleh berbagai faktor dan timbul kapan saja.

Untuk itu, penderita hipertensi harus dapat melakukan pengendalian

terhadap stress untuk menenangkan pikiran dan jiwa mereka.

Pengendalian stress dapa dilakukan dengan berbagai cara berikut :

1) Olahraga teratur dipercaya dapat memberikan kebahagiaan karena

hormone endofrin dikeluarkan oleh system saraf pusat katika

berolahraga. Hormone endofri disebut juga sebagai hormone

kebahagiaan karena memiliki efek mengurangi rasa sakit dan

memicu rasa senang.

2) Istirahat yang cukup dibutuhkan untuk mengembalikan kesegaran

tubuh setelah beraktifitas. Istirahat yang cukup dilakukan dengan

tidur sekitar 6-8 jam sehari.

3) Menjaga keseimbangan antara pekerjaan, kehidupan social, dan

kepentingan pribadi. Retinas harian kadang membuat sebagian

orang merasa jenuh dan stress. Untuk itu penting untuk menjaga

keseimbangan antara pekerjaan, kehidupan social dan kepentingan

pribadi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan tetap menjaga

hubungan baik dengan keluarga, tetangga, teman, dan orang-orang

di sekitar.
4) Menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat memicu kekacauan emosi

dan stress.

5) Cobalah untuk tidak khawatir, panik maupun terganggu dalam

segala kondisi karena hal tersebut dapat memicu peningkatan

tekanan darah.

6) Belajar untuk menerima, bersyukur, dan berpikir postif akan segala

kondisi.

7) Menjaga diri agar tetap rileks dapat dilakukan dengan melakukan

mediasi, latihan pernapasan, yoga dan mendengarkan music. Selain

itu, bagi sebagian orang ibadah juga dapat dijadikan sebagai sarana

untuk menenangkan diri dan mendekatkan diri kepada tuhan.

f. Rutin periksa tekanan darah

Pemeriksaan tekanan darah harus dilakukan secara rutin bagi penderita

hipertensi atau orang dengan riwayat keluarga hipertensi untuk lebih

waspada. Pemeriksaan yang di anjurkan adalah pemeriksaan sebulan

sekali atau pemeriksaan sewaktu-waktu jika terjadi gejala seperti

pusing dan gejala lainnya. Hasil tes tersebut tentunya dapat menjadi

dasar dan panduan dalam mengatur pola makan dan gaya hidup.
B. Kerangka Teori

Bagan 2.1
Kerangka Teori

Faktor predisposisi
o Usia
o Paritas
 Pengetahuan
o Sikap
o Motivasi
o Kepercayaan
o Persepsi

Faktor pendukung
o Sarana dan prasarana
kesehatan Prilaku kesehatan
o Jarak Prasarana
kesehatan

Faktor pendorong Pengendalian Tekanan Darah


o Keterpaparan media 1. Makan gizi seimbang
informasi 2. Mengatasi obesitas
o Dukungan keluarga 3. Melakukan olahraga secara
o Dukungan Tokoh teratur
masyarakat 4. Berhenti merokok
o Dukungan Petugas 5. Pengendalian Stres
6. Rutin periksa tekanan darah

Hipertensi pada lansia

(Sumber: Modifikasi Teori L.Green dalam Notoatmodjo (2012))


C. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka konsep tentang pengaruh

senam prolanis pada lansia dengan hipertensi berdasarkan penelusuran artikel

ilmiah, digambarkan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan Pengendalian Tekanan


Darah Pada Lansia

Bagan 2.2
Kerangka Konsep
D. Definisi Operasional

Definisi operasional dibuat untuk membatasi ruang lingkup atau

pengertian variabel-bariabel diamati atau diteliti dan bermanfaat mengarahkan

kepada pengukuran pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan

serta pengembangan instrument atau ukur (Notoatmodjo, 2018).

Tabel 2.2
Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran


1 Variabel Dependen
Tingkat Tingkat engetahuan, Telaah dan Review
Pengetahuan merupakan segala Artikel Ilmiah
sesuatu yang diketahui
oleh lansia terkait upaya
pengendalian tekanan
darah
2 Variabel Independent
Tindakan Tindakan yang Telaah dan Review
pengendalian dilakukan oleh lansia Artikel Ilmiah
tekanan darah dengan hipertensi
seperti Makan gizi
seimbang, mengatasi
obesitas, melakukan
olahraga secara teratur,
berhenti merokok,
pengendalian Stres dan
rutin periksa tekanan
darah
E. Hipotesis

Adapun hipotesis dalam literature review ini yakni terdapat hubungan

tingkat pengetahuan dengan tindakan pengendalian tekanan darah pada lansia

berdasarkan penelusuran artikel ilmiah.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Strategi Pencarian Literature Review

Metode penelitian ini adalah Literature Review atau tinjauan pustaka.

Literatur review merupakan penelitian dengan melakukan survey literatur

tentang penemuan-penemuan yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang

berhubungan dengan topik penelitian yang diperoleh dari penelusuran artikel

penelitian-penelitian ilmiah dari rentang tahun 2015-2020 dengan

menggunakan database Research Gate, Google Scholar, Biomed Central,

Doaj, Portal Garuda, Elsevier, dan PubMed.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan pencarian data berdasarkan

judul penelitian Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Tindakan

Pengendalian Tekanan Darah Pada Lansia maka peneliti melakukan

pencarian data jurnal menggunakan kata kunci “ Pengetahuan, pengendalian

tekanan darah, lansia dan hipetensi (knowledge, blood pressure control, the

elderly dan hypertension)”.

Kemudian data yang diperoleh dari telaah pustaka dianalisis

menggunakan teknik criticize oleh penulis dengan memberikan kritik artikel

dalam bentuk suatu pendapat atau opini, bisa setuju atau tidak setuju yang

didukung oleh bukti atau evidence. Data-data yang diperoleh dituangkan ke

dalam sub bab-sub bab sehingga menjawab rumusan masalah penelitian.


B. Kriteria Literatur Review

Kriteria bahan kajian yang digunakan pada penelitian ini antara lain:

1. Kriteria Inklusi

a. Diakses dari database google Scholar dan PubMed.

b. Naskah fulltext.

c. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

d. Tahun terbit 1 Januari 2015 sampai 28 Februari 2021

e. Sesuai dengan topik penelitian.

2. Kriteria eksklusi :

a. Naskah yang tidak dapat diakses.

b. Artikel yang penelitiannya sama.

c. Jurnal atau artikel yang tidak terakreditasi.

C. Tahapan Literatur Review

Pada bagian ini dijelaskan proses setiap tahapan dalam pencarian

Literatur Review dengan tahapan berikut ini:

1. Melakukan pencarian literature, dilakukan melalui basis data:

Researchgate, Google Scholar, Biomed Central, Portal Garuda, Elsevier,

CINAHL, dan PubMed.

2. Hasil pencarian akan disaring atas judul, abstrak dan kata kunci.

3. Artikel yang disaring kemudian dilakukan lagi proses penyaringan dengan

melihat keseluruhan teks.

4. Hasil penyaringan yang sesuai dengan kriteria inklusi yang akan dijadikan

bahan literature review.


Bagan 3.1
Proses Pencarian Artikel

Hasil Pencarian Literatur


(Researchgate (n= 5), Google Scholar (n= 3), Biomed Central (n= 2), Portal Garuda (n=2),
Elsevier (n=2), dan PubMed (n=6)

Artikel yang disaring atas dasar judul, abstrak dan kata kunci

Hasil pencarian yang akan Hasil pencarian yang tidak


diproses kembali n=15 diproses kembali n=5

Artikel yang disaring kembali atas dengan melihat keseluruhan teks

Hasil pencarian yang akan Hasil pencarian yang tidak


diproses kembali n=10 diproses kembali n=5

Artikel yang relevan dg penelitian n=10


Dengan daftar referensi minimal 5 tahun terakhir (tahun 2015-2021)

Anda mungkin juga menyukai