Anda di halaman 1dari 59

MAKALAH SEMINAR STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN HIPERTENSI

Pembimbing :

Ns. Angela Librianty Thome,S.Kep.M.Kep

Ns. Nasrah,S.Kep.M.Kep

Disusun oleh :

Kelompok 4

Roi Marlon Bagre,S.Kep Montaviana Gale Jamura,S.Kep


Rogerio Yulianus Molo,S.Kep Rolia Nursiska M. Simanjuntak, S.Kep
Rita Evalina Butar-Butar,S.Kep Elvi Oktavia, S.kep
Wehelmina Latuputty,S.Kep Helena P. Nasedi, S.Kep
Vonny Vhita Runtuboy,S.Kep Emelda Filadelfia Farwas,S.Kep
Vinsen Obed Pasik,S.Kep Gicela Ana Merahabia,S.Kep
Kristin Natalia Bonai,S.Kep Selvia Mokay,S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.karena

dengan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan

baik. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada

stase KMB tentang “Hipertensi”. Makalah ini dibuat berdasarkan beberapa sumber

yang bersangkutan dengan materi. Dalam penyusunan makalah ini, tentulah kami

banyak menemukan berbagai hambatan dan kendala karena keterbatasan

pengetahuan dan kemampuan yang kami punya. Kami menyadari bahwa makalah

ini jauh dari sempurna baik secara penyajian ataupun kelengkapannya. Oleh karena

itu, kami siap menerima segala kritik dan saran demi sempurnanya makalah-

makalah yang lainnya.

Tak lupa, kami juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak

yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Akhir kata tidak ada sesuatu

yang dapat penulis berikan atas segala kebaikan dari semua pihak, hanya ucapan

terima kasih dan doa semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu menuntun dan

memberkati bapak dan ibu sekalian.

Jayapura,17 Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................2

DAFTAR ISI...............................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................5

1.1 Latar Belakang..................................................................................................5

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................6

1.3 Tujuan...............................................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................9

2.1 Pengertian Hipertensi........................................................................................9

2.2 Etiologi Hipertensi..........................................................................................11

2.3 Patofisiologi Hipertensi...................................................................................13

2.4 Tanda dan Gejala Hipertensi...........................................................................16

2.5 pemeriksaan penunjang...................................................................................17

2.6 Penatalaksanaan Hipertensi.............................................................................18

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................22

3.1 Kasus Kelolaan................................................................................................22

3.2 Data Perawatan................................................................................................22

3.3 Riwayat Penyakit............................................................................................23

3.4 Pengkajian Keperawatan.................................................................................26

3.5. Pemeriksaan Fisik..........................................................................................29

3.6 Klasifikasi Data...............................................................................................31

3.7 Pemeriksaan Laboratrium...............................................................................31

3.8 Terapi obat......................................................................................................32

3.9 Analisa Data....................................................................................................32

3.10 Diagnosa keperawatan..................................................................................34

3.11 Intervensi Keperawatan.................................................................................35


4

BAB IV PENUTUP..................................................................................................64

4.1 Kesimpulan.....................................................................................................64

4.2 Saran................................................................................................................64

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................65
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem kardiovaskular merupakan suatu sistem transport tertutup yang

terdiri atas jantung, komponen darah, dan pembuluh darah (Muttaqin, 2009). Fungsi

sistem kardiovaskuler adalah memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan

nutrisi ke seluruh jaringan dan organ tubuh yang diperlukan dalam proses

metabolisme. Secara normal setiap jaringan dan organ tubuh akan menerima aliran

darah dalam jumlah yang cukup sehingga jaringan dan organ tubuh menerima

nutrisi dengan adekuat. Sistem kardiovaskular yang berfungsi sebagai sistem

regulasi melakukan mekanisme yang bervariasi dalam merespons seluruh aktivitas

tubuh. Pada keadaan tertentu, darah akan lebih banyak dialirkan pada organ-organ

vital seperti jantung dan otak untuk memelihara sistem sirkulasi organ tersebut.

Jantung berfungsi melakukan sirkulasi darah ke seluruh tubuh. Proses

sirkulasi ini akan bekerja dengan baik jika proses pemompaan berlangsung dengan

baik. Jika pemompaan ini tidak sempurna, distribusi oksigen akan menurun yang

dikompensasi oleh jantung dengan meningkatkan kecepatan respirasi. Apabila

proses kompensasi terjadi terus menerus, pada akhirnya jantung akan gagal

melakukan pemompaaan. Pompa jantung bekerja melalui tahapan yang disebut

siklus jantung yang terdiri dari sistol dan diastol (Ronny,dkk., 2008).

Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir

mencapai semua jaringan tubuh manusia. Tekanan darah sistolik adalah tekanan
6

darah pada waktu jantung menguncup (sistol). Adapaun tekanan darah diastolic

adalah tekanan darah pada saat jantung mengendor kembali(diastole). Tekanan

darah manusia dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu tekanan darah

rendah(hipotensi), normal(normotensi), dan tinggi (hipertensi)(Gunawan, 2001).

Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadi salah satu penyebab

utama kematian premature. Organisasai Kesehatan Dunia (WHO) mengestimasikan

saat ini prevalensi hipertensi secara global sebesar 22% dari total penduduk dunia.

Dari sejumlah penderita tersebut hanya kurang dari 1/5 yang melakukan upaya

pengendalian terhadap tekanan darah yang dimiliki. Asia Tenggara berada di posisi

ke-3 tertinggi dengan prevalensi sebesar 25% dari total penduduk.

Menurut Riskesdas 2018, menyatakan prevalensi hipertensi berdasarkan

hasil pengukuran pada penduduk usia >18 tahun sebesar 34,1% tertinggi di

Kalimantan Selatan sebesar 44,1%, sedangkan terendah di Papua sebesar 22,2%.

Estiminasi jumlah kasus Hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang.

Sedangkan angka kematian Hipertensi sebesar 427.218 kematian. Menurut Kepala

Dinas Kota Jayapura tahun 2019 menyatakan bahwa pasien Hipertensi sekitar 6%

atau 26.000 orang dan setiap tahun kasusnya meningkat.

Dari latar belakang tersebut, maka kelompok tertarik mengambil kasus

“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi”.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa definisi hipertensi ?

2) Apa etiologi hipertensi ?


7

3) Bagaimana patofisiologi hipertensi ?

4) Apa saja tanda dan gejala hipertensi ?

5) Bagaimana prosedur diagnostik penyakit hipertensi ?

6) Bagaimana penatalaksanaan penyakit hipertensi ?

7) Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi ?

1.3 Tujuan

1) Untuk mengetahui konsep dasar hipertensi.

2) Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien hipertensi.

3) Untuk mengetahui kasus kelolaan pada pasien hipertensi.

1.4 Manfaat Penulisan

Hasil penulisan diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat, Instansi

Pendidikan, Program Pelayanan Kesehatan dan Mahasiswa/I Profesi Ners

Universitas Cenderawasih.

1.4.1 Bagi Masyarakat


Memberikan informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian Hipertensi yang tidak terkendali pada penderita yang

melakukan pemeriksaan di Layanan Kesehatan.

1.4.2 Bagi Program Pelayanan kesehatan


8

Sebagai bahan informasi tentang Kejadian Kasus Hipertensi yang

terjadi di Pelayanan Kesehatan. Sehingga dapat menekan angka komplikasi

dan mortalitas akibat Hipertensi.

1.4.3 Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai bahan evaluasi dari praktek profesi yang dilakukan oleh

mahasiswa di Statse Keperawatan Medika Bedah (KMB).

1.4.4 Bagi Mahasiswa Profesi Ners

Sebagai sarana pembelajaran melakukan praktek profesi ners di

pelayanan kesehatan serta mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat selama

perkuliahan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Hipertensi


Hipertensi dapat didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah di atas

normal atau tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg

dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi

didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90

mmHg.Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal

ginjal. Disebut sebagai “pembunuh diam-diam” karena orang dengan hipertensi

sering tidak menampakkan gejala. Separuh orang yang menderita hipertensi tidak

sadar akan kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus

dipantau dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur

hidup.

Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah peningkatan tekanan darah

didalam arteri. Arteri adalah pembuluh darah yang mengangkut darah dari jantung

dan dialirkan ke seluruh jaringan dan organ tubuh. Tekanan darah tinggi

(hipertensi) bukan berarti emosi yang berlebihan, walaupun emosi dan stres dapat

meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu. Seseorang dikatakan terkena

hipertensi mempunyai tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah

diastoltik ≥ 90 mmHg. Seseorang dikatakan terkena hipertensi tidak hanya dengan

1 kali pengukuran, tetapi 2 kali atau lebih pada waktu yang berbeda. Waktu yang

paling baik saat melakukan pemeriksaan tekanan darah adalah saat istirahat dan

dalam keadaan duduk atau berbaring. Klasifikasi tekanan darah menurut WHO :
10

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normotensi < 140 < 90
Hipertensi ringan 140 - 180 90 - 105
Hipertensi 140 - 160 90 - 95
perbatasan
Hipertensi sedang > 180 > 105
dan berat
Hipertensi sistolik > 140 < 90
terisolasi
Hipertensi sistolik 140 - 160 < 90
perbatasan

Sedangkan berdasarkan The Sixth Report Of the Joint National Committee on

Preventation,Detection,Evaluation and Treatment of High Bload Pressure, 1997

klasifikasi hipertensi yaitu :

Kategori Sistolik Diastolik Rekomendasi


(mmHg) (mmHg)
Normal < 130 <85 Periksa ulang dalam 2
tahun
Perbatasa 130-139 85-89 Periksa ulang dalam 1
n tahun
Hipertensi 140-159 90-99 Konfirmasi dalam 1/2
tingkat 1 bulan.
Anjurkan modifikasi
gaya hidup
Hipertensi 160-179 100-109 Evaluasi/rujuk dalam
tingkat 2 1 bulan
Hipertensi ≥180 ≥110 Evaluasi/rujuk segera
tingkat 3 dalam 1 minggu
berdasarkan kondisi
medis

Hipertensi adalah salah satu faktor resiko untuk terjadinya stroke, serangan

jantung,gagal jantung, dan merupakan penyebab utama terjadinya gagal jantung

kronis.Sejalan dengan bertambahnya usia hampir setiap orang mengalami kenaikan

tekanan darah. Tekanan darah sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun,
11

sedangkan tekanan darah diastolic terus meningkat sampai usia 55-60

tahun,kemudian berkurang secara perlahan/bahkan menurun drastis.

2.2 Etiologi Hipertensi

Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Hipertensi ini merupakan hipertensi yang tidak diketahui peyebabnya atau

disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat 95% kasus (Smeltzer&Bare,

2001). Banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti jenis kelamin,

genetik, usia, lingkungan, sistem reninangiotensin dan sistem saraf otonom.

Faktor-faktor lainya yaitu merokok, konsumsi garam berlebih, alkohol,

obesitas, stres dan kurang berolahraga/aktivitas fisik. (Lauralee, 2001;

dalam Rahmadani, 2011).

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi ini terdapat sekitar 5% kasus dari semua prevalensi hipertensi.

Penyebab spesifiknya diketahui, misalnya; penyakit ginjal

(glomerulonefritis akut, nefritis kronis, penyakit poliartritis, diabetes

nefropati), penyakit endokrin (hipotiroid, hiperkalsemia, akromegali),

koarktasioaorta, hipertensi pada kehamilan, kelainan neurologi, obat-obat

dan zat-zat lain (Lauralee, 2001; dalamRahmadani, 2011).

Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi,

sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder (Gunawan, 2001).

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data


12

penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya

hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1. Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan

lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita

hipertensi.

2. Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:

a. Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat)

b. Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)

c. Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)

Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.

Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan

tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya

hipertensi:

1. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atautransport

Na.

2. Obesitas, terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan

tekanan darah meningkat.

3. Stress Lingkungan.

4. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta

pelebaran pembuluh darah.


13

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya

perubahan - perubahan pada :

1. Elastisitas dinding aorta menurun

2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku

3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah

berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun

menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah

Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk

oksigenasi

5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

2.3 Patofisiologi Hipertensi

Menurut Smeltzer & Bare (2002:898) mengatakan bahwa mekanisme yang

mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor

pada medulla oblongata di otak dimana dari vasomotor ini mulai saraf simpatik

yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolomna medulla ke ganglia

simpatis di torax dan abdomen, rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam

bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis. Pada titik

ganglion ini neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang merangsang serabut

saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan melepaskannya

norepinefrine mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

Faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon

pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktif yang menyebabkan


14

vasokonstriksi pembuluh darah akibat aliran darah yang ke ginjal menjadi

berkurang atau menurun dan berakibat diproduksinya renin, renin akan merangsang

pembentukan angiostensin I yang kemudian diubah menjadi angiostensin II yang

merupakan vasokonstriktor yang kuat yang merangsang sekresi aldosteron oleh

korteks adrenal dimana hormon aldosteron ini menyebabkan retensi natrium dan air

oleh tubulus ginjal dan menyebabkan peningkatan volume cairan intra vaskuler

yang menyebabkan hipertensi. Terjadinya hipertensi dapat disebabkan oleh

beberapa faktor sebagai berikut :

1. Curah jantung dan tahanan perifer

Mempertahankan tekanan darah yang normal bergantung kepada

keseimbangan antara curah jantung dan tahanan vaskular perifer. Sebagian

besar pasien dengan hipertensi esensial mempunyai curah jantung yang normal,

namun tahanan perifernya meningkat. Tahanan perifer ditentukan bukan oleh

arteri yang besar atau kapiler, melainkan oleh arteriola kecil, yang dindingnya

mengandung sel otot polos.Kontraksi sel otot polos diduga berkaitan dengan

peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler (Lumbantobing, 2008). Kontriksi

otot polos berlangsung lama diduga menginduksi perubahan sruktural dengan

penebalan dinding pembuluh darah arteriola, mungkin dimediasi oleh

angiotensin, dan dapat mengakibatkan peningkatan tahanan perifer yang

irreversible. Pada hipertensi yang sangat dini, tahanan perifer tidak meningkat

dan peningkatan tekanan darah disebabkan oleh meningkatnya curah jantung,

yang berkaitan dengan overaktivitas simpatis. Peningkatan tahanan perifer

yang terjadi kemungkinan merupakan kompensasi untuk mencegah agar

peningkatan tekanan tidak disebarluaskan ke jaringan pembuluh darah kapiler,


15

yang akan dapat mengganggu homeostasis sel secara substansial

(Lumbantobing, 2008).

2. Sistem renin-angiotensin

Sistem renin-angiotensin mungkin merupakan sistem endokrin yang paling

penting dalam mengontrol tekanan darah. Renin disekresi dari aparat

juxtaglomerular ginjal sebagai jawaban terhadap kurang perfusi glomerular

atau kurang asupan garam. Ia juga dilepas sebagai jawaban terhadap stimulasi

dan sistem saraf simpatis (Lumbantobing, 2008). Renin bertanggung jawab

mengkonversi substrat renin (angiotensinogen) menjadi angotensin II di paru-

paru oleh angiotensin converting enzyme (ACE). Angiotensin II merupakan

vasokontriktor yang kuat dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah

(Lumbantobing, 2008).

3. Sistem saraf otonom

Stimulasi sistem saraf otonom dapat menyebabkan konstriksi arteriola dan

dilatasi arteriola. Jadi sistem saraf otonom mempunyai peranan yang penting

dalam mempertahankan tekanan darah yang normal. Ia juga mempunyai

peranan penting dalam memediasi perubahan yang berlangsung singkat pada

tekanan darah sebagai jawaban terhadap stres dan kerja fisik (Lumbantobing,

2008).

4. Peptida atrium natriuretik (atrial natriuretic pept ide /ANP)

ANP merupakan hormon yang diproduksi oleh atrium jantung sebagai jawaban

terhadap peningkatan volum darah. Efeknya ialah meningkatkan ekskresi

garam dan air dari ginjal, jadi sebagai semacam diuretik alamiah. Gangguan
16

pada sistem ini dapat mengakibatkan retensi cairan dan hipertensi

(Lumbantobing, 2008).

2.4 Tanda dan Gejala Hipertensi

Manifestasi klinis pada pasien dengan hipertensi adalah :

1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg

2. Sakit kepala

3. Epistaksis

4. Pusing / migrain

5. Rasa berat ditengkuk

6. Sukar tidur

7. Mata berkunang kunang

8. Lemah dan lelah

9. Muka pucat

10. Suhu tubuh rendah

Sebagian besar pasien dengan hipertensi biasanya tidak mempunyai gejala

spesifik yang menunjukkan kenaikan tekanan darahnya dan hanya diidentifikasi

dengan pemeriksaan tekanan darah saja (Kurt, 2000; dalam Sari 2011). Seseorang

dapat menganggap sakit kepala, pusing atau hidung berdarah merupakan tanda-

tanda meningkatnya tekanan darah, padahal gejala tersebut hanya sebagian kecil

yang terjadi akibat hipertensi (Sheps, 2005; dalam Sari, 2011). Sebuah penelitian

menemukan tidak ada hubungan antara sakit kepala dengan meningkatnya tekanan

darah, bahkan sebagian orang tidak merasakan tanda atau gejala apapun.
17

Tanda dan gejala lain yang sering dihubungkan dengan hipertensi seperti

keringat berlebihan, kejang otot, sering berkemih dan denyut jantung yang cepat

dan tidak beraturan atau palpitasi (Sheps, 2005; dalam Sari, 2011). Gejala lain yang

umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala,

keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain

(Wiryowidagdo,2002; dalam Sagala, 2010). Kushartanti (2008) menyebutkan gejala

hipertensi yakni meliputi pusing, kaku tengkuk, kaku bahu, kesemutan, mual,

lemas, sakit pinggang dan sesak nafas. Menurut Smeltzer&Bare (2001) faktor yang

mempengaruhi gejala hipertensi yaitu adanya kerusakan/gangguan vaskuler dengan

manifestasi yang khas sesuai dengan sistem organ yang divaskularisasi.

Gejala hipertensi merupakan manifestasi klinis dari gangguan kenyamanan

yang dirasakan pasien. Pasien dapat menganggap sebuah gejala hipertensi sebagai

sebuah gangguan kenyamanan atau tidak bergantung dari beberapa faktor. Menurut

Potter&Perry (2005) beberapa faktor tersebut yaitu; usia, jenis kelamin,

kebudayaan, makna nyeri, perhatian, ansietas, keletihan, pengalaman sebelumnya,

koping dan dukungan sosial keluarga.

2.5 pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium :

a. Hb atau Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume

cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti:

hipokoagulabilitas dan anemia

b. BUN atau kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi atau fungsi

ginjal.
18

c. Glukosa: Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat

diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin. Hipertensi yang

disertai dengan diabetes ataupun diabetes yang disertai hipertensi dapat

menimbulkan risiko pada organ–organ penting. Oleh karena itu

diperlukan pemantauan untuk kadar glukosa dalam darah.

d. Urinalisa: mengkaji pada darah, protein, glukosa, menunjukkan ada

disfungsi pada ginjal dan adanya DM.

2. CT Scan: untuk mengkaji adanya tumor cerebral dan encelopati.

3. EKG: dapat menunjukan pola regangan, dimana letak dan berapa luasnya,

peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung

hipertensi.

4. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi, seperti: batu ginjal dan

perbaikan ginjal.

5. Foto Thorax: dapat menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup dan

pembesaran jantung.

2.6 Penatalaksanaan Hipertensi

Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan terapi non farmakologi

dan terapi farmakologi.

1. Terapi non farmakologi

Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk

mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam

penanganan hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus

melakukan perubahan gaya hidup. Perubahan yang sudah terlihat menurunkan


19

tekanan darah dapat terlihat pada tabel 4 sesuai dengan rekomendasi dari JNC VII.

Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan hipertensi,

modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke

hipertensi pada pasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi. 12 modifikasi

gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan darah adalah

mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk; mengadopsi pola

makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium

dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik; dan mengkonsumsi alkohol sedikit

saja. Pada sejumlah pasien dengan pengontrolan tekanan darah cukup baik dengan

terapi satu obat antihipertensi; mengurangi garam dan berat badan dapat

membebaskan pasien dari menggunakan obat. 10 program diet yang mudah

diterima adalah yang didesain untuk menurunkan berat badan secara perlahan-lahan

pada pasien yang gemuk dan obes disertai pembatasan pemasukan natrium dan

alkohol. Untuk ini diperlukan pendidikan ke pasien, dan dorongan moril. Fakta-

fakta berikut dapat diberitahu kepada pasien supaya pasien mengerti rasionalitas

intervensi diet:

a. Hipertensi 2 – 3 kali lebih sering pada orang gemuk dibanding orang dengan

berat badan ideal.

b. Lebih dari 60 % pasien dengan hipertensi adalah gemuk (overweight).

c. Penurunan berat badan, hanya dengan 10 pound (4.5 kg) dapat menurunkan

tekanan darah secara bermakna pada orang gemuk.

d. Obesitas abdomen dikaitkan dengan sindroma metabolik, yang juga prekursor

dari hipertensi dan sindroma resisten insulin yang dapat berlanjut ke DM tipe

2, dislipidemia, dan selanjutnya ke penyakit kardiovaskular.


20

e. Diet kaya dengan buah dan sayuran dan rendah lemak jenuh dapat

menurunkan tekanan darah pada individu dengan hipertensi.

f. Walaupun ada pasien hipertensi yang tidak sensitif terhadap garam,

kebanyakan pasien mengalami penurunan tekanan darah sistolik dengan

pembatasan natrium.

JNC VII menyarankan pola makan DASH yaitu diet yang kaya dengan

buah, sayur, dan produk susu redah lemak dengan kadar total lemak dan lemak

jenuh berkurang. Natrium yang direkomendasikan < 2.4 g (100 mEq)/hari.

Aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga aerobik secara teratur

paling tidak 30 menit/hari beberapa hari per minggu ideal untuk kebanyakan pasien.

Studi menunjukkan kalau olahraga aerobik, seperti jogging, berenang, jalan kaki,

dan menggunakan sepeda, dapat menurunkan tekanan darah.

Keuntungan ini dapat terjadi walaupun tanpa disertai penurunan berat

badan. Pasien harus konsultasi dengan dokter untuk mengetahui jenis olahraga

mana yang terbaik terutama untuk pasien dengan kerusakan organ target. Merokok

merupakan faktor resiko utama independen untuk penyakit kardiovaskular. Pasien

hipertensi yang merokok harus dikonseling berhubungan dengan resiko lain yang

dapat diakibatkan oleh merokok.

2. Terapi Farmakologi

Ada 9 kelas obat anti hipertensi. Diuretik, penyekat beta, penghambat enzim

konversi angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB), dan

antagonis kalsium dianggap sebagai obat antihipertensi utama. Obat-obat ini baik

sendiri atau dikombinasi, harus digunakan untuk mengobati mayoritas pasien

dengan hipertensi karena bukti menunjukkan keuntungan dengan kelas obat ini.
21

Beberapa dari kelas obat ini (misalnya diuretik dan antagonis kalsium) mempunyai

subkelas dimana perbedaan yang bermakna dari studi terlihat dalam mekanisme

kerja, penggunaan klinis atau efek samping. Penyekat alfa, agonis alfa 2 sentral,

penghambat adrenergik, dan vasodilator digunakan sebagai obat alternatif pada

pasien-pasien tertentu disamping obat utama.

Evidence-based medicine adalah pengobatan yang didasarkan atas bukti

terbaik yang ada dalam mengambil keputusan saat memilih obat secara sadar, jelas,

dan bijak terhadap masing-masing pasien dan/atau penyakit. Praktek evidence-

based untuk hipertensi termasuk memilih obat tertentu berdasarkan data yang

menunjukkan penurunan mortalitas dan morbiditas kardiovaskular atau kerusakan

target organ akibat hipertensi. Bukti ilmiah menunjukkan kalau sekadar

menurunkan tekanan darah, tolerabilitas, dan biaya saja tidak dapat dipakai dalam

seleksi obat hipertensi. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, obat-obat

yang paling berguna adalah diuretik, penghambat enzim konversi angiotensin

(ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB), penyekat beta, dan antagonis

kalsium (CCB).

Kebanyakan pasien dengan hipertensi memerlukan dua atau lebih obat anti

hipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Penambahan obat

kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila pemakaian obat tunggal dengan

dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah. Apabila tekanan darah melebihi

20/10 mm Hg diatas target, dapat dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan

dua obat. Yang harus diperhatikan adalah resiko untuk hipotensi ortostatik,

terutama pada pasien-pasien dengan diabetes, disfungsi autonomik, dan lansia.


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Kasus Kelolaan


Tn. N usia 48 tahun ,dirawat diruang PD, keluhan saat ini nyeri ,kepala dan

terasa pusimg ,tengkut terasa kaku, terasa kesemutan. pasein juga mengatakan

kadang terasa mual dan nyeri ulu hati, tangan kirinya agak sulit digerakan,

belum bisa duduk dan kaki juga masih kaku untuk digerakkan. Hasil

pemeriksaan: pasien tampak terbaring lemas, mata agak sulit dibuka, TD

170/100 mmHg, nadi 112 x/menit, respirasi 24x/menit, suhu 36,7oC, mukosa

bibir kering, BB 70 kg & BB 170 cm. ADL pasien dibantu oleh keluarga,

makanan hanya 1,2 porsi yang habis, bising usus 6–8 x/menit, urin 600 cc/24

jam. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 12 tahun yang lalu. Hasil lab : Hb

14,5 g/dl, hematokrit 42,7%, trombosit 285 ribu, GDS 154 mg/dl. Saat ini pasien

diberikan analsik 2x2 mg/24 jam, gastrofer 25 mg/12 jam, dexamethasone 5

mg/8 jam, cernevit 1 vial/24 jam, ceftriaxone 1 gr/12 jam, amlodipine 1x5 mg,

brainact 250 mg/12 jam.

3.2 Data Perawatan

a. Identitas diri pasien

Nama : Tn. N

Umur : 48 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat : Jalan Panrai Koya Barat

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Kristen
23

Suku : Jawa

Pendidikan : S1

Pekerjaan : PNS

Lama Bekerja : 15 tahun

Tanggal Masuk RS : 14 Februari 2021

Tanggal Pengkajian Awal : 15 Februari 2021

Sumber Informasi : Istri

b. identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. R

Umur : 40 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jalan Panrai, Koya Barat

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Kristen

Suku : Jawa

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Hubungan Dengan Pasien : Istri Pasien

3.3 Riwayat Penyakit

a. Keluhan Utama

Pasien mengatakan keluhan saat ini nyeri kepala terasa pusing, tengkuk terasa

kaku, tangan terasa kesemutan, pasien juga mengatakan kadang terasa mual dan

nyeri ulu hati, tangan kirinya agak sulit digerakkan, belum bisa duduk dan

kakinya juga masih kaku untuk digerakkan.


24

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengatakan masuk IGD RS tanggal 14 Februari 2021 jam 10:00 WIT

dengan keluhan nyeri kepala terasa pusing, tengkuk terasa kaku, tangan terasa

kesemutan, pasien juga mengatakan kadang terasa mual dan nyeri ulu hati,

tangan kirinya agak sulit digerakkan, belum bisa duduk dan juga masih kaku

untuk digerakkan. Kemudian pasien dipindahkan ke ruang rawat penyakit

dalam pria tanggal 15 Februari 2021 jam 12:30 WIT karena nyeri tak kunjung

berkurang serta anggota tubuh agak kaku dan agak sulit digerakkan. Skala nyeri

dengan penilaian PQRST yaitu :

P (Provokatif) : Adanya tekanan darah tinggi (Hipertensi)

Q (Quality) : Seperti tertusuk dan ditekan

R (Regio) : Kepala bagian belakang, leher dan tengkuk

S (Severity) : Skala nyeri 4-5

T (Time) : Hilang timbul

c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi sejak 12 tahun yang lalu.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Dalam keluarga pasien mengatakan ayahnya menderita hipertensi dan

meninggal akibat stroke.


25

Genogram

Keterangan :

: Laki-Laki

: Perempuan

: Pasien

: Meninggal (ayah pasien meninggal karena stroke)

: Garis Perkawinan

: Garis Keturunan

: Garis Serumah

e. Diagnosis Medis Pada Saat Ini

Diagnosis medis pada saat ini adalah Hipertensi


26

f. catatan Penanganan Kasus (Dimulai saat pasien dirawat sampai pengambilan

kasus kelolaan)

Pasien ke IGD pada tanggal 14 Februari 2021 sebelum dipindahkan ke ruang

rawat inap tanggal 15 Februari 2021.Setelah dilakukan pemeriksaan fisik,

pemeriksaan tanda-tanda vital, dan pemeriksaan laboratorium darah dan

dipastikan pasien mengalami hipertensi, maka pasien diberikan rekomendasi

untuk dirawat selama beberapa hari untuk menangani hipertensinya dan pasien

juga diberikan terapi farmakologis.

3.4 Pengkajian Keperawatan

a. Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

Pasien mengatakan merasa khawatir dengan penyakit yang dideritanya, karena

pasien memiliki riwayat hipertensi selama 12 tahun dan ayah pasien juga

meninggal karena hipertensi yang berakibat stroke. Pasien tidak pernah cek

rutin tekanan darah di pelayanan kesehatan, jika pusing pasien minum obat

warung.

b. Pola Nutrisi dan Metabolik

 Intake makanan : pasien mengatakan nafsu makan menurun karena

setiap makan terasa mual, makan hanya ½ porsi yang habis.

 Intake cairan : pasien minum 1,5 liter dan mukosa bibir masih kering.

c. Pola Eliminasi

 Buang Air Besar : pasien mengatakan belum BAB hari ini, tetapi

kemarin sudah BAB 2 x dengan konsistensi lunak.

 Buang Air Kecil : urine yang keluar hanya 600 cc/24 jam.
27

d. Pola Aktivitas dan Latihan

Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4


Makan/Minum √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Mandi √
Ambulasi/ROM √
0 = Mandiri, 1 = Alat bantu (kursi roda), 2 = Dibantu orang, 3 = Dibantu orang

lain & alat, 4 = Tergantung total pada kursi roda.

Oksigenasi : tidak terpasang oksigen.

ADL pasien dibantu oleh keluarga.

e. Pola Tidur dan Istirahat

Pasien mengatakan susah tidur karena pusing dan nyeri kepala dan tengkuk

yang dirasakan. Tidur selama ± 6 jam.

f. Pola Perceptual

 Penglihatan : penglihatan pasien berkunang-kunang, mata agak sulit

dibuka.

 Pendengaran : pendengaran pasien normal, dilihat dari pasien mampu

menjawab semua pertanyaan saat dilakukan pengkajian.

 Pengecap : pengecap pasien kurang baik, sehingga pasien hanya mampu

makan ½ porsi dan lidah terasa pahit sehingga pasien merasa mual saat

makan.

 Sensasi : pasien masih merasakan sensasi saat dicubit, dan pasien merasa

kesemutan pada tangan dan kaku pada kaki.

g. Pola Persepsi Diri


28

Pasien terlihat khawatir dan murung dengan penyakit yang dideritanya,

pasien juga khawatir jika hipertensinya terus terulang kambuh dan

mengakibatkan komplikasi, takut tidak bisa menafkahi istri dan anaknya.

h. Pola Seksualitas dan Reproduksi

Pasien tidak memiliki gangguan pada sistem reproduksi. Pasien meliliki 3

orang anak yaitu 2 orang anak perempuan dan 1 orang anak laki-laki. Anak

pertama dan anak kedua sudah kuliah sedangkan anak ketiga sudah SMA

kelas 2.

i. Pola Hubungan Peran

Keluarga mengatakan pasien mampu berinteraksi dan mengenal lingkungan

dengan baik. Pasien dekat dengan keluarga dan lingkungan sekitar. Pasien

merupakan pemimpin rumah tangga dan tulang punggung keluarga.

j. Pola Manegemen dan Koping Stress

Pasien mengatakan sering merasakan stress dan banyak pikiran ketika anak-

anak akan membayar uang kuliah semester yang begitu mahal. Cara

mengelola stress yang dilakukan yaitu bercerita dan berkumpul dengan anak

dan istirinya untuk menceritakan permasalahan yang dialami. Pasien juga

mengatakan merokok dapat mengurangi stressnya.

k. Sistem Nilai dan Keyakinan

Pasien beragama Kristen, pasien selalu beribadah setiap hari Minggu, pasien

yakin bahwa mendekatkan diri dengan Tuhan maka semua permasalahannya

dapat teratasi karena pasien yakin Tuhan selalu menolong umatnya yang

kesusahan, dengan ibadah juga stress pasien dapat berkurang.


29

3.5. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum pasien

 Tingkat Kesadaran : Apatis

 GCS : 12 (E=3 V=5 M= 4)

b. Tanda-tanda Vital

 Tekanan Darah= 170/100 mmHg

 Respirasi = 24x/menit

 Suhu = 36,7° C

 Nadi = 112x/menit

c. Berat badan tinggi badan

 BB = 70 kg

 TB = 170 cm

 IMT = 24,2 kg/m2 ( normal)

d. Kepala

 Inspeksi : Kulit kepala tampak bersih, tidak ada lesi, rambut hitam dan

ada uban sedikit-sedikit, tidak ada cabang rambut dan tidak ada kelainan.

 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

e. Leher
 Inspeksi : Leher tampak normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, vena

jugularis tidak menonjol, pergerakan leher normal

 Palpasi : Tidak teraba peningkatan jvp, tidak ada nyeri tekan.


30

f. Thorax

 Inspeksi : Bentuk simestris kanan kiri.

 Palpasi : Pergerakan dada posterior kanan kiri, taktil premetus sama.

 Perkusi : Suara sonor.

 Alkultasi : Bunyi jantung normal S1,S2, bunyi paru vesikuler.

g. Abdomen

 Inspeksi : Abdomen tampak simetris, tidak ada benjolan/massa pada

perut, tidak ada bayangan pembuluh darah pada abdomen dan tidak ada

luka operasi.

 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada abdomen dan tidak ada

pembesaran abdomen( asites tidak ada ).

 Perkusi : Bunyi abdomen timpani.

 Auskultasi : Bunyi usus 6-8x/menit.

h.Inguinal

Tidak ada penonjolan di daerah inguinal.

i. Ekstremitas

 Tangan : tangan terasa kesemutan, tangan kiri agak sulit digerakkan, tidak

ada pembengkakan pada tangan.

 Kaki : kaki masih kaku untuk digerakan, belum bisa duduk dan tidak ada

pembengkakan pada daerah kaki.

j. Sistem Endokrin

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar getah

bening.
31

3.6 Klasifikasi Data

Data Subjekfif Data Objektif


- Pasien mengeluh nyeri, kepala - Pasien tampak terbaring lemas,
terasa pusing. mata agak sulit dibuka.
- Tengkuk terasa kaku. - Mukosa bibir kering.
- Tangan terasa kesemutan. - Makan hanya ½ porsi yang habis.
- Kadang mual dan nyeri ulu hati. - ADL dibantu oleh keluarga.
- Tangan kiri agak sulit digerakan. - TTV : TD = 170/100 mmHg, N =
- Belum bisa duduk dan kaki masih 122x/m, S = 36,7 c , R = 24x/m.
kaku untuk digerakkan - Bising usus 6-8x/menit, GCS (12).
- Pasien mengatakan memiliki - BB = 70 kg, TB = 170 cm, IMT =
riwayat hipertensi 12 tahun yang 24,2 kg/m2.
lalu. - Hasil leb : Hb = 14,5 mg/dl,
Hematokrit 42,7%, Trombosit 285
ribu, GDS = 154 mg/dl
- Skala nyeri 4-5.

3.7 Pemeriksaan Laboratrium

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


- HB - 14,5 gr/dl - 14 - 18 gr/dl
- Hematokrit - 42.7 % - 38.8 % - 50 %
- Trombosit - 285.000 - 150.000 - 400.000
- GDS - 154 mg/dl - 70 - 130 mg/dl

3.8 Terapi obat

Jenis obat Dosis


- Analsik - 2 x 2 mg/ 24 jam
- Gastrofer - 25mg/ 24 jam
- Dexamethasone - 5mg/ 8 jam
32

- Cermevit - 1vial/ 24 jam


- Ceftriaxone - 1gr/ 12 jam
- Amiodipine - 1 x 5 mg
- Brainact - 250mg/ 12 jam

3.9 Analisa Data

No Data Masalah Penyebab


1. Ds : Gangguan perfusi Peningkatan
1. Pasien mengeluh nyeri, kepala jaringan serebral tekanan
terasa pusing. intrakranial,
2. Tengkuk terasa kaku. hipertensi,
3. Tangan terasa kesemutan. peningkatan
4. Tangan kiri agak sulit digerakan. tekanan vaskuler
5. Belum bisa duduk dan kaki masih serebral
kaku untuk digerakan.
6. Pasien mengatakan mempunyai
riwayat hipertensi 12 tahun yang
lalu.
Do :
1.Pasien tampak terbaring lemas
2.Mata agak sulit dibuka
3.TTV :
- TD :170/100 mmHg
- N : 112x/m
- S : 36,7°C
- RR : 24x/m
- Hb :14,59g/dl
- Ht :42,7%
- Trombosit :285 ribu
- GDS : 154mg/dl
2. Ds : Pasien mengatakan nyeri, Nyeri akut Peningkatan
33

kepala terasa pusing, tengkuk terasa tekanan vaskuler


kaku. serebral dan
Do : iskemia
1. Pasien terbaring lemas
2. Skala nyeri 4-5
3. TD : 170/100 mmHg
4. N :112x/m
5. RR : 24x/m
6. S : 36,7°C
7. Hasil lab : Hb :14,59 g/dl, Ht :
42,7%, Trombosit : 285 ribu,
GDS : 154mg/dl.
3. Ds : Intoleransi Kelemahan fisik
1. Pasien mengatakan tengkuk akivitas
terasa kesemutan.
2. Tangan kiri agak sulit
digerakkan
3. Belum bisa duduk.
4. Kaki masih kaku untuk
digerakkan.
Do :
1. ADL pasien dibantu oleh
keluarga.
2. Pasien tampak terbaring lemas.
3. TD : 170/100 mmHg
4. N :112x/m
5. RR : 24x/m
6. S : 36,7 C.
4. Ds : pasien mengatakan mual dan Resiko nutrisi Intake yang tidak
nyeri ulu hati. kurang dari adekuat.
Do : kebutuhan tubuh
1. Klien tampak terbaring lemah.
34

2. Makan hanya ½ porsi yang


habis.
3. Mukosa bibir kering.
4. Bising usus 6-8 x/m.
5. Urin 600cc/24 jam.
6. BB sebelum sakit 70 kg.
7. TB : 170 cm.
8. IMT : 24,2
9. TTV : TD : 170/100 mmHg, N :
112x/m, RR : 24x/m, S : 36,7°C
10. Hasil lab : Hb :14,59 g/dl, Ht :
42,7%, Trombosit :285 ribu,
GDS : 154mg/dl.

3.10 Diagnosa keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan

intrakraial, hipertensi, peningkatan tekanan vaskular serebral.

2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral dan

iskemia.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

nutrisi yang tidak adekuat

3.11 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
35

1. Gangguan perfusi Setelah dilakukan 1 Monitor TTV


jaringan serebral b/d tindakan keperawatan 2 Monitor peningkatan tekanan
peningkatan tekanan selama 3x24 jam, darah.
intrakranial. diharapkan tidak terjadi 3 Monitor penurunan frekuensi
hipertensi, kerusakan organ jantung.
peningkatan tekanan jaringan serebral yang 4 Monitor adanya keluhan
vaskuler serebral. lebih parah dengan sakit kepala.
kriteria hasil: 5 Periksa riwayat penyakit
1. TTV dalam batas pasien secara rinci untuk
normal melihat faktor resiko.
2. Tidak ada 6 Monitor adanya tanda/ gejala
ortostatik peningkatan TIK.
hipertensi 7 Hindari aktivitas yang dapat
3. Tidak ada tanda meningkatkan tekanan
tanda intrakranial.
peningkatan 8 Kolaborasi pemberian obat
intrakranial anti hipertensi. amlodipine
4. Tidak ada tanda- 1x5 mg dan pemberian obat
tanda dispnea, bramact 250 mg/12 jam,
angina, dan obat, ceftriaxone 1 gr/12
disritmia jam.

2. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian secara


peningkatan tekanan tindakan keperawatan komprehensif termasuk
vaskuler. selama 3x24 jam, lokasi, karateristik, durasi
diharapkan nyeri akut frekuensi, kualitas dan faktor
pasien dapat teratasi prepitasi.
dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri.
1. TTV dalam batas 3. Observasi reaksi non verbal.
normal 4. Identifikasi pengaruh nyeri
2. Nyeri berkurang terhadap kualitas hidup.
3. Pasien tidak 5. Berikan terapi non
36

gelisah. farmakologis teknik nafas


4. Pasien mampu dalam.
mengenali nyeri. 6. Kontrol lingkungan yang
5. Pasien mampu memperberat nyeri.
mengontrol 7. Fasilitasi istirahat.
nyeri. 8. Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri.
9. Monitor tanda-tanda vital.
10. Kolaborasi pemberian
analsik 2x2 mg/24 jam.

3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Identifikasi defisit tingkat


b/d kelemahan fisik. tindakan keperawatan aktivitas.
selama 3x24 jam, 2. Identifikasi kemampuan
diharapkan intoleransi berpartisipasi.
aktivitas dapat teratasi 3. Monitor tanda-tanda vital.
dengan kriteria hasil : 4. Bantu pasien untuk
1. Mampu melakukan mengidentifikasi aktivitas
aktivitas sehari-hari yang mampu dilakukan.
2. ADL tidak di bantu 5. Bantu untuk
lagi. mengidentifikasi dan
3. TTV dalam batas mendapatkan sumber yang
normal. diperlukan untuk aktivitas
4. Pasien meningkat yang diinginkan.
dalam aktivitas fisik 6. Bantu untuk mendapatkan
alat bantu kursi roda,
tongkat.
7. Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan ADL
secara mandiri sesuai
kebutuhan.
8. Dampingi pasien dalam
37

pemenuhan ADL secara


mandiri sesuai kebutuhan.
9. Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih.
10. Kolaborasi dengan terapis
dalam merencanakan dan
memonitor program
aktivitas yang sesuai.

4. Resiko Nutrisi Setelah dilakukan 1. Identifikasi adanya alergi


kurang dari tindakan keperawatan makanan.
kebutuhan tubuh b/d selama 3x24 jam, 2. Kaji adanya alergi makanan.
intake nutrisi yang diharapkan kebutuhan 3. Identifikasi makan yang
tidak adekuat. nutrisi pasien dapat disukai.
terpenuhi dengan 4. Monitor berat badan.
kriteria hasil : 5. Monitor hasil pemeriksaan
1. TTV dalam batas laoratorium.
normal. 6. Fasilitasi menentukan
2. Pemerikssan lab pedoman diet.
normal. 7. Sajikan makan secara
3. Tidak terjadi menarik dan suhu yang
penurunan BB. sesuai.
4. Adanya peningkatan 8. Beri makanan sedikit tapi
BB. sering.
5. Tidak ada tanda 9. Kolaborasi pemberian obat
malnutrisi. untuk meredakan nyeri dapat
6. Tidak ada adanya juga diberikan sebelum
nyeri ulu hati. makan gastrofer 2 mg/12
7. Mampu jam.
mengidentifikasi 10.Kolaborasi pemberian
nutrisi. multivitamin
11.Kolaborasi dengan ahli gizi
38

untuk menentukan jumlah


kalori dan jenis nutrisi yang
diperlukan.
No Hari/ Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal Keperawatan
1. Selasa, Gangguan perfusi 08.30 1. Memantau TTV. S : Pasien mengatakan
16 Februari 2021 jaringan serebral b/d 08:35 2. Memantau nyeri, kepala terasa
pusing.
peningkatan tekanan peningkatan tekanan
O :.
vaskuler serebral. darah.
 Pasien tampak
08:40 3. Memantau penurunan lemas.
frekuensi jantung.  TD : 170/100
mmHg.
08:45 4. Memantau adanya
 N : 112 x/m.
keluhan sakit kepala.
 R : 24x/m.
08:50 5. Memeriksa riwayat  S : 36,7°C.
penyakit pasien A : Masalah belum
teratasi.
secara rinci untuk
P : Intervensi di
melihat faktor resiko. lanjutkan.
09:00 6. Memantau adanya
tanda/ gejala
peningkatan TIK.
09:05 7. Menghindari aktivitas
yang dapat
meningkatkan
40

tekanan intrakranial.
09:15 8. Memantau pemberian
obat anti hipertensi.
amlodipine 1x5 mg
dan pemberian obat
brainac 250 mg/12
jam, obat ,
ceftriaxone 1 gr/12
jam.

2. Selasa, Nyeri akut b.d 09:25 1. Melakukan S : Pasien mengatakan


16 Februari 2021 peningkatan tekanan pengkajian secara nyeri kepala dan nyeri
ulu hati.
vaskuler. komprehensif
O:
termasuk lokasi,  TD:170/100 mmHg.
karateristik, durasi  N : 112 x/m.
frekuensi, dan  R : 24x/m.
 S : 36,7OC.
kualitas.
 Skala nyeri 4-5.
09:30 2. Mengidentifikasi A : Masalah belum
skala nyeri. teratasi.
41

09:35 3. Mengobservasi P : Intervensi di


reaksi non verbal. lanjutkan.

09:40 4. Mengidentifikasi
pengaruh nyeri
terhadap kualitas
hidup.
09:45 5. Memberikan terapi
non farmakologis
teknik nafas dalam.
09:50 6. Mengontrol
lingkungan yang
memperberat nyeri.
09:55 7. Memfasilitasi
istirahat.
10:00 8. Menjelaskan
penyebab, periode
dan pemicu nyeri.
10:20 9. Memantau tanda-
42

tanda vital.
10:30 10. Kolaborasi
pemberian analsik
2x2 mg/24 jam.

3. Selasa, Intoleransi aktivitas b/d 10:35 1. Mengidentifikasi S : Pasien mengatakan


16 Februari 2021 kelemahan fisik. tingkat aktifitas. tengkuk terasa kaku,
10:40 2. Mengidentifikasi tangan kesemutan,
kemampuan tangan kiri sulit
berpartisipasi. digerakkan, pasien
10:45 3. Memonitor tanda- belum bisa duduk dan
tanda vital. kaki juga masih kaku
10:50 4. Membantu klien untuk digerakkan.
untuk O:
mengidentifikasi  Pasien tampak
aktivitas yang lemas, mata sulit
mampu dilakukan. dibuka.
10:55 5. Membantu untuk  TD : 170/100
mengidentifikasi dan mmHg .
43

mendapatkan sumber  N : 112 x/m.


yang diperlukan  R : 24x/m.
untuk aktivitas yang  S : 36,7OC.
diinginkan. A : Masalah belum
11:00 6. Membantu untuk teratasi.
mendapatkan alat P : Intervensi di
bantu kursi lanjutkan.
roda,tongkat.
11:05 7. Melatih pasien dalam
pemenuhan
kebutuhan ADL
secara mandiri sesuai
kebutuhan.
11:10 8. Mendampingi pasien
dalam pemenuhan
ADL secara mandiri
sesuai kebutuhan.
11:15 9. Mengajarkan cara
44

melakukan aktivitas
yang dipilih.
11:20 10. Melakukan
kolaborasi dengan
terapis dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktifitas yang sesuai.

4. Selasa, Resiko nutrisi kurang 1. Mengidentifikasi S : Pasien mengatakan


16 Februari 2021 dari kebutuhan tubuh adanya alergi merasa mual dan nyeri
ulu hati.
b.d intake nutrisi yang makanan.
O:
tidak adekuat. 2. Mengkaji adanya
 Pasien tampak
alergi makanan. lemas, mukosa bibir
3. Mengidentifikasi kering, makan
hanya setengah
makan yang disukai.
porsi.
11:30 4. Memonitor berat  TD : 170/100
badan. mmHg.
5. Memonitor hasil  N : 112 x/m.
45

11:35 pemeriksaan  R : 24x/m.


laoratorium.  S : 36,7OC.
 IMT : 24.
11:40 6. Memfasilitasi
A : Masalah
menentukan
belum teratasi.
11:45 pedoman diet.
P : Intervensi di
7. Menyajikan makan
lanjutkan.
11:50 secara menarik dan
suhu yang sesuai

11:55

12:00

12:05 8. Memberikan
makanan sedikit tapi
sering.
46

12:10 9. Melakukan
kolaborasi pemberian
obat untuk
meredakan nyeri
dapat juga diberikan
sebelum makan
gastrofer 2 mg/12
jam.
12:15 10. Melakukan
kolaborasi pemberian
multivitamin.
12:20 11. Melakukan
kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrisi yang
diperlukan.
47
48

NO Hari/ Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi Paraf


Tanggal Keperawatan
1. Rabu, Gangguan perfusi 08.30 1. Memantau TTV. S:
17 Februari 2021 jaringan serebral b/d 08:35 2. Memantau  Pasien
mengatakan nyeri
peningkatan tekanan peningkatan tekanan
kepala berkurang
vaskuler serebral. darah. saat pasien
08:40 3. Memantau mengurangi
aktivitas.
penurunan frekuensi
 Pasien
jantung. mengatakan sakit
08:45 4. Memantau adanya kepala berkurang
keluhan sakit setelah pasien
minum obat
kepala. O:
08:50 5. Memeriksa riwayat  Pasien tampak
penyakit pasien lemah.
 TD : 150/100
secara rinci untuk
mmHg.
melihat faktor  N : 110 x/m.
resiko.  R : 20x/m.
49

09:00 6. Memantau adanya  S : 36,7°C.


tanda/gejala A : Masalah teratasi
sebagian.
peningkatan TIK.
P : Intervensi di
09:05 7. Menghindari lanjutkan.
aktivitas yang dapat
meningkatkan
tekanan intracranial.
09:15 8. Memantau
pemberian obat anti
hipertensi,
amlodipine 1x5 mg
dan pemberian obat
brainac 250 mg/12
jam, obat ,
ceftriaxone 1 gr/12
jam.

2. Rabu, Nyeri akut b.d 09:25 1. Melakukan pengkajian S :


17 Februari 2021 peningkatan tekanan secara komprehensif  Pasien
50

vaskuler. termasuk lokasi, mengatakan nyeri


karateristik, durasi berkurang saat
pasien menarik
frekuensi, dan
napas dalam.
kualitas.  Pasien
09:30 2. Mengidentifikasi skala mengatakan nyeri
berkurang saat
nyeri.
pasien beristirahat.
09:35 3. Mengobservasi reaksi O:
non verbal.  TD : 150/100
09:40 4. Mengidentifikasi mmHg.
 N : 100x/m.
pengaruh nyeri
 R : 20x/m.
terhadap kualitas  S : 36,7°C.
hidup.  Skala nyeri 3
09:45 5. Memberikan terapi A : Masalah belum
teratasi.
non farmakologis
P : Intervensi di
teknik nafas dalam. lanjutkan.
09:50 6. Mengontrol
lingkungan yang
memperberat nyeri.
51

09:55 7. Memfasilitasi istirahat.


10:00 8. Menjelaskan
penyebab, periode dan
pemicu nyeri.
10:20 9. Memantau tanda-tanda
vital.
10:30 10. Kolaborasi
pemberian analsik
2x2 mg/24 jam.

3. Rabu, Intoleransi aktivitas 10:35 1. Mengidentifikasi S:


17 Februari 2021 b/d kelemahan fisik. tingkat aktivitas.  Pasien
mengatakatangan
10:40 2. Mengidentifikasi
pasien tidak
kemampuan kesemutan.
berpartisipasi.  Pasien
mengatakan
10:45 3. Memonitor tanda-
tangan dan kaki
tanda vital. pasien sudah dapat
10:50 4. Membantu klien untuk digerakkan tetapi
mengidentifikasi pasien belum
52

aktivitas yang mampu dapat duduk.


dilakukan. O:
 Pasien tampak
10:55 5. Membantu untuk
terbaring.
mengidentifikasi dan  TD : 150/100
mendapatkan sumber mmHg.
yang diperlukan untuk  N : 100 x/m.
 R : 240x/m.
aktivitas yang
 S : 36,7°C.
diinginkan. A : Masalah teratasi
11:00 6. Membantu untuk sebagian.
P : Intervensi di
mendapatkan alat
lanjutkan.
bantu kursi roda,
tongkat.
11:05 7. Melatih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADL secara mandiri
sesuai kebutuhan.
11:10 8. Mendampingi pasien
dalam pemenuhan
53

ADL secara mandiri


sesuai kebutuhan.
11:15 9. Mengajarkan cara
melakukan aktivitas
yang dipilih.
11:20 10. Melakukan
kolaborasi dengan
terapis dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktivitas yang sesuai.

4. Rabu, Resiko nutrisi kurang 11:30 1. Mengidentifikasi S:


17 Februari 2021 dari kebutuhan tubuh adanya alergi Pasien mengatakan
tidak mual dan nyeri
b.d intake nutrisi yang makanan.
ulu hati berkurang
tidak adekuat. 11:35 2. Mengkaji adanya setelah minum obat.
54

alergi makanan. O:
11:40 3. Mengidentifikasi  Pasien tidak lemas,
mukosa bibir
makan yang disukai.
lembab.
11:45 4. Memonitor berat  Pasien dapat
badan. menghabiskan
makanan sedikit
11:50 5. Memonitor hasil
demi sedikit
pemeriksaan  TD : 150/100
laoratorium. mmHg.
11:55 6. Memfasilitasi  N : 100 x/m.
 R : 20x/m.
menentukan
 S : 36,7°C.
pedoman diet.
 IMT : 24
12:00 7. Menyajikan makan A : Masalah teratasi
secara menarik dan sebagian.
P : Intervensi di
suhu yang sesuai.
lanjutkan.
12:05 8. Memberikan
makanan sedikit tapi
sering.
12:10 9. Melakukan
55

kolaborasi pemberian
obat untuk
meredakan nyeri
dapat juga diberikan
sebelum makan
gastrofer 2 mg/12
jam.
12:15 10. Melakukan
kolaborasi
pemberian
multivitamin.
12:20 11. Melakukan
kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrisi yang
diperlukan.
56
NO Hari/ Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal Keperawatan
1. Kamis, Gangguan perfusi 08.30 1. Memantau TTV. S:
18 Februari 2021 jaringan serebral b/d 08:35 2. Memantau peningkatan Pasien mengatakan
nyeri kepala sudah
peningkatan tekanan tekanan darah. hilang dan tidak 57
vaskuler serebral. 08:40 3. Memantau penurunan merasa pusing.
frekuensi jantung. O:
 Pasien tampak
08:45 4. Memantau adanya
segar.
keluhan sakit kepala.  TD : 130/90
08:50 5. Memeriksa riwayat mmHg.
 N : 90 x/m.
penyakit pasien secara
 R : 20x/m.
rinci untuk melihat  S : 36,7°C.
faktor resiko. A : Masalah
09:00 6. Memantau adanya tanda/ keperawatan teratasi.
P : Intervensi
gejala peningkatan TIK. dihentikan dan
09:05 7. Menghindari aktivitas pasien dipersiapkan
yang dapat untuk pulang.

meningkatkan tekanan
intrakranial.
09:15 8. Memantau pemberian
obat anti hipertensi.
amlodipine 1x5 mg dan
pemberian obat brainac
250 mg/12 jam, obat ,
ceftriaxone 1 gr/12 jam.

2. Kamis, Nyeri akut b.d 09:25 1. Melakukan pengkajian S :


18 Februari 2021 peningkatan tekanan secara komprehensif Pasien mengatakan
sudah tidak ada nyeri
vaskuler termasuk lokasi,
kepala dan nyeri ulu
karateristik, durasi hati.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah di atas

normal atau tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan

tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi

menjadi 2, yaitu hipertensi primer atau merupakan hipertensi dengan penyebab yang

tidak diketahui secara pasti. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh

penyebab spesifik tertentu, misalnya penyakit ginjal (glomerulonefritis akut, nefritis

kronis, penyakit poliartritis, diabetes nefropati), penyakit endokrin (hipotiroid,

hiperkalsemia, akromegali), koarktasioaorta.

4.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan adalah Pengobatan hipertensi

dimulai dengan perubahan-perubahan gaya hidup untuk membantu menurunkan

tekanan darah dan mengurangi resiko terkena penyakit jantung. Jika perubahan-

perubahan itu tidak memberikan hasil, mungkin anda perlu mengkonsumsi obat-obat

untuk penderita hipertensi, tentu saja dengan berkonsultasi dengan dokter. Bahkan jika

harus mengkonsumsi obat-obatan, lebih baik jika disertai dengan perubahan gaya hidup

yang dapat membantu anda mengurangi jumlah atau dosis obat-obatan yang anda

konsumsi.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta.

EGC.

Dalmartha, Setiawan dan Nova Sutarina. 2008. Care Your Self Hipertensi.

Jakarta: Penebar Plus.

Dongoes,Marlynn.E.dkk.1999.Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.

Jakarta:EGC.

NANDA. 2012. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Yoyakarta: Prima

Medika.

Rilantono, L dkk.2002.Buku Ajar Kardiologi. Jakarta:Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai