Anda di halaman 1dari 41

KEPERAWATAN PALIATIF

“ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF KEPADA KLIEN MENJELANG


AJAL (PASIEN DENGAN CA PARU)”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
KEPERAWATAN 5A

1. Qorri Hartanto 1914201031


2. Putri Utami Wulandari R 1914201030
3. Nur Havifah Hasanah 1914201027
4. Necy Wahyuni 1914201024
5. Nisma Khairani Lubis 1914201025
6. Nur Hidayatil Safitri 1914201028
7. Pramita Dewi 1914201029
8. Renik Sri Utami 1914201033

DOSEN PENGAMPU
Ns. Edo Gusdiansyah,S.Kep,M.Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES ALIFAH PADANG
TA 2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, baik berupa kesempatan maupun
pengetahuan sehingga makalah “Asuhan Keperawatan Paliatif Kepada Klien
Menjelang ajal (Pasien Dengan Ca Paru)” ini dapat kami selesaikan dalam
bentuk maupun isinya dengan sebaik-baiknya.
Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Ns. Edo
Gusdiansyah,S.Kep.M.Kep karena atas bimbingan serta saran dari bapaklah kami
dapat menyusun makalah ini sehingga dapat dibaca serta dipahami isinya. kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna ,baik dari
segi penyusunan yang masih kurang teratur ,pembahasan yang kurang sesuai
dengan materi, ataupun penulisannya yang kurang tepat atau kesalahan saat
mengetik kata demi kata ,karena pengalaman kami yang masih kurang .
Demikianlah yang dapat kami sampaikan , kami berharap semoga makalah
ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu
dimohonkan kepada bapak dan teman-teman yang membaca makalah ini agar
memberikan kritik dan saran yang membangun agar kedepannya, bisa diperbaiki
menjadi lebih baik, kepada bapak dosen yang terhormat dimohon bimbingannya
lebih lanjut , terutama bimbingan terhadap penyusunan makalah dan dalam mata
kuliah keperawatan paliatif.

Padang, 11 Oktober 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................... ii
Bab I : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................. 1
a. Tujuan Umum ................................................................................ 2
b. Tujuan Khusus ............................................................................... 2
1.3 Manfaat Penulisan ............................................................................... 2
Bab II : Tinjauan Pustaka
2.1 Konsep Perawatan Paliatif Pada Ca Paru ........................................ 3
2.2 Konsep Penyakit (Ca Paru) ................................................................
A. Defenisi Ca paru .................................................................................. 3
B. Etiologi Ca paru ................................................................................... 3
C. Anatomi dan Fisiologi ......................................................................... 7
D. Patofisologi.......................................................................................... 8
E. WOC ................................................................................................... 8
F. Manifestasi Klinis ................................................................................ 10
G. Pemeriksaan Diagnostik ....................................................................... 14
H. Penatalaksanaan ................................................................................... 15
I. Prognostik ........................................................................................... 17
2.3 Asuhan Keperawatan Paliatif Teoritis Pada Pasien Ca Paru .......... 18
A. Pengkajian ........................................................................................... 18
B. Diagnosa (SDKI) ................................................................................. 20
C. Intervensi (SIKI-SLKI) ........................................................................ 23
D. Implementasi ....................................................................................... 26
E. Evaluasi............................................................................................... 26
Bab III : Laporan Kasus Askep Paliatif Pada Pasien Ca Paru .............. 27
Bab IV : Penutup
4.1 Kesimpulan ........................................................................................ 37
4.2 Saran .................................................................................................. 37
Daftar Pustaka ......................................................................................... 38

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker paru merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia, dengan
prognosis yang sering kali buruk. Kanker paru biasanya tidak dapat di obati dan
penyembuhan hanya mungkin dilakukan dengan jalan pembedahan, di mana sekitar
13% dari klien yang menjalani pembedahan mampu bertahan selama 5 tahun.
Metastasis penyakit biasanya muncul dan hanya 16% klien yang penyebaran
penyakitnya dapat dilokalisasi pada saat diagnosis. Dikarenakan terjadinya
metastasis, penatalaksanaan kanker paru sering kali hanya berupa tindakan paliatif
(mengatasi gejala) di bandingkan dengan kuratif (penyembuhan). Di perkirakan 85%
dari kanker paru terjadi akibat merokok.
Proses kanker di paru dapat berasal dari saluran pernapasan itu sendiri dari
jaringan ikat diluar saluran pernapasan. Dari saluran pernapasan, sel kanker dapat
berasal dari sel bronkus, alveolus, atau dari sel-sel yang memproduksi mucus yang
mengalami degenerasi maligna. Karena pertumbuhan suatu proses keganasan selalu
cepat dan bersifat infasif, proses kanker tersebut selalu sudah mengenai saluran
pernapasan, sel-sel penghasil mucus, maupun jaringan ikat (Danusantoso, 2013 :
311).
Pada kasus kanker paru dengan stadium lanjut, kadang kala pasien menjadi
bosan dan capek dengan berbagai pengobatan yang diberikan. Menjadi hak semua
pasien untuk mendapatkan perawatan yang terbaik sampai akhir hayatnya. Untuk itu
Penderita kanker paru dengan stadium lanjutan atau tidak berangsur-angsur sembuh
perlu mendapat pelayanan kesehatan sehingga penderitaannya dapat dikurangi.
Untuk mendapatkan dukungan psikis dan moral, pasien perlu juga diberikan
perawatan paliatif.
Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan
menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Tujuannya untuk
mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas
hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Meskipun pada akhirnya
pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal pasien sudah siap secara
psikologis dan spiritual, serta tidak stress menghadapi penyakit yang dideritanya
(RSU Dr. Soetomo, 2009)
1
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien paliatif dengan masalah
sistem pernapasan (Ca. Paru).
b. Tujuan Khusus
a. Untuk Mengetahui Konsep Askep Paliatif Pada Ca.Paru
b. Untuk mengetahui definisi Ca. Paru
c. Untuk mengetahui etiologi Ca. Paru
d. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi Ca. Paru
e. Untuk mengetahui patofisiologi Ca. Paru
f. Untuk mengetahui WOC Ca. Paru
g. Untuk mengetahui manifestasi klinis Ca. Paru
h. Untuk mengetahi komplikasi pada Ca. Paru.
i. Untuk mengetahui penatalaksanaan Ca. Paru
j. Untuk mengetahui pemeriksaan diadgnostik pada Ca. Paru
k. Untuk mengetahui asuhan keperawatan paliatif pada klien Ca. Paru.

1.3 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah dengan membaca makalah ini
mahasiswa dan pembaca makalah ini dapat memahami tentang konsep askep
paliatif pada pasien ca paru, serta konsep penyakit ca paru dan juga asuhan
keperawatan paliatif ca paru sehingga dapat diimplemetasikan dalam tindakan
keperawatan saat mahasiswa melaksanakan kegiatan prekinik dan bertugas
dirumah sakit terutama pada pasien dengan penyakit terminal mejelang ajal.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Perawatan Paliatif Pada Ca Paru


a. Definisi Perawatan Paliatif
Definisi awal dari Definisi awal dari pengobatan paliatif mulai dikenal di
Inggris pada tahun1987. “Palliative medicine is the study and management of
patients with active, progressive, far-advanced disease for whom the prognosis
is limited and the focus of care is the quality of life.”(Pengobatan paliatif
merupakan suatu studi dan penanganan terhadap pasien pasien dengan penyakit
yang aktif, progresif dan lama yang mana prognosisnya terbatas dan fokus
perawatannya adalah pada kualitas hidup).
Organisasi kesehatan dunia atau WHO mendefinisikan perawatan paliatif
sebagai berikut:“Semua tindakan aktif guna meringankan beban penderita,
terutama yang tak mungkin disembuhkan. Tindakan aktif yang dimaksud antara
lain menghilangkan nyeri dan keluhan lain, serta mengupayakan perbaikan
dalam aspek psikologis, sosial dan spiritual”.

b. Tujuan Perawatan Paliatif


Masih menurut WHO, tujuan perawatan paliatif adalah untuk mencapai
kualitas hidup maksimal bagi penderita dan keluarga. Perawatan paliatf tidak
hanya diberikan bagi penderita menjelang akhir hayatnya, namun sudah dapat
dimulai segera setelah diagnosis penyakit (kanker) di tegakkan, dan
dilaksanakan bersama dengan pengobatan kuratif. Lebih lanjut lagi, Organisasi
Kesehatan Dunia menekankan bahwa pelayanan paliatif berpijak pada pola
dasar, berikut ini:
1. Meningkatkan kulaitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses
normal
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu
4. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual
5. Mengusahakan agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya
6. Mengusahakan membantu mengatasi suasana duka cita pada keluarga

3
c. Peranan Perawatan Paliatif Penyakit Kanker
Disuatu pusat penanggulangan penyakit kanker, biasanya penderita terbanyak
adalah pasien stadium paliatif. Dianut pengertian bahwa:
1. Kelanjutan dan kesinambungan perawatan adalah hal yang sangat penting
dan diutamakan. Tim paliatif harus dikenal oleh penderita dan keluarga, dan
berperan sebagai sumber unformasi dan sumber dukungan mental
2. Nyeri dan gejala lain dievaluasi secara cermat dan didokumentasi sehingga
perkembangannya dapat dikontrol. Protokol untuk pengawasan perawatan
di rumah diberikan kepada pelaku rawat (care giver)
3. Tim paliatf harus dapat menganalisis dan menentukan prioritas
penyelesaian, bila ada masalah yang tekait dengan pasien, keluarga, dan
upaya medis
4. Perawatan di rumah penderita harus dipersiapkan dengan matang.
Penyuluhan kepada penderita dan keluarga telah dimulai sejak penderita
berkonsultasi dengan pihak rumah sakit. Tim perawat dan terapis untuk
perawatan di rumah segera dipersiapkan, termasuk jadwal kunjungan
rumah. Ikatan antara rumah dakit dengan penderita di rumah selalu terjalin,
lebih baik lagi, bila dokter keluarga menjadi jembatan dalam ikatan ini

d. Masalah-Masalah Sosial Pasien dan Anggota Keluarga Pasien dalam


Perawatan Paliatif
Hubungan dengan orang lain, baik itu keluarga maupun teman, memiliki
pengaruh yang besar untuk mengatasi permasalahan tentang penyakit kanker
yang menimpa pasien. Tanpa perlindungan yang cukup, hubungan yang erat
membentuk sebuah alat untuk melawan stress karena penyakit yang dideritanya.
Berikut ini adalah masalah sosial pasien:
1. Masalah dalam hubungan antar pribadi
a) Karena reaksi pasien terhasap penyakitnya : seperti kecemasan,
ketakutan, amarah, merasa bersalah, depresi, antisipatoris, mengeluh
b) Karena reaksi orang lain terhadap penyakit pasien : seperti kecemasan,
ketakutan, amarah, merasa bersalah, depresi, antisipatoris, mengeluh
c) Membuat masalah antar pribadi menjadi lebih buruk dari sebelum sakit
d) Masalah pernikahan
e) Ketidak-sepakatan mengenai terapi anti kanker
4
2. Masalah Keluarga
Keluarga dari pasien yang terkena penyakit kanker akan rentan merasakan
ketegangan dan tekanan, baik secara psikis dan fisik. Akan terlihat lebih
nyata bila pasien dirawat di rumah tetapi bisa diseimbangkan dengan
penyesuaian diri lebih mudah setelah kematian pasien dan perasaaan dalam
tenang sesuatu yang bermanfaat dalam merawat pasien di rumah.
a) Pergantian peran
Kondisi yang menurun, membuat tugas-tugas yang biasanya pasien
dapatkan didalam keluarga akan digantikan oleh orang lain terutama
dalam hal finansial, sehingga seorang pasien dapat merasa tidak berguna,
terisolasi dan depresi
b) Peran baru
Keluarga pasien mendapat peran baru dalam merawat pasien di rumah,
terutama dalam hal mengganti baju, keperluan toilet pasien yang
sebelumnya diajari oleh orang-orang yang lebih orofesional sehingga
keluarga tentang merasa cemas apabila ternyata terdapat kesalahan dalam
merawat pasien serta tidak dapat mengantiipasi masalah yang mungkin
muncul.
c) Koping mekanisme bagi yang tidak dapat menyesuaikan diri
Seperti halnya pasien individual, koping mekanismenya oleh keluarga
yang memungkinkan menderita secar tertutup daripada menguranginya.
Sebuah keluarga yang terlalu melindungi memungkinkan untuk mencoba
untuk mem-blok komunikasi dari tim pelayanan kesehatan, membiarkan
pasien dengan kecemasan atau ketidakpastian dan perasaan terisolasi.
d) Kelelahan
Kelelahan secara psikologis dan fisik terjadi berulangkali didalam
anggota keluarga pasien yang tidak mungkin terselamatkan.

3. Peningkatan Masalah Fisik dan Psikis dengan Perkembangan Penyakit

5
e. Ketakutan akan Kematian dan Tahapan dalam Menghadapi Penyakit
Kanker Stadium Lanjut (IV)
Ketika menengok masa lampau dan mempelajari budaya serta masyarakat
kuno, kita akan terkesan mengetahui bahwa kematian tidak disukai, dan
mungkin akan terus demikian. Pasien yang menjelang ajal harus melalui banyak
tahap dalam perjuangannya untuk menerima penyakit dan kematiannya,
kemungkinan selama beberapa waktu ia menolak berita buruk tersebut dan terus
bersikap seolah-olah ia sehat dan sekuat sebelum ia sakit.
Lebih jauh lagi berkaitan dengan masalah-masalah psikologis dan sosial
yang dihadapi oleh pasien dengan penyakit terminal, telah mengidentifikasi lima
tahap yang mungkin dilewati oleh pasien penyakit terminal, yang divonis tidak
akan hidup lama lagi, yaitu:
1) Tahap Kaget
Biasanya hal ini sudah dilalui oleh penderita penyakit terminal (terminal-
ill). Tetapi adakalanya mereka masih juga “kaget” dan tidak percaya bila
diberitahu atau menyadari kondisi sebenarnya. Dalam situasi ini penderita
tampak kebingungan bahkan yang bersangkutan dapat melakukan segala
sesuatu tanpa disadari atau tampak seperti orang linglung. Kecelakaan
mudah terjadi pada saat ini. Adakalanya orang-orang tertentu ingin
menyendiri untuk mengumpulkan energi mental dan ingin membuat rencana
masa depannya.
2) Tahap Penolakan
Pada tahap ini penolakan sering terjadi tidak saja pada penderita tetapi juga
pada keluarga. Untuk perawatan yang berkualitas sebaiknya keluarga diberi
penerangan-penerangan yang intensif agar timbul kesadaran dan tidak lari
darikenyataan.
3) Tahap Amarah
Pada tahap ini penderita marah-marah dan tidak jarang menyalahkan
keluarga, tim medis bahkan Tuhan atau takdir yang diterimanya. Kondisi
yang hipersensitif dan ledakan emosi tidak jarang menjemukan keluarga
bahkan tim medis, yang tidak jarang diakhiri dengan saling balas-membalas
oleh anggota tim.

6
4) Tahap Tawar-Menawar
Pada tahap ini tampak sekali penderita berada dalam konflik antar
“mengetahui” ajal mendekat dengan keinginan menyelesaikan tujuan hidup.
Dalam fase ini ada juga perasaan takut sekarat, takut mati dan takut pergi
sendirian. Untuk itu masukan-masukan keagamaan sudah harus
diperhatikan.
5) Tahap Depresi
Disini penderita pasif sekali bahkan ada yang melakukan penelantaran diri
bahkan percobaan bunuh diri. Pada umumnya untuk para Dokter, ini adalah
“tanda-tanda” ajal makin mendekat. Adakalanya dalam keadaan depresi,
orangorang ingin menyendiri untuk mengumpulkan sisa tenaga dan
pemikiran membuat keputusan yang tepat.
6) Tahap Pasrah
Sebetulnya bila seseorang mendekati ajalnya maka ia akan sampai ke tahap
pasrah. Pada tahap ini bila ia masih memiliki kekuatan fisik dan kejernihan
berpikir maka masih ada harapan untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Lebih lanjut lagi, Ross (dalam Zastrow, 1996) mencatat bahwa tidak setiap
orang akan mengalami kemajuan ketika melewati tahap-tahap tersebut,
seringkali terjadi perubahan yang amat tidak diduga dan malah mengalami
kemunduran ke tahap sebelumnya. Misalnya, seorang pasien akan dapat
mengatasi tahap penolakan menjadi depresi, menjadi kegusaran dan
kemarahan, dan kembali lagi ke penolakan, kemudian menjadi tawar-
menawar, depresi, dan selanjutnya.

2.2 Konsep Penyakit (Ca Paru)


A. Definisi Kanker Paru
Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam
jaringan paru-paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen
lingkungan, terutama asap rokok (Suryo, 2010: 27).

7
Menurut World Health Organization(WHO), kanker paru-paru merupakan
penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria maupun
wanita. Sebagaian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-
paru, tetapi bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh lain yang menyebar
ke paru-paru(Suryo, 2010 : 27).Karsinoma bronkogenik atau kanker paru dapat
berupa metastasis atau lesi primer. Kebanyakan tumor ganas primer dari sistem
pernapasan bawah bersifat epithelial dan berasal dari mukosa percabangan
bronkhus (Muttaqin, 2008: 198).

B. Etiologi
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru
belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang
bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya
faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain (Amin, 2006).
1. Merokok
Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling
penting, yaitu 85% dari seluruh kasus ( Wilson, 2005). Rokok mengandung
lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat
menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh
usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya
kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok (Stoppler,2010).
2. Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif,
atau mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang

8
tertutup, dengan risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap
asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua kali (Wilson,
2005).
3. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi
pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat
kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan
dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan bahwa
penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas tingkat
sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas
yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa
kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung hidup lebih dekat
dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara kemungkinan besar lebih
tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang ditemukan dalam udara polusi
(juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren (Wilson, 2005).
4. Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium,
nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru
(Amin, 2006).Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-
kira sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru
baik akibat kontak dengan asbes maupun uranium meningkat kalau orang
tersebut juga merokok.
5. Diet
Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap
betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena
kanker paru (Amin, 2006).
6. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar
terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler
memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor
memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru. Tujuan
khususnya adalah pengaktifan onkogen (termasuk juga gen-gen K-

9
ras dan myc), dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor (termasuk gen rb,
p53, dan CDKN2) (Wilson, 2005).
7. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga
dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif
kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika
efek dari merokok dihilangkan (Stoppler, 2010).

C. Anatomi Fisiologi Ca Paru


1. Anatomi
Sistem organ yang terkait dengan penyakit ini adalah sistem pernafasan. Sistem
pernafasan terdiri dari :

1) Hidung (Nasal)
Rongga hidung dilapisi oleh epitelium gergaris. Terdapat sejumlah kelenjar
sebaseus yang ditutupi oleh bulu kasar. Partikel-partikel debu yang kasar
dapat disaring oleh rambutrambut yang terdapat dalam lubang hidung,
sedangkan partikel yang halus akan terjerat dalam lapisan mukus yang
disekresi oleh sel goblet dan kelenjar serosa. Gerakan silia mendorong
lapisan mukus ke posterior di dalam rongga hidung, dan ke superior di dalam
sistem pernafasan di bagian bawah menuju ke faring. Dari sini lapisan mukus
akan tertekan atau dibatukkan keluar. Air untuk kelembaban diberikan oleh

10
lapisan mukus, sedangkan panas yang disuplai ke udara inspirasi berasal dari
jaringan di bawahnya yang kaya akan pembuluh darah. Jadi udara inspirasi
telah disesuaikan sedemikian rupa sehingga bila udara mencapai faring
hampir bekas debu, bersuhu mendekati suhu tubuh, dan kelembabannya
mencapai 100%.

2) Faring
Terdapat di bawah dasar tengkorak di belakang rongga hidung dan rongga
mulut, dan di depan ruas tulang leher. Merupakan pipa yang menghubungkan
rongga mulut dengan esofagus. Faring terbagi atas 3 bagian : nasofaring di
belakang hidung, orofaring di belakang mulut, dan faring laringeal di
belakang laring. Rongga ini dilapisi oleh selaput lendir yang bersilia. Di
bawa selaput lendir terdapat jaringan kulit dan beberapa folikel getah bening.
Kumpulan folikel getah bening ini disebut adenoid. Adenoid akan membesar
bila terjadi infeksi pada faring.

3) Laring
Terletak di depan bagian terendah faring. Laring merupakan rangkaian cincin
tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan di sana terdapat pita suara. Di
antara pita suara terdapat ruang berbentuk segitiga yang bermuara ke dalam
trakea dan dinamakan glotis. Pada waktu menelan, gerakan laring ke atas,
penutupan glotis, dan fungsi seperti pintu pada aditus laring dari epiglotis
yang berbentuk daun, berperanan untuk mengarahkan makanan dan cairan
masuk ke dalam esofagus. Namun jika benda asing masih mampu untuk
melampaui glotis, maka laring yang mempunyai fungsi batuk akan membantu
menghalau benda dan sekret keluar dari saluran pernafasan.

4) Trakea dan cabang-cabangnya Panjangnya kurang lebih 9 cm.


Trakea berawal dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis
kelima, trakea bercabang menjadi dua bronkus. Trakea tersusun atas enam
belas sampai dua puluh lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang rawan
yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa. Letaknya tepat di depan esofagus.
Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia. Tempat
percabangan bronkus disebut karina. Karina memiliki banyak saraf dan dapat
11
menyebabkan spasme dan batuk yang kuat jika dirangsang. Struktur bronkus
sama dengan trakea. Bronkusbronkus tersebut tidak simetris. Bronkus kanan
lebih pendek dan lebih lebar dan merupakan kelanjutan dari trakea yang
arahnya hampir vertikal, sebaliknya bronkus kiri lebih panjang dan lebih
sempit dan merupakan kelanjutan dari trakea dengan sudut yang lebih tajam.
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus
lobaris dan kemudian bronkus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus
menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil sampai akhirnya menjadi
bronkiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung
alveoli. Bronkiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih 1 mm.
Bronkiolus dikelilingi oleh otot polos bukan tulang rawan sehingga
bentuknya dapat berubah. Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang
merupakan unit fungsional paru-paru, yaitu tempat pertukaran gas. Asinus
terdiri dari :
a. bronkiolus respiratorius
b. duktus alveolaris
c. sakus alveolaris terminalis
Merupakan struktur akhir paru-paru. terdapat sekitar 23 kali percabangan
mulai dari trakea sampai sakus alveolaris terminalis. Alveoli terdiri dari satu
lapis tunggal sel epitelium pipih, dan di sinilah darah hampir langsung
bersentuhan dengan udara. Dalam setiap paru-paru terdapat sekitar 300 juta
alveolus dengan luas permukaan total seluas sebuah lapangan tenis.

5) Paru-paru Merupakan alat pernafasan utama.


Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, dan letaknya di
dalam rongga dada. Karena paru-paru saling terpisah oleh mediastinum
sentral yang di dalamnya terdapat jantung dan beberapa pembuluh darah
besar. Setiap paru-paru memiliki apeks (puncak paru-paru) dan basis. Paru-
paru ada dua. Paru-paru kanan lebih besar dari pada paru-paru kiri. Paru-paru
kanan dibagi menjadi tiga lobus oleh fisura interlobaris, paru-paru kiri dibagi
menjadi dua lobus. Setiap lobus tersusun atas lobula. Paru-paru dilapisi suatu
lapisan tipis membran serosa rangkap dua yang mengandung kolagen dan
jaringan elastis yang disebut pleura. Yang melapisi rongga dada dan disebut
pleura parietalis dan yang menyelubungi tiap paru-paru disebut pleura
12
viseralis. Di antara pleura parietalis dan pleura viseralis terdapat suatu lapisan
tipis cairan pleura yang memudahkan kedua permukaan tersebut bergerak
dan mencegah gesekan antara paru-paru dan dinding dada yang pada saat
bernapas bergerak (cairan surfaktan). Dalam keadaan sehat, kedua lapisan
tersebut satu dengan yang lain erat bersentuhan. Tetapi dalam keadaan tidak
normal, udara atau cairan memisahkan kedua pleura tersebut dan ruang
diantaranya menjadi jelas. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari
tekanan atmosfer, mencegah kolaps paruparu.Secara umum saluran udara
pernapasan adalah sebagai berikut : dari nares anterior menuju ke cavitas
nasalis, choanae, nasopharynx, larynx, trachea, bronchus primarius, bronchus
secundus, bronchus tertius, bronchiolus, bronchiolus terminalis, bronchiolus
respiratorius, ductus alveolaris, atrium alveolaris, sacculus alveolaris,
kemudian berakhir pada alveolus tempat terjadinya pertukaran udara
(Budiyanto, dkk, 2008). Tractus respiratorius dibagi menjadi 2 bagian :
a. zona konduksi, dari nasal sampai bronciolus terminalis, zona
konduksi berfungsi sebagai penghangat, pelembab, dan penyaring
udara pernapasan.
b. zona respiratorik, mulai dari bronciolus respiratorius sampai alveolus.
zona respiratorik untuk pertukaran gas (Guyton & Hall, 2007).
2. Fisiologi
Proses fisiologi pernapasan dimana oksigen dipindahkan dari udara ke dalam
jaringan, dan karbondioksida dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat dibagi
menjadi 3 stadium.
a. Stadium pertama adalah ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke
dalam dan keluar paru-paru.
b. stadium kedua adalah transportasi, yang terdiri dari beberapa aspek :
1. Difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi
eksterna) dan antara darah sistemik dan sel-sel jaringan
2. Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar
3. Reaksi kimia dan fisik dari O2 dan CO2 dengan darah
c. Stadium terakhir adalah respirasi sel atau respirasi interna, yaitu pada saat
metabolik dioksidasi untuk mendapatkan energi, dan CO2 terbentuk
sebagai sampah proses metabolisme sel dan dikeluarkan oleh paru-paru.
Jumlah udara yang diinspirasi atau diekspirasi pada setiap kali bernapas
13
disebut volume tidal yaitu sekitar 500 ml. Kapasitas vital paru-paru, yaitu
jumlah udara maksimal yang dapat diekspirasi sesudah inspirasi maksimal
sekitar 4500 ml. Volume residu, yaitu jumlah udara yang tertinggal dalam
paru-paru sesudah ekspirasi maksimal sekitar 1500 ml (Saifuddin,2008).

D. Patofisiologi dan WOC Kanker Paru


Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan
cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan
adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan
displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan
displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi
langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan
supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk,
hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada
auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan
adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur
– struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang
rangka.

14
E. Manifestasi Klinik
Seseorang yang termasuk ke dalam golongan risiko tinggi jika mempunyai
keluhan napas, seperti batuk, sesak napas, atau nyeri dada sebaiknya segera
memeriksakan diri ke dokter spesialis paru. Gejala-gejala tersebut membutuhkan
waktu bertahun-tahun untuk dapat diketahui sebagai gejala kanker paru karena sering
terkecoh dengan gejalah sakit pada umumnya. Berikut gejala kanker paru.
1. Terjadi sesak napas.
2. Batuk yang tak kunjung sembuh (lebih dari 2 minggu).
3. Bunyi menciut-ciut saat bernafas tetapi bukan penderita asma.
4. Batuk berdarah.
5. Perubahan pada warna dahak dan peningkatan jumlah dahak.
6. Perubahan suara,menjadi serak atau kasar saat bernafas.
7. Kelelahan kronis dan penururnan berat badan secara drastis.
8. Bengkak di bagian leher dan wajah. (Tim CancerHelps, 2010 : 64)

F. Pengobatan Kanker Paru


Pengobatan pasien kanker paru-paru biasanya mempertimbangkan aspek riwayat
pasien, stadium kanker, dan kondisi kesehatan umum pasien. Berikut ini akan
dijelaskan beberapa pengobatan yang umumnya dilakukan pada penderita
kanker paru-paru.

1. Pembedahan
Pembedahan dalam kanker paru-paru adalah tindakan pengangkatan jaringan
tumor dan kelenjar getah bening disekitarnya. Tindakan pembedahan biasanya
dilakukan untuk kanker yang belum menyebar hingga ke jaringan lain diluar
paru-paru. Pembedahan biasanya hanya merupakan salah satu pilihan tindakan
pengobatan pada NSCLC dan dibatasi pada satu bagian paru-paru hingga
stadium IIIA.
Berikut beberapa jenis pembedahan yang mungkin dilakukan untuk mengobati
NSCLC.
a. Reseksi baji, yaitu pengangkatan sebagian kecil lobus dari paru-paru.
b. Lobektomi, yaitu pengangkatan beberapa lobus dari paru-paru.
c. Pneumonectomi, yaitu pengangkatan seluruh bagian paru-paru.

15
2. Kemoterapi
Penderita SCLC terutama diobati dengan kemoterapi dan radiasi karena
tindakan pembedahan biasanya tidak terpengaruh besar terhadap
survival (kelangsungan hidup). Kemoterapi primer biasanya juga diberikan
paada kasus NSCLC yang sudah bermetastasis atau menyebar.
Penggunaan kombinasi obat-obatan kemoterapi pada jenis tumor yang diderita.
Pada penderita NSCLC biasanya diobati dengan cisplatin atau carboplatin yang
dikombinasikan dengan gemcitabine, paclitaxel, docetaxel, etoposide, atau
vinorelbine. Sedangkan pada penderita SCLC, sering digunakan obat cisplatin
dan etoposide. Ataupun dikombinasikan dengan carboplatin, gemcitabine,
paclitaxel, vinorelbine, topotecan, dan irinotecan juga digunakan.

3. Radioterapi
Radiasi kadang-kadang digunakan sebagai pengobatan utama kanker paru-paru.
Mungkin digunakan untuk orang yang tidak cukup sehat untuk menjalani
operasi. Untuk pasien kanker lainnya, radiasi dilakukan untuk mengecilkan
kankernya (dilakukan sebelum operasi). Pada kasus kanker stadium lanjut,
radiasi juga dapat digunakan untuk meredakan gejala seperti nyeri, perdarahan,
dan kesulitan menelan. Seringkali dilakukan terapi Fotodinamik (PDT) untuk
mengobati kanker paru-paru yang dapat dioperasi. Dan berpotensi untuk
mengobati tumor yang tersembunyi dan tidak terlihat pada pemeriksaan X—ray
dada.
Efek samping radiasi, termasuk diantaranya: problem kulit, mual, muntah, dan
kelelahan. Radiasi pada dada dapat juga menyebabkan kerusakan paru-paru dan
kesulitan bernapas atau menelan. Efek samping dari terapi radiasi pada (kanker
paru yang telah menyebar ke) otak biasanya menjadi serius setelah1 atau 2 tahun
pengobatan, yang mencakup: kehilangan memori, sakit kepala, masalah dengan
pemikiran, dan kurang gairah seksual.

4. Target Terapi
Target terapi biasanya dilakuka untuk pengobatan kanker paru-paru pada
stadium III dan IV yang tidak merespon pengobatan lain. Ada dua macam target
terapi yang paling umum digunakan, sebagai berikut:

16
a. Erlotinib (Tarceva)
Sel-sel kanker ditutupi oleh protein yang disebut EGFR (Epidermal Growth
Factor Receptor) yang membantu sel-sel kanker untuk membelah. Tarceva
bekerja dengan tidak mengizinkan EGFR untuk menginstruksikan sel-sel
kanker untuk tumbuh. Tarceva dapat diberikan pada pasien NSCLC untuk
memperpanjang harapan hidupnya. Tarceva bekerja lebih baik pada pasien
bukan perokok atau wanita usia lebih muda (sebelum menopause). Dan
mudah dikonsumsi setiap hari karena berbentuk pil.
b. Bevacizumab (Avastin)
Bevacizumad merupakan antibodi yang ditujukan untuk melawan protein
untuk membantu sel tumor membentuk pembuluh darah baru. Obat ini
mampu memperpanjang kelangsungan hidup pasien NSCLC stadium lanjut,
dan biasanya diberikan sebagai kombinasi dengan kemoterapi kombinasi
carboplatin & paclitaxel. Bevacizumab biasa diberikan melalui intravena
infus dan umumnya memiliki efek samping berupa perdarahan pada paru-
paru.

G. Pemeriksaan Diagnostik Kanker Paru


Menurut Arif Muttaqin (2008: 202) pemeriksaan diagnostik pada kanker paru
meliputi :
1. Pemeriksaan radiologi
Nodula soliter terbatas yang disebut coin lesion pada radiogram dada
sangat penting dan mungkin merupakan petunjuk awal untuk mendeteksi
adanya karsinoma bronkogenik meskipun dapat juga ditemukan pada
banyak keadaan lainnya. Penggunaan CT scan mungkin dapat memberikan
bantuan lebih lanjut dalam membedakan lesi-lesi yang dicurigai.
2. Bronkhoskopi
Bronkhoskopi yang disertai biopsi adalah teknik yang paling baik dalam
mendiagnosis karsinoma sel skuomosa yang biasanya terletak didaerah
sentral paru. Pelaksanaan bronkhoskopi yang paling sering adalah
menggunakan bronkhoskopi serat optik. Tindakan ini bertujuan sebagai
tindakan diagnostik, caranya dengan mengambil sampel langsung
ketempat lesi untuk dilakukan pemeriksaan sitologi.

17
3. Sitologi
Biopsi kelenjar skalenus adalah cara terbaik untuk mendiagnosis sel-sel
kanker yang tidak terjangkau oleh bronkhoskopi. Pemeriksaan sitologi
sputum, bilasan bronkhus, dan pemeriksaan cairan pleura juga memainkan
peranan penting dalam rangka menegakkan diagnosis kanker paru.
Pemeriksaan histology maupun penetapan stadium penyakit sangat penting
untuk menentukan prognosis dan rencana pengobatan. Penetuan stadium
kanker paru terbagi dua, yakni pembagian stadium dari segi anatomis
untuk menentukan luasnya penyebaran tumor dan kemungkinannya untuk
dioperasi; dan stadium dari segi fisiologis untuk menentukan kemapuan
klien untuk bertahan terhadap berbagai pengobatan antitumor.

H. Penatalaksanaan Kanker Paru


Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
1. Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan
hidup klien.
2. Paliatif
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
3. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien
maupun keluarga.
4. Supotif
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian
nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.
5. Pembedahan
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan
sebanyak mungkin fungsi paru –paru yang tidak terkena kanker.
6. Toraktomi eksplorasi
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.

18
7. Pneumonektomi (pengangkatan paru)
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa
diangkat.
8. Lobektomi (pengangkatan lobus paru)
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb
atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois
9. Resesi segmental
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
10. Resesi baji
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit
peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan
paru – paru berbentuk baji (potongan es).
11. Dekortikasi
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
12. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan
bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi,
seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/
bronkus.
13. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas
serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.

I. Prognosis Kanker Paru


Prognosis kanker paru tetap sangat buruk. Angka ketahanan hidup 5 tahun (5
year survival rate) tetap sangat rendah, yakni masih sekitar ataupun malahan
dapat kurang dari 15%. Sebab kematian ialah akibat metastasis ke organ-organ
lain atau akibat komplikasi pulmoner secara langsung (Danusantoso, 2013 :
320).

19
2.3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF PADA KLIEN
DENGAN CA PARU
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan,
suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien
(hubunganya dengan tempat kerja pasien missal: terpapar asbes)
2. Keluhan Utama
Biasanya pada pasien Ca. Paru mengeluhkan nyeri pada dada, nyeri bahu/tangan
(khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma), nyeri abdomen hilang timbul,
sesak nafas,tidak ada nafsu makan. Penderita Ca. Paru juga biasanya kelihatan
lemah,lesu, kelihatan takut dan gelisah. Pasien biasanya juga mengalami
insomnia.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Batuk yang kadang-kadang disertai sesak nafas dan batuk. Sesak yang dirasa
oleh pasien juga disertai nyeri pada dada sebelah kanan, adanya obstruksi
ditandai dengan suara nafas stridor, suara serak.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit seperti ca paru, pneumoni, efusi pleura, trauma, dan
sebagainya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor
predisposisi (merokok, radiasi, akibat kerja, polusi udara, genetic, diet/pola
hidup) .
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Ada anggota keluarga yang menderita penyakit Ca paru seperti efusi pleura,
asma, TB paru dan lain sebagainya.
6. Riwayat Psikososial
Cemas, takut, menarik diri

B. Pemeriksaan fisik
1. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : biasanya diatas normal > 120/80
Pernafasan : biasanya diatas normal >24x/menit
Nadi : biasanya diatas normal > 100x/menit
Suhu : diatas normal > 35° celcius
20
2. Head to toe
a. Kepala
Inspeksi : biasanya keadaan kepala normal bentuknya sismetris, berwarna
hitam dan kulit kepala tampak sedikit kotor,dan tidak ada lesi dikulit kepala.
Palpasi : tidak terdapat benjolan pada kepala.
b. Mata
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada ikterik dan konjungtiva anemis
Palpasi : biasanya tidak ada nyeri tekan
c. Telinga
Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan, ada seurmen
d. Hidung
Inspeksi : bentuk tulang hidung, kesimetrisan lobang hidung, perubahan
warna, cuping hidung, pengeluaran, karakter, jumlah dan warnanya dalam
keadaan normal dan simetris.
Palpasi: tidak ada benjolan.
e. Mulut
Inspeksi :
 Bibir : mukosa bibir kering
 Gigi : tidak ada karies gigi, gigi tanpak kurang bersih
 Gusi : merah muda, lembab, sedikit tidak teratur tanpa rongga atau
edema
 Lidah : merah muda dan tidak ada jamur atau keputihan pada lidah.
Palpasi : biasanya tidak ada kelainan
f. Leher
Inspeksi : tidak ada jaringan parut dan tidak ada pembesaran kelenjer tiroid,
dan odema massa
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid
Trakea : kedudukan trakea tepat tidak ada perubahan atau kelainan pada saat
pemeriksaan
g. Dada dan Paru
Inpeksi dada : dari depan tidak simetris klavikula, sternum tulang rusuk
anatara kiri dan kanan. Dari belakang bentuk tulang belakang, scapula tidak
simetris dan adanya retraksi interkostalis selama bernafas

21
Palpasi : tidak fremitusnya antara kiri dan kanan
Perkusi : bunyi pekak saat diperkusi
Auskultasi : terdengar bunyi ronki saat bernafas
h. Jantung
Inspeksi : ictus lkordis tidak terlihat
Palpasi : istulkordis teraba di RIC,IRC ke 5
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : irama jantung sinus
i. Payudara
Inspeksi :
 Mamae : tidak simetris kiri dan kanan
 Axilla : tidak ada pembengkakan atau kemerahan
Palpasi :
 Mame : tidak teraba pembengkakan
 Axilla : tidak ada pembengkakan
j. Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak adanya jaringan parut, tidak asites
Palpasi : tidak teraba hepar dan limpa
Perkusi : bunyi tympani pada abdomen
Askultasi : bising usus 4x/menit
k. Genetalia
Inspeksi : tidak ada kelainan

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan invasi kanker ke pleura dinding dada
2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan ancaman
3. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan
keluarga,takut akan hasil (kematian) dengan lingkungnnya penuh dengan
stres (tempat perawatan)
4. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang
dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari
orang lain

22
D. Intervensi Diagnosa Paliatif

No. Dx Keiteria Hasil Intervensi


1. Perubahan proses 1. Megungkpakan akan 1. Luangkan waktu bersama
keluarga yang kekhawatirannya mengenai keluarga atau orang
berhubungan prognosis klien terdekat klien dan
dengan gangguan 2. Menungkapkan tunjukkan pengertian yang
kehidupan kekawtirannnya mengenai empati.
keluarga, takut lingkkunagntempat 2. Izinkan keluarga klien atau
akan hasil perawatan orang terdekat untuk
(kematian) 3. Melaporkan fungsi keluarga mengekspresikan perasaan,
dengan yang adekuat dan kontiniu ketakutan dan kekawatiran.
lingkungnnya selam perawatan klien 3. Jelaskan tindakan
penuh dengan keperawatan dan kemajuan
stres (tempat postoperasi yang dipikirkan
perawatan) dan berikan informasi
spesifik tentang kemajuan
klien
4. Anjurkan untuk sering
berkunjung dan
berpartisipasi dalam
tindakan perawan

23
2. Berduka yang 1. Mengungkapakan kehilangan 1. Berikan kesempatan pada
behubungan dan perubahan klien da keluarga untuk
dengan penyakit 2. Mengungkapakan perasaan mengungkapkan perasaan,
terminal dan yang berkaitan kehilangan didiskusikan kehilangan
kematian yang dan perubahan secara terbuka, dan gali
dihadapi, 3. Menyatakan kematian akan makna pribadi dari
penurunan fungsi terjadi kehilangan.jelaskan bahwa
perubahan berduka adalah reaksi yang
konsep diri dan umum dan sehat.
menarik diri dari 2. Berikan dorongan
orang lain penggunaan strategi koping
positif yang terbukti yang
memberikan keberhasilan
pada masa lalu.
3. Bantu klien mengatakan
dan menerima kematian
yang akan terjadi, jawab
semua pertanyaan dengan
jujur.
4. Tingkatkan harapan dengan
perawatan penuh perhatian,
menghilangkan ketidak
nyamanan dan dukungan

3. Nyeri akut 1. Klien mampu mengontrol 1. Tanyakan pasien tentang


berhubungan nyeri (tahu penyebab nyeri, nyeri, karakteristik nyeri,
dengan invasi mampu menggunakan tehnik rentang intensitas pada
kanker ke pleura nonfarmakologi untuk skala 0-10
dinding dada mengurangi nyeri, mencari 2. Kaji pernyataan verbal
ditandai dengan bantuan). dan non verbal nyeri
pasien gelisah 2. Mampu mengenali nyeri pasien
(skala, intensitas, frekuensi 3. Catat kemungkinan
dan tanda nyeri). penyebab nyeri

24
3. Menyatakan rasa nyaman patofisiologi dan
setelah nyeri berkurang. psikologis
4. Evaluasi keefektifan
pemberian obat
5. Dorong menyatakan
perasaan tentang nyeri
6. Berikan tindakan
kenyamanan (sering ubah
posisi, pijatan punggung,
sokongan bantal)
penggunaan teknik
relaksasi
7. Jadwalkan periode
istirahat, berikan
lingkungan tenang
4. Ansietas 1. Mengunkapkan ketakutannya 1. Identifikasi persepsi pasien
berhubungan yang brhubungan dengan tentang ancaman yang ada
dengan gangguan dari situasi.
kurangnya 2. Menceriktakan tentang efek 2. Observasi/awasi respons
pengetahuan dan ganmguan pada fungsi fisik, contoh gelisah,
ancaman normal, tanggungn jawab, perubahan tanda vital,
kematian peran dan gaya hidup gerakan berulang. Catat
kesesuaian komunikasi
verbal/non-verbal.
3. Dorong pasien/orang
terdekat untuk mengakui
dan menyatakan rasa takut.
4. dentifikasi kekuatan koping
sebelumnya dari
pasien/orang terdekat dan
area kontrol/kemampuan

25
B. Implementasi
Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif
terhadap biaya , pertama-tama harus mengidentifikasi priorotas
perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan,
memantau dan mencatat respon klien terhadap setiap intervensi
dan mengkomunikasikan informasi ini pada penyedia perawatan
kesehatan lainya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat
mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap
proseskeperawatan berikutnya.

C. Evaluasi
Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian
hasil yang diinginkan dan respon pasien terhadap keefektifan
intervensi keperawatan, kemudian mengganti rencana perawatan
jika diperlukan Tahap akhir dari proses keperawatan perawat
mengevaluasi kemampuan pasien kearah pencapaian

26
BAB III
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF PADA KLIEN MENJELANG AJAL
DENGAN CA PARU
1. Identitas
a. Pasien
Nama : Tn.M
Umur : 50 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Agama : Islam
Kebangsaan/suku : Jawa
Alamat : Jln. Martadinata Kelurahan Mekar Sari
Nomor RM : 450649
Tanggal Masuk RS : 31 Oktober 2019
Diagnose medis : Ca Paru stadium III B
b. Penangung Jawab
Nama : Ny. M
Umur : 42 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jln. Martadinata Kelurahan Mekar Sari
Hub. Dengan pasien : Istri

2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat pasien sekarang
1) Keluhan Utama
Pasien menyatakan Nyeri dada, sesak positif.
2) Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien menyatakan nyeri dada dan rencana akan mengikuti kemoterapi
kedua dan pasien mengatakan badan lemas juga terasa sesak kadang-
kadang.

27
b. Riwayat kesehatan dahulu
klien pernah dirawat dirumah sakit sebulan yang lalu dengan diagnose Ca
Paru
c. Riwayat keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada riwayat penyakit Ca Paru dalam keluarga
3. Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan umum : Posisi klien supinasi, terpasang infus, oksigen, dan
nasal kanul, tanda klinis sianosis, sakit sedang.
b. Kesadaran : Compos Mentis E4M6V5
c. Vital sign
TD :83/55 mmHg
N : 110 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36 oC
d. Kepala :
Finger print di tengah frontal terhidrasi, kulit kepala bersih, penyebaran
rambut tidak merata, warna sebagian putih / beruban, mudah patah dan tidak
bercabang, rambut terlihat kusam tidak ada kelainan pada rambut
e. Mata
Sklera putih, konjungtiva merah muda, palpebra tidak ada edema, refleks
cahaya +, kornea jernih, pupil isokor, tidak ada kelainan pada mata
f. Hidung
Pernafasan cuping hidung ada, posisi septum nasi di tengah, lubang hidung
tidak ada lesi, penciuman tajam, dan tidak ada kelainan pada hidung
g. Mulut
Bibir warna hitam, lidah warna merah muda, mukosa lembab, ukuran tonsil
normal, letak uvula simetris ditengah
h. Telinga
Daun / pina telinga sedang, kanalis telinga tidak ada lesi.
i. Leher
Kelenjar getah bening tidak teraba, tiroid teraba, posisi trakea terletak di
tengah, tidak ada masalah keperawatan
j. Thoraks

28
Keluhan : Sesak nafas.. Inspeksi : Bentuk dada simetris, irama nafas tidak
pola teratur, pernafasan dispnoe, pernapasan cuping hidung ada , penggunaan
otot bantu nafas ada, pasien menggunakan alat bantu nafas (nasal kanul).
Perkusi : Sonor, Auskultasi : Suara nafas vesikuler.
k. Jantung
Keluhan nyeri dada tidak ada. b. Auskultasi - BJ II Aorta : normal - BJ II
Pulmonal : normal - BJ I Trikuspid : normal - BJ I Mitral : normal - Tidak
ada bunyi jantung tambahan Tidak ada masalah keperawatan
l. Abdomen
Luka operasi Tidak ada Auskultasi Peristaltik 8 kali/menit. Palpasi : Tidak
ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa, hepar dan ginjal teraba. Perkusi
Tidak ada nyeri ketuk pada ginjal.
4. Pemeriksaan sistem pencernaan dan status nutrisi
BAB dua kali sehari, konsistensi lunak, nafsu makan menurun dan porsi makan
tidak habis.
5. Pemeriksaan Sistem Persyarafan
a. Memori : Pendek b. Perhatian : Dapat mengulang c. Bahasa : baik d. Kognisi :
baik e. Orientasi : orang f. Saraf sensori : sentuhan g. Saraf koordinasi
(cerebral): ya h. Refleks Fisiologis - Patella : 2 - Achilles : 2 - Bisep : 2 - Trisep
: 2 - Brankioradialis : 2 i. Refleks patologis : babinsky j. Tidak ada keluhan
pusing k. Istirahat/ tidur 7 jam/hari l. Pemeriksaan syaraf kranial - N1 : Klien
mampu membedakan bau minyak kayu putih dan alkohol - N2 : Klien mampu
melihat dalam jarak 30 cm - N3 : Klien mampu mengangkat kelopak mata - N4 :
Klien mampu menggerakkan bola mata kebawah - N5 : Klien mampu
mengunyah - N6 : Klien mampu menggerakkan mata kesamping - N7 : Klien
mampu tersenyum dan mengangkat alis mata - N8 : Klien mampu mendengar
dengan baik - N9 : Klien mampu membedakan rasa manis dan asam - N10 :
Klien mampu menelan - N11 : Klien mampu menggerakkan bahu dan melawan
tekanan - N12 : Klien mampu menjulurkan lidah dan menggerakkan lidah
keberbagai arah
6. Pemeriksaan Perkemihan
Bersih,kemampuan berkemih spontan, roduksi urine 1.600 ml/hari dengan
warna kuning pucat dan bau khas urin, tidak ada distensi kandung kemih, tidak
ada nyeri tekan pada kandung kemih
29
7. Pemeriksaan sistem moskuloskletal dan sistem Integumen
a. Pergerakan sendi bebas
b. Kekuatan otot

d.Tidak ada kelainan ekstremitas. d. Tidak ada kelainan tulang belakang e.


Tidak ada fraktur f. Tidak ada traksi / spalk / gips g. Tidak ada kompartemen
syndrome h. Kulit sinosi i. Turgor kurang j. Terdapat Luka dengan panjang 5
cm, dengan warna dasar merah dan tipe eksudat/cairan luar , tepi luka terlihat
jelas denngan warna sekitar luka merah.
8. Pemeriksaan Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran pada kelenjar tyroid dan kelenjar getah bening. Tidak
terdapat hipoglikemia dan hiperglikemia. Tidak terdapat riwayat luka
sebelumnya dan riwayat amputasi sebelumnya.
9. Seksualitas dan Reproduksi
Tidak ada masalah keperawatan
10. Psikologis
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya adalah merupakan cobaan Tuhan b.
Ekspresi klien terhadap penyakitnya adalah gelisah c. Klien tidak kooperatif saat
interaksi. d. Terdapat gangguan konsep diri.
11. Keamanan lingkungan
Tidak ada pembesaran pada kelenjar tyroid dan kelenjar getah bening. Tidak
terdapat hipoglikemia dan hiperglikemia. Tidak terdapat riwayat luka
sebelumnya dan riwayat amputasi sebelumnya.
12. Personal Hygiene
Mandi dan sikat gigi dua kali sehari, keramas dang anti baju sekkali sehari.
Klien memotong kuku seminggu sekali, merokok, dan tidak minum alcohol.
13. Pemeriksaan Diagnostik
Pada tanggal 30 Oktober 2019 a. Kalsium : 1,08 mmol/L ( low ) b. Natrium :
1,38 mmol/L ( normal ) c. Kalium : 2,8 mmol/L ( low )

30
14. Terapi pengobatan
O 1. Omeprazole 1x1 ampul 2. Dexa 2 ampul 3. Dipen 1 ampul 4. Ondan 8 mg
5. NaCl 0,9 % 1 kolf 6. Cisplatin + Ns 500cc 2 10 lpm

A. Analisis Data
NO DATA MASALAH PENYEBAB
1. DO: Berduka Penyakit
1. Ekspresi klien terhadap terminal dan
penyakitnya adalah gelisah kematian
2. Klien tidak kooperatif saat yang akan
interaksi dengan perawat dihadapi
3. Terdapat gangguan konsep
diri
4. klien tampak tidak
bersemangat
5. ekspresi wajah klien masih
tampak murung
DS :
1. Pasien mengatakan
penyakitnya adalah cobaan
dari tuhan.
2. Pasien mengatakan tidak
pernah beribadah
semenjak sakit.
3. Pasien mengatakan sulit
tidur
2. DS : Nyeri Akut Agen
Klien mengatakan : Pencedera
1. Nyeri bagian dada Fisiologis
dengan skala empat
2. Nyeri tumpul
3. Nyeri hilang timbul
DO :
1.Klien terlihat meringis
2. Klien bersikap protektif
3. TTV :
TD : 89/60 mmHg
N : 88 x/menit
S : 36,6C
R : 26 x/menit
3. Ds: Gangguan Pola Kurangnya
1. klien mengatakan sulit tidur Tidur Kontrol Tidur
karena nyeri
DO :
(tak ada)

31
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut Berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan penyakit kronis
3. Berduka berhubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang
dihadapi

C. Perencanaan
No. SDKI SLKI SIKI
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
berhubungan tindakan keperawatan a. Observasi :
dengan agen selama 1x8 jam maka 1. kaji nyeri secara komperhensif
pencedera klien dapat 2. monitor KU dan TTV klien
fisiologis bertoleransi tehadap b. Edukasi :
nyeri dengan kriteria 1. Ajarkan teknik nafas dalam
hasil : 2. Anjurkan klien untuk mengontrol
a. keluhan nyeri aktifitasnya
berkurang
b. skala nyeri berubah
menjadi 3-4
2. Berduka yang Setelah dilakukan Dukungan proses berduka
behubungan tindakan keperawatan Observasi :
dengan penyakit 3x24jam diharaokan  Identifikasi kehilangan yang
terminal dan keluarga dapat dihadapi
kematian yang menerima kehilangan  Identifikasi proses duka yang
dihadapi dengan kriteria hasil : dialami
a. verbalisasi
perassaan sedih Terapeutik :
b verbalisasi perasaan  Tunjukkan sikap menerima dan
bersalah atau empati
menyalahkan orang  Motivasi agar mau
lain mengungkapkan perasaan
kehilangan
 Motivasi untuk menguatkan

32
dukungan keluarga dan orang
terdekat
 Fasilitasi melakukan kebebasan
sesuai dengan norma agama,
budaya dan sosial
 Fasilitasi mengekspresikan
perasaan dengan cara yang
nyaman
 Diskusikan strategi koping yang
dapat digunakan
Edukasi:
 Jelaskan pada pasien dan
keluarga bahwa sikap
mengingkari, tawar menawar,
sepresi dan menerima adalah
wajar dalam menghadapi
kehilangan
 Anjurkan mengidentifikasi
kekuatan terbesar pada
kehilangan
 Ajarkan proses berduka secara
bertahap
3. Gangguan pola Setelah dilakukan Dukungan tidur :
tidur berhubungan tindakan keperawatan O :
dengan kurangnya selama 3x24 jam  Identifikasi pola aktivitas dan
kontrol tidur diharapkan pola tidur tidur
klien mendekati batas  Identifikasi faktor penganggu
normal tidur
 Identifikasi makanan dan
minuman yang menganggu tidur
 Identifikasi obat tidur yang
dikonsumsi

33
T:
 Modifikasi lingkungan
 Batasi waktu tidur siang
 Fasilitasi menghilangkan stress
sebelum tidur
 Tetapkan jadwal tidur rutin
 Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
 Sesuaikan jadwal pemberian
obat dan tindakan untuk
menunjang siklus tidur terjaga
E:
 Jelaskan pentignya tidur cukup
 Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
 Anjurkan menghindari
makanan/ minuman yang
menganggu tidur
 Anjurkan penggunaan obat tidur
yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
 Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap gangguan
pola tidur
 Ajarkan relaksasi otot outogenik
atau cara nonfarmakologi
lainnya

34
D. Implementasi
Melaksanakan intervensi yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk
melakukan intervensi yang telah dicatat dalam rencana keperawatan klien. Agar
implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya , pertama-
tama harus mengidentifikasi priorotas perawatan klien, kemudian bila perawatan
telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respon klien terhadap setiap
intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini pada penyedia perawatan
kesehatan lainya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan
merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya.

E. Evaluasi
No DiagnosaKeperawatan Evaluasi
1. Nyeri akut berhubungan S:
denganagen pencedera fisik 1. klien mengatakan nyeri sedikit berkurang
2. skalanyeri 4
O:
Ttv :
Td: 122/70mmhg
N : 84x/menit
R: 26x/menit
S: 36,3 C
A:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1x8 jam maka sebagian masalah teratasi dengan
kriteria hasil yang ada
P:
Pertahankan intervensi
2. Berduka yang behubungan S:
dengan penyakit terminal dan 1. klien mengatakan dirinya sangat sedih
kematian yang dihadapi mendengar kabar kalo dirinya terkena penyakit
ca paru
2. klien mengatakan dirinya seperti ini karena
dulu tidak memperhatikan kesehatannya

35
3. klien mengatakan ingin rasanya memutar
kembali waktu agar semuanya tidak terjadi
O:
1. klien tampak tidak bersemangat
2. ekspresi wajah klien masih tampak murung
A:
Masalah berduka belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
3. Gangguan pola tidur S:
berhubungan dengan Klien mengatakan masih sulit tidur dimalam hari
kurangnya control tidur karena memikirkan penyakitnya
O:
-
A:
Masalah belumt eratasi
P:
Lanjutkan intervensi

36
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengobatan paliatif merupakan suatu studi dan penanganan terhadap
pasien pasien dengan penyakit yang aktif, progresif dan lama yang mana
prognosisnya terbatas dan fokus perawatannya adalah pada kualitas hidup.
Tujuan perawatan paliatif adalah untuk mencapai kualitas hidup
maksimal bagi penderita dan keluarga. Perawatan paliatf tidak hanya
diberikan bagi penderita menjelang akhir hayatnya, namun sudah dapat
dimulai segera setelah diagnosis penyakit (kanker) di tegakkan, dan
dilaksanakan bersama dengan pengobatan kuratif.

B. Saran
Sebagai perawat yang berjiwa caring, dalam melakukan asuhan
keperawatan paliatif tidak hanya diberikan pelayanan secara medis saja tetapi
kita juga harus memberikan asuhan keperawatan untuk memotivasi klien
dalam mempertahankan kualitas hidup pasien dengan penyakit yang paliatif.

37
DAFTAR PUSTAKA

Danusantoso Halim. 2013. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran

Kusuma Hardhi. 2015. APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN


DIAGNOSA MEDIS & NANDA, NIC-NOC. Jogjakarta. Penerbit Mediaction.

Muttaqin Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.

Somantri Irman. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.

Sudoyo Aru, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta

Tim CancerHelps. 2010. Stop Kanker “KANKER BUKAN LAGI VONIS MATI”
Panduan Deteksi Dini dan Pengobatan Menyeluruh Berbagai Jenis Kanker. Jakarta.
Penerbit AgroMedia Pustaka.

Suryo Joko. 2010. HERBAL”Penyembuh Gangguan Sistem Pernapasan”.


Yogyakarta. Penerbit B First(PT Bentang Pustaka)

38

Anda mungkin juga menyukai