Oleh : Kelompok 2
1. BUDI ERMAN, S.Kep
2. LUZI AGUSTIAR, S.Kep
3. RAHMA HAYATI, S.Kep
4. RINA HARTATI, S.Kep
5. RINI ASMIRA, S.Kep
6. RIZKI AMELIA, S.Kep
7. SRI ASTUTI, S.Kep
8. SRI HASTUTI, S.Kep
9. SRI LOVIANA, S.Kep
10. SRI RAHAYU, S.Kep
11. SURYANI, S.Kep
12. WINI MANDELA, S.Kep
13. YENI ROSITA, S.Kep
14. YOSI PRIMA, S.Kep
i
KATA PENGANTAR
Kelompok II
i
Kata Pengantar .............................................................................................. i
Daftar Isi...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 5
iii
BAB I
PENDAHULUAN
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding Rahim dengan syarat
Rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Sarwono, 2009).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui depan perut atau vagina, disebut juga histerotomia untuk
kepala janin dengan panggul ibu sehingga kepala janin tidak memasuki panggul,
bukan panggul sempit secara anatomis (Fauziyah, 2012). Dari sini perlu
dilakukan pembedahan yang biasa disebut sectio caesaria. Jadi post sectio
caesarea dengan CPD adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk melahirkan
janin melalui sayatan pada dinding uterus dikarenakan ukuran kepala janin dan
panggul ibu tidak sesuai. Menurut masyarakat awan panggul sempit diyakini
hanya akan terjadi pada anggota keluarga yang memiliki tinggi badan di bawah
oleh orang-orang yang mempunyai ukuran tinggi badan dibawah normal yang
Padahal anggapan itu hanya salah satu dari factor CPD itu sendiri, sebenarnya
CPD bisa terjadi juga pada wanita yang kurangmengkonsumsi makanan bergizi.
1
2
caesarea dilaporkan terjadi 25-50% dari keseluruhan jumlah persalinan yang ada
didunia (Rahayu, 2017). Data dari hasil Riskesdas (Survey Kesehatan Dasar) 2017
Berdasarkan hasil study pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, jumlah klien
yang mengalami post SC pada tahun 2019 hingga 2020 sebanyak 450 orang
panggul ibu, ukuran janin yang besar ataupun kombinasi keduanya (Cunning, et al.,
2018). CPD ditemukan pada ibu dengan pengukuran panggul yang kurang dari
batas normal, penyakit di area panggul, panggul menyimpit, janin yang besar
persalinan saectio caesarea di karenakan pinggul dan bayi tidak ada kecocokan dan
bayi tidak mampu melewati panggul karena panggul yang sempit tersebut,
sedangkan akibat saectio caesarea itu sendiri bisa terjadi pada ibu dan bayi, efek
samping pada ibu Antara lain beberapa hari pertama pasca persalinan akan
menimbulkan rasa nyari yang hebat pada daerah insisi, disebabkan oleh robeknya
jaringan pada dinding perut dan dinding uterus yang kadarnya berbeda-beda pada
setiap ibu (Salawati, 2017). Sedangkan pada bayi dapat terjadi depresi pernafasan
3
akibat obat anastesi dan hipoksia akibat sindrom hipotensi terlentang (Mochtar,
2017).
Pencegahan yang dilakukan agar tidak terjadi CPD yaitu dengan cara
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan berolahraga dengan syarat umur pasien
masih masa pertumbuhan atau sekitar 15-18 tahun, untuk meningkatkan tinggi
badan secara normal dan mencegah panggul menjadi menyempit, untuk ibu post
Penatalaksanaan untuk post saectio caesarea adalah periksa dan catat ttv, tranfusi
saectio caesarea dengan CPD diberikan Health Education oleh perawat tentang
cara malakukan perawatan post op sesuai arahan tenaga medis selama dirumah,
Arosuka
Arosuka
Arosuka
Arosuka
RSUD Arosuka
5
manfaat:
1.4.1 Secara akademis, hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu
Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di RS agar
Hasil maalah ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti/
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit
dan asuhan keperawatan klien post sectio caesaerea dengan indikasi CPD. Konsep
penyakit akan diuraikan definisi, etiologi dan cara penanganan sacara medis.
2.1.1 Pengertian
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram
(Sarwono, 2009).
sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut
2011).
2.1.2 Etiologi
6
7
Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distress dan janin besar melebihi
4.000 gram. Dari beberapa factor section caesarea diatas dapat diuraikan
2.1.5 Patofisiologi
500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi
dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia
jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah
gawat janin, janin besar dan letak lintang. Setelah dilakukan SC ibu akan
mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang
pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk
oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya
sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena
itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri
adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir
dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin
bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap
tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk
pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yang
berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga
mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di
lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka
Prawirohardjo, 2006).
2.1.6 Komplikasi
2.1.6.1 Infeksi Puerperalis: Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu
selama beberapa hari dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat,
misalnya peritonitis, sepsis dan lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila
sebelum pembedahan sudah ada gejala – gejala infeksi intra partum atau ada
dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC klasik dalam hal ini lebih
2.1.6.2 Perdarahan: Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika
paru-paru.
2.1.6.4 Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya
perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi
10
rupture uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio
2.1.7 Penatalaksanaan
2.1.7.2 Diet
2.1.7.3 Mobilisasi
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 8 jam setelah operasi.
sendiri, dan pada hari ke-3 pasca operasi pasien bisa dipulangkan.
2.1.7.4 Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
1) Antibiotik
institusi.
3) Obat-obatan lain
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
2.1.8 Pencegahan
2.2.1 Pengertian
ukuran janin dan ukuran pelvis, ukuran pelvis tertentu tidak cukup besar
kelahiran pervagina.
ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat melahirkan
secara alami.
2.2.2 Etiologi
biasa
(3) Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebihnya ukuran
muka belakang
(4) Panggul corong : pintu atas panggul biasa, pintu bawah panggul
sempit.
miring.
(1) Coxitis,
(2) luxatio,
(3) atrofia.
14
2) Hidrocephalus
Menurut Herdiati (2017), Pelvis (panggul) terdiri dari empat tulang yaitu
sacrum, koksigeus, dan dua tulang inominata yang terbentuk oleh fusi ilium, iskium
Secara fungsional panggul terdiri dari 2 bagian yang disebut pelvis mayor
Gambar 2.1 Potongan sagital pangggul, menunjukkan pelvis mayor dan minnor
Bentuk pintu atas panggul wanita di bandingkan dengan pria cenderung lebih bulat
dan lonjong. Terdapat 4 diameter pintu atas panggul yang biasa digunakan yaitu
ini dapat sangat pendek pada panggul abnormal. Konjugata obsteris dibedakan
simfisis pubis. Konjungata obstetric tidak dapat diukur secara langsung dengan
Memiliki makna khusus setelah engagement kepala janin pada partus macet.
anteroposterior setinggi spina iskiadika normal berukuran paling kecil 11,5 cm.
17
Pintu bawah panggul terdiri dari dua daerah yang menyerupai segitiga. Area-area
ini memiliki dasar yang sama yaitu garis yang ditarik antara dua tuberositas iskium.
Apeks dari segitiga posteriornya berada di ujung sacrum dan batas lateralnya adalah
area dibawah arkus pubis. Tiga diameter pintu bawah panggul yang biasa
1) Panggul ginekoid dengan pintu atas panggul yang bundar, atau dengan
anteroposterior dan dengan panggul tengah serta pintu bawah panggul yang
3) Panggul android dengan pintu atas panggul yang berbentuk sebagai segitiga
menonjol kedalam dan dengan arkus pubis menyempit. Jenis ini ditemukan
pendek daripada diameter transvesa pada pintu atas panggul dengan arkus.
2014).
kepala tidak baik lagi di servik, kepala belum dipegang pintu atas panggul,
2.2.4.3 Lain-lain:
Ibu ingin mengedan sebelum pembukaan lengkap, hillis Muller Test negatif.
2.2.6 Komplikasi
3) Karena kepala tidak mau turun dan ketuban sudah pecah, sering terjadi
6) Ruptur uteri.
7) Simfisiolisis.
8) Infeksi intrapartal.
2) Prolapsus funikuli.
3) Perdarahan intrakranial.
5) Robekan pada tentorium serebri karena moulage yang hebat dan lama.
6) Fraktur pada tulang kepala oleh karena tekanan yang hebat dari his
(Rovels 2010).
2.2.7 Penatalaksanaan
Sectio caesaria dapat dilakukan secara elektif atau primer, yaitu sebelum
persalinan mulai atau pada awal persalinan, dan secara sekunder, yaitu
belum terpenuhi.
hubungan antara kepala janin dan panggul, dan setelah dicapai kesimpulan
percobaan.
2.2.7.3 Simfisiotomi
tulang panggul kanan pada simfisis supaya dengan demikian rongga panggul
2.2.7.4 Kraniotomi
(Wiknjosastro, 2009).
pengambilan tindakan yang tepat timbul bahaya bagi ibu dan janin
infeksi intrapartum.
2) Dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan
3) Dengan persalinan tidak maju karena CPD, jalan lahir pada suatu
tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dan tulang
hidup.
kepala janin tanpa akibat yang jelek sampai batas-batas tertentu, akan
2.3.1 Pengkajian
2.3.1.1 Identitas
disproportion.
timur memiliki tinggi badan rata-rata 150 cm bahkan ada yang kurang
disproportion.
sekarang.
pasien.
10) Tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor rekam medik :
untuk mengetahui apakah klien mulai dirawat rumah sakit dan untuk
pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien post SC hari
Pada umumnya klien dengan post SC dengan indikasi CPD akan mengalami
keterbatasan aktifitas karena adanya nyeri pada bagian abdomen yang ada
bekas luka sayatan, nyeri seperti diiris-iris atau ditusuk dengan skala 1-10
25
(5) T : Timing
sebelumnya, ibu bertinggi badan kurang dari 145 cm, faktor bawaan,
panggul atau ibu mengalami penyakit tulang seperti polio, atau kelainan
asma, hipertensi, ginjal, DM, dan epilepsi atau penyakit lainnya (Sujiyatini,
pemeriksaan kehamilan.
persalinan.
3) Nifas: untuk mengetahui hasil akhir dari persalinan (abortus, lahir hidup,
apakah dalam keadaan sehat yang baik) apakah terdapat komplikasi atau
27
yaitu:
kecoklatan cairan ini lebih sedikit darah dan lebih banyak serum,
3) Keluhan-keluhan
III.
28
Mengetahui riwayat ANC, teratur atau tidak, tempat ANC, dan saat
kehamilan berapa.
1) Keadaan umum
2) Kesadaran
2009).
3) Tinggi badan
4) Tanda vital
Nadi: untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam menit. Batas
2009).
1) Breath (B1)
retraksi otot bantu nafas, tidak terjadi sesak nafas, pola nafas
2) Blood (B2)
Palpasi: CRT < 3 detik, tidak ada sianosis akral dingin, takikardi.
tambahan.
3) Brain (B3)
4) Bladder (B4)
Palpasi: Ada oedema atau tidak biasanya jika belum saatnya melahirkan
tidak ada kecuali untuk ibu persalinan normal jika ia mengejan mampu
menyebabkan oedema.
5) Bowel (B5)
Palpasi: distensi abdomen, nyeri perut karena luka insisi (Elzahra, 2012
6) Bone (B6)
Inpeksi: akral biasanya dingin tidak ada kaku otot, ekstremitas atas pada
ekstremitas bawah.
7) Pengindraan (B7)
Pada mata biasanya tidak ada alat bantu pendengaran, pupil isokor,
8) Endokrin (B8)
Biasanya tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan parotis, tidak ada
luka gangren.
2.3.3 Intervensi
Tabel 2.1 Perencanaan, Tujuan dan Kriteria hasil pada ibu dengan diagnosa mesdis
post section caesarea indikasi chepalo pelvic disproportion (CPD).
No Dx Tujuan / Kriteria hasil Intervensi Rasional
seperti di iris
atau di tusuk
- Obs. Lokasi
nyeri yaitu di
abdomen
- Obs. Skala
nyeri yaitu
antara 1-10
- Obs. Kapan
nyeri tersebut
muncul.
bergerak atau
menggerakkan
perutnya
34
5. Kolaborasi 5. mengurangi /
analgesic
C pasien perdarahan
normalnya 35%-
45%
IV
lukanya tempat
perkembangbiaknya
kuman
36
lebih lanjut
drainase purulent
dengantanda awal
penyembuhan
integritas kulit
mendemonstrasikan klien
penenangan jika
dibutuhkan
39
2.3.4 Implementasi
2.3.5 Evaluasi
5) Kecemasan berkurang
40
Sectio Caesar
Post Operasi SC
Kontreksi uterus
kelumpuhan Merangsang area Proteksi tidak adekuat
sensorik motorik kurang
Atonia uteri
Ansietas
Nyeri Akut Invasi Perdarahan
bakteri
Sistem
muskuluskeletal
Resiko Hipovolemik
Infeksi
Kelemahan fisik
Defisien
Kurangnya
Volume Cairan
mobilitas
Tirah baring
lama
Kerusakan
Integritas Kulit
TINJAUAN KASUS
keperawatan maternitas dengan diagnosa medis Post operasi section caesarea atas
perlu menyajikan suatu kasus yang perlu penulis amati mulai 24 April sampai
dengan 26 April dengan data pengkajian pada tanggal 24 April pukul 13.00 WIB.
3.1 PENGKAJIAN
: smn
Ruang / Kelas : Kebidanan No MR : 28.28.03
Nama : Ny. R
Umur : 24 Tahun
Agama : Islam
41
42
Nama : Tn. H
Umur : 30 Tahun
Agama : Islam
3.1.3.1 Keluhan Utama : Pasien mengatakan nyeri pada daerah bekas operasi
3.1.3.2 Riwayat Masuk Rumah Sakit : Pasien mengatakan pada tanggal 24 April
2021 jam 8.00 WIB keluar lendir bercampur darah dan perut kenceng-kenceng.
Jam 09.00 WIB pasien ke RSUD Arosuka dan dianjurkan untuk melakukan
persalinan secara buatan (SC) karena kondisi panggul ibu sempit, dengan TB 143
cm dan kehamilan yang sudah tua (aterm). Pasien ingin mencoba untuk partus
normal tapi gagal induksi. Pada tanggal 25 April 2021 Pasien mengatakan nyeri
dengan skala nyeri 7, nyeri bertambah saat bergerak atau beraktifitas, dan pasien
tampak menyeringai.
43
3.1.4.2 Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu : pasien dengan G1P0A0H0
3.1.4.3 Genogram
= Perempuan
= Laki-laki
= Pasien
Gambar 3.1 Genogram pada Ny.R dengan diagnosa medis post sectio caesarea
dengan indikasi chepalo pelvic disproportion pada tanggal 25
November 2019
44
1) Kala Persalinan
(1) Kala I : Fase Laten: pembukaan 2cm tidak bertambah sejak dari jam 13.00
tanggal 24 April hingga 06.00 tanggal 25 April 2021
(4) Kala IV :
(1)) Lochea :
( ) Lochea Sanguinolenta
( ) Lochea Serosa
( ) Lochea Alba
( ) Lochea Parulenta
( ) Lochiotosis
Lain-lain : tidak ada rupture perineum, terdapat luka post sectio caesarea di
daerah abdomen, terdapat luka jahitan bekas operasi horizontal ±15 cm,
(1)) BB : 3700 gr
45
(2)) TB : 51 cm
( ) Alkohol 70%
( ) Betadine
Caput succedanum
Hydrocephalus
Cephal Hematoma
Microcephalus
(6) Rencana Perawatan Bayi : (√) Sendiri (√) Orang Tua ( ) Lain-lain
perawatan payudara
((2)) Perineal care: Pasien sudah tahu cara merawat alat kelamin
46
((3)) Nutrisi: pasien sudah tahu cara senam nutrisi yang baik setelah
3.1.5.2 Bila ya jenis kontrasepsinya apa yang digunakan : pasien belum pernah
KB sebelumnya
( ) Penyakit jantung
( ) Penyakit hipertensi
( ) Penyakit lainnya
47
selanjutnya
persalinan
dengan baik
3.1.8.5 Siapa anak yang terpenting bagi ibu : Anak yang saat ini baru lahir
3.1.8.6 Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini : Sangat mendukung
penuh
3.1.8.7 Keadaan mental menjadi ibu : Berusaha menjadi ibu yang terbaik buat
anaknya
3.1.10.6 B1 (Breath)
Inspeksi: Bentuk dada simetris, Pola nafas regular, Susunan ruas tulang
belakang normal, Retaksi otot bantu nafas tidak ada, alat bantu nafas tidak ada
Perkusi: Sonor
3.1.10.7 B2 (Blood)
Inspeksi: tidak ada nyeri dada, tidak ada cianosis, cubbing finger tidak ada, JVP
Palpasi: Pulsasi kuat, CRT < 3 detik, kecepatan denyut nadi normal
3.1.10.8 B3 (Brain)
Inspeksi: Kesadaran compos mentis, Orientasi baik, Kaku kuduk tidak ada,
Kejang tidak ada, Nyeri kepala tidak ada, Istirahat / tidur dirumah sakit ± 6
Hidung: Normal, Mukosa hidung bersih, Secret tidak ada, Ketajam penciuman
Peraba : Normal
3.1.10.9 B4 (Bladder)
normal, Kebersihan bersih, Lochea rubra berwarna merah segar dan pasien
3.1.10.10 B5 (Bowel)
Kebiasaan Gosok gigi : 2x/hari, Tenggorokan tidak ada kesulitan menelan, ada
luka post sectio caesarea, Kebiasaan BAB 2 hari sekali, Konsistensi padat,
Warna kuning, Bau khas, Tempat yang digunakan ke toilet, Pemakaian obat
beraktifitas
3.1.10.11 B6 (Bone)
lembab, Fraktur tidak ada, Warna Kulit sawo matang, Oedema tidak ada,
4 4
Perkusi: Tidak ada
Lain-lain :
caesarea yang masih basah, tidak ada pus, kemampuan pergerakan sendi dan
tungkai (ROM) terbatas, pasien hanya tidur dan duduk ditempat tidur, segala
3.1.10.12 B7 (Pengindraan)
Inpeksi : Mata: Pupil isokor, reflek cahaya normal, Konjungtiva merah muda,
Hidung: Normal, Mukosa hidung bersih, Secret tidak ada, Ketajam penciuman
Peraba : Normal
3.1.10.13 B8 (Endokrin)
tidak ada luka gangren : tidak ada, Pus tidak ada, Bau tidak ada, Lokasi tidak
ada
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada kelenjar thyroid dan kelenjar parotis
Hb : 13,1 g/dl
HT : 38%
3.1.12 Terapi
Analtram 3x1
Metronidazole 3x1
SF 2x1
Ceftriaxone 2x1
53
Umur : 24 Tahun
No. RM : 28.28.03
Tabel 3.3 Analisa data pada Ny. R dengan diagnosa medis post sectio caesarea
dengan indikasi chepalo pelvic disproportion pada tanggal 25 April
2021
No Data Etiologi Problem
1. Ds : pasien mengatakakn nyeri Ada SC Nyeri akut
Pos Op di area abdomen, nyeri
seperti di tusuk-tusuk, skala nyeri
7, nyeri bertambah saat bergerak / Terputusnya
beraktivitas dan nyeri berkurang jaringan
saat istirahat
Do :
- K/U lemah Merangsang area
- TFU 2 jari di dibawah pusat sensorik motorik
- Wajah tampak menyeringai
- Ada luka bekas operasi yang
tertutup kasa kering Nyeri
- Adanya nyeri tekan pada
luka bekasoperasi
- TTV
TD : 110/70 mmHg
S : 46,6ºC
N : 90x/menit
RR : 20x/menit
2. Ds : Pasien mengatakan hanya Adanya proses Hambatan
tidur ditempat tidur dan merasa pembedahan mobilitas
lemas jika bergerak di tempat ditempat tidur
tidur
Do : K/U lemah, pasien tampak Terputusnya
kesakitan, segala kebutuhan jaringan
pasien dibantu keluarga,
terpasang selang infus dan
kateter, mobilisasi dibantu, pasien Nyeri
54
3.4.3 Defisien pengetahuan cara menyusui yang baik dan benar berhubungan
PEMBAHASAN
Pada bab ini dijelaskan kesenjangan antara teori dan asuhan keperawatan
secara langsung pada pasien Ny. R dengan Diagnosa medis Post Sectio Caesarea
evaluasi.
4.1 Pengkajian
yaitu untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien sehingga pasien dan
pustaka didapatkan hasil pengkajian umur yaitu usia tidak mempengaruhi chepalo
pelvic disproportion. Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan hasil bahwa klien
chepalo pelvic disproportion tetapi tinggi badan kurang dari normal akan
terjadinya CPD dengan syarat umur pasien masih masa pertumbuhan atau sekitar
15-18 tahun.
didapatkan hasil biasanya pada pasien post SC hari 1-3 adalah adanya rasa nyeri.
64
65
Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan hasil bahwa pasien mengatakan nyeri
pada daerah bekas operasi. Menurut opini penulis pasien dengan post sectio
caesarea indikasi chepalo pelvic disproportion pada hari 1-3 akan merasakan nyeri
karena adanya luka insisi bekas operasi dibagian abdomen, dan luka tertutup kasa
steril.
didapatkan hasil pengkajian tinggi badan kurang dari 145 cm adalah faktor utama
penyebab CPD. Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan hasil banwa tinggi
badan klien 143 cm. Didaptkan hasil yang sama menurut opini penulis hal ini
tinjauan pustaka didapatkan hasil pengkajian yaitu pada inspeksi : ditemukan pasien
biasanya tidak terjadi peningkatan RR, tidak ada retraksi otot bantu nafas, tidak
terjadi sesak nafas, pola nafas teratur, tidak menggunakan alat bantu nafas. Pada
palpasi : pergerakan dinding dada biasanya sama, vocal fremitus sama. Pada perkusi
: suara sonor. Pada auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas
tambahan seperti whezzing atau ronchi. Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan
hasil pada Inspeksi: bentuk dada simetris, pola nafas regular, susunan ruas tulang
belakang normal, retaksi otot bantu nafas tidak ada, alat bantu nafas tidak ada. Pada
palpasi: tidak ada nyeri dada, vokal fremitus getarannya sama. Pada perkusi: sonor.
Pada auskultasi: suara nafas vesikuler. Menurut opini penulis hal ini dikarenakan
66
pada saat pasien dipindahkan ke ruangan kesadaran pasien kembali pulih dan
anemis (pucat), tidak ada nyeri dada. Pada palpasi: CRT < 3 detik, tidak ada sianosis
akral dingin, takikardi. Pada auskultasi : bunyi jantung S1 S2 tunggal, tidak ada
bunyi jantung tambahan. Pada tinjauan kasus ditemukan hasil inspeksi: tidak ada
nyeri dada, tidak ada cianosis, clubbing finger tidak ada, JVP tidak ada pembesaran
vena jugularis. Pada palpasi: Pulsasi kuat, CRT < 3 detik, kecepatan denyut nadi
normal. Pada auskultasi: bunyi jantung : S1 dan S2 tunggal, Irama jantung : teratur.
Menurut opini penulis karena kesadaran pasien membaik serta tekanan darah yang
compos mentis, GCS 4-5-6, pada palpasi : tidak ada masalah. Sedangkan pada
tinjauan kasus didapatkan bahwa pasien mengalami gangguan pada tidurnya yaitu
dirumah sakit : 4-6 jam/hari sedangkan dirumah : 6-8 jam/hari. Menurut opini
penulis terjadi kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus karena pada
tinjauan pustaka tidak ditemukan jam istirahat terganggu sedangkan pada tinjauan
kasus ditemukan gangguan pemenuhan istirahat tidur hal ini dikarenakan pasien
menggunakan kateter, warna urine kuning, berbau amis, terdapat lochea rubra
67
berwarna merah, perinem menonjol, vagina dan vulva berwarna kemerahan. Pada
palpasi : biasanya jika belum saatnya melahirkan tidak ada oedema kecuali untuk
pada tinjauan kasus didapatkan hasil inspeksi: bentuk alat kelamin normal, libido
merah segar dan pasien 3x/hari ganti pembalut, frekuensi berkemih jumlah :
±1500cc/24 jam, warna kuning, alat bantu yang digunakan dower cateter. Pada
palpasi: tidak ada nyeri kan kandung kemih. Menurut opini penulis hal ini
mengosongkan kandung kemih karena jika kandung kemih penuh maka akan
mengalami nyeri dan akan dapat menghalangi involusi uterus dan akan dapat
mengalami perdarahan.
peningkatan berat badan, terjadi konstipasi, mulut bersih mukosa mungkin kering.
Pada palpasi : distensi abdomen, nyeri perut karena luka insisi. Pada auskultasi :
bising usus lemah dan menurun. Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan hasil
yang sama yaitu Inspeksi: mulut bersih, mukosa lembab, bibir normal, gigi bersih,
kebiasaan gosok gigi : 2x/hari, tenggorokan tidak ada kesulitan menelan, ada luka
post sectio caesarea, kebiasaan BAB 2 hari sekali, konsistensi padat, warna kuning,
bau khas, tempat yang digunakan ke toilet, terdapat luka jahitan bekas operasi
horizontal ±15 cm, luka terbalut kassa kering, raut wajah pasien tampak
menyeringai, pemakaian obat pencahar tidak ada. Pada palpasi: abdomen TFU 2
jari dibawah pusat, terdapat nyeri tekan. Pada perkusi: pekak karena ada hepar,
68
timpani karena ada usus. Pada auskultasi: peristaltik 9x/menit. Menurut opini
penulis hal ini dikarenakan pada pasien post operasi pada saat hari pertama adalah
proses pemulihan organ, jadi bising usus menurun dan dipasang kateter bertujuan
untuk mengosongkan kandung kemih karena jika kandung kemih penuh maka akan
mengalami nyeri dan akan dapat menghalangi involusi uterus dan akan dapat
mengalami perdarahan.
pustaka didapatkan hasil pengkajian yaitu pada inspeksi : akral biasanya dingin
tidak ada kaku otot, ekstremitas atas pada pasien post sc dapat terjadi kelemahan
musculoskeletal sehingga menurunkan tonus otot. Pada palpasi: turgor elastis, suhu
tubuh meningkat, terjadi oedema pada ekstremitas bawah. Sedangkan pada tinjauan
kasus didapatkan hasil yang sama yaitu terjadi kelemahan otot. Menurut opini
penulis hal ini dikarenakan mengalami pemulihan otot pengaruh akibat obat
tinjauan pustaka didapatkan hasil pengkajian yaitu : mata biasanya tidak ada alat
bantu pendengaran, pupil isokor, reflek cahaya normal, konjungtifa merah muda,
sclera putih. Pada hidung biasanya mukosa hidung bersih, tidak ada secret,
ketajaman penciuman normal. Pada telinga biasanya tidak ada alat bantu
pendengaran, ketajaman pendengaran normal, tidak ada keluhan. Pada perasa dan
peraba normal tidal ada keluhan. Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan hasil
yang sama. Menurut opini penulis hal ini dikarenakan pada saat pasien dipindahkan
69
keruangan kesadaran pasien kembali pulih dan membaik serta tidak mengalami
tinjauan pustaka didapatkan hasil pengkajian yaitu : biasanya tidak ada pembesaran
kelenjar thyroid dan parotis, tidak ada luka gangrene. Sedangkan pada tinjauan
kasus didapatkan hasil yang sama. Menurut opini penulis hal ini dikarenakan pada
saat pasien dipindahkan keruangan kesadaran pasien kembali pulih dan membaik
4.2.1 Diagnosa keperawatan yang ada pada tinjauan pustaka ada lima menurut
4.2.2 Pada tinjauan kasus terdapat tiga diagnosa yang muncul yaitu:
agens cidera fisik Herdman, T Heather (2017). Hal ini disebabkan karena adanya
insisi pembedahan yang dilakukan pada dinding uterus. Melalui dinding depan
perut. Pada tinjauan kasus ditemukan hal yang sama yaitu nyeri akut berhubungan
dengan terputusnya inkontinuitas jaringan, luka bekas operasi, dengan data objektif
abdomen masih terdapat luka bekas operasi yang terbalut kassa kering, terdapat
luka jahitan bekas operasi horizontal ±15 cm, raut wajah pasien tampak
70
menyeringai, terdapat nyeri tekan pada luka bekas operasi skala 7. Menurut opini
penulis pada pasien dengan post sectio caesarea akan mengalami keluhan nyeri
pada daerah abdomen yang dikarenakan adanya luka insisi, dan nyeri merupakan
ditempat tidur berhubungan dengan nyeri, pada tinjauan kasus didapatkan hasil
hambatan mobilitas ditempat tidur berhubungan dengan nyeri, dengan data objektif
keadaan umum pasien lemah, pasien tampak kesakitan, segala kebutuhan pasien
dibantu keluarga, terpasang selang infus dan kateter, mobilisasi dibantu, pasien
tampak sulit bergerak, kemampuan pergerakan sendi dan tungkai terbatas, terdapat
balutan luka post SC, kekuatan otot 5,5,4,4. Menurut opini penulis pasien dengan
post SC akan mengalami gangguan mobilitas dikarenakan adanya luka bekas insisi
tentang cara menyusui yang benar berhubungan dengan kurangnya informasi, pada
tinjauan kasus didapatkan hasil defisien pengetahuan tentang cara menyusui yang
terlihat bingung bagaimana cara menyusui, pasien terlihat salah dalam posisi
menyusui, saat menyusui areloa tidak masuk semua. Menurut opini penulis tidak
diagnosa keperawatan yaitu Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik,
71
perdarahan yang hebat sehingga tidak terjadi masalah defisien volume cairan.
pembedahan (SC), karena pada pengkajian masih hari pertama pasien post sectio
casarea dan luka masih tertutup kasa steril. Sedangkan pada diagnosa resiko infeksi
laserasi jalan lahir, bantuan pertolongan persalinan, karena pada pemeriksaan tidak
mengalami resiko infeksi luka masih tertutup kasa steril. Tidak semua diagnosa
dapat muncul pada tinjauan kasus karena diagnosa keperawatan pada tinjauan
4.3 Perencanaan
Pada perumusan tujuan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus, ada
karena data yang didapat klien mengatakan nyeri Post Op di area abdomen,
beraktivitas dan nyeri berkurang saat istirahat. Diagnosa ini dijadikan prioritas
karena yang paling dirasakan oleh pasien, nyeri akut berhubungan dengan
keadaan umum klien lemah, TFU 2 jari di dibawah pusat, Wajah tampak
menyeringai, ada luka bekas operasi yang tertutup kasa kering, adanya nyeri
selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang / hilang. Kriteria hasil pasien
relaksasi dan distraksi, skala nyeri berkurang 0-3 setelah nyeri berkurang,
pasien tampak rileks, TTV dalam batas normal. Dilakukan intervensi jelakan
pada pasien tentang sebab timbulnya nyeri, anjurkan pasien untuk mengatur
posisi senyaman mungkin (semi fowler), ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
dengan cara nafas dalam dan berbincang bincang untuk mengalihkan rasa
73
nyari, kaji karakteristik nyeri, observasi TTV, kolaborasi dengan dokter dalam
melakukan teknik distraksi dan relaksasi saja, tetapi memberikan asupan nutrisi
tinggi kalori dan protein menurut (Sulistyawati, 2009) mengatakan tidak ada
penyembuhan luka dan luka dapat cepat kering serta protein baik untuk
memproduksi ASI.
tidur dan merasa lemas jika bergerak di tempat tidur. Dengan data objektif
pasien dibantu keluarga, terpasang selang infus dan kateter, mobilisasi dibantu,
terbatas, terdapat balutan luka post SC, kekuatan otot 5,5,4,4. Tujuan setelah
tentang pentingnya mobilisasi dini post op SC, anjurkan pasien untuk istirahat,
ajarkan klien untuk mobilisasi dini, bantu dalam pemenuhan aktifitas sehari-
ke ruangan. Kemudian hari ke dua pasien mulai melakukan miring kanan dan
kiri dan dapat mengubah posisi dari tidur ke posisi duduk selama ±5 menit.
Hari ketiga pasien mampu berdiri dan berjalan secara perlahan dengan sedikit
mengatakan belum tau cara menyusui bayi yang benar. Dengan data objektif
pasien terlihat bingung bagaimana cara menyusui, pasien terlihat salah dalam
posisi menyusui, saat menyusui areola tidak masuk semua. Tujuan setelah
memberikan ASI dengan baik dan benar. Kriteria hasil pasien menyatakan
klien dalam pemberian ASI, dan cara menyusui yang baik dan benar, pasien
paham tentang cara menyusui yang baik dan benar. Dilakukan intervensi
demonstrasikan cara menyusui yang baik dan benar dengan cara memberikan
bagaimana cara menyusui yang baik dan benar adalah cara yang cukup efektif
4.4 Pelaksanaan
karena hanya membuat teori asuhan keperawatan. Sedangkan pada kasus nyata
inkontinuitas jaringan
seperti menjelaskan pada pasien tentang sebab timbulnya nyeri bahwa nyeri
berasal dari luka bekas operasi, memberikan posisi nyaman yaitu semi fowler,
mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi dengan cara nafas dalam dan
obat, analgesik seperti Inj Anbacim 3x1 gr (IV), Kalnex 3x1 ampul (IV), Ondan
3x1 ampul (IV), Ketorolac 3x1 ampul (IV), Inf RL 7 tpm. Pada diagnosa nyeri
dengan nyeri
4.4.3 Implementasi diagnosa defisien pengetahuan cara menyusui yang baik dan
menyusui. Pada diagnosa defisien pengetahuan cara menyusui yang baik dan
4.5 Evaluasi
kasus semu. Sedangkan pada tinjauan kasus evaluasi dapat dilakukan karena
terputusnya inkontinuitas jaringan dengan kriteria waktu 2x24 jam dan sudah
dilakukan dalam waktu 2x24 jam, karena tindakan yang tepat, pasien juga
melakukan apa yang tim medis ajarkan untuk nyerinya dan telah berhasil
dilaksanakan dan tujuan kriteria hasil telah tercapat. Pada diagnosa hambatan
mobilitas ditempat tidur berhubungan dengan nyeri dengan kriteria waktu 2x24
jam dan telah dilakukan tindakan dalam waktu 2x24 jam karena tindakan yang
tepat, pasien juga melakukan apa yang diajarkan oleh tim medis ajarkan dalam
telah tercapai. Pada diagnosa defisien pengetahuan cara menyusui yang baik
1x24 jam dan telah dilakukan tindakan dalam waktu 1x24 jam karena pasien
melakukan apa yang diajarkan oleh tim medis ajarkan dan penulis memberikan
penyuluhan tentang cara menyusui yang baik dan benar, berhasil dilaksanakan
Pada akhir evaluasi semua tujuan dan kriteria hasil dapat tercapai
karena adanya kerjasama yang baik antara perawat dan pasien serta keluarga
dan tim kesehatan yang lainnya. Hasil evaluasi pada Ny. R sudah sesuai dengan
berdinas di ruangan tersebut pada tanggal 26 April 2021 jam 15.00 WIB.
BAB 5
PENUTUP
keperawatan langsung pada pasien dengan kasus post sectio caesarea indikasi
meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada pasien post sectio caesarea indikasi
5.1 Simpulan
Dari hasil yang menguraikan tentang asuhan keperawatan pada pasien Ny.
disproportion (CPD) hari ke-1 diruang KB RSUD Arosuka, maka penulis dapat
5.1.1 Pengkajian sangat penting pada pasien post sectio caesarea indikasi
pengkajian adalah nyeri pada daerah abdomen agar tidak bertambah, selain
itu memberi nutrisi yang baik yang harus dikonsumsi pasien selama
dengan post sectio caesarea hal yang perlu diperhatikan saat pengkajian
adalah pengkajian pemeriksaan fisik pada ibu post sectio caesarea akan
78
79
5.1.2 Pada pasien dengan post sectio caesarea akan mengalami beberapa
diagnosa tersebut muncul karena didapatkan data dari keadaan pasien itu
sendiri.
dan terintegrasi untuk pelaksanaan diagnosa pada kasus tidak semua sama
5.1.5 Evaluasi dilakukan penulis dengan metode per 24 jam dengan harapan
saat. Pada akhir evaluasi samua tinjauan dapat dicapai karena adanya
5.2 Saran
berikut:
5.2.1 Keterlibatan pasien, keluarga dan tim kesehatan yang terjalin dengan baik
ada pada pasien tentang post sectio caesarea, seperti penyuluhan tentang
80
Cuningham, MacDonald dan Gant. (2014). Obstetric Wiliams (Joko Suyono &
Andry Hartono Penerjemah). Jakarta : EGC.
Data rekam medis RSUD Bangil. (2018). Angka Kejadian Sectio Caesarea:
Pasuruan.
Manuaba, Ida, Bagus, Gde. (2012). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
Keluarga berencana untuk pendidikan bidan.
LEMBAR KONSULTASI
II
III
IV
PROGRAM STUDI NERS
LEMBAR KONSULTASI
II
III
IV
PROGRAM STUDI NERS
Pembimbing :
LEMBAR
Widiawati, KONSULTASI
STR.Keb
Judul Kasus
Pembimbing : Asuhan
Akademik : Gusniyanti, S.Tr.Keb
Keperawatan Ny.”R” dengan
diagnose medis
Judul Kasus : Asuhan Keperawatan Ny.”R” dengan diagnose
“
medis“Post Section Caesarea dengan indikasi
P Chepalo Pelvic Disproportion” di Ruang
s
Bbg Hari/tanggal Materi Bimbingan Tanda Tangan
I t
c
II
t
n
III
s
IV
a