Anda di halaman 1dari 58

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN


GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI “ POST PARTUM
SECTIO CAESAREA DENGAN PREEKLAMSIA BERAT”
DIRUANG GINCU 3 RSUD INDRAMAYU

Disusun Oleh : Kelompok 1


AAN MILAYANTI R210415001
ANDRES MEILINO R210415007
ANI MAULANI S R210415008
ARLIS OLIVIA A R210415010
ATI WARYATI R210415011
DIMAS PRASETYO R210415016

YAYASAN INDRA HUSADA INDRAMAYU


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
INDRAMAYU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan karunia-Nya dan nikmat sehat yang tiada henti-hentinya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Ny S Dengan post operasi sectio caesarea Diruang Gincu
3 Rsud Indramayu”.
Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu
dan mendukung sehingga makalahini dapat diselesaikan dengan baik diantaranya :
1. Drs. H. Turmin, B.Sc., Ketua Pengurus Yayasan Indra Husada
Indramayu, yang telah menjadi inspirator bagi kami.
2. M Saefulloh, S.Kep., M.Kep., Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKes) Indramayu, yang selalu mendukung dan memotivasi kami.
3. Wiwin Nur Aeni, S.Kep.,Ns., M.Kep., Ketua Program Studi Profesi
Ners STIKes Indramayu, yang selalu memberikan motivasi kepada kami.
4. Seluruh dosen dan staff STIKes Indramayu
5. Pembimbing klinik/Clinical Instrukture (CI) RSUD Indramayu
6. Rekkan-rekan seperjuangan prorram studi profesi ners angkatan XV
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya
bagi pembaca sekalian. Jika ada kekurangan dalam penulisan makalahini. Kami
sangat berterimakasih apabila ada saran dan kritik bagi penulis yang sifatnya
membangun sehingga akan memperbaiki kualitas kami ini.

Indramayu, Desember 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan ..................................................................................................2
D. Manfaat ................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. KONSEP PREEKLAMSIA BERAT
A. Pengertian Preeklamsia Berat...........................................................4
B. Etiologi Preeklamsia Berat...............................................................4
C. Patofisiologi Preeklamsia Berat.......................................................6
D. Manifestasi Klinis Preeklamsia Berat..............................................6
E. Komplikasi Preeklamsia Berat.........................................................6
F. Penatalaksanaan Medis Preeklamsia Berat......................................7
2. KONSEP SECTIO CAESAREA
A. Pengertian Section Caesarea............................................................7
B. Etiologi Section Caesarea.................................................................8
C. Klasifikasi Section Caesarea............................................................8
D. Patofisiologi Section Caesarea.........................................................9
E. Manifestasi Klinis............................................................................11
F. Komplikasi.......................................................................................11
G. Penatalaksanaan Medis....................................................................12
H. Pengkajian........................................................................................13
I. Pemeriksaan penunjang....................................................................14
J. Analisa Data...........................................................................................15
K. Diagnosa Keperawatan.....................................................................17
L. Perencanaan Keperawatan................................................................18
BAB III TINJAUAN KASUS....................................................................22

ii
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................44
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................52
B. Saran.....................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan
dengan presentasi kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Sukarni &
wahyu, 2013). Post Partum merupakan periode waktu atau masa dimana organ-
organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil membutuhkan waktu
sekitar 6 minggu. Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut
masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu.
Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampaiorgan-organ
reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Kirana, 2015).
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6
minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke
keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010).
Angka kejadian sectio caesarea di dunia pada tahun 2010 berdasarkan World
Health Organization (WHO) mencapai 10% sampai 15% per 1.000 proses
persalinan. Di negara maju angka persalinan sectio caesarea mencapai15% dari
sebelumnya 5% pada tahun 2010. Sedangkan di negara berkembang seperti
Kanada angka sectio caesarea mencapai 21% dari seluruh persalinan (Husna,
2012). Di Indonesia angka kejadian sectio caesarea dalam kurun waktu 20 tahun
terakhir dari 5% menjadi 20% pada tahun 2010.

1
2

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep asuhan keperawatan teori pada pasien sectio
caesarea?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien sectio caesarea di ruang
Gincu 3?
3. Bagaimana konsep analisis data pada pasien dengan sectio caesarea di
ruang Gincu 3?
4. Bagaimana cara pengaplikasian intervensi dan implementasi pada kasus
sectio caesarea?

C. TUJUAN
1. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien sectio caesarea
2. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien sectio caesarea di ruang
Gincu
3. Menganalisa konsep asuhan keperawatan pada pasien sectio caesarea.
4. Memahami dan mengaplikasian intervensi dan implementasi pada kasus
sectio caesarea.

D.MANFAAT
1. Manfaat Bagi Penulis
Diharapkan mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien post
operasi sectio cesaria dapat dilakukan intervensi yang tepat sesuai dengan
keadaan/kondisi pasien.
2. Manfaat Bagi Ilmu Keperawatan
Diharapkan dengan adanya asuhan keperawatan pada pasien post operasi
sectio cesaria dapat menjadi referensi tambahan dalam mengembangkan
keilmuan, serta sebagai acuan untuk melakukan penelitian dalam penegakkan
diagnosa dan intervensi yang tepat.
3

3. Manfaat Bagi Institusi


Diharapkan dengan adanya asuhan keperawatan pada pasien post operasi
sectio cesaria dapat menjadi informasi tambahan dalam ilmu keperawatan bagi
akademisi dalam mengembangkan keilmuan.
4

BAB II
TINJAUAN TEORI

1. KONSEP PRE EKLAMSIA BERAT (PEB)


A. PENGERTIAN
Preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan, atau dapat timbul lebih awal bila terdapat
perubahan pada hidatidiformis yang luas pada vili dan korialis (Mitayani, 2012).
Preeklamsia (toksemia gravidarum) merupakan tekanan darah tinggi yang disertai
dengan proteinuria (protein dalam air kemih), atau edema (penimbunan cairan), yang
terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan
(Sukarni, 2013).
Preeklamsia dan eklamsia adalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan
proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbuhan cairan), yang terjadi pada
kehamilan 20 minggu atau sampai akhir minggu pertama setelah persalinan (Sofian,
2015).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pre eklamsia meruapakan
kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin, dan dalam masa nifas yang terdiri
dari trias hipertensi, proteinuria, dan edema, yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai
koma. Ibu hamil tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan-kelainan vaskuler atau
hipertensi sebelumnya.

B. ETIOLOGI
Penyebab preeklamsia sampai sekarang belum diketahui secara pasti, tetapi Pada
umumnya disebabkan oleh (vasopasme arteriola). Faktor – faktor lain yang dapat
diperkirakan akan mempengaruhi timbulnya preeklamsia yaitu sebagai berikut :
1. Usia Ibu
Usia merupakan usia individu terhitung mulai saat individu dilahirkan sampai
saat berulang tahun, semakin cukup usia, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam proses berfikir. Insiden tertinggi pada kasus preeklampsia pada
usia remaja atau awal usia 20 tahun, namun prevalensinya meningkat pada wanita
dengan usia diatas 35 tahun.
5

2. Usia Kehamilan
Preeklampsia biasanya akan muncul setelah usia kehamilan minggu ke 20,
gejalanya yaitu kenaikan tekanan darah. Jika terjadi di bawah usia kehamilan 20 minggu,
masih dikategorikan dalam hipertensi kronik. Sebagian besar kasus preeklampsia terjadi
pada minggu > 37 minggu dan semakin tua usia kehamilan maka semakin berisiko
terjadinya preeklampsia.
3. Paritas
Paritas merupakan keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu.
Menurut Manuaba paritas adalah wanita yang pernah melahirkan dan dibagi menjadi
beberapa istilah:
a. Primigravida: seorang wanita yang telah melahirkan janin untuk pertama
kalin
b. Multipara: seorang wanita yang telah melahirkan janin lebih dari satu kali.
c. Grande Multipara: wanita yang telah melahirkan janin lebih dari lima kali.
4. Riwayat Hipertensi / preeklamsia
Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya adalah faktor utama.
Kehamilan pada wanita yang memiliki riwayat preeklampsia sebelumnya berkaitan
dengan tingginya kejadian preeklampsia berat, preeklampsia onset dini, dan dampak
perinatal yang buruk
5. Genetik
Riwayat preeklampsia pada keluarga juga dapat meningkatkan risiko hampir tiga
kali lipat adanya riwayat preeklampsia. Pada ibu dapat meningkatkan risiko sebanyak 3,6
kali lipat
6. Penyakit Terdahulu (Diabetes Militus)
Jika sebelum hamil ibu sudah terdiagnosis diabetes, kemungkinan akan terkena
preeklampsia meningkat 4 kali lipat. Sedangkan untuk kasus hipertensi, prevalensi
preeklampsia pada ibu dengan hipertensi kronik lebih tinggi dari pada ibu yang tidak
menderita hipertensi kronik.
7. Obesitas
Terjadinya peningkatan risiko munculnya preeklampsia pada setiap peningkatan
indeks masa tubuh. Sebuah studi kohort mengemukakan bahwa ibu dengan indeks masa
tubuh >35 akan memiliki risiko mengalami preeklampsia sebanyak 2 kali lipat.
6

8. Bad Obstetrik History


Ibu hamil yang pernah mempunyai riwayat preeklampsia, kehamilan
molahidatidosa, dan kehamilan ganda kemungkinan akan mengalami preeklampsia pada
kehamilan selanjutnya, terutama jika diluar kehamilan menderita tekanan darah tinggi
menahun.

C. PATHOFISIOLOGI
Pada preeklamsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan ritensi garam
serta air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteiola glomelurus. Dalam
beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh
satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka
tekanan darah akan naik, sehingga usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar
oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan serta edema yang
disebabkan oleh penimbunan air yang yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum
diketahui penyebabnya, mungkin karena retensi air serta garam. Proteinuria dapat
disebabkan oleh spasme arteliola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus.

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Sakit kepala
2. Hipertensi
3. Nyeri pada epigastrium
4. Proteinuria
5. Edema
6. Berat badan meningkat
7. Mual dan muntah
8. Diplobia
9. Penglihatan kabur

E. KOMPLIKASI
1. Komplikasi pada ibu
a. Eklamsia.
b. Perdarahan subkapsula hepar.
c. Kelainan pembekuan darah disseminated intravascular coagulation (DIC).
d. Sindrom HELLP (hemolysis, elevated, liver, enzymes, dan low platelet
7

count).
e. Gagal jantung hingga syok dan kematian.
2. Komplikasi pada janin
a. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus.
b. Premature
c. Asfiksia neonatorum.
d. Kematian janin dalam uterus.
e. Peningkatan angka kematian

F. PENATALAKSAAN MEDIS
1. Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama
dan 30 menit pada 4 jam kemudian.
2. Pantau perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat
3. Mobilisasi
4. Infus dextrosa 5% setiap 1lt diselangi RL
5. Diet cukup protein, rendah karbo lemak dan garam
6. Obat anti kejang
7. Diuretik
8. Anti hipertensi
9. kardioto

2. KONSEP SECTIO CAESAREA (SC)


A. PENGERTIAN
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut (Amru sofian, 2012). Sectio caesarea adalah
suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding
depan perut atau vagina (Siti, 2013).
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin melahirkan melalui
insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin diatas 500 gram (Wiknjosastro, 2010).
Operasi sectio caesarea adalah tindakan untuk melahirkan bayi melalui
pembedahan abdomen dan dinding uterus (Nugroho, 2011).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sectio caesarea adalah
suatu pembedahan yang tujuannya untuk mengeluarkan janin dengan cara
melakukan sayatan pada dinding abdomen dan dinding uterus.

A. ETIOLOGI
1. Etiologi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai
kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin / panggul ), ada
sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul,
plasenta previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat I – II,
komplikasi kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM). Gangguan perjalanan
persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya).
2. Etiologi yang berasal dari janin
Fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin,
prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil,kegagalan persalinan vakum atau
forceps ekstraksi (Nurarif & Hardhi, 2015).

B. KLASIFIKASI
Klasifikasi Sectio Caesarea menurut (Hary Oxorn dan Wiilliam R. Forte,
2010).
1. Segmen bawah : Insisi melintang
Karena cara ini memungkinkan kelahiran per abdominam yang aman
sekalipun dikerjakan kemudian pada saat persalinan dan sekalipun dikerjakan
kemudian pada saat persalinan dan sekalipun rongga Rahim terinfeksi, maka insisi
melintang segmenn bawah uterus telah menimbulkan revolusi dalam pelaksanaan
obstetric.
2. Segmen bawah : Insisi membujur
Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama seperti insisi
melintang, insisi membujur dibuat dengan scalpel dan dilebarkan dengan gunting
tumpul untuk menghindari cedera pada bayi.

8
9

3. Sectio Caesarea klasik


Insisi longitudinal digaris tengah dibuat dengan scalpel kedalam dinding
anterior uterus dan dilebarkan keatas serta kebawah dengan gunting yang
berujung tumpul. Diperlukan luka insisi yang lebar karena bayi sering dilahirkan
dengan bokong dahulu. Janin serta plasenta dikeluarkan dan uterus ditutup dengan
jahitan tiga lapis. Pada masa modern ini hamper sudah tidak dipertimbangkan lagi
untuk mengerjakan Sectio Caesarea klasik. Satu-satunya indikasi untuk prosedur
segmen atas adalah kesulitan teknis dalam menyingkapkan segmenn bawah.

C. PATHOFISIOLOGI
Terjadi kelainan pada ibu dan kelainan pada janin menyebabkan persalinan
normal tidak memungkinkan dan akhirnya harus diilakukan tindakan sectio
caesarea, bahkan sekarang sectio caesarea menjadi salah satu pilihan persalinan
(Sugeng, 2010). Adanya beberapa hambatan ada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat dilahirkan secara normal, misalnya plasenta previa,
rupture sentralis dan lateralis, pannggul sempit, partus tidak maju (partus lama),
pre-eklamsi, distokksia service dan mall presentasi janin, kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu sectio caesarea
(SC). Dalam proses operasinya dilakukan tindakan yang akan menyebabkan
pasien mengalami mobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah gangguan
mobilitas fisik.
Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan
pasien tidak mampu melakukan aktifitas perawatan diri pasien secara mandiri
sehingga timbul masalah defisit perawatan diri. Kurangnya informasi mengenai
proses pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi akan menimbulkan
masalah ansietas pada pasien. Selain itu dalam proses pembedahan juga akan
dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan
inkontinuitas jaringan, pembuluh darah dan saraf-saraf di daerah insisi. Hal ini
akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan
menimbulkan rasa nyeri. Setelah semua proses pembedahan berakhir, daerah
10

insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post operasii, yang bila tidak dirawat
dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi.
Pathway SC
11

D. MANIFESTASI KLINIS
Persalinan dengan Sectio Caesaria, memerlukan perawatan yang lebih
komprehensif yaitu perawatan post operatif dan post partum, manifestasi klinis
sectio saesarea menurut Dongoes 2010 yaitu :
1. Nyeri akibat ada luka pembedahan
2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3. Fundus uterus terletak di umbilicus
4. Aliran lockhea sedang bebas membeku yang tidak berlebihan
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 750 – 1000
6. Menahan batuk akibat rasa nyeri yang berlebihan
7. Biasanya terpasang kateter urinarius
8. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
9. Akibat nyeri terbatas untuk melakukan pergerakan
10. Bonding attachment pada anak yang baru lahir.

E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin muncul dari tindakan sectio saesarea adalah
komplikasi pembiusan, perdarahan pasca operasi sectio caesarea, syok
perdarahan, obstruksi usus, gangguan pembekuan darah, dan cedera organ
abdomen seperti usus, ureter, kandung kemih, pembuluh darah. Pada sectio
saesarea juga bisa terjadi infeksi sampai sepsis apalagi pada kasus dengan ketuban
pecah dini. Dapat juga terjadi komplikasi pada bekas luka operasii (Anggi, 2011).
Hal yang sangat mempengaruhi atau komplikasi pasca operasi yaitu
infeksi jahitan pasca sectio saesarea, infeksi ini terjadi karena banyak faktor,
seperti infeksi intrauteri, adanya penyakit penyerta yang berhubungan dengan
infeksi misalnya, abses tuboofaria, apendiksitis akut/perforasi. Diabetes mellitus,
gula darah tidak terkontrol, kondisi imunokompromised misalnya, infeksi HIV,
Tuberkulosis atau sedang mengkonsumsi kortikosteroid jangka panjang, gisi
buruk, termasuk anemia berat, sterilitas kamar operasi dan atau alat tidak terjaga,
alergi pada materi benang yang digunakan daan kuman resisten terhadap
12

antibiotic. Akibat infeksi ini luka bekas sectio caesarea akan terbuka dalam
minggu pertama pasca operasi. Terbukanya luka bisa hanya kulit dan subkulit
saja, bisa juga sampai fascia yang disebut dengan bust abdomen. Umumnya, luka
akan bernanah atau ada eksudat dan berbahaya jika dibiarkan karena kuman
tersebut dapat menyebar melalui aliran darah. Luka yang terbuka akibat infeksi itu
harus dirawat, dibersihkan dan dilakukan kultur dari caiiran luka tersebut
(Valleria, 2012).

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalakanaan yang diberikan pada pasien Post SC diantaranya:
1. Penatalaksanaan secara medis
a. Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan seperti Asam
Mefenamat, Ketorolak, Tramadol.
b. Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang hebat.
c. Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain.
Walaupun pemberian antibiotika sesudah Sectio Caesaria efektif dapat
dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan.
d. Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl.
2. Penatalaksanaan secara keperawatan
a. Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama
dan 30 menit pada 4 jam kemudian.
b. Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat
c. Mobilisasi
Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat tidur
dengan dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua penderita sudah dapat
berjalan ke kamar mandi dengan bantuan.
d. Pemulangan
Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada hari
kelima setelah operasi
13

G. PENGKAJIAN
1. Pengkajian dasar data klien
Tinjauan ulang catatan pre natal dan intra operatif dan adanya indikasi
untuk kelahiran caesarea.
2. Sirkulasi
Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800ml.
3. Integritas ego
Dapat menunjukkan labilitas emosional dan kegembiraan sampai
ketakutan, marah atau menarik diri klien / pasangan dapat memiliki pertanyaan
atau salah terima pesan dalam pengalaman kelahiran mungkin mengekspresikan
ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru.
4. Eliminasi
Kateter urinarius indwelling tidak terpasang, urine jernih, bau khas
amoniak, bising usus tidak ada, samar/jelas.
5. Makanan / Cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal. Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi dibawah tingkat anestesi spinal epidural.
6. Nyeri / Ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dan berbagai sumber misalnya
trauma bedah/insisi, nyeri penyerta, distensi kandung kemih/abdomen, efekefek
anestesi, mulut mungkin kering.
7. Pernafasan
Bunyi paru jelas dan vesikuler
8. Keamanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda/kering dan utuh, jalur
parenteral bila digunakan, paten dan insisi bebas eritema, bengkak dan nyeri tekan
9. Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus aliran lochea sedang dan
bebas, bekuan berlebihan / banyak.
10. Pemeriksaan diagnostik
14

Jumlah darah lengkap Hb/Ht, mengkaji perubahan dan pra operasi dan
mengevaluasi efek kehilangan daerah pada pembedahan.
Urinalisis : kultur urine, darah vagina dan lochea, pemeriksaan tambahan
didasarkan pada kebutuhan individual.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
2. Pemantauan EKG
3. JDL dengan diferensial
4. Elektrolit
5. Hemoglobin/Hematokrit
6. Golongan Darah
7. Urinalis
8. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
9. Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi.
10. Ultrasound sesuai pesanan.

I. ANALISA DATA
No Data Senjang Etiologi / Penyebab Masalah
DS dan DO Keperawatan
1. DS : Sectio caesarea Gangguan
- Mengeluh sulit mobilitas fisik
menggerakkan ekstremitas Post anastesi (D.0054)

- Nyeri saat bergerak


Penurunan tonus otot
- Enggan melakukan
pergerakan
Penurunan kerja otot
- Merasa cemas saat
ekstremitas bawah
bergerak
DO :
Gangguan mobilitas
- Kekuatan otot fisik
menurun
15

- Rentang gerak
(ROM) menurun
- Sendi kaku
- Gerakan tidak
terkoordinasi
- Gerakan terbatas
- Fisik lemah
2. DS : - Sectio caesarea Resiko infeksi
DO : - (D.0142)
Luka post operasi

Jaringan terbuka

Proteksi kurang

Invasi
bakteri

Resiko infeksi
3. DS : Sectio caesarea Nyeri akut
- Mengeluh nyeri (D.0077)
DO : Luka post operasi
- Tampak meringis
- Bersikap protektif Jaringan terputus

(misal waspada posisi


Merangsang
menghindari nyeri)
pengeluaran
- Gelisah
histamine &
- Frekuensi nadi
prostaglandin
meningkat
- Sulit tidur Rangsangan ujung
- TD meningkat saraf perifer
- Pola nafas berubah
16

- Menarik diri Korteks


- Diaforesis mempersiapkan nyeri

Nyeri akut
4. DS : Sectio caesarea Konstipasi
- Defekasi kurang (D. 0049)
dari 2 kali dalam seminggu Post anastesi

- Pengeluaran feses
Penurunan tonus otot
lama dan sulit
- Mengejan saat
Penurunan kerja otot
defekasi
eliminasi
DO :
- Feses keras
Penurunan peristaltik
- Peristaltik usus usus
menurun
- Distensi abdomen
- Kelemahan umum Konstipasi
- Teraba masa pada
rektal
5. DS : Sectio caesarea Gangguan
- Desakan berkemih eliminasi
(urgensi) Post anastesi urine

- Urin menetes (D. 0040)


Penurunan tonus otot
(dribbling)
vesika urinaria
- Sering buang air kecil
- Nokturia
Penurunan kontraksi
- Mengompol
vesika urinaria
- Enuresis
DO : Retensi urine
- Distensi kandung
kemih Distensi kandung
- Berkemih tidak tuntas
17

(hetistency) kemih
- Volume residu urin
meningkat Gangguan eliminasi
urin

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN MENURUT PRIORITAS


1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d tampak meringis, bersikap
protektif
2. Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif
3. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot d.d nyeri saat
bergerak
4. Gangguan eliminasi urin b.d efek tindakan medis dan diagnostik d.d
distensi kandung kemih
5. Konstipasi b.d penurunan motilitas gastrointestinal d.d defekasi
kurang dari 2 kali dalam seminggu dan peristaltik usus menurun.
18

K. PERENCANAAN KEPERAWATAN / INTERVENSI KEPERAWATAN


N
No Perencanaan Keperawatan Paraf
Dx
Tujuan Intervensi Rasional
1 Setelah di lakukan tindakan ...x24 jam 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui lokasi, Kelompok 1
diharapkan nyeri akut dapat teratasi karakteristik, durasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas kualitas dan intensitas nyeri
Indikator IR ER
nyeri 2. Agar rasa nyeri berkurang
Penyatuan 3 5
2. Berikan teknik 3. Agar mengetahui penyebab
kulit
nonfarmakologis untuk dan pemicu nyeri
Penyatuan tepi 3 5
mengurangi rasa nyeri 4. Untuk mengurangi rasa
luka
3. Jelaskan penyebab, nyeri
Edema pada 3 5
periode dan pemicu nyeri
sisi luka
Peradangan 3 5 4. Kolaborasi pemberian
luka analgetik, jika perlu
Nyeri 3 5
19

2 Setelah di lakukan tindakan ...x24 jam 1. Monitor tanda dan gejala 1. Untuk mengetahui tanda Kelompok 1
diharapkan resiko infeksi dapat teratasi infeksi lokal dan sistemik dan gejala infeksi
dengan kriteria hasil: 2. Pertahankan teknik 2. Agar terhindar dari bakteri
Indikator IR ER
aseptik dan virus
Kebersihan 2 4
3. Jelaskan tanda dan gejala 3. Untuk mengetahui tanda
badan
infeksi dan gejala infeksi
Kemerahan 2 4
4. Kolaborasi pemeberian 4. Untuk meningkatkan
Bengkak 2 4
imunisasi, jika perlu kekebalan tubuh
Kultur area 2 4
luka

3 Setelah di lakukan tindakan 1. Identifikasi adanya nyeri 1. Untuk mengetahui keluhan Kelompok 1
keperawatan selama ...x24
jam atau keluahan fisik lainnya nyeri dan keluhan fisik lainnya
diharapkan gangguan mobilitas fisik 2. Fasilitas melakuakan 2. Agar dapat melakuakan
dapat teratasi dengan kriteria hasil:
pergerakan aktivitas secara bertahap
Indikator IR ER
3. Jelaskan tujuan dan 3. Untuk mengetahui tujuan
Pergerakan 3 5
prosedur mobilisasi dan prosedur mobilisasi
ekstremitas
4. Anjurkan melakuakan 4. Agar sendi tidak kaku
Kekuatan otot 3 5
mobilisasi dini
Rentang gerak 3 5
20

(ROM)
Nyer 3 5
i
Kecemasan 3 5
4 Setelah di lakukan tindakan 1. Monitor eliminasi urin 1. Untuk mengetahui Kelompok 1
keperawatan selama ...x24
jam (frekuensi, konsistensi, frekuensi, konsistensi, aroma,
diharapkan gangguan eliminasi urin aroma, volume dan warna) volume dan warna
dapat teratasi dengan kriteria hasil:
2. Catat waktu-waktu dan 2. Untuk memonitor urin
Indikator IR ER
pengeluaran berkemih 3. Untuk mengetahui intake
Susah 3 5
3. Ajarkan mengukur dan output
berkemih
asupan cairan dan haluaran 4. Untuk melancarkan
Desakan 3 5
urin pengeluaran urin
berkemih
4. Kolaborasi pemberian
Distensi 3 5
kandung kemih obat supositoria uretra, jika
Berkemih 3 5 perlu
tidak tuntas
sNokturia 3 5

Setelah di lakukan tindakan 1. Periksa tanda dan gejala 1. Untuk mengetahui tanda Kelompok 1
21

keperawatan selama ....x24 jam konstipasi dan gejala konstipasi


diharapkan konstipasi dapat teratasi 2. Anjurkan diet tinggi 2. Untuk mengurangi
dengan kriteria hasil: serat konstipasi
Indikator I ER
3. Anjurkan peningkatan 3. Memperlancar pengeluaran
R
asupan cairan feses
Kontrol 3 5
4. Konsultasi dengan tim 4. Untuk mengetahui
pengeluaran
medis tentang frekuensi suara usus
feses
penurunan/peningkatan
Keluhan 3 5
defekasi lama frekuensi suara usus

dan sulit
Konsistensi 3 5
feses
Frekuensi BAB 3 5
Peristaltik usus 3 5
BAB III
TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan menjelaskan dan membahas asuhan keperawatan
pada Ny. S dengan post operasi SC di ruang gincu 3, selama tiga hari. Dimulai
dari tanggal pengkajian 21 Desember sampai dengan tanggal 23 Desember
2021. Proses asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny.S ini dimulai dari
pengkajian, menganalisa data setelah pengkajian, merumuskan diagnosa
keperawatan, melakukan intervensi keperawatan, lalu melaksanakan implementasi
keperawatan serta mengevaluasi hasil tindakan yang sudah dilakukan selama tiga
hari tersebut.
I. BIODATA
1. Identitas
A. Identitas Klien
Nama : Ny. S
Umur : 34 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku Bangsa : Jawa, Indonesia
Status Perkawinan : Menikah
Diagnosa Medis : P4A0 Post Partum SC
Alamat : Desa Karangkerta 05/03, Tukdana-Indramayu
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. K
Umur : 36 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Karangkerta 05/03, Tukdana-Indramayu
Hubungan Keluarga :Suami

22
23

II. PENGKAJIAN
1. Keluhan Utama
Nyeri
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Alasan kunjungan : Pada tanggal 19 Desember 2021 pasien datang ke
RSUD Indramayu pada pukul 09.15 WIB dan akan dilakukan persalinan secara
sectio caesaria (SC). Pada tanggal 20 Desember 2021 pukul 23.20 WIB operasi
SC selesai dan dirawat di ruang Gincu 3. Saat dilakukan pengkajian pasien
mengeluh nyeri pada daerah operasi nyeri dirasa panas, bertambah jika ada
penekanan, berkurang setelah diberi obat, skala nyeri 6 (0-10) dan rasa nyeri
hilang timbul. Terdapat luka jahitan diperut dengan panjang luka 10-15 cm,
keadaan luka bagus kering, kemerahan, tidak ada pus. Pasien tampak meringis
disertai mengeluh pergerakannya terbatas dan tidurnya tidak nyenyak karena
nyeri yang dialaminya.
b. Faktor pencetus : Luka operasi SC
c. Lamanya keluhan : nyeri dirasakan hilang timbul
d. Timbulnya keluhan :
Bertahap
Mendadak
e. Faktor yang memperberat : nyeri bertambah apabila bergeser atau
berpindah posisi
f. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya : Mengelus-ngelus daerah
perut agar nyeri berkurang
g. Penyakit yang menyertai kehamilan sekarang : Preeklamsia Berat
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
a. Penyakit / Masalah yang pernah dialami
1) Riwayat kehamilan : Pasien mengatakan ini kehamilan ke 4. Pasien
pernah melahirkan 3 kali secara spontan/normal. Anak pertama, kedua dan ketiga
hidup.
24

2) Ginekologi : Anak pertama laki-laki lahir tahun 1999 dengan berat lahir
3000 gr, anak ke 2 laki-laki lahir tahun 2007 dengan berat 3000 dan anak ketiga
perempuan lahir tahun 2018 dengan berat lahir 2800 gr
3) Masa anak-anak : Tidak Terkaji
4) Kecelakaan : Tidak ada
5) Pernah di rawat
a) Diagnosa medis : Tidak pernah dirawat
b) Waktu : Tidak pernah dirawat
6) Operasi : Tidak pernah operasi
b. Alergi
Tidak memiliki riwayat alergi
c. Imunisasi (Yang bermasalah)
Tidak ada imunisasi yang bermasalah
d. Obat-obatan (yang sampai saat ini masih dikonsumsi)
Sumber : Tidak ada
Lamanya : Tidak ada
e. Pengalaman Menyusui : Pasien memiliki pengalaman menyusui pada
anak ke 1,2 dan 3 selama 6 bulan dengan ASI eksklusif
f. Riwayat KB : Pasien mengatakan mengikuti KB pil
4. Riwayat Kehamilan Saat Ini
1. HPHT : tidak terkaji pasien lupa
2. HPL : tidak terkaji
3. TB : 155 cm
4. BB sebelum hamil : 55 Kg
5. Penambahan BB selama hamil : 5 Kg
6. Lila :
25

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


1. Genogram

Keterangan
: Laki-laki
: Perempuan
-------- : Tinggal serumah
: Klien
: Garis hubungan
: Meninggal
: Abortus
: Cerai

Pasien mengatakan ibu pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi

III. DATA BIOLOGIS


Pola fungsi kesehatan kehidupan sehari – hari
Pola Kehidupan Sehari-
Saat Sehat Saat Sakit
No hari
1 Pola Nutrisi
. a. Makan
1) Jenis Nasi, lauk-pauk, sayur, Nasi, lauk-pauk, sayur,
buah buah
26

Pola Kehidupan Sehari-


Saat Sehat Saat Sakit
No hari
2) Frekuensi 3x/hari 3x/hari
3) Porsi 1 porsi 1 porsi
4) Pantangan Tidak ada Tidak ada
5) Total kunsumsi ±2000 kkal/hari ±2000 kkal/hari
6) Keluhan Tidak ada Tidak ada
b. Minum
1) Jenis Air putih Air putih
2) Frrekuensi ±8x/hari ±8x/hari
3) Porsi ± 250 ml sekali minum ± 250 ml sekali minum
4) Pantangan Tidak ada Tidak ada
5) Keluhan Tidak ada Tidak ada
2 Pola Eliminasi
. a. Urin (BAK)
1) Frekuensi 5-6x/ hari Terpasang kateter
2) Warna Kuning jernih Kuning jernih
3) Bau Amoniak Amoniak
4) Perasaan setelah Lega
BAK
5) Total produksi urine ± 550 cc ± 700 cc
6) Keluhan
Tidak ada

b. Alfi (BAB)
1) Frekuensi
1x/hari
2) Warna Belum BAB
Kuning
3) Konsistensi Lembek
4) Bau Khas
5) Keluhan Tidak ada
3 Pola Istirahat dan Tidur
. a. Tidur siang
27

Pola Kehidupan Sehari-


Saat Sehat Saat Sakit
No hari
1) Lamanya 2 jam 2 jam
2) Kualitas Nyenyak Kurang nyenyak
3) Kebiasaan sebelum Membaca doa Membaca doa
tidur
4) Perasaan waktu Segar Segar
bangun
5) Keluhan Tidak ada Kurang nyaman
karena kadang nyeri
b. Tidur malam
1) Lamanya 8 jam 8 jam
2) Kualitas Nyenyak Kurang nyenyak
3) Kebiasaansebelum Membaca doa Membaca doa
tidur
4) Perasaan setelah Segar Merasa mendingan
bangun
5) Keluhan Tidak ada Kurang nyaman
karena nyeri
4 Pola Aktivitas dan
. Kebersihan Diri
a. Personal hygiene
1) Mandi
a) Frekuensi 2x/hari 2x/hari
b) Sarana mandi Air bersih dan sabun Tisu basah
2) Gosok gigi
a) Frekuensi 2x/hari Belum gosok gigi
b) Sarana gosok gigi Pasta dan sikat gigi
3) Keramas
a) Frekuensi 3-4x/minggu Belum keramas
b) Sarana keramas Air bersih dan shampo
28

Pola Kehidupan Sehari-


Saat Sehat Saat Sakit
No hari
4) Kuku
a) Keadaan kuku Bersih, pendek Bersih, pendek
b) Frekuensi potong
kuku 1x/minggu 1x/minggu
5) Berhias
6) Keluhan Ya Ya
Tidak ada Tidak ada
5 Pola Reproduksi Seksual
. a. Menstruasi Pertama 12 tahun
b. Lama siklus 28 hari
c. Keputihan Tidak
d. Dismenorrhoe
Tidak
e. Masalah hubungan
Tidak ada
seksual
f. Operasi alat reproduksi
Tidak pernah

g. Keluhan
Tidak ada

IV. PENGETAHUAN IBU TENTANG


1. Senam hamil : Mengetahui
2. Kesiapan mental ibu dan keluarga : Baik
3. Pengetahuan ibu tentang tanda-tanda melahirkan, cara menangani nyeri,
proses persalinan : Mengetahui
4. Perawatan payudara : Mengetahui
5. Perawatan bayi : Mengetahui
6. Perawatan nifas : Mengetahui
7. Menyusui : Mengetahui
29

V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
a. Kesadaran : Compos mentis dengan GCS 15 (E: 4 V : 5 M : 6)
b. Penampilan : Rapih
c. Orientasi : Baik
d. Tanda-tanda vital
T :170/110 mmHg P : 105 x/menit RR : 20x/menit S : 36,5 oC
2. Sistem Pernapasan
Inspeksi : tidak ada penggunaan otot pernapasan, bentuk dada normal,
bentuk tulang belakang normal, warna kulit sawo matang, pergerakan dada
simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung, frekuensi napas
20x/menit, irama napas reguler.
Palpasi : tidak ada nyeri dada, tidak ada pembengkakan dada. Spo2 97%
Perkusi : pada paru kanan dan kiri resonan/sonor, pada
jantung dullnes/pekak.
3. Sistem Kardiovaskuler
Konjungtiva anemis, sklera anikterik, mukosa bibir kering, tidak ada
sianosis, irama jantung reguler, tidak ada bunyi jantung tambahan
(murmur/gallop), CRT 3detik, nadi kuat, tidak ada peningkatan JVP dan akral
dingin. TD : 170/110 mmHg, Nadi : 105 x/menit
4. Sistem Persyarafan
Fungsi penciuman baik, bentuk normal, fungsi penglihatan baik, reflek
pupil baik, reflek lapang pandang baik, fungsi menelan baik, lidah simetris, fungsi
pengecapan baik, orientasi tempat, waktu, dan orang baik, reflek patella baik.
5. Sistem Penglihatan
Kesimetrisan bola mata simetris, seklera anikterik, refleks pupil baik,
refleks lapang pandang baik, tidak ada pembengkakan mata, tidak ada edema
palpebra, tidak ada sekret pada mata, tidak ada strabismus.
6. Sistem Pendengaran
Bentuk telinga simetris, fungsi pendengaran baik, tidak ada pembengkakan
telinga, tidak ada sekret pada telinga, tidak ada nyeri tekan pada tulang mastoid
30

7. Sistem Perkemihan dan Genitalia


Genitalia normal, kebersihan baik, tidak ada pembengkakan ginjal, tidak
ada distensi kandung kemih, terpasang kateter 700 cc, tidak ada keluhan BAK.
8. Sistem Pencernaan
Inspeksi : mulut bersih, bentuk bibir simetris, mukosa bibir kering, lidah
bersih, tidak ada karies gigi, tidak ada tonsilitis, refleks mengunyah dan menelan
baik, dan tidak ada nyeri menelan.
Inspeksi bentuk abdomen : tidak ada striae, terdapat luka operasi sekitar
10-15 cm
Auskultasi : bising usus normal 9x/menit
Palpasi kuadran 1-4 : terdapat ada nyeri tekan dan lepas pada sekiar area
luka, turgor kulit menurun, tidak ada asites, dan tidak ada pembesaran hepar.
Perkusi kuadran 1-2 : timpani
9. Sistem Muskuloskeletal
Ekstrimitas atas : warna kulit sawo matang, bentuk simetris, tidak ada
sianosis, tidak ada pitting edema, kekuatan otot 4, tidak ada fraktur, tonus otot
baik, terpasang infus 2 jalur (RL) drip oxsitoxsin
Ekstrimitas bawah : bentuk simetris, tidak ada pitting edema, kekuatan otot
4, tidak ada fraktur, tonis otot baik, refleks patella baik.
10. Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan getah bening, tidak ada tremor
ekstrimitas, dan tidak ada keringat berlebih pada tangan.
11. Sistem Integumen
Warna kulit sawo matang, turgor kulit menurun, tidak ada kelainan kulit,
dan tidak ada edema. Suhu 36,5 oC
12. Genitalia
a. Edema vulva : Tidak ada
b. Varises : Tidak ada
c. Keputihan : Tidak ada
d. Kebersihan : Bersih
e. Condiloma : Tidak ada
31

f. Pembesaran kelenjar Bartolini : Tidak ada

VI. DATA PENUNJANG


N Jenis Tanggal Hasil Nilai Interpretasi
o Pemeriksaan Normal
Laboratorium
1 Hematologi 21/12/2021
. darah rutin
Leukosit 13,800 4.300- Meningkat
11.300/uL
Eritrosit 3.510ᶺ6UL 3.8-5.210ᶺ6uL Normal

Hemoglobin 10,2 g/dL 11.7-15.5g/ Menurun


dL
Hematokrit 31,1 % 35-47 % Menurun
Trombosit 289,000 uL 150.000- Normal
400.000 uL
MCV 89 fL 80-100 Normal
fL
MCH 29,1 pg 28-33 pg Normal
MCHC 32,9 33-36 Menurun
g/dL g/dL
RDW-CV 12,2 % 11.3- Normal
14.7 %
32

VII. PENGOBATAN
No Nama Dosis Waktu Cara Pemberian Keterangan
Obat
1. Inf RL 20 tpm 08.30 IV
2. Dexametason 2x1 09.20 IV

3 Cefotaxime 1 gr 20.00 IV Antibiotic

4 ondansentron 1 gr 20.00 IV

5 Ketorolac 1x 30 IV Analgetik
mg

VIII. ANALISA DATA


Tanggal, Data Senjang Penyebab / Etiologi Masalah TTD
Jam (DS dan DO) Keperawatan

21-12- Ds: pasien Sectio caesarea Nyeri Akut Kelompo


2021 mengeluh nyeri (D.0077) k1
jam pada daerah operasi
06.00 nyeri dirasa panas, Luka post operasi
bertambah jika ada
penekanan,
berkurang setelah Jaringan terputus
diberi obat, skala
nyeri 6 (0-10) dan
rasa nyeri hilang Merangsang pengeluaran
timbul histamine dan prostaglandin

Do:
- Pasien tampak Rangsangan ujung saraf
meringis perifer
33

- Nadi
105x/menit
- Tekanan Korteks mempersiapkan nyeri
Darah170/110
mmHg
- RR 20x/menit Nyeri Akut

21-12- Ds:- Sectio caesarea Gangguan Kelompo


2021 Do: Integritas Kulit k1
jam Terdapat luka (D.0192)
06.00 jahitan diperut Luka post operasi
dengan panjang
luka 10-15 cm,
keadaan luka bagus Jaringan terbuka
kering, kemerahan,
tidak ada pus.
Gangguan integritas kulit

21-12- DS : Pasien Sectio caesarea Ketidaknyaman Kelompo


2021 mengatakan kurang an Pasca k1
Jam 06.00 nyaman Partum
DO : Luka post operasi (D.0075)
- Pasien tampak
meringis
- TD 170/110 Timbul nyeri
mmHg
- Nadi
105x/menit Rasa kurang nyaman
- Terdapat luka
post SC
34

Ketidaknyamanan pasca
partum
21-12- DS:- Section casearea Risiko Perfusi Kelompo
2021 DO: Perifer tidak k1
jam - Akral dingin Efektif
06.00 - Nadi Luka post operasi (D.0048)
105x/menit
- Turgor kulit
menurun Perdarahan
- Hemoglobin
10,2 g/dL
(menurun) Suplai O2 menurun
- CRT 3 detik
- Konjungtiva
anemis Hb O2 menurun

Risiko perfusi perifer tidak


efektif

21-12- DS :- Section saesarea Risiko Infeksi Kelompo


2021 DO: (D.0142) k1
jam - Terdapat luka luka post operasi
06.00 jahitan diperut
dengan panjang
luka 10-15 cm, jaringan terbuka
keadaan luka bagus
kering, kemerahan,
tidak ada pus proteksi kurang
35

- Suhu 36,5oC
- Leukosit
13,800 /uL invasi bakteri
(meningkat)

Risiko infeksi

21-12- DS : Pasien Section saesara Gangguan Kelompo


2021 jam mengatakan nyeri mobilitas fisik k1
06.00 saat bergerak (D.0054)
DO : Post anastesi
- Pasien tampak
meringis
- Kekuatan otot Penurunan tonus otot
ekstremitas atas 4/4
- Kekuatan otos
ekstremitas bawah Penurunan kerja otot
4/4 ekstremitas

Gangguan mobilitas fisik

IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN MENURUT PRIORITAS


1. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik dd pasien mengeluh nyeri pada
daerah operasi nyeri dirasa panas, bertambah jika ada penekanan, berkurang
setelah diberi obat, skala nyeri 6 (0-10) dan rasa nyeri hilang timbul, Pasien
tampak meringis, Nadi 105x/menit, Tekanan Darah170/110 mmHg, RR 20x/menit
2. Gangguan Integritas kulit/jaringan b.d faktor pembedahan (SC) dd
Terdapat luka jahitan diperut dengan panjang luka 10-15 cm, keadaan luka bagus
kering, kemerahan, tidak ada pus.
36

3. Gangguan Mobilitas Fisik b.d efek agen farmakologis dd Pasien


mengatakan nyeri saat bergerak, Pasien tampak meringis, Kekuatan otot
ekstremitas atas 4/4, Kekuatan otos ekstremitas bawah 4/4
37

X. INTERVENSI/PERENCANAAN KEPERAWATAN
Perencanaan Keperawatan TTD
Tgl, No Tujuan Rencana Tindakan Rasional
Jam dx

21-12- 1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri O: untuk Kelomp


2021 keperawatan selama 3 x 24 jam O : identifikasi lokasi, mengetahui ok 1
Pkl di harapkan nyeri akut dapat karakteristik, durasi, lokasi,
07.00 teratasi dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas, karakteristik,
Indicator Ir E intensitas nyeri durasi,
r N : berikan teknik non frekuensi,
Keluhan nyeri 3 5 farmakologi untuk kualitas,
Skala nyeri 3 5 mengurangi rasa nyeri intensitas
Frekuensi nadi 4 5 E : ajarkan teknik nyeri
Tekanan darah 3 5 nonfarmakilogi untuk N : untuk
mengurangi rasa nyeri mengurangi
K : kolaborasi rasa nyeri
pemberian analgetik pada pasien
E : untuk
mengurangi
rasa nyeri
K : untuk
membantu
proses
penyembuhan
21-12- 2Setelah dilakukan tindakan Perawatan luka O : untuk Kelomp
2021 keperawatan selama 3 x 24 jam O : monitor karakteristik mengetahui ok 1
Pkl di harapkan gangguan integritas luka (mis drainase, monitor
07.00 kulit/jaringan dapat teratasi warna ukuran, bau) karakteristik
dengan kriteria hasil : - Monitor tanda-tanda luka (mis
Indicator Ir Er infeksi drainase,
Keadaan luka 4 5 N : pertahankan teknik warna ukuran,
Tanda-tanda 4 5 steril saat melakukan bau)
38

infeksi perawatan luka - Untu


E : anjurkan k mengetahui
mengkonsumsi makanan tanda-tanda
tinggi kalori dan protein infeksi
K : kolanorasi N : untuk
pemberian antibiotic mencegah
terjadinya
pada luka post
operasi
E : untuk
membatu
proses
penyembuhan
luka
K :
untuk
terjadinya
infeksi
21-12- 3Setelah dilakukan tindakan Dukungan mobilisasi O : untuk
2021 keperawatan selama 3 x 24 jam O : identifikasi adanya mengetahui
Pkl di harapkan gangguan mobilitas nyeri atau keluhan fisik adanya nyeri
07.00 fisik dapat teratasi dengan lainnya atau fisik
kriteria hasil N : libatkan keluarga lainnya
Indikator Ir Er untuk membantu pasien N :
Pergerakan 3 5 dalam meningkatkan untuk
Kekuatan otot 3 5 pergerakan membantu
E : ajarkan mobilisasi pasien
sederhana yang harus meningkatkan
dilakukan ( mis. Duduk pergerakan
di tempat tidur, duduk di E :
sisi tempat tidur, pindah untuk melatih
dari tempat tidur ke pasien dalam
39

kursi). melakukan
K:- mobilisasi
sederhana

XI. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

No. Tgl, Implementasi TTD Tanggal, Evaluasi TTD


DX Waktu Keperawatan Waktu
121-12- 1. Mengidentifikasi lokasi, Klmpk 21-12-21 S: Pasien Kelompok
1 2021 karakteristik, durasi, 1 Pkl 12.00 mengatakan nyeri 1
Pkl frekuensi, kualitas, WIB pada daerah operasi
08.00 intensitas nyeri nyeri dirasa panas,
WIB R: pasien mengeluh nyeri bertambah jika ada
pada daerah operasi nyeri penekanan,
dirasa panas, bertambah berkurang setelah
jika ada penekanan, diberi obat, skala
berkurang setelah diberi nyeri 5 (0-10) dan
obat, skala nyeri 6 (0-10) rasa nyeri hilang
dan rasa nyeri hilang timbul
timbul O:
08.10 2. Memberikan teknik non - Pasien tampak
farmakologi untuk meringis
mengurangi rasa nyeri - Nadi 90x/menit
R: pasien melakukan nafas - Tekanan
dalam Darah160/100
08.20 3. Mengajarkan teknik mmHg
nonfarmakilogi untuk - RR 20x/menit
mengurangi rasa nyeri A : Masalah belum
R : pasien mau mengikuti teratasi
4. Kolaborasi pemberian
analgetik P: Lanjutkan
40

08.30 R : Ketorolac 30 mg Intervensi


2 09.00 1. Memonitor karakteristik Klmpk 21-12-2021 S: - Kelompok
luka 1 Pkl 12.30 O: Terdapat luka 1
R : Terdapat luka jahitan WIB jahitan diperut
diperut dengan panjang dengan panjang
luka 10-15 cm, keadaan luka 10-15 cm,
luka bagus kering, keadaan luka bagus
kemerahan, tidak ada pus. kering
09.30 2. Memonitor tanda-tanda A: Masalah teratasi
infeksi sebagian
R : Suhu 36,5oC P : Lanjutkan
Leukosit 13,800 /uL intervensi
09.45 3. Mempertahankan teknik
steril saat melakukan
perawatan luka
R: perawatan luka
dilakukan sesuai sop dgn
teknik steril
10.00 4. Menganjurkan
mengkonsumsi makanan
tinggi kalori dan protein
R : pasien mengatakan iya
10.00 5. Kolanorasi pemberian
antibiotic
R: Cefotaxime 1 gr
3 10.30 1. Mengidentifikasi adanya Klmpk 21-12-2021 S: Pasien Kelompok
nyeri atau keluhan fisik 1 Pkl 13.00 mengatakan nyeri 1
lainnya WIB saat bergerak
R: pasien mengatakan nyeri O:
hanya dibagian luka - Pasien tampak
operasi meringis
10.45 2. Melibatkan keluarga - Kekuatan otot
41

untuk membantu pasien ekstremitas atas 4/4


dalam meningkatkan - Kekuatan otos
pergerakan ekstremitas bawah
R: keluarga membantu 4/4
pasien setiap kali pasien A : Masalah belum
melakukan pergerakan teratasi
10.50 3. Mengajarkan mobilisasi P : lanjutkan
sederhana yang harus Intervensi
dilakukan
R : Pasien berlatih miring
kanan miring kiri

XII. CATATAN PERKEMBANGAN


No. dx Tangg Tanda Tangan
al Catatan Perkembangan dan Nama Jelas
Waktu
I 22-12- S: Pasien mengatakan nyeri dibagian luka operasi Kelompok 1
21 berkurang, skala nyeri 3 (0-10)
06.00 O: TD 140/80 mmHg
42

Nadi 92x/menit
RR : 20x/menit
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
06.15 I: T : menganjurkan pasien teknik relaksai tarik nafas
dalam
R : pasien mau mengikuti anjuran
06.20 E: S: pasien mengatakan nyeri berkurang
O: skala nyeri 3 (0-10)
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
R:-
II 22-12- S: - Kelompok 1
2021 O: terdapat luka post operasi dengan panjang 10-15 cm,
07.00 keadaan luka bagus, merah, tidak ada pus
A:masalah teratasi sebagian
P:lanjutkan intervensi
07.20 I: T : melakukan perawatan
R : keadaan luka membaik
08.00 E: S: -
O: luka jahitan bagus, tidak ada pus
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
R:-
III 22-12- S: pasien mengatakan sudah bisa miring kanan dan Kelompok 1
2021 miring kiri
08.20 O: pasien melakukan pergerakan mobilisasi
A:masalah teratasi sebagian
P:lanjutkan intervensi
09.00 I: T : menganjurkan keluarga untuk mendampingi
pasien saaat melakukan mobilisasi dini
R : keluarga pasien mengatakan mau
43

mendampingi pasien
10.00 E: S: pasien mengatakan dirinya sudah bisa bergerak
O:
A:masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
R:-
BAB IV
PEMBAHASAN

Penulis akan membahas persamaan dan kesenjangan yang ada “Asuhan


Keperawatan Pada Ny.S dengan Gangguan Sistem Reproduksi Post Partum Sectio
Caesaria (SC) di Ruang Gedong Gincu Rumah Sakit Umum Daerah Indramayu.
Berdasarkan pengkajian yang penulis lakukan pada Ny.S selama 3 hari dari
tanggal 19-21 Oktober 2021, penulis mengangkat 3 diagnosa keperawatan
berdasarkan data – data pendukung yang ditemukan penulis. Dalam pembahasan
ini penulis membaginya dalam 5 (lima) langkah proses keperawatan yaitu
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi atau perencanaan, implementasi dan
evaluasi tindakan keperawatan.
A. Analisis Penyakit (Disease Analyse)
Sectio sesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin melahirkan
melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Wiknjosastro, 2010). Operasi
sectio caesarea adalah tindakan untuk melahirkan bayi melalui pembedahan
abdomen dan dinding uterus (Nugroho, 2011).
Ditinjau dari dari jenisnya, maka sectio caesaria dibagi menjadi tiga macam yaitu
Seksio cesarea klasik merupakan pembedahan secara Sanger. Insisi ini
ditempatkan secara vertical di garis tengah uterus. Kemudian yang kedua Seksio
cesarea transperitoneal profunda (supra cervicalis = lower segmen caesarean
section). Yang ketiga, Seksio cesarea diikuti dengan histerektomi (caesarean
hysterectomy = seksio histerektomi). Pembedahan ini merupakan section caesarea
yang dilanjutkan dengan pengeluaran uterus. Kemudian yang terakhir yaitu Seksio
cesarea ekstraperitoneal. Pembedahan ini dikerjakan untuk menghindari perlunya
histerektomi pada kasus-kasus yang mengalami infeksi luas dengan mencegah
peritonitis generalisata yang sering bersifat fatal (Prawirohardjo, 2010)

44
45

Penyebab atau indikasi dilakukannya Sectio Caesarea (SC) yaitu dibagi


menjadi 2 etiologi yang berasal dari ibu diantaranya pada primigravida dengan
kelainan letak, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin / panggul ), ada sejarah
kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, plasenta
previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat I – II. Kemudian
etiologi yang berasal dari janin seperti fetal distress / gawat janin, mal presentasi
dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil,
kegagalan persalinan vakum atau forceps ekstraksi.
Persalinan dengan Sectio Caesaria, memerlukan perawatan yang lebih
komprehensif yaitu perawatan post operatif dan post partum, manifestasi klinis
sectio saesarea menurut Dongoes 2010 yaitu nyeri akibat ada luka pembedahan,
adanya luka insisi pada bagian abdomen, fundus uterus terletak di umbilicus,
aliran lockhea sedang bebas membeku yang tidak berlebihan, kehilangan darah
selama prosedur pembedahan kira-kira 750 – 1000, biasanya terpasang kateter
urinarius, akibat nyeri terbatas untuk melakukan pergerakan.
Hasil pengkajian pada Ny. S pasien mengeluh nyeri, pada daerah operasi
nyeri dirasa panas, nyeri bertambah jika ada penekanan, berkurang setela diberi
obat, skala nyeri 6 (0-10) dan rasa nyeri hilang timbul. Terdapat luka jahitan di
perut dengan panjang luka 10-15 cm, keadaan luka bagus kering, kemerahan,
tidak ada pus. Pasien tampak meringis di sertai mengeluh pergerakanya terbatas
dan tidurnya tidak nyenyak karena nyeri yang di alamiya.
Pemeriksaan Abdomen inspeksi bentuk abdomen : tidak terdapat striae,
terdapat luka operasi sekitar 10-15 cm Auskultasi : bising usus normal 9x/menit.
Palpasi kuadran 1-4 : terdapat ada nyeri tekan dan lepas pada sekiar area luka,
turgor kulit menurun, tidak ada asites, dan tidak ada pembesaran hepar. Perkusi
kuadran 1-4 : timpani. Kemudian pemeriksaan sistem perkemihan dan genitalia
normal, kebersihan baik, tidak ada pembengkakan ginjal, tidak ada distensi
kandung kemih, terpasang kateter 700 cc, tidak ada keluhan BAK.
Pada pemeriksaan hasil laboratorium tanggal 19 Oktober 2021 didapatkan
leukosit 13.800 uL nilai normal (4.300-11.300 uL) menunjukan adanya risiko
peradangan. Berdasarkan data yang ada secara spesifik tidak ada kesenjangan

45
46

yang signifikan anatara kasus Ny. S dengan teori yang telah dikemukakan oleh
beberapa ahli.

B. Analisis Diagnosa Keperawatan (Nursing Diagnose Analyse)


Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau
kelompok. Perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunka, membatasi,
mencegah dan merubah (Carpenito, 2000).
Diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan teori adalah Nyeri akut
b.d agen pencedera fisik d.d tampak meringis, bersikap protektif. Gangguan
integritas kulit atau jaringan b.d faktor pembedahan (sc) d.d terdapat luka jahitan
dan perut dengan panjang luka 10-15 dmkeadaan luka bagus kering, kemerahan,
tidak ada pus.
Semantara itu berdasarkan hasil pengkajian yang didapat, penulis
menegakan 3 (tiga) diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d pasien mengeluh nyeri pada
daerah oerasi nyeri dirasa panas, nyeri bertambah bila ada tekanan, berkurang bila
sudah di beri obat, skala nyeri 6 dari (1-10), dan rasa nyeri hilang timbul pasien
tampak meringis.
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan. (SDKI, 2017). Adapun batasan karakteristik dari diagnosis nyeri akut
dengan data mayor adalah mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah,frekuensi
nadi meningkat, sulit tidur. Sedangkan data minor adalah tekanan darah
meningkat, pola napas berubah, nafsumakan berubah (SDKI, 2021).
2. Gangguan integritas kulit b.d faktor mekanis (sectio caesarea) d.d
mengeluh nyeri, dan pasien tampak meringis dan terdapat luka post sc 10-15 cm
Gangguan integritas kulit adalah kerusakan kulit (dermis dan/atau
epidermis) atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang,
47

kartilago, kapsul sendi dan/atau ligamen). (SDKI, 2017). Adapun batasan


karakteristik dari diagnosis Gangguan integritas kulit dengan data mayor adalah
kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit. Sedangkan data minor adalah nyeri,
perdarahan, kemerahan, dan hematoma (SDKI, 2017).
Diagnosa yang kedua yang penulis ambil adalah gangguan integritas kulit,
alasan penulis menegakan diagnose ini adalah karena sangat mendukung. Menurut
SDKI (2017) dalam menegakan diagnose perlu adanya 80% data mayor agar
diagnose dapat ditegakan. Diagnosa ini ditegakan karena ditemukan data subjektif
diantaranya pasien mengeluh nyeri. Nyeri dirasakan bertambah jika ada
penekanan. Nyeri dirasakan panas pada area luka operasi dengan skala nyeri 6 (0-
10) dan dirasakan hilang timbul. Sedangkan data objektif diantaranya pasien
tampak meringis dan terdapat luka post sc 10-15 cm
Menurut Dongoes (2010) Pasien dengan sectio caesarea memiliki tanda
dan gejala seperti nyeri akibat ada luka pembedahan dan adanya luka insisi pada
bagian abdomen. sehingga penulis mengangkat diagnosa gangguan integritas kulit
sebagai diagnosa kedua.
3. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri d.d pasien mengeluh pergerakannya
terbatas dan tonus otot 4
Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari
satu atau lebih ekstrimitas secara mandiri. Adapun batasan karakteristik dari
diagnosis gangguan mobilitas fisik dengan data mayor adalah mengeluh sulit
menggerakan ekstrimitas, kekuatan otot menurun, dan rentang gerak (ROM)
menurun. Sedangkan data minor adalah nyeri saat bergerak, enggan melakukan
pergerakan, merasa cemas saat melakukan pergerakan, sendi kaku, gerakan tidak
terkoordinasi, gerakan terbatas, dan fisik lemah (SDKI, 2017).
Diagnosa ini ditegakan karena sangat mendukung dengan ditemukannya
data subjektif diantaranya pasien mengeluh pergerakannya terbatas karena nyeri.
Sedangkan data objektifnya adalah pasien tampak meringis dan kekuatan otot 4.
Menurut Dongoes (2010) Pasien dengan sectio caesarea memiliki tanda dan gejala
seperti nyeri akibat ada luka pembedahan, adanya luka insisi pada bagian
abdomen. Akibat rasa nyeri tersebut pasien menjadi terbatas untuk melakukan
48

pergerakan sehingga penulis mengangkat diagnosa gangguan mobilitas fisik


sebagai diagnosa ketiga.

C. Analisis Intervensi Keperawatan (Nursing Intervetion Analyse)


Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Intervensi dilakukan untuk membantu pasien mencapai hasil yang diharapkan.
Intervensi keperawatan harus spesifik dan dinyatakan dengan jelas.
Pengelompokan seperti bagaimana, kapan, dimana, frekuensi, dan
besarnya menunjukkan isi dari aktivitas yang direncanakan. Intervensi
keperawatan dapat di bagi menjadi dua yaitu mandiri atau dilakukan oleh perawat
dan kolaboratif atau yang dilakukan bersama dengan pemberi perawatan lainnya.
Tahap perencanaan berfokus pada memprioritaskan masalah, merumuskan tujuan
dan kriteria hasil, membuat instruksi keperawatan, dan mendokumentasikan
rencana asuhan keperawatan. Tujuan dilakukannya perencanaan asuhan
keperawatan adalah meningkatkan komunikasi antara pemberi asuhan
keperawatan, memberikan asuhan secara langsung dan di dokumentasikan, catatan
dapat digunakan untuk evaluasi penelitian dan aspek legal serta sebagai
dokumentasi bukti untuk layanan asuransi (Deswani, 2009).
Dalam penulisan makalah ini penulis membuat 3 intervensi sesuai dengan
diagnosa yang penulis tegakkan. Diagnosa pertama yaitu Nyeri Akut b.d agen
pencedera fisik dd pasien mengeluh nyeri pada daerah operasi nyeri dirasa panas,
bertambah jika ada penekanan, berkurang setelah diberi obat, skala nyeri 6 (0-10)
dan rasa nyeri hilang timbul, Pasien tampak meringis, Nadi 105x/menit, Tekanan
Darah170/110 mmHg, RR 20x/menit. Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam, diharapkan nyeri pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil
adalah keluhan nyeri berkurang, meringis berkurang, kesulitan tidur berkurang.
Selanjutnya akan diuraikan intervensi, yaitu. Identifikasi lokasi, krakteristik,
kualitas dan intensitas nyeri. Rasionalnya adalah untuk mengetahui lokasi,
krakteristik, kualitas dan intensitas nyeri. Berikan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri. Rasionalnya adalah untukmengurangi rasa nyeri pada pasien.
49

Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri. Rasionalnya adalah


untuk mengurangi rasa nyeri. Kolaborasi pemberian anal getik. Rasionalnya
adalah untuk mengurangi rasa nyeri pasien.
Diagnosa kedua yaitu Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan
faktor mekanis (sectio caesaria) sekitar 10-15 cm. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan gangguan integritas kulit pasien dapat
teratasi dengan kriteria hasil : kerusakan jaringn kulit berkurang, kerusakan
lapisan kulit berkurang, nyeri berkurang. Selanjutnya akan diuraikan intervensi,
yaitu Monitor tanda infeksi rasionalnya adalah untuk mengetahui terjadi infeksi
atau tidak; Lepaskan balutan dan plester secara perlahan rasionalnya adalah
Memberi kenyamanan pada pasien; bersihkan dengan cairan NaCl rasionalnya
adalah penyebaran mikroorganisme; Pasang balutan sesuai jenis luka rasionalnya
adalah mencegah terjadinya infeksi; Pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka rasionalnya adalah mencegah terjadinya infeksi; Ganti balutan
seusai indikasi rasionalnya adalah mencegah terjadinya infeksi; Anjurkan
mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan tinggi protein rasionalnya adalah
mempercepat proses penyembuhan; Kolaborasi pemberian antibiotik (cefotaxim).
Diagnosa ketiga yaitu gangguan mobilitas fisik b.d nyeri d.d pasien
mengeluh pegerakannya terbatas dan tonus otot 4. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan gangguan mobilitas fisik dengan
Kriteri hasil : nyeri berkurang, gerakan tidak terbatas, kelemahan fisik berkurang .
Selanjutnya akan diuraikan intervensi, yaitu identifikasi adanya nyeri atau keluhan
fisik rasionalnya adalah untuk mengetahui ada nyeri atau tidak; libatkan keluarga
dalam meningkatkan pergerakan rasionalnya adalah untuk memudahkan pasien
dalam melakukan pergerakan; ajarkan mobilisasi sederhana rasionalnya adalah
pasien mampu melakukan aktivitas sendiri.

D. AnalisiS Tindakan Keperawatan (Nursing Implantation Analyse)


Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatannya yang lebih
baik dengan menggambarkan kriteria hasil sesuai yang diharapkan (Potter &
50

Perry, 2009). Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, penulis berkaloborasi


dengan tim medis lain serta melibatkan keluarga untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Implementasi kasus ini selama 3x24 jam, selama pasien masih
menjalani perawatan di ruang Gincu 3 RSUD Indramayu sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang telah ditegakan.
Adapun tindakan keperawatan yang penulis susun berdasarkan diagnosa
yang diangkat adalah sebagai berikut :
1. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik dd pasien mengeluh nyeri pada
daerah operasi nyeri dirasa panas, bertambah jika ada penekanan, berkurang
setelah diberi obat, skala nyeri 6 (0-10) dan rasa nyeri hilang timbul, Pasien
tampak meringis, Nadi 105x/menit, Tekanan Darah170/110 mmHg, RR 20x/menit
Implentasi untuk diagnosa keperawatan yang pertama adalah
mengidentifikasi lokasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri tindakan tersebut
dilakukan untuk mengetahui karakteristik nyeri.
Implentasi untuk diagnosa keperawatan yang kedua adalah memberikan
teknik nonfarmakologi tindakan tersebut dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri.
Implentasi untuk diagnosa keperawatan yang ketiga adalah mengajarkan
teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri tindakan tersebut dilakukan
untuk mengurangi nyeri yang di alami oleh pasien.
Implentasi untuk diagnosa keperawatan yang keempat adalah
mengkolaborasikan pemberian analgetik tindakan tersebut dilakukan untuk
mengurangi rasa nyeri pasien.

1. Gangguan Integritas Kulit b,d faktor mekanis (sectio caesaria) sekitar


10-15 cm d.d pasien mengeluh nyeri, pasien tampak meringis dan terdapat luka
post sc 10-15 cm
Implentasi untuk diagnosa keperawatan yang pertama adalah
memonitor tanda infeksi tindakan tersebut dilakukan untuk mengetahui tanda-
tanda infeksi.
Implentasi kedua adalah perawatan luka (Melepaskan balutan dan plester
secara perlahan, membersihkan dengan cairan NaCl, memasang balutan sesuai
51

jenis luka, mempertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka,


mengganti balutan seusai indikasi. Tindakan tersebut dilakukan merupakan upaya
untuk mendapatkan penyembuhan luka yang optimal, mencegah terjadinya infeksi
dan mengatasi rasa nyeri.
Implemtasi yang ketiga yaitu menganjurkan mengkonsumsi makanan
tinggi kalori dan tinggi protein, tindakan tersebut dilakukan untuk dapat
membantu meningkatkan metabolisme membakar lemak.
Implentasi yang keempat yaitu mengkolaborasi pemberian antibiotik
(cefotaxim) melalui IV, tindakan tersebut dilakukan untuk mengobati infeksi
bakteri.
2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri d.d pasien mengeluh pegerakannya
terbatas dan tonus otot 4
Implentasi untuk diagnosa keperawatan yang pertama yaitu
mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik tindakan tersebut dilakukan
untuk mengetahui keluhan pasien. Pasien mengatakan nyeri, nyeri bertambah
apabila bergerak dan berganti posisi. Nyeri diarea luka SC dengan skala 5 yang
dirasakan hilang timbul.
Implementasi yang kedua adalah melibatkan keluarga dalam
meningkatkan pergerakan tindakan tersebut dilakukan untuk mendapatkan
dukungan dan support dari keluarga.
Implentasi yang ketiga adalah mengajarkan mobilisasi sederhana tindakan
tersebut dilakukan agar pasien tidak ada kekakuan saat melakukan pergerakan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Post Sectio Caesaria (SC) adalah seseorang yang telah menjalani
pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding
uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam
rahim. Tidak ada indikator mutlak untuk kelahiran sesar, tetapi kebanyakan
dilakukan berdasarkan keuntungan ibu dan janin: Indikasi sectio caesarea bisa
dibedakan menjadi indikasi absolut atau relatif. Setiap keadaan yang membuat
kelahiran lewat jalan lahir tidak mungkin terlaksana merupakan indikasi absolut
untuk sectio abdsominal. Diantaranya adalah kesempitan panggul yang sangat
berat dan neoplasma yang menyumbat jalan lahir. Pada indikasi relatif, kelahiran
lewat vagina bisa terlaksana tetapi keadaan adalah sedemikian rupa sehingga
kelahiran lewat sectio caesarea akan aman bagi ibu, anak, ataupun keduanya
(Oxorn, 2010).
Dalam mendiagnosa sectio caesarea, seorang perawat terlebih dahulu.
melakukan anamnesa tentang riwayat kesehatan dan kebiasaan hidup (termasuk
asupan cairan). Pemeriksaan fisik diperlukan untuk memeriksa kemungkinan
kondisi yang dapat berpengaruh terhadap masalah dan pemeriksaan diagnostik
maupun penunjang jika dibutuhkan.

B. Saran
Sebagai perawat sehubungan dengan rumitnya kondisi pasien dengan
seksio sesarea maka diharapkan dalam pelaksanaan perawatan dalam hal ini
pemberian asuhan keperawatan memperhatikan beberapa hal berikut:
1. Perubahan dalam pemenuhan kebutuhan manusia sangat
dipengaruhi oleh persepsi individu yang berbeda antara satu dengan
yang lain. Hal ini akan membawa konsekuensi terhadap permasalahan
keperawatan yang ditegakan pada setiap individu.

52
53

2. Untuk merencanakan asuhan keperawatan yang tepat untuk


seseorang.
harus mengadakan pendekatan melalui karakteristik individu yang
mempersepsikan dalam situasi yang memunyai makna bagi kita.
DAFTAR PUSTAKA

Amru & Sofian. (2012). Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri : Obsteri Operatif
Obstetri Social edisi 3 jilid 1&2. EGC : Jakarta.
Buku Bobak. (2010) Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC.
Kirana. (2015). Hubungan Tingkat Kecemasan Post Partum dengan Kejadian Post
Partum Blues Di Rumah Sakit Dustira Cimahi. Jurnal Ilmu Keperawatan.
Oxorn H, Wiliam R, Forte. (2010). Ilmu kebidanan, Patologi & Fisiologi
Persalinan.Yogyakarta: Yayasan Essentia Medika (YEM).
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta
Resmi & Siti. (2013). Perpajakan: Teori dan Kasus, Edisi 7. Jakarta : Salemba
Empat.
Sukarni, I & Wahyu, P. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta:
Nuha Medika

54

Anda mungkin juga menyukai