Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan karunia-Nya dan nikmat sehat yang tiada henti-hentinya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Ny S Dengan post operasi sectio caesarea Diruang Gincu
3 Rsud Indramayu”.
Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu
dan mendukung sehingga makalahini dapat diselesaikan dengan baik diantaranya :
1. Drs. H. Turmin, B.Sc., Ketua Pengurus Yayasan Indra Husada
Indramayu, yang telah menjadi inspirator bagi kami.
2. M Saefulloh, S.Kep., M.Kep., Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKes) Indramayu, yang selalu mendukung dan memotivasi kami.
3. Wiwin Nur Aeni, S.Kep.,Ns., M.Kep., Ketua Program Studi Profesi
Ners STIKes Indramayu, yang selalu memberikan motivasi kepada kami.
4. Seluruh dosen dan staff STIKes Indramayu
5. Pembimbing klinik/Clinical Instrukture (CI) RSUD Indramayu
6. Rekkan-rekan seperjuangan prorram studi profesi ners angkatan XV
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya
bagi pembaca sekalian. Jika ada kekurangan dalam penulisan makalahini. Kami
sangat berterimakasih apabila ada saran dan kritik bagi penulis yang sifatnya
membangun sehingga akan memperbaiki kualitas kami ini.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan ..................................................................................................2
D. Manfaat ................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. KONSEP PREEKLAMSIA BERAT
A. Pengertian Preeklamsia Berat...........................................................4
B. Etiologi Preeklamsia Berat...............................................................4
C. Patofisiologi Preeklamsia Berat.......................................................6
D. Manifestasi Klinis Preeklamsia Berat..............................................6
E. Komplikasi Preeklamsia Berat.........................................................6
F. Penatalaksanaan Medis Preeklamsia Berat......................................7
2. KONSEP SECTIO CAESAREA
A. Pengertian Section Caesarea............................................................7
B. Etiologi Section Caesarea.................................................................8
C. Klasifikasi Section Caesarea............................................................8
D. Patofisiologi Section Caesarea.........................................................9
E. Manifestasi Klinis............................................................................11
F. Komplikasi.......................................................................................11
G. Penatalaksanaan Medis....................................................................12
H. Pengkajian........................................................................................13
I. Pemeriksaan penunjang....................................................................14
J. Analisa Data...........................................................................................15
K. Diagnosa Keperawatan.....................................................................17
L. Perencanaan Keperawatan................................................................18
BAB III TINJAUAN KASUS....................................................................22
ii
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................44
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................52
B. Saran.....................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan
dengan presentasi kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Sukarni &
wahyu, 2013). Post Partum merupakan periode waktu atau masa dimana organ-
organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil membutuhkan waktu
sekitar 6 minggu. Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut
masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu.
Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampaiorgan-organ
reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Kirana, 2015).
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6
minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke
keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010).
Angka kejadian sectio caesarea di dunia pada tahun 2010 berdasarkan World
Health Organization (WHO) mencapai 10% sampai 15% per 1.000 proses
persalinan. Di negara maju angka persalinan sectio caesarea mencapai15% dari
sebelumnya 5% pada tahun 2010. Sedangkan di negara berkembang seperti
Kanada angka sectio caesarea mencapai 21% dari seluruh persalinan (Husna,
2012). Di Indonesia angka kejadian sectio caesarea dalam kurun waktu 20 tahun
terakhir dari 5% menjadi 20% pada tahun 2010.
1
2
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep asuhan keperawatan teori pada pasien sectio
caesarea?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien sectio caesarea di ruang
Gincu 3?
3. Bagaimana konsep analisis data pada pasien dengan sectio caesarea di
ruang Gincu 3?
4. Bagaimana cara pengaplikasian intervensi dan implementasi pada kasus
sectio caesarea?
C. TUJUAN
1. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien sectio caesarea
2. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien sectio caesarea di ruang
Gincu
3. Menganalisa konsep asuhan keperawatan pada pasien sectio caesarea.
4. Memahami dan mengaplikasian intervensi dan implementasi pada kasus
sectio caesarea.
D.MANFAAT
1. Manfaat Bagi Penulis
Diharapkan mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien post
operasi sectio cesaria dapat dilakukan intervensi yang tepat sesuai dengan
keadaan/kondisi pasien.
2. Manfaat Bagi Ilmu Keperawatan
Diharapkan dengan adanya asuhan keperawatan pada pasien post operasi
sectio cesaria dapat menjadi referensi tambahan dalam mengembangkan
keilmuan, serta sebagai acuan untuk melakukan penelitian dalam penegakkan
diagnosa dan intervensi yang tepat.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
B. ETIOLOGI
Penyebab preeklamsia sampai sekarang belum diketahui secara pasti, tetapi Pada
umumnya disebabkan oleh (vasopasme arteriola). Faktor – faktor lain yang dapat
diperkirakan akan mempengaruhi timbulnya preeklamsia yaitu sebagai berikut :
1. Usia Ibu
Usia merupakan usia individu terhitung mulai saat individu dilahirkan sampai
saat berulang tahun, semakin cukup usia, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam proses berfikir. Insiden tertinggi pada kasus preeklampsia pada
usia remaja atau awal usia 20 tahun, namun prevalensinya meningkat pada wanita
dengan usia diatas 35 tahun.
5
2. Usia Kehamilan
Preeklampsia biasanya akan muncul setelah usia kehamilan minggu ke 20,
gejalanya yaitu kenaikan tekanan darah. Jika terjadi di bawah usia kehamilan 20 minggu,
masih dikategorikan dalam hipertensi kronik. Sebagian besar kasus preeklampsia terjadi
pada minggu > 37 minggu dan semakin tua usia kehamilan maka semakin berisiko
terjadinya preeklampsia.
3. Paritas
Paritas merupakan keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu.
Menurut Manuaba paritas adalah wanita yang pernah melahirkan dan dibagi menjadi
beberapa istilah:
a. Primigravida: seorang wanita yang telah melahirkan janin untuk pertama
kalin
b. Multipara: seorang wanita yang telah melahirkan janin lebih dari satu kali.
c. Grande Multipara: wanita yang telah melahirkan janin lebih dari lima kali.
4. Riwayat Hipertensi / preeklamsia
Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya adalah faktor utama.
Kehamilan pada wanita yang memiliki riwayat preeklampsia sebelumnya berkaitan
dengan tingginya kejadian preeklampsia berat, preeklampsia onset dini, dan dampak
perinatal yang buruk
5. Genetik
Riwayat preeklampsia pada keluarga juga dapat meningkatkan risiko hampir tiga
kali lipat adanya riwayat preeklampsia. Pada ibu dapat meningkatkan risiko sebanyak 3,6
kali lipat
6. Penyakit Terdahulu (Diabetes Militus)
Jika sebelum hamil ibu sudah terdiagnosis diabetes, kemungkinan akan terkena
preeklampsia meningkat 4 kali lipat. Sedangkan untuk kasus hipertensi, prevalensi
preeklampsia pada ibu dengan hipertensi kronik lebih tinggi dari pada ibu yang tidak
menderita hipertensi kronik.
7. Obesitas
Terjadinya peningkatan risiko munculnya preeklampsia pada setiap peningkatan
indeks masa tubuh. Sebuah studi kohort mengemukakan bahwa ibu dengan indeks masa
tubuh >35 akan memiliki risiko mengalami preeklampsia sebanyak 2 kali lipat.
6
C. PATHOFISIOLOGI
Pada preeklamsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan ritensi garam
serta air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteiola glomelurus. Dalam
beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh
satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka
tekanan darah akan naik, sehingga usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar
oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan serta edema yang
disebabkan oleh penimbunan air yang yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum
diketahui penyebabnya, mungkin karena retensi air serta garam. Proteinuria dapat
disebabkan oleh spasme arteliola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Sakit kepala
2. Hipertensi
3. Nyeri pada epigastrium
4. Proteinuria
5. Edema
6. Berat badan meningkat
7. Mual dan muntah
8. Diplobia
9. Penglihatan kabur
E. KOMPLIKASI
1. Komplikasi pada ibu
a. Eklamsia.
b. Perdarahan subkapsula hepar.
c. Kelainan pembekuan darah disseminated intravascular coagulation (DIC).
d. Sindrom HELLP (hemolysis, elevated, liver, enzymes, dan low platelet
7
count).
e. Gagal jantung hingga syok dan kematian.
2. Komplikasi pada janin
a. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus.
b. Premature
c. Asfiksia neonatorum.
d. Kematian janin dalam uterus.
e. Peningkatan angka kematian
F. PENATALAKSAAN MEDIS
1. Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama
dan 30 menit pada 4 jam kemudian.
2. Pantau perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat
3. Mobilisasi
4. Infus dextrosa 5% setiap 1lt diselangi RL
5. Diet cukup protein, rendah karbo lemak dan garam
6. Obat anti kejang
7. Diuretik
8. Anti hipertensi
9. kardioto
A. ETIOLOGI
1. Etiologi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai
kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin / panggul ), ada
sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul,
plasenta previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat I – II,
komplikasi kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM). Gangguan perjalanan
persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya).
2. Etiologi yang berasal dari janin
Fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin,
prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil,kegagalan persalinan vakum atau
forceps ekstraksi (Nurarif & Hardhi, 2015).
B. KLASIFIKASI
Klasifikasi Sectio Caesarea menurut (Hary Oxorn dan Wiilliam R. Forte,
2010).
1. Segmen bawah : Insisi melintang
Karena cara ini memungkinkan kelahiran per abdominam yang aman
sekalipun dikerjakan kemudian pada saat persalinan dan sekalipun dikerjakan
kemudian pada saat persalinan dan sekalipun rongga Rahim terinfeksi, maka insisi
melintang segmenn bawah uterus telah menimbulkan revolusi dalam pelaksanaan
obstetric.
2. Segmen bawah : Insisi membujur
Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama seperti insisi
melintang, insisi membujur dibuat dengan scalpel dan dilebarkan dengan gunting
tumpul untuk menghindari cedera pada bayi.
8
9
C. PATHOFISIOLOGI
Terjadi kelainan pada ibu dan kelainan pada janin menyebabkan persalinan
normal tidak memungkinkan dan akhirnya harus diilakukan tindakan sectio
caesarea, bahkan sekarang sectio caesarea menjadi salah satu pilihan persalinan
(Sugeng, 2010). Adanya beberapa hambatan ada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat dilahirkan secara normal, misalnya plasenta previa,
rupture sentralis dan lateralis, pannggul sempit, partus tidak maju (partus lama),
pre-eklamsi, distokksia service dan mall presentasi janin, kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu sectio caesarea
(SC). Dalam proses operasinya dilakukan tindakan yang akan menyebabkan
pasien mengalami mobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah gangguan
mobilitas fisik.
Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan
pasien tidak mampu melakukan aktifitas perawatan diri pasien secara mandiri
sehingga timbul masalah defisit perawatan diri. Kurangnya informasi mengenai
proses pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi akan menimbulkan
masalah ansietas pada pasien. Selain itu dalam proses pembedahan juga akan
dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan
inkontinuitas jaringan, pembuluh darah dan saraf-saraf di daerah insisi. Hal ini
akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan
menimbulkan rasa nyeri. Setelah semua proses pembedahan berakhir, daerah
10
insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post operasii, yang bila tidak dirawat
dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi.
Pathway SC
11
D. MANIFESTASI KLINIS
Persalinan dengan Sectio Caesaria, memerlukan perawatan yang lebih
komprehensif yaitu perawatan post operatif dan post partum, manifestasi klinis
sectio saesarea menurut Dongoes 2010 yaitu :
1. Nyeri akibat ada luka pembedahan
2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3. Fundus uterus terletak di umbilicus
4. Aliran lockhea sedang bebas membeku yang tidak berlebihan
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 750 – 1000
6. Menahan batuk akibat rasa nyeri yang berlebihan
7. Biasanya terpasang kateter urinarius
8. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
9. Akibat nyeri terbatas untuk melakukan pergerakan
10. Bonding attachment pada anak yang baru lahir.
E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin muncul dari tindakan sectio saesarea adalah
komplikasi pembiusan, perdarahan pasca operasi sectio caesarea, syok
perdarahan, obstruksi usus, gangguan pembekuan darah, dan cedera organ
abdomen seperti usus, ureter, kandung kemih, pembuluh darah. Pada sectio
saesarea juga bisa terjadi infeksi sampai sepsis apalagi pada kasus dengan ketuban
pecah dini. Dapat juga terjadi komplikasi pada bekas luka operasii (Anggi, 2011).
Hal yang sangat mempengaruhi atau komplikasi pasca operasi yaitu
infeksi jahitan pasca sectio saesarea, infeksi ini terjadi karena banyak faktor,
seperti infeksi intrauteri, adanya penyakit penyerta yang berhubungan dengan
infeksi misalnya, abses tuboofaria, apendiksitis akut/perforasi. Diabetes mellitus,
gula darah tidak terkontrol, kondisi imunokompromised misalnya, infeksi HIV,
Tuberkulosis atau sedang mengkonsumsi kortikosteroid jangka panjang, gisi
buruk, termasuk anemia berat, sterilitas kamar operasi dan atau alat tidak terjaga,
alergi pada materi benang yang digunakan daan kuman resisten terhadap
12
antibiotic. Akibat infeksi ini luka bekas sectio caesarea akan terbuka dalam
minggu pertama pasca operasi. Terbukanya luka bisa hanya kulit dan subkulit
saja, bisa juga sampai fascia yang disebut dengan bust abdomen. Umumnya, luka
akan bernanah atau ada eksudat dan berbahaya jika dibiarkan karena kuman
tersebut dapat menyebar melalui aliran darah. Luka yang terbuka akibat infeksi itu
harus dirawat, dibersihkan dan dilakukan kultur dari caiiran luka tersebut
(Valleria, 2012).
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalakanaan yang diberikan pada pasien Post SC diantaranya:
1. Penatalaksanaan secara medis
a. Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan seperti Asam
Mefenamat, Ketorolak, Tramadol.
b. Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang hebat.
c. Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain.
Walaupun pemberian antibiotika sesudah Sectio Caesaria efektif dapat
dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan.
d. Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl.
2. Penatalaksanaan secara keperawatan
a. Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama
dan 30 menit pada 4 jam kemudian.
b. Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat
c. Mobilisasi
Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat tidur
dengan dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua penderita sudah dapat
berjalan ke kamar mandi dengan bantuan.
d. Pemulangan
Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada hari
kelima setelah operasi
13
G. PENGKAJIAN
1. Pengkajian dasar data klien
Tinjauan ulang catatan pre natal dan intra operatif dan adanya indikasi
untuk kelahiran caesarea.
2. Sirkulasi
Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800ml.
3. Integritas ego
Dapat menunjukkan labilitas emosional dan kegembiraan sampai
ketakutan, marah atau menarik diri klien / pasangan dapat memiliki pertanyaan
atau salah terima pesan dalam pengalaman kelahiran mungkin mengekspresikan
ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru.
4. Eliminasi
Kateter urinarius indwelling tidak terpasang, urine jernih, bau khas
amoniak, bising usus tidak ada, samar/jelas.
5. Makanan / Cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal. Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi dibawah tingkat anestesi spinal epidural.
6. Nyeri / Ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dan berbagai sumber misalnya
trauma bedah/insisi, nyeri penyerta, distensi kandung kemih/abdomen, efekefek
anestesi, mulut mungkin kering.
7. Pernafasan
Bunyi paru jelas dan vesikuler
8. Keamanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda/kering dan utuh, jalur
parenteral bila digunakan, paten dan insisi bebas eritema, bengkak dan nyeri tekan
9. Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus aliran lochea sedang dan
bebas, bekuan berlebihan / banyak.
10. Pemeriksaan diagnostik
14
Jumlah darah lengkap Hb/Ht, mengkaji perubahan dan pra operasi dan
mengevaluasi efek kehilangan daerah pada pembedahan.
Urinalisis : kultur urine, darah vagina dan lochea, pemeriksaan tambahan
didasarkan pada kebutuhan individual.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
2. Pemantauan EKG
3. JDL dengan diferensial
4. Elektrolit
5. Hemoglobin/Hematokrit
6. Golongan Darah
7. Urinalis
8. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
9. Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi.
10. Ultrasound sesuai pesanan.
I. ANALISA DATA
No Data Senjang Etiologi / Penyebab Masalah
DS dan DO Keperawatan
1. DS : Sectio caesarea Gangguan
- Mengeluh sulit mobilitas fisik
menggerakkan ekstremitas Post anastesi (D.0054)
- Rentang gerak
(ROM) menurun
- Sendi kaku
- Gerakan tidak
terkoordinasi
- Gerakan terbatas
- Fisik lemah
2. DS : - Sectio caesarea Resiko infeksi
DO : - (D.0142)
Luka post operasi
Jaringan terbuka
Proteksi kurang
Invasi
bakteri
Resiko infeksi
3. DS : Sectio caesarea Nyeri akut
- Mengeluh nyeri (D.0077)
DO : Luka post operasi
- Tampak meringis
- Bersikap protektif Jaringan terputus
Nyeri akut
4. DS : Sectio caesarea Konstipasi
- Defekasi kurang (D. 0049)
dari 2 kali dalam seminggu Post anastesi
- Pengeluaran feses
Penurunan tonus otot
lama dan sulit
- Mengejan saat
Penurunan kerja otot
defekasi
eliminasi
DO :
- Feses keras
Penurunan peristaltik
- Peristaltik usus usus
menurun
- Distensi abdomen
- Kelemahan umum Konstipasi
- Teraba masa pada
rektal
5. DS : Sectio caesarea Gangguan
- Desakan berkemih eliminasi
(urgensi) Post anastesi urine
(hetistency) kemih
- Volume residu urin
meningkat Gangguan eliminasi
urin
2 Setelah di lakukan tindakan ...x24 jam 1. Monitor tanda dan gejala 1. Untuk mengetahui tanda Kelompok 1
diharapkan resiko infeksi dapat teratasi infeksi lokal dan sistemik dan gejala infeksi
dengan kriteria hasil: 2. Pertahankan teknik 2. Agar terhindar dari bakteri
Indikator IR ER
aseptik dan virus
Kebersihan 2 4
3. Jelaskan tanda dan gejala 3. Untuk mengetahui tanda
badan
infeksi dan gejala infeksi
Kemerahan 2 4
4. Kolaborasi pemeberian 4. Untuk meningkatkan
Bengkak 2 4
imunisasi, jika perlu kekebalan tubuh
Kultur area 2 4
luka
3 Setelah di lakukan tindakan 1. Identifikasi adanya nyeri 1. Untuk mengetahui keluhan Kelompok 1
keperawatan selama ...x24
jam atau keluahan fisik lainnya nyeri dan keluhan fisik lainnya
diharapkan gangguan mobilitas fisik 2. Fasilitas melakuakan 2. Agar dapat melakuakan
dapat teratasi dengan kriteria hasil:
pergerakan aktivitas secara bertahap
Indikator IR ER
3. Jelaskan tujuan dan 3. Untuk mengetahui tujuan
Pergerakan 3 5
prosedur mobilisasi dan prosedur mobilisasi
ekstremitas
4. Anjurkan melakuakan 4. Agar sendi tidak kaku
Kekuatan otot 3 5
mobilisasi dini
Rentang gerak 3 5
20
(ROM)
Nyer 3 5
i
Kecemasan 3 5
4 Setelah di lakukan tindakan 1. Monitor eliminasi urin 1. Untuk mengetahui Kelompok 1
keperawatan selama ...x24
jam (frekuensi, konsistensi, frekuensi, konsistensi, aroma,
diharapkan gangguan eliminasi urin aroma, volume dan warna) volume dan warna
dapat teratasi dengan kriteria hasil:
2. Catat waktu-waktu dan 2. Untuk memonitor urin
Indikator IR ER
pengeluaran berkemih 3. Untuk mengetahui intake
Susah 3 5
3. Ajarkan mengukur dan output
berkemih
asupan cairan dan haluaran 4. Untuk melancarkan
Desakan 3 5
urin pengeluaran urin
berkemih
4. Kolaborasi pemberian
Distensi 3 5
kandung kemih obat supositoria uretra, jika
Berkemih 3 5 perlu
tidak tuntas
sNokturia 3 5
Setelah di lakukan tindakan 1. Periksa tanda dan gejala 1. Untuk mengetahui tanda Kelompok 1
21
dan sulit
Konsistensi 3 5
feses
Frekuensi BAB 3 5
Peristaltik usus 3 5
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis akan menjelaskan dan membahas asuhan keperawatan
pada Ny. S dengan post operasi SC di ruang gincu 3, selama tiga hari. Dimulai
dari tanggal pengkajian 21 Desember sampai dengan tanggal 23 Desember
2021. Proses asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny.S ini dimulai dari
pengkajian, menganalisa data setelah pengkajian, merumuskan diagnosa
keperawatan, melakukan intervensi keperawatan, lalu melaksanakan implementasi
keperawatan serta mengevaluasi hasil tindakan yang sudah dilakukan selama tiga
hari tersebut.
I. BIODATA
1. Identitas
A. Identitas Klien
Nama : Ny. S
Umur : 34 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku Bangsa : Jawa, Indonesia
Status Perkawinan : Menikah
Diagnosa Medis : P4A0 Post Partum SC
Alamat : Desa Karangkerta 05/03, Tukdana-Indramayu
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. K
Umur : 36 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Karangkerta 05/03, Tukdana-Indramayu
Hubungan Keluarga :Suami
22
23
II. PENGKAJIAN
1. Keluhan Utama
Nyeri
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Alasan kunjungan : Pada tanggal 19 Desember 2021 pasien datang ke
RSUD Indramayu pada pukul 09.15 WIB dan akan dilakukan persalinan secara
sectio caesaria (SC). Pada tanggal 20 Desember 2021 pukul 23.20 WIB operasi
SC selesai dan dirawat di ruang Gincu 3. Saat dilakukan pengkajian pasien
mengeluh nyeri pada daerah operasi nyeri dirasa panas, bertambah jika ada
penekanan, berkurang setelah diberi obat, skala nyeri 6 (0-10) dan rasa nyeri
hilang timbul. Terdapat luka jahitan diperut dengan panjang luka 10-15 cm,
keadaan luka bagus kering, kemerahan, tidak ada pus. Pasien tampak meringis
disertai mengeluh pergerakannya terbatas dan tidurnya tidak nyenyak karena
nyeri yang dialaminya.
b. Faktor pencetus : Luka operasi SC
c. Lamanya keluhan : nyeri dirasakan hilang timbul
d. Timbulnya keluhan :
Bertahap
Mendadak
e. Faktor yang memperberat : nyeri bertambah apabila bergeser atau
berpindah posisi
f. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya : Mengelus-ngelus daerah
perut agar nyeri berkurang
g. Penyakit yang menyertai kehamilan sekarang : Preeklamsia Berat
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
a. Penyakit / Masalah yang pernah dialami
1) Riwayat kehamilan : Pasien mengatakan ini kehamilan ke 4. Pasien
pernah melahirkan 3 kali secara spontan/normal. Anak pertama, kedua dan ketiga
hidup.
24
2) Ginekologi : Anak pertama laki-laki lahir tahun 1999 dengan berat lahir
3000 gr, anak ke 2 laki-laki lahir tahun 2007 dengan berat 3000 dan anak ketiga
perempuan lahir tahun 2018 dengan berat lahir 2800 gr
3) Masa anak-anak : Tidak Terkaji
4) Kecelakaan : Tidak ada
5) Pernah di rawat
a) Diagnosa medis : Tidak pernah dirawat
b) Waktu : Tidak pernah dirawat
6) Operasi : Tidak pernah operasi
b. Alergi
Tidak memiliki riwayat alergi
c. Imunisasi (Yang bermasalah)
Tidak ada imunisasi yang bermasalah
d. Obat-obatan (yang sampai saat ini masih dikonsumsi)
Sumber : Tidak ada
Lamanya : Tidak ada
e. Pengalaman Menyusui : Pasien memiliki pengalaman menyusui pada
anak ke 1,2 dan 3 selama 6 bulan dengan ASI eksklusif
f. Riwayat KB : Pasien mengatakan mengikuti KB pil
4. Riwayat Kehamilan Saat Ini
1. HPHT : tidak terkaji pasien lupa
2. HPL : tidak terkaji
3. TB : 155 cm
4. BB sebelum hamil : 55 Kg
5. Penambahan BB selama hamil : 5 Kg
6. Lila :
25
Keterangan
: Laki-laki
: Perempuan
-------- : Tinggal serumah
: Klien
: Garis hubungan
: Meninggal
: Abortus
: Cerai
b. Alfi (BAB)
1) Frekuensi
1x/hari
2) Warna Belum BAB
Kuning
3) Konsistensi Lembek
4) Bau Khas
5) Keluhan Tidak ada
3 Pola Istirahat dan Tidur
. a. Tidur siang
27
g. Keluhan
Tidak ada
V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
a. Kesadaran : Compos mentis dengan GCS 15 (E: 4 V : 5 M : 6)
b. Penampilan : Rapih
c. Orientasi : Baik
d. Tanda-tanda vital
T :170/110 mmHg P : 105 x/menit RR : 20x/menit S : 36,5 oC
2. Sistem Pernapasan
Inspeksi : tidak ada penggunaan otot pernapasan, bentuk dada normal,
bentuk tulang belakang normal, warna kulit sawo matang, pergerakan dada
simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung, frekuensi napas
20x/menit, irama napas reguler.
Palpasi : tidak ada nyeri dada, tidak ada pembengkakan dada. Spo2 97%
Perkusi : pada paru kanan dan kiri resonan/sonor, pada
jantung dullnes/pekak.
3. Sistem Kardiovaskuler
Konjungtiva anemis, sklera anikterik, mukosa bibir kering, tidak ada
sianosis, irama jantung reguler, tidak ada bunyi jantung tambahan
(murmur/gallop), CRT 3detik, nadi kuat, tidak ada peningkatan JVP dan akral
dingin. TD : 170/110 mmHg, Nadi : 105 x/menit
4. Sistem Persyarafan
Fungsi penciuman baik, bentuk normal, fungsi penglihatan baik, reflek
pupil baik, reflek lapang pandang baik, fungsi menelan baik, lidah simetris, fungsi
pengecapan baik, orientasi tempat, waktu, dan orang baik, reflek patella baik.
5. Sistem Penglihatan
Kesimetrisan bola mata simetris, seklera anikterik, refleks pupil baik,
refleks lapang pandang baik, tidak ada pembengkakan mata, tidak ada edema
palpebra, tidak ada sekret pada mata, tidak ada strabismus.
6. Sistem Pendengaran
Bentuk telinga simetris, fungsi pendengaran baik, tidak ada pembengkakan
telinga, tidak ada sekret pada telinga, tidak ada nyeri tekan pada tulang mastoid
30
VII. PENGOBATAN
No Nama Dosis Waktu Cara Pemberian Keterangan
Obat
1. Inf RL 20 tpm 08.30 IV
2. Dexametason 2x1 09.20 IV
4 ondansentron 1 gr 20.00 IV
5 Ketorolac 1x 30 IV Analgetik
mg
Do:
- Pasien tampak Rangsangan ujung saraf
meringis perifer
33
- Nadi
105x/menit
- Tekanan Korteks mempersiapkan nyeri
Darah170/110
mmHg
- RR 20x/menit Nyeri Akut
Ketidaknyamanan pasca
partum
21-12- DS:- Section casearea Risiko Perfusi Kelompo
2021 DO: Perifer tidak k1
jam - Akral dingin Efektif
06.00 - Nadi Luka post operasi (D.0048)
105x/menit
- Turgor kulit
menurun Perdarahan
- Hemoglobin
10,2 g/dL
(menurun) Suplai O2 menurun
- CRT 3 detik
- Konjungtiva
anemis Hb O2 menurun
- Suhu 36,5oC
- Leukosit
13,800 /uL invasi bakteri
(meningkat)
Risiko infeksi
X. INTERVENSI/PERENCANAAN KEPERAWATAN
Perencanaan Keperawatan TTD
Tgl, No Tujuan Rencana Tindakan Rasional
Jam dx
kursi). melakukan
K:- mobilisasi
sederhana
Nadi 92x/menit
RR : 20x/menit
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
06.15 I: T : menganjurkan pasien teknik relaksai tarik nafas
dalam
R : pasien mau mengikuti anjuran
06.20 E: S: pasien mengatakan nyeri berkurang
O: skala nyeri 3 (0-10)
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
R:-
II 22-12- S: - Kelompok 1
2021 O: terdapat luka post operasi dengan panjang 10-15 cm,
07.00 keadaan luka bagus, merah, tidak ada pus
A:masalah teratasi sebagian
P:lanjutkan intervensi
07.20 I: T : melakukan perawatan
R : keadaan luka membaik
08.00 E: S: -
O: luka jahitan bagus, tidak ada pus
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
R:-
III 22-12- S: pasien mengatakan sudah bisa miring kanan dan Kelompok 1
2021 miring kiri
08.20 O: pasien melakukan pergerakan mobilisasi
A:masalah teratasi sebagian
P:lanjutkan intervensi
09.00 I: T : menganjurkan keluarga untuk mendampingi
pasien saaat melakukan mobilisasi dini
R : keluarga pasien mengatakan mau
43
mendampingi pasien
10.00 E: S: pasien mengatakan dirinya sudah bisa bergerak
O:
A:masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
R:-
BAB IV
PEMBAHASAN
44
45
45
46
yang signifikan anatara kasus Ny. S dengan teori yang telah dikemukakan oleh
beberapa ahli.
A. Kesimpulan
Post Sectio Caesaria (SC) adalah seseorang yang telah menjalani
pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding
uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam
rahim. Tidak ada indikator mutlak untuk kelahiran sesar, tetapi kebanyakan
dilakukan berdasarkan keuntungan ibu dan janin: Indikasi sectio caesarea bisa
dibedakan menjadi indikasi absolut atau relatif. Setiap keadaan yang membuat
kelahiran lewat jalan lahir tidak mungkin terlaksana merupakan indikasi absolut
untuk sectio abdsominal. Diantaranya adalah kesempitan panggul yang sangat
berat dan neoplasma yang menyumbat jalan lahir. Pada indikasi relatif, kelahiran
lewat vagina bisa terlaksana tetapi keadaan adalah sedemikian rupa sehingga
kelahiran lewat sectio caesarea akan aman bagi ibu, anak, ataupun keduanya
(Oxorn, 2010).
Dalam mendiagnosa sectio caesarea, seorang perawat terlebih dahulu.
melakukan anamnesa tentang riwayat kesehatan dan kebiasaan hidup (termasuk
asupan cairan). Pemeriksaan fisik diperlukan untuk memeriksa kemungkinan
kondisi yang dapat berpengaruh terhadap masalah dan pemeriksaan diagnostik
maupun penunjang jika dibutuhkan.
B. Saran
Sebagai perawat sehubungan dengan rumitnya kondisi pasien dengan
seksio sesarea maka diharapkan dalam pelaksanaan perawatan dalam hal ini
pemberian asuhan keperawatan memperhatikan beberapa hal berikut:
1. Perubahan dalam pemenuhan kebutuhan manusia sangat
dipengaruhi oleh persepsi individu yang berbeda antara satu dengan
yang lain. Hal ini akan membawa konsekuensi terhadap permasalahan
keperawatan yang ditegakan pada setiap individu.
52
53
Amru & Sofian. (2012). Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri : Obsteri Operatif
Obstetri Social edisi 3 jilid 1&2. EGC : Jakarta.
Buku Bobak. (2010) Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC.
Kirana. (2015). Hubungan Tingkat Kecemasan Post Partum dengan Kejadian Post
Partum Blues Di Rumah Sakit Dustira Cimahi. Jurnal Ilmu Keperawatan.
Oxorn H, Wiliam R, Forte. (2010). Ilmu kebidanan, Patologi & Fisiologi
Persalinan.Yogyakarta: Yayasan Essentia Medika (YEM).
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta
Resmi & Siti. (2013). Perpajakan: Teori dan Kasus, Edisi 7. Jakarta : Salemba
Empat.
Sukarni, I & Wahyu, P. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta:
Nuha Medika
54