Oleh:
Kamalia Rofidah
(201704055)
MOJOKERTO
2019
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PENDAHULUAN
A. Definisi ................................................................................................ 6
B. Jenis-jenis sectio caesarea..................................................................... 9
C. Etiologi ................................................................................................ 9
D. Komplikasi ........................................................................................... 10
E. Manifestasi Klinik ............................................................................... 10
F. Penatalaksanaan ................................................................................... 12
G. Patofisiologi ......................................................................................... 13
H. Pemeriksaan diasnostik......................................................................... 14
I. Konsep asuhan keperawatan ................................................................ 14
2
Abstrak
Latar Belakang: Proses penyembuhan operasi Sectio Caesarea bisa jauh lebih lama
dibandingkan proses persalinan normal. Biasanya waktu penyembuhan bekas luka
operasi caesar tiga sampai empat minggu, bahkan lebih. Namun dengan operasi
caesar bila tidak dirawat dengan baik, bekas luka operasi bisa menimbulkan
infeksi yang akan memperpanjang waktu penyembuhan luka operasi. Tujuan dari
penelitian ini adalah diketahuinya asuhan kebidanan ibu nifas post SC secara
komprehensif .
Hasil dari penelitian: Sectio Caesarea dilakukan atas indikasi Ketuban Pecah Dini
selama 8 jam dan dilakukan induksi persalinan gagal. Penelitian pada masa dilakukan
sebanyak empat kali kunjungan,setelah dilakukan perawatan luka post Sectio
Caesarea selama tujuh hari,didapatkan bahwa luka kering, tidak ada pus dan tidak
terdapat tanda-tanda infeksi. Kesimpulan luka post Sectio Caesarea atas indikasi
Ketuban Pecah Dini dengan induksi gagal, hasil asuhan ibu nifas yang sudah
diberikan selama empat hari tidak ada komplikasi. Melalui penelitian ini,
diharapkan pelayanan yang sudah baik dipertahankan dan ditingkatkan.
ABSTRACT
Result: The research used analytical observational design with case study
approach. Post Sectio Caesare postpartum mother as the respondent.The
data were taken through interview, observation, and documentation study. The
data were analyzed descriptively using midwifery care of postpartum mother
principles.
3
Keywords : Postpartum, Post Sectio Caesarea
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
4
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan Manajemen Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum
dengan Secsio Caesesarea (SC) di RS.X dengan memberikan asuhan
keperawatan sesuai wewenang bidan
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien post partum dengan
SC
b. Menetapkan diagnosis keperawatan pada pasien post partum dengan
SC
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien post partum dengan
SC
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien post partum dengan
SC
e. Melakukan evaluasi hasil tindakan keperawatan pasien post partum
dengan SC
C. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan
pelaksanaan program baik di Depkes maupun pihak RS.X dalam
menyusun perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program post
partum care.
b. Manfaat Praktis
1. Manfaat Pendidikan
Untuk menambah wacana bagi Pembaca di Perpustakaan dan
berbagai masukan.
2. Manfaat Ilmiah
Hasil penulisan ini dapat menjadi sumber informasi dan
memperkaya khasanah ilmu dan pengetahuan serta bahan acuan
bagi penulis selanjutnya.
3. Klien dan keluarga
Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarganya mengenai Sectio
Caesarea, perawatan dan pengobatan post SC.
4. Manfaat Bagi Penulis
Penulisan ini merupakan pengalaman ilmiah yang berharga karena
dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan tentang
ibu post partum care.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
a. Postpartum
Periode postpartum 6-12 jam ibu biasanya dipantau oleh perawat atau
bidan karena komplikasi dapat timbul pada periode ini. Perdarahan postpartum
dapat terjadi. Setelah melahirkan di mana plasenta menempel pada dinding uterus,
dan uterus berkontraksi untuk mencegah kehilangan darah. Setelah kontraksi
berlangsung fundus (atas) rahim dapat dipalpasi sebagai massa yang kuat di
tingkat pusar. Penting bahwa uterus tetap kuat dan perawat atau bidan akan sering
melakukan penilaian terhadap fundus dan jumlah perdarahan. Pijat uterus
biasanya digunakan untuk membantu kontraksi Rahim (Mayo Clinic staff, 2015).
Pada waktu 2-4 hari pasca persalinan produksi ASI ibu mulai diproduksi,
namun masih kesulitan dalam menyusui Tidur ibu sering terganggu karena malam
hari terjaga normal pada bayi baru (McGuire E, 2013). Dalam masa postpartum
tersebut perubahan dan adaptasi pada ibu postpartum yaitu fisiologis dan dan
psikologis. Adaptasi fisiologis dan psikologis yang terjadi pada ibu postpartum,
yaitu: 1.Adaptasi fisiologis
6
c. Vagina yang tadinya terdistensi dengan dinding yang halus perlahan
akan mengecil dan tonusnya akan kembali.
d. Abdomen masih tampak menonjol seperti saat hamil, dan selama dua
minggu pertama akan berelaksasi. Butuh 6 minggu agar didnding
abdomen kembali ke keadaan sebelum hamil.
e. Sistem pencernaan. Pada ibu postpartum akan merasa lapar setelah
melahirkan dan porsi makan meningkat. Defekasi spontan baru akan
terjadi 2-3 setelah postpartum karena berkurangnya tonus otot diusus
selama melahirkan, masa nifas, dehidrasi.
f. Payudara pada ibu postpartum terjadi penurunan kadar kadar hormone
(estrogen, progesteron, hCG, prolactin, kortisol, dan insulin). Selama
24 jam pertama pada terjadi perubahan jaringan payudara. Keluar
kolostrum, cairan kuning, dan jernih. Payudara akan terasa penuh
setelah dan berat saat kolostrum berubah menjadi susu dalam 72-96
jam setelah melahirkan.
g. Perubahan pada volume darah ibu postpartum bergantung pada
beberapa faktor seperti hilangnya darah saat melahirkan dan jumlah
cairan ekstravaskular.
h. Peningkatan curah jantung pada postpartum akan tetap meningkat
minimal 48 jam pertama karena peningkatan volume sekuncup.
i. Perubahan postpartum pada sistem saraf karena adaptasi ibu hamil
serta trauma selama persalina dan melahirkan.
j. Perubahan sistem muskoloskeletal ibu terjadi saat hamil dan kembali
saat masa nifas yang mana termasuk relaksasi dan hipermobilitas sendi
dan perubahan pusat gravitasi ibu sebagai respon terhadap uterus yang
membesar. Sebagian sendi kembali sebelum hamil, dan sendi kaki
tidak kembali.
k. Pada ibu postpartum akan keluar cairan dari uterus setelah melahirkan.
Cairan berwarna merah (Lokia rubra), Cairan berwarna merah muda
atau kecoklatan (Lokia Serosa), cairan berwarna putih atau kekuningan
(Lokia Alba)
2. Adaptasi psikoligis
7
melahirkan bayi baru mereka. Para ayah baru juga mungkin mengalami
kesulitan menyesuaikan diri dengan menjadi orang tua.
2. Fase Taking Hold berlangsung mulai 3 sampai 10 hari setelah melahirkan,
waktu untuk melakukan tindakan sendiri dan membuat keputusan tanpa
bergantung pada orang lain. Selama fase ini, orang tua fokus pada belajar
merawat bayi baru mereka. Perubahan suasana hati sementara dan
perasaan rentan di pihak ibu baru tidak jarang terjadi. Setiap pasangan
mungkin merasa terabaikan karena mereka menjadi lebih terlibat dengan
bayi, mengabaikan kebutuhan atau perasaan pasangan mereka
3. Fase Letting Go berlangsung dari 10 setelah melahirkan, fase menerima
tanggung jawab baru. Fase ini Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri
dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri
dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan
keluarga dapat membantu merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih
diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.
WHO (2015) operasi Caesar atau seksio sesarea (SC) sering diperlukan
ketika persalinan per vaginam akan membahayakan bayi atau ibu. Persalinan SC
dilakukan karena adanya permasalahan saat persalinan atau ada masalah pada ibu
maupun bayi, seperti kehamilan kembar, tekanan darah tinggi pada ibu, kelahiran
sungsang, atau masalah dengan plasenta atau tali pusat. Persalinan caesar dapat
dilakukan berdasarkan bentuk panggul ibu atau riwayat riwayat operasi caesar
sebelumnya, kelahiran pervagina setelah bedah caesar dimungkinkan. SC
dilakukan hanya ketika diperlukan secara medis. Namun saat ini, SC dilakukan
tanpa alasan medis atas permintaan oleh seseorang biasanya ibu. American
Congress of Obstetricians and Gynecologists (2013) menjelaskan SC dapat
meningkatkan kemungkinan keberhasilan persalinan pada ibu hamil ynag
memiliki resiko pada kehamilan berisiko. SC membutuhkan waktu lebih lama
untuk sembuh sekitar enam minggu, daripada kelahiran normal. Yenie (2016)
mengemukakan Peningkatan risiko termasuk masalah pernapasan pada bayi dan
emboli cairan ketuban 6 dan perdarahan postpartum pada ibu. SC tidak digunakan
sebelum 39 minggu kehamilan tanpa alasan medis.
8
B. Jenis-jenis sectio caesarea
C. Etiologi
1. Indikasi Ibu
a. Panggul sempit.
b. Placenta previa.
c. Ruptura uteri mengancam.
d. Partus lama
e. Partus tak maju
f. Pre eklamsi, dan hipertensi.
2. Indikasi Janin
a. Letak lintang
b. Letak belakang
9
c. Gawat janin
d. Janin besar
D.Komplikasi
Komplikasi yang bisa timbul pada sectio caesarea adalah sebagai berikut :
a. Pada ibu
1) Infeksi puerperal
Komplikasi ini bisa bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari
dalam masa nifas, bersifat berat seperti peritonitis, sepsis dsb
2) Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang – cabang
arteri ikut terbuka, atau karena atonia uteri
4) Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak, ialah kurang kuatnya parut
pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi rupture
uteri. Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesudah seksio sesarea
klasik.
b. Pada anak
Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio caesarea
banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio
caesarea. Menurut statistik di negara – negara dengan pengawasan antenatal dan
intra natal yang baik, kematian perinatal pasca sectio caesarea berkisar antara 4 –
7 %. (Sugeng Jitowiyono : hal 44)
E. Manifestasi klinik
10
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml
F. Penatalaksanaan
1. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama pasien puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perintravena harus cukup banyak dan menggandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komlikasi pada organ lainnya. Cairan yang bisa
diberikan biasanya DS 10%, dan RL secara bergantian dan jumllah teetsan
tergantung kebutuhan. Bila kadar HBb rendah di berikan transfusi darah sesuai
kebutuhan
2. Diet
3.Mobilisasi
a) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi
b) Laltihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur terlentang
sedini mungkin setelah ssadar.
c) Hari kedua post sc, opasien dapat di dudukkan selama 5 menit dan di
minta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d) Kemudian posisi tidur telentang dapat di ubah dengan posisi setengah
duduk (semifowler).
e) Selanjutnya selama berturut- turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehahri, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke 3 sampai hari ke 5 post sc
11
4.Kateterisasi
Kandung kemih yang pernah menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
pasien , menghalangi involusi uterus dan menyebabkan pendarahan. Kateter
biasanya terpasang 24-48 jam/ lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.
5. Pemberian obat-obatan
a) Antibiootik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotik sangat berbeda sesuai
indikasi
b) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
1. Supositoria: ketopropen sup 2x/24 jam
2. Oral : tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
3. Injeksi :penitidine 75-90 mg dinberikan setiap 6 jam bila
perlu
c) Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post sc, bila basah dan
berdarah harus di buka dan di ganti
d) Perawatan rutin
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,
tekanan darah, nadi, dan pernafasan.
e) Perawatan payudara
Pemberian ASI post sc jika ibu memutuskan tidak menyusui,
pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara
tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasanyamengurangi rasa
nyeri.
G. Patofisiologi
12
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat
regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap
janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam
keadaan upnue yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati,
sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadaptonus uteri berupa
atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas
yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yang berlebihan karena kerja otot
nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan
dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi
proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk
metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat darimortilitas yang
menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada dilambung akan
menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat
beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipaendotracheal. Selain itu
motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu
konstipasi.
H. Pemeriksaan Diagnostik
a. Hitung darah lengkap, golongan darah (ABO) dan percocokan silang, serta
tes coombs
g. Tes stres kontraksi atau tes non stres : mengkaji respon janin terhadap
gerakan / stres dari pola kontraksi uterus / pola abnormal
13
I. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada klien post partum dengan Sectio Caesaria.
Sesuai dengan teori yang ada pada tinjauan kepustakaan langkah-langkah
pengkajian dimulai dari pengumpulan data, menganalisa, mengklasifikasi dan
merumuskan diagnosa keperawatan. Data yang diperoleh dari klien, keluarga,
catatan medis dan tim kesehatan lainnya. Pada tahap pengkajian ini penulis tidak
menemukan kendala yang berarti dalam mengumpulkan data dan mencari
informasi yang berhubungan dengan pemeriksaan untuk mendapatkan data karena
berkat dukungan dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak akhirnya data
tersebut dapat diperoleh.
14
B. Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pesien post partum antara lain:
5. Resiko Cedera. Faktor resiko dapat meliputi fungsi biokimia atau regulasi
(mis., hipotensi ortostatik, adanya HKK atau eklampsia), efek-efek anestesia,
tromboemboli, profil darah abnormal (anemia/kehilangan darah berlebihan,
sensitivitas terhadap rubella, inkompatibilitas Rh), trauma jaringan
15
Sedangkan dalam studi kasus ini sesuai kebutuhan pasien ditegakkan 4 diagnosa
keperawatan yaitu :
Dari data di atas, terdapat 8 diagnosa pada teori yang tidak ditemukan pada kasus
yaitu:
4. Resiko Cedera. Faktor resiko dapat meliputi fungsi biokimia atau regulasi
(mis., hipotensi ortostatik, adanya HKK atau eklampsia), efek-efek anestesia,
tromboemboli, profil darah abnormal (anemia/kehilangan darah berlebihan,
sensitivitas terhadap rubella, inkompatibilitas Rh), trauma jaringan. Diagnose ini
tidak diangkat karena pada saat pengkajian tidak ditemukan adanya factor – factor
yang dapat menimbilkan cedera.
16
sumber-sumber. Diagnose ini tidak diangkat karena klien sudah mengetahui dan
mengerti tentang perawatan bayi dan karena klien sudah memiliki banyak
pengalaman sebagai seorang ibu
Disamping itu terdapat 2 diagnosa yang ada pada kasus tetapi tidak terdapat dalam
teori yaitu :
1. Gangguan pola tidur b/d nyeri pada luka post Op. Diagnosa ini ditemukan
pada kasus karena nyeri yang dialami klien sehingga pola tidur klien terganggu.
C. Perencanaan
Rencana telah dilakukan sesuai dengan kondisi klien dan ternyata tidak
ada kesenjangan yang terjadi antara teori dengan kenyataan yang ada. Dimana
semua rencana yang tertera dalam teori juga direcanakan pada kasus.
D. Implementasi
17
E. Evaluasi
Evaluasi pada klien post partum dilakukan secara formatif dan secara
sumatif. Evaluasi secara formatif telah dilaksanakan secara terus menerus untuk
menilai setiap langkah perkembangan kesehatan klien.
Pada evaluasi sumatif dilaksanakan sesuai dengan waktu yang ada pada
perencanaan dengan hasil tidak ditemukan komplikasi yang membahayakan baik
bagi ibu maupun bayinya , dan tidak terdapat infeksi pada luka post SC serta
orang tua dapat menerima kehadiran bayinya.
Untuk masalah yang belum teratasi tindakannya diberikan pada saat akan
pulang dengan memberikan Discharge Planning (perencanaan klien pulang )
sehingga klien mengetahui hal-hal yang harus dilakukan di rumah dan mengetahui
kapan harus datang ke rumah sakit untuk kontrol.
18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
B. Batasan Istilah
C. Partisipan
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan pengambilan kasus karya tulis ilmiah ini
dimulai sejak tanggal 12 – 14 Juli 2012 di Ruang Perawatan Nifas Rumah Sakit
Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa.
a. Wawancara
19
b. Observasi
Observasi terdiri dari pengamatan langsung dan tidak langsung pada klien dengan
mengikuti perkembangan selama pelaksanaan asuhan keperawatan.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk mendapatkan data obyektif sesuai dengan
kebutuhan pengkajian kasus dengan menggunakan teknik pemeriksaan organ
sistem yang terdiri dari 4 teknik diantaranya (inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi)
20
Bibliography
congress, g. a. (2013). "five things physicians and patients should question". coosing
wesely and initiative of the ABIM foundation american congress of obstcitrian and
gynocologist .
staff, m. c. (2015). labor and delivery post partum care. clinic mayo .
21