Anda di halaman 1dari 21

Karya tulis ilmiah : Study Kasus

ASUHAN KEPERAWATAAN POST PARTUM DENGAN SECTIO


CAESARIA DI RS. X

Oleh:

Kamalia Rofidah

(201704055)

PROGRAM STUDI DIPLOMA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA SEHAT PPNI

MOJOKERTO

2019

DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 4


B. Tujuan .................................................................................................. 5
C. Manfaat ................................................................................................ 5

BAB 2 PENDAHULUAN

A. Definisi ................................................................................................ 6
B. Jenis-jenis sectio caesarea..................................................................... 9
C. Etiologi ................................................................................................ 9
D. Komplikasi ........................................................................................... 10
E. Manifestasi Klinik ............................................................................... 10
F. Penatalaksanaan ................................................................................... 12
G. Patofisiologi ......................................................................................... 13
H. Pemeriksaan diasnostik......................................................................... 14
I. Konsep asuhan keperawatan ................................................................ 14

BAB 3 METODE PENULISAN

A. Desain Penulisan .................................................................................. 19


B. Batasan Istilah....................................................................................... 19
C. Partisipasi ............................................................................................. 19
D. Lokasi dan waktu penelitian ................................................................ 19
E. Uji keabsahan data................................................................................ 20
F. Etika Penelitian..................................................................................... 20

2
Abstrak

Latar Belakang: Proses penyembuhan operasi Sectio Caesarea bisa jauh lebih lama
dibandingkan proses persalinan normal. Biasanya waktu penyembuhan bekas luka
operasi caesar tiga sampai empat minggu, bahkan lebih. Namun dengan operasi
caesar bila tidak dirawat dengan baik, bekas luka operasi bisa menimbulkan
infeksi yang akan memperpanjang waktu penyembuhan luka operasi. Tujuan dari
penelitian ini adalah diketahuinya asuhan kebidanan ibu nifas post SC secara
komprehensif .

Metodelogi: Desain penelitian ini adalahobservasi analitik dengan pendekatan studi


kasus. Dengan responden ibu nifas post sectio caesarea. Pengumpulan data dengan
wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Metode analisa data secara
deskriptif menggunakan prinsip manajemen asuhan kebidanan ibu nifas.

Hasil dari penelitian: Sectio Caesarea dilakukan atas indikasi Ketuban Pecah Dini
selama 8 jam dan dilakukan induksi persalinan gagal. Penelitian pada masa dilakukan
sebanyak empat kali kunjungan,setelah dilakukan perawatan luka post Sectio
Caesarea selama tujuh hari,didapatkan bahwa luka kering, tidak ada pus dan tidak
terdapat tanda-tanda infeksi. Kesimpulan luka post Sectio Caesarea atas indikasi
Ketuban Pecah Dini dengan induksi gagal, hasil asuhan ibu nifas yang sudah
diberikan selama empat hari tidak ada komplikasi. Melalui penelitian ini,
diharapkan pelayanan yang sudah baik dipertahankan dan ditingkatkan.

Kata Kunci : Nifas, post Sectio Caesarea

ABSTRACT

Background: Sectio Caesarea surgery healing process can be longer compared to


normal labor proses. Normally, Caesar surgical wound recovery time can take 3 –
4 weeks or even more. However, if Caesar surgery is badly treated, the surgical
wound can cause infection which prolongs the surgical wound recovery time. The
study was to provide comprehensive midwifery care on Post Sectio.

Result: The research used analytical observational design with case study
approach. Post Sectio Caesare postpartum mother as the respondent.The
data were taken through interview, observation, and documentation study. The
data were analyzed descriptively using midwifery care of postpartum mother
principles.

Conclusion: According to a study towards Mrs S, Sectio Caesarea was performed


based on the indication of early membrane rupture for 8 hours and the labor
induction was failed. There were 4 times of visit during Mrs. S’ partus period and
after the treatment of post Sectio Caesarea wound for 7 days, the wound was
dried, pus and infection signs were absent.Midwifery care on Mrs. S with Post
Sectio Caesarea with the indication of early membrane rupture, failed induction
has been performed for 4 days without complication.It is expected that the good
service is maintained.

3
Keywords : Postpartum, Post Sectio Caesarea

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap wanita menginginkan Persalinan nya berjalan lancar dan dapat


melahirkan bayi dengan sempurna. Ada dua cara persalinan yaitu persalinan lewat
vagina yang lebih lebih dikenal dengan persalinan alami dan persalinan caesar
atau section caesarea (Veibymiaty Sumelung, Dkk, 2014).
Seksio Sesarea (SC) adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan
di mana irisan dilkakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerektomi)
untuk mengeluarkan bayi. Bedah caesar umumnya dilakukan ketika proses
persalinan normal melalui vagina tidak memungkinkan karena beresiko kepada
komplikasi medis lainya (Purwoastuti, Dkk, 2015).
WHO memperkirakan bahwa angka persalinan dengan bedah caesar adalah
sekitar 10% sampai 15% dari semua proses persalinan dinegara-negara
berkembang dibandingkan dengan 20% di Britania Raya dan 23% di Amerika
Serikat (Purwoastuti, Dkk, 2015).
Pada beberapa keadaan, tindakan Seksio Sesarea ini bisa direncanakan atau
diputuskan jauh-jauh sebelumnya. Operasi ini disebut operasi sesarea elektif.
Kondisi ini dilakukan apabila dokter menemukan ada masalah kesehatan pada ibu
atau menderita suatu penyakit, sehingga tidak memungkin untuk melahirkan
secara normal (Purwoastuti, Dkk, 2015).
Beberapa kerugian dari persalinan yang dijalani melalui bedah Seksio
Sesarea yaitu adanya komplikasi yang dapat terjadi antara lain cedera kandung
kemih, cedera pada pembuluh darah, cedera pada usus dan infeksi pada rahim.
Dalam hal ini bakteri merupakan sumber penyebab infeksi yang mengakibatkan
terhambatnya proses penyembuhan luka (Norman, Dkk, 2011).
Menurut WHO (World Health Organisation) Tahun 2011 Angka
Kematian Ibu (AKI) di negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia
(29/100.000 kelahiran hidup), Thailand (48/100.000 KH), Vietnam (59/100.000
KH), serta Singapore (3/100.000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan negara-
negara maju, angkanya sangat jauh berbeda seperti Australia (7/100.000 kelahiran
hidup) dan Jepang (5/100.000 kelahiran hidup) (WHO 2011).
Berdasarkan data SDKI, angka kematian ibu (AKI) di indonesia masih
sangat memprihatinkan karena jumlah kematan ibu di indonesia pada tahun 2012
mengalami peningkatan yaitu 359/100.000 kelahiran hidup (KH), padahal pada
tahun 2007 AKI di indonessia adalah 228/100.000 kelahiran hidup(KH).
Di indonesia penyebab terbesar kematian ibu selama tahun 2010-2013 masih
tetap sama yaitu perdarahan 30,3%, hipertensi 27,1%, dan infeksi 7,3%.
Sedangkan di Sulawesi Selatan penyebab angka kematian ibu pada tahun 2013
sebanyak 115 orang (0,8%), dan angka kematian ibu hamil sebanyak 18 orang
(15,6%), ibu bersalin sebanyak 59 orang (51,3%), ibu nifas sebanyak 38 orang
(33%) (Dinas kesehatan provinsi sulawesi selatan 2013).

4
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan Manajemen Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum
dengan Secsio Caesesarea (SC) di RS.X dengan memberikan asuhan
keperawatan sesuai wewenang bidan
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien post partum dengan
SC
b. Menetapkan diagnosis keperawatan pada pasien post partum dengan
SC
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien post partum dengan
SC
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien post partum dengan
SC
e. Melakukan evaluasi hasil tindakan keperawatan pasien post partum
dengan SC

C. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan
pelaksanaan program baik di Depkes maupun pihak RS.X dalam
menyusun perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program post
partum care.
b. Manfaat Praktis
1. Manfaat Pendidikan
Untuk menambah wacana bagi Pembaca di Perpustakaan dan
berbagai masukan.
2. Manfaat Ilmiah
Hasil penulisan ini dapat menjadi sumber informasi dan
memperkaya khasanah ilmu dan pengetahuan serta bahan acuan
bagi penulis selanjutnya.
3. Klien dan keluarga
Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarganya mengenai Sectio
Caesarea, perawatan dan pengobatan post SC.
4. Manfaat Bagi Penulis
Penulisan ini merupakan pengalaman ilmiah yang berharga karena
dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan tentang
ibu post partum care.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI

a. Postpartum

Postpartum atau nifas merupakan keadaan dimana masa pemulihan alat-


alat reproduksi seperti sebelum hamil. Dalam masa nifas perlu melakukan
perawatan untuk membantu proses involusi misalnya mobilisasi, diet, miksi,
defekasi, laktasi, perawatan payudara dan dan perawatan perineum.

World Health Organization (WHO) 2013 menggambarkan periode


pascanatal sebagai fase paling kritis dan paling diabaikan dalam kehidupan ibu
dan bayi, sebagian besar kematian ibu dan/ atau bayi baru lahir terjadi selama
periode pascanatal.

Postpartum merupakan situasi dimana krisis bagi ibu, pasangan dan


keluarga karena adanya berbagai perubahan yang terjadi baik secara fisik,
psikologis, maupun struktur keluarga dan terjadi proses adaptasi/penyesuaian.
Adaptasi dimulai dari bayi lahir sampai kembalinya kondisi tubuh ibu seperti
semula sebelum hamil, dan berlangsung dalam kurun waktu 6-8 minggu (Murray
& McKinney, 2007). Selama waktu ini, ibu dipantau untuk fungsi perdarahan,
usus dan kandung kemih, dan perawatan bayi, dan kesehatan bayi juga dipantau
(Vernon. D, 2007).

Periode postpartum 6-12 jam ibu biasanya dipantau oleh perawat atau
bidan karena komplikasi dapat timbul pada periode ini. Perdarahan postpartum
dapat terjadi. Setelah melahirkan di mana plasenta menempel pada dinding uterus,
dan uterus berkontraksi untuk mencegah kehilangan darah. Setelah kontraksi
berlangsung fundus (atas) rahim dapat dipalpasi sebagai massa yang kuat di
tingkat pusar. Penting bahwa uterus tetap kuat dan perawat atau bidan akan sering
melakukan penilaian terhadap fundus dan jumlah perdarahan. Pijat uterus
biasanya digunakan untuk membantu kontraksi Rahim (Mayo Clinic staff, 2015).

Pada waktu 2-4 hari pasca persalinan produksi ASI ibu mulai diproduksi,
namun masih kesulitan dalam menyusui Tidur ibu sering terganggu karena malam
hari terjaga normal pada bayi baru (McGuire E, 2013). Dalam masa postpartum
tersebut perubahan dan adaptasi pada ibu postpartum yaitu fisiologis dan dan
psikologis. Adaptasi fisiologis dan psikologis yang terjadi pada ibu postpartum,
yaitu: 1.Adaptasi fisiologis

a. Uterus terjadi proses involusi dimana kembalinya uterus ke keadaan


normal setelah melahirkan, adanya kontraksi pada uterus, nyeri.
b. Serviks akan terasa lunak setelah melahirkan.

6
c. Vagina yang tadinya terdistensi dengan dinding yang halus perlahan
akan mengecil dan tonusnya akan kembali.
d. Abdomen masih tampak menonjol seperti saat hamil, dan selama dua
minggu pertama akan berelaksasi. Butuh 6 minggu agar didnding
abdomen kembali ke keadaan sebelum hamil.
e. Sistem pencernaan. Pada ibu postpartum akan merasa lapar setelah
melahirkan dan porsi makan meningkat. Defekasi spontan baru akan
terjadi 2-3 setelah postpartum karena berkurangnya tonus otot diusus
selama melahirkan, masa nifas, dehidrasi.
f. Payudara pada ibu postpartum terjadi penurunan kadar kadar hormone
(estrogen, progesteron, hCG, prolactin, kortisol, dan insulin). Selama
24 jam pertama pada terjadi perubahan jaringan payudara. Keluar
kolostrum, cairan kuning, dan jernih. Payudara akan terasa penuh
setelah dan berat saat kolostrum berubah menjadi susu dalam 72-96
jam setelah melahirkan.
g. Perubahan pada volume darah ibu postpartum bergantung pada
beberapa faktor seperti hilangnya darah saat melahirkan dan jumlah
cairan ekstravaskular.
h. Peningkatan curah jantung pada postpartum akan tetap meningkat
minimal 48 jam pertama karena peningkatan volume sekuncup.
i. Perubahan postpartum pada sistem saraf karena adaptasi ibu hamil
serta trauma selama persalina dan melahirkan.
j. Perubahan sistem muskoloskeletal ibu terjadi saat hamil dan kembali
saat masa nifas yang mana termasuk relaksasi dan hipermobilitas sendi
dan perubahan pusat gravitasi ibu sebagai respon terhadap uterus yang
membesar. Sebagian sendi kembali sebelum hamil, dan sendi kaki
tidak kembali.
k. Pada ibu postpartum akan keluar cairan dari uterus setelah melahirkan.
Cairan berwarna merah (Lokia rubra), Cairan berwarna merah muda
atau kecoklatan (Lokia Serosa), cairan berwarna putih atau kekuningan
(Lokia Alba)

2. Adaptasi psikoligis

1. Fase taking In biasanya ditetapkan 1 hingga 2 hari setelah melahirkan,


waktu refleksi karena dalam jangka waktu 2 hingga 3 bersifat pasif atau
hanya peduli pada diri sendiri. Untuk hari pertama atau kedua setelah
kelahiran, ibu baru membutuhkan makanan tambahan dan istirahat. Ibu
dengan bedah caesar bahkan membutuhkan lebih banyak istirahat. Semua
ibu baru juga perlu "mengasuh" diri mereka agar mereka dapat berhasil

7
melahirkan bayi baru mereka. Para ayah baru juga mungkin mengalami
kesulitan menyesuaikan diri dengan menjadi orang tua.
2. Fase Taking Hold berlangsung mulai 3 sampai 10 hari setelah melahirkan,
waktu untuk melakukan tindakan sendiri dan membuat keputusan tanpa
bergantung pada orang lain. Selama fase ini, orang tua fokus pada belajar
merawat bayi baru mereka. Perubahan suasana hati sementara dan
perasaan rentan di pihak ibu baru tidak jarang terjadi. Setiap pasangan
mungkin merasa terabaikan karena mereka menjadi lebih terlibat dengan
bayi, mengabaikan kebutuhan atau perasaan pasangan mereka
3. Fase Letting Go berlangsung dari 10 setelah melahirkan, fase menerima
tanggung jawab baru. Fase ini Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri
dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri
dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan
keluarga dapat membantu merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih
diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.

b. Sectio Cesarea (SC)

Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin


dilahirkanmelalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim
dengansyarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram

WHO (2015) operasi Caesar atau seksio sesarea (SC) sering diperlukan
ketika persalinan per vaginam akan membahayakan bayi atau ibu. Persalinan SC
dilakukan karena adanya permasalahan saat persalinan atau ada masalah pada ibu
maupun bayi, seperti kehamilan kembar, tekanan darah tinggi pada ibu, kelahiran
sungsang, atau masalah dengan plasenta atau tali pusat. Persalinan caesar dapat
dilakukan berdasarkan bentuk panggul ibu atau riwayat riwayat operasi caesar
sebelumnya, kelahiran pervagina setelah bedah caesar dimungkinkan. SC
dilakukan hanya ketika diperlukan secara medis. Namun saat ini, SC dilakukan
tanpa alasan medis atas permintaan oleh seseorang biasanya ibu. American
Congress of Obstetricians and Gynecologists (2013) menjelaskan SC dapat
meningkatkan kemungkinan keberhasilan persalinan pada ibu hamil ynag
memiliki resiko pada kehamilan berisiko. SC membutuhkan waktu lebih lama
untuk sembuh sekitar enam minggu, daripada kelahiran normal. Yenie (2016)
mengemukakan Peningkatan risiko termasuk masalah pernapasan pada bayi dan
emboli cairan ketuban 6 dan perdarahan postpartum pada ibu. SC tidak digunakan
sebelum 39 minggu kehamilan tanpa alasan medis.

8
B. Jenis-jenis sectio caesarea

1. Sectio cesaria transperitonealis profunda.


Sectio cesaria transperitonealis propunda dengan insisi di segmen bawah
uterus. Insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau
memanjang. keunggulan pembedahan ini adalah:
a. Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak.
b. Bahaya peritonitis tidak besar.
c. Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri
dikemudianhari tidak besar karena pada nifas segmen bawah uterus
tidak seberapa banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri
sehingga luka dapatsembuh lebih sempurna
2. Sectio cacaria klasik atau section cecaria corporal.
Pada cectio cacaria klasik ini di buat kepada korpus uteri, pembedahan
iniyang agak mudah dilakukan,hanya di selenggarakan apabila ada
halanganuntuk melakukan section cacaria transperitonealis profunda.
Insisimemanjang pada segmen atas uterus.
3. Sectio cacaria ekstra peritoneal.
Section cacaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk mengurangi
bahaya injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan pengobatan
terhadapinjeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi di lakukan.
Rongga peritoneum tak dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uterin berat.
4. Section cesaria hysteroctomi.
Setelah sectio cesaria, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi
a. Antonia uteri.
b. Plasenta accrete.
c. Myoma uteri.
d. Infeksi intra uteri berat.

C. Etiologi

1. Indikasi Ibu

a. Panggul sempit.
b. Placenta previa.
c. Ruptura uteri mengancam.
d. Partus lama
e. Partus tak maju
f. Pre eklamsi, dan hipertensi.

2. Indikasi Janin

a. Letak lintang
b. Letak belakang

9
c. Gawat janin
d. Janin besar

D.Komplikasi

Komplikasi yang bisa timbul pada sectio caesarea adalah sebagai berikut :

a. Pada ibu

1) Infeksi puerperal

Komplikasi ini bisa bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari
dalam masa nifas, bersifat berat seperti peritonitis, sepsis dsb

2) Perdarahan

Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang – cabang
arteri ikut terbuka, atau karena atonia uteri

3) Komplikasi – komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme


paru – paru, dan sebagainya sangat jarang terjadi

4) Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak, ialah kurang kuatnya parut
pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi rupture
uteri. Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesudah seksio sesarea
klasik.

b. Pada anak

Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio caesarea
banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio
caesarea. Menurut statistik di negara – negara dengan pengawasan antenatal dan
intra natal yang baik, kematian perinatal pasca sectio caesarea berkisar antara 4 –
7 %. (Sugeng Jitowiyono : hal 44)

E. Manifestasi klinik

Persalinan dengan sectio caesarea, memerlukan perawatan yang lebih kompheresif


yaitu: post operatif dan perawatan post partum. Perawatan sectio caesarea
menurut doengoes (2001) antara lain:

1.Nyeri akibat pembedahan

2. Adanya insisi pada luka abdomen

3. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus

4. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan

10
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml

6. Emosi labil/ perubahan emosional dengan mengekspresikan


ketidakmampuan menghadapi situasi baru

7. biasanya terpasang kateter urinarius

8. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar

9. pengaruh anastesi dapat menimbulkan mual dan muntah

F. Penatalaksanaan

1. Pemberian cairan

Karena 24 jam pertama pasien puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perintravena harus cukup banyak dan menggandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komlikasi pada organ lainnya. Cairan yang bisa
diberikan biasanya DS 10%, dan RL secara bergantian dan jumllah teetsan
tergantung kebutuhan. Bila kadar HBb rendah di berikan transfusi darah sesuai
kebutuhan

2. Diet

Pemberian cairan perinfus biasanya diberikan setelah penderita minum dan


makan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikiit sudah boleh di
lakukan dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dierikan pada 6-10 jam pasca
operasi, berupa air putih dan air teh.

3.Mobilisasi

Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi:

a) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi
b) Laltihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur terlentang
sedini mungkin setelah ssadar.
c) Hari kedua post sc, opasien dapat di dudukkan selama 5 menit dan di
minta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d) Kemudian posisi tidur telentang dapat di ubah dengan posisi setengah
duduk (semifowler).
e) Selanjutnya selama berturut- turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehahri, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke 3 sampai hari ke 5 post sc

11
4.Kateterisasi

Kandung kemih yang pernah menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
pasien , menghalangi involusi uterus dan menyebabkan pendarahan. Kateter
biasanya terpasang 24-48 jam/ lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.

5. Pemberian obat-obatan
a) Antibiootik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotik sangat berbeda sesuai
indikasi
b) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
1. Supositoria: ketopropen sup 2x/24 jam
2. Oral : tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
3. Injeksi :penitidine 75-90 mg dinberikan setiap 6 jam bila
perlu
c) Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post sc, bila basah dan
berdarah harus di buka dan di ganti
d) Perawatan rutin
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,
tekanan darah, nadi, dan pernafasan.
e) Perawatan payudara
Pemberian ASI post sc jika ibu memutuskan tidak menyusui,
pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara
tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasanyamengurangi rasa
nyeri.

G. Patofisiologi

Sc merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas500 gr


dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasidilakukan tindakan
ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak,
placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin
besar dan letak lintang setelah dilakukan sc ibu akanmengalami adaptasi post
partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang
informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan
mengakibatkan ASI yang keluar hanyasedikit, luka dari insisi akan menjadi post
de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan
luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang
mengakibatkan gangguan rasa nyaman.

12
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat
regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap
janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam
keadaan upnue yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati,
sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadaptonus uteri berupa
atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas
yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yang berlebihan karena kerja otot
nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan
dengan menurunkan mobilitas usus.

Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi
proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk
metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat darimortilitas yang
menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada dilambung akan
menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat
beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipaendotracheal. Selain itu
motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu
konstipasi.

H. Pemeriksaan Diagnostik

a. Hitung darah lengkap, golongan darah (ABO) dan percocokan silang, serta
tes coombs

b. Urinalisis : menentukan kadar albumin / glukosa

c. Kultur : mengidentifikasi adanya virus herpes simpleks tipe II

d. Pelvimetri : menentukan CPD

e. Amniosentesis : mengkaji maturitas paru janin

f. Ultrasonografi : melokalisasi plasenta menentukan pertumbuhan,


kedudukan, dan presentasi janin

g. Tes stres kontraksi atau tes non stres : mengkaji respon janin terhadap
gerakan / stres dari pola kontraksi uterus / pola abnormal

h. Pemantauan elektronik kontinu : memastikan status janin/aktivitas uterus


( Mitayani : hal 113 )

13
I. Konsep Asuhan Keperawatan

Dalam membahas asuhan keperawatan ini, penulis menggunakan lima


tahap proses keperawatan menurut Gebbie dan Levin yaitu : Pengkajian, Diagnosa
keperawatan, Implementasi, dan evaluasi.

Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktek


keperawatan yang langsung diberikan kepada klien, pada berbagai tatanan
pelayanan kesehatan, dengan menggunakan metodologi proses keperawatan.
Dalam lingkup dan wewenang serta tanggung jawab keperawatan kegiatan yang
dilakukan adalah dalam peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
penyembuhan dan pemulihan.

A. Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan pada klien post partum dengan Sectio Caesaria.
Sesuai dengan teori yang ada pada tinjauan kepustakaan langkah-langkah
pengkajian dimulai dari pengumpulan data, menganalisa, mengklasifikasi dan
merumuskan diagnosa keperawatan. Data yang diperoleh dari klien, keluarga,
catatan medis dan tim kesehatan lainnya. Pada tahap pengkajian ini penulis tidak
menemukan kendala yang berarti dalam mengumpulkan data dan mencari
informasi yang berhubungan dengan pemeriksaan untuk mendapatkan data karena
berkat dukungan dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak akhirnya data
tersebut dapat diperoleh.

Pada pengkajian berdasarkan konsep asuhan keperawatan, data yang


terdapat dalam teori adalah demam, muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi
pupil, nyeri, hipertensi, gangguan penglihatan, edema, konstipasi. Sedangkan
dalam pelaksanaan studi kasus data yang didapatkan dalam kasus adalah nyeri
akibat tindakan pembedahan, mulas pada perut, gelisah.

Berdasarkan gambaran kasus diatas terdapat kesenjangan antara kasus dan


teori dimana pada kasus tidak didapatkan keluhan demam, muntah, berkeringat,
muka merah, dilatasi pupil, nyeri, hipertensi, gangguan penglihatan, edema,
konstipasi. Hal ini disebabkan karena setiap orang berbeda dalam proses adaptasi
penyakitnya, karena setiap orang memiliki respon imun yang berbeda-beda
terhadap penyakit.

14
B. Diagnosa Keperawatan.

Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pesien post partum antara lain:

1. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan


transisi/peningkatan anggota keluarga, krisis situasi.

2. Ketidaknyamanan : Nyeri (Akut) berhubungan dengan trauma pembedahan,


efek-efek anastesia, efek-efek hormonal, distensi kandung kemih/abdomen.

3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri,


transmisi/kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi.

4. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan merasa gagal dalam


peristiwa kehidupan.

5. Resiko Cedera. Faktor resiko dapat meliputi fungsi biokimia atau regulasi
(mis., hipotensi ortostatik, adanya HKK atau eklampsia), efek-efek anestesia,
tromboemboli, profil darah abnormal (anemia/kehilangan darah berlebihan,
sensitivitas terhadap rubella, inkompatibilitas Rh), trauma jaringan

6. Resiko infeksi. Faktor resiko dapat meliputi trauma jaringan/kulit rusak,


penurunan Hb, prosedur invasif dan/atau peningkatan pemajanan lingkungan,
pecah ketuban lama, mainutrisi.

7. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot (diastasis rekti,


kelebihan analgesik atau anestesi, efek-efek progesterone, dehidrasi, diare
prapersalinan, kurang masukan, nyeri parineal/rektal.

8. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai perubahan fisiologis,


periode pemulihan, perawatan diri dan kebutuhan perawatan bayi berhubungan
dengan kurang pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi, tidak mengenal
sumber-sumber.

9. Perubahan Eleminasi urin berhubungan dengan trauma/diversi mekanis,


efek-efek hormonal (perpindahan cairan dan/atau peningkatan aliran plasma
ginjal), efek-efek anastesi.

10. Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anastesia, penurunan


kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamanan fisik.

15
Sedangkan dalam studi kasus ini sesuai kebutuhan pasien ditegakkan 4 diagnosa
keperawatan yaitu :

1. Nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan operatif SSTP

2. Gangguan pola tidur b/d nyeri pada luka post Op SC

3. Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan

4. Resiko infeksi b/d rusaknya pertahanan primer.

Dari data di atas, terdapat 8 diagnosa pada teori yang tidak ditemukan pada kasus
yaitu:

1. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan


transisi/peningkatan anggota keluarga, krisis situasi. Diagnose ini tidak diangkat
karena klien sudah mengetahui dan mengerti tentang perawatan bayi dan karena
klien banyak belajar dari orang tuanya.

2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri,


transmisi/kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi. Diagnose ini tidak
diangkat karena klien mengatakan bahwa ansietas yang dirasakan klien sudah
menurun ke tingkat yang dapat diatasi

3. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan merasa gagal dalam


peristiwa kehidupan. Diagnose ini tidak diangkat karena klien mengatakan tidak
malu dengan kondisinya saat ini

4. Resiko Cedera. Faktor resiko dapat meliputi fungsi biokimia atau regulasi
(mis., hipotensi ortostatik, adanya HKK atau eklampsia), efek-efek anestesia,
tromboemboli, profil darah abnormal (anemia/kehilangan darah berlebihan,
sensitivitas terhadap rubella, inkompatibilitas Rh), trauma jaringan. Diagnose ini
tidak diangkat karena pada saat pengkajian tidak ditemukan adanya factor – factor
yang dapat menimbilkan cedera.

5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot (diastasis rekti,


kelebihan analgesik atau anestesi, efek-efek progesterone, dehidrasi, diare
prapersalinan, kurang masukan, nyeri parineal/rektal. Diagnose ini tidak diangkat
karena pada saat pengkajian klien mengatakan sudah BAB. Peristaltic usus 7
kali/menit

6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai perubahan fisiologis,


periode pemulihan, perawatan diri dan kebutuhan perawatan bayi berhubungan
dengan kurang pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi, tidak mengenal

16
sumber-sumber. Diagnose ini tidak diangkat karena klien sudah mengetahui dan
mengerti tentang perawatan bayi dan karena klien sudah memiliki banyak
pengalaman sebagai seorang ibu

7. Perubahan Eleminasi urine berhubungan dengan trauma/diversi mekanis,


efek-efek hormonal (perpindahan cairan dan/atau peningkatan aliran plasma
ginjal), efek-efek anastesi. Diagnosis ini tidak diangkat karena pada saat
pengkajian tampak terpasang kateter.

8. Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anastesia, penurunan


kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamanan fisik. Diagnose ini tidak diangkat
karena tampak klien dibantu oleh keluarga dalam pemenuhan kebutuhan personal
hygiene.

Disamping itu terdapat 2 diagnosa yang ada pada kasus tetapi tidak terdapat dalam
teori yaitu :

1. Gangguan pola tidur b/d nyeri pada luka post Op. Diagnosa ini ditemukan
pada kasus karena nyeri yang dialami klien sehingga pola tidur klien terganggu.

2. Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan. Diagnosa ini ditemukan pada


kasus karena keadaan umum klien yang lemah sehingga kebutuhan ADL klien
dibantu di tempat tidur.

C. Perencanaan

Dari 4 masalah keperawatan yang muncul pada kasus, selanjutnya dibuat


rencana keperawatan sebagai tindakan pencegah masalah keperawatan yang ada,
kemudian menentukan tindakan yang tepat.

Rencana telah dilakukan sesuai dengan kondisi klien dan ternyata tidak
ada kesenjangan yang terjadi antara teori dengan kenyataan yang ada. Dimana
semua rencana yang tertera dalam teori juga direcanakan pada kasus.

D. Implementasi

Dalam melaksanakan intervensi keperawatan penulis tidak mendapat


hambatan yang berarti, semua intervensi (rencana tindakan) dapat terlaksana
dengan melibatkan klien dan keluarganya, klien bersikap lebih terbuka,
kooperatif dan mudah diajak bekerjasama, mudah menerima penjelasan dan saran
serta klien berpartisipasi aktif dalam tindakan keperawatan.

17
E. Evaluasi

Evaluasi pada klien post partum dilakukan secara formatif dan secara
sumatif. Evaluasi secara formatif telah dilaksanakan secara terus menerus untuk
menilai setiap langkah perkembangan kesehatan klien.

Pada evaluasi sumatif dilaksanakan sesuai dengan waktu yang ada pada
perencanaan dengan hasil tidak ditemukan komplikasi yang membahayakan baik
bagi ibu maupun bayinya , dan tidak terdapat infeksi pada luka post SC serta
orang tua dapat menerima kehadiran bayinya.

Untuk masalah yang belum teratasi tindakannya diberikan pada saat akan
pulang dengan memberikan Discharge Planning (perencanaan klien pulang )
sehingga klien mengetahui hal-hal yang harus dilakukan di rumah dan mengetahui
kapan harus datang ke rumah sakit untuk kontrol.

18
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Penelitian studi


kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit
penelitian secara intensif misalnya satu klien, keluarga, kelompok, komunitas
maupun institusi. (Nursalam, 2008)

B. Batasan Istilah

Peneliti sangat perlu memberikan batasan istilah yang digunakan dalam


penelitian,untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul penelitian :
1) Asuhan keperawatan pada klien post partum dengan SC yaitu suatu proses
penerapan pemecahan masalah keperawatan secara ilmiah yang digunakan
untuk mengidentifikasi masalah klien, merencanakan secara sistematis dan
melaksanakan serta mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
2) Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengansyarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram

C. Partisipan

Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 klien yang


didiagnosa medik mengalami DHF dengan masalah hipertermi di RS Sakinah
mojokerto.
1) 2 klien dengan post SC
2) 2 klien dengan masalah keperawatan komlikasi yang berbeda
3) 2 klien yang kooperatif

D. Waktu dan tempat

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan pengambilan kasus karya tulis ilmiah ini
dimulai sejak tanggal 12 – 14 Juli 2012 di Ruang Perawatan Nifas Rumah Sakit
Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa.

E. Teknik Pengumpulan data

a. Wawancara

Mengadakan tanya jawab langsung untuk memperoleh data riwayat kesehatan


yang akurat dengan klien, keluarga, perawat dan pihak lain yang dapat
memberikan data dan informasi yang dibutuhkan.

19
b. Observasi

Observasi terdiri dari pengamatan langsung dan tidak langsung pada klien dengan
mengikuti perkembangan selama pelaksanaan asuhan keperawatan.

c. Observasi secara langsung (pemeriksaan fisik)

Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk mendapatkan data obyektif sesuai dengan
kebutuhan pengkajian kasus dengan menggunakan teknik pemeriksaan organ
sistem yang terdiri dari 4 teknik diantaranya (inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi)

F. Uji keabsahan data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data atau


informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan
validitas tinggi. Disamping integritas peneliti (karena peneliti menjadi instrument
utama), uji keabsahan data dapat dilakukan dengan :

1. uji keabsahan data dilakukan dengan


memperpanjang waktu pengamatan atautindakan.
2. sumber informasi tambahan menggunakan
triangulasi dari tiga sumber data utama yaitu klien,
perawat serta keluarga klien yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti.
G. Etika penelitian

Prinsip-prinsip etik yang perlu diperhatikan dalam penelitian antara lain :

1) Informed Consent (persetujuan menjadiresponden),


dimana subyek harus mendapatkan informasi secara
lengkap tentang tujuan penelitian yang akan
dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi
atau menolak menjadi responden. Pada informed consent
juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya
akan digunakan untuk pengembanganilmu.
2) Anonymity (tanpa nama), dimana subyek mempunyai hak
untuk meminta bahwa data yang diberikan harus
dirahasiakan, untuk itu perlu adanya anonymity.
3) Confidentiality (kerahasiaan), kerahasiaan dari responden
dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari
responden

20
Bibliography
congress, g. a. (2013). "five things physicians and patients should question". coosing
wesely and initiative of the ABIM foundation american congress of obstcitrian and
gynocologist .

Cunningham, N. F. (2011). Dasar-Dasar Ginekologi & obsetri. jakarta: EGC.

Lowdermilk, D. P. (2013). Keperawatan Maternitas Edisi 8 Buku 2. Singapore: Elseiver.

Murray, S. &. (2007). Foundations of maternal-newborn nursing. Singapore: Saunders


Elsevier.

Nasronudin. (2007). Penyakit Infeksi di Indonesia. Surabaya: Airlangga University Press .

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika.

purwoastuti, e. d. (2015). asuhan kebidanan masa nifas&menyusui. yogyakarta: pustaka


baru press.

Reeder, M. &.-G. (2011). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi, dan


Keluarga Edisi 18. jakarta: EGC.

staff, m. c. (2015). labor and delivery post partum care. clinic mayo .

vebimiaty, d. (2016, juni 5). faktor-faktor yang berperan meningkatnya angka


kejadianSectio Caesarea. volume2 No.1.Manado. Retrieved 9 mei, 2018, from
http//ejournal.unsrat.ac.id/indeks.php:
http//ejournal.unsrat.ac.id/indeks.php/jkp/article/viewFile/4052/3568.

21

Anda mungkin juga menyukai