Anda di halaman 1dari 58

PERAWAT BUKITTINGGI

Kumpulan Asuhan Keperawatan Terbaru

Saturday, February 18, 2017

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DIRUANG RAWAT INAP
KEBIDANAN RUMAH SAKIT ACHMAD MOECHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2015

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN POST OPERASI SECTIO

CAESAREA DIRUANG RAWAT INAP KEBIDANAN RUMAH SAKIT

ACHMAD MOECHTAR BUKITTINGGI

TAHUN 2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah
sehingga kami dapat meyelesaikan tugas akhir praktek klinik keperawatan maternitas II ini tepat pada
waktunya.

Dalam penyelesaian tugas ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, antara
lain dosen dan pembimbing puskesmas serta teman - teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu
namanya, yang telah banyak memberikan sumbangan, masukan, dukungan, dalam penyelesaian tugas
akhir ini. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir ini belum sempurna. Untuk itu segala saran
dan kritikan yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari semua pihak, demi kesempurnaan
bagi penulisan berikutnya.

Semoga dengan adanya tugas akhir ini akan dapat memberikan manfaat yang besar bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca semua pada umumnya.

Bukittinggi, Desember 2015


Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Tujuan.................................................................................................... 2

C. Manfaat................................................................................................. 3

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

I. Konsep Dasar

A. Definisi................................................................................................... 4

B. Anatomi Fisiologi................................................................................... 4

C. Etiologi................................................................................................... 7

D. Patofisiologi/WOC................................................................................. 9

E. Manifestasi Klinis................................................................................... 12

F. Pemeriksaan Diagnostik......................................................................... 12

G. Penatalaksanaan...................................................................................... 13

H. Komplikasi.............................................................................................. 14

II. Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian.............................................................................................. 14

B. Diagnosa Keperawatan........................................................................... 18

C. Intervensi................................................................................................ 19

D. Implementasi.......................................................................................... 26

E. Evaluasi.................................................................................................. 26

BAB III : TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian.............................................................................................. 27
B. Diagnosa Keperawatan........................................................................... 33

C. Intervensi................................................................................................ 34

D. Implementasi.......................................................................................... 38

E. Evaluasi.................................................................................................. 38

BAB IV : PEMBAHASAN

A. Pengkajian.............................................................................................. 42

B. Diagnosa Keperawatan........................................................................... 43

C. Intervensi................................................................................................ 45

D. Implementasi.......................................................................................... 45

E. Evaluasi.................................................................................................. 46

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................. 47

B. Saran....................................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian langsung pada operasi sectio caesaria (SC) adalah 5,8 per 100.000 kelahiran hidup.
Sedangkan angka kesakitan sekitar 27,3% dibandingkan dengan persalinan normal hanya sekitar 9 per
1000 kejadian. WHO (World Health Organization) menganjurkan operasi SC hanya sekitar 10 – 15% dari
jumlah total kelahiran. Anjuran WHO tersebut tentunya didasarkan pada analisis resiko – resiko yang
muncul akibat SC. Baik resiko bagi ibu maupun bayi (Nakita, 2009).

Sectio caesaria berarti bahwa bayi dikeluarkan dari uterus yang utuh melalui operasi pada abdomen. Di
Negara – Negara maju, frekuensi operasi SC berkisar antara 1,5% sampai dengan 7% dari semua
persalinan (Sarwono, 1999). Angka sectio caesaria meningkat dari 5% pada 25 tahun yang lalu menjadi
15%. Peningkatan ini sebagian disebabkan oleh “mode”, sebagian karena ketakutan timbul perkara jika
tidak dilahirkan bayi yang sempurna, sebagian lagi karena pola kehamilan, wanita menunda kehamilan
anak pertama dan membatasi jumlah anak (Jensen, 2002).

Di Negara berkembang seperti di Indonesia kejadian operasi SC yang semakin banyak issue, tetapi masih
ada suatu indikator yang dijadikan patokan masyarakat. Dari data yang ada pada tahun 1975, di jaman
operasi SC masih jarang dilakukan, angka kematian ibu yang melahirkan sekitar 30 orang setiap 1000
orang ibu yang melahirkan. Melalui keseriusan pemerintah untuk menekan angka kematian ibu terus di
upayakan sehingga pada tahun 1996 mencanangkan “ Gerakan Sayang Ibu (GSI)“ dan mematok angka
2,25% dari semua persalinan sebagai target nasional untuk menurunkan angka kematian itu pada akhir
tahun 1999 (Cindy, dkk, 2005).

Dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan pada masyarakat perlu dikembangkan, salah satunya
adalah pelayanan keperawatan pada ibu post partum. Umumnya pada beberapa negara berkembang
seperti Indonesia, angka kematian ibu yang mengalami persalinan masih tinggi. Penyebab terbesar
kematian ibu pada persalinan adalah karena komplikasi dan perawatan pasca persalinan yang tidak baik.
Oleh karena itu, pelayanan keperawatan pada ibu post partum sangat diperlukan dan perlu
mendapatkan perhatian yang utama untuk menurunkan angka kematian ibu post partum akibat
komplikasi.

Perawat harus memahami hal tersebut, harus mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien post
operasi SC. Melakukan pengkajian pada pasien, menentukan diagnosa yang bisa atau yang mungkin
muncul, menyusun rencana tindakan, dan mengimplementasikan rencana tersebut, serta mengevaluasi
hasilnya. Pasien post operasi tidak hanya membutuhkan obat – obatan dari dokter saja, tetapi sangat
penting mendapatkan asuhan keperawatan yang memadai selama perawatan di rumah sakit.

B. Tujuan

a. Tujuan Umum

Setelah melakukan praktek di RSUD. Dr. Achmad Moechtar diharapkan mahasiswa D-III Keperawatan
STIKes Perintis Sumbar mampu memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. M dengan
Post Partum Sectio Caesaria.
b. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu melakukan Pengkajian pada Ny. M dengan post partum Sectio Caesaria di
Rumah Sakit Dr. Achmad Moechtar Bukittinggi.

2. Mahasiswa mampu menegakkkan Diagnosa keperawatan pada Ny. M dengan post partum Sectio
Caesaria di Rumah Sakit Dr. Achmad Moechtar Bukittinggi.

3. Mahasiswa mampu melakukan Intervensi keperawatan pada Ny. M dengan post partum Sectio
Caesaria di Rumah Sakit Dr. Achmad Moechtar Bukittinggi.

4. Mahasiswa mampu melakukan Implementasi keperawatan pada Ny. M dengan post partum Sectio
Caesaria di Rumah Sakit Dr. Achmad Moechtar Bukittinggi.

5. Mahasiswa mampu melakukan Evaluasi keperawatan pada Ny.M dengan post partum Sectio
Caesaria di Rumah Sakit Dr. Achmad Moechtar Bukittinggi

6. Mahasiswa mampu melakukan Pendokumentasian keperawatan pada Ny. M dengan post partum
Sectio Caesaria di Rumah Sakit Dr. Achmad Moechtar Bukittinggi.

C. Manfaat

a. Bagi Penulis / Pemakalah

Sebagai bahan untuk mengembangkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan post partum
Sectio Caesaria dan melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan post partum Sectio Caesaria.

b. Bagi Pembaca

Sebagai bahan referensi dan menambah pengetahuan tentang post partum Sectio Caesaria dan Asuhan
keperawatan pada klien dengan post partum Sectio Caesaria.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

I. Konsep Dasar

A. Defenisi

Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus
melalui dinding depan perut atau vagina atau suatu histerektomia untuk janin dari dalam rahim (
Mochtar, 1998 ). Sedangkan Wiknjosastro (2010), mengatakan bahwa Sectio caesaria (SC) adalah
membuka perut dengan sayatan pada dinding perut dan uterus yang dilakukan secara vertical atau
mediana, dari kulit sampai fasia (Wiknjosastro, 2010). Pendapat lain mengatakan bahwa SC adalah
pembedahan untuk mengeluarkan anak dari rongga rahim dengan mengiris dinding perut dan dinding
rahim (Angraini, 2008). SC adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada dinding
abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut serta
dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat (Harnawatiaj, 2008). Prawirohardjo
(2005), berpendapat bahwa SC adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding uterus.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Sectio Caesarea merupakan suatu pembedahan
untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus.

B. Anatomi Fisiologi

http://image.slidesharecdn.com/anatomidanfisiologi-141103080523-conversion-gate01/95/anatomi-
dan-fisiologi-reproduksi-wanita-5-638.jpg?cb=1415002026Menurut Syaifuddin ( 2009 : 312 ) , anatomi
fisiologi sistem reproduksi wanita :

- Genitalia eksterna

Gambar : Genitalia Eksterna

Genitalia eksterna sering dinamakan vulva, yang artinya pembungkus atau penutup vulva terdiri
dari :

1. Mons pubis

Merupakan bantalan jaringan lemak yang terletak di atas simpisis pubis

2. Labia mayora

Terdiri dari 2 buah lipatan kulit dengan jaringan lemak di bawah nya yang berlanjut ke bawah
sebagai perluasan dari mons pubis dan menyatu menjadi perinium

3. Labia minora

Merupakan 2 buah lipatan tipis kulit yang terletak di sebelah dalam labia mayora, labia minora
tidak memiliki lemak subkutan.

4. Klitoris

Merupakan tonjolan kecil jaringan erektif yang terletak pada titik temu labia minora di sebelah
anterior , sebagai salah satu zona erotik yang utama pada wanita.

5. Vestibulum

Adalah rongga yang di kelilingi oleh labia minora .


6. Perinium

Struktur ini membentang dari fourchette ( titik temu labia minora di sebelah posterioranus

- https://jago105.files.wordpress.com/2013/03/lk.jpgGenitalia interna

Gambar : Genetalia Interna

1. Vagina

Merupakan saluran fibromuskuler elastis yang membentang ke atas dan ke belakang dari vulva
hingga uterus. Dinding anterior vagina memiliki panjang 7,5 cm dan dinding posteriornya 9 cm.

Fungsi vagina :

- Lintasan bagi spermatozoa

- Saluran keluar bagi janin dan produk pembuahan lainnya saat persalinan

- Saluran keluar darah haid

2. Uterus

Berbentuk seperti buah advokat, sebesar telur ayam. Terdiri dari fundus uteri, korpus uteri dan
serviks uteri. Korpus uteri merupakan bagian uterus terbesar dan sebagai tempat janin berkembang.

Uterus terdiri dari :

- Fundus uteri

- Korpus uteri

Fungsi uterus adalah :

· Menyediakan tempat yang sesuai bagi ovum yang suadah di buahi untuk menanamkan diri.

· Jika korpus luteum tidak berdegenerasi, yaitu jika korpus luteum dipertahankan oleh
kehamilan, maka estrogen akan terus di produksi sehingga kadar nya tetap berada di atas nilai
ambang perdarahan haid dan amenorea merupakan salah satu tanda pertama untuk kehamilan.

· Memberikan perlindungan dan nutrisi pada embrio atau janin sampai matur.

· Mendorong keluar janin dan plasenta pada persalinan.


· Mengendalikan perdarahan dari tempat perlekatan plasenta melalui kontraksi otot-otot.

3. Tuba fallopi

Disebut juga dengan oviduct, saluran ini terdapat pada setiap sisi uterus dan membentang dari
kornu uteri ke arah dinding lateral pelvis.

4. Ovarium

Merupakan kelenjar kelamin. Ada 2 buah ovarim yang masing-masing terdapat pada tiap sisi dan
berada di dalam kavum abdomen di belakang ligamentum latum dekat ujung fibria tuba
falopi.Fungsi ovarium adalah untuk produksi hormon dan ovulasi.

C. Etiologi

Manuaba (2002), indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen, perdarahan
antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar
melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab
sectio caesarea sebagai berikut:

a. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )

Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar
kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul
merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang
harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau
panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga harus
dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi
asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.

b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)

Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab
terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan
penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa
dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.

c. KPD (Ketuban Pecah Dini)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam
belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu.

d. Bayi Kembar

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko
terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat
mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
e. Faktor Hambatan Jalan Lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan,
adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.

f. Kelainan Letak Janin

1. Kelainan pada letak kepala

a) Letak kepala tengadah

Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling rendah.
Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar
panggul.

b) Presentasi muka

Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini
jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.

c) Presentasi dahi

Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan tetap paling depan. Pada
penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang
kepala.

2. Letak Sungsang

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan
bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi
bokong, presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna (Saifuddin, 2002).

D. Patofisiologi / WOC

Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak dapat lahir
secara normal / spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi
cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks,
dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu
Sectio Caesarea (SC).

Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien mengalami
imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara
dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien
secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.

Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post operasi akan
menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan
tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan,
pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin
dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir,
daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan masalah risiko infeksi.

PATHWAY SC

(Chepalo Pelvik Disproportion) (PreEklamsi Berat) (Ketuban Pecah Dini) (Bayi Kembar) (Faktor Hambatan
Jalan Lahir) (Kelainan Letak Janin)

Tindakan SC

Anestesi
Insisi
Penurunan saraf

simpatis Perdarahan
Luka

Kondisi diri Regenerasi sel

menurun darah merah

MK :

Intoleransi Aktivitas

Penurunan Hb

MK :

Gangguan

Rasa nyaman

Ketidakmampuan

Eleminasi Penurunan suplai

O2 dan Sirkulasi

MK :

Konstipasi
MK :

Gangguan

Pola tidur

MK :

Resiko cidera

MK :

Kurang Pengetahuan

Sumber : 1. Prawirohardjo, 2005

2. Manuaba (2002)

E. Manifestasi Klinis
Persalinan dengan Sectio Caesaria , memerlukan perawatan yang lebih koprehensif yaitu: perawatan
post operatif dan perawatan post partum.Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doenges
(2001),antara lain :

a. Nyeri akibat ada luka pembedahan

b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen

c. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus

d. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak banyak)

e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800ml

f. Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan ketidakmampuan menghadapi situasi


baru

g. Biasanya terpasang kateter urinarius

h. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar

i. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah

j. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler

k. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya kurang paham prosedur

l. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.

F. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo,2008 :

a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan
mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.

b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi

c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah

d. Urinalisis / kultur urine

e. Pemeriksaan elektrolit.

G. Penatalaksanaan
Penatalakanaan yang diberikan pada pasien Post SC menurut (Prawirohardjo, 2007) diantaranya:

1. Penatalaksanaan secara medis

a. Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan seperti Asam Mefenamat, Ketorolak,
Tramadol.

b. Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang hebat.

c. Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain. Walaupun pemberian antibiotika
sesudah Sectio Caesaria efektif dapat dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan.

d. Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl.

2. Penatalaksanaan secara keperawatan

a. Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 4 jam
kemudian.

b. Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat

c. Mobilisasi

Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat tidur dengan dibantu paling sedikit
2 kali. Pada hari kedua penderita sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan bantuan.

d. Pemulangan

Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada hari kelima setelah operasi

H. Komplikasi

Kemungkinan komplikasi dilakukannya pembedahan SC menurut Wiknjosastro (2002) :

1. Infeksi puerperal

Komplikasi yang bersifat ringan seperti kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari dalam masa nifas
yang bersifat berat seperti peritonitis, sepsis.

2. Perdarahan

Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uterine ikut terbuka atau
karena atonia uteri.

3. Komplikasi lain seperti luka kandung kemih, kurang kuatnya jaringan parut pada dinding uterus
sehingga bisa terjadi ruptur uteri pada kehamilan berikutnya.
II. Asuhan Keperawatan Teoritis

A. Pengkajian

Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi distress janin,
kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan
plasenta previa.

1. Identitas atau biodata klien

Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan,
pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register , dan diagnosa keperawatan.

2. Keluhan utama

Biasanya klien mengeluh sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak.

3. Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan dahulu:

Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit
kelamin atau abortus.

b) Riwayat kesehatan sekarang :

Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar pervaginan secara sepontan
kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.

c) Riwayat kesehatan keluarga:

Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus,
yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien.

4. Pola-pola fungsi kesehatan

a) pola persepsi dan tata leksana hidup sehat

Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara pencegahan, penanganan,
dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam
perawatan dirinya

b) Pola Nutrisi dan Metabolisme

Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan untuk menyusui
bayinya.
c) Pola aktifitas

Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada aktifitas ringan,
tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas
karena mengalami kelemahan dan nyeri.

d) Pola eleminasi

Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing selama masa nifas yang
ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga
sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB.

e) Istirahat dan tidur

Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya kehadiran sang bayi dan
nyeri epis setelah persalinan

f) Pola hubungan dan peran

Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain.

g) Pola penagulangan stres

Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas

h) Pola sensori dan kognitif

Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri perut akibat involusi
uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya

i) Pola persepsi dan konsep diri

Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang persalinan dampak
psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri

j) Pola reproduksi dan sosial

Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari seksual yang tidak
adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.

5. Pemeriksaan fisik

a) Kepala

Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya cloasma gravidarum, dan
apakah ada benjolan
b) Leher

Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena adanya proses menerang yang
salah

c) Mata

Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput
mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing

d) Telinga

Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari
telinga.

e) Hidung

Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang ditemukan pernapasan cuping
hidung

f) Dada

Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola mamae dan papila mamae

g) Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari
dibawa pusat.

h) Genitalia

Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat pengeluaran mekomium yaitu
feses yang dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.

i) Anus

Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur

j) Ekstermitas

Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus, karenan preeklamsia
atau karena penyakit jantung atau ginjal.

k) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat, pernafasan meningkat,
suhu tubuh turun.

B. Diagnosa Keperawatan Dengan SC

Diagnosa yang mungkin muncul menurut ( doengoes marylin, 2001 ):

1. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan post op SC

2. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan trauma pembedahan post op SC.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/ luka post op

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi penyakit

5. Resiko terjadinya cidera berhubungan dengan vasospasme dan peningkatan tekanan darah

6. Konstipasi berhubungan dengan ketidakmampuan eleminasi

7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kondisi diri menurun

8. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri atau ketidaknyamanan, proses persalinan dan
kelahiran melelahkan.

C. Intervensi Keperawatan

No

Diagnosa

NOC

NIC

Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan post op SC


Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang dengan indicator:

· Pain Level,

· Pain control,

· Comfort level

ü Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri, mencari bantuan)

ü Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

ü Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

ü Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

ü Tanda vital dalam rentang normal

Pain Management

· Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi

· Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

· Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien

· Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

· Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

· Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
lampau

· Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan

· Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan

· Kurangi faktor presipitasi nyeri

· Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)

· Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

· Ajarkan tentang teknik non farmakologi

· Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri


· Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

· Tingkatkan istirahat

· Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

· Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration

· Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat

· Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi

· Cek riwayat alergi

· Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu

· Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri

· Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal

· Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur

· Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

· Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat

· Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan trauma pembedahan post op SC.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang dengan indicator:

· Pain Level,

· Pain control,

· Comfort level

ü Klien tampak rileks

ü Klien terlihat istirahat

· Tentukan karakteristik dan lokasi


ketidaaknyamanan.

· Perhatikan isyarat verbal dan non verbal

seperti meringis, kaku dan gerakan melindungi atau terbatas.

· Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab ketidaknyamanan dan intervensi yg
tepat

· Evaluasi tekanan darah (TD) dan nadi: perhatikan perubahan prilaku (bedakan antara kegelisahan
karena kehilangan darah berlebihan dan arena nyeri)

· Perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya/ karakteristik nyeri penyerta: perhatikan infuse
oksitosin pasca operasi.

· Ubah posisi klien, kurangi rangsangan yang berbahaya, dan berikan gosokan punggung. Anjurkan
penggunaan teknik pernapasan dan relaksasi dan distraksi. Seperti dipelajari pada kelas melahirkan anak
anjurkan keberadaan dan partisipasi pasangan bila tepat.

· Lakukan latihan nafas dalam dan batuk dengan menggunakan prosedur-prosedur pembebatan
dengan tepat, 30 menit setelah pemberian analgesic

Kolaborasi

· Berikan analgesic setiap 3-4 jam, berlanjut dari rute IV / intramuslular sampai ke rute oral.

· Berikan obat pada klien yang menyusui 48-60 menit sebelum menyusui.

· Tinjau ulang / pantau penggunan analgesia yang dikontrol pasien (PCA) sesuai indikasi.

Risiko infeksi b.d tindakan invasif, paparan lingkungan patogen

Setelah dilakuakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan resiko infeksi terkontrol dengan
indicator:

· Immune Status

· Knowledge : Infection control

· Risk control

ü Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

ü Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta


penatalaksanaannya,

ü Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksiJumlah leukosit dalam batas normal
ü Menunjukkan perilaku hidup sehat

Infection Control (Kontrol infeksi)

· Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain

· Pertahankan teknik isolasi

· Batasi pengunjung bila perlu

· Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
meninggalkan pasien

· Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan

· Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan

· Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung

· Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat

· Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum

· Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing

· Tingktkan intake nutrisi

· Berikan terapi antibiotik bila perlu

· Infection Protection (Proteksi Terhadap Infeksi)

· Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

· Monitor hitung granulosit, WBC

· Monitor kerentanan terhadap infeksi

· Batasi pengunjung

· Saring pengunjung terhadap penyakit menular

· Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko

· Pertahankan teknik isolasi k/p

· Berikan perawatan kuliat pada area epidema

· Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase

· Ispeksi kondisi luka / insisi bedah


· Dorong masukkan nutrisi yang cukup

· Dorong masukan cairan

· Dorong istirahat

· Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep

· Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

· Ajarkan cara menghindari infeksi

· Laporkan kecurigaan infeksi

· Laporkan kultur positif

Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi penyakit

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tingkat pengetahuan meningkat
dengan indicator :

· Knowledge increase

ü Mampu menjelaskan patologi penyakit

· Kaji kesiapan dan motivasi klien untuk belajar. Bantu klien / pasangan dalam mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan

· Berikan rencana penyuluhan tertulis dengan menggunakan format yang standarisasi atau
ceklis,dokumentasi informasi yang diberikan dan respon klien.

· Berikan informasi yang berhubungan dengan perubahan fisiologis dan psikologis yang normal
berkenaan dengan kelahiran sesar dan kebutuhan berkenaan dengan periode pascapartum

· Diskusikan rencana-rencana untuk penatalaksanaan dirumah : membantu pekerjaan rumah,


susunan fisik rumah,pengaturan tidur bayi.

· Berikan atau kuatkan informasi yang berhubungan dengan pemeriksaan pascapartum lanjutan.

Resiko terjadinya cidera berhubungan dengan vasospasme dan peningkatan tekanan darah
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan menurunkan faktor-faktor resiko
dan perlindungan diri dengan indicator :

· klien bebas dari komplikasi

· Tinjau ulang catan prenatal dan intra partal terhadap faktor-faktor yang mempredisposisikan klien
pada komplikasi.catat kadar HB dan kehilangan darah operatif.

· Pantau TD,nadi,dan suhu.catat kulit dingin, basah: nadi lemah dan halus : perubahan prilaku :
pelambatan pengisian kapiler : atau sianosis.

· Inspeksi balutan terhadap pendarahan berlebihan. Catat tanggal drainase pada balutan beritahu
dokter bila rembesan berlanjut

· Perhatikan karakter dan jumlah aliran lokhea dan konsistgensi fundus.

· Pantau masukan cairan dan haluaran urin perhatikan penampilan warna, konsistensi dan berat
jenis urin.

· Anjurkan latihan kaki/pergelangan kaki dan ambulasi dini.

Konstipasi berhubungan dengan ketidakmampuan eleminasi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan eleminasi klien lancar dengan
indicator :

· Bising usus kembali normal

· Pola komunikasi kembali normal

· Auskultasi terhadap adanya bising usus pada keempat kuadran setiap 4 jam setelah kelahiran
sesarea

· Palpasi abdomen, perhatikan distensi atau ketidaknyamanan

· Anjurkan cairan oral yang adekuat bila masukan oral sudah mulai kembali. Anjurkan
peningkatan diet makanan kasar dan buah-buahan dan sayuran dan bijinya.

· Anjurkan latihan kaki dan pengencangan abdominal, tingkatkan ambulasi dini

· Identifikasi aktifitas-aktifitas dimana klien dapat menggunakannnya dirumah untuk


merangsang kerja usus.

· KolaborasiBerikan analgesic 30 menit sebelum ambulasi

· Beikan pelunak feses atau katartik ringan.


D. Implementasi

Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik(
Nursalam,2001).

Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan berguna untuk memenuhi kebutuhan
klien mencapai tujuan yang diharapkan secara optimal.

Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap
suatu kejadian dalam proses keperawatan. Dokumentasi tindakan keperawatan ini berguna untuk
komunikasi antar tim kesehatan sehingga memungkinkan pemberian tindakan keperawatan yang
berkesinambungan.

E. Evaluasi
Evaluasiadalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan
keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan
(Brooker, 2001).

BAB III

TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN

A. Identitas Klien Penanggung Jawab

Nama Klien : Ny. M Nama : Tn. F

Umur : 30 Tahun Umur : 32 Tahun

Suku/Bangsa : Minang Suku/Bangsa : Minang

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMU Pendidikan : SMU

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Kamang Magek-Agam Alamat : Kamang Magek

Tgl Masuk : 10 Desember 2015

Tanggal Pengkajian : 14 Desember 2015

B. Status Perkawinan

Jumlah Perkawaninan : 1 ( perkawinan pertama )

Lama Kawin : ± 7 Tahun

II. RIWAYAT KESEHATAN

A. Riwayat Kesehatan Sekarang

a. Keluhan Utama

Saat dikaji pada tanggal 14 Desember 2015 jam 11.05 WIB, klien mengatakan masih merasakan nyeri
pada daerah luka bekas operasi, nyeri dirasakan dalam skala 5 dari ( 1-10 ), frekuensi ketika duduk, klien
juga mengatakan susah tidur dan tidurnya kurang, klien mengatakan tidurnya ±4 jam sehari, dan klien
bertanya-tanya tentang proses penyembuhan luka operasinya ( Klien post operasi SC pada tanggal 10
Desember 2015 ).

b. Keluhan Lain

Klien mengatakan tidak ada keluhan lain yang dirasakannya.


c. Penyakit Yang Diderita

Klien mengatakan tidak ada penyakit yang dideritanya.

B. Riwayat Kesehatan Terdahulu

Klien mengatakan ini adalah kehamilan yang kedua, persalinan pertama pada 11 Januari 2010 dengan
kelahiran spontan, dan tidak ada masalah selama kehamilan dan persalinan.

C. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan di keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular maupun penyakit
keturunan.

a. Penyakit Keturunan

Tidak ada riwayat penyakit keturunan

b. Kelahiran Kembar

Tidak ada riwayat kelahiran kembar

III. RIWAYAT KEHAMILAN & PERSALINAN

A. P1 G2 A0 H1

Masa Gestasi : 39-40 Minggu

Kelainan Selama Hamil : Tidak ada kelaianan selama hamil

B. Tanggal Persalinan : 10 Desember 2015 jam 17.15 selesasi jam 18.00 WIB

HPHT : 8 Maret 2015, Perkiraan Partus 15 Desember 2015

Jenis Persalinan : SC

Lama Persalinan : 45 Menit

Perdarahan : Tidak ada perdarahan selama kehamilan


Penyulit Dalam Persalinan: Tidak ada kesulitan selama persalinan

Anak : Hidup

PB : PB : 48,6 cm BB : 3200 gram

Kelainan Bawaan : Tidak ada kelainan bawaan

APGAR Score : 7/8

C. Rawat Gabung : Ya, klien rawat gabung

Alasan : Karena klien post SC

IV. DATA NUTRISI

A. Makan Dalam Sehari : 3x Sehari

B. Jenis Makanan : MB ( Nasi )

C. Makanan/Minuman Tambahan : Tidak ada makanan/minuman tambahan

D. Nafsu Makan : Nafsu makan baik

E. Makanan Pantangan : Klien tidak ada makanan pantangan

F. Tambahan Vitamin : Tidak ada tambahan vitamin

V. DATA ELIMINASI

BAK : Sudah ada

Frekuensi : 2-3x Sehari

Keluhan : Tidak ada keluhan BAK

BAB : Sudah ada

Frekuensi : 1x Sehari

Keluhan : Tidak ada keluhan BAB


VI. DATA ISTIRAHAT

Tidur Dalam Sehari : ± 4 Jam Sehari

Keluhan : Klien mengatakan tidurnya kurang karena nyeri post SC

VII.DATA AKTIVITAS

Kemampuan Ambulasi : Baik

Keluhan : Tidak ada keluhan

VIII. DATA PSIKOSOSIAL

A. Bonding

Sangat positif / score 10-12

B. Taking In

- Berorientasi pada diri sendiri

- Klien tidak takut/tidak ketergantungan dengan orang lain

Taking Hold

- Klien tertarik pada bayinya

Letting Go

- Klien mampu merawat dirinya sendiri

C. Post Partum Blues

- Klien merasa nyeri setelah operasi, skala 5 ( 1-10 ), frekuensi ketika duduk
D. Pengetahuan Ibu Tentang

- Perawatan Bayi : Klien tahu cara merawat bayinya

- Teknik Menyusui : Klien tahu cara menyusui dengan benar

- Asi Ekslusif : Klien tahu harus memberikan ASI Ekslusif pada

bayinya sampai 6 bulan

- Perawatan Payudara : Klien tahu bagaimana cara merawat payudaranya

- Senam Nifas : Klien tahu dan pernah mengikuti senam nifas

- Kebutuhan Seksual : ( Tidak Dikaji )

- Tanda2 Komplikasi : Klien tidak tahu tanda-tanda komplikasi SC

E. Tanggapan Ibu Tentang

- Penggunaan Alat KB : Klien tahu cara menggunakan alat KB tapi belum

ingin ber KB

- Waktu Pemakaian : Klien tahu waktu menggunakan KB

- Tanggapan Suami : Tidak terkaji

F. Tanggapan Keluarga Terhadap Kelahiran Bayi

- Keluarga merasa senang dan menerima kelahiran bayi klien

G. Kebiasaan / Adat Istiadat Yang Berkaitan Dengan Masa Nifas

- Tidak ada kebiasaan / adat istiadat yang berkaitan dengan masa nifas klien

IX. PEMERIKASAAN FISIK

1. Keadaan Umum : Sedang

Kesadaran : Composmentis ( E6 V4 M5 )
TD : 100/70 mmHg, RR : 19x/m, N : 82x/m

Konjungtiva : Tidak anemis

Sclera : Tidak ikhterik

Pemeriksaan Lab : Hb : 12,0 g/dl {N (W 12,0-14,0)}

Ht : 35,5 % ( 37,00-43,0 )

Leuko : 20,19 + (10^3/uL) (5,0-10,0)

2. Keadaan Payudara : Puting susu menonjol, ASI ada

3. Abdomen

- Involusio Uterus : Normal, tidak ada masalah

- TFU : 3 jari dibawah proc. Xyphoideus, kontraksi : baik

- Diastasis Recti : Normal, tidak ada masalah

- Kandung Kemih : Normal, tidak ada masalah

- Bising Usus : Tympani

4. Vulva/Perineum/Rectum

a. Lochea : ada, jumlah >500 ml, bau khas

b. Kebersihan : Bersih

c. Oedema : Tidak ada, Varices tidak ada, Haemoroid tidak ada.

d. Luka Jahitan : Ada, daerah abdomen post op, keadaan luka : kering, bersih

5. Tungkai Bawah

- Tromboplebitis : Tidak ada

- Oedema : Tidak ada

X. RENCANA PULANG
- Tanggal Perkiraan Pulang : 16 Desember 2015

- Sumber Yang Tersedia/Orang : Ada

- Financial : Mampu

- Bantuan Yang Dibutuhkan : Tidak ada

XI. Data Fokus

DS :

- Klien mengatakan masih merasakan nyeri pada daerah luka bekas operasi

- Klien mengatakan nyeri terasa ketika duduk

- Klien mengatakan nyeri dalam skala 5 dari rentang 1-10

- Klien mengatakan susah tidur

- Klien mengatakan gelisah saat tidur

- Klien mengatakan tidurnya kurang

- Klien mengatakan tidurnya ±4 jam sehari

- Klien menanyakan proses penyembuhan lukanya

- Klien menanyakan komplikasi dari SC

DO :

- Tedapat luka post op SC di abdomen

- Klien operasi SC tanggal 10 Desember 2015 jam 17.15 WIB

- Klien terlihat meringis menahan nyeri ketika duduk

- Skala nyeri 5

- Frekuensi nyeri ketika duduk

- Klien terlihat lemas

- Klien terlihat mengantuk


- TD : 100/70 mmHg, RR : 19x/m, Nadi : 82x/m

- Klien bertanya-tanya tentang penyembuhan lukanya

- Klien tidak tahu komplikasi SC

- Ht : 35,5 % ( N : 37,0 - 43,0 )

- Leuko : 20,19+{10^3/uL} ( N : 5,0-10,0 )

XII. ANALISA DATA

No

DATA FOKUS

ETIOLOGI

MASALAH

DS :

- Klien mengatakan masih merasakan nyeri pada daerah luka bekas operasi

- Klien mengatakan nyeri terasa ketika duduk

- Klien mengatakan nyeri dalam skala 5 dari rentang 1-10

DO :

- Tedapat luka post op SC di abdomen

- Klien operasi SC tanggal 10 Desember 2015 jam 17.15 WIB

- Klien terlihat meringis menahan nyeri ketika duduk

- Skala nyeri 5

- Frekuensi nyeri ketika duduk

- TD : 100/70 mmHg,

- RR : 19x/m,

- N : 82x/m
- Ht : 35,5 % ( N : 37,0 - 43,0 )

- Leuko : 20,19+{10^3/uL} ( N : 5,0-10,0 )

Trauma pasca pembedahan post op SC.

Gangguan rasa nyaman ( nyeri ).

DS :

- Klien mengatakan masih merasakan nyeri pada daerah luka bekas operasi

- Klien mengatakan nyeri terasa ketika duduk

- Klien mengatakan nyeri dalam skala 5 dari rentang 1-10

DO :

- Tedapat luka post op SC di abdomen

- Klien operasi SC tanggal 10 Desember 2015 jam 17.15 WIB

- Klien terlihat meringis menahan nyeri ketika duduk

- Skala nyeri 5

- Frekuensi nyeri ketika duduk

Trauma jaringan / luka post op

Resiko infeksi

DS :

- Klien mengatakan susah tidur

- Klien mengatakan gelisah saat tidur


- Klien mengatakan tidurnya kurang

- Klien mengatakan tidurnya ±4 jam sehari

DO :

- Klien terlihat lemas

- Klien terlihat mengantuk

- TD : 100/70 mmHg, RR : 19x/m, Nadi : 82x/m

Agen injuri fisik (luka insisi operasi)

Gangguan pola tidur

DS :

- Klien menanyakan proses penyembuhan lukanya

- Klien menanyakan komplikasi dari SC

DO :

- Klien bertanya-tanya tentang penyembuhan lukanya

- Klien tidak tahu komplikasi SC

Kurangnya sumber informasi

Kurang pengetahuan tentang perawatan ibu nifas dan perawatan post operasi

XIII. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) b/d trauma pasca pembedahan post op SC.
2. Resiko infeksi b/d Trauma jaringan / luka post op

3. Gangguan pola tidur b/d Agen injuri fisik (luka insisi operasi)

4. Kurang pengetahuan tentang perawatan ibu nifas dan perawatan post operasi b/d Kurangnya
sumber informasi
XIV. Rencana Keperawatan

No

Diagnosa

NOC

NIC

1
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) b/d trauma pembedahan post op SC.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang dengan indicator:

· Pain Level,

· Pain control,

· Comfort level

ü Klien tampak rileks

ü Klien terlihat istirahat

· Tentukan karakteristik dan lokasi

ketidaaknyamanan.

· Perhatikan isyarat verbal dan non verbal

seperti meringis, kaku dan gerakan melindungi atau terbatas.

· Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab ketidaknyamanan dan intervensi yg
tepat

· Evaluasi tekanan darah (TD) dan nadi: perhatikan perubahan prilaku (bedakan antara kegelisahan
karena kehilangan darah berlebihan dan arena nyeri)

· Perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya/ karakteristik nyeri penyerta: perhatikan infuse
oksitosin pasca operasi.

· Ubah posisi klien, kurangi rangsangan yang berbahaya, dan berikan gosokan punggung. Anjurkan
penggunaan teknik pernapasan dan relaksasi dan distraksi. Seperti dipelajari pada kelas melahirkan anak
anjurkan keberadaan dan partisipasi pasangan bila tepat.

· Lakukan latihan nafas dalam dan batuk dengan menggunakan prosedur-prosedur pembebatan
dengan tepat, 30 menit setelah pemberian analgesic

Kolaborasi

· Berikan analgesic setiap 3-4 jam, berlanjut dari rute IV / intramuslular sampai ke rute oral.

· Berikan obat pada klien yang menyusui 48-60 menit sebelum menyusui.

Tinjau ulang / pantau penggunan analgesia yang dikontrol pasien (PCA) sesuai indikasi.
2

Resiko infeksi b/d Trauma jaringan / luka post op

Setelah dilakuakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan resiko infeksi terkontrol dengan
indicator:

· Immune Status

· Knowledge : Infection control

· Risk control

ü Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

ü Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta


penatalaksanaannya,

ü Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksiJumlah leukosit dalam batas normal

ü Menunjukkan perilaku hidup sehat

Infection Control (Kontrol infeksi)

· Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain

· Pertahankan teknik isolasi

· Batasi pengunjung bila perlu

· Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
meninggalkan pasien

· Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan

· Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan

· Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung

· Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat

· Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum

· Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing

· Tingktkan intake nutrisi

· Berikan terapi antibiotik bila perlu

· Infection Protection (Proteksi Terhadap Infeksi)


· Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

· Monitor hitung granulosit, WBC

· Monitor kerentanan terhadap infeksi

· Batasi pengunjung

· Saring pengunjung terhadap penyakit menular

· Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko

· Pertahankan teknik isolasi k/p

· Berikan perawatan kuliat pada area epidema

· Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase

· Ispeksi kondisi luka / insisi bedah

· Dorong masukkan nutrisi yang cukup

· Dorong masukan cairan

· Dorong istirahat

· Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep

· Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

· Ajarkan cara menghindari infeksi

· Laporkan kecurigaan infeksi

· Laporkan kultur positif

Gangguan pola tidur b/d Agen injuri fisik (luka insisi operasi)

NOC

v Axniety Control

v Comfort Level

v Pain Level

v Rest : Extend and Pattern


v Sleep : Extend and Pattern

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan gangguan pola tidur pasien
teratasi dengan kriteria hasil :

v Jumlah jam tidur dalam batas normal

v Pola tidur, kualitas dalam batas normal

v Perasaan fresh sesudah tidur/istirahat

v Mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur

NIC :

Sleep Enhancement

· Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur

· Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat

· Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur (membaca)

· Ciptakan lingkungan yang nyaman

· Kolaborasi pemberian obat tidur

Kurang pengetahuan tentang perawatan ibu nifas dan perawatan post operasi b/d Kurangnya sumber
informasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pengetahuan klien tentang
perawatan ibu nifas dan perawatan bayi akan meningkat dengan kriteria hasil :

· Mampu menjelaskan tentang perawatan ibu nifas dan perawatan bayi.

Pendidikan kesehatan

· Kaji tingkat pengetahuan klien.


· Jelaskan tentang cara perawatan ibu nifas dan perawatan bayi dengan bahasa yang sederhana

· Diskusikan tentang perubahan gaya hidup pada pasien yang mungkin dibutuhkan.

· Klarifikasi informasi yang diberikan oleh tim kesehatan lain sebelum informasi kita berikan.

XV. Implementasi & Evaluasi

No

Hari / Tanggal

Diagnosa

Jam

Implementasi

Evaluasi

Paraf

Selasa / 15 Desember 2015

Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) b/d trauma pembedahan post op SC.

09.00

1. Menentukan karakteristik dan lokasi dan ketidaaknyamanan. Memperhatikan isyarat verbal dan non
verbal seperti meringis, kaku dan gerakan melindungi atau terbatas.
2. Memberikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab ketidaknyamanan dan intervensi
yang tepat.

3. Mengevaluasi tekanan darah (TD) dan nadi: Memperhatikan perubahan prilaku (membedakan antara
kegelisahan karena kehilangan darah berlebihan dan karena nyeri)

4. Menganjurkan penggunaan teknik pernapasan dan relaksasi dan distraksi.

5. Menganjurkan keberadaan dan partisipasi pasangan bila tepat.

6. Berkolaborasi dalam pemberian analgetik sesuai indikasi

S:

- Klien mengatakan luka masih terasa nyeri

- Klien mengatakan terasa nyeri ketika duduk

- Klien mengatakan skala nyeri 3

O:

- Skala nyeri 3

- Tekanan darah 100/70 mmHg, N : 82x/i RR : 20x/i

A : Masalah teratasi sebagian

P : Implementai dilanjutkan

Selasa / 15 Desember 2015

Resiko infeksi b/d Trauma jaringan / luka post op

09.30

1. Membersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain

2. Mempertahankan teknik isolasi


3. Membatasi pengunjung

4. Menginstruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
meninggalkan pasien

5. Mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan

6. Mempertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat

7. Memonitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

8. Mendorong pasien untuk istirahat

9. Meginstruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep

10. Mengajarkan cara menghindari infeksi

11. Melaporkan kecurigaan bila terjadi infeksi

S:

- Klien mengatakan luka sudah mulai kering

- Klien mengatakan tidak ada tanda infeksi

- Klien mengatakan masih merasakan nyeri

O:

- Luka terlihat sudah kering

- Tidak ada tanda infeksi

A : Masalah teratasi sebagian

P : Implementasi dipertahankan

Selasa / 15 Desember 2015

Gangguan pola tidur b/d Agen injuri fisik (luka insisi operasi)

10.00
1. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat

2. Memfasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur (membaca)

3. Menciptakan lingkungan yang nyaman

4. Kolaborasi pemberian obat tidur

S:

- Klien mengatakan tidurnya +/- 6 jam tadi malam

- Klien mengatakan sudah merasa nyaman

O:

- Klien tampak istirahat

- Klien tampak segar

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Selasa / 15 Desember 2015

Kurang pengetahuan tentang perawatan ibu nifas dan perawatan post operasi b/d Kurangnya sumber
informasi

11.30

1. Mengkaji tingkat pengetahuan klien.

2. Menjelaskan tentang cara perawatan ibu nifas dan perawatan bayi dengan bahasa yang sederhana

3. Mendiskusikan tentang perubahan gaya hidup pada pasien yang mungkin dibutuhkan.

4. Mengklarifikasi informasi yang diberikan oleh tim kesehatan lain sebelum informasi kita berikan.
S:

- Klien mengatakan sudah paham tentang cara merawat dirinya dan bayinya

O:

- Klien mampu menjelaskan cara merawat dirinya dan bayinya

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dipertahankan

Rabu / 16 Desember 2015

Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) b/d trauma pembedahan post op SC.

09.00

1. Menentukan karakteristik dan lokasi dan ketidaaknyamanan. Memperhatikan isyarat verbal dan non
verbal seperti meringis, kaku dan gerakan melindungi atau terbatas.

2. Memberikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab ketidaknyamanan dan intervensi
yang tepat.

3. Mengevaluasi tekanan darah (TD) dan nadi: Memperhatikan perubahan prilaku (membedakan antara
kegelisahan karena kehilangan darah berlebihan dan karena nyeri)

4. Menganjurkan penggunaan teknik pernapasan dan relaksasi dan distraksi.

5. Menganjurkan keberadaan dan partisipasi pasangan bila tepat.

6. Berkolaborasi dalam pemberian analgetik sesuai indikasi

S:

- Klien mengatakan sudah merasa sedikit nyaman

- Klien mengatakan masih terasa sedikit nyeri ketika duduk

- Klien mengatakan skala nyeri 2


O:

- Skala nyeri 2

- Tekanan darah 110/80 mmHg, N : 82x/i RR : 20x/i

A: Masalah teratasi sebagian,

Klien sudah diizinkan pulang

P : Implementai dipertahankan

Rabu / 16 Desember 2015

Resiko infeksi b/d Trauma jaringan / luka post op

10.00

1. Membersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain

2. Mempertahankan teknik isolasi

3. Membatasi pengunjung

4. Menginstruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
meninggalkan pasien

5. Mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan

6. Mempertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat

7. Memonitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

8. Mendorong pasien untuk istirahat

9. Meginstruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep

10. Mengajarkan cara menghindari infeksi

11. Melaporkan kecurigaan bila terjadi infeksi

S:
- Klien mengatakan luka sudah mulai kering

- Klien mengatakan tidak ada tanda infeksi

- Klien mengatakan masih nyeri sedikit

O:

- Luka terlihat sudah kering

- Tidak ada tanda infeksi

A : Masalah teratasi sebagian

Klien sudah diizinkan pulang

P : Implementasi dipertahankan

BAB IV

PEMBAHASAN
Selama kelompok melakukan Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Post Op Sectio Cesarea di
Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi pada tanggal 14 Desember 2015
sampai dengan tanggal 16 Desember 2015, ada beberapa hal yang perlu dibahas dan diperhatikan.

Dalam penerapan asuhan keperawatan tersebut kelompok telah berusaha mencoba menerapkan
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Post Op Sectio Cesarea sesuai dengan teori-teori yang
ada. Untuk melihat lebih jelas asuhan keperawatan yang diberikan dan sejauh mana keberhasilan
yang dicapai, akan diuraikan sesuai dengan tahap-tahap proses keperawatan di mulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pengkajian adalah merupakan tahap yang sistematis dalam pengumpulan data tentang individu,
keluarga dan kelompok

(Carpenito & Moyet, 2007)

Dalam melakukan pengkajian pada klien data di dapatkan dari klien , beserta keluarga , catatan
medis serta tenaga kesehatan lainnya.

a. Riwayat kesehatan sekarang

Dalam tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus tidak ada terdapat kesenjangan pada saat dilakukan
pengkajian. Pada tinjauan teori biasanya klien mengeluh nyeri, luka bekas post op SC, dan pada
tinjauan kasus juga ditemukan klien mengatakan nyeri, dan luka bekas post op SC.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Terdapat kesenjangan dalam tinjauan biasanya klien ada riwayat hipertensi atau penyakit seperti DM,
jantung sedangkan berdasarkan hasil wawancara pada Ny.M tidak ditemukan adanya riwayat hipertensi
maupun penyakit yang lain.

c. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada teoritis dan pada kasus sama karena pemeriksaan fisik penting untuk
menentukan keadaan pasien. Pemeriksaan fisik pada teori mengacu pada pemeriksaan head to
toe, pemeriksaan keadaan umum, tingkat kesadaran serta TTV ( TD, P, N, S ) pada kasus
kelompok juga melakukan pemeriksaan head to toe, pemeriksaan kesadaran, keadaan umum,
serta pemeriksaan TTV ( TD, N, P, S ).

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan
spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi

( Doenges, 2000 : 8 ).

Pada tinjauan teoritis ditemukan 8 diagnosa keperawatan sedangkan pada tinjauan kasus
ditemukan 4 diagnosa keperawatan. Diagnosa yang ditemukan pada teori :

1. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan post op SC

2. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan trauma pembedahan post op SC.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/ luka post op

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi penyakit

5. Resiko terjadinya cidera berhubungan dengan vasospasme dan peningkatan tekanan darah

6. Konstipasi berhubungan dengan ketidakmampuan eleminasi

7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kondisi diri menurun

8. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri atau ketidaknyamanan, proses persalinan dan
kelahiran melelahkan.

( Doegoes marylin, 2001 ).

Sedangkan pada kasus ditemukan 4 diagnosa yaitu :

1. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) b/d trauma pasca pembedahan post op SC.

2. Resiko infeksi b/d Trauma jaringan / luka post op

3. Gangguan pola tidur b/d Agen injuri fisik (luka insisi operasi)

4. Kurang pengetahuan tentang perawatan ibu nifas dan perawatan post operasi b/d Kurangnya
sumber informasi

Diagnosa pada kasus yang tidak ditemukan di teori adalah :

1. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan post op SC

2. Resiko terjadinya cidera berhubungan dengan vasospasme dan peningkatan tekanan darah

3. Konstipasi berhubungan dengan ketidakmampuan eleminasi


4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kondisi diri menurun

Diagnosa yang lainnya tidak muncul pada tinjauan kasus karena tidak ada data pendukung pada
tinjauan kasus diatas.

C. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan
tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi keperawatan dipilih untuk membantu
pasien dalam mencapai hasil pasien yang diharapkan dan tujuan pemulangan ( Doenges, 2000 : 10 ).

Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan kepada klien berdasarkan prioritas masalah yang
ditemukan, tidak semua rencana tindakan pada teori dapat ditegakkan pada tinjauan kasus karena
rencana tindakan pada tinjauan kasus disesuaikan dengan keluhan dan keadaan pasien.

D. Implementasi

Setelah rencana tindakan ditetapkan, maka dilanjutkan dengan melakukan rencana tersebut dalam
bentuk nyata, dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien post sectio caesarea, hal ini tidaklah
mudah. Terlebih dahulu kelompok mengatur strategi agar tindakan keperawatan dapat terlaksana,
yang dimulai dengan melakukan pendekatan pada klien agar nantinya klien mau melaksanakan
apa yang perawat anjurkan, sehingga seluruh rencana tindakan keperawatan yang dilaksanakan
sesuai dengan masalah yang dihadapi klien.

Dalam melakukan rencana tindakan, penulis tidak menemukan kesulitan yang berarti, hal ini
disebabkan karena :

a. Adanya faktor perencanaan yang baik dan sistematik sehingga memudahkan untuk melakukan
tindakan keperawatan

b. Pendekatan yang dilakukan pada klien dan keluarga dengan baik sehingga klien merasa
percaya pada kelompok dan mudah dalam pemberian serta pelaksanaan tindakan keperawatan

c. Adanya kerja sama yang baik dengan petugas ruangan, sehingga penulis mendapat bantuan
dalam melalaksanakan tindakan keperawatan.

E. Evaluasi
Dari 4 diagnosa keperawatan yang kelompok tegakkan sesuai dengan apa yang kelompok temukan
dalam melakukan studi kasus dan melakukan asuhan keperawatan, kurang lebih sudah mencapai
perkembangan yang lebih baik dan optimal, maka dari itu dalam melakukan asuhan keperawatan
untuk mencapai hasil yang maksimal memerlukan adanya kerja sama antara kelompok dengan klien,
perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya.

Kelompok tidak dapat melihat perkembangan selama 3 hari berturut-turut karena pada hari kedua
pasien sudah dibolehkan pulang.

1. Pada diagnosa 1 yaitu gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan trauma
pembedahan post sc dianggap masalah sudah teratasi sebagian karena nyeri klien sudah berkurang dan
skala nyeri 3.

2. Pada diagnosa 2 yaitu resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/ luka post op diangaap
masalah sudah teratasi sebagian karena tidak ada tampak tanda-tanda infeksi lagi hanya luka kering.

3. Pada diagnosa 3 yaitu gangguan pola tidur berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi
operasi) dianggap masalah sudah teratasi karena klien sudah mulai tenang, klien sudah terlihat
segar, dan tidur klien dalam batas normal dan tekanan darah sudah kembali normal 110/70 mmHg.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sectio Caesarea adalah Masa setelah proses pengeluaran janin yang dapat hidup di luar
kandungan dari dalam uterus ke dunia luar dengan menggunakan insisi pada perut.

Dari uraian diatas kelompok dapat mengambil kesimpulan :

1. Pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan sectio caesarea diruang rawat inap
kebidanan Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2015 dapat dilakukan dengan baik
dan tidak mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data.

2. Pada diagnosa asuhan keperawatan pada pasien dengan sectio caesarea diruang rawat inap
kebidanan Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2015 dapat dirumuskan 4 diagnosa
pada tinjauan kasus.
3. Pada perencanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan sectio caesarea diruang rawat
inap kebidanan Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2015 semua perencanaan
dapat diterapkan pada tinjauan kasus.

4. Pada implementasi asuhan keperawatan pada pasien dengan sectio caesarea diruang rawat
inap kebidanan Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2015 hampir semua dapat
dilakukan, namun ada beberapa rencana tindakan yang kelompok tidak lakukan tetapi dilakukan
oleh perawat ruangan tersebut.

5. Evaluasi pada pasien dengan sectio caesarea diruang rawat inap kebidanan Rumah Sakit Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2015 dapat dilakukan dan dari 4 diagnosa hampir semua
masalah teratasi dan klien boleh pulang.

B. Saran

a. Bagi Mahasiswa

Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi dan memperluas wawasan mengenai Post
Op SC dengan karena dengan adanya pengetahuan dan wawasan yang luas mahasiswa akan
mampu mengembangkan diri dalam masyarakat dan memberikan pendidikan kesehatan bagi
masyarakat mengenai SC dan fakor –faktor pencetusnya serta bagaimana pencegahan untuk kasus
tersebut.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Peningkatan kualitas dan pengembangan ilmu mahasiswa melalui studi kasus agar dapat
menerapkan asuhan keperawatan secara komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, L.J. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4 (Terjemahan).

Jakarta: EGC.

Carpenito, 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 21. Alih Bahasa :

Yasmin Asih, S.Kp. Jakarta : EGC

Cunningham, G.R. 2006. Obstetri Williams, Edisi 21, Alih Bahasa : Andry

Hartono dan Joko Suyono. Jakarta: EGC.

Doengoes, M.E. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih Bahasa I Made

Kariasi, S.Kp. Ni Made Sumawarti, S.Kp. Jakarta: EGC.

Hutahaean, S. 2009. Asuhan Keperawatan dalam Maternitas dan Ginekologi.

Jakarta: Trans Info Media.

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

NANDA. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa Budi Santoso.

Jakarta: Prima Medika.

Oxorn H dan Forte W.R. 2010. Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan.

Editor Dr. Mohammad Hakimi, Ph.D. Yogyakarta: Yayasan Essentia


Medika (YEM).

Prawirohardjo, S. 2007. Ilmu Kebidanan. Editor Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro,

SpOG. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Saifuddin. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Editor, Gulardi Hanifa Winknjosastro, Biran Affandi, Djoko

Waspodo. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Yongki, Mohamad Juda, Rodiyah dan Sudarti. 2010. Asuhan Pertumbuhan

Kehamilan Persalinan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Muha

Medika.

Fuadil Ulum di 10:09 PM

Share

No comments:

Post a Comment

Home

View web version

About Me

My photo

Fuadil Ulum

View my complete profile


Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai