ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DIRUANG RAWAT INAP
KEBIDANAN RUMAH SAKIT ACHMAD MOECHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2015
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah
sehingga kami dapat meyelesaikan tugas akhir praktek klinik keperawatan maternitas II ini tepat pada
waktunya.
Dalam penyelesaian tugas ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, antara
lain dosen dan pembimbing puskesmas serta teman - teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu
namanya, yang telah banyak memberikan sumbangan, masukan, dukungan, dalam penyelesaian tugas
akhir ini. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir ini belum sempurna. Untuk itu segala saran
dan kritikan yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari semua pihak, demi kesempurnaan
bagi penulisan berikutnya.
Semoga dengan adanya tugas akhir ini akan dapat memberikan manfaat yang besar bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca semua pada umumnya.
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan.................................................................................................... 2
C. Manfaat................................................................................................. 3
I. Konsep Dasar
A. Definisi................................................................................................... 4
B. Anatomi Fisiologi................................................................................... 4
C. Etiologi................................................................................................... 7
D. Patofisiologi/WOC................................................................................. 9
E. Manifestasi Klinis................................................................................... 12
F. Pemeriksaan Diagnostik......................................................................... 12
G. Penatalaksanaan...................................................................................... 13
H. Komplikasi.............................................................................................. 14
A. Pengkajian.............................................................................................. 14
B. Diagnosa Keperawatan........................................................................... 18
C. Intervensi................................................................................................ 19
D. Implementasi.......................................................................................... 26
E. Evaluasi.................................................................................................. 26
A. Pengkajian.............................................................................................. 27
B. Diagnosa Keperawatan........................................................................... 33
C. Intervensi................................................................................................ 34
D. Implementasi.......................................................................................... 38
E. Evaluasi.................................................................................................. 38
BAB IV : PEMBAHASAN
A. Pengkajian.............................................................................................. 42
B. Diagnosa Keperawatan........................................................................... 43
C. Intervensi................................................................................................ 45
D. Implementasi.......................................................................................... 45
E. Evaluasi.................................................................................................. 46
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................. 47
B. Saran....................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian langsung pada operasi sectio caesaria (SC) adalah 5,8 per 100.000 kelahiran hidup.
Sedangkan angka kesakitan sekitar 27,3% dibandingkan dengan persalinan normal hanya sekitar 9 per
1000 kejadian. WHO (World Health Organization) menganjurkan operasi SC hanya sekitar 10 – 15% dari
jumlah total kelahiran. Anjuran WHO tersebut tentunya didasarkan pada analisis resiko – resiko yang
muncul akibat SC. Baik resiko bagi ibu maupun bayi (Nakita, 2009).
Sectio caesaria berarti bahwa bayi dikeluarkan dari uterus yang utuh melalui operasi pada abdomen. Di
Negara – Negara maju, frekuensi operasi SC berkisar antara 1,5% sampai dengan 7% dari semua
persalinan (Sarwono, 1999). Angka sectio caesaria meningkat dari 5% pada 25 tahun yang lalu menjadi
15%. Peningkatan ini sebagian disebabkan oleh “mode”, sebagian karena ketakutan timbul perkara jika
tidak dilahirkan bayi yang sempurna, sebagian lagi karena pola kehamilan, wanita menunda kehamilan
anak pertama dan membatasi jumlah anak (Jensen, 2002).
Di Negara berkembang seperti di Indonesia kejadian operasi SC yang semakin banyak issue, tetapi masih
ada suatu indikator yang dijadikan patokan masyarakat. Dari data yang ada pada tahun 1975, di jaman
operasi SC masih jarang dilakukan, angka kematian ibu yang melahirkan sekitar 30 orang setiap 1000
orang ibu yang melahirkan. Melalui keseriusan pemerintah untuk menekan angka kematian ibu terus di
upayakan sehingga pada tahun 1996 mencanangkan “ Gerakan Sayang Ibu (GSI)“ dan mematok angka
2,25% dari semua persalinan sebagai target nasional untuk menurunkan angka kematian itu pada akhir
tahun 1999 (Cindy, dkk, 2005).
Dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan pada masyarakat perlu dikembangkan, salah satunya
adalah pelayanan keperawatan pada ibu post partum. Umumnya pada beberapa negara berkembang
seperti Indonesia, angka kematian ibu yang mengalami persalinan masih tinggi. Penyebab terbesar
kematian ibu pada persalinan adalah karena komplikasi dan perawatan pasca persalinan yang tidak baik.
Oleh karena itu, pelayanan keperawatan pada ibu post partum sangat diperlukan dan perlu
mendapatkan perhatian yang utama untuk menurunkan angka kematian ibu post partum akibat
komplikasi.
Perawat harus memahami hal tersebut, harus mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien post
operasi SC. Melakukan pengkajian pada pasien, menentukan diagnosa yang bisa atau yang mungkin
muncul, menyusun rencana tindakan, dan mengimplementasikan rencana tersebut, serta mengevaluasi
hasilnya. Pasien post operasi tidak hanya membutuhkan obat – obatan dari dokter saja, tetapi sangat
penting mendapatkan asuhan keperawatan yang memadai selama perawatan di rumah sakit.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktek di RSUD. Dr. Achmad Moechtar diharapkan mahasiswa D-III Keperawatan
STIKes Perintis Sumbar mampu memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. M dengan
Post Partum Sectio Caesaria.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan Pengkajian pada Ny. M dengan post partum Sectio Caesaria di
Rumah Sakit Dr. Achmad Moechtar Bukittinggi.
2. Mahasiswa mampu menegakkkan Diagnosa keperawatan pada Ny. M dengan post partum Sectio
Caesaria di Rumah Sakit Dr. Achmad Moechtar Bukittinggi.
3. Mahasiswa mampu melakukan Intervensi keperawatan pada Ny. M dengan post partum Sectio
Caesaria di Rumah Sakit Dr. Achmad Moechtar Bukittinggi.
4. Mahasiswa mampu melakukan Implementasi keperawatan pada Ny. M dengan post partum Sectio
Caesaria di Rumah Sakit Dr. Achmad Moechtar Bukittinggi.
5. Mahasiswa mampu melakukan Evaluasi keperawatan pada Ny.M dengan post partum Sectio
Caesaria di Rumah Sakit Dr. Achmad Moechtar Bukittinggi
6. Mahasiswa mampu melakukan Pendokumentasian keperawatan pada Ny. M dengan post partum
Sectio Caesaria di Rumah Sakit Dr. Achmad Moechtar Bukittinggi.
C. Manfaat
Sebagai bahan untuk mengembangkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan post partum
Sectio Caesaria dan melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan post partum Sectio Caesaria.
b. Bagi Pembaca
Sebagai bahan referensi dan menambah pengetahuan tentang post partum Sectio Caesaria dan Asuhan
keperawatan pada klien dengan post partum Sectio Caesaria.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
I. Konsep Dasar
A. Defenisi
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus
melalui dinding depan perut atau vagina atau suatu histerektomia untuk janin dari dalam rahim (
Mochtar, 1998 ). Sedangkan Wiknjosastro (2010), mengatakan bahwa Sectio caesaria (SC) adalah
membuka perut dengan sayatan pada dinding perut dan uterus yang dilakukan secara vertical atau
mediana, dari kulit sampai fasia (Wiknjosastro, 2010). Pendapat lain mengatakan bahwa SC adalah
pembedahan untuk mengeluarkan anak dari rongga rahim dengan mengiris dinding perut dan dinding
rahim (Angraini, 2008). SC adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada dinding
abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut serta
dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat (Harnawatiaj, 2008). Prawirohardjo
(2005), berpendapat bahwa SC adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding uterus.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Sectio Caesarea merupakan suatu pembedahan
untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus.
B. Anatomi Fisiologi
http://image.slidesharecdn.com/anatomidanfisiologi-141103080523-conversion-gate01/95/anatomi-
dan-fisiologi-reproduksi-wanita-5-638.jpg?cb=1415002026Menurut Syaifuddin ( 2009 : 312 ) , anatomi
fisiologi sistem reproduksi wanita :
- Genitalia eksterna
Genitalia eksterna sering dinamakan vulva, yang artinya pembungkus atau penutup vulva terdiri
dari :
1. Mons pubis
2. Labia mayora
Terdiri dari 2 buah lipatan kulit dengan jaringan lemak di bawah nya yang berlanjut ke bawah
sebagai perluasan dari mons pubis dan menyatu menjadi perinium
3. Labia minora
Merupakan 2 buah lipatan tipis kulit yang terletak di sebelah dalam labia mayora, labia minora
tidak memiliki lemak subkutan.
4. Klitoris
Merupakan tonjolan kecil jaringan erektif yang terletak pada titik temu labia minora di sebelah
anterior , sebagai salah satu zona erotik yang utama pada wanita.
5. Vestibulum
Struktur ini membentang dari fourchette ( titik temu labia minora di sebelah posterioranus
- https://jago105.files.wordpress.com/2013/03/lk.jpgGenitalia interna
1. Vagina
Merupakan saluran fibromuskuler elastis yang membentang ke atas dan ke belakang dari vulva
hingga uterus. Dinding anterior vagina memiliki panjang 7,5 cm dan dinding posteriornya 9 cm.
Fungsi vagina :
- Saluran keluar bagi janin dan produk pembuahan lainnya saat persalinan
2. Uterus
Berbentuk seperti buah advokat, sebesar telur ayam. Terdiri dari fundus uteri, korpus uteri dan
serviks uteri. Korpus uteri merupakan bagian uterus terbesar dan sebagai tempat janin berkembang.
- Fundus uteri
- Korpus uteri
· Menyediakan tempat yang sesuai bagi ovum yang suadah di buahi untuk menanamkan diri.
· Jika korpus luteum tidak berdegenerasi, yaitu jika korpus luteum dipertahankan oleh
kehamilan, maka estrogen akan terus di produksi sehingga kadar nya tetap berada di atas nilai
ambang perdarahan haid dan amenorea merupakan salah satu tanda pertama untuk kehamilan.
· Memberikan perlindungan dan nutrisi pada embrio atau janin sampai matur.
3. Tuba fallopi
Disebut juga dengan oviduct, saluran ini terdapat pada setiap sisi uterus dan membentang dari
kornu uteri ke arah dinding lateral pelvis.
4. Ovarium
Merupakan kelenjar kelamin. Ada 2 buah ovarim yang masing-masing terdapat pada tiap sisi dan
berada di dalam kavum abdomen di belakang ligamentum latum dekat ujung fibria tuba
falopi.Fungsi ovarium adalah untuk produksi hormon dan ovulasi.
C. Etiologi
Manuaba (2002), indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen, perdarahan
antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar
melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab
sectio caesarea sebagai berikut:
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar
kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul
merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang
harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau
panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga harus
dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi
asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab
terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan
penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa
dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam
belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu.
d. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko
terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat
mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
e. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan,
adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling rendah.
Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar
panggul.
b) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini
jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
c) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan tetap paling depan. Pada
penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang
kepala.
2. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan
bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi
bokong, presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna (Saifuddin, 2002).
D. Patofisiologi / WOC
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak dapat lahir
secara normal / spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi
cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks,
dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu
Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien mengalami
imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara
dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien
secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post operasi akan
menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan
tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan,
pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin
dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir,
daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan masalah risiko infeksi.
PATHWAY SC
(Chepalo Pelvik Disproportion) (PreEklamsi Berat) (Ketuban Pecah Dini) (Bayi Kembar) (Faktor Hambatan
Jalan Lahir) (Kelainan Letak Janin)
Tindakan SC
Anestesi
Insisi
Penurunan saraf
simpatis Perdarahan
Luka
MK :
Intoleransi Aktivitas
Penurunan Hb
MK :
Gangguan
Rasa nyaman
Ketidakmampuan
O2 dan Sirkulasi
MK :
Konstipasi
MK :
Gangguan
Pola tidur
MK :
Resiko cidera
MK :
Kurang Pengetahuan
2. Manuaba (2002)
E. Manifestasi Klinis
Persalinan dengan Sectio Caesaria , memerlukan perawatan yang lebih koprehensif yaitu: perawatan
post operatif dan perawatan post partum.Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doenges
(2001),antara lain :
d. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak banyak)
k. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya kurang paham prosedur
F. Pemeriksaan Diagnostik
a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan
mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
e. Pemeriksaan elektrolit.
G. Penatalaksanaan
Penatalakanaan yang diberikan pada pasien Post SC menurut (Prawirohardjo, 2007) diantaranya:
a. Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan seperti Asam Mefenamat, Ketorolak,
Tramadol.
c. Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain. Walaupun pemberian antibiotika
sesudah Sectio Caesaria efektif dapat dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan.
a. Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 4 jam
kemudian.
c. Mobilisasi
Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat tidur dengan dibantu paling sedikit
2 kali. Pada hari kedua penderita sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan bantuan.
d. Pemulangan
Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada hari kelima setelah operasi
H. Komplikasi
1. Infeksi puerperal
Komplikasi yang bersifat ringan seperti kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari dalam masa nifas
yang bersifat berat seperti peritonitis, sepsis.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uterine ikut terbuka atau
karena atonia uteri.
3. Komplikasi lain seperti luka kandung kemih, kurang kuatnya jaringan parut pada dinding uterus
sehingga bisa terjadi ruptur uteri pada kehamilan berikutnya.
II. Asuhan Keperawatan Teoritis
A. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi distress janin,
kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan
plasenta previa.
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan,
pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register , dan diagnosa keperawatan.
2. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak.
3. Riwayat kesehatan
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit
kelamin atau abortus.
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar pervaginan secara sepontan
kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus,
yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien.
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara pencegahan, penanganan,
dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam
perawatan dirinya
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan untuk menyusui
bayinya.
c) Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada aktifitas ringan,
tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas
karena mengalami kelemahan dan nyeri.
d) Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing selama masa nifas yang
ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga
sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB.
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya kehadiran sang bayi dan
nyeri epis setelah persalinan
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain.
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri perut akibat involusi
uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang persalinan dampak
psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari seksual yang tidak
adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
5. Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya cloasma gravidarum, dan
apakah ada benjolan
b) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena adanya proses menerang yang
salah
c) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput
mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing
d) Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari
telinga.
e) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang ditemukan pernapasan cuping
hidung
f) Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola mamae dan papila mamae
g) Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari
dibawa pusat.
h) Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat pengeluaran mekomium yaitu
feses yang dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
i) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
j) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus, karenan preeklamsia
atau karena penyakit jantung atau ginjal.
k) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat, pernafasan meningkat,
suhu tubuh turun.
2. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan trauma pembedahan post op SC.
5. Resiko terjadinya cidera berhubungan dengan vasospasme dan peningkatan tekanan darah
8. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri atau ketidaknyamanan, proses persalinan dan
kelahiran melelahkan.
C. Intervensi Keperawatan
No
Diagnosa
NOC
NIC
· Pain Level,
· Pain control,
· Comfort level
ü Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri, mencari bantuan)
Pain Management
· Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
· Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
lampau
· Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
· Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
· Tingkatkan istirahat
· Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
Analgesic Administration
· Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
· Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
· Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
· Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan trauma pembedahan post op SC.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang dengan indicator:
· Pain Level,
· Pain control,
· Comfort level
· Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab ketidaknyamanan dan intervensi yg
tepat
· Evaluasi tekanan darah (TD) dan nadi: perhatikan perubahan prilaku (bedakan antara kegelisahan
karena kehilangan darah berlebihan dan arena nyeri)
· Perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya/ karakteristik nyeri penyerta: perhatikan infuse
oksitosin pasca operasi.
· Ubah posisi klien, kurangi rangsangan yang berbahaya, dan berikan gosokan punggung. Anjurkan
penggunaan teknik pernapasan dan relaksasi dan distraksi. Seperti dipelajari pada kelas melahirkan anak
anjurkan keberadaan dan partisipasi pasangan bila tepat.
· Lakukan latihan nafas dalam dan batuk dengan menggunakan prosedur-prosedur pembebatan
dengan tepat, 30 menit setelah pemberian analgesic
Kolaborasi
· Berikan analgesic setiap 3-4 jam, berlanjut dari rute IV / intramuslular sampai ke rute oral.
· Berikan obat pada klien yang menyusui 48-60 menit sebelum menyusui.
· Tinjau ulang / pantau penggunan analgesia yang dikontrol pasien (PCA) sesuai indikasi.
Setelah dilakuakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan resiko infeksi terkontrol dengan
indicator:
· Immune Status
· Risk control
ü Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksiJumlah leukosit dalam batas normal
ü Menunjukkan perilaku hidup sehat
· Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
meninggalkan pasien
· Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
· Batasi pengunjung
· Dorong istirahat
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tingkat pengetahuan meningkat
dengan indicator :
· Knowledge increase
· Kaji kesiapan dan motivasi klien untuk belajar. Bantu klien / pasangan dalam mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan
· Berikan rencana penyuluhan tertulis dengan menggunakan format yang standarisasi atau
ceklis,dokumentasi informasi yang diberikan dan respon klien.
· Berikan informasi yang berhubungan dengan perubahan fisiologis dan psikologis yang normal
berkenaan dengan kelahiran sesar dan kebutuhan berkenaan dengan periode pascapartum
· Berikan atau kuatkan informasi yang berhubungan dengan pemeriksaan pascapartum lanjutan.
Resiko terjadinya cidera berhubungan dengan vasospasme dan peningkatan tekanan darah
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan menurunkan faktor-faktor resiko
dan perlindungan diri dengan indicator :
· Tinjau ulang catan prenatal dan intra partal terhadap faktor-faktor yang mempredisposisikan klien
pada komplikasi.catat kadar HB dan kehilangan darah operatif.
· Pantau TD,nadi,dan suhu.catat kulit dingin, basah: nadi lemah dan halus : perubahan prilaku :
pelambatan pengisian kapiler : atau sianosis.
· Inspeksi balutan terhadap pendarahan berlebihan. Catat tanggal drainase pada balutan beritahu
dokter bila rembesan berlanjut
· Pantau masukan cairan dan haluaran urin perhatikan penampilan warna, konsistensi dan berat
jenis urin.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan eleminasi klien lancar dengan
indicator :
· Auskultasi terhadap adanya bising usus pada keempat kuadran setiap 4 jam setelah kelahiran
sesarea
· Anjurkan cairan oral yang adekuat bila masukan oral sudah mulai kembali. Anjurkan
peningkatan diet makanan kasar dan buah-buahan dan sayuran dan bijinya.
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik(
Nursalam,2001).
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan berguna untuk memenuhi kebutuhan
klien mencapai tujuan yang diharapkan secara optimal.
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap
suatu kejadian dalam proses keperawatan. Dokumentasi tindakan keperawatan ini berguna untuk
komunikasi antar tim kesehatan sehingga memungkinkan pemberian tindakan keperawatan yang
berkesinambungan.
E. Evaluasi
Evaluasiadalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan
keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan
(Brooker, 2001).
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
B. Status Perkawinan
a. Keluhan Utama
Saat dikaji pada tanggal 14 Desember 2015 jam 11.05 WIB, klien mengatakan masih merasakan nyeri
pada daerah luka bekas operasi, nyeri dirasakan dalam skala 5 dari ( 1-10 ), frekuensi ketika duduk, klien
juga mengatakan susah tidur dan tidurnya kurang, klien mengatakan tidurnya ±4 jam sehari, dan klien
bertanya-tanya tentang proses penyembuhan luka operasinya ( Klien post operasi SC pada tanggal 10
Desember 2015 ).
b. Keluhan Lain
Klien mengatakan ini adalah kehamilan yang kedua, persalinan pertama pada 11 Januari 2010 dengan
kelahiran spontan, dan tidak ada masalah selama kehamilan dan persalinan.
Klien mengatakan di keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular maupun penyakit
keturunan.
a. Penyakit Keturunan
b. Kelahiran Kembar
A. P1 G2 A0 H1
B. Tanggal Persalinan : 10 Desember 2015 jam 17.15 selesasi jam 18.00 WIB
Jenis Persalinan : SC
Anak : Hidup
V. DATA ELIMINASI
Frekuensi : 1x Sehari
VII.DATA AKTIVITAS
A. Bonding
B. Taking In
Taking Hold
Letting Go
- Klien merasa nyeri setelah operasi, skala 5 ( 1-10 ), frekuensi ketika duduk
D. Pengetahuan Ibu Tentang
ingin ber KB
- Tidak ada kebiasaan / adat istiadat yang berkaitan dengan masa nifas klien
Kesadaran : Composmentis ( E6 V4 M5 )
TD : 100/70 mmHg, RR : 19x/m, N : 82x/m
Ht : 35,5 % ( 37,00-43,0 )
3. Abdomen
4. Vulva/Perineum/Rectum
b. Kebersihan : Bersih
d. Luka Jahitan : Ada, daerah abdomen post op, keadaan luka : kering, bersih
5. Tungkai Bawah
X. RENCANA PULANG
- Tanggal Perkiraan Pulang : 16 Desember 2015
- Financial : Mampu
DS :
- Klien mengatakan masih merasakan nyeri pada daerah luka bekas operasi
DO :
- Skala nyeri 5
No
DATA FOKUS
ETIOLOGI
MASALAH
DS :
- Klien mengatakan masih merasakan nyeri pada daerah luka bekas operasi
DO :
- Skala nyeri 5
- TD : 100/70 mmHg,
- RR : 19x/m,
- N : 82x/m
- Ht : 35,5 % ( N : 37,0 - 43,0 )
DS :
- Klien mengatakan masih merasakan nyeri pada daerah luka bekas operasi
DO :
- Skala nyeri 5
Resiko infeksi
DS :
DO :
DS :
DO :
Kurang pengetahuan tentang perawatan ibu nifas dan perawatan post operasi
1. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) b/d trauma pasca pembedahan post op SC.
2. Resiko infeksi b/d Trauma jaringan / luka post op
3. Gangguan pola tidur b/d Agen injuri fisik (luka insisi operasi)
4. Kurang pengetahuan tentang perawatan ibu nifas dan perawatan post operasi b/d Kurangnya
sumber informasi
XIV. Rencana Keperawatan
No
Diagnosa
NOC
NIC
1
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) b/d trauma pembedahan post op SC.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang dengan indicator:
· Pain Level,
· Pain control,
· Comfort level
ketidaaknyamanan.
· Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab ketidaknyamanan dan intervensi yg
tepat
· Evaluasi tekanan darah (TD) dan nadi: perhatikan perubahan prilaku (bedakan antara kegelisahan
karena kehilangan darah berlebihan dan arena nyeri)
· Perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya/ karakteristik nyeri penyerta: perhatikan infuse
oksitosin pasca operasi.
· Ubah posisi klien, kurangi rangsangan yang berbahaya, dan berikan gosokan punggung. Anjurkan
penggunaan teknik pernapasan dan relaksasi dan distraksi. Seperti dipelajari pada kelas melahirkan anak
anjurkan keberadaan dan partisipasi pasangan bila tepat.
· Lakukan latihan nafas dalam dan batuk dengan menggunakan prosedur-prosedur pembebatan
dengan tepat, 30 menit setelah pemberian analgesic
Kolaborasi
· Berikan analgesic setiap 3-4 jam, berlanjut dari rute IV / intramuslular sampai ke rute oral.
· Berikan obat pada klien yang menyusui 48-60 menit sebelum menyusui.
Tinjau ulang / pantau penggunan analgesia yang dikontrol pasien (PCA) sesuai indikasi.
2
Setelah dilakuakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan resiko infeksi terkontrol dengan
indicator:
· Immune Status
· Risk control
ü Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksiJumlah leukosit dalam batas normal
· Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
meninggalkan pasien
· Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
· Batasi pengunjung
· Dorong istirahat
Gangguan pola tidur b/d Agen injuri fisik (luka insisi operasi)
NOC
v Axniety Control
v Comfort Level
v Pain Level
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan gangguan pola tidur pasien
teratasi dengan kriteria hasil :
NIC :
Sleep Enhancement
Kurang pengetahuan tentang perawatan ibu nifas dan perawatan post operasi b/d Kurangnya sumber
informasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pengetahuan klien tentang
perawatan ibu nifas dan perawatan bayi akan meningkat dengan kriteria hasil :
Pendidikan kesehatan
· Diskusikan tentang perubahan gaya hidup pada pasien yang mungkin dibutuhkan.
· Klarifikasi informasi yang diberikan oleh tim kesehatan lain sebelum informasi kita berikan.
No
Hari / Tanggal
Diagnosa
Jam
Implementasi
Evaluasi
Paraf
09.00
1. Menentukan karakteristik dan lokasi dan ketidaaknyamanan. Memperhatikan isyarat verbal dan non
verbal seperti meringis, kaku dan gerakan melindungi atau terbatas.
2. Memberikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab ketidaknyamanan dan intervensi
yang tepat.
3. Mengevaluasi tekanan darah (TD) dan nadi: Memperhatikan perubahan prilaku (membedakan antara
kegelisahan karena kehilangan darah berlebihan dan karena nyeri)
S:
O:
- Skala nyeri 3
P : Implementai dilanjutkan
09.30
4. Menginstruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
meninggalkan pasien
S:
O:
P : Implementasi dipertahankan
Gangguan pola tidur b/d Agen injuri fisik (luka insisi operasi)
10.00
1. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
S:
O:
P : Intervensi dilanjutkan
Kurang pengetahuan tentang perawatan ibu nifas dan perawatan post operasi b/d Kurangnya sumber
informasi
11.30
2. Menjelaskan tentang cara perawatan ibu nifas dan perawatan bayi dengan bahasa yang sederhana
3. Mendiskusikan tentang perubahan gaya hidup pada pasien yang mungkin dibutuhkan.
4. Mengklarifikasi informasi yang diberikan oleh tim kesehatan lain sebelum informasi kita berikan.
S:
- Klien mengatakan sudah paham tentang cara merawat dirinya dan bayinya
O:
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dipertahankan
09.00
1. Menentukan karakteristik dan lokasi dan ketidaaknyamanan. Memperhatikan isyarat verbal dan non
verbal seperti meringis, kaku dan gerakan melindungi atau terbatas.
2. Memberikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab ketidaknyamanan dan intervensi
yang tepat.
3. Mengevaluasi tekanan darah (TD) dan nadi: Memperhatikan perubahan prilaku (membedakan antara
kegelisahan karena kehilangan darah berlebihan dan karena nyeri)
S:
- Skala nyeri 2
P : Implementai dipertahankan
10.00
3. Membatasi pengunjung
4. Menginstruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
meninggalkan pasien
S:
- Klien mengatakan luka sudah mulai kering
O:
P : Implementasi dipertahankan
BAB IV
PEMBAHASAN
Selama kelompok melakukan Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Post Op Sectio Cesarea di
Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi pada tanggal 14 Desember 2015
sampai dengan tanggal 16 Desember 2015, ada beberapa hal yang perlu dibahas dan diperhatikan.
Dalam penerapan asuhan keperawatan tersebut kelompok telah berusaha mencoba menerapkan
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Post Op Sectio Cesarea sesuai dengan teori-teori yang
ada. Untuk melihat lebih jelas asuhan keperawatan yang diberikan dan sejauh mana keberhasilan
yang dicapai, akan diuraikan sesuai dengan tahap-tahap proses keperawatan di mulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah merupakan tahap yang sistematis dalam pengumpulan data tentang individu,
keluarga dan kelompok
Dalam melakukan pengkajian pada klien data di dapatkan dari klien , beserta keluarga , catatan
medis serta tenaga kesehatan lainnya.
Dalam tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus tidak ada terdapat kesenjangan pada saat dilakukan
pengkajian. Pada tinjauan teori biasanya klien mengeluh nyeri, luka bekas post op SC, dan pada
tinjauan kasus juga ditemukan klien mengatakan nyeri, dan luka bekas post op SC.
Terdapat kesenjangan dalam tinjauan biasanya klien ada riwayat hipertensi atau penyakit seperti DM,
jantung sedangkan berdasarkan hasil wawancara pada Ny.M tidak ditemukan adanya riwayat hipertensi
maupun penyakit yang lain.
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada teoritis dan pada kasus sama karena pemeriksaan fisik penting untuk
menentukan keadaan pasien. Pemeriksaan fisik pada teori mengacu pada pemeriksaan head to
toe, pemeriksaan keadaan umum, tingkat kesadaran serta TTV ( TD, P, N, S ) pada kasus
kelompok juga melakukan pemeriksaan head to toe, pemeriksaan kesadaran, keadaan umum,
serta pemeriksaan TTV ( TD, N, P, S ).
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan
spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi
( Doenges, 2000 : 8 ).
Pada tinjauan teoritis ditemukan 8 diagnosa keperawatan sedangkan pada tinjauan kasus
ditemukan 4 diagnosa keperawatan. Diagnosa yang ditemukan pada teori :
2. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan trauma pembedahan post op SC.
5. Resiko terjadinya cidera berhubungan dengan vasospasme dan peningkatan tekanan darah
8. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri atau ketidaknyamanan, proses persalinan dan
kelahiran melelahkan.
1. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) b/d trauma pasca pembedahan post op SC.
3. Gangguan pola tidur b/d Agen injuri fisik (luka insisi operasi)
4. Kurang pengetahuan tentang perawatan ibu nifas dan perawatan post operasi b/d Kurangnya
sumber informasi
2. Resiko terjadinya cidera berhubungan dengan vasospasme dan peningkatan tekanan darah
Diagnosa yang lainnya tidak muncul pada tinjauan kasus karena tidak ada data pendukung pada
tinjauan kasus diatas.
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan
tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi keperawatan dipilih untuk membantu
pasien dalam mencapai hasil pasien yang diharapkan dan tujuan pemulangan ( Doenges, 2000 : 10 ).
Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan kepada klien berdasarkan prioritas masalah yang
ditemukan, tidak semua rencana tindakan pada teori dapat ditegakkan pada tinjauan kasus karena
rencana tindakan pada tinjauan kasus disesuaikan dengan keluhan dan keadaan pasien.
D. Implementasi
Setelah rencana tindakan ditetapkan, maka dilanjutkan dengan melakukan rencana tersebut dalam
bentuk nyata, dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien post sectio caesarea, hal ini tidaklah
mudah. Terlebih dahulu kelompok mengatur strategi agar tindakan keperawatan dapat terlaksana,
yang dimulai dengan melakukan pendekatan pada klien agar nantinya klien mau melaksanakan
apa yang perawat anjurkan, sehingga seluruh rencana tindakan keperawatan yang dilaksanakan
sesuai dengan masalah yang dihadapi klien.
Dalam melakukan rencana tindakan, penulis tidak menemukan kesulitan yang berarti, hal ini
disebabkan karena :
a. Adanya faktor perencanaan yang baik dan sistematik sehingga memudahkan untuk melakukan
tindakan keperawatan
b. Pendekatan yang dilakukan pada klien dan keluarga dengan baik sehingga klien merasa
percaya pada kelompok dan mudah dalam pemberian serta pelaksanaan tindakan keperawatan
c. Adanya kerja sama yang baik dengan petugas ruangan, sehingga penulis mendapat bantuan
dalam melalaksanakan tindakan keperawatan.
E. Evaluasi
Dari 4 diagnosa keperawatan yang kelompok tegakkan sesuai dengan apa yang kelompok temukan
dalam melakukan studi kasus dan melakukan asuhan keperawatan, kurang lebih sudah mencapai
perkembangan yang lebih baik dan optimal, maka dari itu dalam melakukan asuhan keperawatan
untuk mencapai hasil yang maksimal memerlukan adanya kerja sama antara kelompok dengan klien,
perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya.
Kelompok tidak dapat melihat perkembangan selama 3 hari berturut-turut karena pada hari kedua
pasien sudah dibolehkan pulang.
1. Pada diagnosa 1 yaitu gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan trauma
pembedahan post sc dianggap masalah sudah teratasi sebagian karena nyeri klien sudah berkurang dan
skala nyeri 3.
2. Pada diagnosa 2 yaitu resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/ luka post op diangaap
masalah sudah teratasi sebagian karena tidak ada tampak tanda-tanda infeksi lagi hanya luka kering.
3. Pada diagnosa 3 yaitu gangguan pola tidur berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi
operasi) dianggap masalah sudah teratasi karena klien sudah mulai tenang, klien sudah terlihat
segar, dan tidur klien dalam batas normal dan tekanan darah sudah kembali normal 110/70 mmHg.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sectio Caesarea adalah Masa setelah proses pengeluaran janin yang dapat hidup di luar
kandungan dari dalam uterus ke dunia luar dengan menggunakan insisi pada perut.
1. Pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan sectio caesarea diruang rawat inap
kebidanan Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2015 dapat dilakukan dengan baik
dan tidak mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data.
2. Pada diagnosa asuhan keperawatan pada pasien dengan sectio caesarea diruang rawat inap
kebidanan Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2015 dapat dirumuskan 4 diagnosa
pada tinjauan kasus.
3. Pada perencanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan sectio caesarea diruang rawat
inap kebidanan Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2015 semua perencanaan
dapat diterapkan pada tinjauan kasus.
4. Pada implementasi asuhan keperawatan pada pasien dengan sectio caesarea diruang rawat
inap kebidanan Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2015 hampir semua dapat
dilakukan, namun ada beberapa rencana tindakan yang kelompok tidak lakukan tetapi dilakukan
oleh perawat ruangan tersebut.
5. Evaluasi pada pasien dengan sectio caesarea diruang rawat inap kebidanan Rumah Sakit Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2015 dapat dilakukan dan dari 4 diagnosa hampir semua
masalah teratasi dan klien boleh pulang.
B. Saran
a. Bagi Mahasiswa
Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi dan memperluas wawasan mengenai Post
Op SC dengan karena dengan adanya pengetahuan dan wawasan yang luas mahasiswa akan
mampu mengembangkan diri dalam masyarakat dan memberikan pendidikan kesehatan bagi
masyarakat mengenai SC dan fakor –faktor pencetusnya serta bagaimana pencegahan untuk kasus
tersebut.
Peningkatan kualitas dan pengembangan ilmu mahasiswa melalui studi kasus agar dapat
menerapkan asuhan keperawatan secara komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: EGC.
Carpenito, 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 21. Alih Bahasa :
Cunningham, G.R. 2006. Obstetri Williams, Edisi 21, Alih Bahasa : Andry
Oxorn H dan Forte W.R. 2010. Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan.
Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Medika.
Share
No comments:
Post a Comment
Home
About Me
My photo
Fuadil Ulum