OLEH:
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya
sehingga makalah ini dapat tersusun dan menyelesaikan makalah ini tentang Asuhan
Keperawatan Pada Ny R dengan Post Natal (Sectio Caesaria)
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas parktek klinik stase maternitas.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat dukungan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. FeryAgusman MM, M.Kep,Sp.Kom selaku ketua Yayasan Stikes Karya
Husada yang memberikan sarana dan prasarana di kampus.
2. Ibu Ns. Boediarsih, M.Kep selaku dosen pembimbing akademik kami yang memberikan
bimbingan, masukan kepada kami.
3. Ibu Ns. Y. Janti Widiyana, S.kep selaku pembimbing klinik yang banyak memberikan
materi pendukung, masukan, dan bimbingan kepada kami.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Post partum merupakan suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah
kelahiran. Lamanya “periode” ini tidak pasti, sebagian besar menganggapnya antara 4
sampai 6 minggu. Walaupun merupakan masa yang relatif tidak komplek dibandingkan
dengan kehamilan, nifas ditandai oleh banyaknya perubahan fisiologi. Beberapa dari
perubahan tersebut mungkin hanya sedikit mengganggu ibu baru, walaupun komplikasi
serius juga sering terjadi. (Cunningham, F, et al, 2013). Post partum Sectio caesarea
adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding
uterus (Sarwono, 2005).
Asuhan keperawatan pasca persalinan diperlukan untuk meningkatkan status
kesehatan ibu dan anak. Masa nifas di mulai setelah dua jam lahirnya plasenta atau
setelah proses persalinan kala 1 sampai IV selesai. Berakhirnya proses persalinan bukan
berarti ibu terbebas dari bahaya atau komplikasi. Berbagai komplikasi dapat dialami ibu
pada masa nifas dan bila tidak tertangani dengan baik akan memberi kontribusi yang
cukup besar terhadap tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia.
Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan bahwa
secara nasional Angka Kematian Ibu di Indonesia adalah 226/100.000 kelahiran hidup.
Angka ini masih jauh dari target tujuan pembangunan milenium (Millenium
Development Goals/MDGs), yakni hanya 102/100.000 kelahiran tahun 2015. Rendahnya
kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi factor penentu angka
kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menangani
masalah ini. Persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi yang lazim muncul, yakni
28 % pendarahan, 5% aborsi, 24% eklamsi, 5% persalinan lama/macet, 8% komplikasi
masa nifas, 11% infeksi dan 14% lain-lain.
Hasil survey di RSUD Ambarawa tahun 2019 bulan September-November
menunjukkan bahwa angka kejadian post natal sectio caesaria sebanyak 196 orang
dengan SC dari IGD cito sebanyak 13 orang dan VK elektif sebanyak 183 orang. Pada
bulan September kejadian sc dari IGD cito sebanyak 5 (0,05%) dan dari VK elektif
sebanyak 56 (0,56%). Pada bulan oktober kejadian SC dari IGD cito sebanyak 3 (0,03%)
dan dari VK elektif sebanyak 67 orang (0,67%). Sedangkan pada bulan November angka
kejadian SC dari IGD cito sebanyak 5 orang (0,05%) dan dari VK elektif sebanyak 60
orang (0,6%). Dari hasil survey dari bulan September – November mayoritas kejadian SC
karena KPD sebanyak 74 (0,74%).
Untuk itu kami akan menyusun makalah yang terdiri dari konsep dasar post
partum dan asuhan keperawatannya.
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep dasar post partum Sectio Caesaria
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan post partum Sectio Caesaria
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005).
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya 6 minggu.Postpartum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Bobak, 2012).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berahir ketika
alat–alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerpenium
dimulai 2 jam setelah melahirkan plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu,
dalam bahasa latin, waktu mulai tertentu setelah melahirkan anak ini dsebut puerperium
yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan. Jadi puerperium berarti
masa setelah melahirkan bayi. Puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat–alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, sekitar
50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama postpartum sehingga pertolongan pasca
persalinan yang berkualitas harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi (Handayani, 2011).
B. Penyebab
1. Riwayat SC
Uterus yang memiliki jaringan parut dianggap sebagai kontraindikasi untuk
melahirkan karena dikhawatirkan akan terjadi rupture uteri. Risiko ruptur uteri
meningkat seiring dengan jumlah insisi sebelumnya, klien dengan jaringan perut
melintang yang terbatas disegmen uterus bawah, kemungkinan mengalami robekan
jaringan parut simtomatik pada kehamilan berikutnya. Wanita yang mengalami ruptur
uteri berisiko mengalami kekambuhan, sehingga tidak menutup kemungkinan untuk
dilakukan persalinan pervagina, tetapi dengan beresiko ruptur uteri dengan akibat
buruk bagi ibu dan janin
2. Indikasi ibu
a. Panggul sempit
b. Plasenta previa
c. Ruptura uteri mengancam
d. Partus lama
e. Partus tak maju
f. Pre eklamsi dan hipertensi
3. Indikasi janin
a. Kelainan letak
1) Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka section caesarea adalah jalan atau cara
yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak lintang yang
janinnya hidup dan besarnya biasa. Semua primigravida dengan letak lintang
harus ditolong dengan SC walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit .
multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara lain.
2) Letak belakang
Secsio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila panggul
sempit, primigravida, janin besar dan berharga.
b. Gawat janin
c. Janin besar
4. Kontra indikasi
a. Janin mati
b. Syok, anemia berat
c. Kelainan kongenital berat
C. Klasifikasi
Masa Nifas dibagi Menjadi 3 Periode:
1. Puerpurium Dini yaitu pulihnya ibu setelah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja selama 40 hari.
2. Puerpurium Intermedial yaitu Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya
6-8 minggu
3. Remote Puerpurium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulihnya dan sehat sempurna
terutama bila selama kehami:lan atau waktu persalinan mempunyai komplikasi
(Synopsis Obstetri I, 2002: 115)
Section Caesaria dibedakan menjadi 4 yaitu
1. Sectio caesaria klasik atau corporal : insisi meanjang pada segmen atas uterus
2. Section caesaria transperineals profunda : insisi pada bawah rahim, bisa dengan
teknik melintang (kerr) atau memanjang (kronij).
3. Section caesaria extra peritonilis : Rongga peritoneum tidak dibuka, dilakukan pada
pasien infeksi uterin berat.
4. Section caesaria Hysteroctomi : Setelah section sesaria dilakukan hysteroktomy
dengan indikasi: Atonia uteri, plasenta accrete, myoma uteri, infeksi intra uterin berat
D. Patofisiologis
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr dengan
sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi
kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu.
Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan
SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang
pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang
tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan
menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan
luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan
gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan
umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu
anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat
diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu
sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar.
Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yan
berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi
saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses
penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme
sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik
juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk
batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang
pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola
eliminasi yaitu konstipasi.(Saifuddin, 2002).
E. Pathway
Insufisiensi plasenta sirkulasi utero plasenta cemas pada janin
G. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, alamat, status
perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang mengirim,
cara masuk, alasan masuk, keadaan umum tanda vital.
2. Keluhan utama
3. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi kien multipara
4. Data riwayat penyakit
a. Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit yang
dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah klien operasi.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Meliputi penyakit lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang, maksudnya
apakah klien pernah mengalami penyakit yang sama (plasenta previa)
c. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang diderita klien dan apakah keluarga klien ada juga
mempunyai riwayat persalinan yang sama (plasenta previa).
5. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan
tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan
untuk menyusui bayinya.
c. Pola aktifitas
Pada klien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas
pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien
nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
d. Pola eleminasi
Pada klien postpartum sering terjadi adanya perasaan sering / susah kencing
selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema, yang menimbulkan
infeksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk
melakukan BAB.
e. Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya
kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
f. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang
lain.
g. Pola mekanisme coping atau stres
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
h. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka jahitan dan nyeri
perut akibat involusi uteri (pengecilan uteri oleh kontraksi uteri), pada pola
kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya.
i. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang
persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara lain dan
body image dan ideal diri
j. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi
dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kontribusi rambut, warna rambut,
ada atau tidak adanya edem, kadang-kadang terdapat adanya cloasma gravidarum,
dan apakah ada benjolan.
b. Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-
kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang
mengalami perdarahan, sklera kunuing.
c. Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah
cairan yang keluar dari telinga.
d. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang ditemukan
pernapasan cuping hidung.
e. Leher
Pembesaran kelenjar limfe dan tiroid, adanya abstensi vena jugularis.
f. Dada dan payudara
Bentuk dada simetris, gerakan dada, bunyi jantung apakah ada bisisng usus atau
tiak ada. Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola
mamae dan papila mamae
g. Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.
Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
h. Ginetelia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
i. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur, adanya
hemoroid.
j. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus,
karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
k. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
H. Diagnosa Keperawatan
1. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang cara
menyusui yang bernar.
2. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinyuitas jaringan.
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal atau familiar dengan
sumber informasi tentang cara perawatan bayi.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan sehabis bersalin
5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan sekunder terhadap proses
pembedahan.
I. Intervensi Keperawatan
No Dx Keperawatan Tujuan Intervensi
1 Menyusui tidak Setelah diberikan tindakan Health Education:
efektif berhubungan keperawatan selama …..x24 1. Berikan informasi mengenai :
dengan kurangnya jam pasien menunjukkan a. Fisiologi menyusui
pengetahuan ibu respon breast feeding b. Keuntungan menyusui
tentang cara adekuat dengan indikator: c. Perawatan payudara
menyusui yang 1. Pasien mengungkapkan d. Kebutuhan diit khusus
benar. puas dengan kebutuhan e. Faktor-faktor yang menghambat
untuk menyusui proses menyusui
2. Pasien mampu Demonstrasikan breast care dan
mendemonstrasikan pantau kemampuan pasien untuk
perawatan payudara melakukan secara teratur
2. Ajarkan cara mengeluarkan ASI
dengan benar, cara menyimpan,
cara transportasi sehingga bisa
diterima oleh bayi
3. Berikan dukungan dan semangat
pada ibu untuk melaksanakan
pemberian ASI eksklusif
4. Berikan penjelasan tentang tanda
dan gejala bendungan payudara,
infeksi payudara
5. Anjurkan keluarga untuk
memfasilitasi dan mendukung klien
dalam pemberian ASI
6. Diskusikan tentang sumber-sumber
yang dapat memberikan informasi
atau memberikan pelayanan KIA
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara
teratur
8. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
9. Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
10. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda
dan gejala (efek samping)
3 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan asuhan Teaching : Disease Process
berhubungan dengan keperawatan selama …. x24 1. Berikan penilaian tentang tingkat
tidak mengenal atau jam diharapkan pengetahuan pengetahuan pasien tentang proses
familiar dengan klien meningkat dengan penyakit yang spesifik
sumber informasi indikator: 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit
tentang cara 1. Pasien dan keluarga dan bagaimana hal ini berhubungan
perawatan bayi. menyatakan dengan anatomi dan fisiologi,
pemahaman tentang dengan cara yang tepat.
penyakit, kondisi, 3. Gambarkan tanda dan gejala yang
prognosis dan program biasa muncul pada penyakit, dengan
pengobatan cara yang tepat
2. Pasien dan keluarga 4. Gambarkan proses penyakit, dengan
mampu melaksanakan cara yang tepat
prosedur yang 5. Identifikasi kemungkinan
dijelaskan secara benar penyebab, dengna cara yang tepat
3. Pasien dan keluarga 6. Sediakan informasi pada pasien
mampu menjelaskan tentang kondisi, dengan cara yang
kembali apa yang tepat
dijelaskan perawat/tim 7. Hindari jaminan yang kosong
kesehatan lainnya. 8. Sediakan bagi keluarga atau SO
informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan cara yang
tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau agensi
di komunitas lokal, dengan cara
yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai tanda
dan gejala untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan,
dengan cara yang tepat
4 Defisit perawatan Setelah dilakukan asuhan Self Care assistane : ADLs
diri berhubungan keperawatan selama …. x24 1. Monitor kemempuan klien untuk
dengan kelelahan jam ADLs klien perawatan diri yang mandiri.
sehabis bersalin meningkat dengan 2. Monitor kebutuhan pasien untuk
indicator: alat-alat bantu untuk kebersihan
1. Pasien terbebas dari bau diri, berpakaian, berhias, toileting
badan dan makan.
2. Menyatakan 3. Sediakan bantuan sampai pasien
kenyamanan terhadap mampu secara utuh untuk
kemampuan untuk melakukan self-care.
melakukan ADLs 4. Dorong pasien untuk melakukan
3. Melakukan ADLs aktivitas sehari-hari yang normal
dengan bantuan sesuai kemampuan yang dimiliki.
5. Dorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika
pasien tidak mampu melakukannya.
6. Ajarkan pasien atau keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika
pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
7. Berikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
8. Pertimbangkan usia pasien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.
5 Resiko infeksi Setelah dilakuakan asuhan Infection Control (Kontrol infeksi)
berhubungan keperawatan selama …. x24 1. Bersihkan lingkungan setelah
dengan luka operasi jam diharapkan resiko dipakai pasien lain
infeksi terkontrol dengan 2. Pertahankan teknik isolasi
indikator: 3. Batasi pengunjung bila perlu
1. Pasien bebas dari tanda 4. Instruksikan pada pengunjung
dan gejala infeksi untuk mencuci tangan saat
2. Mendeskripsikan proses berkunjung dan setelah berkunjung
penularan penyakit, meninggalkan pasien
faktor yang 5. Gunakan sabun antimikrobia untuk
mempengaruhi cuci tangan
penularan serta 6. Cuci tangan setiap sebelum dan
penatalaksanaannya, sesudah tindakan kperawtan
3. Menunjukkan 7. Gunakan baju, sarung tangan
kemampuan untuk sebagai alat pelindung
mencegah timbulnya 8. Pertahankan lingkungan aseptik
infeksi selama pemasangan alat
4. Jumlah leukosit dalam 9. Ganti letak IV perifer dan line
batas normal central dan dressing sesuai dengan
5. Menunjukkan perilaku petunjuk umum
hidup sehat 10. Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung
kencing
11. Tingktkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik bila perlu
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ny R
b. Umur : 23 Thn 6bln 25hr/ 21 May 1996
c. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
d. Dx medis : P3 A0 post SC H0
e. Status obstetrik : P3 A0
Tipe BB Keadaan Bayi Komplikasi
No Umur
Persalinan Lahir Waktu Lahir Nifas
Baik
1 Spontan 2900 gr Menangis spontan - 6 tahun
Warna merah jambu
Baik
Sectio
2 3300 gr Menangis spontan - 3 tahun
Caesaria
Warna merah jambu
Baik
Sectio TTL: 16 Desember
3 3500 gr Menangis spontan -
Caesaria 2019 jam 10.15
Warna merah jambu
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri di luka jahitan, nyeri akan bertambah jika dipakai gerak dan
akan berkurang jika diam dalam reposisi yang nyaman, nyeri seperti sayatan benda
tajam, skala nyeri 6, nyeri hilang timbul.
4. Riwayat Kehamilan
Pasien mengatakan kehamilan yang sekarang adalah kehamilan yang ke tiga. Dengan
HPHT tanggal 17 maret 2019 dan HPL tanggal 20 desember 2019 serta usia
kehamilan 39 minggu. Pasien mengatakan mual muntah saat usia kehamilan 3-4
bulan. Pasien rutin melakukan kontrol kehamilan di dr kandungan. Pada tanggal 15
desember 2019 jam 07.00 pasien datang ke IGD RSUD Ambarawa karena kencang-
kencang sejak jam 5 pagi, kontraksi jarang setiap ± 2 jam sekali, durasi sebentar ± 2
menit, ketuban pecah dan keluar lendir. Dari IGD pasien disarankan untuk rawat inap,
pasien dirawat di ruang bugenvil I masih dalam fase laten pembukaan 3 cm, kontraksi
semakin sering ± 1 jam sekali dengan durasi ± 5 menit . Hari senin 16 desember jam
9.30 pasien dibawa ke IBS untuk dilakukan partus section caesaria. Jam 10.15 lahir
anak laki-laki dengan BB : 3500 gr, LD : 34 cm, PB : 51 cm, LILA : 12 cm, LK: 34
cm, LP : 32 cm, dengan nilai APGAR score 9 yaitu denyut jantung > 100, pernafasan
baik, tonus otot gerakan aktif, reflex reaksi melawan, warna kulit merah jambu ujung
biru. Jam 11.30 pasien dipindah di ruang bugenvil II dengan post SC
5. Riwayat menstruasi
a. Menarche umur : 13 tahun
b. Siklus menstruasi : 28 hari
c. Lama menstruasi : 4 hari
d. Adakah ganguan dalam menstruasi dan cara mengatasinya : saat menstruasi
pasien mengatakan merasakan desminore dan jika terjadi desminore pasien hanya
membiarkannya saja sambil tiduran di tempat tidur dan untuk mengalihkan
perhatian nyerinya pasien melakukan aktivitas ringan.
6. Riwayat KB
a. Jenis KB : Suntik 3 bulan dan pil
b. Lama KB : 3 tahun dan 1 tahun
c. Adakah keluhan dan cara mengatasinya : pasien mengatakan jika menggunakan
jenis KB suntik pasien tidak bisa haid dan itu dianggap normal dan sebagai akibat
dari KB suntik.
i. Ekstremitas
1) Varises : tidak nampak varises dikaki pasien
2) Tanda homan : tidak ada tanda homan
3) Terpasang infus RL 20 tpm ditangan kiri
b. Nutrisi
Pasien mengatakan belum boleh makan karena masih merasa mual dan ingin
muntah. Pasien mengatakan ingin makan karena butuh nutrusi buat menyusui
anaknya, tidak ada makanan pantangan untuk pasien. Selama di RS nafsu makan
pasien agak menurun.
c. Cairan
Pasien mengatakan sebelum masuk RS biasanya minum air putih ± 3000 cc/hari
dan selama post SC pasien minum ± 600 cc. Tidak ada pembatasan asupan cairan
untuk pasien.
d. Eliminasi
Pasien mengatakan tidak keluar kringat berlebih, setelah persalinan sampai
pengkajian jam 21.00 pasien mengatakan belum BAB, pasien terpasang kateter
dengan jumlah urin sebanyak ± 300 cc, pasien mengatakan tidak ada keluhan
tentang BAK maupun BAB.
e. Kenyamanan
Pasien mengatakan nyeri di luka jahitan, nyeri akan bertambah jika dipakai gerak
dan akan berkurang jika diam dengan reposisi yang nyaman, nyeri seperti sayatan
benda tajam, skala nyeri 6, nyeri hilang timbul. pasien tampak meringis saat
mencoba mobilisasi, pasien belum bisa melakukan aktifitas sehari-hari. Pasien
sudah berlatih mobilisasi dini miring kanan atau kiri, pergerakan lambat, ada
keterbatasan rentang gerak. Pasien mengatakan bisa tidur tetapi tidak merasa
cukup istirahat, sering terbangun pada malam hari, terjadi perubahan pola tidur
yang biasanya 8 jam/hari menjadi ± 4-5 jam/hari, mata tampak sayu dan slalu
ingin memejamkan mata.
9. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Hari / tanggal : senin, 16 Desember 2019
Nilai
Pemeriksaan Hasil Satuan Metode Keterangan
Normal
HEMATOLOGI
Darah Rutin
Hemoglobin 11,8 11,7-15,5 g/dl Sulfa Hb
Lekosit 16,6M 3,6-11.0 ribu E. impedance
Eritrosit 4,29 3,8-5,2 juta E. impedance
Hematokrit 34,7L 35-47 % Integration
volume
MCV 80,9L 82-98 fl E. impedance
MCH 27,5 27-32 pg E. impedance
MCHC 34,0 32-37 g/dl E. impedance
RDW 15,6 10-16 % E. impedance
Trombosit 243 150-400 ribu Focus
hidrodinamik
PDW 12,8 10-18 % E. impedance
MPV 10,1 7-11 Mikro m3 E. impedance
PCT 0,245 0,2-0,5 % E. impedance
b. Bhartel Indeks
No Item Yang Dinilai Skor Nilai
0 = tidak mampu
1 = butuh bantuan memotong,
1 Makan (feeding) 2
mengoles mentega dll
2 = mandiri
0 = tergantung orang lain
2 Mandi (Bathing) 0
1 = mandiri
0 = membutuhkan bantuan orang
lain
3 Perawatan diri (Grooming) 1
1 = mandiri dalam perawatan muka,
rambut, gigi dan bercukur
0 = tergantung orang lain
4 Berpakaian (Dressing) 1 = sebagian dibantu 1
2 = mandiri
0 = inkontinensia atau pakai kateter
5 Buang air kecil (Bowel) 0
atau tidak
1 = kadang inkontinensia (maks
1x24 jam)
2 = kontinensia (teratur untuk lebih
dari 7 hari)
0 = inkontinensia tidak teratur atau
perlu enema
6 Buang air besar (Bladder) 1 = kadang inkontinensia (sekali 0
seminggu)
2 = kontinensia (teratur)
0 = tergantung bantuan orang lain
1 = membutuhkan bantuan, tetapi
7 Penggunaan toilet dapat melakukan beberapa hal 0
sendiri
2 = mandiri
0 = tidak mampu
1 = butuh bantuan untuk bisa duduk
08 Transfer (2 orang) 0
2 = bantuan kecil (1 orang)
3 = mandiri
0 = immobil (tidak mampu)
1 = menggunkan kursi roda
2 = berjalan dengan bantuan satu
9 Mobilitas orang 0
3 = mandiri (meskipun
menggunakan alat bantu seperti
tongkat)
0 = tidak mampu
1 = membutuhkan bantuan (alat
10 Naik turun tangga 0
bantu)
2 = mandiri
Hasil 4
Inteprestasi Hasil
20 = Mandiri
c. Tonus Otot
1) Nilai kekuatan otot ektremitas atas kanan adalah 5
2) Nilai kekuatan otot ekstremitas atas kiri adalah 5
3) Nilai kekuatan otot ekstremitas bawah kanan adalah 4
4) Nilai kekuatan otot ekstremitas bawah kiri adalah 4
Keterangan
1) Nilai 5 mampu menggerakkan persendian dalam linggkup gerak penuh,
mampu melawan grafitasi, mampu melawan dengan tahanan penuh
2) Nilai 4 mampu menggerakkan persendian dengan gaya gravitasi, mampu
melawan dengan tahanan sedang
3) Nilai 3 hanya mampu melawan gaya gravitasi
4) Nilai 2 tidak mampu melawan gaya gravitasi (gerakan pasif)
5) Nilai 1 kontraksi otot dapat dipalpasi tanpa gerakan persendian
6) Nilai 0 Tidak ada kontraksi otot
10. Obat – obatan (program terapi)
Tanggal
No Nama Obat Dosis Indikasi 16 Des 2019
16.00 24.00 08.00
1. Injeksi Cefotaxim Mencegah infeksi
(Antibiotik 1 gr/12 jam bakteri sebelum dan
sefalosporin) setelah pembedahan
2. Injeksi Cetorolak
(non steroidal anti- 3x1 amp Untuk mengatasi nyeri
inflammatory drug)
3. Mencegah atau
Injeksi Methergin
3x1 amp menangani perdarahan
(alkaloid ergot)
post partum
4. RL
Untuk mengatasi
(cairan elektrolit
20 tpm tubuh yang kehilangan
isotonic golongan
cairan
kristaloid)
Do:
Pasien tampak meringis
TD: 110/60 mmHg
N : 84x/menit
RR: 22x/menit
S : 37 0C
nampak luka jahitan
diperut bagian bawah,
panjang luka 10 cm,
tampak luka tertutup
kasa, luka tidak rembes,
tampak jaringan parut
post SC, tidak ada
kemerahan disekitar
luka.
2 Senin, 16 Desember Ds : Nyeri dan fisik Hambatan
2019 jam 21.10 Pasien mengatakan belum tidak bugar mobilitas fisik
bisa melakukan aktifitas
sehari-hari. Pasien belum
bisa miring kanan kiri.
Do :
Pasien tampak kesakitan
saat mobilisasi,
pergerakan lambat, ada
keterbatasan rentang
gerak.
Skala nyeri 6
Pasien ketergantuan total
dengan nilai bhartel
indeks 4
Nilai tonus otot
o Nilai kekuatan otot
ektremitas atas kanan
adalah 5
o Nilai kekuatan otot
ekstremitas atas kiri
adalah 5
o Nilai kekuatan otot
ekstremitas bawah
kanan adalah 4
o Nilai kekuatan otot
ekstremitas bawah
kiri adalah 4
3 Senin, 16 Desember Ds : Imobilisasi dan Gangguan
2019 jam 21.20 Pasien mengatakan bisa halangan pola tidur
tidur tetapi tidak merasa lingkungan
cukup istirahat dan sering (anaknya
terbangun pada malam hari menangis)
Do :
Terjadi perubahan pola tidur
yang biasanya 8 jam/hari
menjadi ± 4-5 jam/hari, mata
tampak sayu dan slalu ingin
memejamkan mata
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik post SC
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan fisik tidak bugar
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan imobilisasi dan halangan lingkungan
(anaknya menangis)
D. Intervensi Keperawatan
NO Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional TTD
1 Setelah dilakukan tindakan NIC 1: Managemen Nyeri 1. Nyeri merupakan Nanik
keperawatan selama 3x24 1. Melakukan pengkajian pengalaman subyektif
jam maka masalah klien nyeri komprehensif dan harus berbicara oleh
nyeri akut dapat teratasi 2. Observasi adanya pasien, identifikasi
atau berkurang dengan petunjuk non verbal karakteristik nyeri dan
kriteria hasil : mengenai factor terkait merupakan
ketidaknyamanan suatu hal yang sangat
NOC 1 : Control Nyeri 3. Pastikan perawatan penting untuk memilih
1. Menggunakan tindakan analgesic bagi pasien intervensi yang cocok
pengurang nyeri tanpa dilakukan dengan 2. membantu mengetahui
analgesic pemantau yang ketat ketidaknyamanan pasien
2. Menggunakan 4. Ajarkan penggunaan dari petunjuk nonverbal
analgesic yang teknik nonfarmakologi 3. memberikan obat untuk
direkomendasikan 5. Kolaborasi dengan mengurangi nyeri
3. Melaporkan perubahan pasien, keluarga dan tim 4. Memberikan teknik
terhadap gejala nyeri kesehatan untuk relaksasi nafas dalam
terhadap professional memilih dan untuk mengontrol
kesehatan mengimplementasikan 5. untuk membantu mimilih
4. Mengenali apa yang tindakan penurun nyeri cara mengontrol nyeri
terkait dengan gejala sesuai kebutuhan. yang tepat dengan non
nyeri farmakologi sesuai
NIC 2: Monitor Tanda- kebutuhan
NOC 2 : Tanda-tanda tanda Vital 6. untuk memantau normal
Vital 1. Monitor tekanan darah, TTV
1. Tekanan darah sistolik nadi, suhu, dan status 7. untuk mengetahui
dan diastolic bertahan pernafasan dengan tepat penyebab perubahan
dalam batas normal 2. Identifikasi tanda-tanda vital yang
2. Tekanan nadi bertahan kemungkinan penyebab mengganggu kesehatan
dalam batas normal perubahan tanda-tanda 8. untuk keakuratan alat
(60-100x/menit) vital dan hasil
3. Suhu tubuh bertahan 3. Periksa secara berkala
dalam bats normal (36- keakuratan instrument
37,50C) yang digunakan untuk
4. Tingkat pernafasan perolehan data pasien.
dalam batas normal
(12-24)
2 Setelah dilakukan tindakan NIC 1 : Pengajaran : 1. Mengetahui keterbatasan Mega
keperawatan selama 3x24 Peresepan latihan mobilitas fisik pasien
jam maka masalah klien 1. Monitor keterbatasan 2. Melatih pasien mobilitas
hambatan mobilitas fisik fisik pasien 3. Menunjukkan aktivitas
dapat teratasi atau 2. Intruksikan pasien yang harus dilakukan
berkurang dengan kriteria bagaimana melakukan untuk membantu melatih
hasil : latihan yang diresepkan mobilitas yang efektif
3. Informasikan pasien 4. Mengetahui masalah
NOC 1: Kemampuan mengenai aktivitas yang yang timbul akibat
Berpindah sesuai dengan kondisi mobilitas fisik
1. Dapat berpindah dari fisiknya. 5. Agar keluarga dapat
satu permukaan ke 4. Intrusikan pasien untuk membantu pasien dalam
permukaan yang lain melaporkan gejala dan mobilisasi
sambil berbaring kemungkinan masalah
2. Berpindah dari tempat yang timbul (nyeri,
tidur ke kursi pusing)
3. Berpindah dari tempat 5. Libatka keluarga sesuai
tidur ke toilet kebutuhan
Jam 21.30 2 Memonitor keterbatasan Ds : pasien mengatakan belum bisa miring Nanik
fisik pasien kanan dan kiri
Do : ekspresi wajah pasien nampak menahan
sakit saat berusaha miring
Jam 21.35 3. Memonitor/catat pola Ds : pasien mengatakan tidur ± 4-5 jam/hari, Nanik
tidur pasien, catat kondisi pasien merasa tidak cukup istirahat
fisik atau psikologis, karena anaknya sering menagis disat
keadaan yang pasien ingin tidur
mengganggu tidur Do : mata tampak sayu dan slalu ingin
memejamkan mata
Jam 2 Memonitor keterbatasan Ds: Pasien mengatan hari ini sudah bisa Mega
15.15 fisik pasien miring kanan kiri
Do: Pasien terlihat sudah bisa alih baring
Jam 2 Menginformasikan Ds :pasien mengatakan akan belajar duduk Mega
15.20 pasien mengenai aktivitas dan berjalan
yang sesuai dengan Do: pasien terlihat mendengarkan arahan dari
kondisi fisiknya perawat dengan baik.
Jam 15.40 3 Menyesuaikan Ds: Pasien mengatakan bisa tidur kalau Mega
lingkungan untuk lingkungannya sepi dan tidak ada suara
meningkatkan tidur yang berisik.
Anjurkan untuk tidur jika Do: Pasien terlihat letih dan matanya sayu
anaknya tidur untuk
memenuhi kebutuhan
tidur
F. Evaluasi
Hari, Tgl,
DX kep Respon Perkembangan TTD
pukul
Senin, 16 Nyeri Akut S: Nanik
Desember pasien mengatakan nyeri
2019 jam P : nyeri akan bertambah jika dipakai gerak
22.00 dan akan berkurang jika diam
Q : nyeri seperti sayatan
R : nyeri di luka jahitan
S : skala nyeri 6
T : nyeri hilang timbul
pasien mengatakan mau diajarkan teknik non
farmakologi untuk mengurangi nyeri
pasien mengatakan mau dilakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital
O:
Pasien tampak kesakitan saat berusaha miring
Setelah melakukan teknik relaksasi nafas
dalam skala nyeri 5
Pemeriksaan tanda-tanda vital
TD: 110/60 mmHg
N : 84x/menit
RR: 22x/menit
S : 37 0C
A : Nyeri belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi NIC 1 manajemen nyeri dan
NIC 2 Monitir TTV
Senin, 16 Hambatan Mobilitas S : Nanik
Desember Fisik pasien mengatakan akan mencoba untuk
2019 jam miring dan keluarga mau membantunya
22.05 dalam latihan mobilisasi
pasien mengatakan belum bisa miring kanan
dan kiri
O:
Aktivitas yang sesuai dengan kondisi klien
adalah latihan mobilisasi ditempat tidur
(miring dan duduk)
Ekspresi wajah pasien nampak menahan sakit
saat berusaha miring
A : Hambatan Mobilitas Fisik belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi NIC 1 Pengajaran :
Peresepan latihan
Senin, 16 Gangguan Pola Tidur S: Nanik
Desember Pasien mengatakan tidur ± 4-5 jam/hari,
2019 jam pasien merasa tidak cukup istirahat karena
22.10 anaknya sering menagis disat pasien ingin
tidur
Pasien mengtakan tidak bisa tidur disaat siang
walaupun anaknya juga tidur dan pasien mau
mencoba untuk memaksakan tidur
Pasien mengatakan bergantian dengan ibunya
dalam mengasuh anaknya
O:
Mata tampak sayu dan slalu ingin
memejamkan mata
Pasien tampak lemah
Mengatur posisi semi fowler
A : Gangguan pola tidur belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi NOC 1 : Peningkatan Tidur
Selasa, 17 Nyeri Akut S: Mega
Desember Pasien mengatakan nyeri masih terasa dan
2019 jam mereda setelah pemberian obat.
16.00 Pasien mengatakan mau dilakukan
pemeriksaan TTV
Pasien mengatakan nyeri masih dirasakan
hilang timbul hingga menyebabkan jantung
berdebar
O:
pasien terlihat menahan sakitnya, skala nyeri
4
Hasil pemeriksaan TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 100 x/menit
RR : 18 x/menit
S : 36,6 0C
Pasien terlihat menahan sakit.
A : Nyeri Akut teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi NIC 1 : managemen nyeri
Selasa, 17 Hambatan Mobilitas S : Mega
Desember Fisik Pasien mengatan hari ini sudah bisa miring
2019 jam kanan kiri
16.10 Pasien mengatakan akan belajar duduk dan
berjalan
O:
Pasien terlihat sudah bisa alih baring
pasien terlihat mendengarkan arahan dari
perawat dengan baik
A : Hambatan mobilas fisik teratasi sebgian
P : Lanjutkan intervensi NIC 1 : Pengajaran :
Peresepan latihan
Selasa, 17 Gangguan Pola Tidur S: Mega
Desember Pasien mengatakan tadi malam tidur 4-5 jam
2019 jam ,masih terbangun jika mendengar suara
16.20 tangisan bayinya.
Pasien mengatakan bisa tidur kalau
lingkungannya sepi dan tidak ada suara yang
berisik
O:
Pasien terlihat letih dan matanya terlihat sayu.
Pasien terlihat letih dan matanya sayu
A : Gangguan pola tidu belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi NOC 1 : Peningkatan Tidur
Rabu, 18 Nyeri Akut S: Nana
desember pasien mengatakan nyerinya hilang setelah
2019 jam dilakukan pemberian obat dan dengan
12.00 melakukan nafas dalam
O:
pasien terlihat rilex dan nyaman ,nyeri skala 2
A : Nyeri Akut teratasi
P : Hentikan Intervensi nyeri akut dalam tingkat
ringan
Rabu, 18 Hambatan Mobilitas S : Nana
desember Fisik Pasien mengatakan sudah bisa duduk dan
2019 jam mulai latihan berjalan ke kamar mandi
12.05 O:
Pasien terlihat duduk dan mulai belajar
berjalan ke kamar mandi.
A : Hambatan Mobilitas Fisik teratasi
P : Hentikan intervensi
Rabu, 18 Gangguan Pola Tidur S: Nana
desember Pasien mengatakan semalam tidur 6-7 jam,
2019 jam pasien mengatakan lebih terpenuhi kebutuhan
12.10 tidur setelah mendengar arahan dari perawat
O:
Pasien terlihat segar dan bugar
A : Gangguan pola tidur teratasi
P : Hentikan intervensi
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005).
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya 6 minggu.Postpartum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Bobak, 2012).
SC disebabkan karena pasien mempunyai riwayat SC, panggul sempit, plasenta
previa, ruptura uteri mengancam, partus lama, partus tak maju, pre eklamsi dan
hipertensi, kelainan letak (letak lintang), gawat janin dan janin besar.
B. Saran
1. Bagi institusi pendidikan
Makalah ini bisa menjadi tambahan referensi materi sehingga dapat menyemburnakan
hasil yang telah ada
2. Perawat
Dalam merawat pasien ibu postpartum tentunya harus memperhatikan apa saja yang
perlu dikaji sehingga bisa mendapatkan diagnosa yang sesuai agar dalam melakukan
tindakan yang diberikan tepat sesuai apa yang dirasakan pasien.
3. Mahasiswa
Mahasiswa harus dapat memahami diagnosa dan asuhan keperawatan yang harus
diberikan agar dapat mengaplikasikan antara teori yang sudah didapat untuk
diaplikasikan dengan pasien
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, Jense. 2012. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Bulechek, Gloria. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) 6th Edition. Oxford: Elsevier.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana, Jakarta : EGC
Moorhead, Sue. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th Edition. Oxford: Elsevier.
Saifuddin, AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta
: penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo