Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

R UMUR 23 TAHUN
G1P0A0 UMUR KEHAMILAN 39+3 MINGGU DENGAN
KPD 8 JAM 13 MENIT DI RSUD Karanganyar

OLEH :
1. Frideva Putri A (16.0.B.1235)
2. Juita Eka Rini (16.0.B.1239)
3. Linda Apriliana (16.0.B.1243)
4. Natalia Rakawuri (16.0.B.1246)
5. Vera Wantika Dewi (16.0.B.1259)

PRODI D3 KEBIDANAN STIKes MITRA HUSADA KARANGANYAR


PAPAHAN TASIKMADU KARANGANYAR
TAHUN 2019

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Praktik ini Telah disetujui oleh Pembimbing Akademik dan Pembimbing
lapangan

Mengetahui

Pembimbing Akademik

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan banyak nikmatnya kepada kami. Sehingga kami mampu
menyelesaikan laporan ini. Laporan ini kami susun sebagai pertanggungjawaban
selama melaksanakan Pratikum Klinik Asuhan Kebidanan di RSUD Karanganyar.
Dalam pelaksanaan Pratikum Klinik Asuhan Kebidanan banyak pihak yang telah
membantu kelancaran tugas kami.Dalam kesempatan ini kami ingin
menyampaikan terimakasih atas segala dukungan dan bimbingannya kepada yang
terhormat :
1.
2. dr. Putu Suriyasa, Ms PKK SpOk, selaku Ketua Yayasan Mitra Husada
Karanganyar.
3. Fitria Hayu Palupi, SST, M. Kes, selaku ketua STIKes Mitra Husada
Karanganyar.
4. Hastutik, SST, M. Kes, Selaku ketua prodi DIII Kebidanan STIKes Mitra
Husada Karanganyar.
5. Ana Wigunantiningsih, SST. M.Kes, selaku pembimbing individu di
RSUD Karanganyar.
6. Ny. R, selaku pasien dari asuhan kebidanan ibu bersalin dengan KPD di
RSUD Karanganyar.
7. Seluruh Tenaga Kesehatan di RSUD Karanganyar.
Seluruh pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini yang mana
tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan masih jauh dari sempurna, Oleh
karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya.
Semoga Laporan Studi Kasus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penyusun

iii
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM...................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii
KATA PENGANTAR............................................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I LATAR BELAKANG
Latar Belakang...............................................................................................7
Tujuan.............................................................................................................8
Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus.........................................................9
Gambaran Kasus.............................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi.........................................................................................................10
1. Definisi Persalinan.................................................................................10
2. Macam – macam Persalinan...................................................................10
B. Etiologi.........................................................................................................11
1. Etiologi Terjadinya Persalinan..................................................................11
2. Tanda- tanda persalinan............................................................................13
3. Faktor faktor yang mempengaruhi persalinan..........................................13
C. Patofisiologi..................................................................................................13
1. Perubahan pada Proses Persalinan...........................................................15
2. Tahapan Persalinan...................................................................................15
D. Penatalaksanaan
1. Partograf............................................................................................32
2. Rupture Perineum...............................................................................37
E. Manajemen Asuhan Kebidanan Varney.......................................................38
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Manajemen Asuhan Kebidanan Varney........................................................50
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian....................................................................................................68

4
BAB V PENUTUP
A. Simpulan dan Saran...........................................................................................71
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................73

5
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Partograf
Lampiran 2 : Tabel Observasi 2 Jam post Partum
Lampiran 3 : Buku KIA

6
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Ukuran yang dipakai untuk menilai keadaan pelayanan kesehatan dalam
suatu negara atau daerah yaitu melalui rendahnya Angka Kematian Ibu (AKI)
dan Angka Kematian Bayi (AKB). Indonesia dilingkungan ASEAN
merupakan negara dengan angka kematian ibu tertinggi 5-142 per 100.000
dan 50 – 100 kali lebih tinggi dari angka kematian ibu di negara maju yang
berkisar diantara 1,5 dan 3 per 10.000 kelahiran hidup, yang berarti
kemampuan negara memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan
perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu(Prawirohardjo,2008).
Di Indonesia angka kematian maternal dan perinatal masih cukup
tinggi. Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator yang
diperkirakan sulit dicapai. Kesulitan ini tidak hanya dirasakan Indonesia
tetapi juga dibanyak negara berkembang di dunia. Angka Kematian Ibu di
Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara di Asia.
Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia menjadi sasaran pelayanan kesehatan yang tidak bisa ditunda-tunda
lagi. Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi, yaitu 359 per 100.000
kelahiran hidup. Jika dihitung berdasarkan angka tersebut, maka ada 16.155
orang ibu yang meninggal akibat kehamilan, persalinan dan nifas pada tahun
2012. Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) dalam Survey Dasar
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 sebesar 32/1000 kelahiran hidup, dimana
target MDG’s 4 pada tahun 2015 sebesar 23/ 1000 kelahiran hidup (SDKI
2012).
Padahal jumlah pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan di Indonesia
cukup banyak. Asuhan Persalinan Normal (APN) diperlukan dalam periode
ini karena merupakan masa kritis ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa

7
60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50%
kematian pada masa bersalin 24 jam pertama (Saiffudin,dkk;2012).
Kepala Dinas Provinsi Jawa Tengah Dr. Yulianto,M.Kes mengatakan,
sebuah negara atau daerah disebut bias menurunkan AKI apabila bias
menurunkan paling tidak 3% pertahun. Sementara Jawa Tengah mampu
menurunkan lebih dari itu.
Selain capaian AKI yang menggembirakan, angka kematian bayi
(AKB) juga mengalami hal yang sama. Lima tahun yang lalu, AKB Jawa
Tengah tercatat 10,41% dari 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2017 sudah
turun menjadi 8,93 per 1.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan data diatas, maka penulis mengambil sample ibu bersalin
spontan di RSUD Karanganyar. Penulis mengambil kasus dengan judul
“Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Pada Ny. R Umur 23 Tahun G1P0A0
UK 39+3 Minggu Dengan KPD 8 jam 13 menit di RSUD Karanganyar”
B. Tujuan
1. TujuanUmum
Diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan
persalinan pada Ny.R Umur 23 Tahun G1P0A0 UK 39+3 Minggu di
RSUD Karanganyar dengan manajemen Varney.
2. TujuanKhusus
a. Melaksanakan pengkajian data pada ibu bersalin pada Ny.R Umur 23
Tahun G1P0A0 UK 39+3 Minggu di RSUD Karanganyar.
b. Mengidentifikasi masalah dan mendiagnosa ibu bersalin pada Ny.R
Umur 23 Tahun G1P0A0 UK 39+3 Minggu di RSUD Karanganyar.
c. Mengidentifikasi masalah potensial ibu bersalin pada Ny.R Umur 23
Tahun G1P0A0 UK 39+3 Minggu di RSUD Karanganyar.
d. Mengidentifikasi kebutuhan segera ibu bersalin pada Ny.R Umur 23
Tahun G1P0A0 UK 39+3 Minggu di RSUD Karanganyar.
e. Menentukan perencanaan ibu bersalin pada Ny.R Umur 23 Tahun
G1P0A0 UK 39+3 Minggu di RSUD Karanganyar.
f. Melakukakan penatalaksanaan ibu bersalin pada Ny.R Umur 23 Tahun
G1P0A0 UK 39+3 Minggu di RSUD Karanganyar.
g. Mengevaluasi tindakan ibu bersalin pada Ny.R Umur 23 Tahun
G1P0A0 UK 39+3 Minggu di RSUD Karanganyar.

8
h. Mendokumentasikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny.R Umur
23 Tahun G1P0A0 UK 39+3 Minggu di RSUD Karanganyar.
C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus
Kasus diambil pada tanggal 27 Maret 2019 di RSUD Karanganyar.
D. Gambaran Kasus
Ny.R Umur 23 Tahun G1P0A0 UK 39+3 minggu, janin tunggal, hidup,
intrauterin, letak memanjang, puka, presentasi kepala, sudah masuk panggul,
inpartu fase laten dengan KPD.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses di mana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus. Persalinan di anggap normal jika prosesnya terjadi pada
usai kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa di sertai adanya
penyulit (JNPKKR, 2008).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2009).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui
jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba,
2010).
1. Macam – macam Persalinan
a. Persalinan spontan : bila seluruh persalinan berlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri.
b. Persalinan buatan : bila persalinan berlangsung dengan bantuan
tenaga dari luar.
c. Persalinan anjuran : bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan jalan pemberian rangsang (Manuaba,
2010).
B. Pengertian Ketuban Pecah Dini (KPD)
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah kebocoran spontan cairan dari
kantung amnion sebelum adanya tanda-tanda inpartu. Kejadian KPD dapat
terjadi sebelum atau sesuadah masa kehamilan 40 minggu. Berdsarkan
waktunya, KPD dapat terjadi pada kehamilan preterm atau kehamilan kurang
bulan terjadi sebelum minggu ke-37 usia kehamilan, sedangkan pada

10
kehamilan aterm atau kehamilan cukup bulanterjadi setelah minggu ke-37
dari usia kehamilan.
Pada KPD kehamilan Preterm dan KPD kehamilan aterm kemudian
dibagi menjadi KPD awal yaitu kurang darai 12 jam setelah pecah ketuban
dan KPD berkepanjangan yang terjadi 12 jam atau lebih setelah pecah
ketuban. (Manuaba, 2009).
C. Etiologi
Etiologi Terjadinya Persalinan
Proses persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga menimbulkan
beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya kekuatan HIS.
Beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan yaitu :
a. Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan untuk meregang dalam batas
tertentu. Setelah melewati batas tersebut, terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat mulai. Contohnya, pada hamil ganda sering terjadi
kontraksi setelah keregangan tertentu, sehingga menimbulkan proses
persalinan.
b. Teori Penurunan Progesteron
Menurut Wiknjosastro (2005) yaitu :
1.Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu,
dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami
penyempitan dan buntu.
2. Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih
sensitif terhadap oksitosin.
3. Akibat otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesteron tertentu.
4. Antara lain penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron yang
terjadi kira- kira 1 – 2 minggu sebelum partus. Seperti diketahui
progesteron merupakan penenang bagi otot-otot uterus.
c. Teori Oksitosin Internal
1) Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior.

11
2) Perubahan keseimbangan esterogen dan progesteron dapat mengubah
sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton
Hicks.
3) Menurunya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka
oksitosin dapat meningkatkan aktifitas,sehingga persalinan dapat
dimulai.
d. Teori Prostagladin
1) Dalam kehamilan dari minggu ke 15 hingga aterm kadar
prostagklandin meningkat,lebih-lebih sewaktu partus.
2) Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi
otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
3) Prostaglandin dianggap dapat memicu terjadinya persalinan.
4) Teori Hipotalamus-Pituitari dan Glandula Suprarenalis
5) Teori ini menunjukan pada kehamilan dengan anencephalus sering
terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus.
Teori ini dikemukakan oleh Linggin (1973).
6) Glandulasuprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan.
(Manuaba, 2010)
D. Patofisiologi
1. Tanda – tanda permulaan persalinan
Menurut Manuaba (1998), tanda – tanda permulaan peralinan :
a) Lightening atau settling atau dropping Yaitu kepala turun memasuki
pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak
begitu kentara.
b) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uterus turun.
c) Perasaan sering – sering atau susah kencing (polakisuria) karena
kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
d) Perasaan sakit di perut dan di pegang oleh adanya kontraksi.
Kontraksi lemah di uterus, kadang – kadag di sebut “ traise labor
pains”.
e) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah
juga bercampur darah (bloody show)
Tanda – tanda inpartu
Menurut Mochtar (1998), tanda – tanda inpartu :
1) Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan
teratur.

12
2) Keluar lender bercampur darah (show) yang lebih banyak karena
robekan – robekan kecil pada serviks.
3) Kadang – kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4) Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah
ada.
1. Tanda- tanda persalinan
a. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi
yang semakin pendek.
b. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran lendir,lendir
bercampur darah)
c. Dapat disertai ketuban pecah
d. Pada pemeriksaan dalam,dijumpai perubahan serviks (perlunakan
serviks, pendataran serviks, terjadi pembukaan serviks).
(Manuaba, 2010)
2. Faktor- faktor yang mempengaruhi persalinan
a. Power (kekuatan ibu untuk mendorong janin keluar)
1) Kontraksi otot dinding perut
Otot-otot rahim yang dominan di daerah fundus uteri dan semakin
berkurang ke arah serviks diikuti dengan meningkatnya jaringan
ikat. Susunan otot rahim terdiri dari lapisan luar, lapisan dalam
dan lapisan tengah.
2) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
Timbul akibat perangsangan fleksus frakenhouser (fleksus ini
terletak di sekitar serviks uteri). Terjadi kontraksi pada diafragma,
pelvis yang berguna untuk mempercepat pembukaan serviks dan
melebarkan bagian bawah vagina pada saat mengejan anus
tampak terbuka.
3) Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum
Merupakan jaringan otot yang pada saat hamil mengalami
hipertropi dan hiperflasi. Fungsinya adalah untuk menahan uterus
agar tetap berada dalam posisi antefleksi.
b. Passanger (keadaaan janin atau bagian yang ada didalam uterus)
Merupakan janin dan placenta, terdiri dari janin dengan ukuran dan
Moulage, sikap fetus, letak janin, presentasi fetus dan posisi fetus.
c. Passage (keadaan jalan lahir yang dilalui oleh passenger)

13
Jalan lahir yang paling penting dalam menentukan proses persalinan
adalah pelvis minor, yang terdiri dari susunan tulang yang kokoh
dihubungkan oleh persendian dan jaringan ikat yang kuat. Pelvis
minor (panggul kecil) ini terdiri atas :
1) Pintu atas panggul
Batas atas panggul kecil dibentuk oleh promontorium, sayap
sakrum, linea inominata, ramus superior os pubis dan sympisis
pubis.
2) Bidang terluas panggul
Merupakan bidang terluas dalam ruangan panggul kecil, bidang
ini membentang dari pertengahan sympisis, pertengahan
asetabulum dan pertemuan sakral II dan III, ukuran depan
belakang 12,75 cm dan ukuran melintangnya 12,5 cm
3) Bidang sempit panggul
Bidang ini membentang melalui tepi bawah sympisis menuju ke
spina isciadika dan memotong ujung atas sacrum
4) Pintu bawah panggul
Terdiri dari dua segitiga dengan dasar garis pembatas tuber
isciadikum dengan jarak 10,5 cm. Tinggi segitiga belakang 7,5
cm. Segitiga depan dibatasi oleh arkus pubis ukuran depan
belakang pintu bawah panggul 11,5 cm. Untuk menilai penurunan
bagian terendah janin, ditentukan dengan bidang Hodge, yaitu :
a) Hodge I : sejajar dengan pintu atas panggul
b) Hodge II : sejajar dengan Hodge I, melalui tepi bawah
sympisis
c) Hodge III: sejajar dengan Hodge II, melalui spina iscladika
d) Hodge IV : sejajar dengan Hodge III, melalui ujung os
koksigeus
(Manuaba, 2010)
3. Perubahan pada Proses Persalinan
a. Suhu
Sedikit meningkat selama persalinan, tertinggi selama dan segera
setelah melahirkan. Peningkatan suhu tubuh yang normal ialah
peningkatan suhu yang tidah lebih dari 0,5 sampai 1o C. Peningkatan
suhu sedikit adalah normal. Namun, bila persalinan berlangsung lebih

14
lama, peningkatan suhu dapat mengindikasikan dehidrasi, dan
parameter lain harus di cek. Begitu pula pada kasus ketuban pecah dini,
peningkatan suhu dapat mengindikasikan infeksi dan tidak dapat
dianggap normal pada keadaan ini.
b. Tekanan Darah
Meningkat selama kontraksi disertai peningkatan sistolik rata-rata
15 (10-20) mmHg dan diastolik rata-rata 5-10 mmHg. Pada waktu-
waktu di antara kontraksi, tekanan darah kembali ke tingkat sebelum
persalinan. Dengan mengubah posisi tubuh dari telentang ke ke posisi
miring, perubahan tekanan darah selama kontraksi dapat dihindari.
Untuk memastikan tekanan darah yang sebenarnya, pastikan
mengeceknya dengan baik pada interval antar kontraksi, lebih baik
dengan posisi ibu berbaring miring. Nyeri, rasa takut dan kekhawatiran
dapat semakin meningkatkan tekanan darah. Apabila seorang wanita
merasa sangat takut dan khawatir pertimbangkan kemungkinan bahwa
rasa takutnya (bukan karena pre-eklamsi) menyebabkan peningkatan
tekanan darah.
c. Denyut Nadi (frekuensi jantung)
Frekuensi denyut nadi di antara kontraksi sedikit lebih tinggi
dibanding selama periode menjelang persalinan. Hal ini mencerminkan
peningkatan metabolisme yang terjadi. Penurunan denyut nadi yang
mencolok selama puncak kontraksi uterus tidak akan terjadi jika wanita
berada pada posisi miring, bukan telentang. Sedikit peningkatan
frekuensi nadi dianggap normal.
d. Pernafasan
Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan masih normal selama
persalinan dan mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi.
Sulit untuk memperoleh temuan yang akurat dalam hal pernafasan
karena frekuensi dan irama pernafasan dipengaruhi oleh rasa senang,
nyeri, rasa takut dan penggunaan teknik pernafasan. Amati pernafasan
wanita dan bantu ia mengendalikannya untuk menghindari
hiperventilasi yang panjang, yang ditandai oleh rasa kesemutan pada
ekstremitas dan perasaan pusing.

15
e. Perubahan pada Saluran Cerna
Motilitas dan absorbsi lambung terhaadap makanan padat jauh
berkurang. Apabila kondisi ini diperburuk oleh penurunan lebih lanjut
sekresi asam lambung selama persalinan, maka saluran cerna bekerja
dengan lambat sehingga waktu pengosongan lambung menjadi lebih
lama. Makanan yang dikonsumsi selama periode menjelang persalinan
atau fase prodromal atau fase laten persalinan cenderung akan tetap
berada dalam lambung selama persalinan.
Lambung yang penuh dapat menimbulkan ketidak-nyamanan dan
penderitaan umum selama masa transisi. Oleh karena itu, wanita harus
dianjurkan untuk tidak makan dalam porsi besar atau minum
berlebihan. Tetapi makan dan minum sedikit demi sedikit berguna
mempertahankan energi dan hidrasi. Perubahan pada saluran cerna
kemungkinan timbul sebagai respons terhadap salah satu atau
kombinasi faktor-faktor berikut: kontraksi uterus, nyeri, rasa takut dan
khawatir, obat atau komplikasi.
f. Perubahan pada Ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat
diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan
dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomerulus dan aliran
plasma ginjal. Poliuria menjadi kurang jelas pada posisi telentang
karena posisi ini membuat aliran urine berkurang selama
kehamilan.Kandung kemih harus sering dievaluasi (setiap 2 jam) untuk
mengetahui adanya distensi, untuk mencegah (1) obstruksi persalinan
akibat kandung kemih yang penuh, yang akan mencegah penurunan
bagian presentasi janin. Dan (2) trauma pada kandung kemih akibat
penekanan yang lama, yang akan menyebabkan hipotonia kandung
kemih dan retensi urine selama periode pascapartum awal. (JNPKKR,
2008)
4. Tahapan Persalinan
Menurut Manuaba, (2010 : 173 ) pembagian tahap persalinan sebagai
berikut :
a. Persalinan Kala I

16
Yang dimaksudkan dengan kala I adalah kala pembukaan yang
berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada
permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga
parturien masih dapat berjalan- jalan. Lamanya kala I untuk
primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.
Berdasarkan kurve Friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida
1cm/jam dan pembukaan multigravida 2cm/jam. Dengan perhitungan
tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan. Proses Kala
I terbagi dalam dalam dua fase:
1) Fase laten : Pembukaan serviks berlangsung lambat dari 0 sampai 3cm
lamanya 7-8 jam.
2) Fase aktif : Pembukaan serviks 3cm sampai 10 cm lamanya 6 jam.
Fase ini terbagi menjadi tiga fase lagi:
(a) Fase akselerasi dimana dalam waktu 2 jam pembukaan 3cm
menjadi 4cm.
(b) Fase dilatasi maksimal yakni dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat dari pembukaan 4cm sampai 9cm.
(c) Fase deselerasi diman pembukaan menjadi lambat kembali
dalam waktu 2 jam pembukan 9cm menjadi 10cm/lengkap.
Asuhan yang diberikan pada persalinan Kala I :
1) Menghadirkan keluarga tedekat
2) Mengatur aktivitas dan posisi
3) Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his
4) Menjaga privasi ibu
5) Pemberian cukup minum
6) Melakukan pemeriksaan TTV 4 jam sekali.
7) Pemeriksaan DJJ setiap ½ jam.
8) Memperhatikan keadaan kandung kemih agar selalu kosong.
9) Pasien tidak diperkenankan mengejan
(Rustam, 1998 : 94)
b. Kala II atau Kala Pengeluaran
Pada kala ini his terkodinasi, kuat, cepat lebih lama,kira-kira 2-3 menit
sekali. Kepala janin masuk keruang panggul sehingga terjadi tekanan
pada otot dasar panggul yang menimbulkan rasa ingin mengedan.Karena
tekanan pada rectum ibu seperti mau buang air besar dengan tanda anus
terbuka.Pada saat his janin mulai kelihatan, vulva membuka perineum

17
meregang.Dengan his mengedan dan terpimpin maka lahirlah epala
diikuti oleh seluruh badan janin. Lamanya kala II untuk primigravida 1
½-2 jam dan pada multrigavida ½-1jam (Rustam, 1998 : 95).
1) Mekanisme Persalinan
a) Hampir 96% janin berada dalam uterus dengan presentasi kepala
dan pada presentasi kepala ini ditemukan 58% ubun – ubun kecil
terletak di kiri depan, 23% di kanan depan, 11% dikanan
belakang, dan 8% di kiri belakang. Keadaan ini mungkin
disebabkan terisinya ruangan disebelah kiri belakang oleh kolon
sigmoid dan rektum.
b) Pada letak kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun
dan mulai masuk ke dalam rongga panggul. Masuknya kepala
melintasi pintu atas panggul dapat dalam keadaan sinklitismus
ialah bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang
pintu atas panggul.
c) Akibat sumbu kepala yang tidak simetrik, dengan sumbu lebih
mendekati suboksiput, maka tahanan oleh jaringan dibawahnya
terhadap kepala yang akan turun, menyebabkan bahwa kepala
mengadakan fleksi di dalam rongga panggul. Sampai di dasar
panggul kepala janin dalam keadaan fleksi maksimal. Kepala
yang sedang turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari
belakang atas ke bawah depan. Akibat kombinasi elastisitas
diafragma pelvis dan tekanan intrauterin disebabkan oleh his yang
berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi, disebut pula putaran
paksi dalam. Pada umumnya di dalam hal mengadakan rotasi
ubun-ubun kecil akan berputar ke arah depan, sehingga di dasar
panggul ubun-ubun kecil berada di bawah symfisis.
d) Dalam keadaan fisiologis sesudak kepalan janin sampai di dasar
panggul dan ubun-ubun kecil di bawah symfisis, kepala
mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan. Pada tiap
his vulva lebih membuka dan kepala janin makin tampak.
Perineum menjadi lebar dan tipis, anus membuka tampak dinding
rektum. Dengan kekuatan his bersama degan kekutan mengedan,

18
berturut-turut tampak bregma, dahi, muka dan akhirnya dagu.
Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang
disebut putaran paksi luar.
e) Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Di
dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan
bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul,
apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi
depan belakang. Demikian pula dilahirkan trokanter depan
terlebih dahulu, baru kemudian trokanter belakang. Kemudian
bayi lahir seluruhnya (Prawirohardjo, 2009) & (Wiknjosastro,
2010).
2) Gejala utama kala II (pengusiran) adalah :
a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan
durasi 50 sampai 100 detik
b) Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak
c) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan mengejan, karena tertekannya fleksus Franken Houser
d) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi
sehingga terjadi:
(1) Kepala membuka pintu
(2) Subocciput bertindak sebagai hipomoglion berturut- turut
lahir ubun- ubun besar, dahi, hidung, dan muka, dan kepala
seluruhnya.
(3) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar,
yaitu penyesuaian kepala pada punggung
(4) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi
ditolong dengan jalan :
(a) Kepala dipegang pada os occiput dan dibawah dagu,
ditarik curam ke bawah untuk melahirkan bahu depan,
dan curam ke atas untuk melahirkan bahu belakang
(b) Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk
melahirkan sisa badan bayi.
(c) Bayi lahir diikuti sisa air ketuban
(d) Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan
multigravida 30 menit.

19
c. Kala III (pelepasan uri)
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya placenta yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. (Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, Saifuddin, 2009)
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras
dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi placenta yang menjadi tebal
2 kali sebelumnya. Beberapa menit kemudian timbul his pelepasan dan
pengeluaran uri. Biasanya proses pelepasan placenta berlangsung 5 – 30
menit setelah bayi lahir.
1) Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit.
Dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan plasenta pada lapisan
Nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim.
2) Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan
tanda- tanda di bawah ini :
a) Uterus menjadi bundar
b) Uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke segmen
bawah rahim
c) Tali pusat bertambah panjag
d) Terjadi perdarahan
3) Cara pemeriksaan plasenta sudah lepas, yaitu:
a) Perasat kustner
(1) Tali pusat dikencangkan
(2) Tangan ditekan di atas symfisis, bila tali pusat
masuk kembali, berarti plasenta belum lepas.
b) Perasat klein
Parturien disuruh mengejan, sehingga tali pusat ikut serta turun
atau memanjang. Bila mengejan dihentikan dapat terjadi:
(1) Tali pusat tertarik kembali,maka plasenta belum terlepas
(2) Tali pusat tetap di tempat berarti plasenta sudah lepas.
c) Perasat strassman
Tali pusat diregangkan dan rahim diketok-ketok, bila getarannya
sampai pada tali pusat berarti plasenta belum lepas.
4) Cara pelepasan plasenta adalah:
a) Secara Schultze
Pelepasan plasenta dimulai dari pertengahan, sehingga plasenta
lahir diikuti oleh pengeluaran darah
b) Secara Duncan

20
Pelepasan plasenta dimulai dari daerah tepi, sehingga terjadi
perdarahan dan diikuti oleh pelepasan plasenta.
5) Asuhan yang diberikan adalah Manajemen Aktif Kala III, yaitu :
a) Pemberian oksitosin / uretonika sesegera mungkin memberiakan
oksitosin 10 unit IM, dapat merangsang uterus berkontarksi juga
mempercepat paelepasan plasenta.
b) Melakukan peregangan tali pusat terkendali. Dilakukan hanya
selama uterus berkontraksi, hal ini dapat diulang sampai plasenta
lahir.
c) Masase fundus segera setelah plasenta dan selaputnya dilahirkan
agar menimbulakn kontraksi. Hal ini dapat mengurangi
pengeluaran darah dan mencegahan perdarahan postpartum.
(JNPKKR, 2008)
d. Kala IV (observasi)
Kala IV dalah masa pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan uri
lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama bahaya perdrahan
postpartum. Masa postpartum merupakan saat paling kritis untuk
mencegah kematian ibu, terutama kematian disebabkan karena
perdarahan. (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Saifuddin,
2009)
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena
perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
Observasi yang dilakukan :
1) Tingkat kesadaran penderita
2) Pemeriksaan tanda- tanda vital : tekanan darah, nadi, dan pernapasan
3) Kontraksi uterus
4) Terjadinya perdarahan
5) Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi
400 sampai 500 cc.
Selama kala IV petugas harus memantau/observasi ketat pada
kesadaran pasien, pemeriksaan TTV, kontraksi uterus, perdarahan,
kandung kemih dikosongkan. Observasi tinggi fundus uteri dan
kandung kemih dilakukan selama 2 jam dengan interval pemeriksaan 15
menit sekali pada jam pertama post partum dan 30 menit sekali pada
jam kedua post partum.

21
Jam Waktu Tekana Nadi Temperatur TFU Kontraks Kandung Perdarahan
Ke n Darah e i Uterus Kemih
1 15
menit
ke-1

15
menit
ke-2

15
menit
ke-3
15
menit
ke-4
2 30
menit
ke-1
30
menit
ke-2
(JNPKKR, 2008 : 117)
Manajemen Pencegahan Infeksi
1) Cuci tangan
Cuci tangan adalah prosedur paling penting dari pencegahan penyebaran
infeksi yang meny ebabkan kesakitan
2) Memakai sarung tangan
a) Pakai sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah (kulit
tak utuh, selaput mukosa,darah,cairan tubuh lainnya )peralatan
sarung tangan atau sampah yang terkontaminasi.
b) Gunakan sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinngi untuk
prosedur apapun yang akan mengakibatkan kontak dengan jaringan
dibawah kulit seperti persalinan ,penjahitan vagina atau pengambilan
darah.

22
c) Gunakan sarung tangan periksa yang bersih untuk menangani darah
atau cairan tubuh.
d) Gunakan sarung tangan rumah tangga atau tebal untuk mencuci
peralatan, menangai sampah, juga membersihkan darah.
3) Menggunakan teknik asepsis atau aseptik
Penggunaan perlengkapan pelindung pribadi ,perlengkapan
pelindung pribadi mencegah petugas terpapar mikroorganisme penyebab
infeksi dengan cara menghalangi atau membatasi petugas dari percikan
cairan tubuh ,darah atau cidera,selama melaksanakan procedur klinik.
Peralatan tersebut yaitu kacamata pelindung,masker wajah,septu booth
atau sepatu tertutup dan celemek.
4) Antisepsis
Antisepsis adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah infeksi
dengan cara membunuh mikroorganisme jaringan tubuh atau kulit
dengan menggunakan antiseptik dan mencuci tangan secara teratur
diantara kontak dengan setiap ibu dan bayi baru lahir. (JNPKKR, 2008 :
18)
5) Partograf
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan.
Tujuan utama penggunaan partograf adalah untuk mencatat hasil
observasi dan kemajuan persalinan dan mendeteksi apakah proses
persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian, juga dapat
dilaksanakan deteksi secara dini, setiap kemungkunan terjadinya partus
lama. Jika digunakan secara tepat dan konsisten, partograf membantu
penolongan persalinan untuk mencatat kemajuan persalinan, kondisi ibu
dan janin,asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran, serta
menggunakan informasi yang tercatat, sehingga secara dini
mengidentifikasi adanya penyulit persalinan,dan membuat keputusan
klinik yang sesuai dengan tepat waktu. Penggunaan partograf secara rutin
akan memestikan ibu dan janin telah mendapatkan asuhan persalinan
secara aman dan tepat watu.Selain itu,dapat mencegah terjadinya penyulit
yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka (Prawirohardjo, 2009).

23
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan
membantu petugas kesehatan dalam menentukan keputusan dalam
penatalaksanaan. Partograf member peringatan pada petugas kesehatan
bahwa suatu persalinan berlangsung lama, adanya gawat ibu dan janin,
bahwa ibu mungkin perlu dirujuk.

Untuk menggunakan partograf dengan benar, petugas kesehatan


harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut :
a) Denyut jantung janin. Catat setiap ½ jam.
b) Air ketuban. Catat warna air ketuban setiap melakukan
pemeriksaan vagina :
1. U : Selaput Utuh
2. J : Selaput pecah, air ketuban Jernih
3. M : Air ketuban bercampur Mekonium
4. D : Air ketuban bernoda Darah
5. K : Tidak ada cairan ketuban/Kering
c) Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase)
1. Sutura (pertemuan 2 tulang tengkorak yang tepat atau
bersesuaian)
2. Sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki
3. Sutura tumpah tindih dan tidak dapat diperbaiki
d) Pembukaan leher rahim dinilai pada setiap pemeriksaan
pervaginam dan diberi tanda silang ( X )
e) Penurunan :
Mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba (pada
pemeriksaan abdomen) diatas syimfisis pubis : Catat dengan tanda
lingkaran (O), pada setiap pemeriksaan dalam. Pada poisisi 0/5,
sisinput (S) atau paruh atas kepala berada di syimfisis pubis.
f) Waktu : Menyatakan beberapa jam waktu telah dijalani sesudah
pasien diterima.
g) Jam : Catat jam sesungguhnya
h) Kontraksi : Catat setiap ½ jam : lakukan palpasi untuk menghitung
banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya masing-masing
kontraksi dalam 10 menit dan lamanya masing-masing kontraksi
dalam hitungan detik

24
i) Kurang dari 20 detik ( beri titik-titik di kolom yang sesuai untuk
menyatakan kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik)
1. Antara 20-40 detik ( beri garis-garis di kolom yang sesuai
untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20-40 detik)
2. Lebih dari 40 detik ( isi penuh kotak yang sesuai untuk
menyatakan kontraksi yang lamanya lebih dari 40 detik)
j) Oksitosin, bila memakai oksitosin pervolume cairan infuse dalam
tetesan permenit setiap 30 menit apabila digunakan.
k) Obat yang diberikan. Catat semua obat yang diberikan
l) Catatlah setiap 30 menit dan tandai dengan sebuah titik besar
m) Tekanan darah, catat setiap 4 jam
n) Suhu badan, catatlah setiap 2 jam
o) Protein, aseton, dan volume urin, catatlah setiap kali ibu berkemih.
Bila temuan-temuan melintas kearah kanan garis waspada petugas
kesehatan harus melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan
janin dan segera mencari rujukan yang tepat (Saifuddin, 2009).
Keuntungan Partograf yaitu :
1. Tersedia cukup watu melakukan rujukan (sekitar 4 jam) setelah
perjalan persalinan melewati garis waspada.
2. Dipusat pelayanan kesehatan cukup waktu untuk mengambil
tindakan sehingga tercapai well born baby dan well healt mother.
3. Terbatasnya melaukan pemeriksaan dalam,dapat mengurangi
infeksi intrauterine.
Sedangkan Kekurangan partograf yaitu kemungkinan terlalu cepat
melakukan rujukan,yang sebenarnya dapat diselesaikan dipuskesmas atau
setempat.
Partograf diharapkan dapat menyelesaikan pertolongan persalinan pada
garis waspada dengan jalan:
1. Rujukan semakin baik sehingga tidak merugikan penderita
2. Pertolongan medis dapat dilakukan dengan lebih sempurnasehingga
angka kesakitan dan kematian dapat diturunkan.
3. Mendapatkan tindakan medis sesuai dengan keadaan dan ditangan
yang tepat.
4. Secara nasional partograf diharapkan membantu menurunkan angka
kematian maternal dan perinatal sebagai cermin kemampuan

25
memberiakan pelayanan dan pengayoman medis yang menyeluruh
dan lebih bermutu.
(Manuaba, 2010)
(Asuhan Persalinan Normal, JNPKKR, 2008)
6) Rupture Perineum
Robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan. (Sinopsis
Obstetri, Mochtar Rustam, 1998). Robekan perineum umumnya terjadi di
garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat,
sudut arkus pubis lebih kecil dari pada biasa sehinga kepala janin terpaksa
lahir lebih kebelakang dari pada biasa, kepala janin melewati pintu bawah
panggul dengan ukuran yang lebih besar dari pada sirkumferensia
suboksipito bregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan vagina
(Ilmu Kebidanan, Sarwono Prawirohardjo, 2009).
a. Klasifikasi Rupture Perineum
1) Ruptur Perineum Spontan
Luka pada perineum yang terjadi karena sebab-sebab tertentu tanpa
dilakukan tindakan perobekan atau disengaja. Luka ini terjadi pada
saat persalinan dan biasanya tidak teratur.
2) Ruptur perineum yang disengaja (Episiotomi)
Luka perineum yang terjadi karena dilakukan pengguntingan atau
perobekan pada perineum: Episiotomi adalah torehan yang dibuat
pada perineum untuk memperbesar saluran keluar vagina.
b. Tingkat robekan perineum dapat dibagi atas 4 tingkatan :
1) Derajat I
Robekan hanya terjadi pada mukosa vagina, komisura posterior
dan kulit perineum. Tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan
dan posisi luka baik.

2) Derajat II
Robekan yang terjadi lebih dalam, yaitu selain mengenai mukosa
vagina, komisura posterior, kulit perineum juga mengenai otot
perineum. Laserasi derajat II ini memerlukan penjahitan.
3) Derajat III

26
Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum (mukosa
vagina,komisura posterior, kulit perineum, otot perineum) sampai
otot-otot sfingter ani.
4) Derajat IV
Robekan mengenai seluruh perineum (mukosa vagina, komisura
posterior,kulit perineum,otot perineum ) sampai sfingter ani dan
dinding depan rektum. Pada laserasi derajat tiga dan empat bila
penolong APN tidak dibekali untuk reparasi laserasi perineum
segera rujuk pasien ke fasilitas rujukan (JNPKKR, 2008)
c. Faktor-faktor Penyebab Rupture Perineum
Persalinan seringkali menyebabkan perlukaan jalan lahir,
perlukaan jalan lahir itu terjadi pada panggul/perineum, vulva, dan
vagina, serviks uteri, uterus sedangkan ruptur pada perineum spontan
disebabkan oleh perineum kaku, kepala janin terlalu cepat melewati
dasar panggul, bayi besar, lebar perineum, paritas.
d. Macam-macam Jahitan
1) Jahitan hemostatis
Merupakan jahitan simpul mati untuk mematikan aliran darah.
2) Jahitan simple interuupted (jahitan satu demi satu)
Merupakan jenis jahitan yang paling dikenal dan paling banyak
digunakan.Jarak jahitan 5-7 mm dan batas jahitan dari tepi luka
sebaiknya 1 – 2 mm. Semakin dekat jarak antara tiap jahitan,
semakin baik bekas luka setelah penyembuhan.
3) Jahitan continous
Jahitan jelujur : lebih cepat dibuat, lebih kuat dan pembagian
tekanannya lebih merata bila dibandingkan dengan jahitan terputus.
Kelemahannya jika benang putus /simpul terurai seluruh tepi luka
akan terbuka semua
e. Tujuan Penjahitan
1) Untuk menyatukan kembali jaringan tubuh (mendekatkan) agar
proses penyembuhan bisa terjadi, proses penyembuhan itu sendiri
bukanlah hasil dari penjahitan tersebut tetapi hasil dari
pertumbuhan jaringan.
2) Untuk mencegah kehilangan darah yang tidak perlu (memastikan
hemostatis)

27
f. Penatalaksanaan Pada Rupture Perineum
1) Persiapan Alat
2) Pemberian anestesi lokal
3) Penjahitan laserasi pada perineum
4) Nasehati ibu untuk :
a) Menjaga perineum selalu bersih dan kering
b) Hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada perineumnya
c) Cuci perineum dengan sabun dan air bersih yang mengalir 3-4
x per hari
d) Kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan
lukanya. (Asuhan Persalinan Normal, JNPKKR, 2008)

E. Manajemen Asuhan Kebidanan Varney


1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk menorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan toeri ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam
rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada
klien (Varney, 2007).
2. Manajemen Asuhan Kebidanan menurut Hellen Verney
Proses manajemen kebidanan yang diselenggarakan untuk memberikan
pelayanan yang berkualitas melalui tahapan-tahapan dan langkah-langkah
yang disusun secara sistematis untuk mendapatkan data menurut Varney
ada 7 (tujuh) langkah mulai dari pengkajian, interprestasi data, diagnosis
potensial, tindakan segeraa, rencana tindakan, implementasi dan evaluasi
(Varney, 2007).
a. Pengumpulan Data Dasar atau Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan data dasar untuk menevaluasi
keadaan pasien, data ini termasuk riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan meliputi data subjektif
dan objektif serta data penunjang (Varney, 2007).
1) Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang didapat dari klien sebagai sebagai
suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian, informasi tersebut
tidak dapat ditentukan oleh tenaga kesehatan secara independen

28
tetapi melalui suatu system interaksi atau komunikasi data yang
diperoleh yaitu sebaagi berikut:
a) Biodata
(1) Identitas bayi : nama, jenis kelamin, tanggal lahir dan jam,
anak yang keberapa,
(2) Nama ibu : untuk menegenal dan mengetahui pasien, Nama
harus jelas dan lengkap agar tidak keliru dalam memberikan
pelayanan.
(3) Umur : dicatat dalam tahun untuk mengetahui risiko,
seperti alat-alat reproduksi belum matang dan pikirannya
belum siap.
(4) Suku : untuk mengetahui factor bawaan atau ras serta
pengaruh adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
(5) Pendidikan perlu dinyatakan karena tingkat pendidikan
berpengaruh pada pengetahuan sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan pendidinkanya.
(6) Pekerjaan : untuk mengetahui status ekonomi keluarga,
karena dapat mempengaruhi pemenuhan gizi pasien
tersebut.
(7) Alamat : untuk mengetahui tempet tinggal serta
mempermudah pemantauan bila diperlukan.
(8) Keluhan Utama
Keluhan utama yaitu keluhan atau gejala yang
menyebabkan pasien dibawah berobat. Pada bayi
dengan ikterus dapat terlihat dari warna kulit disebabkannya
(Nurijal, 2009).
(9) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
(a) Kehamilan: untuk mengetahui berapa umur kehamilan
ibu dan hasil pemeriksaan kehamilan (Wijaknjosastro,
2009).
(b) Persalinan untuk mengenai proses persalinan spontan
atau buatan lahir aterm atau premature ada perdarahan
atau tidak, waktu persalinan di tolong oleh siapa,
dimana tempat melahirkan (Wiknjosastro, 2009).

29
(c) Nifas: untuk mengetahui perdarahan pada masa nifas,
jenis locbeaa, tinggi TFU, kontraksi keras atau tidak
(Sulistyawati, 2012)
(10) Kebiasaan sehari-hari
(a) Nutrisi: untuk mengetahui intake nutrisi yang tidak
adekuat serta kurangnya asupan Zinc dan asam folat
(Sulistyawati, 2012),
(b) Eliminasi: berapa kali ibu BAK dan BAB, ada
kaitanya dengan obstipasi atau tidak (Manuaba,
2010)
(c) Istirahat dan aktivitas: dikaji tidur siang malam,
serta keadaan ibu (tenang/gelisah).
2) Data Objektif
Data objektif adalah data yang sesunggunhya dapat dobservasi
dan dilihat oleh tenaga kesehatan. Data objektif meliputi
pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan
tanda-tanda vital, yaitu pemeriksaan khusus ( terdiri dari inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi) dan pemeriksaan penunjang yaitu
laboratorium dan catatan terbaru serta catatan sebelumnya
(Suryani, 2008). Pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien
sebagai berikut:
a) Keadaan Umum
Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati
keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan kita
laporkan dengan criteria sebagai berikut :
(1) Baik
Jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadp
lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak
mengalami ketergantungan berjalan ( Sulistyawati, 2009)
(2) Lemah
Pasien dimasukkan dalam criteria ini jika ia kurang atau
tidak memberikan respon yang baik terhadap lingkungan
dan orang lain dn pasien sudah tidak mampu lagi berjalan
sendiri (Sulistyawati, 2009)
b) Kesadaran

30
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita
dapat mengakaji tingkat kesadaran mulai dari compos mentis
sampai koma (Sulistyawati, 2009)
c) Tanda-tanda vital
(1) Tekanan darah
Tekanan darah arteri mengganbarkan dua hal, yaitu besar
tekanan yang dihasilkan vertikel kiri sewaktu berkontraksi
(angka sistolik). Nilai normal rata-rata tekanan sistol pada
orang dewasa adalah 100 sampai 140 mmHg, sedangkan
rata-rata diastol adalah 60 sampai 90 mmHg. (Priharjo,
2006).
(2) Nadi
Nadi adalah gelombang yang diakibatkan oleh adanya
perubahan pelebaran (vasodilatasi) dan penyempitan
(Vasokontriksi) dari pembuluh darah arteri akibat kontraksi
ventrikel melawan dinding aorta. Tekanan nadi adalah
tekanan yang ditimbulkan oleh perbedaan sistolik dan
diastolik. Normalnya 60-80 kali per menit
(Tambunan,dkk.2011).
(3) Pernafasan
Pernafasan merupakan salah satu indikator untuk
mengetahui fungsi sistem pernafasan yang terdiri dari
mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida
dalam paru dan penganturan asam basal. Adapun
pernapasan pada orang dewasa yaitu 16-24x/menit
(Priharjo, 2006).
(4) Suhu
Suhu adalah derajat panas yang dipertahankan oleh tubuh
dan diatur oleh hipotalamus (dipertahankan dalam batas
normal yaitu ±36 ̊ C dari 37 ̊ C) dengan menyeimbangkan
anatara panas yang dihasilkan dan panas yang dilepaskan.
Suhu normal pemeriksaan Axila yaitu 36,6º C.
(Tambunan,dkk.2011).
d) Tinggi Badan

31
Tinggi badan merupakan salah satu ukuran pertumbuhan
seseorang. Tinggi badan dapat diukur dengan stasiometer atau
tongkat pengukur ( Tambunan,dkk.2011).
e) Berat Badan
Berat badan atau massa tubuh diukur dengan pengukur
massa atau timbangan. Indeks massa tubuh digunakan untuk
menghitung hubungan antara tinggi dan berat badan, serta
menilai tingkat kegemukan. Penimbangan pada pemeriksaan
kehamilan sangat penting, karena kenaikan berat badan yang
terlalu banyak menndakan retensi air yang berlebihan atau
keadaan itu disebut juga pra-oedema dan merupan gejala dini
dari pre-eklamsi dan kurang naiknya berat badan dapat
menandakan gangguan pertumbuhan janin (Tambunan,dkk.
2011 : 9). Perkiraan kenaikan berat badan yang dianjurkan
adalah : 4 kg pada kehamilan di TM I 0,5 kg/minggu pada
kehamilan TM II sampai TM III jadi keseluruhan total
kenaikan berat badannya yaitu 15-16 kg selama kehamilan.
(Sulistyawati,2010 : 69). Penambahan berat badan 6,5 kg
sampai 15 kg (Manuaba, 2010).
f) Pemeriksaan fisik
(1) Kepala
Inspeksi dengan memperhatiakan bentuk kepala terdapat
benjolan atau tidak, nyeri tekan dan dan kebersihan kepala
(Priharjo,2006).
(2) Muka
(a) Pada daerah wajah/muka dilihat simetris atau tidak,
apakah kulitnya normal atau tidak, pucat/tidak, atau
ikhterus dan lihat apakah terjadi hiperpigmentasi. Pada
kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-
alat tertentu, pigmentasi ini disebabkan pengaruh
Melanophore stimulating Hormone (MSH) yang
meningkat. (Wiknjosastro, 2005).

32
(b) Sehubungan dengan tinngginya kadar hormonal, terjadi
peningkatan pigmentasi selama kehamilan. (Vivian
Dewi dan Sunarsih,2011)
(c) Topeng kehamilan (cloasma gravidarum) adalah bintik-
bintik pigmentasi kecoklatan yang tampak di kulit
kening dan pipi. Peningkatan pigmentsi juga terjadi di
sekeliling putting susu, sedangkan di perut bawah dan
perut bagian tengah biasanya tampak garis gelap yaitu
spider angioma ( pembuluh darah kecil yang memberi
gambaran seperti laba-laba) bisa muncul di kulit, dan
biasanya di atas pinggang ( Sulistyawati, 2009).

(3) Mata
Pemeriksaan mata dilakukan untuk menilai adanya visus
atau ketajaman pengelihatan. Pemeriksaan skelera
bertujuan untuk menilai warna, apakah dalam keadaan
normal yaitu putih. Apabila ditemukan warna lain.
Pemeriksaan pupil, secara normal berbentuk bulat dan
simetris. Apabila diberikan sinar, akan mengecil. Midriasis
aatu dilatasi pupil menunjukkan adanya rangsangan
simpatis. Sedangkan miosis menunjukkan kadaan pupil
yang mengecil. Pupil yang berwarna putih menunjukkan
kemungkinan adanya penyakit katarak. Kondisi bola mata
yang menonjol dinamakan eksoftalmos dan bola mata
mengecil dinamakan enoftalmos. Strabismus atau juling
merupakan sumbu visual yang tidak sejajar pada lapang
gerakan bola mata, selain itu terdapat nistagmus yang
merupakan gerakan bola mata ritmik yang cepat dan
horizontal (Mufdilah,dkk, 2008).
(4) Telinga
Pada pemeriksaan telinga bagian luar dapat dimulai dengan
pemeriksaan daun telinga dan liang telinga engan
menentukan bentuk, besar dan posisinya. Pemeriksaan

33
pendengaran dilaksanakaan dengan bantuan garputala
untuk mengetahui ada gangguan pendengaran atau tidak.
(Mufdillah,dkk, 2008).
(5) Hidung
Hidung dikaji dengan tujuan untuk mengetahui keadaan
atau bentuk dan fungsi hidung. Pengkajian hidung mulai
dari bagian luar, bagian dalam kemudian sinus-sinus. Pada
pemeriksaan hidung juga dilihat apakah ada polip dan
kebersihannya. (Priharjo,2006)
(6) Mulut
Pemeriksaan mulut bertujuan untuk menilai ada tidaknya
trismus, halitosis dan labioskisis. Trismus yaitu kesukaran
membuka mulut. Halitosis yaitu bau mulut tidak sedap
karena personal hygine yang kurang. Labioskisis yaitu
keadaan bibir tidak simetris. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan pada gusi untuk menilai edema atau tanda-
tanda radang (Mufdilah,dkk.2008).
(7) Leher
Tujuan pengkjian leher secara umum adalah mengetahui
bentuk leher serta organ-organ penting yang berkaitan.
Palpasi pada leher dilakukan untuk mengetahui keadaan
dan lokasi kelenjar limfe, kelenjar tyroid dan trakea.
Pembesaran kelanjar limfe dapat disebabkan oleh berbagai
penyakit, misalnya peradangan akut/ kronis. Pembesaran
limfe juga terjadi dibeberapa kasus seperti tuberculosis
atau sifilis. Palpasi kelenjar tyroid dilakukan untuk
mengetahui adanya pembesaran kelenjar tyroid yang
biasanya disebabkan oleh kekurangan garaam yodium
(Priharjo, 2006).
(8) Dada
Suara paru-paru dan jantung, putting, benjolan, nyeri
tekan, dan hyperpigmentasi. Mengkaji kesehatan
pernafasan
(9) Payudara

34
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan
payudaranya menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua
payudara akan bertambah ukurannya dan vena-vena
dibawah kulit akan lebih terlihat. Setelah bulan pertama
suatu cairan yang berwarna kekuningan yang disebut
colostrum dapat keluar (Prawirroharjo, 2011) Karena ada
peningkata suplai darah dibawah pengaruh aktifitas
hormone, jaringan glandula dari payudara membesar dan
putting menjadi lebih efektif walaupun perubahan
payudara dalam bentuk yang membesar pada waktu
menjelang persalinan (Salmah,dkk, 2006).
(10) Perut
Bentuk abdomen yang normal adalah simetris, baik pada
orang gemuk maupun pada orang kurus. Pada bagian
abdomen juga kita mendengarkan bising usus yang
disebabkan oleh perpindahan gas atau makanan
sepanjang intestinum dan suara pembuluh darah serta
suara Denyut jantung Janin. Di daerah abdomen kita
meraba bagian-bagian janin, menentukan TFU (Priharjo,
2006).
(a) Pemeriksaan leopold dengan cara palpasi abdominal
dimulai dari leopold I untuk mengtahui TFU dan
bagian teratas janin, leopold II untuk mengetahui
bagian di sebelah kanan dan kiri perut ibu, leopold III
untuk mengetahui bagian janin dibagian bawah uterus
ibu, leopold IV untuk mengetahui apakah kepala
sudah masuk PAP atau belum (Sulistyawati, 2010).
(b) Kepala masuk PAP pada primigravida yaitu pada
usia kehamilan 36 minggu. (Manuaba, 2010).
(11) Ekstremitas
Inspeksi : ada edema (tekan daerah tibia / dorsalis pedis
bila ada cekungan di bekas tekanan : edema + ), varises,
kesimetrisan, kelainan). Lakukan pengetukan dengan

35
reflex hammer di daerah tendon muskulus kuadriser
femoris di bawah patella.
(12) Genetalia
Genetalia berkaitan dengan system reproduksi wanita.
Sietem reproduksi wanita terdiri atas dua bagian utama
yaitu genetalia dalam dan genetalia luar yang
berkembang dan berfungsi sesuai dengan pengaruh
hormon-hormon yang juga mempengaruhi fertilitas,
kehamilan dan seksual (Tambunan,dkk.2011). Tanyakan
pada ibu :
(a) Ada keputihan atau tidak. Jika ada tanyakan pada
ibu Banyak atau tidak
(b) Gatal atau tidak
(c) Lakukan pemeriksaan secret
(d) Ada atau tidak bengkak didaerah genetalia
(e) Ada atau tidak perdarahan
(13) Pemeriksaan penunjang
b. Interperetasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi
yang bener atau data-data yang dikumpulkan data dasar yang salah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnosa yang spesifik.. Kata masalah dan diagnosis keduanya
digunakan karena seberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti
diagnosa, tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang
dituangkan kedalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah
yang sering berkaitan dengan wanita yang diidentifikasi oleh bidan
sesuai dengan masalah ini sering menyertai diagnosis (Varney,
2007).
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan
sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.
Rumus dan diagnosa tujuannya digunakan karena masalah tidak
dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan
penanganan (Varney, 2007).
c. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

36
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan
dalam lingkup praktek kebidanan (Varney, 2007). Pada langkah ini
mengklasifikasikan masalah atas diagnose potensial berdasarkan
dignosa masalah yang telah diklasifikasi. Langkah ini memberikan
antisipasi bila kemungkinan dilakukan pencegahan sambil
mengamati Ujian bidan diharapakn dapat bersiap-siap bila diagnose
dan masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney, 2007).
d. Identifikasi Kebutuhan akan Tindakan Segera atau Kolaborasi
Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan
belum terindetifikasi dalam diagnose dan masalah yang didapatkan
dengan analsis data (Varney, 2007). Menunjukan bahwa bidan dalam
melakukan tindakan baru sesuai dengan prioritas masalah akan
kebutuhan yang dibutuhkan kliennya. Setelah bidan merumuskan
masalah potensial pada step sebelumnya, bidan juga harus
merumuskan tindakan untuk mengantisipasi masalah potensial
dengan segera. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang
dilakukan secara mandiri, secara kolaborasi atau bersifat rujukan,
(Varney, 2007).
e. Rencana Tindakan
Pada langkah ini direncanakan yang untuk dilakukan oleh
langkah sebelumnya langkah ini merupakan kebijakan terhadap
diagnose atas masalah yang telah diidentifikasi serta antisipasi
(Varney, 2007).
f. Pelaksanaan
Pada langkah ini rencana asuahan yang menyeluruh seperti
yang telah dilakukan pada langkah V dilaksanakan secara efisisen.
Perencanaan ini dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebgaian
dilakukan oleh bidan sebagian oleh klien, atau anggota tim kesehatan
lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul
tanggungjawab untuk mengarahkan pelaksanaanya (memastikan agar
langkah-langkah tersebut betul-betul dilaksanakan, (Varney, 2007).
g. Evaluasi
Pada langkah 7 ini dilaksanakan evaluasi dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan, apakah benar-benar

37
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi
didalam masalh dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap
efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya (Varney,
2007).

38
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini peneliti akan menjelaskan tentang kesenjangan yang


terjadi antara praktik dan teori yang dilakukan di RSUD Karanganyar dengan
teori yang ada. Disini peneliti akan menjelaskan kesenjangan tersebut menurut
langkah-langkah dalam manejemen kebidanan menurut varney yang meliputi 7
langkah. pembahasan ini dimaksudkan agar dapat diambil suatu kesempatan dan
pemecahan masalah dari kesenjangan-kesenjangan yang terjadi sehingga dapat
digunakan sebagai tindak lanjut dalam penerapan asuhan kebidanan meliputi :
1. pengkajian
Pengkajian dan pengumpulan data dasar yang merupakan tahap
awal dari manejemen kebidanan dilaksanakan dengan cara pengkajian data
subyektif dan data penunjang.
Dalam melakukan pengumpulan data baik data subyektif maupun
data obyektif dalam kasus ini peneliti tidak menemukan kesenjangan
antara teori dan praktik didalam menetapkan pelaksanaan menyeluruh.
2. Interpretasi Data
Interpretasi data terdiri dari diagnosa kebidanan, menentukan
masalah dan kebutuhan ibu bersalin.
Peneliti tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktik
dalam intepretasi data, baik dalam penegakan diagnosa kebidanan,
masalah maupun kebutuhan.
3. Diagnosa Potensial
Masalah potensial adalah suatu pernyataan yang timbul
berdasarkan masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini dibtuhkan
antisipasi dan bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Dengan
mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial yang akan
terjadi berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah ada dan
merumuskan tindakan apa yang perlu diberikan untuk mencegah atau
menghindari masalah/diagnosa potensial.
Dalam kasus ini peneliti tidak menemukan kesenjangan antara teori
dan praktik dalam mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial.

39
4. Antisipasi Tindakan Segera
Antisipasi mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan, didalam teori antisipasi yaotu mengidentifikasi situasi yang
gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan dan
keselamatan jiwa. Pada kasus ini tidak terdapat kesenjangna antara teori
dan praktik dalam menentukan antisipasi tindakan segera.
5. Perencanaan
Perencanan disusun berdasarkan diagnosa kebidanan,
merencanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan dengan langkah-
langkah sebelumnya.
Pada langkah perencanaan ini telah dilakukan dan dikerjakan
sesuai dengan rencana asuhan yang telah dibuat.
Pada kasus ini peneliti tidak menemukan kesenjangna antara teori
dan praktik dalam menyusun perencanaan sesuai diagnosa kebidanan yang
sudah diperoleh.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dilakukan berdasarkan dari perencanaan yang
sudah disusun. Pada tahap pelaksanaan semua rencana tindakan yang telah
disusun sudah terlaksana dengan baik dan tidak ada hambatan dalam
memberikan asuhan pada ibu bersalin dengan preterm dan KPD.
Pada kasus ini tidak menemukan kesenjangan antara teori dan
praktik didalam menetapkan pelaksanaan secara menyeluruh.
7. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir untuk menilai keefektifan dari
rencana asuhan yang diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan masalah dan
diagnosa (Sari,2012).

40
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Persalinan adalah proses di mana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus. Persalinan di anggap normal jika prosesnya terjadi pada
usai kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa di sertai adanya
penyulit (JNPKKR, 2008).
Pada penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ny.R Umur 23 Tahun
G1P0A0 UK 39+3 Minggu di RSUD Karanganyar.
Bayi lahir spontan jam 07.00 WIB, jenis kelamin perempuan, BB: 3200
gram, PB: 51cm, LK: 34 cm, LD: 33 cm. Plasenta lahir lengkap jam 07.15
WIB. Lama kala I: 2 jam, kala II: 16 menit, kala III: 14 menit, lama
seluruh kala yaitu 2 jam 30 menit.
Terdapat beberapa kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan,
yaitu pada implementasi Asuhan Persalinan Normal 60 Langkah ( tidak
memakai Alat Perlindungan Diri lengkap, tidak menggunakan kain yang
dilipat 1/3 bagian untuk mengalasi bokong ibu, melakukan Inisiasi
Menyusu Dini).
B. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Agar dapat meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan serta
tertib dalam mengikuti kebijakan kesehatan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Agar menambah sumber referensi khususnya tentang asuhan kebidanan
pada ibu bersalin normal.

41
DAFTAR PUSTAKA

Fitramaya. 2008. Perawatan ibu bersalin. Yogyakarta


Ikatan Bidan Indonesia, 2016.Buku Acuan MIDWIFERY UPDATE
JNPK-KR, 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta:
JNPK-KR.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2010. Ilmu Penyakit Kandungan Dan Kebidanan.
Jakarta : EGC.
Nurasiah, A., Rukmawati, A., Laelatul, D.. 2014. Asuhan Persalinan Normal bagi
Bidan. Bandung: PT. Refika Aditama
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka.
Prawirohardjo,S., 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saiffudin,dkk,2012. Asuhan Persalinan Normal (APN), Edisi 2012.
Saifuddin. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Hal : 101.
Jakarta: EGC.
Sulistyawati, A., & Nugraheny, E. 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.
Jakarta: Salemba medika

42
LAMPIRAN
Lampiran 1 Partograf

43
Lampiran 2 Tabel
Tabel Observasi 2 Jam Post Partum
Jam Waktu Tekanan Nadi Suhu Tinggi Kontraksi Kandung Perdarahan
ke Darah Fundus uterus Kemih

I 110/80 84 36,9ºC 2 jari ↓ Keras Kosong


mmHg x/menit pusat
100/80 82 2 jari ↓ Keras Kosong
mmHg x/menit pusat
110/70 82 2 jari ↓ Keras Kosong
mmHg x/menit pusat
110/70 80 2 jari ↓ Keras Kosong
mmHg x/menit pusat
II 100/70 80 37ºC 2 jari ↓ Keras Kosong
mmHg x/menit pusat
110/70 82 2 jari ↓ Keras Kosong ±50 cc
mmHg x/menit pusat

44
Lampiran 3 Buku KIA

45

Anda mungkin juga menyukai