Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN AKHIR

PRAKTIK KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL


DAN NEONATAL PADA NY “MA” PRIMIGRAVIDA
DENGAN PREEKLAMSI BERAT

OLEH
NI KM ARI CENDANI GP
NIM P07124323099

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
DENPASAR JURUSAN KEBIDANAN PRODI
PROFESI BIDAN
2024
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN AKHIR

PRAKTIK KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL


DAN NEONATAL PADA NY “MA” PRIMIGRAVIDA
DENGAN PREEKLAMSI BERAT

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN

Pembimbing Institusi Pembimbing Lapangan

Ni Gusti Kompiang Sriasih, S.ST., Ni Wayan Rika Parwati, A. Md.


M.Kes Keb
NIP. NIP. 198601092010012035
197001161989032001

Mengetahui
Ketua Program Studi Profesi Bidan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar

Ni Wayan Armini, S.ST., M.Keb


NIP. 19810130 200212 2 001
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
(Tuhan Yang Maha Esa) atas berkat rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan yang berjudul “Laporan Akhir Praktik Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal Pada Ny “P” Primigravida Dengan
Preeklamsi Berat” dengan hasil yang cukup baik. Selama proses menyusun
laporan ini, penulis mendapat banyak bimbingan dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu Ni Ketut Somoyani, SST.,M.Biomed Selaku Ketua Jurusan Kebidanan
yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan Praktik Kebidanan
Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal.
2. Ibu Ni Wayan Armini, SST., M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi
Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Denpasar
3. Ibu Ni Gusti Kompiang Sriasih, S.ST., M.Kes sebagai Pembimbing Institusi
Praktik Kebidanan Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal.
4. Ibu Ni Komang Erny Astiti, S.KM., M.Keb sebagai Penanggung Jawab
Mata Kuliah Praktik Kebidanan Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan
Maternal Neonatal.
5. Ibu Ni Wayan Rika Parwati, A.Md. Keb selaku Pembimbing Lapangan dalam
Praktik Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal.
6. Semua pihak tidak dapat kami sebutkan satu per satu, yang membantu
penyelesaian laporan akhir praktik terintegerasi ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih memiliki berbagai kekurangan.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan laporan ini. Semoga
laporan ini
bermanfaat bagi semua
pihak.

.
Denpasar, Maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Tujuan ........................................................................................................ 3
C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus ......................................................
3
D. Manfaat Penulisan Laporan ........................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Asuhan Kebidanan Persalinan .................................................................... 4
B. Sectio Caesarea .......................................................................................... 4
C. Preeklampsia .............................................................................................. 10
D. Asuhan Kebidanan Nifas Post Caesarea...................................................... 18
BAB III TINJAUAN KASUS ....................................................................... 21
BAB IV PEMBAHASAN KASUS ................................................................ 27
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .................................................................................................... 29
B. Saran .......................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDG’s) adalah tujuan pembangunan


berkelanjutan (TPB) sebagai kesepakatan global untuk mengganti program
Millennium Development Goals (MDG’s), di dalam salah satu program
Sustainable Development Goals (SDG’s) terdapat program yaitu menjamin
kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala
usia. Termasuk salah satunya adalah meningkatakan kesehatan ibu dan menekan
Angka Kematian Ibu (AKI). SDG’s menargetkan Angka Kematian Ibu (AKI) 70
per 100.000 kelahiran hidup. (Hadiz, 2017).
Kematian ibu menurut definisi WHO adalah kematian selama kehamilan
atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan. Dimana yang
diakibatkan oleh berbagai sebab atau hal yang terkait selama proses
kehamilan atau selama penanganannnya. Tetapi tidak termasuk dalam penyebab
kematian yang disebabkan oleh kecelakaan atau cidera. (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2014) Hampir semua kematian ibu (99%) terjadi di
negara berkembang. Lebih dari setengah pada angka kematian ibu ini terjadi
di Afrika dan hampir sepertiga terjadi di Asia Selatan. Dari hasil rasio
kematian ibu di negara berkembang pada tahun 2015 adalah terdapat 239
kematian ibu per
100.000 kelahiran hidup berbanding 12 per 100.000 kelahiran hidup di negara
maju. (Mhyre, 2012)
WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu meninggal saat hamil atau
bersalin. Jumlah kematian ibu yang dihimpun dari pencatatan program kesehatan
keluarga di Kementerian Kesehatan pada tahun 2020 menunjukkan 4.627
kematian di Indonesia. Jumlah ini menunjukkan peningkatan dibandingkan
tahun
2019 sebesar 4.221 kematian. Berdasarkan penyebab, sebagian besar kematian
ibu pada tahun 2020 disebabkan oleh perdarahan sebanyak 1.330 kasus,
hipertensi dalam kehamilan sebanyak 1.110 kasus, dan gangguan sistem

1
peredaran darah sebanyak 230 kasus. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa
dimana salah satu

2
penyebab tertinggi kedua dalam terjadinya Angka Kematian Ibu (AKI) adalah
preeklampsia.
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda – tanda hipertensi,
edema, dan proteinuria yang timbul pada wanita karena kehamilan. Penyakit ini
umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat juga bermanifestasi
lebih awal, misalnya pada mola hiditosa (Bobak, 2005). Angka Kematian Ibu
di Bali tahun
2020 sebesar 83,8 per 100.000 kelahiran hidup, jika dibandingkan dengan
tahun
2019 sebesar 67,6 per 100.000 kelahiran hidup, terjadi peningkatan yang cukup
besar. Peningkatan kasus kematian pada tahun 2020 sebesar 56 kasus
Angka Kematian ibu di Kabupaten Buleleng pada tahun 2020 adalah
64/100.000 KH, angka tersebut telah memenuhi target RPJMN 2020-2024
sebesar
183/100.000 KH. Adapun penyebab kematian ibu yaitu hipertensi
dalam kehamilan sebanyak 1 kasus, gangguan metabolik sebanyak 3 kasus,
dan penyebab lainnya sebanyak 3 kasus. Meskipun sudah berada di bawah
target nasional maupun daerah, angka kematian ibu tetap dipergunakan sebagai
indikator utama dalam menentukan keberhasilan dinas Kesehatan Kabupaten
Buleleng, mengingat fase kehamilan merupakan fase yang sangat menentukan
kualitas kesehatan masyarakat.
Upaya yang telah dilakukan Pemerintah untuk mengurangi Angka
Kematian Ibu (AKI) dimana WHO telah memfasilitasi peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan ibu dan anak baik dalam dukungan penyusunan standar
pelayanan maupun capacity building dan program Expanding Maternal and
Neonatal Survival (EMAS). Program ini berupaya untuk meningkatkan akses dan
mutu pelayanan kesehatan, terutama untuk kesehatan ibu dan anak dibidang
fasilitas kesehatan seperti penempatan bidan di desa, pemberdayaan keluarga dan
masyarakat dengan menggunakan buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) dan
program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K),
menyediakan fasilitas Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergency Dasar (PONED)
di Puskesmas (minimal 4 PONED di kabupaten / kota ), serta Pelayanan
Obstetrik Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit.
3
Laporan akhir ini akan membahas bagaimana pengkajian data dan
penanganan yang dilakukan di rumah sakit pada asuhan
kebidanan

4
kegawatdaruratan maternal dan neonatal pada Ny “MA” Primigravida Dengan
Preeklampsi Berat

B. Tujuan Praktik
1. Melakukan Pengkajian Data Subjektif Pada Ny “MA”
2. Melakukan Pengkajian Data Objektif Pada Ny “MA”
3. Melakukan Analisa Data Pada Ny “MA”
4. Melakukan Penatalaksanaan Pada Ny “MA”

C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus


Waktu pengambilan kasus pada 26 Maret 2024 Pukul 11.20 wita di
Ruang Bersalin Puskesmas IV Denpasar Selatan.

D. Manfaat Penulisan Laporan


Adapun manfaat penulisan laporan ini yaitu mahasiswa profesi
bidan mampu mengimplementasikan asuhan kebidanan kegawatdaruratan
maternal dan neonatal

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Kebidanan Persalinan


1. Pengertian
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi
baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2012).
2. Jenis-jenis persalinan
a. Persalinan Spontan yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan
ibu sendiri, melalui jalan lahir ibu tersebut.
b. Persalinan Buatan, bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar
misalnya ekstraksi forceps, atau dilakukan operasi Sectio Caesaria.
c. Persalinan Anjuran Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya
tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau
prostaglandin.
3. Tujuan asuhan persalinan
Mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajad kesehatan
yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan
lengkap serta intervensi minimal dengan asuhan kebidanan persalinan yang
adekuat sesuai dengan tahapan persalinan sehingga prinsip keamanan dan
kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal

B. Sectio Caesarea
1. Definisi
Sectio Caesarea ialah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus (Soewarto, 2016) . Sectio
Caesarea (SC) adalah suatu cara untuk melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Nurarif,
2015)

6
2. Indikasi sectio caesarea
Indikasi dilakukannya operasi Sectio Caesarea adalah bila terdapat
masalah pada jalan lahir (passage), his (power), dan atau janin (passenger) atau
terdapat kontra indikasi persalinan per vaginam. Indikasi ini dapat
dibedakan menjadi 3 kelompok besar, yaitu indikasi fetal, indikasi maternal, dan
keduanya :
a. Indikasi Fetal
1) Gawat janin

Gawat janin atau fetal distress adalah kondisi yang menandakan bahwa
janin kekurangan oksigen selama masa kehamilan atau saat persalinan. Kondisi
ini dapat dirasakan ibu hamil dari gerakan janin yang berkurang. Tanda gawat
janin adalah dapatkan frekwesi denyut jantung janin yang kurang dari 100 kali
permenit atau lebih dari 160 kali permenit. Kondisi ini sangat berbahaya bayi
janin, karena apabila tidak mendapatkan penanganan segera, dapat
menyebabkan kematian janin dalam rahim.
Resusitasi dalam rahim dilakukan sebagai pengobatan utama dalam
mengatasi gawat janin. Persalinan segera dapat menjadi pilihan jika
resusitasi dalam rahim tidak dapat mengatasi kondisi gawat janin.
Kelahiran perlu diupayakan dalam 30 menit setelah diketahui adanya kondisi
gawat janin. Kelahiran bisa diupayakan melalui vagina dengan bantuan vakum
atau forceps pada kepala bayi. Jika cara tersebut tidak mungkin dilakukan,
maka janin harus dilahirkan melalui operasi caesar.
2) Malpresentasi
Malpresentasi adalah kondisi di mana bagian anatomi janin yang masuk
terlebih dahulu ke pelvic inlet adalah bagian lain selain vertex. Pada
kondisi normal, presentasi janin yang ditemukan adalah presentasi vertex. Vertex
merupakan bagian kepala janin yang terletak di antara fontanel anterior dan
fontanel posterior. Presentasi lain selain vertex seperti presentasi bokong
(sungsang), transverse, muka, dahi, atau compound disebut sebagai malpresentasi
(Pilliod & Caughey, 2017). Dari kelima jenis malpresentasi tersebut, presentasi
bokong adalah yang paling sering ditemui.

7
Penyebab malpresentasi janin adalah faktor-faktor yang
meningkatkan atau menurunkan pergerakan janin, serta faktor-faktor yang
mempengaruhi polaritas vertikal rongga uterus. Faktor-faktor tersebut dapat
berasal dari sisi maternal seperti adanya plasenta previa atau fibroid, dan bisa
juga berasal dari janin seperti adanya hidrosefalus atau anensefalus.
Penatalaksanaan yang dilakukan untuk kasus malpresentasi disesuaikan dengan
jenis malpresentasi yang dialami. Pada beberapa kasus, dapat dilakukan
persalinan per vaginam baik yang didahului atau tidak didahului tindakan
External Cephalic Version (ECV). Namun, pada malpresentasi dengan penyulit
atau dengan kontraindikasi persalinan pervaginam, tindakan section caesarea
lebih direkomendasikan. Diagnosis malpresentasi janin dapat ditegakkan melalui
pemeriksaan Leopold atau melalui pemeriksaan vagina dengan jari (digital
vaginal examination) untuk meraba anatomi janin yang muncul ketika sudah
terjadi dilatasi serviks. Konfirmasi diagnosis dapat dilakukan dengan
pemeriksaan ultrasonografi.
3) Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan bayi yang lahir lebih dari 4000 gram.
Melihat insiden bayi lahir dengan makrosomia mempunyai resiko cukup tinggi
yang mungkin terjadi pada ibu maupun janin. Diagnose makrosomia ditegakkan
dari hasil pemeriksaan, yaitu dari pengukuran tinggi fundus uteri (lebih dari
38 cm) maupun pengukuran biometri janin dengan pemeriksaan USG
komplikasi akibat makrosomia terdiri dari susahnya janin saat akan lahir hingga
cedera yang terjadi pada ibu dan janin. Bayi juga memiliki kemungkinan
mengalami hipoglikemia sejak dilahirkan. Obesitas sejak kecil bisa juga bisa
terjadi, gangguan pernapasan, hingga yang paling berbahaya adalah kematian
bayi.

b. Indikasi Maternal
1) Preeklampsia/ Eklampsia
Di Indonesia, eklampsia masih merupakan sebab utama kematian
ibu, dan sebab kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu, diagnosis dini
preeklampsia, yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia, serta
penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu
8
dan anak. Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda - tanda hipertensi, edema,
dan protein uria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya
terjadi

9
dalam triwulan ke tiga kehamilan, tetapi dapat juga terjadi sebelumnya
(Soewarto,
2016). Eklampsia adalah serangan kejang yang diikuti oleh keadaan koma
pada ibu hamil, bersalin dan masa nifas, dengan riwayat preeclampsia
sebelumnya (Soewarto, 2016). Telah diketahui bahwa pada preeklampsia/
eklampsia janin diancam bahaya hipoksia, dan pada persalinan bahaya ini
semakin besar. Pada gawat janin dalam kala I, dilakukan segera Sectio Caesarea,
pada kala II dilakukan ekstraksi dengan cunam atau vakum, jika syarat persalinan
pervaginam terpenuhi
2) Perdarahan
antepartum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan dari jalan lahir setelah
kehamilan 22 minggu (Soewarto, 2016). Secara garis besar, perdarahan
antepartum di bedakan menjadi dua, yaitu :
3) Plasenta previa
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir. Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan
plasenta melalui jalan lahir pada waktu tertentu. Disebut plasenta previa totalis
apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta, plasenta previa
parsialis apabila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta, dan
palsenta previa marginalis apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir
pembukaan (Prawirohardjo, 2016).
Perdarahan antepartum tanpa rasa nyeri merupakan tanda khas plasenta
previa, apalagi kalau disertai tanda – tanda lainnya, sperti bagian terbawah janin
belum masuk ke dalam pintu atas panggul, atau kelainan letak janin. Penanganan
kasus plasenta previa dapat dilakukan secara pasif, yaitu dengan mempertahankan
kehamilan sampai cukup bulan, jika perdarahan yang terjadi tidak aktif dan tidak
membahayakan ibu dan janin. Penanganan secara aktif dengan Sectio Caesarea
dilakukan jika kehamilan telah cukup 36 minggu atau taksiran berat janin
lebih dari 2500 gram.

1
0
4) Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada
korpus uteri sebelum bayi lahir. Biasanya terjadi pada triwulan ketiga, walaupun
dapat pula terjadi setiap saat dalam kehamilan (Soewarto, 2016). Tanda dan
gejala pada solusio plasenta adalah sakit perut terus menerus, nyeri tekan
pada uterus dari derajat ringan sampai nyeri hebat, uterus tegang seperti papan,
perdarahan pervaginam, syok yang tidak sesuai dengan banyaknya perdarahan
pervaginam, dan bunyi jantung janin tidak terdengar. Mengingat risiko yang
ditimbulkan sangat besar, maka satu satunya pilihan persalinan pada kasus
solusio plasenta adalah melakukan tindakan Sectio Caesarea dengan segera.
5) Distosia
Soewarto (2016) mengatakan distosia adalah persalinan yang sulit yang
disebabkan oleh 3 faktor, yaitu :
a) Kelainan tenaga ( atau kelaianan his)
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan
bahwa rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan tidak
dapat diatasi, sehingga persalinan mengalami hambatan atau
kemacetan.Ketika diagnosis inersia uteri telah ditegakkan, penting untuk
melakukan evaluasi keadaan serviks, presentasi serta posisi janin, turunnya
kepala janin kedalam panggul dan keadaan panggul. Apabila ditemukan adanya
Cephalopelvik Disproporsi (CPD) yang berarti, sebaiknya diambil keputusan
untuk tindakan Sectio Caesarea. Jika ditemukan adanya his yang terlalu kuat, dan
ada rintangan yang menghalangi lahirnya janin, dapat timbul lingakaran retraksi
patologik yang merupakan tanda bahaya akan terjadinya rupture uteri (Ruptura
Uteri Imminens
/RUI)
b) Kelainan Janin
Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelaianan
letak atau dalam bentuk janin seperti yang sudah diuraikan dalam faktor indikasi
fetal sebelumnya

1
1
c) Kelainan Jalan Lahir
Kelainan jalan lahir meliputi kelainan pada vagina, serviks, panggul,
baik yang disebabkan oleh struktur anatomi ataupun adanya penyakit lain,
seperti tumor jalan lahir, dan Chepalopelvik Disproporsi (CPD). Persalinan yang
sulit dan risiko yang timbul pada ibu dan bayi, menjadi pertimbangan utama
dilakukan tindakan Sectio Caesarea.
6) Ketuban Pecah Dini (KPD)
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam
obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi
khorioamnitis sampai sepsis yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas
perinatal, dan menyebabkan infeksi ibu. Penanganan ketuban pecah dini saat
kehamilan aterm adalah dengan induksi persalinan dengan memperhatikan syarat
syarat persalinan pervaginam dan kondisi bayi. Jika induksi gagal, atau ada
penyulit yang membahayakan ibu dan janin, persalinan diakhiri dengan Sectio
Caesarea.
7) Infeksi Human Imunodefisiensi Virus (HIV)
Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang merusak sistem
kekebalan tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin
banyak sel CD4 yang dihancurkan, kekebalan tubuh akan semakin lemah,
sehingga rentan diserang berbagai penyakit. Seorang ibu yang terinfeksi HIV dan
mengandung atau menyusui berisiko tinggi untuk menularkan HIV kepada
bayinya. Untuk mencegah penularan dari ibu ke bayi saat persalinan, Sectio
Caesarea menjadi pilihan pertama tata laksana pertolongan persalianan.
8) Infeksi Corona Virus Desease -19 (COVID- 19)
Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2
(SARS-CoV-2) atau yang lebih dikenal dengan Corona Virus Desease-19
(COVID -19) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Virus Corona bisa
menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang
berat, hingga kematian. Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-
CoV-2) adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Virus
ini bisa menyerang siapa saja, seperti lansia (golongan usia lanjut), orang dewasa,
anak-anak, dan bayi, termasuk ibu hamil dan1ibu menyusui.
2
Penanganan persalinan pada ibu yang terinfeksi COVID – 19, dilakukan
sesuai indikasi obstetrik, indikasi medis, atau indikasi kondisi ibu atau
janin. Pemilihan metode persalinan juga harus mempertimbangkan ketersediaan
sumber daya, fasilitas di rumah sakit, tata ruang perawatan rumah sakit,
ketersediaan APD, kemampuan laksana, sumber daya manusia, dan risiko
paparan terhadap tenaga medis dan pasien lain, sehingga Sectio Caesarea sering
menjadi pilihan, karena mempertimbangkan lamanya waktu kontak antara
petugas kesehatan dengan pasien (Kemenkes RI, 2020)
9) Pernah Sectio Caesarea sebelumnya
Soewarto (2016), menyatakan seorang wanita yang sudah pernah
dilakukan tindakan Sectio Caesarea sebelumnya, diperbolehkan untuk
melahirkan pervaginam dengan partus percobaan, kecuali jika sebab Sectio
Caesarea tetap ada, misalnya kesempitan panggul.

3. Komplikasi
Komplikasi dari tindakan Section Caesarea meliputi perdarahan, infeksi,
parut uterus, perlengketan organ bagian dalam, komplikasi dari obat bius, bahkan
bisa menyebabkan kematian.

C. Preeklampsi

1. Definisi
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda – tanda hipertensi,
edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umunya
terjadi dalam triwulan ke – 3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya,
misalnya pada mola hidatidosa. Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu daripada
tanda – tanda lain. Untuk menegakkan diagnosa preeklampsia, kanaikan tekanan
sistolik harus 30 mmHg atau lebih di atas tekanan yang biasanya ditemukan, atau
mencapai 140 mmHg atau lebih. Kenaikan tekanan diastole sebenarnya lebih
dapat dipercaya apabila tekanan diastole naik dengan 15 mmHg atau lebih, atau
menjadi 90 mmHg atau lebih, maka diagnosis hipertensi dapat dibuat Penentuan
tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan
istirahat (Saifuddin, 2006)

10
Preeklampsia adalah suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi
terjadi setelah minggu ke -20 pada wanita yang sebelumnya memiliki
tekanan darah normal dimana preeklampsia juga merupakan suatu penyakit
vasospatik, yang melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh
hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinurea. (Bobak, 2004)
Jadi dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa preeklampsia
adalah suatu gangguan yang terjadi pada kehamilan yang biasanya mulai terlihat
saat kehamilan memasuki minggu ke-20 yang biasanya diatandai dengan
meningkatnya tekanan diastole sebanyak 15 mmHg atau lebih, sehingga
mencapai
90 mmHg atau lebih, dan meningkatnya tekanan sistolik sebanyak 30
mmHg hingga mencapai 140 mmHg atau lebih, dengan dilakukannya
minimal 2 kali pemeriksaan tekanan darah dalam rentang waktu setiap 6 jam.
2. Pembagian preeklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat, berikut ini
adalah penggolongannya (Rukiyah dan Yulianti, 2010):
a Preeklampsia Ringan
Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan.
Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit
trofoblas, penyebab preeklampsia ringan belum diketahui secara jelas, penyakit
ini dianggap sebagai “maladaptation syndrome” akibat vasospasme general
dengan segala akibatnya (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Gejala preeklampsia
ringan meliputi:
1) Kenaikan tekanan darah sistolik antara 140-160 mmHg dan tekanan
darah diastolik 90-110 mmHg
2) Proteinuria secara kuantitatif >0,3 gr/l dalam 24
jam
3) Edema pada pretibial, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau
tangan
4) Tidak disertai dengan gangguan fungsi
organ
a. Preeklampsia Berat

11
Preeklampsia Berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang
ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai
proteinuria dan

12
atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Rukiyah dan Yulianti,
2010). Gejala klinis preeklampsia berat meliputi:
1) Tekanan darah sistolik >160 mmHg atau tekanan darah diastolik >110 mmHg
2) Trombosit <100.000 /mm3
3) Proteinuria ( >3 gr/ liter/24 jam) atau positif 3 atau 4, pada pemeriksaan
kuantitatif bisa disertai dengan:
a) Oliguria (urine < 400 ml/24 jam)
b) Keluhan serebral, gangguan
pengelihatan c) Nyeri abdomen
d) Gangguan fungsi hati
e) Gangguan perkembangan Intrauterine

2. Etiologi Preeklampsi
Sampai saat ini terjadinya preeklampsia belum diketahui penyebabnya,
tetapi ada yang menyatakan bahwa preeklampsia dapat terjadi pada kelompok
tertentu diantaranya yaitu ibu yang mempunyai faktor penyabab dari dalam diri
seperti umur karena bertambahnya usia juga lebih rentan untuk terjadinya
peningkatan hipertensi kronis dan menghadapi risiko lebih besar untuk
menderita hipertensi karena kehamilan, riwayat melahirkan, keturunan, riwayat
kehamilan, riwayat preeklampsia (Sitomorang dkk, 2016).
Penyebab pasti preeklampsia masih belum diketahui secara
pasti. Menurut Angsar (2009) beberapa faktor risiko terjadinya preeklampsia
meliputi riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia, riwayat preeklampsia
sebelumnya, umur ibu yang ekstrim (35 tahun), riwayat preeklampsia
dalam keluarga, kehamilan kembar, hipertensi kronik.
Penyebab timbulnya preeklampsia pada ibu hamil belum diketahui
secara pasti, tetapi pada umunya disebabkan oleh (vasospasme arteriola). Faktor
– faktor lain yang diperkirakan akan mempengaruhi timbulnya preeklampsia
antara lain
(Yogi, 2014) :

13
a. Umur Ibu
Usia individu terhitung mulai saat dia dilahirkan sampai saat berulang
tahun, semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berfikir. Insiden tertinggi pada kasus
preeklampsia pada usia remaja atau awal usia 20 tahun, tetapi
prevalensinya meningkat pada wanita diatas 35 tahun.
Umur merupakan bagian dari status reproduksi yang penting.Umur
berkaitan dengan peningkatan atau penurunan fungsi tubuh sehingga
mempengaruhi status kesehatan seseorang.Umur yang paling aman dan baik
untuk hamil dan melahirkan adalah 20-35 tahun. Sedangkan wanita usia remaja
yang hamil untuk pertama kali dan wanita yang hamil pada usia > 35 tahun akan
mempunyai resiko yang sangat tinggi untuk mengalami preeklampsia.
Wanita hamil tanpa hipertensi yang beresiko mengalami preeklamsi adalah
wanita yang berumur > 35 tahun. Kelompok umur > 35 tahun memiliki
hubungan yang bermakna dengan kejadian preeklamsi. Demikian pula variabel
umur terhadap kejadian hipertensi (Situmorang, 2016).

b. Usia Kehamilan
Preeklampsia biasanya muncul setelah uia kehamilan 20 minggu.
Gejalanya adalah kenaikan tekanan darah. Jika terjadi di bawah 20 minggu,
masih dikategorikan hipertensi kronik. Sebagian besar kasus preeklampsia terjadi
pada minggu > 37 minggu dan semakin tua kehamilan maka semakin berisiko
untuk terjadinya preeklampsia.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Retno menunjukan
ada hubungan usia kehamilan dengan kejadian preeklampsia berat. Penelitian ini
sejalan dengan Utama (2008) yang menyatakan ada hubungan antara usia
kehamilan lebih dari 28 minggu dengan kejadian preeklampsia dibandingkan
usia kehamilan kurang dari atau sama dengan 28 minggu. Hal ini sesuai dengan
teori iskemia implantasi plasenta (Manuaba, 2010).

14
c. Paritas
Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari
satu. Menurut Manuaba paritas adalah wanita yang pernah melahirkan dan dibagi
menjadi beberapa istilah :

1) Primigravida : adalah seorang wanita yang telah melahirkan janin untuk


pertama kalinya. Multipara : adalah seorang wanita yang telah
melahirkan janin lebih dari satu kali.
2) Grande Multipara : adalah wanita yang telah melahirkan janin lebih dari lima
kali.
d. Riwayat Hipertensi / Preeklampsia
Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya merupakan faktor
utama. Kehamilan pada wanita dengan riwayat preeklampsia
sebelumnya berkaitan dengan tingginya kejadian preeklampsia berat,
preeklampsia onset dini, dan dampak perinatal yang buruk. (Noroyono, 2016)
e. Genetik
Riwayat preeklampsia pada keluarga juga meningkatkan risiko hampir 3
kali lipat. Adanya riwayat preeklampsia pada ibu meningkatkan risiko
sebanyak
3,6 kali lipat. (Noroyono, 2016)
f. Penyakit terdahulu ( Diabetes Mellitus )
Jika sebelum hamil ibu sudah terdiagnosis diabetes, kemungkinan terkena
preeklampsia meningkat 4 kali lipat. Sedangkan untuk kasus hipertensi, Davies
et al mengemukakan bahwa prevalensi preeklampsia pada ibu dengan
hipertensi kronik lebih tinggi dari pada ibu yang tidak menderita hipertensi
kronik. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Devi Kurniasari, dengan
menggunakan diperoleh hasil ada hubungan antara diabetes melitus ibu hamil
dengan kejadian preeklampsia eklamsia. (Kurniasari & Arifandini,2015)
g. Obesitas
Penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan risiko munculnya
preeklampsia pada setiap peningkatan indeks masa tubuh. Sebuah studi kohort
mengemukakan bahwa ibu dengan indeks masa tubuh >35 memiliki risiko
untuk
15
mengalami preeklampsia sebanyak 2 kali lipat. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Dumais,dkk (2016) terdapat hubungan antara obesitas pada
kehamilan dengan pre-eklampsi pada wanita hamil mengakibatkan pelepasan
substansi plasenta sehingga menyebabkan disfungsi endotel vascular ibu yang
luas (Hutabarat dkk, 2016).

3. Komplikasi
Kejang (eklampsia) Eklampsia adalah keadaan ditemukannya serangan
kejang tiba-tiba yang dapat disusul dengan koma pada wanita hamil, persalinan
atau masa nifas yang sebelumnya menunjukan gejala preeklampsia
(Prawirohardjo, 2010). Preeklampsia pada awalnya ringan sepanjang kehamilan,
namun pada akhir kehamilan berisiko terjadinya kejang yang dikenal eklampsia.
Jika eklampsia tidak ditangani secara cepat dan tepat, terjadilah kegagalan
jantung, kegagalan ginjal dan perdarahan otak yang berakhir dengan kematian
(Natiqotul, 2016).

4. Anamnesa Faktor Resiko


Preeklampsia

Metode skrining yang pertama adalah melakukan anamnesa pada ibu untuk
mencari beberapa faktor resiko sebagai berikut :

a. Usia ibu
Primigravida dengan usia di bawah 20 tahun dan semua ibu diatas usia
35 tahun dianggap lebih rentan untuk mengalami
preeklampsia/eklamsia
b. Metode Kehamilan
Kehamilan yang tidak terjadi secara alamiah (inseminasi dan sebagainya)
berisiko 2 kali lipat untuk terjadinya
preeklamsia
c. Merokok selama hamil
Wanita yang merokok selama hamil berisiko untuk mengalami
preeklamsia
d. Riwayat penyakit dahulu
(Hipertensi, preeklamsia pada kehamilan terdahulu,penyakit Ginjal,
penyakit Autoimun, Diabetes Mellitus, Metabolik sindrom,Obesitas dll)
16
e. Riwayat penyakit keluarga
Bukti adanya pewarisan secara genetik paling mungkin disebabkan
oleh turunan yang resesif.

f. Paritas
Primigravida memiliki insidensi hipertensi hampir 2 kali lipat
dibandingkan multigravida
g. Kehamilan sebelumnya
Kehamilan dengan riwayat preeklamsi sebelumnya berisiko mengalami
preeklamsiakembali pada kehamilan sekarang. Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa risiko rekurensi (terjadinya preeklamsia kembali) jika
kehamilan sebelumnya preeklampsia: 14-20% dan risiko rekurensi lebih besar
(s/d 38%) jika menghasilkan persalinan prematur (early-onsetpreeklampsia).
5. Tanda dan Gejala
a. Tanda dan Gejala Preeklamsia Berat
1) Tekanan darah sistolik >160 mmHg dan Tekanan darah diastolic >110
mmHg
2) Peningkatan kadar enzim hati atau/dan ikterus
3) Trombosit <100.000/mm3
4) Oliguria <400 ml/24 jam e Proteinuria >3 gr/liter
5) Nyeri epigastrum
6) Skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat
7) Perdarahan retina
8) Odem pulmonum. (Sarwono, 2010).
a. Preeklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat.
Penyakit digolongkan berat bila satu atau lebih tanda / gejala dibawah ini di
temukan:
1) Tekanan sistolik 160 mmHg, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih
2) Proteinuria 5 gr atau lebih dalam 24 jam : +3 atau +4 pada pemeriksaan
kualitatif
3) Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dari 24 jam

17
4) Keluhan serebral, gangguan pengelihatan atau nyeri daerah epigastrium
5) Edema paru-paru
b. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pre-eklampsia bertujuan untuk menghindari
kelanjutan menjadi eklampsia dan pertolonngan kebidanan dengan melahirkan
janin dalam keadaan optimal dan bentuk pertolongan dengan trauma minimal.
Prinsip penatalaksanaan pre-eklampsia :
1) Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanandarah
2) Mencegah progesifitas penyakit menjadieclampsia
3) Mengatasi atau menurunkan resiko janin (solusio plasenta,
pertumbuhan janinterhambat)
4) Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat segera mungkin
setelah matur dan imatur jika diketahui bahwa resiko janin atau ibu akan lebih
berat jika persalinan ditunda lebih lama.
Adapun penatalaksanaan preeklampsia berat (dikutip dari
modul asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal 2016) :
1) Jangan biarkan pasien sendiri, mintalah bantuan kepada asisten
2) Bersihkan jalan nafas dan miringkan kepala
3) Berikan oksigen 4-6 liter/menit
4) Observasi nadi dan tekanan darah, pasang infus RL/RD5/Na Cl 0,9%
5) secara IV
6) Cegah kejang/ kejang ulangan dengan memberikan MgSO4 seanyak 10 cc
diinjeksi secara IV secara perlahan selama 5 menit, dan 15 cc dimasukkan
ke dalam cairan infus RL
7) Diberikan antihipertensi jika tekanan darah systole lebih dari 160
mmHg, tekanan darah diastole lebih dari 110 mmHg
8) Di rujuk langsung ke Rumah Sakit dengan tekhnik BAKSOKU /
Segera lakukan tindakan SC jika di rumah sakit
c. Syarat pembeian MgSO4 :
1) Frekuensi pernafasan minimal16x/menit
2) Refleks patella(+)
3) Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir

18
4) Siapkan ampul kalsium glukonas 10% dalam 10 ml
Antidotum: jika terjadi henti napas lakukan ventilasi (masker balon,ventilator),
beri kalsium glukonas 1 gram (10 mL dalam larutan 10%) diberikan IV perlahan-
lahan selama 3menit.
d. Cara pemberian MgSO4 :
1) 4 gram MgSO4, intravena (40% dalam 10 cc) selama 5
menit.
2) Diberikan infus 6 gram dalam larutan Ringer/6 jam, atau diberikan 4 atau
5 gram IM. Selanjutnya diberikan 4 gram IM tiap 4-6jam.
3) Antihipertensi diberikan bila tensi >180/110
4) Obat nivedipine : 10-20 mg oral, diulangi setelah 20 menit, maksimum
120 mg dala 24 jam. Nifedipine tidak dibenarkan sublingual karena absorbsi
yang terbaik adalah melalui saluran pencernaan makanan.
5) Tekanan darah diturunkan secara bertahap : penurunan awal 25% dari
tekanan sistolik, tekanan darah diturunkan mencapai < 160/105 (Joseph HK,
2010; h.57).

D. Asuhan ibu Nifas Post Sectio


Caesarea
1. Definisi
Nifas berasal dari bahasa latin yaitu puer adalah bayi dan parous adalah
melahirkan yang berarti masa sesudah melahirkan (Saleha, 2008) Masa
nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alatalat reproduksi pulih
seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6
minggu atau
40 hari (Ambarwati, 2009). Asuhan masa nifas penting diberikan pada ibu
dan bayi, karena merupakan masa krisis baik ibu dan bayi, enam puluh persen
(60%) kematian ibu terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian setelah masa
nifas terjadi 24 jam pertama.
2. Tahapan masa nifas
a. Puerperium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan serta
menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya.

19
b. Puerperium intermediate

Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat - alat genetalia yang lamanya sekitar
6 - 8 minggu.
c. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu
selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.

4. Asuhan nifas post section caesarea

Beberapa hal yang akan dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan


pada Masa Nifas dengan Post Seksio Sesarea (SC), yaitu :
a Memeriksa Tanda-tanda vital
Periksalah suhu tubuh, denyut nadi, dan tekanan darah ibu secarateratur
minimal sekali dalam satu jam jika ibu memiliki masalah kesehatan (Saleha, 2013
hal:86).
b Membersihkan badan ibu dan merawat luka jahitan
Luka adalah suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh, yang
dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari. Perawatan luka merupakan tindakan untuk merawat luka dan
luka operasi yaitu luka bersih sehingga mudah untuk perawatannya, namun jika
salah dalam merawat, maka akan bisa berakibat fatal.
Dalam perawatan luka Post Seksio Sesarea (SC) diperlukan beberapa hal
yang harus diperhatikan, diantaranya :
1) Setiap satu minggu kasa harus dibuka Idealnya kasa yang dipakai harus
diganti dengan kasa baru setiap satu minggu sekali. Tidak terlalu sering agar
luka cepat kering, jika sering dibuka luka bisa menempel pada kasa sehingga
sulit untuk kering.
2) Bersihkan jika keluar darah dan langsung ganti kasa Jika luka
operasi keluar darah, maka segeralah untuk mengganti kasanya
agar tidak basah atau lembab oleh darah. Karena darah
merupakan kuman yang bisa cepat menyebar keseluruh bagian
luka.
3) Jaga luka agar tidak lembap Usahakan semaksimal mungkin agar luka tetap
kering karena tempat lembap akan menjadikan kuman cepat
20
berkembang. Misalkan suhu kamar terlalu dingin dengan AC yang
membuat ruangan lembap sehingga bisa jadi luka pun ikut lembap, hindari
ruangan lembap, dan atur suhu AC.
4) Menjaga kebersihan, agar luka operasi tidak terkena kotoran
yang mengakibatkan cepat berkembangnya kuman, maka kebersihan diri dan
lingkungan sekitar semaksimal mungkin harus dijaga. Jauhkan luka dari
kotoran, untuk itu seprei dan bantal harus selalu bersih dari debu.
5) Gunakan bahan olastik atau pembalut yang kedap air (Opset) Jika mau
mandi atau aktifitas yang mengharuskan bersenthan dengan air, gunakan
bahan plastik atau pembalut yang kedap air (opset) untuk melindungi luka
bekas operasi agar tidak terkena air. Upayakan agar tidak sampai basah
karena luka bisa mempercepat pertumbuhan kuman (Nunung, Dkk, 2013).
6) Memberikan penyuluhan mengenai pola makanan yang sehat
dan memperbanyak mengkonsumsi sayur dan buah-buahan.

21
BAB III
TINJAUAN KASUS

PRAKTIK KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL


PADA NY “MA” PRIMIGRAVIDA DENGAN PREEKLAMSI BERAT

DI RUANG BERSALIN PUSKESMAS IV DENPASAR SELATAN


TANGGAL 26 MARET 2024

A. SUBJEKTIF (Tanggal 12/2/23 / 11.20 wita)


1. Identitas Ibu Suami

Nama : Ny “MA” Tn “M”


Umur : 29 th 30 th
Suku Bangsa : Indonesia Indonesia
Agama : Jawa Jawa
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Swasta
Alamat Rumah : Jalan Bungtomo X B, No. 2, Pemecutan
Kaja , Denpasar

No HP : 081236114xxx
2. Alasan Memeriksakan Diri/Keluhan
Ibu mengeluh pusing dan nyeri ulu hati dan nyeri perut hilang timbul
3. Riwayat Menstruasi
Menarche umur 16 tahun, siklus teratur 28-30 hari, lamanya 5 hari,
ganti pembalut 3-4 kali per hari. Tidak ada keluhan saat menstruasi.
HPHT : lupa
TP : 29-3-2024
4. Riwayat pernikahan
Ini merupakan pernikahan pertama dan sah

22
5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan sebelumnya

Kehami Tgl Jenis Keadaan Kompli


U persal Penolon Bayi kasi ibu Laktas Ket
lan ke lahir/ K ina n g BB/ dan bayi i
J
– Umur PB K
anak

1 Hamil ini

6. Riwayat Kehamilan
Ini

Ibu mengatakan sudah pernah ANC 1 kali di bidan pada TW I, 4


kali pada TW II dan 1 kali pada TW III. Ibu sudah melakukan pengecekan triple
eliminasi di Puskesmas pada 5/7/2023 dengan hasil Hb : 12 g/dl, GDS :
164 mg/dl, HIV : Non reaktif, Sifilis : Non reaktif, Hepatitis B : Non Reaktif.
Status TT Ibu T5. Pemeriksaan lab kedua pada TW III tanggal 26/2/2023
didapatkan hasil Hb : 13,1 g/dl, GDS : 124 mg/dl, Protein : Negatif. Suplemen
yang dikonsumsi selama hamil yaitu asam folat, SF, Vit C, dan kalsium. Selama
pemeriksaan kehamilan didapatkan hasil tekanan darah ibu mulai meningkat pada
umur kehamilan 20 minggu dan menetap sampai umur kehamilan 37 minggu
maka dari bidan di Puskesmas melakukan rujukan ke RS dengan diagnose
preeklamsi. Selama hamil Ibu tidak mempunyai kebiasaan buruk seperti minum
jamu atau merokok dan ibu sering merasakan sakit kepala.
7. Riwayat Pemakaian
Kontrasepsi
Ibu mengatakan sebelum hamil ini ibu tidak menggunakan
kontrasepsi.

8. Riwayat
Penyakit
23
a. Riwayat penyakit yang pernah diderita ibu
:
b. ibu tidak pernah menderita penyakit kardiovaskuler, asma, epilepsi,

24
maupun PMS. Riwayat penyakit yang sedang diderita ibu
Tidak menderita penyakit kardiovaskuler, asma, hipertensi, epilepsi,
DM, TORCH, PMS. Ibu mengatakan memang mempunyai penyakit
hipertensi.
c. Riwayat penyakit kelurga yang menurun
Tidak pernah menderita penyakit kanker, asma, hipertensi, epilepsi, DM,
alergi, maupun penyakit jiwa
d. Riwayat penyakit kandungan
Tidak sedang mengidap penyakit kandungan seperti tumor, kista,
mioma, maupun kutu rambut kelamin.
9. Kebutuhan Biologis
a. Bernapas : Ibu tidak ada keluhan saat menarik napas dan menghembuskan
napas.
b. Nutrisi : Ibu makan terakhir pada pukul 08.00 wita, 1 piring sekali
makan dengan menu bervariasi. Ibu minum terakhir 08.00 wita, jenis air putih
c. Pola Eliminasi
1) Buang air kecil : BAK terakhir sekitar pukul 07.00 wita, tidak ada keluhan
2) Buang air besar : BAB terakhir kemarin pada 26/3/2024 pukul 19.00 wita
d. Aktifitas sehari-hari : Ibu hanya melakukan aktivitas rumah tangga sehari-hari
seperti membersihkan rumah dan memasak.
e. Pola Istirahat : ibu mengatakan tidur sekitar 7 jam/hari, dapat tidur siang
½ - 1 jam/hari, tidak ada keluhan
f. Kebersihan diri : Ibu mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun
dan membilas dengan bersih. Ibu menggosok gigi 2 kali sehari yaitu pagi
sebelum melakukan aktifitas dan sore hari. Ibu membersihkan alat
kelamin setelah BAB, setelah BAK, dan setelah mandi. Ibu mencuci
tangan sebelum melakukan aktivitas, setelah BAB/BAK, dan selesai
melakukan aktivitas. Mengganti pakaian dalam yaitu selesai mandi.
10. Kebutuhan Psikologis
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami trauma kehidupan, tidak
pernah berkonsultasi dengan psikolog, dan ibu menerima
kehamilan ini.

25
11. Kebutuhan Sosial
Hubungan ibu dengan pasangan, keluarga, lingkungan tempat tinggal
sangat baik dan harmonis. Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah
ibu bersama dengan suami.
12. Kebutuhan Spiritual
Ibu tidak ada keluhan saat
sembahyang.
13. Perilaku dan Gaya Hidup
Ibu mengatakan tidak mempunyai kebiasaan hidup seperti diurut
dukun, minum obat tanpa resep, minum jamu yang membahayakan janin,
merokok atau kontak dengan asap rokok, dan minum minuman keras.
14 Pengetahuan Ibu
a. Ibu belum mengetahui tanda bahaya selama kehamilan trimester III.
b. Ibu belum mengetahui bahaya penyakit hipertensi bagi janin yang
dikandung
c. Ibu sudah mengetahui cara memproteksi diri dari covid 19 dengan cara
vaksin, memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E 4, V 5, M 6
TB : 159 cm
BB : 63 kg, BB sebelum hamil 50 kg
Kg LILA : 27 cm
TD : 170/100 mmHg, TD sebelumnya : 160/100 mmHg
(26/3/2024) Respirasi : 20 x/menit
Nadi : 80x/menit.
Suhu : 360C
IMT : 19,8 ( kenaikan BB yang dianjurkan 11,5-16 Kg) kenaikan BB ibu
selama hamil adalah 13 Kg

26
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan leher : kepala simetris, rambut bersih, wajah tidak oedema,
konjungtiva merah muda, sklera putih, bibir merah muda, gigi normal,
tidak ada pembesaran pada kelenjar limfe dan tiroid, dan tidak ada pelebaran
pada vena jugularis.
b. Payudara : bentuk payudara simetris, keadaan putting susu bersih, putting susu
menonjol, belum ada pengeluaran colostrum, dan tidak teraba benjolan.
c. Dada : dada simetris dan tidak ada retraksi
d. Abdomen :
1) Inspeksi : ada striae gravidarum, tidak ada bekas luka operasi, tidak ada
kelainan
2) Palpasi :
TFU : 3 jari di bawah px, McD : 35 cm, TBBJ : 3565 gram
Leopold I : Teraba bulat lunak
Leopold II : Teraba tahanan memanjang di kanan ibu, dan bagian
kecil di kiri ibu
Leopold III : teraba bulat keras, tidak melenting
Leopold IV : tangan pemeriksa tidak bertemu/ divergen
3) Auskulatasi : DJJ 153 x/mnt
4) His : Tidak ada
e. Genetalia : Tidak ada pengeluaran lendir campur darah, tidak ada keputihan.
VT : Vulva/vagina normal, porsio lunak, pembukaan 4 cm, eff 50%, ketuban (+),
teraba kepala, denom blm jelas, mo 0, penurunan H1, ttbk/tp
f. Ekstremitas : tungkai simetris, adanya oedema, reflek patella positif,
tidak adanya varises dan kulit normal.
3. Pemeriksaan Penunjang (26/2/2024)
Hb : 13,2 gr/dl
UL : Protein (+3)

27
C. ANALISA
1. Diagnosa : Ny “MA” Usia 29 tahun G1P0000 UK 39 minggu 4 hari Preskep
U Puka T/H Intrauterine Dengan Preeklampsi Berat
2. Masalah :
Ibu belum mengetahui bahaya penyakit hipertensi bagi janin yang dikandung
3. Diagnosa potensial : Terjadi Eklampsi, Sindrom HELLP, Kematian Janin
Dalam Rahim

D. PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami
preeklampsi berat sehingga harus dilakukan rujukan, ibu paham
2. Memberikan informed consent, ibu dan suami setuju
3. Memberikan KIE bahaya penyakit hipertensi bagi janin yang
dikandung seperti hipertensi mengurangi aliran nutrisi melalui plasenta
sehingga resiko bayi berat lahir rendah, terjadi gawat janin, kelahiran
prematur, dan kematian janin dalam rahim, ibu paham

5. Melakukan pemasangan infus RL 500 cc 28 tpm, aliran infus lancar


6. Memberikan terapi 25 ml MgSO4 40% dengan dosis 15 ml dalam infuse RL
500 cc dan 10 ml diencerkan dengan aquadest diberikan secara IV
perlahan, terapi diberikan dan tidak ada reaksi alergi
6. Melakukan pemasangan kateter, urin ibu telah ditampung dalam kantong
kateter
7. Melakukan rujukan ke RSAD menggunakan Ambulance dengan prinsip
BAKSOKUDA.

28
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan praktik asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal dan


neonatal yang telah dilakukan tanggal 26 Maret 2024 di Ruang Bersalin
Puskesmas IV Denpasar Selatan, data yang telah dikumpulkan sesuai dengan
pendokumentasian S (Subjektif), O (Objektif), A (Analisa) dan P
(Penatalaksanaan). Data kemudian dikaji sesuai dengan teori yang dapat
dijelaskan yaitu sebagai berikut:
Pada data subjektif didapatkan nama ibu adalah Ny “MA” umur 29 tahun
pendidikan terakhir SMA dan pekerjaan sebagai IRT dan suami atas nama Tn
“M” umur 30 tahun pendidikan terakhir SMA, pekerjaan swasta. Ibu datang ke
Puskesmas IV Denpasar Selatan mengeluh sakit kepala dan nyeri ulu hati,
berdasarkan informasi pemeriksaan sebelumnya semenjak umur kehamilan 20
minggu, tekanan darah ibu meningkat dan menetap sampai umur kehamilan 37
minggu, hal ini sesuai dengan teori yang tercantum di atas bahwa preeklampsia
adalah suatu gangguan yang terjadi pada kehamilan yang biasanya mulai terlihat
saat kehamilan memasuki minggu ke-20 yang biasanya diatandai dengan
meningkatnya tekanan diastole sebanyak 15 mmHg atau lebih, sehingga
mencapai 90 mmHg atau lebih, dan meningkatnya tekanan sistolik sebanyak
30 mmHg hingga mencapai 140 mmHg atau lebih ( Rukiyah dan Yulianti, 2010).
Pada data subjektif juga didapatkan bahwa ibu memiliki riwayat hipertensi dan
sering mengeluh sakit kepala pada kehamilan ini, hal ini sesuai dengan tanda
dan gejala preeklamsi yang sudah tercantum dalam tinjauan teori di atas.
Pada data objektif didapatkan tekanan darah ibu 170/100 mmHg dengan 2
kali pemeriksaan rentang waktu 15 menit pada lengan yang sama, pada
IMT didapatkan 19,8 dan ibu termasuk kategori normal, dengan IMT 19,8
rentang kenaikan berat badan selama hamil yang dianjurkan adalah 11,5-16 Kg,
kenaikan BB Ny “MA” selama hamil adalah 13 Kg dan ini termasuk
normal.

29
Pada data objektif dilakukan pemeriksaan penunjang didapatkan hasil
haemoglobin dalam batas normal dan protein urin (+3) yang menandakan ibu
mengalami preeklampsi berat

30
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang didapat maka dapat ditegakkan
diagnosa Ny “MA” Usia 25 tahun G1P000 UK 39 minggu Preskep U Puka T/H
Intrauterine Dengan Preeklampsi Berat. Masalah yang ibu alami yaitu Ibu belum
mengetahui tentang Tanda bahaya kehamilan trimester III, Ibu belum mengetahui
bahaya penyakit hipertensi bagi janin yang dikandung. Diagnosa potensial :
Terjadi Eklampsi, Sindrom HELLP, Kematian Janin Dalam Rahim.
Penatalaksanaan yang diberikan yaitu menginformasikan bahwa akan
dilakukan tindakan sc agar ibu dan bayi selamat, melakukan penatalaksanaan
PEB yaitu pemberian MgSO4 dengan Melakukan pemasangan infus RL 500 cc
28 tpm, memberikan terapi 25 ml MgSO4 40% dengan dosis 15 ml dalam infuse
RL 500 cc dan 10 ml diencerkan dengan aquadest diberikan secara IV perlahan.
MgSO4 diberikan secara IV perlahan diencerkan dengan aquadest karena
menimbulkan efek panas. Selain itu pada kasus PEB sebaiknya dilakukan
tindakan sc karena efek dari MgSO4 mengakibatkan rahim tidak mampu
berkontraksi sehingga resiko terjadi perdarahan jika melahirkan dengan spontan.
Selain pemberian terapi MgSO4 dilakukan juga pemasangan kateter untuk
memantau cairan keluar sebelum dilakukannya tindakan rujukan.

31
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
1. Pada Data Subektif dilakukan dengan mengggali informasi dari ibu
berupa Identitas ibu dan suami, alasan memeriksakan diri, riwayat
menstruasi, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, riwayat kehamilan
sekarang, riwayat pemakaian kontrasepsi, kebutuhan biologis, psikologis,
spiritual, kebutuhan sosial, perilaku gaya hidup, riwayat kesehatan, dan
pengetahuan ibu.
2. Pada Data Obektif dilakukan untuk mengetahui kondisi ibu saat ini
berupa pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
3. Pada Analisa ditegakkan diagnosa yaitu Ny “MA” Usia 29 tahun
G1P0000
UK 39 minggu 4 hari Preskep U Puka T/H Intrauterine Dengan Preeklampsi
Berat dan Masalah yang ibu alami yaitu Ibu belum mengetahui tentang
Tanda bahaya kehamilan trimester III, Ibu belum mengetahui bahaya
penyakit hipertensi bagi janin yang dikandung. Diagnosa potensial : Terjadi
Eklampsi, Sindrom HELLP, Kematian Janin Dalam Rahim.
4. Pada Penatalaksanaan bidan memberikan KIE sesuai masalah
ibu, memberikan penatalaksanaan PEB dan berkolaborasi dengan Rumah
sakit rujukan terkait tindakan Selanjutnya.

B. Saran
Diharapkan mahasiswa dapat mengerti mengenai penatalaksanaan pada
PEB dan pada kasus-kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal lainnya
sehingga mampu menganalisa keadaan serta mengerti tindakan segera yang harus
dilakukan

32
DAFTAR PUSTAKA

Angsar D. 2009. “Hipertensi Dalam Kehamilan, dalam :Ilmu Kebidanan”. Edisi


IV. Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 530-561
Bobak, dkk. 2004. “Buku Ajar Keperawatan Maternitas”. Edisi 4. Jakarta : EGC.
,dkk. 2005. “Keperawatan Maternitas”. Edisi 4. Jakarta: EGC Dinkes
Dinkes Bali. 2020. “Profil Kesehatan Bali” : Dinas Kesehatan Provinsi Bali

Dinkes Kabupaten Buleleng. 2020. “Profil Kesehatan Kabupaten Buleleng Tahun


2020” : Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng

Dumais, dkk.2016.”Hubungan Obesitas Pada Kehamilan Dengan Preeklampsia”.


Jurnal e-clinic
Hadiz,L. 2017.”Dari Mdgs Ke Sdgs: Memetik Pelajaran Dan Menyiapkan Langkah
Konkret”. SMERU Article.
Hutabarat, dkk. 2016. “Karakteristik pasien dengan preeklampsia di RSUP Prof.
Dr.R.D.Kandou Manado”. Jurnal e- Clinic (eCl). 4 (1) : 31-35
Ika, S .2016. “Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal”.
Jakarta : EGC
Kementrian Kesehatan. 2020. “Situasi Terkini Perkembangan Coronavirus
Disease (COVID-19) 31 Mei 2020”. Akses covid19.kemkes.go.id:
https://covid19.kemkes.go.id/situasi-infeksi-emerging/info-corona-
virus/situasi-terkini-perkembangan-coronavirus-disease-covid-19-
31- mei-2020/#.XtRqYb4xWNw
Keman.2014. “Patomekanisme Preeklampsia Terkini Mengungkapkan teori-
teori terbaru”. Malang: Universitas Brawijaya Press
Kurniasari,dkk. 2015. “Hubungan Usia , Paritas Dan Diabetes Mellitus Pada
Kehamilan Dengan Kejadian Preeklamsia Pada Ibu Hamil Di
Wilayah Kerja Puskesmas Rumbia Kabupaten Lampung Tengah
Tahun 2014”. 9(3), 142–150.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2010. “Buku Ajar Obstetri Patologi”. Jakarta :
EGC Hubungan Faktor Resiko dengan Kejadian Preeklampsia Berat
Mhyre, J. M. 2012. “Maternal mortality. Current Opinion in Anaesthesiology”.
25(3), 277–285. https://doi.org/10.1097/ACO.0b013e3283530580
Mochtar,R. 2007. “Sinopsis Obstetri”. Jakarta:EGC
Natiqotul.2016.” Determinan Maternal Kejadian Preeklampsia”. Jurnal
Keperawatan Soedirman. 11(1), 53–61.

33
Nurarif,dkk. 2015. “Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& Nanda NIC-NOC jilid 1”. Jogjakarta : MediAction
Noroyono. 2016. “Diagnosis dan Tatalaksana Pre-eklampsia”.
Resmi,A.2012.” Faktor Yang Berhubungan Dengan Preeklampsia Pada
Kehamilan Di Rsu Muhammadiyah Sumatera Utara Medan Tahun
2011-2012”. Skripsi
Redman,dkk. 2014. “Immunology of Abnormal Pregnancy and Preeklampsia”, In
:Taylor RN, Roberts JM, Cunningham FG (eds): Chesley’s Hypertensive
Disorders in Pregnancy, 4th ed. Amsterdam, Academic Press, p:161-
79.
Rukiyah, dkk. et al. 2010. “Asuhan Kebidanan 1”. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Prawirohardjo . 2012. “Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal, Edisi 2”. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
. 2016. “Ilmu Kebidanan”. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Pilliod, R. A., & Caughey, A. B. 2017. “Fetal Malpresentation and Malposition:
Diagnosis and Management”. In Obstetrics and Gynecology Clinics
of North America (Vol. 44, Issue 4).
Saifuddin,AB. 2006. “Buku Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo”. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Situmorang. T. H., Damantalm. Y., Januarista. A., & Sukri. 2016. “Faktor-faktor
yang Berhunungan Dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil
di Poli KIA RSU Anutapura Palu”. Jurnal Kesehatan Tadulako Vol.2
No.1, Januari 2016 : 1-75. P-ISSN 2407-8441 E-ISSN 2502-0749
Soewarto, S. 2016. “Ilmu Kebidanan Sarworno”. Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo.
Tyastuti, S. 2016. “Aasuhan Kebidanan Kehamilan”. Jakarta : Pusat Pendidikan
Sumber Daya Manusia Kesehatan

Utama, SY. 2008. “Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian


Preeklampsia Berat Pada Ibu Hamil di RSD Raden Mattaher Jambi
Tahun 2007”. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.8
No.2
Juli 2008, Jambi.
Yogi. 2014. “Hubungan Antara Usia Dengan Preeklamsia Pada Ibu Hamil di
POLI KIA RSUD Kefamenanu Kabupaten Timor Tengah Utara”
Jurnal Delima Harapan, vol 3. no 2.

Anda mungkin juga menyukai