Anda di halaman 1dari 98

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN II

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN, NIFAS


BBL, BAYI BALITA SEHAT DAN DETEKSI DINI KOMPLIKASI
DI PMB NURHASANAH,S.Tr.Keb

DISUSUN OLEH:

DESI MAHARANI

2119005

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANCA BHAKTI
BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Desi Maharani


Nim : 2119005
Tingkat : III Prodi D III Kebidanan STIKes Panca Bhakti
Judul : Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin, Nifas, BBL,
Bayi Balita Sehat dan Deteksi Dini Komplikasi Di PMB
Nurhasanah,S.Tr.Keb

Laporan ini telah di pertahankan di hadapan Komisi Pembimbing Klinik dan


Institusi STIKes Panca Bhakti Bandar Lampung Program Studi D III Kebidanan
pada tanggal Oktober 2023.

Menyetujui,
Pembimbing Klinik, Pembimbing Institusi,

(Apin Rofina,S.ST) (Febri Ardiati, S.ST.,M.KM)


NRP.20200629

Mengetahui,

Ketua Program Studi Diploma III


Koordinator PKK II, Kebidanan STIKes Panca Bhakti
Bandar Lampung,

(Febri Ardiati, S.ST.,M.KM) (Rini Deska, S.ST., M.KM)


NRP.20200629 NRP. 020200521
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan hasil
kegiatan Praktik Klinik Kebidanan II (PKK II) dengan judul Manajemen Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Bersalin, Nifas, Bbl, Bayi Balita Sehat dan Deteksi Dini
Komplikasi Di PMB Nurhasanah,S.Tr.Keb tepat pada waktunya.
Adapun penyusunan laporan pendahuluan dan kasus ini bertujuan untuk
memenuhi syarat telah menyelesaikan Praktik Klinik Kebidanan II. Saya
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Rini Deska, S.ST., M.KM Selaku Ketua Program Studi Diploma III
Kebidanan STIKes Panca Bhakti Bandar Lampung

2. Ibu Febri Adriati, S.ST.,M.KM Selaku Pembimbing Akademik

3. Ibu Febri Adriati, S.ST.,M.KM Selaku Koordinator PKK II lanjutan

4. Ibu Nurhasanah,S.Tr.Keb Selaku Pembimbing Lahan

5. Para Dosen dan staf STIKes Panca Bhakti Prodi DIII Kebidanan.

Saya menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna.
Atas segala kekurangannya, penyusun mohon maaf dan penyusun berharap
semoga laporan ini bermanfaat dan dapat digunakan dengan sebaik – baiknya.

Bandar Lampung, Oktober 2023

Desi Maharani
DAFAR ISI
COVER.................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................3
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan.............................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PERSALINAN NORMAL....................................................................5
2.2 NIFAS....................................................................................................16
2.3 BBL........................................................................................................27
2.4 BAYI BALITA SEHAT........................................................................35
2.5 DETEKSI DINI KOMPLIKASI............................................................44
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Persalinan...............................................................................................54
3.2 Nifas.......................................................................................................68
3.3 Bayi Baru Lahir......................................................................................74
3.4 Bayi Balita Sehat....................................................................................81
3.5 Deteksi Dini Komplikasi........................................................................84
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................................91
4.2 Saran.......................................................................................................91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tingginya komplikasi obstetri seperti perdarahan pasca persalinan,
eklampsia, sepsis dan komplikasi keguguran menyebabkan tingginya kasus
kesakitan dan kematian ibu di negara berkembang. Persalinan yang terjadi di
Indonesia masih di tingkat pelayanan primer dimana tingkat keterampilan dan
pengetahuan petugas kesehatan di fasilitas pelayanan tersebut masih belum
memadai. Deteksi dini dan pencegahan komplikasi dapat menurunkan angka
kematian dan kesakitan ibu serta bayi baru lahir. Jika semua tenaga penolong
persalinan dilatih agar mampu mencegah atau deteksi dini komplikasi yang
mungkin terjadi menerapkan asuhan persalinan secara tepat guna dan waktu, baik
sebelum atau saat masalah terjadi dan segera melakukan rujukan maka para ibu
dan bayi baru lahir akan terhindar dari ancaman kesakitan dan kematian.
Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu bagian dari upaya
peningkatan derajat kesehatan dalam Sustainable Development Goal (SDGs)
indonesia tahun 2030. Indikator akan tercapainya target tersebut jika angka
kematian ibu (AKI), Angka Kematian Neonatal (AKN) dan angka kematian bayi
(AKB) menurun serta aseptor Keluarga Berencana (KB) meningkat. Keadaan ibu
yang fisiologi saat hamil diharapkan berkelanjutan sampai masa nifas berakhir.
Kondisi tersebut akan tercapai apabila pelayanan kesehatan bagi ibu memadai dan
berkualitas (Kemenkes RI,2015).
Asuhan kehamilan penting dilakukan untuk menjamin setiap proses
alamiah tetap berjalan dengan normal sesuai kehamilan. Kehamilan dapat
berkembang menjadi masalah atau kompilkasi setiap saat. Salah satu penyebab
kematian pada ibu hamil adalah anemia pada kehamilan. Menurut World Health
Organization (WHO), diagnosis anemia dalam kehamilan ditegakkan bila kadar
Hemoglobin (Hb) < 11 g/dl (7,45 mmol/L) dan hematokrit < 0,33 (Hollingworth,
2012).
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2019 kasus kematian
ibu disebabkan oleh beberapa komplikasi yang di alami oleh ibu selama masa
kehamilan dan saat melahirkan diantaranya yaitu dengan eklamsi 34%,
perdarahan 16%, infeksi 4%, partus lama 6%, aborsi 4% Hipertensi 37%. (Dinkes
Provinsi Lampung, 2019). Terjadinya kematian ibu salah satunya bisa disebabkan
oleh persalinan patologi, seperti Ketuban Pecah Dini (KPD). Ketuban Pecah Dini
adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan atau dimulainya
tanda inpartu. Penyebab Ketuban Pecah Dini yaitu ketuban berlebih, infeksi
ginjal, kandung kemih, rahim, vagina atau mulut rahim, efek dari kontraksi palsu,
tekanan akibat mengandung bayi besar dan mengandung bayi kembar
(KEMENKES, 2013).
Salah satu untuk memecahkan masalah kesehatan Ibu diberikan Asuhan
Kebidanan yang Komprehensif, terhadap Ibu hamil, bersalin, nifas dan Keluarga
Berencana (KB) yang dilakukan oleh seorang bidan yaitu dengan melakukan
pendekatan upaya kesehatan berkelanjutan yang dilakukan pada ibu sejak sebelum
masa kehamilan sampai bersalin dengan melakukan program OSOS (One Student
One Client) yaitu metode pendampingan setiap ibu hamil oleh 1 mahasiswa bidan,
secara berkelanjutan (Continuity Of Care). (Prawirohardjo, 2016).
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan utama sebagai ujung tombak
pembangunan kesehatan dalam upaya percepatan penurunan AKI dan AKB.
Bidan harus mampu memberikan asuhan yang dibutuhkan wanita selama masa
hamil, persalinan dan masa pasca persalinan, asuhan pada bayi baru lahir dan
anak. Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal
pada ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan
pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medik lainnya. Bidan
mempunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan, tidak hanya
untuk wanita tersebut, tetapi juga termasuk keluarga dan komunitasnya termasuk
pendidikan antenatal, dan persiapan untuk menjadi orang tua, dan meluas ke
daerah tertentu dari ginekologi, keluarga berencana dan asuhan anak. Keterlibatan
bidan dalam asuhan normal dan fisiologis sangat menentukan demi penyelamatan
jiwa ibu dan bayi oleh karena wewenang dan tanggung jawab profesionalnya
sangat berbeda dengan tenaga kesehatan lain (Kepmenkes RI, 2010). Asuhan
kebidanan kepada seorang perempuan selama fase kritis (hamil, bersalin, dan
nifas) sangat menentukan kualitas kesehatan perempuan (ICM, 2005).
Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan
yang dilakukan oleh bidan sesuai wewenang dan ruang lingkup praktiknya
berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan (Rahmawati, 2012).Asuhan kebidanan
komprehensif adalah asuhan kebidanan yang dilakukan mulai Antenatal
Care(ANC), Intranatal Care (INC), Postnatal Care (PNC), dan Bayi Baru Lahir
(BBL) pada pasien secara keseluruhan. Tujuan asuhan kebidanan untuk
mengurangi angka kejadian kematian ibu dan bayi. Upaya peningkatan kesehatan
ibu dan bayi masih menghadapi berbagai tantangan (Saifudin, 2014).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan manajemen
asuhan kebidanan mulai dari masa persalinan, masa nifas, bayi baru lahir dan
deteksi dini komplikasi di Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung.
.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1. Untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan memberikan
asuhan kebidanan pada pada ibu bersalin, nifas bbl dan deteksi dini
komplikasi
1.2.2 Tujuan Khusus
2. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan pengkajian subjektif
terhadap asuhan kebidanan pada ibu bersalin, nifas bbl, bayi balita
sehat dan deteksi dini komplikasi
3. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan pengkajian objektif
terhadap asuhan kebidanan pada pada ibu bersalin, nifas bbl, bayi
balita sehat dan deteksi dini komplikasi
4. Mahasiswa diharapkan mampu mendiagnosis pada ibu bersalin, nifas
bbl, bayi balita sehat dan deteksi dini komplikasi
5. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan penatalaksanaan asuhan
kebidanan pada pada ibu bersalin, nifas bbl, bayi balita sehat dan
deteksi dini komplikasi
1.3 Waktu dan Tempat pelaksanaan
Kegiatan PKK II ini dilaksanakan di Semester V tahun ajaran 2022/2023
selama 40 hari mulai dari 11 September – 20 Oktober 2023 Di BPM
Nurhasanah,S.Tr.Keb.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Persalinan
2.1.1 Definisi Persalinan
Persalinan adalah periode dari awitan kontraksi uterus yang regular
sampai ekspulsi plasenta secara normal (Cunningham, et all. 2013).
Persalinan dapat didefenisikan secara medis sebagai kontraksi uterus yang
teratur dan semakin kuat, menciptakan penipisan dan dilatasi serviks di
sepanjang waktu, yang menimbulkan dorongan kuat untuk melahirkan janin
melalui jalan lahir melawan resistansi jaringan lunak, otot, dan struktur
tulang panggul (Kennedy, et all. 2014).
Persalinan adalah rangkaian peristiwa keluarnya bayi yang sudah cukup
berada dalam rahim ibunya dengan disusul oleh keluarnnya plasenta dan
selaput janin dari tubuh ibu (Fitriana dkk, 2018).
2.1.2 Teori Persalinan
Beberapa teori yang dikemukakan terjadinya persalinan, diantaranya
adalah :
1. Penurunan kadar Progesteron
Villi koriales mengalami perubahan-perubahan, sehingga kadar
estrogen dan progesteron menurun (Saifuddin, dkk. 2014)
2. Teori oksitosin
Menjelang persalinan, terjadi peningkatan reseptor oksitosin dalam otot
rahim, sehingga mudah terangsang saat disuntikkan oksitosin dan
menimbulkan kontraksi.
3. Peregangan otot-otot
Dengan majunya kehamilan,maka makin tereganglah otot-otot rahim
sehingga timbullah kontraksi untuk mengeluarkan janin.
4. Pengaruh janin
Hipofise dan kadar suprarenal janin rupanya memegang peranan
penting oleh karena itu pada anchepalus kelahiran sering lebih lama.
5. Teori Prostaglandin
Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke-15 hingga aterm
terutama saat persalinan yang menyebabkan kontraksi miometrium.

2.1.3 Tanda-Tanda Persalinan


Tanda-Tanda Bahwa Persalinan Sudah Dekat.
a. Adanya kontraksi rahim
Secara umum, tanda awal bahwa ibu hamil untuk melahirkan
dalam mengejangnya rahim atau dikenal dengan istilah kontraksi.
Kontraksi tersebut berirama, teratur dan involuter, umunya kontraksi
bertujuan untuk menyiapkan mulut lahir untuk membesar dan
meningkatkan aliran darah di dalam plasenta. Setiap kontraksi uterus
memiliki tiga fase yaitu:
1) Increment : ketika intensitas terbentuk
2) Acne : puncak atau maximu
3) Decement : ketika otot relaksasi kontraksi yang sesungguhnya akan
muncul dan hilang secara teratur dengan intensitas makin lama makin
meningkat, perut akan mengalami kontraksi dan relaksasi, diakhir
kehamilan proses kontraksi akan lebih sering terjadi (Walyani, 2020).
b. Keluarnya lendir bercampur darah
Lendir disekresi sebagai hasil prolifrasi kelenjar lendir servik pada awal
kehamilan. Lendir mulanya menyumbat leher rahim, sumbatan yang
tebal pada mulut rahim terlepas, sehingga menyebabkan keluarnya lendir
yang berwarna kemerahan bercampur darah dan terdorong keluar oleh
kontraksi yang membuka mulut rahim yang menandakan bahwa mulut
rahim menjadi lunak dan membuka. Lendir inilah yang dimaksud sebagai
bloody slim (Walyani, 2020).
c. Keluarnya air-air ( ketuban )
Proses penting menjelang persalinan adalah pecahnya air ketuban.
selama sembilan bulan masa gestasi bayi aman melayang dalam cairan
amnion. Keluarnya air-air dan jumlahnya cukup banyak, berasal dari
ketuban yang pecah akibat kontraksi yang makin sering terjadi (Walyani,
2020).
d. Pembukaan servik
Penipisan mendahului dilatasi servik, pertama-pertama aktivitas
uterus dimulai untuk mencapai penipisan, setelah penipisan kemudian
aktivitas uterus menghasilkan dilatasi servik yang cepat (Walyani, 2020).
e. Lightening
Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa bahwa
keadaannya menjadi lebih enteng. Ia merasa kurang sesak, tetapi
sebaliknya ia merasa bahwa berjalan sedikit lebih sukar, dan sering
diganggu oleh perasaan nyeri pada anggota bawah (Fitriana dkk, 2018).
f. Pollkisuria
Pada akhir bulan ke-IX, berdasarkan hasil pemeriksaan didapat
epigastrium kendor, fundus uteri lebih rendah dari pada kedudukannya
dan kepala janin sudah masuk kedalam Pintu Atas Panggul (PAP).
Keadaan ini menyebabkan kandung kencing tertekan sehingga
merangsang ibu untuk kencing yang disebut pollakisuria (Fitriana dkk,
2018).
g. False Labor
Masa 3 atau 4 minggu sebelum persalinan, calon ibu diganggu oleh
his pendahuluan yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari
kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan ini bersifat :
1. Nyeri yang hanya terasa diperut bagian bawah,
2. Tidak teratur,
3. Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya waktu dan
bila dibawa jalan malah sering berkurang,
4.Tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan serviks (Fitriana
dkk, 2018).
h. Perubahan serviks
Pada akhir bulan ke-IX pemeriksaan serviks menunjukan bahwa
serviks yang tadinya tertutup, panjang dan kurang lunak. Namun
kondisinya berubah menjadi lebih lembut, beberapa menunjukkan telah
terjadi pembukaan dan penipisan. Perubahan ini berbeda untuk masing-
masing ibu. Misalnya, pada multipara sudah terjadi pembukaan 2 cm
namun pada primipara sebagian besar masih dalam keadaan tertutup
(Fitriana dkk, 2018).

i. Energi spurt
Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-kira 24-28
jam sebelum persalinan mulai. Setelah beberapa hari sebelumnya merasa
kelelahan fisik karena tuanya kehamilan maka ibu mendapati satu hari
sebelum persalian dengan energi yang penuh. Peningkatan energi ibu ini
tampak dari aktivitas yang dilakukan seperti membersihkan rumah,
mengepel, mencuci perabot rumah dan pekerjaan rumah yang lain
sehingga ibu akan kehabisan tenaga menjelang kelahiran bayi, persalinan
menjadi panjang dan sulit (Fitriana dkk, 2018).
j. Gastrointestinal Upsets
Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda, seperti diare,
obstipasi, mual, dan muntah karena efek penurunan hormon terhadap
sistem pencernaan (Fitriana dkk, 2018).
2.1.4 Faktor Terjadinya Persalinan
Ada beberapa faktor yang menyertai terjadinya persalinan yaitu:
1. Power
a) His (kontraksi otot rahim).
b) Kontraksi otot dinding perut.
c) Kelelahan ibu yang sedang mengejan.
d) Inertia Uteri (His yang sifatnya lemah).
2. Passenger
Janin dan Plasenta
3. Passage
Jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang.
4. Psikis
a) Melibatkan psikologi ibu, emosi dan persiapan intelektual.
b) Kebiasaan adat.
5. Penolong
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin ( Sujiyatini
dkk,2016).

2.1.5 Tahapan Persalinan


A. Kala I (pembukaan)
Tahap ini dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan
serviks menjadi lengkap. Berdasarkan kemajuan pembukaan maka kala I
dibagi menjadi sebagai berikut :
a. Fase laten
Fase laten adalah fase pembukaan yang sangat lambat yaitu dari 0
sampai 3 cm yang membutuhkan waktu 8 jam.
b. Fase aktif
Fase aktif adalah fase pembukaan yang lebih cepat yang terbagi
lagi menjadi berikut ini:
1. Fase akselerasi (fase percepatan) yaitu fase pembukaan dari
pembukaan 3 cm sampai 4 cm yang dicapai dalam 2 jam.
2. Fase dilatasi maksimal, yaitu fase pembukaan dari pembukaan
4 cm sampai 9 cm yang dicapai dalam 2 jam.
3. Fase dekselerasi (kurangnya kecepatan) yaitu fase pembukaan
dari pembukaan 9 cm sampai 10 cm selama 2 jam (Fitriana dkk,
2018).
B. Kala II (Pengeluaran Janin)
Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengejan mendorong
janin hingga keluar. Pada kala II ini memiliki ciri khas :
1. His terkoordinasi, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali.
2. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara reflektoris
menimbulkan rasa ingin megejan.
3. Tekanan pada rektum, ibu merasa ingin BAB.
4. Anus membuka.
Pada waktu his kepala janin sudah mulai kelihatan, vulva membuka dan
perineum meregang dengan his dan mengejan yang terpimpin kepala akan lahir
dan diikuti seluruh badan janin. Lama pada kala II ini pada primi dan multipara
berbeda yaitu :
a. Primipara kala II berlangsung 1,5 jam-2 jam.
b. Multipara kala II berlangsung 0,5 jam-1 jam.
(Walyani, purwoastuti, 2020).
C. Kala III (Kala Uri)
Yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta). Setelah bayi lahir
kontraksi rahim berhenti sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri
setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya.
Beberapa saat kemudian timbul his pengeluaran dan pelepasan uri dalam
waktu 1-5 menit plasenta terlepas terdorong ke vagina dan akan lahir spontan
atau dengan sedikit dorongan. Pada pengeluaran plasenta biasanya disertai
dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
D. Kala IV (Pemantauan)
Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap bahaya
perdarahan. Pengawasan ini dilakukan selama kurang lebih dua jam dalam
tahap ini ibu masih mengeluarkan darah dari vagina, tapi tidak banyak yang
berasal dari pembuluh darah yang ada di dinding rahim tempat terlepasnya
plasenta dan setelah beberap hari akan mengeluarkan cairan sedikit darah
yang disebut lokia.
2.1.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan
A. Penumpang (Passenger)
Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dari janin adalah ukuran kepala janin, presentasi, letak,
sikap dan posisi janin, sedangkan plasenta adalah letak, besar dan luasnya.
B. Jalan Lahir (Passage)
Jalan lahir terbagi dua yaitu jalan lahir keras dan jalan lahir lunak. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dari jalan lahir keras adalah ukuran dan bentuk tulang
panggul, sedangkan jalan lahir lunak adalah segmen bawah uterus yang dapat
meregang, serviks, otot dasar panggul, vagina dan introitus vagina.

C. Kekuatan (Power)
1. Kekuatan primer (kontraksi involunteer)
Kontraksi berasal dari segmen atas uterus yang menebal dan di hantarkan
ke uterus bawah dalam bentuk gelombang. Kekuatan primer ini
mengakibatkan serviks menipis (effacement) dan berdilatasi sehingga
janin turun.
2. Kekuatan sekunder (kontraksi volunter)
Otot-otot diafragma dan abdomen ibu berkontraksi dan mendorong keluar
isi ke jalan lahir sehingga menimbulkan tekanan intra abdomen.
D. Posisi ibu (Positioning)
Perubahan posisi yang diberikan pada ibu bertujuan untuk menghilangkan
rasa letih, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi.
E. Respons psikologi (Psychology response)
Respons psikologi ibu dapat dipengauhi oleh :
1. Dukungan ayah bayi/suami selama proses persalinan,
2. Dukungan kakek-nenek, saudara dekat selama proses persalinan,
3. Saudara kandung bayi selama persalinan (Sondakh, 2013).
2.1.7 Kebutuhan dasar ibu bersalin
1. Peran orang terdekat
Suami atau orang terdekat dapat memainkan peran penting bagi wanita yang
sedang melahirkan. Bantuan yang dapat diberikan seperti menghitung
kontraksi ibu, menggosok punggungnya, mencuci mukanya, memberikan
dorongan padanya untuk istirahat diantara kontraksi, dan mengingatkan
kepadanya tentang teknik bernapas (Soandakh, 2013).
2. Makanan dan cairan
Sebagai peraturan khusus, makanan padat tidak boleh diberikan selama
persalinan aktif, karena makanan padat lebih lama tinggal dalam lambung,
dari pada cairan dan pencernaan menjadi sangat lambat saat persalinan.
Cairan sangat penting untuk mencegah dehidrasi. Banyak dokter
menganjurkan untuk banyak minum air putih selama persalinan. Bila pasien
mengalami mual, maka larutan ringer laktat 5% secara intravena dianjurkan
untuk di berikan (Sondakh, 2013).

3. Eliminasi
Kandung kemih harus dikosongkan secara berkala selama proses persalinan
minimal setia 2 jam. Bila ibu tidak mampu berkemih dan kandung
kemihnya menjadi sistensi, turunnya kepala janin ke pelvis dapat terganggu.
Kandung kemih dapat di palpasi tepat dibawah pubis. Hal ini dapat
menyakitkan dan meningkatkan rasa tidak nyaman, tetapi karena adanya
kontraksi, pasien tidak mengenali sumber dari rasa nyeri (Sondakh, 2013).
4. Positoning dan aktivitas
Beberapa orang mempunyai keyakinan bahwa bila ibu jongkok atau
berjalan, serviks akan berdilatasi dengan pendataran yang lebih cepat.
Terdapat bukti bahwa bila ibu dapat benar-benar merelaksasikan otot-otot
abdomennya, persalinan dapat berlanjut dengan lebih mudah (Sondakh,
2013).
2.1.8 Mekanisme Persalinan Normal
Pada persalinan normal terdapat beberapa mekanisme yang di alami oleh
ibu bersalin . Mekanisme tersebut adalah sebagai berikut :
a. Masuknya kepala janin dalam PAP
Masuknya kepala ke dalam PAP terutama pada primigravida terjadi pada
bulan-bulan terakhir kehamilan. Namun, pada multipara biasanya terjadi
pada permulaan persalinan. Proses tersebut biasanya dengan sutura
sagitalis melintang menyesuaikan dengan letak punggung.
b. Majunya kepala janin
Pada primi grivida majunya kepala terjadi setelah keplaa masuk ke dalam
rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II. Pada multi gravida
majunya kepla dan masuknya kepala dalam rongga panggul terjadi
bersamaan. Majunya kepala bersamaan dengan gerakan-gerakan lain,
yaitu fleksi, putaran paksi dalam, dan ekstensi. Majunya kepala janin ini
disebabkan tekanan cairan intrauterin, tekanan langsung oleh fundus uteri
oleh bokong, kekuatan mengejan, melurusnya badan bayi oleh perubahan
bentuk rahim.

c. Fleksi
Fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang
paling kecil yaitu dengan diameter suboccipito bregmatikus, fleksi
disebabkan karena janin didorong maju dan sebaliknya mendapat
tahanan dari pinggin PAP.
d. Putaran paksi dalam
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian
rupa, sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan
dan kebawah simpisis pada presentasi belakang pada bagian kepala
terendah, biasanya daerah ubun-ubun kecil dan bagian ini akan
memutar ke depan kebawah simpisis. Putaran paksi dalam mutlak
diperlukan untuk kelahiran kepala, karena putaran paksi merupakan
suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan
lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul .
e. Ekstansi
Setelah putaran paksi dalam selesai dan kelapa sampai didasar
panggul terjadilah ekstansi atau defleksi dari kepala. Hal ini
disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah kedepan diatas, sehingga kepala harus mengadakan ekstensi
untuk dapat melewati pintu bawah panggul.
f. Putaran paksi keluar
Putaran paksi luar adalah gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam
terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung janin.
2.1.9 Asuhan Persalinan Normal
Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman
selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi
terutama perdarahan pascapersalinan, hiportemia, dan asfiksia bayi baru
lahir (Prawirohardjo, 2016).
Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan
kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu
dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta
intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat
terjaga pada tingkat yang optimal (Prawirohardjo, 2016).
Terdapat lima aspek dasar yang penting dan saling terkait dalam asuhan
persalinan yang bersih dan aman. Aspek-aspek tersebut melekat pada setiap
persalinan, baik normal maupun patologis, yaitu :
1. Membuat keputusan klinik
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah
yang akan digunakan untuk merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi
baru lahir. Hal ini merupakan suatu proses sistematik dalam
mengumpulkan dan menganalisis informasi, membuat diagnosa kerja,
membuat rencana tindakan yang sesuai dengan diagnosis,
melaksanakan rencana tindakan dan akhirnya mengevaluasi hasil
asuhan atau tindakan yang telah diberikan kepada ibu dan bayi baru
lahir. Empat langkah proses pengambilan keputusan klinik :
a. Pengumpulan Data (subjektif dan objektif),
b. Diagnosis,
c. Penatalaksanaan asuhan dan perawatan (membuat dan melaksanakan
rencana),
d. Evaluasi.
2. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi.
3. Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai
budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasar
asuhan sayang ibu adalah dengan mengikut sertakan suami dan keluarga
dalam proses persalinan dan kelahiran bayi.
4. Pencegahan infeksi.
5. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi
ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan
lainnya dengan jalan menghindarkan trasmisi penyakit yang disebabkan
oleh bakteri, virus, dan jamur. Juga upaya-upaya untuk menurunkan resiko
terjangkit atau terinfeksi mikroorganisme yang menimbulkan penyakit-
penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan cara
pengobatannya, seperti hepatitis dan HIV/AIDS.
6. Pencatatan ( dokumentasi )
Catat semua asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan bayinya. Jika
asuhan tidak dicatat dapat dianggap bahwa tidak pernah dilakukan asuhan
yang dimaksud. Untuk Pencatatan penting dilakukan karena hal-hal
berikut :
a. Dapat digunakan untuk membuat keputusan klinik dan mengevaluasi
apakah asuhan atau perawatan sudah sesuai dan efektif untuk
mengidentifikasi kesenjangan pada asuhan yang diberikan dan untuk
membuat perubahan dan perencanaan asuhan atau perawatan.
b. Dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan dalam proses
pembuatan keputusan klinik.
c. Merupakan catatan permanen tentang asuhan, perawatan, dan obat
yang diberikan.
d. Dapat dibagikan antara penolong persalinan, hal ini penting bila
dilakukan rujukan.
e. Dapat mempermudah kelangsungan asuhan dari satu kunjungan
kekunjungan berikutnya.
f. Dapat digunakan untuk penelitian dan study kasus.
g. Diperlukan untuk memberi masukan data statistik sebagai catatan
nasional dan daerah, termasuk catatan kematian dan kesakitan ibu
bayi baru lahir.
7. Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas
kesehatan rujukan atau yang memiliki sarana lebih lengkap mampu
menyelamatkan jiwa ibu dan bayi baru lahir (Prawirohardjo, 2016).

2.2 NIFAS
2.2.1 Definisi Masa Nifas
Masa nifas atau puerperium berasal dari bahasa latin yaitu dari "puer" yang
artinya bayi dan "parous" yang berarti melahirkan. Definisi masa nifas adalah
masa dimana tubuh ibu melakukan adaptasi pascapersalinan, meliputi perubahan
kondisi tubuh ibu hamil kembali ke kondisi sebelum hamil. Masa ini dimulai
setelah plasenta lahir, dan sebagai penanda berakhirnya masa nifas adalah ketika
alat alat kandungan sudah kembali seperti keadaan sebelum hamil. Sebagai acuan,
rentang masa nifas berdasarkan penanda tersebut adalah 6 minggu atau 42 hari
(Astuti, 2015).
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Prawirohardjo, 2016).
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil (Asih, 2016).
2.2.2 Tahapan Masa Nifas
Masa nifas seperti yang dijelaskan diatas merupakan serangkaian proses
persalinan yang dilalui oleh seorang wanita, beberapa tahapan yang harus
dipahami oleh seorang bidan antara lain :
1) Puerperium dini yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan - jalan.
2) Puerperium intermedial yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat genital yang
lamanya 6 minggu.
3) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki komplikasi
(Maritalia,2015).
2.2.3 Perubahan Fisik pada masa nifas
Periode pascapartum ialah perubahan masa nifas berdasarkan urutan
peristiwa yang terjadi pasca persalinan dan resiko penyulit yang mungkin terjadi.
Perubahan fisik masa nifas di bagi dalam 2 fase, yaitu masa nifas dini dan masa
nifas lanjut. Masa nifas dini berlangsung hingga 24 jam pertama pasca persalinan
dan masa nifas lanjut berlangsung sesudah 24 jam hingga 24 hari pascasalin
(Asih, 2016).

1. Masa nifas dini


a. Sistem jantung dan pembuluh darah
Proporsi sel darah merah lebih rendah dibandingkan komponen
plasma darah, sehingga hal ini dapat menjelaskan mengapa terjadi anemia
fisiologis pada ibu hamil. Perubahan volume darah total juga dibutuhkan
karena penambahan ruang sirkulasi (yaitu Rahim dan janin) serta terjadi
vasodilatasi pembuluh darah secara umum sebagai dampak hormone
kehamilan. Dampak pengurangan aliran darah menuju Rahim adalah
terjadinya percepatan peningkatan volume darah balik (venous return)
keserambi jantung kanan melalui vena cava interior. Sesuai dengan teori
fisologi jantung, maka peningkatan volume darah balik ini akan memaksa
jantung bekerja keras, dengan meningkatkan kekuatan kontraksi jantung
(intropik) maupun frekuensi denyut jantung (kronotropik) agar volume
darah balik seimbang dengan curah jantung. Dengan demikian, bahwa
dalam keadaan normal, segera setelah lahir maka jantung akan berdenyut
lebih cepat dan kuat, yang dapat diketahui dengan perabaan frekuensi
denyut nadi. Tekanan darah sedikit meningkat walaupun tetap dalam kisaran
angka tekanan darah yang normal.
b. Sistem Pernapasan
Pada saat kehamilan mencapai usia cukup bulan, maka volume Rahim
yang besar mendesak diafragma dan memperkecil volume rongga dada.
Ekspansi dada saat saat inspirasi tidak bisa mencapai kapasitas makimal
sehingga ibu hamil sering mengeluh sesak dan cepat lelah. Saat bersalin,
respirasi dapat meningkat karena ketegangan atau stress akibat nyeri
kontraksi. Meningkat keterbatasan ekspansi rongga dada, maka akan terjadi
adalah jenis pernapasan yang cepat dan dangkal. Pernapasan yang cepat dan
dangkal dapat berlangsung hingga awal kala empat. Frekuensi pernapasan
yang tetap cepat atau bertambah cepat dikala tiga dan empat perlu
diwaspadai, apakah terkait dengan kegagalan jantung atau emboli yaitu
masuknya komponen padat cairan ketuban kedalam sirkulasi darah sitemil
dan menyebabkan sumbatan pembuluh darah arteri di paru. Sumbatan ini
dapat berlangsung secara masih hingga ibu mengalami henti napas
mendadak bahkan henti jantung. Peristiwa ini terbilang sangat jarang,
namun pada kasus emboli, hamper selalu berakhir dengan kematian
meskipun resusitasi dilakukan.
c. Perubahan pada uterus
Perubahan pada uterus perlu diobservasi dengan seksama. Pengosongan
rahim secara tiba-tiba akan membuat rahim kehilangan tonusnya dan menjadi
lemas (atonia) selama beberapa saat, yang menyebabkan fundus uteri sulit
diraba. Secara alami, kondisi atonia ini sangat singkat dan terjadi inisiasi
kontraksi segera yang timbul kembali sebagi akibat masih adanya oksitosin
yang diproduksi secara alami dari hipofisis selama kala dua dan awal kala
tiga. Namun demikian, stimulus eksternal diperlukan agar kontraksi uterus
lebih kuat, yang dapat dilakukan dengan mengelus-elus bagian fundus uteri.
Dalam keadaan normal, bentuk rahim dikala empat biasanya membulat teraba
sangat keras perut bawah, dengan fundus rahim teraba setinggi 2 jari dibawah
pusat.

2. Masa Nifas Lambat


a. Sistem jantung dan pembuluh darah
Kelebihan cairan yang masuk ke intravaskuler akan dikeluarkan melalui
ginjal, oleh karena itu ibu nifas lebih sering miksi dalam minggu pertama
masa nifas. Volume darah intravaskuler biasanya mencapai kondisi normal
sebelum hamil dalam 4 minggu pascasalin.
b. Sistem hematologi
Sebagai akibat hemodilusi fisologis di masa hamil, maka dalam 72 jam
pertama setelah bayi lahir, proporsi volume plasma yang hilang lebih besar
dibandingkan proporsi sel darah. Reditribusi cairan dari ekstravaskuler ke
intravaskuler juga dikeluarkan melalui urine. Kadar hemoglobin dan
hemotrokit bervariasi dalam masa nifas sebagai akibat variasi volume darah,
volume plasma, dan volume sel darah merah. Tidak diketahui secara pasti
kapan jumlah sel darah dan hemotrokit kembali kenilai sebelum hamil. Jika
dilakukan pemriksaan laboratorium, maka nilainya kembali berada dalam batas
normal dalam 8 minggu setelah melahirkan.

c. Sistem pernapasan
Sistem pernapsan biasanya sudah kembali normal pada masa nifas dini.
Jika ditemukan kondisi yang tidak normal seperti keluhan sesak napas cepat
diatas 20 kali/menit, maka perlu dilakukan kolaborasi dengan dokter untuk
memastikan penyebabnya.
d. Perubahan pada uterus dan vagina
setelah plasenta lahir banyak pembuluh darah yang terbuka pada bekas
menempelnya plasenta yang lepas dan pembuluh darah berangsur-angsur
menutup sehingga terjadinya kontraksi uterus, pada saat ini uterus secara
berangsur–angsur menjadi kecil (involusi). Involusi adalah proses kembalinya
ukuran uterus pada kondisi sebelum hamil karena masing-masing sel mengecil
kembali. Perubahan uterus selama hamil hingga selesai nifas. Perubahan-
perubahan pada uterus ini berhubungan erat dengan efek oksitosin (Walyani,
purwoastuti, 2020).
Tabel 2.1
Proses involusi uteri
No Waktu involusi Tinggi fundus Berat uterus Diameter Palpasi
uteri uterus serviks
1. Bayi Lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm Lunak

2. Plasenta Lahir 2 jari dibawah 750 gram 12,5 cm Lunak


pusat

3. 2 minggu Pertengahan 500 gram 7,5 cm 2 cm


pusat-sympisis

4. 2 minggu Tidak teraba 300 gram 5 cm 1 cm


diatas simpisis

5. 6 minggu Bertamabh 60 gram 60 gram menyempit


kecil
( Asih, 2016 ).

Lochea dibedakan berdasarkan warna dan waktu keluarnya, masing-masing


dijelaskan sebagai berikut :
a) Lochea rubra atau merah
Keluar pada hari ke-1 sampai hari ke-4 masa postpartum. Cairan yang keluar
berwarna merah karena terisi darah yang segar, jaringan sisa-sisa plasenta,
dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.
b) Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kecoklatan dan juga berlendir. Lochia ini berlangsung dari
hari ke-4 sampai ke-7 postpartum.
c) Lochea serosa
Berwarna kunging kecoklatan karena mengandung serum, leukosit, dan
robekan atau laserasi plasenta. Lochia ini keluar pada hari ke-7 sampai ke-14.
d) Lochea Alba
Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks, dan serabut
jaringan yang mati. Lochia alba ini berlangsung selama 2-6 minggu
postpartum.
Pada umumnya, luka-luka di arah insersi plasenta menutup sempurna dalam
waktu 5-15 hari. Jika proses ini terhambat, misalnya karena ada sisa plasenta,
dan ada pasase mikroorganisme dari vagina, maka dapat terjadi infeksi pada
endometrium yang disebut endometritis. Gejalanya adalah keluarnya darah
nifas yang berbau busuk, panas badan lebih dari 380C, involusi yang terlambat,
dan dapat sisertai nyeri di daerah perut bawah.
e. Sistem berkemih
Sesuai dengan adanya peningkatan sirkulasi darah selama hamil, maka laju
filtrasi glomerulus pada ginjal juga meningkat, sehingga produksi urine
meningkat. Volume dan frekuensi berkemih diharapkan kembali dalam keadaan
sebelum hamil dalam 2 minggu saja. Hal yang perlu diwaspadai adalah trauma
pada kandung kemih akibat tindakan persalinan yang dapat menyebabkan laserasi
kandung kemih. Dinding saluran kemih memperlihatkan edema dan hyperemia.
Kadang edema dari trigonum menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga terjadi
retensio uterin, dan kadang kansung kemih tidak peka terhadap tekanan air kemih
di dalamnya dan rasa ingin berkemih hilang. Ibu dibiasakan berkemih paling
sedikit 4 jam sekali.

2.2.4 Perubahan emosi dan adaptasi psikologis


Banyak perubahan psikologis terjadi pada ibu selama waktu ini. Asuhan
kebidaan harus berfokus pada membantu ibu dan keluarganya untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan ini dan meringankan transisi ke peran orang
tua. Penyesuaian dilakukan terhadap semua perubahan baru. Pada beberapa ibu
dapat menyebabkan gangguan psikologis, seperti postpartum blues dan bila tidak
ditangani dapat berlanjut menjadi depresi postpartum. Adaptasi psikologis
postpartum itu biasanya ibu mengalami penyesuaian psikologis selama post
partum. Reva Rubin meneliti adaptasi ibu yang mengidentifikasi 3 fase yang dapat
membantu bidan memahami perilaku ibu setelah melahirkan yaitu :
1. Fase Taking In (fase ketergantungan)
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang lamanya 3 hari
setelah melahirkan. Focus pada diri sendiri, tidak pada bayi, ibu
membutuhkan watu untuk tidur dan istirahat. Pasif, ibu mempunyai
ketergantungan dan tidak bisa membuat keputusan. Ibu memerlukan
bimbingan dalam merawat bayi dan mempunyai persaan takjub ketika
melihat banyinya yang baru lahir (Asih, 2016).
2. Fase Taking Hold (fase independen)
Akhir hari ke-3 sampai hari ke-10. Aktif, mandiri dan bisa membuat
keputusan. Memulai aktivitas perawatan diri, focus pada perut, dan
kandung kemih. Focus pada bayi dan menyusui. Merespon instruksi
tentang perwatan bayi dan perawatan diri, dapat mengungkapkan
kekurangan dan kepercayaab diri dalam merawat bayi.
3. Fase Letting Go (fase interdependen)
Terakhir hari ke-10 sampai 6 minggu postpartum. Ibu sudah
mengubah peran barunya. Menyadari bayi merupakan bagian dari
dirinya, ibu sudah dapat menjalankan perannya.

2.2.5 Kebutuhan Dasar Masa Nifas


Kebutuhan dasar masa nifas adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan Nutrisi
Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan
meningkat 25%. Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi
adalah porsi cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak,
tidak mengandung alkohol, nikotin, serta bahan pengawet atau pewarna.
Disamping itu harus mengandung sumber tenaga, pembangun dan
pengatur/pelindung (Asih, 2016).
2. Kebutuhan Cairan
Fungsi cairan sebagai pelarut zat gizi dalam proses metabolism
tubuh. Minumlah cairan cukup untuk membuat tubuh ibu tidak
dehidrasi. Asupan tablet tambah darah dan zat besi diberikan selama 40
hari postpartum. Minum kapsul vit A (200.000 unit).
3. Kebutuhan Ambulasi
Dalam 2 jam setelah bersalin ibu harus sudah bisa melakukan
mobilisasi. Dilakukan secara perlahan-lahan dan bertahap. Dapat
dilakukan dengan miring kanan atau kiri terlebih dahulu, kemudian
duduk dan berangsur-angsur untuk berdiri dan jalan.
Mobilisasi dini bermanfaat untuk :
1). Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium,
2). Ibu merasa lebih sehat dan kuat,
3). Mempercepat involusi alat kandungan,
4). Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan lebih baik,
5). Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat
fungsi, ASI dan pengeluaran sisa metabolism,
6). Memungkinkan untuk mengajarkan perawatan bayi pada ibu,
7). Mencegah thrombosis pada pembuluh tungkai.
4. Kebutuhan Eliminasi
1). Miksi : Kebanyakan pasien dapat melakukan buang air kecil
secara spontan dalam 8 jam setelah melahirkan.
2). Defekasi : Buang air besar akan biasa setelah sehari, kecuali
bila ibu takut dengan luka episiotomi.
5. Kebersihan Diri (Personal Hygine)
Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dengan cara mandi
yang teratur minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian dan alas tempat
tidur serta lingkungan dimana ibu tinggal. Merawat perineum dengan
baik dengan menggunakan antiseptic dan selalu diingat bahwa
membersihkan perineum dari arah depan ke belakang.
6. Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang
dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada
siang hari. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan.Kurang istirahat akan memengaruhi ibu
dalam berbagai hal, di antaranya mengurangi jumlah Air Susu Ibu
(ASI) yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan
memperbanyak perdarahan, serta menyebabkan depresi dan ketidak
mampuan untuk merawat bayi dan dirinya.
7. Kebutuhan Seksual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya
ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Ibu yang baru melahirkan boleh
melakukan hubungan seksual kembali setelah 6 minggu persalinan.
8. Kebutuhan Perawatan Payudara
Ibu menyusui harus menjaga payudara nya untuk tetap bersih dan
kering, menggunakan bra yang menyokong payudara. Apabila putting
susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting
susu setiap kali selesai menyusui, kemudian apabila lecetnya sangat
berat dapat di istirahatkan dalam 24 jam. ASI dikeluarkan dan
diminumkan dengan menggunakan sendok.
9. Latihan Senam Nifas
Selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami
perubahan fisik seperti dinding perut menjadi kendor, longgarnya liang
senggama dan otot dasar panggul. Untuk mengembalikan kepada
keadaan normal dan menjaga kesehatan agar tetap prima, senam nifas
sangat baik dilakukan pada ibu setelah melahirkan. Senam nifas adalah
senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan setiap hari sampai
hari yang kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang
dilakukan untuk mempercepat pemulihan keadaan ibu.
Latihan senam nifas :
1. Hari pertama
Posisi tubuh telentang dan rileks, kemudian lakukan pernapasan
perut diawali dengan mengambil napas melalui hidung,
kembungkan perut dan tahan hingga hitungan ke 5 kemudian
napas pelan-pelan melalui mulut sambil mengkontraksikan otot
perut ulangi sebanyak 8 kali.
2. Hari kedua
Sikap tubuh telentang kedua kaki lurus kedepan. Angkat kedua
tangan lurus keatas sampai kedua telapak tangan bertemu,
kemudian turunkan perlahan sampai kedua tangan terbuka lebar
hingga sejajar dengan bahu. Ulangi sebanyak 8 kali.
3. Hari ketiga
Berbaring rileks dengan posisi tangan di samping badan dan lutut
ditekuk. Angkat pantat perlahan kemudian diturunkan kembali.
Gerakan dilakukan 8 kali.
4. Hari keempat
Posisi tubuh berbaring dengan posisi tangan kiri disamping
badan, tangan kanan diatas perut dan lutut di tekuk. Angkat
kepala sampai dagu menyentuh dada sambil mengerut otot sekitar
anus dan mengkontraksikan otot perut. Ulangi gerakan sebanyak
8 kali.
5. Hari kelima
Tubuh tidur telentang, kaki lurus, bersama-sama mengangkat
kepala sampai dagu menyentuh dada, tangan kanan menjangkau
lutut kiri yang ditekuk, diulang sebaliknya.
6. Hari keenam
Posisi tidur telentang, kaki lurus kedua tangan disamping badan,
kemudian lutut ditekuk kearah perut 900 secara bergantian antara
kaki kiri dan kaki kanan.
7. Hari ketujuh
Posisi tidur telentang, kaki lurus kedua tangan di samping badan.
Angkat kedua kaki secara bersama dalam keadaan lurus sambil
mengkontraksikan perut kemudian turunkan perlahan atur
pernapasan.
8. Hari kedelapan
Posisi nungging, napas melalui pernapasan perut. Kerutkan anus
dan tahan 5-10 detik. Saat anus dikerutkan ambil napas kemudian
keluarkan napas pelan-pelan sambil mengendurkan anus (Asih,
2016).
2.2.6 Tanda Bahaya Masa Nifas
1. Perdarahan lewat jalan lahir,
2. Keluar cairan berbau dari jalan lahir,
3. Bengkak diwajah, tangan dan kaki atau sakit kepala,
4. Kejang-kejang,
5. Demam lebih dari 2 hari,
6. Payudara bengkak, merah disertai rasa sakit,
7. Ibu terlihat sedih murung dan menangis tanpa sebab (depresi)
(Depkes, 2018).
2.2.7 Asuhan Nifas
Tujuan asuhan masa nifas menurut dewi (2014) :
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2. Melaksanakan skrining secara komprehensif, deteksi dini mengobati
atau merujuk bila terjadi komplikasi.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta
perawatan bayi sehari-hari
4. Memberikan pelayanan keluarag berencana (KB)
5. Mendapatkan kesehatan emosi
Program dan Kebijakan Teknis Pelayanan Nifas
Menurut Kemenkes RI (2016) Pelayanan kesehatan ibu nifas oleh bidan dan
dokter dilaksanakan minimal 3 kali yaitu :
1. Kunjungan pertama, dilakukan 6 – 3 hari setelah persalinan tujuan untuk:
a) Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri
b) Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan
rujukan bila perdarahan berlanjut
c) Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah
perdarahan yang disebabkan atonia uteri
d) Pemberian ASI awal
e) Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
f) Menjaga bayi tetap sehat melalui hipotermi
g) Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus
menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama. Setelah kelahiran atau sampai
keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.
2. Kunjungan kedua dilakukan hari ke 4 – 28 hari setelah persalinan Tujuan untuk
:
a) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, uterus berkontraksi
dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada
perdarahan abnormal
b) Menilai adanya tanda - tanda demam, infeksi dan perdarahan
c) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda
kesulitan menyusui
e) Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
3. Kunjungan ketiga, dilakukan hari ke 29 - 42 hari persalinan tujuannya untuk:
a) Menanyakan penyulit - penyulit yang dialami ibu selama masa nifas
b) Memberikan konseling KB secara dini.

2.3 Bayi Baru Lahir


2.3.1 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir
a. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi yang baru lahir normal adalah pada usia kehamilan 37-42 minggu
dan berat badan 2500- 4000 gram (Saputra, 2016). Masa bayi baru lahir
(neonatal) adalah saat kelahiran sampai umur 1 bulan, sedangkan masa
bayi adalah saat bayi umur 1 bulan sampai 12 bulan (prawirohardjo, 2011).
b. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal
Ciri-ciri Bayi Baru Lahir normal menurut Sondakh Tahun 2013 adalah :
1. Lahir aterm antara 37 – 42 minggu,
2. Berat badan lahir bayi antara 2500 – 4000 gram,
3. Panjang badan 48 – 50 cm,
4. Lingkar dada 32 – 34 cm,
5. Lingkar kepala 33 – 35 cm,
6. Lingkar lengan 11 – 12 cm,
7. Frekuensi denyut jantung 120 – 160 x/menit,
8. Pernafasan 40 – 60 x/menit,
9. Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan subkutan yang
cukup,
10. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna,
11. Kuku agak panjang dan lemas,
12. Nilai APGAR >7 ,
13. Gerakan aktif,
14. Bayi lahir langsung menangis kuat,
15. Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil
pada pipi dan daerah mulut),
16. Refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik,
17. Refleks morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk
dengan baik,
18. Refleks grasping (menggenggam) sudah baik,
19. Genetalia
a) Pada laki – laki kematangan ditandai dengan testis yang
berada pada skrotum dan penis yang berlubang.
b) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan
uretra yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora.
20. Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam
pertama. Mekonium memiliki kareteristik hitam kehijauan dan
lengket(Sondakh, 2013).
2.3.2 Perawatan Bayi Baru Lahir
1. Pertolongan pada saat bayi lahir
a. Sambil menilai pernapasan secara cepat, letakkan bayi dengan
handuk di atas perut ibu.
b. Dengan kain yang bersih dan kering atau kasa, bersihkan darah
atau lendir dari wajah bayi agar jalan udara tidak terhalang.Periksa
ulang pernapasan bayi, sebagian besar bayi akan menangis atau
bernafas secara spontan dalam waktu 30 detik setelah lahir.
2. Perawatan Mata
Obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk
pencegahan penyakit mata akibat klamidia (penyakit menular
seksual). Obat diberikan pada jam pertama persalinan dan langsung
diteteskan pada mata bayi segera setelah bayi lahir.
3. Perawatan lain-lain
a. Lakukan perawatan tali pusat dengan cara :
1) Selalu cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
sebelum dan sesudah memegang bayi,
2) Jangan memberikan apapun pada tali pusar,
3) Rawat tali pusar terbuka dan kering,
4) Bila tali pusar kotor atau basah, cuci denganair bersih dan
sabun mandi dan keringkan dengan kain bersih
(Depkes, 2018).
b. Dalam waktu 24 jam diberikan imunisasi BCG, polio dan
hepatitis B.
c. Orangtua diajarkan tanda-tanda bahaya bayi.
1) Pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali/menit.
2) Warna kuning, biru, atau pucat.
3) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk,
berdarah.
4) Tidak feses/kemih dalam 24 jam, feses lembek, sering
kejang, tidak bisa tenang, menangis terus-menerus.
d. Pemberian ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam, mulai
dari hari pertama (Sondakh, 2013).
2.3.3 Adaptasi Fisiologi BBL
Konsep mengenai adaptasi Bayi Baru Lahir adalah sebagai berikut :
1. Memulai segera pernafasan dan perubahan dalam pola sirkulasi.
2. Dalam 24 jam setelah lahir, system ginjal, gastrointestinal,
hemoglobin, metabolic, dan system neurologis bayi baru lahir harus
berfungsi secara memadai untuk mempertahankan kehidupan
ekstrautei.
Setiap Bayi Baru Lahir akan mengalami periode transisi, yaitu :
1. Periode ini merupakan fase tidak stabil selama 6-8 jam pertama
kehidupan yang akan dilalui oleh seluruh bayi dengan mengabikan usia
gestasi atau sifat persalinan atau melahirkan.
2. Pada periode pertama reaktivitas (segera setelah lahir), akan terjadi
pernapasan cepat (dapat mencapai 80 kali/menit) dan pernapasan
cuping hidung yang berlangsung sementara.
3. Setelah respon awal ini, Bayi Baru Lahir ini akan menjadi tenang,
relaks, dan jatuh tertidur. Tidur pertama ini dikenal (sebagai fase tidur)
terjadi dalam 2 jam setelah kelahiran dan berlangsung beberapa menit
sampai beberapa jam.
4. Periode reaktivitas, dimulai ketika bayi bangun, ditandai dengan respon
berlebihan terhadap stimulus, perubahan warna kulit dari merah muda
menjadi agak sianosis, dan denyut jantung cepat.
5. Lendir mulut dapat menyebabkan masalah yang bermakna, misal
tersedak/aspirasi, tercekik, dan batuk(Sondakh, 2013).
2.3.4 Penilaian APGAR Skor
Penilaian keadaan umum bayi dimulai satu menit setelah lahir dengan
menggunakan nilai APGAR. Penilaian berikutnya dilakukan pada menit
kelima dan kesepuluh. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi
menderita asfiksia atau tidak(Sondakh, 2013).
TABEL 2.13
Nilai APGAR Score

Tanda Nilai : 0 Nilai : 1 Nilai : 2


Appearance Pucat Badan merah, Seluruh tubuh
(warna kulit) ekstremitas biru kemerahan

Pulse rate Tidak ada < 100 >100


(frekuensi nadi)
Grimace Tidak ada Sedikit gerakan Batuk/bersin
(reaksi rangsang) mimik (grimace)
Activity Tidak ada Ekstremitas dalam Gerakan aktif
(tonus otot) sedikit fleksi
Respiration Tidak ada Lemah/tidak Baik/menangis
(pernapasan) teratur

(Sondakh, 2013)
Keterangan :
1. Nilai 1-3 Asfiksia Berat,
2. Nilai 4-6 Asfiksia Sedang,
3. Nilai 7 -10 Asfiksia Ringan (normal).
Nilai 7-10 pada menit pertama menunjukan bahwa bayi berada dalam
kondisi baik. Nilai 4-6 menunjukkan adanya depresi sedang dan
membutuhkan beberapa jenis tindakan resusitasi. Bayi dengan nilai 0-3
menunjukkan depresi serius dan membutuhkan resusitasi segera dan
mungkin memerlukan ventilasi (Sondakh, 2013).

2.3.5 Manajemen Bayi Baru Lahir


Menurut Prawirohardjo,2016 Manajemen Bayi Baru Lahir meliputi :
1. Pengaturan Suhu
Bayi kehilangan panas melalui empat cara, yaitu :
a. Konduksi : melalui benda-benda padat yang berkontak dengan
kulit bayi.
b. Konveksi : pendinginan melalui aliran udara di sekitar bayi.
c. Evaporasi : kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit
bayi yang basah.
d. Radiasi : melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontak
secara langsung dengan kulit bayi.
2. Resusitasi Neonatus
Resusitasi neonatus tidak rutin dilakukan pada semua bayi baru
lahir. Akan tetapi, penilaian untuk menentukan apakah bayi
memerlukan resusitasi harus dilakukan pada setiap neonatus oleh
petugas terlatih dan kompeten dalam resusitasi neonatus. Pada bayi
sehat dengan napas spontan, tonus baik dan ketuban jernih, tidak
dilakukan resusitasi, tetapi tetap harus dilakukan perawatan rutin. Bila
bayi gagal bernapas spontan, hipotonus, atau ketuban keruh bercampur
mekonium, maka harus dilakukan langkah-langkah resusitasi.
3. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi pernapasan,
mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan
inkubator, menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan
mencegah infeksi nosokomial. Kadar bilirubin bayi juga lebih cepat
normal karena pengeluaran mekonium lebih cepat sehingga dapat
menurunkan insiden ikterus bayi baru lahir.
4. Pengikatan dan Pemotongan Tali Pusat
Penanganan tali pusat di kamar bersalin harus dilakukan secara
asepsis untuk mencegah infeksi tali pusat dan tetanus neonatorum. Cuci
tangan dengan sabun dan air bersih sebelum mengikat dan memotong
tali pusat. Tali pusat diikat pada jarak 2-3 cm dari kulit bayi, dengan
menggunakan klem yang terbuat dari plastik, atau menggunakan tali
yang bersih (lebih baik bila steril) yang panjangnya cukup untuk
membuat ikatan yang cukup kuat (± 15 cm). Kemudian tali pusat
dipotong pada ± 1 cm di distal tempat tali pusat diikat, menggunakan
instrumen yang steril dan tajam.

5. Perawatan Tali Pusat


Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat dalam
minggu pertama secara bermakna mengurangi insiden infeksi pada
neonatus. Yang terpenting dalam perawatan tali pusat ialah menjaga
agar tali pusat tetap kering dan bersih. Cuci tangan dengan sabun dan
air bersih sebelum merawat tali pusat. Bersihkan dengan lembut kulit di
sekitar tali pusat dengan kapas basah, kemudian bungkus dengan
longgar/tidak terlalu rapat dengan kasa bersih/steril.
6. Pelabelan
Label nama bayi atau nama ibu harus dilekatkan pada pergelangan
tangan atau kaki sejak di ruang bersalin. Pemasangan dilakukan dengan
sesuai agar tidak terlalu ketat ataupun longgar sehingga mudah lepas.
7. Profilaksis Mata
Pemberian antibiotik profilaksis pada mata terbukti dapat
mencegah terjadinya konjungtivitis. Profilaksis mata yang sering
digunakan yaitu tetes mata silver nitrat 1 %, salep mata eritromisin, dan
salep mata tetrasiklin. Ketiga preparat ini efektif untuk mencegah
konjungtivitis gonore.
8. Pemberian Vitamin K
1. Jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1.
2. Vitamin K1 diberikan intramuscular atau oral.
3. Dosis untuk semua bayi baru lahir :
a. Intramuscular , 1 mg dosis tunggal.
b. Oral, 3 kali @ 2 mg, diberikan pada waktu bayi baru lahir, umur 3-
7 hari, dan pada saat bayi berumur 1 – 2 bulan.
9. Pengukuran Berat dan Panjang Lahir
Bayi yang baru lahir harus ditimbang berat lahirnya dua hal yang
selalu ingin diketahui orang tua tentang bayi yang baru lahir adalah
jenis kelaminn dan beratnya pengukuran dilakukan menggunakan
stadiometer bayi dengan menjaga bayi dalam posisi lurus.

10. Memandikan Bayi


Saat mandi bayi berada dalam keadaan telanjang dan basah
sehingga mudah kehilangan panas.Suhu ruang saat memandikan bayi
harus hangat (> 25ºC) dan suhu air yang optimal adalah 40ºC untuk
bayi kurang dari 2 bulan dan dapat berangsur turun sampai 30ºC untuk
bayi diatas 2 bulan.
Penilaian awal Bayi Baru Lahir yaitu :
1. Apakah Bayi cukup bulan.
2. Apakah bayi bernapas/ tidak megap-megap.
3. Apakah tonus otot baik/ bayi bergerak aktif. Jika penilaian pada Bayi
Baru Lahir normal, maka lakukan manajemen Bayi Baru Lahir
normal, yaitu :
a. Jaga kehangatan bayi.
b. Bersihkan jalan napas dengan isap lensir pada hidung dan mulut
jika perlu.
c. Keringkan.
d. Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-
kira 2 menit setelah lahir.
e. Lakukan inisiasi menyusui dini (IMD).
f. Berikan suntikan vitamin K1 1mg intramuskular, di paha kiri
anterolateral setelah Inisiasi Menyusui DiniBeri salep mata
antibiotik tetrasiklin 1% pada kedua mata.
g. Pemeriksaan fisik Bayi Baru Lahir.
h. Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 ml intramuskular, di paha kanan
anterolateral, kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1.
2.3.6 Tanda Bahaya Pada Bayi Baru Lahir
a. Tidak mau menyusu.
b. Kejang-kejang.
c. Lemah.
d. Sesak nafas (lebih besar atau sama dengan 60 kali/menit), tarik
dinding dada bagian bawah ke dalam.
e. Bayi merintih atau menangis terus menerus.
f. Tali pusar kemerahan sampai dinding perut, berbau atau bernanah.
g. Demam/panas tinggi.
h. Mata bayi bernanah.
i. Diare / buang air besar cair lebih dari 3 kali sehari.
j. Kulit dan mata bayi kuning.
k. Tinja bayi saat buang air besar berwarna pucat (Depkes, 2018).
2.3.7 Imunisasi
Imunisasi bertujuan untuk melindungi anak dari penyakit, mencegah anak
cacat, dan mencegah kematian anak. Imunisasi dan fungsi nya adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.14
Jadwal Imunisasi
Umur Jenis Imunisasi

0 bulan HB 0

1 bulan BCG, Polio 1

2 bulan DPT/HB 1, Polio 2

3 bulan DPT/HB 2, Polio 3

4 bulan DPT/HB 3, Polio 4


9 bulan Campak

18 bulan DPT-HB lanjutan dan campak lanjutan

(Depkes, 2018

Tabel 2.15
Manfaat Imunisasi

Imunisasi Penyakit yang Bisa dicegah

Hepatitis B Mencegah hepatitis B (kerusakan hati)

BCG Mencegah TBC/Tuberkulosis (Sakit paru-


paru)

Polio Mencegah polio (lumpuh layuh pada


tungkai kaki dan lengan tangan)

3 Mencegah difteri (penyumbatan jalan


napas), batuk rejan (batuk 100 hari), dan
tetanus.

Campak Mencegah campak (radang paru, radang


otak dan kebutaan)

(Depkes, 2018)
1.2 BAYI BALITA
2.4.1 Pengertian
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi
pada tiap makhluk. Pada manusia terutama anak-anak, proses tumbuh
kembang ini terjadi dengan sangat cepat, terutama pada periode tertentu.

2.4.2 Ciri-ciri dan Prinsip-prinsipTumbuh Kembang


2.1 Ciri – ciri tumbuh kembang anak
1. Perkembangan menimbulkan perubahanperkembangan terjadi
bersama dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai
perubahan fungsi.
2. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati
satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan
sebelumnya.
3. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda sebagaimana pertumbuhan dan perkembangan mempunyai
kecepatan yang berbeda-beda,baik dalam pertumbuhan fisik
maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada
masing-masing anak.
4. Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan
Anak sehat, bertambah umur, bertambah besar dan tinggi badannya
serta bertambah kepandaiannya.
5. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap-tahap perkembangan tidak bisa menjadi terbalik.
6. Perkembanagn mempunyai pola yang tetap.
Perkembanagn fungsi organ tubuh mempunyai dua pola, yaitu pola
sefalokaudal dan pola proksimodistal.

2.2 Prinsip – prinsip tumbuh kembang


1. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar.
Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan
sendirinya sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar
merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha
melalui belajar. Anak memperoleh kemampuan menggunakan
sumber yang diwariskan dan pola potensi yang dimiliki anak.
2. Pola perkembanagn dapat diramalkan.Terdapat persamaan pola
perkembangan bagi semua anak. Dengan demikian perkembangan
seorang anak dapat diramalkan. Perkembangan berlangsung dari
tahapan spesifik dan terjadi berkesinambungan.

2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak


Masa lima tahun pertama merupakan masa terbentuknya dasar –
dasar kepribadian manusia. Kemampuan pengindraan, berfikir,
ketrampilan, berbahasa dan berbicara, bertingkah laku sosial dll. Ada 2
faktor yang mempengaruhi proses tumbuh kembang optimal seorang anak
yaitu :
a. Faktor dalam
1) Ras/etnik dan bangsa
2) Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika maka ia tidak
memiliki faktor hereditas ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.
3) Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi,
pendek, gemuk atau kurus.
4) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal,
tahun pertama kehidupannya.
5) Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat
daripada laki–laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas,
pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.
6) Genetik
7) Genetic (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi
anak akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik
yang bepengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
8) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan
pertumbuhan seperti ada sindrom downs dan sindrom turner.
a. Faktor luar (eksternal)
a. Faktor prenatal
1. Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan
akan mempengaruhi pertumbuhan janin.
2. Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan
congenital seperti club foot.
3. Toksin/zat kimia
Beberapa obat – obatan seperti aminopterin, thalidomide dapat
menyebabkan kelainan congenital seperti palatoskisis.
4. Endokrin
Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia,
kardiomegali, hyperplasia adrenal.
5. Radiasi
Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan
kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi
mental, dan deformitas anggota gerak, kelainan congenital
mata, kelainan jantung.
6. Infeksi
Infeksi pada trimester I dan II oleh TORCH (Toxoplasam,
Rubella, Citomegalo virus, dan Herpes simpleks) dapat
menyebabkan kelainan pada janin : katarak, bisu tuli,
mikrosefali, retardasi mental, dan kelainan jantung congenital.

7. Kelainan imunologi
Eritroblastosis fetals timbul atas dasar perbedaan golongan
darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibody
terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta
masuk ke dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan
hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia
dan kern ikterus yang menyebabkan kerusakan jaringan otak.
8. Anoksia embrio
Anoksia embrio disebabkan oleh jaringan fungsi plasenta
menyebabkan pertumbuhan terganggu
9. Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan
mental pada ibu hamil dan lain-lain.
b. Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia
dapat menyebabkan kerusakan otak.
c. Faktor pasca salin
(a) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang
adekuat.
(b) Penyakit kronis/kelainan congenital
Tuberculosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan
retardasi pertumbuhan jasmani.
(c) Lingkungan fisis dan kimia
Lingkungan adalah tempat anak tersebut hidup yang berfungsi
sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider) sanitasi
lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari,
paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, merkuri, rokok,
dll).
(d) Psikologis
Hubungan anak dengan orang di sekitarnya, seorang anak yang
tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu
merasa tertekan akan mengalami hambatan di dalam
pertumbuhan dan perkembangannya.
(e) Endokrin
Gangguan hormone, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
(f) Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan,
kesehatan lingkungan yang jelek, dan ketidaktahuan, akan
menghambat pertumbuhan anak.
(g) Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu anak sangat
mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Perkembangan memerlukan rangsang/stimulasi khususnya
dalam keluarga, misalnya penyediaan alat main, sosialisasi
anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap anak.
(h) Obat – obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat
perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan
terhambatnya produksi hormone pertumbuhan.
2.4.4 Periode Perkembangan
Perkembangan anak secara umum terdiri dari :
a. Periode prenatal
Terjadi pertumbuhan yang cepat dan sangat penting karena terjadi
pembentukan organ dan system organ anak. Selain itu hubungan antara
kondisi itu memberi dampak pada pertumbuhannya.
b. Periode bayi
Periode ini terdiri dari neonatus (0-28 hari) dan bayi (28-12 bulan).
Pada periode ini pertumbuhan dan perkembangan yang cepat terutama
pada aspek kognitif, motorik dan social.

c. Periode kanak-kanak awal


Terdiri atas anak usia 1-3 tahun yang disebut toddler dan prasekolah 3-
6 tahun. Toddler menunjukkan perkembangan motorik yang lebih
lanjut pada usia prasekolah. Perkembangan fisik lebih lambat dan
relative menetap.
d. Periode kanak-kanak pertengahan
Periode ini dimulai pada usia 6-11 tahun dan pertumbuhan anak laki-
laki sedikit lebih meningkat dari pada perempuan dan perkembangan
motoric lebih sempurna.
e. Periode kanak-kanak akhir
Merupakan fase transisi yaitu anak mulai masuk usia remaja pada usia
11-18 tahun. Perkembangannya yang mencolok pada periode ini
adalah kematangan identitas seksual dengan perkembangannya organ
reproduksi.

2.4.5 Kebutuhan Dasar Anak


a. Kebutuhan fisik biomedis (ASUH) meliputi :
1. Pangan/gizi merupakan kebutuhan terpenting.
2. Perawatan kesehatan dasar, antara lain imunisasi, pemberian ASI,
penimbangan bayi/anak yang teratur, pengobatan kalau sakit dll.
3. Papan/pemukinan yang layak.
4. Higiene perorangan, sanitasi (lingkungan).
5. Sandang.
6. Kesegaran jasmani, rekreasi.
b. Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH)
1. Terjadi sejak usia kehamilan 6 bulan.
2. Kasih sayang orang tua dapat memberikan rasa aman.
3. Anak diberikan contoh, dibantu, ditolong dan dihargai, bukan
dipaksa.
4. Ciptakan suasana yang penuh kegembiraan
5. Pemberian kasih sayang dapat membentuk harga diri anak. Hal ini
bergantung pada pola asuh, terutama pola asuh, terutama pada asuh
demokrasi dan kecerdasan emosional.
6. Kemandirian
7. Dorongan dari orang disekelilingnya
8. Mendapat kesempatan dan pengalaman.
9. Menumbuhkan rasa memiliki
10. Kepemimpinan dan kerja sama
Pola pengasuhan keluarga yang terjadi atas :
b. Demokrasi (autoritatif)
c. Dictator (otoriter) yang sering menghukum atau menganiaya
anaknya (child abuse).
d. Permisif (serba boleh).
e. Tidak diperbolehkan.
Pemberian kasih sayang juga dapat membentuk temperamen
anak, seperti penurut (easy), sulit diatur (difficult), dan pemalu
(slow to warm up).
c. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)
1. Stimulasi merupakan cikal bakal proses pembelajaran anak,
stimulasi ini terdiri atas pendidikan dan pelatihan.
2. Stimulasi dini berasal dari rangsangan yang ada di lingkungan
anak, seperti bermain, berdiskusi, dll. Selain itu, stimulasi ini juga
bisa berasal dari orang tua.
3. Stimulasi ini dapat merangsang hubungan antar sel otak (sinaps).
4. Miliaran sel otak dibentuk sejak kehamilan berusia 6 bulan. Pada
saat itu belum ada hubungan antar sel otak.Bila ada rangsangan,
maka akan terbentuk rangsangan yang semakin kompleks. Dengan
demikian dapat merangsang otak kiri dan kanan, sehingga
terbentuklah multiple intelligent dan juga kecerdasan yang lebih
luas dan tinggi

5. Stimulasi melalui bermain


Cara mrngembangkan kemampuan tersebut bisa melalui
rangsangan suara, music, gerakan, perabaan, bicara, bernyanyi,
bermain, memecahkan masalah, mencorat-coret atau menggambar.
Waktu stimulasidilakukan :
a. Stimulasi dapat dilakukan sejak janin berusia 23 minggu pada
masa-masa ini merupakan awal terjadinya sinaptogenesis.
Stimulasi dilanjutkan sampai anak berusia 3 tahun ketika
sinaptogenesis berakhir dan berakhir dan usia 14 tahun yang
merupakan akhir pruning.
b. Semakin dini dan semakin lama stimulasi diberikan, maka
akan semakin besar dan lama manfaatnya.
6. Kebutuhan akan stimulasi.
a) Stimulasi dapat menunjang perkembangan mental psikososial
(agama, etika, moral, kepribadian, kecerdasan, kreativitas,
ketrampilan, dsb).
b) Stimulasi dapat terjadi di lingkungan pendidikan informal,
formal dan non formal.

2.4.6 Anamnesis TumbuhKembang Anak


1. Anamnesis factor prenatal dan perinatal
Merupakan factor yang terpenting untuk mengetahui
perkembangan anak. Anamnesis harus menyangkut factor resiko
untuk terjadinya gangguan perkembangan fisik dan mental anak
termasuk factor resiko untuk buta, tuli, palsi serebralis, dll.
Anamnesis juga menyangkut penyakit keturunan dan apakah ada
perkawinan antar keluarga.
2. Kelahiran premature
Harus dibedakan antara bayi premature (SMK : Sesuai Masa
Kehamilan) dan bayi dismatur (KMK : Kecil Masa Kehamilan)
dimana telah terjadi retardasi pertumbuhan intrauterine.
Pada bayi premature, karena dia lahir lebih cepat dari kelahiran
normal, maka harus diperhitungkan periode pertumbuhan
intrauterine yang tidak sempat dilalui tersebut.
3. Anamnesis harus menyangkut factor lingkungan yang
mempengaruhi perkembangan anak. Misalnya untuk meneliti
perkembangan motorik pada anak, harus ditanyakan berat
badannya. Karena erat hubungannya dengan perkembangan
motorik tersebut.
4. Penyakit–penyakit yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang
dan malnutrisi.
5. Anamnesis kecepatan pertumbuhan anak
Merupakan informasi yang sangat penting yang harus ditanyakan
pada ibunya pada saat pertama kali datang.
6. Pola perkembangan anak dalam keluarga
Perkembangan anggota keluarga lainnya,karena ada kalanya
perkembangan motorik dalam keluarga tersebut dapat lebih cepat.

2.4.7 Perkembangan Anak Balita


Periode penting dalam tumbang anak adalah masa balita.
Perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, dan keadaan social
emosional dan intelegensi berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya. Perkembangan moral sertadasar-dasar
kepribadian juga dibentuk pada masa-masa ini sehingga setiap
kelainan/penyimpangan seksual apapun. Apabila tidak terdeteksi dan tidak
ditangani dengan baik maka akan mengurangi kualitas perkembangan.
Melalui DDST (Denver Development Screening Test) terdapat 4
parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak
balita yaitu :
a. Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan.
b. Fine motor adaptif (gerakan motoric halus)
Aspek yang b/d kemampuan anak untuk melakukan gerakan yang
melibatkan bagian tubuh dan dilakukan otot-otot kecil memerlukan
koordinasi yang cermat missal: ketrampilan menggambar.
c. Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberi respon terhadap suara, mengikuti
perintah berbicara spontan.
d. Gross motor (motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Beberapa “Milestone” pokok yang harus diketahui dalam
mengikuti taraf perkembangan secara awal. Milestone adalah
tingkat perkembangan yang harus dicapai anak umur tertentu
misalnya:
1) 4-6 minggu : tersenyum spontan, dapat mengeluarkan suara 1-2
minggu kemuadian.
2) 10-16 minggu : menegakkan kepala, tengkurap sendiri, menoleh
kearah suara.
3) 20 minggu : meraih benda yang didekatkan kepadanya.
4) 26 minggu : dapat memindahkan benda dari satu tangan ketangan
yang lain.
5) 9-10 bulan : menunjuk dengan jari telunjuk, memegang benda
dengan jari telunjuk dan ibu jari.
6) 1-3 bulan : berjalan tanpa bantuan, mengucapkan kata-kata
tunggal.

2.5 Deteksi Dini Komplikasi


2.5.1 Konsep Dasar KPD
1. Pengertian
Ketuban pecah dini atau premature rupture of membranes (PROM)
adalah kondisi ketika kantung ketuban pecah sebelum waktu persalinan
dimulai.

2. Klasifikasi
Menurut (Prawirohardjo, 2013) dalam bukunya menjelaskan
Ketuban Pecah Dini (KPD) dalam kehamilan dibagi menjadi 2
golongan yaitu :
a. KPD preterm yaitu ketuban pecah sebelum usia kehamilan 37
minggu

b. KPD aterm yaitu ketuban pecah sesudah usia kehamilan 37


minggu. Sedangkan KPD yang memanjang adalah KPD yang
terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan

2.5.2 Etiologi
Adapun penyebab terjadinya ketuban pecah dini merurut (Manuaba,
2007)
yaitu sebagai berikut:
a. Multipara dan Grandemultipara
b. Hidramnion
c. Kelainan letak: sungsang atau lintang
d. Cephalo Pelvic Disproportion (CPD)
e. Kehamilan ganda
f. Pendular abdomen (perut gantung)

Adapun hasil penelitian yang dilakukan (Rahayu and Sari 2017)


mengenai
penyebab kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin bahwa
kejadian KPD
mayoritas pada ibu multipara, usia ibu 20-35 tahun, umur kehamilan
≥37 minggu,pembesaran uterus normal dan letak janin preskep

2.5.3 Manifestasi Klinis


Tidak mudah menentukan ketuban sudah pecah atau belum apabila
pembukaan kanalis servikalis belum ada atau kecil. Menurut Rukiyah
(2010) tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban yang
merembes melalui vagina, yang jika disertai demam, bercak vagina
yang banyak, nyeri perut, dan DJJ bertambah cepat merupakan tanda
terjadi infeksi. Menurut Mochtar (2008) cara menentukannya, yaitu :
a. Terdapat cairan bercampur mekonium, vornik caseosa, dan rambut
lanugo.
b. Terdapat cairan ketuban pada vagina, jika tidak ada dapat diuji
dengan menggerakan bagian terendah janin dengan perlahan atau
meminta pasien batuk atau sedikit mengedan, akan terlihat cairan
menjadi lebihbanyak.
c. Cairan dapat keluar ketika tidur, duduk atau saat aktifitas seperti
berjalan atau berdiri.
d. Terkadang cairan berwarna putih, jernih atau hijau, dan
e. Apabila ketuban sudah lama pecah akan terjadi infeksi yang ditandai
dengan pasien demam.

2.5.4 Patofisiologi
Pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya elastisitas pada
daerah tepi robekan selaput ketuban. Hilangnya elastisitas selaput
ketuban ini sangat erat kaitannya dengan jaringan kolagen, yang dapat
terjadi karena penipisan oleh infeksi atau rendahnya kadar kolagen.
Kolagen pada selaput terdapat pada amnion di daerah lapisan
kompakta, fibroblas serta pada korion di daerah lapisan retikuler atau
trofoblas (Mamede dkk, 2012).

Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertantu terjadi perubahan


biokimia yang menyebabkan selaput ketuban mengalami kelemahan.
Perubahan struktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen menyebabkan
aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah.
Pada daerah di sekitar pecahnya selaput ketuban diidentifikasi sebagai
suatu zona “restriced zone of exteme altered morphologi (ZAM)”
(Rangaswamy, 2012).

Penelitian oleh Malak dan Bell pada tahun 1994 menemukan adanya
sebuah area yang disebut dengan “high morphological change” pada
selaput ketuban di daerah sekitar serviks. Daerah ini merupakan 2 –
10% dari keseluruhan permukaan selaput ketuban. Bell dan kawan-
kawan kemudian lebih lanjut menemukan bahwa area ini ditandai
dengan adanya penigkatan MMP-9, peningkatan apoptosis trofoblas,
perbedaan ketebalan membran, dan peningkatan myofibroblas
(Rangaswany dkk, 2012).

Penelitian oleh (Rangaswamy dkk, 2012), mendukung konsep


paracervical weak zone tersebut, menemukan bahwa selaput ketuban
di daerah paraservikal akan pecah dengan hanya diperlukan 20 -50%
dari kekuatan yang dibutuhkan untuk robekan di area selaput ketuban
lainnya. Berbagai penelitian mendukung konsep adanya perbedaan
zona selaput ketuban, khususnya zona di sekitar serviks yang secara
signifikan lebih lemah dibandingkan dengan zona lainnya seiring
dengan terjadinya perubahan pada susunan biokimia dan histologi.
Paracervical weak zone ini telah muncul sebelum terjadinya pecah
selaput ketuban dan berperan sebagai initial breakpoint (Rangaswamy
dkk, 2012).

Penelitian lain oleh (Reti dkk, 2007), menunjukan bahwa selaput


ketuban di daerah supraservikal menunjukan penigkatan aktivitas dari
petanda protein apoptosis yaitu cleaved-caspase-3, cleaved-caspase-9,
dan penurunan Bcl-2.
Didapatkan hasil laju apoptosis ditemukan lebih tinggi pada amnion
dari pasien dengan ketuban pecah dini dibandingkan pasien tanpa
ketuban pecah dini, danlaju apopsis ditemukan paling tinggi pada
daerah sekitar serviks dibandingkan daerah fundus (Reti dkk, 2007).

Apoptosis yang terjadi pada mekanisme terjadinya KPD dapat melalui


jalur intrinsik maupun ektrinsik, dan keduanya dapat menginduksi
aktivasi dari caspase. Jalur intrinsik dari apoptosis merupakan jalur
yang dominan berperan pada apoptosis selaput ketuban pada
kehamilan aterm. Pada penelitian ini dibuktikan bahwa terdapat
perbedaan kadar yang signifikan pada Bcl-2, cleaved caspase-3,
cleaved caspase-9 pada daerah supraservikal, di mana protein-protein
tersebut merupakan protein yang berperan pada jalur intrinsik. Fas dan
ligannya, Fas-L yang menginisiasi apopsis jalur ekstrinsik juga
ditemukan pada seluruh sampel selaput ketuban tetapi ekspresinya
tidak berbeda bermakna antara daerah supraservikal dengan distal.
Diduga jalur ekstrinsik tidak berperan banyak pada remodeling selaput
ketuban (Reti dkk, 2007).
Degradasi dari jaringan kolagen matriks ektraselular dimediasi ole
enzim matriks metalloproteinase (MMP). Degradasi kolagen oleh
MMP ini dihambat oleh tissue inhibitor matrixmetyalloproteinase
(TIMP). Pada saat menjelang persalinan, terjadi ketidakseimbangan
dalam interaksi antara matrix MMP dan TIMP, penigkatan aktivitas
kolagenase dan protease, penigkatan tekanan intrauterin (Weiss,
2007).

2.5.5 Komplikasi
Komplikasi yang terberat dari KPD adalah kematian ibu dan janin,
namun beberapa komplikasi yang dapat terjadi baik pada ibu maupun
janin adalah sebagai berikut :
Ketuban pecah dini menyebabkan langsung antara dunia luar dan
ruangan dalam rahim, sehingga menyebabkan terjadi infeksi secara
ascenden. Salah satu fungsi selaput ketuban adalah melindungi atau
menjadi pembatas dunia luar dengan ruangan dalam rahim untuk
mengurangi kemungkinan infeksi. Semakin lama periode laten,
semakin besar kemungkinan terjadi infeksi dalam rahim, prematuritas,
dan peningkatan kematian dan kesakitan maternal dan perinatal.
Pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan janin menurut Fadlun
(2012) adalah sebagai berikut:
a. Ibu
1) Infeksi maternal yaitu koriamnionitis ditandai dengan demam
>38°C, takikardi, leukositosis, nyeri pada uterus, cairan vagina
berbau busuk atau bernanah, dan DJJ meningkat.
2) Persalinan prematur, jika terjadi pada usia kehamilan preterm.
3) Prolaps tali pusat hingga gawat janin dan kematian janin akibat
hipoksia. Hal ini sering terjadi pada presentasi bokong atau letak
lintang.
4) Oligohidramnion hingga partus kering (dry labor) karena air
ketuban habis tanpa diikuti tanda persalinan, dan
5) Endometritis serta terjadi sepsis dengan cepat yang dapat
menyebabkan syok septik sampai kematian ibu.
b. Anak
1) Prematuritas yang mengakibatkan terjadinya respiratory distress
syndrome, hipotermia, gangguan makan neonatus, retinopathy of
prematurity, perdarahan intraventikular, necrotizing enterocolitis,
gangguan otak (dan resiko cerebal palsy), hiperbilirubinemia,
anemia, dan sepsis neonatorum.
2) Penurunan tali pusat atau prolaps tali pusat,
3) Hipoksia dan asfiksia sekunder,
4) Sindrom deformitas janin yang terjadi akibat oligohidramnion.
Mengakibatkan diantaranya hypoplasia paru, deformitas
ekstermitas, dan pertumbuhan janin terhambat, dan
5) Morbiditas dan mortalitas perinatal.

2.5.6 Faktor yang mempengaruhi KPD


Menurut (Morgan, 2009), Kejadian Pecah Dini (KPD) dapat
disebabkan oleh beberapa faktor meliputi :
a. Usia
Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh
terhadap kesiapan ibu selama kehamilan maupun mengahdapi
persalinan. Usia untuk reprosuksi optimal bagi seorang ibu adalah
antara umur 20-35 tahun. Di bawah atau di atas usia tersebut akan
meningkatkan risiko kehamilan dan persalinan. Usia seseorang
sedemikian besarnya akan mempengaruhi sistem reproduksi, karena
organ-organ reproduksinya sudah mulai berkuarng kemampuannya dan
keelastisannya dalam menerima kehamilan (Sudarto, 2016).

b. Sosial Ekonomi
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan
kuantitas kesehatan di suatu keluarga. Pendapatan biasanya berupa uang
yang mempengaruhi seseorang dalam mempengaruhi kehidupannya.
Pendapatan yang meningkat merupakan kondisi yang menunjang bagi
terlaksananya status kesehatan seseorang. Rendahnya pendapatan
merupakan rintangan yang menyebabkan seseorang tidak mampu
memenuhi fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan (BPS, 2005).

c. Paritas
Paritas merupakan banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari
anak pertama sampai dengan anak terakhir. Adapun pembagian paritas
yaitu primipara, multipara, dan grande multipara. Primipara adalah
seorang wanita yang baru pertama kali melahirkan dimana janin
mencapai usia kehamilan 28 minggu atau lebih. Multipara adalah
seorang wanita yang telah mengalalmi kehamilan dengan usia
kehamilan 28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilan 2 kali atau
lebih. Sedangkan grande multipara merupakan seorang wanita yang
telah mengalami hamil dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan
telah melahirkan buah kehamilannya lebih dari 5 kali (Wikjosastro,
2007).
Wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan pernah mengalami
KPD pada kehamilan sebelumnya serta jarak kelahiran yang terlampau
dekat diyakini lebih berisiko akan mengalami KPD pada kehamilan
berikutnya (Helen, 2008). Kehamilan yang terlalu sering, multipara atau
grademultipara mempengaruhi proses embriogenesis, selaput ketuban
lebih tipis sehingga mudah pecah sebelum waktunya. Pernyataan teori
dari menyatakan semakin banyak paritas, semakin mudah terjadinya
infeksi amnion karena rusaknya struktur serviks pada persalinan
sebelumnya. KPD lebih sering terjadi pada multipara, karena penurunan
fungsi reproduksi, berkurangnya jaringan ikat, vaskularisasi dan servik
yang sudah membuka satu cm akibat persalinan yang lalu (Nugroho,
2010).

c. Anemia
Anemia pada kehamilan merupakan adalah anemia karena
kekurangan zat besi. Jika persendian zat besi minimal, maka setiap
kehamilan akan mengurangi persendian zat besi tubuh dan
akhirnya menimbulkan anemia. Pada kehamilan relatif terjadi
anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodelusi atau
pengencangan dengan penigkatan volume 30% sampai 40% yang
puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Pada ibu hamil
yang mengalami anemia biasanya ditemukan ciri-ciri lemas, pucat,
cepat lelah, mata berkunang-kunang. Pemeriksaan darah dilakukan
minimal 2 kali selama kehamilan yang pada trimester pertama dan
trimester ke tiga. Dampak anemia pada janin antara lain abortus,
terjadi kematian intrauterin, prematuritas, berat badan lahir rendah,
cacat bawaan dan mudah infeksi. Pada ibu, saat kehamilan dapat
mengakibatkan abortus, persalinan prematuritas, ancaman
dekompensasikordis dan ketuban pecah dini (Manuaba, 2009).

e. Perilaku Merokok
Kebiasaan merokok atau lingkungan dengan rokok yang
intensitas tinggi dapat berpengaruh pada kondisi ibu hamil. Rokok
menggandung lebih dari 2.500 zat kimia yang teridentifikasi
termasuk karbonmonoksida, amonia, aseton, sianida hidrogen, dan
lain-lain. Merokok pada masa kehamilan dapat menyebabkan
gangguan-gangguan seperti kehamilan ektopik, ketuban pecah dini,
dan resiko lahir mati yang lebih tinggi (Sinclair, 2003).

f. Riwayat KPD
Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian
ketuban pecah dini dapat berpengaruh besar terhadap ibu jika
menghadapi kondisi kehamilan. Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4
kali mengalami ketuban pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya
KPD secara singkat ialah akibat penurunan kandungan kolagen dalam
membran sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban
pecah preterm. Wanita yang pernah mengalami KPD pada kehamilan
menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih
beresiko dari pada wanita yang tidak pernah mengalami KPD
sebelumnya karena komposisi membran yang semakin menurun pada
kehamilan berikutnya.

f. Serviks yang Inkompetensik Inkompetensia


serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otototot leher
atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit
membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan
desakan janin yang semakin besar. Inkompetensia serviks adalah serviks
dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkan laserasi
sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan
kongenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan
tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua
atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan
selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi.

i. Tekanan Intra Uterin


Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, misalnya : 1) Trauma :
berupa hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis. 2) Gemelli :
Kehamilan kembar dalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada
kehamilan gemelli terjadinya distensi uterus yang berlehihan, sehingga
menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlehihan. Hal ini terjadi
karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung
(selaput ketuban) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang
menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah
(Novihandari, 2016).
2.5.7 Penatalaksanaan
Pastikan diagnosis terlebih dahulu kemudian tentukan umur
kehamilan, evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi
janin serta dalam keadaan inpartu terdapat gawat janin. Penanganan
ketuban pecah dini dilakukan secara konservatif dan aktif, pada
penanganan konservatif yaitu rawat di rumah sakit (Prawirohardjo,
2009).

Masalah berat pada ketuban pecah dini adalah kehamilan dibawah


26 minggu karena mempertahankannya memerlukan waktu lama.
Apabila sudah mencapai berat 2000 gram dapat dipertimbangkan
untuk diinduksi. Apabila terjadi kegagalan dalam induksi makan akan
disetai infeksi yang diikuti histerektomi. Pemberian kortikosteroid
dengan pertimbangan akan menambah reseptor pematangan paru,
menambah pematangan paru janin. Pemberian batametason 12 mg
dengan interval 24 jam, 12 mg tambahan, maksimum dosis 24 mg, dan
masa kerjanya 2-3 hari, pemberian betakortison dapat diulang apabila
setelah satu minggu janin belum lahir. Pemberian tokolitik untuk
mengurangi kontraksi uterus dapat diberikan apabila sudah dapat
dipastikan tidak terjadi infeksi korioamninitis. Meghindari sepsis
dengan pemberian antibiotik profilaksis (Manuaba, 20008).

Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada ibu hamil aterm atau


preterm dengan atau tanpa komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit.
Apabila janin hidup serta terdapat prolaps tali pusat, pasien dirujuk
dengan posisi panggul lebih tinggi dari badannya, bila mungkin
dengan posisi sujud. Dorong kepala janin keatas degan 2 jari agar tali
pusat tidak tertekan kepala janin. Tali pusat di vulva dibungkus kain
hangat yang dilapisi plastik.

Apabila terdapat demam atau dikhawatirkan terjadinya infeksi saat


rujukan atau ketuban pecah lebih dari 6 jam, makan berikan antibiotik
penisilin prokain 1,2 juta UI intramuskular dan ampisislin 1 g peroral.
Pada kehamilan kurang 32 minggu dilakukan tindakan konservatif,
yaitu tidah baring, diberikan sedatif berupa fenobarbital 3 x 30 mg.
Berikan antibiotik selama 5 hari dan glukokortikosteroid, seperti
deksametason 3 x 5 mg selama 2 hari. Berikan pula tokolisis, apanila
terjadi infeksi maka akhiri kehamilan. Pada kehamilan 33-35 miggu,
lakukan terapi konservatif selama 24 jam kemudian induksi persalinan.
Pada kehamilan lebih dari 36 minggu dan ada his maka pimpin
meneran dan apabila tidak ada his maka lakukan induksi persalinan.
Apabila ketuban pecah kurang dari 6 jam dan pembukaan kurang dari
5 cm atau ketuban pecah lebih dari 5 jam pembukaan kurang dari 5 cm
(Sukarni, 2013).

Sedangkan untuk penanganan aktif yaitu untuk kehamilan > 37


minggu induksi dengan oksitosin, apabila gagal lakukan seksio
sesarea. Dapat diberikan misoprostol 25µg – 50µg intravaginal tiap 6
jam maksimal 4 kali (Khafidoh, 2014).
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN, NIFAS, BBL, BAYI
BALITA SEHAT DAN DETEKSI DINI KOMPLIKASI
DI PUSKESMAS KOTA KARANG
BANDAR LAMPUNG

3.1 Persalinan
PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Jumat, 15 September 2023
Pukul : 07.00 Wib
Oleh : Nehradilsha Kirana Dara Pramudiva

KALA I
S : DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama ibu :Ny. S Nama Suami : Tn. M
Umur : 24 Tahun Umur : 33 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Teluk Semangka, Lk I RT 004, Kota Karang

2. Anamnese
Pada tanggal : 15 September 2022
Pukul : 07.00 Wib
Oleh : Nehradilsha Kirana Dara Pramudiva

a. Keluhan Utama : Ibu mengatakan mulai merasa sakit pada perut bagian
depan yang menjalar dari daerah pinggang, sifat rasa sakit datang dan
menghilang semakin lama semakin sakit.
b. Riwayat Hamil Sekarang
1) Riwayat Menstruasi
a) HPHT : 09 Desember 2022
b) Taksiran Partus : 16 September 2023
c) UK : 39 minggu 5 hari
d) Lamanya : 7 Hari
Banyaknya : 3x ganti pembalut
Siklus : 30 hari
e) Konsistensi : Cair
f) Teratur/tidak : Teratur
2) Pola Nutrisi
 Sebelum Hamil
Ibu mengatakan makan 3 kali sehari porsi sedang, seperti nasi, lauk
pauk, sayur, minum air putih sebanyak 8-9 gelas/hari.
 Selama Hamil
Ibu mengatakan makan 2 kali sehari seperti, nasi, lauk-pauk,sayur
dan air minum air putih sebanyak 8 gelas/hari
3) Pola Eliminasi
BAB : 2x/hari
BAK : 5x/hari
4) Pola Aktifitas sehari-hari :
a) Istirahat dan tidur
siang : 2-3 jam
malam : 9 jam
b) Pekerjaan: Ibu mengatakan dapat mengerjakan pekerjaan rumah
dengan di bantu suami

Hamil Persalinan Nifas


ke Tanggal Umur Jenis Komplikas JK BB Bayi Laktasi Kom
Kehamilan persalinan i Lahir plika
si
1 13- 01- 39 Mgg Normal - P 38 Norm Iya -
2019 00 al
Hamil
saat ini
5) Imunisasi : Ibu mengatakan pertama kali imunisasi TT saat SD,
kemudian imunisasi lagi saat akan menikah.
6) Kontrasepsi yang pernah digunakan
Ibu mengatakan belum pernah memakai alat kontrasepsi

b. Riwayat Obstetrik : G1P0A0

c. Riwayat Kesehatan
 Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit apapun
 Ibu mengatakan dikeluarganya tidak ada riwayat penyakit apapun

d. Riwayar social
 Ibu mengatakan kehamilan ini sangat diinginkan
 Ibu mengatakan jenis kelamin yang diinginkan adalah perempuan
 Ibu mengatakan status perkawinan yang sah
 Ibu mengatakan susunan keluarga yang tinggal serumah adalah suami dan
istri
 Ibu mengatakan pemegang keputusan dalam keluarga adalah suami
 Ibu mengatakan tidak menganut kepercayaan yang berhubungan dengan
kehamilan.
O : DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compesmetris
Keadaan emosional : Stabil
TTV : TD : 120/80mmHg
R : 20x/mnt
N : 78 x/mnt
S : 36˚C
2. Pemeriksaan Fisik
a) Dada : Payudara simetris kanan dan kiri, putting susu menonjol,
tidak terdapat benjolan, tidak ada nyeri tekan, aerola
mengalami hiperpegmentasi, sudah ada pengeluran
colostrum.
b) Abdomen : Tidak terdapat luka bekas operasi, tidak terdapat benjolan,
pembesaran sesuai usia kehamilan, terdapat linea nigra.
Leopold I : TFU 3 jari di bawah PX, difundus uteri teraba
agak bulat, lunak dan tidak melenting (bokong)
Leopold II : Pada bagian kiri perut ibu teraba keras, memanjang, ada
tahanan seperti papan (punggung). Pada bagian kanan perut
ibu teraba bagian-bagian kecil janin (ekstremitas)
Leopold III : Bagian terbawah perut ibu teraba keras, bulat dan tidak
melenting sukar digerakkan sudah masuk PAP (kepala)
Leopold IV : Bagian terendah janin sudah masuk PAP (divergen).
DJJ : DJJ (+), frekuensi 144 x/menit terdengar pada punctum
maximum kuadran kiri bawah perut ibu
Mc.Donald : 33 cm
His : 4 kali dalam 10 menit, Lamanya 40 detik
TBJ berdasarkan rumus Johnson Tausack
:(TFU-11)x 155
:(33-11)x155
: 3410
c) Ekstremitas
atas : tidak odema, tidak pucat.
bawah : tidak odema, tidak pucat, tidak ada varises.
d) Anogenital
Inspeksi
Pada perineum tidak terdapat bekas luka jaitan, vulva dan vagina tidak
terdapat varises, pengeluaran pervaginam lendir bercampur darah, anus
tidak ada hemoroid.
Periksa dalam jam 07.15 WIB
Atas indikasi untuk mengetahui inpartu atau belum dan mengetahui tanda-
tanda persalinan
Perineum : Tidak ada luka parut
Vulva : Tidak ada varises
Dinding vagina : Tidak Sistokel dan Rectokel
Portio : Tebal Lunak
Pendataran : > 60%
Pembukaan serviks : 6 cm
Presentasi : Kepala
Ketuban : Positif(+)
Penunjuk : UUK
Posisi : Depan
Penurunan : Hodge II
Molase : Tidak ada
His : Frekuensi 4x dalam 10 menit lamanya
50 detik
3. Data Penunjang
 USG : Dilakukan
 Loboratorium darah :
Kadar HB : 11 gr%
Golongan Darah :B
Kadar lekosit : tidak di periksa
 Laboratorium urine
Protein urine : Negatif
Glukosa urine : Negatif

A :ASSASMENT
Ny.S usia 24 th G2P1A0 usia hamil 39 minggu 6 hari kala 1 fase aktif janin
tunggal hidup intra uterine presentasi kepala.

P :PLANNING
1. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan pada ibu dan tentang keadaannya
saat ini. TTV
TD : 120/80 mmHg
S : 36,7° C
N : 78x/m
RR : 20 x/m
pembukaan : 6 cm
Evaluasi : Ibu dan keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan.
2. Menjelaskan kepada ibu mengenai keluhannya yaitu merasa kenceng-
kenceng, terasa sakit di bagian bawah perutnya dan menjalar hingga ke
pinggang, dan keluarnya lendir bercampur darah adalah tanda-tanda
mulainya persalinan. Ibu dianjurkan untuk tetap tenang dan mengatur nafas
bila ada kontraksi yaitu dengan cara menarik nafas melalui hidung dan
dikeluarkan melalui mulut secara perlahan-lahan. Hal ini bermanfaat sebagai
teknik relaksasi ibu untuk mengurangi rasa nyeri. Evaluasi : Ibu mengerti
mengenai penjelasan keluhannya dan mulai merasa tenang lalu mengatur
nafas bila ada kontraksi
3. Menganjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman dan aman , seperti
posisi duduk atau setengah duduk, jongkok, dan miring kekiri.
Evaluasi: Ibu memilih posisi miring kekiri
4. Mengobservasi kemajuan persalinan dalam lembar partograf seperti HIS, DJJ,
nadi setiap 30 menit, TD setiap 4 jam , Suhu setiap 2 jam, dan PD setiap 1
jam atas indikasi kontraksi atau bila ada indikasi agar kemajuan persalinan
dapat terpantau serta keadaan ibu dan janin dapat terkontrol dengan baik
sehingga dapat mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
5. Mengajarkan ibu untuk cara mengedan yang benar ketika pembukaan sudah
lengkap yaitu tangan merangkul paha sampai kesiku, kepala diangkat, mata
membuka dan melihat keperut, gigi dikatupkan, mengedan seperti BAB keras
dan tidak bersuara. Agar tenaga ibu lebih maksimal
Evaluasi: Ibu sudah mengerti dan akan melakukannya
6. Menganjurkan suami atau keluarga untuk mendampingi dan memberikan
dukungan kepada ibu agar ibu semangat dan merasa nyaman dalam proses
persalinan
Evaluasi: Suami dan keluarga sudah mendampingi
7. Menganjurkan pada ibu untuk tetap minum di sela-sela kontraksi untuk
mempertahankan tenaga ibu dan asupan untuk persiapan persalinan.
Evaluasi: Ibu mengerti dan sudah minum teh hangat
8. Menganjurkan padaa ibu untuk tetap BAK dan tidak menahannya agar
kandung kemih tidak penuh, karena jika penuh akan mengganggu penurunan
kepala janin ke jalan lahir.
Evaluasi: Ibu sudah mengerti dan mau melakukannya
9. Menyiapkan alat-alat persalinan
a) Persiapan penolong: celemek, masker, kacamata, alas kaki, handscoon
b) Persiapan alat
1. Partus set : kateter nelaton, setengah koher, 2 klem tali pusat,gunting
tali pusat, gunting episiotomi, kassa steril, penjepit tali pusat,
handscoon 2 pasang yang berada dalam wadah steril berpenutup.
2. Heating set: pinset, nald puder, benang heating
3. Bak instrument kecil : spuit 3cc berisi 1 amp oxytocin
4. Waskom berisi larutan klorin 0,5%,air sabun dan air bersih
5. Perlengkapan resusitasi dan perlengkapan bayi
6. Wadah plasenta
c) Perlengkapan lain
1. Perlengkapan bayi: Baju bayi, bedong , popok, handuk, topi, dan kain
untuk menyelimuti bayi.
2. Kantung plastic untuk wadah plasenta
3. Pakaian bersih ibu
4. Waslap dan kain
5. Pembalut ibu
6. underpet
Perlengkapan telah disiapkan

KALA II

S: DATA SUBJEKTIF

a. Ibu mengatakan perutnya semakin mulas dan ingin BAB


b. Ibu mengatakan semakin sering kontraksi dan ingin meneran saat kontraksi
datang
O: DATA OBJEKTIF

A. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmetris
Keadaan emosional : Stabil
TTV : TD : 120/80 mmHg
R : 20x/menit
N : 78x/menit
S : 36˚C

B. Pemeriksaan Fisik
a) Anogenital
Inspeksi
1. Adanya tanda gejala kala II yaitu:
a. Vulva membuka
b. Perineum menonjol
c. Tekanan Pada anus
d. Dorongan meneran
2. Periksa dalam pukul 09.00 WIB
a. Periksa dalam
Atas indikasi untuk memastikan pembukaan lengkap
Dinding vagina : tidak ada sistokel dan rectokel
Portio : Tidak teraba lagi
Presentasi : Kepala
Pembukaan : 10 cm
Ketuban : pecah spontan jernih
Penunjuk : UUK
Posisi : UUK Depan
Penyusupan : Tidak Ada Molase
Penurunan : Hodge III
His : 5x dalam 10 menit 50 detik
b. Auskultasi
DJJ : Teratur (+) frekuensi 145x/menit

A: ASSASMENT
Ny. S usia 24 th G2P1A0 usia kehamilan 39 minggu 6 hari persalinan kala II janin
tunggal hidup intra uterine presentasi kepala.

P: PLANNING

1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang dilaksanakan bahwa


saat ini usia kehamilan Ibu 39 minggu 6 hari, TTV: TD: 120/80mmHg, N:
80x/m,R:20x/m,S: 36°C , adanya tanda dan gejala kala II seperti dorongan
ingin meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol dan vulva membuka.
Ibu dan keluarga sudah diberitahu
2. Siapkan pertolongan persalinan, siap alat dan siap penolong dan dekatkan
alat-alat untuk menolong persalinan
Alat-alat sudah di dekatkan
3. Memposisikan ibu untuk litotomi yaitu tangan merangkul paha, mata tidak
boleh di tutup, dagu di dekatkan pada dada dan mengedan seperti ingin BAB.
Ibu mengerti dan sudah melakukannya
4. Mengajarkan ibu mengedan yang baik dan benar sewaktu ada his, yaitu
mengaitkan kaki dengan kedua siku, dekatkan paha ke perut, mata membuka
dan melihat kearah perut, dagu menyentuh dada, mulut dikatupkan serta
mengedan dengan tidak bersuara, anjurkan ibu untuk beristirahat saat tidak
ada kontraksi
Ibu mengerti dan sudah melakukannya dengan baik
5. Memberikan ibu minum teh manis hangat, saat tidak ada his supaya ibu ada
tenaga untuk meneran
Ibu sudah diberikan teh dan sudah dikonsumsi
6. Melakukan pertolongan persalinan
a. Setelah kepala bayi berada 5-6 cm di depan vulva, letakkan kain bersih
dan kering diatas perut ibu,dan lindungi perinium dengan satu tangan
yang di lapisi kain steril di 1/3 alas bokong dan letakkan tangan lain di
atas kepala bayi dan melakukan tekanan yang lembut dan tidak
menghambat lahirnya kepala bayi, dan membiarkan kepala bayi lahir
perlahan-lahan.
b. Setelah kepala bayi lahir. Periksa lilitan tali pusat pada leher bayi apabila
ada longgarkan dan apabila lilitan tali pusat kuat maka klem di dua sisi
dan potong
c. Tunggu bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan kemudian
tangan biparietal, tarik lembut kebawah untuk melahirkan bahu depan
dan tarik lembut keatas untuk melahirkan bahu belakang, lalu susuri
badan bayi dengan tangan kiri. Bayi lahir spontan pukul 09.15 wib
menangis kuat, kulit kemerahan, jenis kelamin perempuan.
d. Letakkan bayi diatas kain yang ada di perut ibu, palpasi perut ibu untuk
mengetahui ada atau tidaknya janin ke 2.
e. Jika tidak ada janin ke 2 maka suntikkan oksitosin 10 iu IM di paha distal
lateral
f. Jepit tali pusat dengan klem tali pusat sekitar 3 cm dari perut bayi lalu
klem lagi 2 cm dari klem pertama.
g. Pegang diantara 2 klem lindungi perut bayi dan potong tali pusat.
h. Jepit tali pusat dengan klem lalu keringkan dan selimuti bayi dengan
handuk/kain yang kering dan bersih dan ganti kain yang basah dengan
yang kering dan bersih.
i. Memberikan bayi kepada ibu untuk IMD (Inisiasi Menyusui Dini)
dengan cara bayi di tengkurapkan di atas dada ibu biarkan bayi mencari
putting susu ibu selama 1 jam

KALA III

S : DATA SUBJEKTIF

a. Ibu mengatakan masih merasa mulas pada perutnya


b. Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya

O : DATA OBJEKTIF

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Compesmetris

3. keadaaan emosional : Stabil

4. TFU : Sepusat

5. Kandung kemih : Kosong

6. kontraksi uterus : Baik

7. Terdapat pelepasan plasenta :Terdapat tanda-tanda plasenta yaitu :

Perubahan bentuk tinggi fundus uteri, tali pusat memanjang, dan ada

semburan darah tiba-tiba.

A :ASSASMENT

Ny.S P1A0 inpartu kala III

P: PLANNING

1. Meletakkan bayi diatas perut ibu untuk IMD


Bayi sudah diletakkan diatas perut ibu dan IMD berhasil selama 1 jam
2. Melakukan palpasi abdomen untuk mengetahui kemungkinan adanya janin
kedua dengan meletakkan kain bersih diatas perut ibu
Palpasi sudah dilakukan dan dipastikan sudah tidak ada janin kedua
3. Memberikan injeksi oksitosin 10 unit secara IM untuk merangsang kontraksi
uterus sehingga dapat membantu pelepasan plasenta.
Ibu telah diinjeksi oksitosin secara IM di 1/3 paha ibu bagian luar
4. Memindahkan klem kedepan vulva degan jarak 5-10 cm, untuk melakukan
peregangan tali pusat terkendali dengan tangan kanan dan tangan kiri
mendorong fundus ke arah dorso kranial untuk mengetahui plasenta telah
lepas atau belum jika tali pusat memanjang ketika ditarik, dan tiba-tiba ada
semburan darah dipastikan plasenta sudah lepas
5. Melahirkan plasenta secara perlahan lahan dengan melakukan pemutaran
searah jam sehingga selaputnya terpilin. Setelah lahir periksa kelengkapannya
lalu ukur plasenta
Plasenta lahir pukul 09.30 WIB dengan berat plasenta ± 560 gram, diameter
+20 cm, tebal + 2,5 cm, panjang tali pusat ± 50 cm, insesi lateralis,
pendarahan kala III ± 100 cc
6. Memeriksa kelengkapan plasenta
Plasenta lahir lengkap berat plasenta : 560 gram, Panjang tali pusat 50 cm,
insersi sentralis, kotiledon 20 , diameter 20 cm
Plasenta sudah diperiksa
7. Memeriksa luka jalan lahir tidak terdapat luka jalan lahir
prenieum sudah diperiksa tidak terdapat luka laserasi atau robekan jalan lahir
8. Melakukan massase pada fundus uteri segera setelah lahir sebanyak 15 kali,
dan ajarkan ibu untuk melakukannya
Kontraksi uterus baik, uterus bulat, keras, TFU 2 jari di bawah pusat,
perdarahan ± 100cc.

KALA IV
S : DATA SUBJEKTIF

a. Ibu mengatakan perutnya masih mulas

b. Ibu mengatakan bahwa ia lelah

O : DATA OBJEKTIF

a. Kesadaran : Baik
b. Keadaan umum : Compesmetris
c. TTV
TD : 110/90 mmHg
RR : 20 x/menit
N : 78x/menit
S : 36,8oC0
d. Kontraksi : Baik
e. TFU : 2 jari dibawah pusat
f. Kandung kemih : : Kosong
g. Perineum : Tidak ada robekan
h. Pengeluaran : Lochea rubra

A :ASSASMENT

Ny.S P2A0 kala IV

P :PLANNING

1. Jelaskan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan


Menjelaskan keadaan ibu dan keluarga hasil pemeriksaan saat ini dengan hasil
TTV TD : 100/70mmHg
RR : 78x/menit
N : 20x/menit
S : 36,8oC0
Kontraksi : Baik
Ibu sudah tahu keadaannya
2. Memberikan penjelasan pada ibu bahwa mulas-mulas yang di rasakan adalah
fisiologis yang di sebabkan adanya kontraksi uterus untuk mengembalikan
rahim seperti keadaan semula
Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan merasa lebih tenang
3. Mengajarkan kepada ibu dan kelaurga cara memeriksa kontraksi uterus dan
massase uterus yaitu dengan cara tangan ibu melakukan gerakan memutar
searah jam diatas fundus uteri ±15 detik sebanyak 15kali atau sampai rahim
teraba keras kembali untuk mencegah perdarahaan pasca persalinan
Ibu dan keluarga sudah diajarkan massase fundus uteri
4. Memberikan rasa nyaman kepada ibu dengan cara membersihkan badan ibu
dengan menggunakan air DTT dan menggantikan pakaian bersih
Ibu sudah dibersihkan dan digantikan pakaian bersih
5. Melakukan pengawasan kala IV yaitu: Memeriksa fundus uteri 2-3 kali dalam
15 menit pertama pasca persalinan, setiap 15 menit pada 1 jam peratama
pasca persalinan, setiap 20-30 menit pada jam ke dua pasca persalinan
Kontraksi uterus baik
6. Memindahkan ibu keruang perawatan setelah 2 jam pasca persalinan
Ibu sudah dipindahkan keruang perawatan setelah 2 jam pasca persalinan
7. Memberikan ibu makan dan minum untuk menambah energi untuk pemulihan
pasca melahirkan
Ibu sudah diberikan makan dan minum
8. Memberitahu ibu untuk menyusi bayinya sesuai kebutuhan bayi tanpa
makanan tambahan sampai bayi berusia 6 bulan ( ASI ekslusif )
Ibu mengerti dan akan mematuhinya
9. Mendekotaminasikan alat-alat persalinan dengan larutan klorin 0,5 % selama
10 menit, mencuci dengan air sabun dan membilas dengan air bersih dan
diseterilisasikan agar alat siap pakai kembali
Alat sudah didekontaminasi
10. Membersihkan tempat bersalin agar ibu merasa nyaman
Tempat sudah dibersihkan
11. Melakukan observasi selama 2 jam (kala IV) untuk memantau keadaan ibu
12. Melengkapi partograf
Partograf sudah dilengkapi
3.2 Masa Nifas

KUNJUNGAN KE-1 (6 -8 Jam Post Partum)

Pada Tanggal : 15 September 2023

Pukul : 15.00 WIB

Oleh : Nehradilsha Kirana Dara Pramudiva

SUBJEKTIF (S)

A. Anamnese

1. Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas


2. Ibu mengatakan masih merasa lelah
3. Ibu mengatakan sudah bisa menyusui bayinya dengan baik
4. Ibu mengatakan ibu makan-makanan yang diberikan bidan seperti nasi, telur,
sayuran hijau dan buah-buahan untuk menambah tenaga
5. Ibu mengatakan masih keluar darah sedikit saat BAK
6. Ibu mengatakan sudah bisa berjalan perlahan ke kamar mandi di temani
suami
7. Riwayat perkawinan : Menikah usia 20 tahun
8. Riwayat menstruasi : Manarche : umur 15 tahun
Siklus : 30 hari
Disminorhea : Tidak ada rasa nyeri
Banyaknya : 3 kali ganti pembalut
9. Riwayat persalinan
1) Tempat melahirkan : Puskesmas Kota Karang
2) Penolong : Bidan
3) Jenis persalinan : Spontan Pervaginam
4) Komplikasi : Tidak Ada
5) P1A0
Lama persalinan : Kala I : 2 jam
Kala II : 15 menit
Kala III : 15 menit
Kala IV : 2 jam
Jumlah : 4 jam 30 menit

6) Waktu pecahnya ketuban : 09.00 WIB


7) Keadaan air ketuban : Jernih
8) Jumlah perdarahaan : Kala I : Blotslim
Kala II :+50cc
Kala III :+100cc
Kala IV :+100cc +
Total pendarahan : +250 cc
9) Lilitan tali pusat : Tidak ada
10) Obat-obatan yang diberikan : Oksitosin 1 ampul
11) Bayi jenis kelamin : Perempuan
Berat Badan : 4000 gr
Panjang Badan : 50 cm
Anus : +
12) Placenta
a. Lahir : Spontan
b. Panjang tali pusat : ± 50 cm
c. Dimeter : ± 20 cm
d. Tebal : ± 2 cm
e. Berat : ± 500 gram
f. Selaput kotiledon : Lengkap
g. Kelainan : Tidak ada
13) Perineum : Tidak ada luka heating

OBJEKTIF (O)

• Riwayat Post partum


KU : Baik
Keadaan emosional : composmentis
TTV
TD : 110/90 mmHg
R : 23x / m
N : 85x/m
S : 36,5 c
• Payudara
Pengeluaran : sedikit
Bentuk : simetris
Puting susu : menonjol
• Abdomen
Tinggi fundus uterus : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus : normal
Konsistensi uterus : baik
• Pengeluaran lochea
Lochea : Rubra
Warna : merah segar
Baunya : khas darah (anyir )
Jumlah : 200 cc
Konsistensi : berwarna merah segar
• Perineum utuh
• Kandung kemih : Kosong
• Ekstremitas : tidak kemerahan, tidak oedema , reflex
dengan normal

ASSASMENT (A)
Ny. S P2A0 pospartum 6 jam normal

PENATALAKSANAAN (P)
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada ibu agar ibu
mengetahui kondisi kesehatannya saat ini
TD : 110/90 mmHg
R : 78 x/menit
N : 20 x/menit
T : 360C
Ibu tampak tenang dan senang setelah mengetahui kondisinya dalam keadaan
sehat
2. Menjelaskan pada ibu bahwa rasa mulas pada perutnya merupakan faktor
fisiologis karna ada proses involusi atau kembalinya rahim keukuran semula.
Ibu tampak sudah mengerti alasan mulas yang dirasakan ibu adalah faktor
fisiologis dan ibu tampak sudah tak cemas lagi
3. Menganjurkan ibu istirahat yang cukup agar tenaga ibu dapat pulih kembali
pasca persalinan.
Ibu mengatakan sudah mengerti dan ibu sudah mau istirahat setelah menyusui
bayinya.
4. Menganjurkan ibu untuk memakan makanan yang bergizi seimbang seperti
sayuran – sayuran hijau, buah – buahan, ikan, tempe, daging,air putih, telur,
dan susu untuk membantu mengembalikan kesehatan dan memperbanyak
ASI.
Ibu sudah makan makanan yang bergizi dan melakukannya setiap hari
5. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan genitalianya untuk mencegah
infeksi dan melakukan perawatan luka perineum
Ibu sudah mengerti dan akan menjaga kebersihan alat genitalia
6. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini, untuk memulihkan organ – organ
reproduksinya dengan cara berbaring, setelah duduk, atau berbaring dan
miring kiri kanan, lalu mencoba berjalan- jalan disekitar kamar
Ibu sudah bisa berjalan perlahan ke kamar mandi di temani suami
7. Mengobservasi pengeluaran petvaginam
Terdapat perdarahan yang normal : Lochea rubra
8. Menganjurkan ibu minum tablet Fe 1 kali sehari selama masa nifas dan
vitamin A dengan dosis 200.000 2 kali setelah melahirkan. Pemberian
pertama setelah melahirkan dan pemberian kedua selang waktu minimal 24
jam, tidak lebih dari 6 minggu setelah melahirkan.
Ibu mengatakan akan meminum tablet Fe selama masa nifas dan vitamin
9. Memberitahu ibu cara perawatan payudara Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam melaksanakan perawatan payudara pascapersalinan, yaitu:
a. Putting susu dikompres dengan kapas minyak selama 3 – 4 menit,
kemudian dibersihkan dengan kapas minyak tadi.
b. Pengenyalan, yaitu putting susu dipegang dengan ibu jari dan jari
telunjuk, diputar ke dalam sebanyak 5 – 10 kali dan diputar ke luar
sebanyak 5 – 10 kali.
c. Pengurutan payudara, yang terdiri dari pengurutan pertama, kedua,
ketiga, dan keempat.
1) Pengurutan pertama
a) Licinkan telapak tangan dengan menggunakan sedikit minyak
atau baby oil.
b) Letakkan kedua tangan diantara kedua payudara menghadap ke
bawah. Mulai dari tengah telapak tangan melingkari payudara
dari bagian tengah ke arah atas, ke samping kana-kiri selanjutnya
menuju ke arah bawah, lalu ke arah atas dan angkat. Kemudian,
lepaskan tangan dengan cepat ke arah depan sehingga tangan
menyangga payudara.
c) Lakukan sebanyak 20 kali selama 5 menit
2) Pengurutan kedua
a) Gunakan kembali baby oil untuk melicinkan telapak tangan.
b) Topang payudara kiri oleh telapak tangan kiri dan jari-jari tangan
kanan saling dirapatkan, lalu buat gerakkan memutar dengan dua
atau tiga jari tangan kanan sambil menekan mulai dari pangkal
payudara dan berakhir pada putting susu.
c) Lakukan hal yang sama pada payudara kanan dengan gerakan
yang sama.
3) Pengurutan ketiga
a) Licinkan telapak tangan dengan baby oil.
b) Topang payudara kiri dengan telapak tangan kiri.
c) Kepalkan jari-jari tangan kanan seperti menggenggam, kemudian
dengan buku-buku jari (tulang kepalan), tangan kanan mengurut
payudara kiri dari pangkal ke arah putting susu. Untuk payudara
kanan, lakukan gerakan yang sama.
d) Lakukan sebanyak 20 kali selama 5 menit.
4) Pengurutan keempat
a) Berikan rangsangan payudara dengan menggunakan air hangat
dan dingin.
b) Kompres payudara dengan air hangat terlebih dahulu, kemudian
lanjutkan dengan air dingin. Lakukan secara bergantian selama 5
menit.
5) Menyelesaikan breast care
a) Bersihkan dan keringkan payudara. Kenakan bra yang menyangga
payudara.
Evaluasi : Ibu sudah mengerti bagaimana cara perawatan payudara dan akan
melakukan perawatan payudara.
10. Menjekaskan pada ibu tanda-tanda bahaya nifas
a. Infeksi Nifas
b. Infeksi Saluran Kemih
c. Metritis
d. Bendungan Payudara
e. Infeksi Payudara
f. Abses Payudara
g. Abses Pelvis
h. Peritonitis
i. Infeksi Luka Perineum dan Luka Abdominal
j. Perdarahan Pervagina
Ibu telah mengerti tentang tanda-tanda bahaya masa nifas dan ibu
mengatakan akan segera ketenaga kesehatan apabila terjadi tanda-tanda
bahaya seperti diatas
11. Menganjurkan ibu melakukan kunjungan ulang seminggu lagi atau apabila
ada keluhan. Dengan melakukan kunjungan ulang dapat memantau kesehatan
ibu dan bayinya.
Evaluasi :Ibu mengatakan akan melakukan kunjungan ulang satu minggu lagi
atau apabila ada keluhan
3.3 Bayi Baru Lahir
KUNJUNGAN KE-1
Tanggal : 15 Septembr 2023
Pukul : 15.00WIB
Oleh : Nehradilsha Kirana Dara Pramudiva

IDENTITAS BAYI
Nama : By. Ny. S
Tanggal lahir : 15 September 2023
Pukul : 09.15 WIB
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke : 2 ( Dua )

IDENTITAS ORANG TUA


Nama ibu : Ny. S Nama Suami : Tn.M
Umur : 24 Tahun Umur : 33 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl.Teluk Semangka Lk I RT 003, Kota Karang
SUBJEKTIF (S)
1. Ibu mengatakan sudah melahirkan anak yang kedua berjenis kelamin
perempuan pada tanggal 15 Septemberr 2023 pukul 09.15 WIB. Jenis
persalinan yaitu spontan pervaginam.
2. Ibu mengatakan bayi lahir dengan spontan dan menangis kuat
3. Ibu mengatakan bayi lahir dengan kulit kemerahan
4. Ibu mengatakan melakukan IMD selama 1 jam setelah bayi lahir
5. Riwayat persalinan
1) Tempat melahirkan : Puskesmas Kota Karang
2) Penolong : Bidan
3) Jenis persalinan : Spontan
4) Komplikasi : Tidak ada
5) P1A0
Lama persalinan : Kala I : 2 Jam
Kala II : 15 menit
Kala III : 15 menit
Kala IV : 2 jam +
Jumlah : 4 jam 30 menit
6) Waktu pecahnya ketuban : 09.00 WIB
7) Keadaan air ketuban : Jernih

8) Jumlah perdarahaan : Kala I : Blotslim


Kala II :+50cc
Kala III :+100cc
Kala IV :+ 100cc +
Total pendarahan : +250 cc
9) Lilitan tali pusat : Tidak ada
10) Obat-obatan yang diberikan : salep mata, vitamin K, HB0
11) Bayi jenis kelamin : Perempuan
Berat Badan :4000 gr
Panjang Badan : 50 cm
Anus : + (positif)
12) Placenta
a. Lahir : Spontan
b. Panjang tali pusat : ± 50 cm
c. Dimeter : ± 20 cm
d. Tebal : ± 2 cm
e. Berat : ± 500 gram
f. Selaput kotiledon : Lengkap
g. Kelainan : Tidak ada
OBJEKTIF (O)
1. Keadaan umum : baik
2. APGAR SCORE
Aspek yang Menit
Nilai : 0 Nilai : 1 Nilai : 2 Menit 1
dinilai 2

Tubuh merah,
Appearance Pucat/seluruh Seluruh tubuh
ekstremitas 2 2
(Warna kulit) tubuh biru kemerahan
biru
Pulse (Denyut
Tidak ada <100 >100 2 2
jantung)
Grimace (Tonus Ekstremitas
Tidak ada Gerakan aktif 2 2
otot) sedikit fleksi
Aktivity Langsung
Tidak ada Sedikit gerak 2 2
(Aktivitas) menangis
Respiration Lemah/tidak
Tidak ada Menangis 2 2
(Pernafasan) teratur
Jumlah skor 10 10

3. TTV
Suhu : 36,7oC
Pernafasan : 48 x / menit
4. Antropometri
5. Berat Badan : 4000 gram
Panjang Badan : 50 cm
Lingkar Dada : 33 cm
LILA : 10 cm
Lingkar Kepala : 33 cm

6. Keadaan fisik
a. Kepala
Ubun-ubun besar : Datar
Ubun-ubun kecil : Datar
Molase : Tidak ada
Caput succedenum : Tidak ada
Cepal hematoma : Tidak ada
Sutura : Ada
b. Mata
Bentuk : Simetris kanan dan kiri, tidak strabismus
Sklera : An ikterik (putih)
Konjungtiva : Merah muda
Bulu mata : Ada
Kotoran mata : Tidak ada
Pupil : Normal
c. Hidung
Bentuk : Simetris, normal
Lubang hidung : Ada 2 dan dipisahkan oleh septum nasal
Pernafasan cuping hidung : Tidak ada
Pengeluaran : Tidak ada
d. Mulut
Simetris : Ya,kanan dan kiri
Palatum : Normal, tidak ada palatoscizis
Bibir : Normal,tidak ada labioscizis
e. Telinga
Bentuk : Simetris, normal
Lubang telinga : Ada, bersih
f. Leher
Pergerakan : Kepala bebas bergerak ke kanan dan kiri
g. Dada
Bentuk : Datar
Pergerakan dan rongga dada : Simetris, kanan dan kiri, teratur
Bunyi jantung : Normal berbunyi lup dup
Paru – paru : Normal tidak ada wheezing, ronchi
h. Abdomen
Bentuk : Simetris
Tali pusat : Masih basah
i. Punggung, pinggang, dan bokong
Fleksibilitas pinggang,dan bokong : Baik, dapat bergerak bebas
Tonjolantulangpunggung : Tidak ada
Lipatan bokong : Ada
Anus : ( +) Ada
j. Genitalia
Jenis kelamin : Perempuan
BAK pertama kali : Pukul 13.30 WIB
BAB pertama kali :-
k. Ekstremitas
1) Tangan
Pergerakan : Aktif
Jari tangan : Lengkap kanan dan kiri
2) Kaki
Pergerakan : Aktif
Jari tangan : Lengkap kanan dan kiri
Reflex moro dan menggenggam baik.
Refleks babinsky dan refleks normal baik
3) Warna Kulit : kemerahan, ada rambut lanugo.
7. Pola nutrisi
Makanan : ASI
Pemberian : Sesuai kebutuhan bayi
8. Pemeriksaan reflek
Refleks rooting : Ada, (mencari puting susu dengan rangsangan
taktil pada pipi dan daerah mulut)
Refleks sucking : Ada, (isap dan menelah) sudah terbentuk dengan
baik
Refleks morro : Ada, (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah
terbentuk dengan baik
Refleks grasping : Ada, (menggenggam) sudah baik
ASSASEMENT (A)
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 jam.
PLANNING (P)

1. Memberitahu ibu dan keluarganya hasil pemeriksaan yang telah dilakukan,


Suhu : 36,7°C, Pernafasan : 48 x / menit, BB: 4000 gram, Panjang Badan :
50 cm, Lingkar Dada : 33 cm, LILA : 10 cm, Lingkar Kepala : 33 cm, Jenis
Kelamin : Perempuan, Anus: +(posistif).
Evaluasi : Ibu dan keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan bayinya
dan ia merasa senang
2. Memberikan vitamin K dengan dosis 1 ml pada paha bagian luar sebelah
kiri secara IM dan berikan salep mata.
Evaluasi : vitamin K dan salap mata sudah diberikan dan bayi sudh
dibedong
3. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya 2 jam sekali agar bayainya tidak
kehausan atau kelaparan.
Eavaluasi : ibu mengerti dan akan melakukan apa yang dianjurkan
4. Memberikan ibu tanda bahaya bayi baru lahir yaitu bayi tiba-tiba lemas,
tidak menangis, suhu tubuhnya menjadi panas atau dingin, tidak mau
minum, mulut mencucu. Jika saat bersamaan ibu bayi mengalami hal
tersebut segera panggil atau membawa kefasilitas kesehatan
Evaluasi : Ibu mengerti tentang apa yang dijelaskan
5. Memberi ibu tentang perawatan sehari-hari pada bayinya yaitu dengan cara
memandikan bayi dipagi dan sore hari, merawat tali pusat dengan cara
menjaga tali pusat agar tetap kering dan bersih. Tali pusat yang selalu kering
akan mempercepat terlepas dari bayi. Bungkus atau tutup tali pusat dengan
menggunakan kasa steril tanpa di tambah apapun.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukan saat dirumah.
6. Memberikan suntik hepatitis B pada paha kiri bayi setelah 1 jam pemberian
vitamin K1. Imunisasi hepatitis B dilakukan untuk mencegah terjangkitnya
penyakit hepatitis B. Hal ini dikarenakan penyakit hepatitis B merupakan
salah satu penyakit yang mudah menularIbu mengerti dan bayi sudah di
suntikan hepatitis B
Evaluasi : Tindakan sudah dilakukan
7. Menganjurkan kepada ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayi yaitu
dengan cara menyelimuti bayi, bayi selalu dibedong, lalu menjemur bayi
dipagi hari batas waktu sampai pukul 10.00 WIB, dijemur selama 10-15
menit dan bayi hangat menggunakan popok saja.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukanapa yang dianjurkan saat
dirumah.
3.4 Bayi Balita Sehat
Tanggal : 17 September 2023
Pukul : 10.00 WIB
Oleh : Nehradilsha Kirana Dara Pramudiva

A. DATA SUBJEKTIF

1. IDENTITAS

IDENTITAS BAYI
Nama : By.Ny.S
Tanggal lahir : 16 Sebtember 2023
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke : 2 (dua)
IDENTITAS AYAH DAN IBU

Nama : Ny.S Nama Suami : Tn.M


Umur : 24 tahun Umur : 23 tahun
Suku/bangsa : Lampung Suku/Bangsa : Lampung
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Teluk Semangka, Lk I RT 004, Kota Karang

2. Alasan masuk : Ingin melakukan imunisasi


3. Keluhan utama : tidak ada
4. Riwayat Anternatal
a. P2A0
b. Riwayat ANC teratur : 4 kali
c. Imunisasi TT : 5 kali
d. Keluhan : Tidak ada
e. Penyakit selama hamil : Tidak ada
f. Kebiasaan makan minum : Makan 3 x sehari, minum 6-8 gelas sehari dan
tidak mengkonsumsi jamu
g. Komplikasi : Tidak ada
5. Riwayat Internatal
a. Lahir tanggal :15 September 2023
b. Jenis persalinan : Spontan
c. Penolong : Bidan
d. Komplikasi : Tidak ada
6. Riwayat Imunisasi
Belum Pernah dilakukan imunuisasi
7. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Makan dan minum : Makan 3x sehari, minum 6 - 8 gelas sehari
b. Eliminasi : BAB 2 x sehari, BAK 3 - 4 x sehari
c. Istirahat : Tidur siang 3 – 4
Malam 8 – 9 jam
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
BB lahir : 4000 gram
BB sekarang : 4000 gram
TTV : Suhu : 36,5’C
Nadi : 120 x/menit
Pernafasan : 45 x/menit
2. Pemeriksaan fisik
- Kulit : Warna kemerahan
- Kepala : Bersih
- Mata : Konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak ikterik, bulu mata ada,
tidak ada kotoran di mata, pupil mata bila didekatkan cahaya mengecil dan
bila dijauhkan akan membesar, tidak ada pendarahan
- Hidung : Tidak terdapat sekret dan tidak ada pembesaran polip
- Telinga : Tidak terdapat pengeluaran sekret
- Mulut : Tidak stomatitis dan reflek menghisap bagus
- Leher : Tidak ada pembesaran
- Dada : Simetris, bunyi jantung normal (lup-dup)
- Genitalia : Tidak ada kelainan
- Anus : Berlubang (+)
- Ekstermitas
- Atas : Jari tangan lengkap, kuku bersih dan gerakan aktif
- Bawah : Jari kaki lengkap, kuku besih dan gerakan aktif
C. ASSASMENT
By. Ny S usia 1 hari dengan imunisasi HB 0
D. PLANNING

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan


BB : 4000 gram
S : 36,5’C
N : 120 x/menit
R : 45 x/menit
- Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan bayinya.
2. Melakukan inform consent

- Inform consent telah dilakukan

3. Menyiapkan alat-alat imunisasi seperti HB0, spuit, kapas alkohol, plaster,


bengkok

- Alat sudah disiapkan

4. Memberikan Imunisasi HB0

- Imunisasi HB0 telah dilakukan

5. Memberikan penjelasan tentang menangani bekas suntikan yaitu dengan cara


dikompres.

- Ibu mengerti dan akan melakukanya.

6. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kesehatan bayinya dan melakukan


kunjungan imunisasi selanjutnya.

- Ibu mengerti dan akan melakukan kunjungan selanjutnya


3.5 Deteksi Dini Kegawatdaruratan

Tanggal Pengkajian : 30 September 2023


Jam : 08.00 Wib
Tempat Praktek : BPM Nurhasanah,S.Tr.Keb
Pengkaji : Desi Mharani

A. PENGKAJIAN (DATA SUBJEKTIF)


7. Identitas
Nama ibu : Ny.S Nama Suami : Tn.Y
Umur : 24 Tahun Umur : 26 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa Suku/Bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl.Ikan Bawal, No.41 Teluk, Kota Karang
8. Anamnesis
a. Keluhan Utama : Ibu menatakan adanya pengeluaran air pervaginam, air
yang keluar sedikit demi sedikit hingga sarung basah. Ibu belum merasa
adanya sakit perut tembus belakang dan belum merasa mules
Ibu mengatakan air keluar sejak kemarin pukul 11.00 wib

b. Riwayat Kehamilan Sekarang


1) Riwayat Menstruasi Hamil Ke-1
HPHT : 12-01-2023
Lamanya : 5-7 hari
Banyaknya : 3x ganti pembalut
Siklus : 28 hari
Teratur/tidak : Teratur
Konsistensi : cair
Taksiran Partus : 19-10-2023
2) Tanda-tanda kehamilan :
Ibu mengatakan terlambat haid, mual muntah dipagi hari dan hasil pp
test (+)
3) Tanda- tanda bahaya kehamilan
1. Nyeri perut / ulu hati yang hebat
2. Gerakan janin berkurang
3. Keluar cairan pervaginam sebelum waktunya (air ketuban)
4) Pergerakan janin dirasakan pertama kali : Ibu mengatakan pergerakan
janin dirasakan pada saat usia kehamilan 16 minggu.
Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir : ibu mengatakan pergerakan
janin terasa ± 15x dalam 24 jam.
5) Pola Makan dan Minum
Sebelum hamil : Ibu mengatakan makan 3x/hari porsi cukup
dengan menu seimbang meliputi nasi, sayur,
lauk dan buah.
Saat hamil : Ibu mengatakan makan 3x/hari porsi cukup
dengan menu seimbang meliputi nasi, sayur,
lauk dan buah.
6) Pola Eliminasi
Sebelum hamil:
BAB : Ibu mengatakan BAB 1x sehari, konsistensi
lembek.
BAK : Ibu mengatakan BAK 3-5x sehari, berwarna
kuning jernih.
Saat hamil:
BAB : Ibu mengatakan BAB 1x sehari, konsistensi
lembek.
BAK : Ibu mengatakan BAK 5-7x sehari, berwarna
kuning jernih.
7) Pola aktivitas sehari-hari
a) Istirahat dan tidur :
Sebelum hamil : Ibu mengatakan tidur siang 1-2 jam,
malam 6-7 jam.
Saat hamil : Ibu mengatakan tidur siang 15 menit,
malam sulit tidur karena sakit pada
pinggang.
b) Seksualitas
Sebelum hamil : Ibu mengatakan hubungan suami istri 1-
2x seminggu.
Saat hamil : Ibu mengatakan hubungan suami istri 1x
seminggu.
c) Pekerjaan
Sebelum hamil : Ibu mengatakan mengerjakan pekerjaan
rumah tangga sehari-hari.
Saat hamil : Ibu mengatakan mengerjakan pekerjaan
rumah tangga sehari-hari dibantu oleh
suami.
8) Imunisasi : Ibu mengatakan sudah melakukan imunisasi
TT 3
9) Obat yang pernah di gunakan :
Ibu mengatakan tidak mengkonsumsi obat-obatan kecuali yang
diberikan oleh bidan yaitu vitamin dan tablet tambah darah (Fe).
10) Kontrasepsi :
Ibu mengatakan belum menggunakan alat kontrasepsi
c. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
No Usia Jenis penolong Penyulit Anak
Kehamilan Tahun Persalinan Jenis BB PB KU
persalinan
1. Hamil saat
ini

d. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat penyakit yang pernah/sedang diderita
Ibu mengatakan memiliki dan sedang mengalami penyakit Preeklamsia

2) Perilaku kesehatan
Ibu mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang,
dan tidak pernah meminum minuman beralkohol.
e. Riwayat Sosial
c) Ibu mengatakan kehamilan ini diinginkan.
d) Ibu mengatakan tidak mempermasalahkan jenis kelamin janinnya
e) Ibu mengatakan status perkawinannya sah
f) Ibu mengatakan susunan keluarga yang tinggal serumah adalah suami,
istri, dan anak.
g) Ibu mengatakan pemegang keputusan dalam keluarga adalah suami
h) Ibu mengatakan tidak menganut kepercayaan (mitos) yang berhubungan
dengan kehamilannya.

f. Riwayat kesehatan keluarga


Ibu mengatakan keluarganya tidak pernah atau sedang mengidap penyakit
menular, menurun, dan menahun seperti hipertensi, TBC, DM, HIV/AIDS,
hepatitis.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umun
d. Keadaan Umum : Baik
e. Kesadaran : Composmentis
f. Postur tubuh : Lordosis
g. Sikap tubuh : Tegak
h. Ekspresi wajah : Tenang
i. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 120/80mmHg
Suhu : 36,50C
Nadi : 80x/menit
Pernafasan : 22x/menit

2. Pemeriksaan Fisik Obstetri


f. Kepala/rambut : Kepala ibu berbentuk bulat, warna rambut
hitam, kondisi rambut panjang dan tidak
rontok, tidak ada ketombe tidak ada benjolan
dan tidak ada nyeri tekan.
g. Wajah : Warna kulit wajah merata, simetris kanan kiri,
tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada
odema, tidak nyeri tekan.
h. Mata : Mata ibu simetris kanan dan kiri, tidak
strabismus, reflek pupil positif, konjungtiva
merah muda, dan sklera warna putih, tidak
ada nyeri tekan.
i. Telinga dan : Telinga ibu simetris kanan kiri, tidak ada
hidung nyeri tekan dan tidak ada serumen. Hidung
simetris kanan kiri, terdapat bulu hidung,
tidak ada pembesaran polip, tidak ada
sinusitis, dan tidak ada nyeri tekan.
j. Mulut dan gigi : Bibir ibu simetris atas dan bawah, tidak pucat,
tidak pecah-pecah, tidak ada stomatitis, pada
gigi tidak ada caries gigi, tidak ada lubang,
tidak ada candidiasis pada lidah, tidak ada
pembesaran tonsil.
k. Leher : Warna kulit pada leher hitam bersih, tidak ada
pembesaran vena jugularis, tidak ada
pembesaran pada kelenjar limfe, tidak ada
pembesaran pada kelenjar tiroid, tidak ada
kaku kuduk.
l. Dada/Payudara : Dada simetris, suara jantung normal (lup
dup lup dup), Payudara ibu bentuk simetris
kanan kiri, aerola menghitam atau
hiperpigmentasi, putting susu menonjol, tidak
ada benjolan, tidak ada pembengkakan, tidak
ada nyeri tekan, sudah ada pengeluaran
colostrum.
m. Abdomen
Inpeksi : Warna perut ibu bersih, terjadi pembesaran
pada perut ibu, tidak ada striae gravidarum
dan tidak ada luka bekas operasi.

1) Leopold I : TFU pertengahan px-pusat, pada fundus


teraba satu bagian janin agak bulat, lunak dan
tidak melenting yaitu (bokong) janin.

2) Leopold II : Pada bagian kiri perut ibu teraba satu bagian


keras, panjang seperti papan yaitu (punggung)
janin, pada bagian kanan ibu teraba satu
bagian-bagian kecil janin yaitu (ekstremitas).

3) Leopold III : Pada bagian terbawah perut ibu teraba keras,


bulat melenting dan masih bisa digerakkan
yaitu (kepala) janin.

4) Leopold IV : Bagian terendah janin sudah masuk PAP


(divergen).

Mc.Donald : 30 cm
TFU – 11 x (155)
= 20 – 11x 155
= 2.945 gram

Niswender : 1,2 ( TFU - 7,7 ) x 100 ± 150 gram


: 1,2 ( 30 - 7,7 ) x 100 ± 150 gram
: 1,2 ( 22,3 ) x 100 ± 150 gram
: 26,76 x 100 ± 150 gram
: 2.676 ± 150 gram = 2.526 – 2.826

DJJ : teratur
Frekuensi : 145 x/ menit, kiri bawah perut ibu.

n. Anogenital : Dilakukan Pemeriksaan dalam yaitu pembukaan 1

o. Ekstremitas
Ekstremitas Atas : Warna kulit merata dan tidak pucat, simetri
kanan dan kiri, kuku pendek dan bersih,tidak
kuning, jari-jari tangan sindaktili ataupun
polidaktili (lengkap) tangan tidak ada odema
dan tidak ada tremor.
Ekstremitas : Warna kulit merata dan tidak pucat, simetris
Bawah kanan dan kiri, kuku pendek dan bersih, jari-
jari tangan sindaktili ataupun polidaktili
(lengkap) kaki tidak ada varises dan tidak ada
odema pada bagian pretibla, pergelangan kaki
dan punggung kaki, reflek patella positif.

i. Pemeriksaan penunjang
Hb : 11 gr/dl
Protein urine : Negatif
Glukosa urine : Negatif

C. ASSESMENT
G1P0A0 usia kehamilan 38 minggu 1 hari belum inpartu, dengan
Preeklamsia antepartum janin tunggal hidup presentasi kepala.

D. PLANNING
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan keadaan ibu dan janin.
TTV : tekanan darah: 120/80 mmHg, suhu :36,50C, pernafasan :
22x/menit, Nadi : 80x/menit, DJJ : 145 x/menit, Hb:11,1gr/dl, protein
urine: negatif , glukosa urine: negative, letak janin: presentasi kepala.
Pembukaan 1 cm
- Ibu mengetahui keadaanya saat ini dan ibu merasa senang.

2. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa hasil pemeriksaan saat ini ibu
dalam keadaan Ketuban ibu sudah pecah atau Ketuban Pecah Dini (KPD)
namun keaadan janin masih dalam batas normal
-Ibu dan keluarga sudah mengetahui keadaan ibu dan janin

3. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa harus dilakukan rujukan ke Rumah


Sakit dengan berkolaborasi dengan Dokter spesialis Kandungan untuk
penanganan lebih lanjut dikarenakan pembukaan ibu belum bertambah
-Ibu dan keluaraga mengerti dan akan melakukanya

4. a. Melakukan Pemasangan infus RL 28 tetes per menit membantu


mengganti cairan ibu yang hilang selama proses persalinant.
b.Pemasangan Mioprostol 1/8 tab pervaginam untuk pematangan serviks
dan membantu kotraksi uterus.
c.Injeksi Cefotaxime 1 gr/IVmencegah resiko terjadinya infeksi
-Tindakan sudah dilakukan
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah penyusunan mengikuti praktek klinik kebidanan di BPM
Nurhasanah,S.Tr.Keb Penyusunan dapat memberikan kesimpulan bahwa
Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin, Nifas, BBL, Bayi Balita Sehat dan
Deteksi dini komplikasi yang telah dilakukan dengan standar kebidanan yang ada.
Penyusun dapat melakukan pengkajian terhadap klien, masalah-masalah yang ada
pada klien dapat memberikan solusi yang terbaik terhadap klien. Penyusun juga
dapat mempelajari dan menerapkam ilmu yang diajarkan dikampus saat
melakukan Praktik Klinik Kebidanan. Serta keikut sertaan masyarakat dalam
menjaga dan memeriksa kesehatan sudah cukup baik dan mereka sudah sadar
akan pentingnya menjaga kesehatan mereka khususnya terhadap persalinan, bayi
baru lahir, nifas dan deteksi dini komplikasi.

4.2 Saran
Guna mencapai keberhasilan dalam memberikan asuhan kebidanan pada klien,
saran dari penulis yaitu bagi mahasiswi agar lebih meningkatkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan kebidanan khususnya
pada asuhan kebidanan persalinan normal ,bayi baru lahir normal,nifas normal
DAFTAR PUSTAKA
Asih, Risneni. 2016. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui . Jakarta : CV. Trans Info
Media.

Cuningham, F. G., Macdonald, P. C., dan Gant N. F. 2013. William Obstetries,Edisi


XXIII. Jakarta: EGC

Depkes, R.I. 2018.Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Jakarta: depkes RI dan JICA.

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2014. Profil Kesehatan Provinsi Lampung.


Lampung: Dinkes Provinsi Lampung

Faiqoh, E. 2014. Hubungan karakteristik ibu, anc dan kepatuhan perawatan ibu hamil
dengan terjadinya preeklampsia. Jurnal Berkala Epidemiologi

Fitriana, Yuni & Nurwiandani, Widy. 2018. Asuhan Persalinan. Yogyakarta :


Pustaka Baru Press.

Kemenkes RI, 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI. 2016. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kemenkes dan JICA

Kennedy, B. B., Ruth, D. J., dan Martin E. J. 2014. Manajemen Intrapartum, Edisi

Maritalia, D. 2014. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Sukarni, I. 2017. Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Neonatus Resiko Tinggi.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Walyani, Elisabeth Siwi. 2020. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta :


Pustaka Baru Press.

Walyani dan Purwoastuti. 2020. Asuhan Kebidanan Masa Nifas & Menyusui.
Yogyakarta: PUSTAKA BARU PRESS.
LEMBAR KONSULTASI

Nama : Desi Maharani ( 2119005)


Tingkat : III Prodi DIII Kebidanan STIkes Panca Bhakti Bandar Lampung
Judul : Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin, Nifas, BBL, Bayi
Balita Sehat dan Deteksi Dini Komplikasi Di BPM
Nurhasanah,S.Tr.Keb

No Tanggal Konsultasi Saran Paraf

Bandar Lampung, September 2023


Pembimbing Lahan

Apin Rofina, S.ST


LEMBAR KONSULTASI

Nama : Desi Maharani ( 2119005 )


Tingkat : III Prodi DIII Kebidanan STIkes Panca Bhakti Bandar Lampung
Judul : Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin, Nifas, BBL, Bayi
Balita Sehat dan Deteksi Dini Komplikasi Di BPM
Nurhasanah,S.Tr.Keb.

No Tanggal Konsultasi Saran Paraf

Bandar Lampung, September 2023


Pembimbing Institusi

Rully Fatriani, S.ST., M.Keb


NRP. 020 201 239

Anda mungkin juga menyukai