Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN TUGAS AKHIR

HUBUNGAN KENAIKAN BERAT BADAN IBU SAAT HAMIL DENGAN


BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KOTO BARU KABUPATEN
DHARMASRAYA TAHUN 2022

RAHAYU NINGSIH
NIM. 2001021026

PRODI DIII KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS DHARMAS INDONESIA
TAHUN 2022
LAPORAN TUGAS AKHIR

HALAMAN JUDUL
HUBUNGAN KENAIKAN BERAT BADAN IBU SAAT HAMIL
DENGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KOTO BARU KABUPATEN
DHARMASRAYA TAHUN 2022

Di ajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Program


Studi DIII Kebidanan

RAHAYU NINGSIH
NIM. 2001021026

PRODI D III KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS DHARMAS INDONESIA
TAHUN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Hubungan Kenaikan Berat Badan Ibu Saat Hamil Dengan Berat Badan
Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas Koto Kabupaten
Dharmasraya Tahun 2022
Nama : Rahayu Ningsih
NIM : 2001021026

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing


pada tanggal 02 Desember 2022

Mengetahui

Pembimbing I Pembimbing II

Rati Purwati, S.ST.,M.Keb Eni Yuliawati, S.Tr.Keb, M.KM


NIDN. 1003018602 NID. 1012039501

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa

karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan tugas akhir ini tentang “Hubungan Kenaikan Berat Badan

Ibu Saat Hamil Dengan Kenaikan Berat Badan Bayi Baru Lahir Di Wilayah

Puskesmas Koto Baru Kabupaten Dharmasraya Tahun 2022”.

Dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini, telah banyak pihak yang

memberi bimbingan, dukungan, dan motivasi. Penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Bapak Dr. Gunawan Ali, M.Kom sebagai Rektor Universitas Dharmas

Indonesia.

2. Ibu Evin Noviana Sari, S.ST, M.Keb sebagai Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Dharmas Indonesia.

3. Ibu Siti Khotimah, S.ST, M.Keb sebagai Ketua Program Studi DIII Kebidanan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dharmas Indonesia.

4. Ibu Rati Purwati, S.ST,M.Keb sebagai Pembimbing I yang telah banyak

memberikan bimbingan dalam penyusunan laporan tugas akhir.

5. Ibu Eni Yuliawati, S.Tr. Keb, M.KM sebagai pembimbing II yang telah banyak

memberikan bimbingan dalam penyusunan laporan tugas akhir.

6. Seluruh Dosen program studi DIII Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Dharmas Indonesia.

2
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan tugas akhir ini,

baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan

satu-persatu.

8. Orang tua yang selalu mendoakan, memberikan semangat, motivasi, dan

pengorbanannya dari segi moral dan materi kepada saya sampai saya bisa

menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir masih banyak

kekurangannya. Oleh sebab itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca

sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan tugas akhir ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan yang telah

diberikan semoga Karya Tulis ini bermanfaat bagi peneliti, pembaca maupun

pihak lain yang memanfaatkannya.

Dharmasraya Desember 2022

Peneliti

(Rahayu Ningsih)

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................4
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................5
DAFTAR SINGKATAN........................................................................................6
BAB I.......................................................................................................................7
PENDAHULUAN...................................................................................................7
A. Latar Belakang..............................................................................................7
B. Rumusan Masalah.......................................................................................12
C. Tujuan Penelitian........................................................................................13
D. Manfaat Penelitian......................................................................................13
BAB II...................................................................................................................15
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................15
A. Tinjauan Teori.............................................................................................15
B. Kerangka Konsep........................................................................................35
BAB III..................................................................................................................37
METODOLOGI PENELIAN.............................................................................37
A. Desain Penelitian............................................................................................37
B. Waktu dan Tempat Penelitian.........................................................................37

4
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Permohonan Izin Survey Awal Penelitian Kampus


Lampiran 2. Surat Rekomendasi Izin Penelitian.
Lampiran 3. Surat Permohonan Kesediaan Menjadi Responden.
Lampiran 4. Surat Persetujuan/Penolakan Menjadi Responden.
Lampiran 5. Surat Rekomendaasi Penelitian
Lampiran 6. Surat Rekomendasi Melaksanakan Penelitian
Lampiran 8. Lembar Ceklis
Lampiran 9. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Lampiran 10. Lembar Konsultasi

5
DAFTAR SINGKATAN

HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir


BMI : Body Masa Index
IMT : Imun Masa Tubuh
BBLR : Berat Badan Lahir Rendah
BB : Berat Badan
WHO : World Health Organization
AKB : Angka Kematian Bayi
TBW : Total Body Water
MRI : Magnetik Resonance Imaging
IUGR : Intra Uterine Restriction

6
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan juga dikenal dengan graviditas atau gestasi, adalah saat

terdapat satu atau lebih janin yang berkembang di dalam rahim atau uterus.

Kehamilan dapat terjadi sebab hubungan seksual atau dibantu teknologi

reproduksi. Biasanya berlangsung selama 40 minggu sejak Hari Pertama

Haid Terakhir (HPHT). Kehamilan terdiri atas tiga trimester, yaitu

trimester satu adalah saat minggu pertama kehamilan termasuk saat

pembuahan sampai dengan minggu ke-12 kehamilan; trimester kedua

dimulai saat usia kehamilan memasuki ke-13 minggu sampai dengan

minggu ke-28 minggu. Pada trimester kedua, pergerakan janin mungkin

bisa dirasakan; dan trimester ketiga adalah saat usia kehamilan memasuki

minggu ke-29 sampai dengan kurang lebih minggu ke-40 yang dilanjutkan

dengan persalinan (Abid Sonia, 2021).

Nutrisi ibu selama kehamilan adalah hal yang penting agar janin

tumbuh dengan sehat. Nutrisi wanita saat hamil dengan sebelum hamil

tentu berbeda. Wanita hamil membutuhkan tambahan kalori setidaknya

500 kalori. Pada trimester awal, seringkali ibu hami l mengalami perasaan

mual, muntah, dan tidak tahan terhadap bau makanan. Untuk mencapai

kebutuhan energi, maka ibu hamil disarankan untuk makan dengan porsi

7
sedikit sebanyak lima sampai dengan enam kali per hari. Tidak disarankan

makan dalam porsi besar tetapi hanya satu kali sehari (Centers for Disease

Control and Prevention). Dengan begitu, janin akan tercukupi kebutuhan

gizinya. Penambahan berat badan selama kehamilan bervariasi. Kenaikan

berat badan kehamilan berhubungan dengan berat janin, plasenta, serta

bertambahnya massa dari jaringan lemak atau jaringan lain yang fisiologis

saat kehamilan (Wijayanti, 2019).

Rekomendasi pertambahan berat badan saat kehamilan berdasarkan

Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT), yaitu apabila

sebelum kehamilan wanita tersebut memiliki IMT yang normal (18,5—

24,9 kg) maka harus menambah berat badannya sekitar 11,3—15,9 kg,

pada wanita yang memiliki IMT di bawah normal (kurang dari 18,5 kg),

maka harus menambah berat badannya sekitar 12,7—18kg; sedangkan

wanita yang mempunyai kelebihan berat badan atau overweight dengan

IMT 25— 29,9 disarankan untuk menambah berat badan lebih sedikit

yaitu antara 6,8—11,3 kg, dan apabila wanita tersebut mengalami obesitas

(IMT >30) disarankan untuk menambah berat badannya lebih sedikit lagi

yaitu antara 5—9 kg (Fahmi, 2020).

Kenaikan berat badan yang kurang dari jumlah yang

direkomendasikan berisiko untuk melahirkan bayi dengan ukuran yang

kurang dari normal, atau disebut juga Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

Bayi dengan riwayat BBLR memiliki banyak risiko kesehatan, seperti

kesulitan dalam memulai menyusu, kerentanan terhadap penyakit, dan

keterlambatan dalam perkembangannya (tumbuh tidak sesuai usia).

8
Apabila wanita hamil mengalami penambahan berat badan lebih dari yang

direkomendasikan, wanita tersebut berisiko mengalami diabetes

gestasional atau preeklamsi (tekanan darah tinggi selama kehamilan).

Selain itu, janin juga berisiko kelebihan berat badan (macrosomia) dan

mendapatkan persalinan secara sesar (Wigianita et al., 2020).

Berat badan (BB) merupakan ukuran antropometri yang sering

dilakukan terhadap bayi baru lahir (neonatus). Pengukuran berat badan ini

dilakukan untuk mendiagnosis apakah seorang bayi tersebut memiliki BB

normal, BB kurang, dan BB lebih. Idealnya diukur dalam beberapa jam

pertama setelah lahir. Istilah berat badan lahir rendah mengacu pada berat

absolut <2500 g tanpa memandang usia kehamilan dan hanya

dikategorikan untuk kelahiran hidup. BBLR mencakup baik neonatus

preterm (<37 minggu kehamilan) dan neonatus cukup bulan yang prematur

(<10 persentil berat badan untuk usia kehamilan dan jenis kelamin)

(Institute of Medicine, 2009).

Beberapa faktor penyebab kelahiran BBLR antara lain faktor ibu

dan faktor janin. Salah satu faktor penyebab kelahiran BBLR dari faktor

ibu adalah usia, paritas, jarak kehamilan, riwayat penyakit, nutrisi ibu saat

hamil, dan kondisi sosial ekonomi, sedangkan di tinjau dari faktor janin

adalah faktor janin, faktor plasenta, dan faktor lingkungan (Proverawati &

Sulistyorini, 2010). Salah satu faktor yang berkaitan dengan kelahiran

BBLR adalah masalah kesehatan ibu saat hamil yaitu berkaitan dengan

kenaikan berat badan. Pertambahan berat badan ibu hamil diperlukan

untuk mendukung perkembangan janin dalam kandungan (Cunningham, F.

9
G., dkk , 2013). Kenaikan berat badan pada tiap ibu hamil berbeda-beda.

Hal ini tergantung dari indeks massa tubuh (IMT) dari berat badan

sebelum hamil. IMT diperoleh dengan membagi berat badan dalam satuan

kilogram dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat (Fahmi,

2020).

Adapun kasus yang terjadi di suatu daerah tentang berat badan

bayi,” terdapat mitos bahwasannya berat badan janin lebih baik kecil

saja, supaya lahirnya gampang”.Ini adalah sebuah persepsi yang sangat

salah. Belum tentu kalau berat badan janinnya kecil, maka lahiranya akan

lebih mudah. Justru sebenarnya, berat badan Janin yang terlalu kecil,

berpotensi mengalami masalah kesehatan serius, seperti pertumbuhan yang

terlambat, kelahiran prematur, hingga beresiko besar mengalami penyakit

jantung, obesitas, dan diabetes di usia dewasa. Yang paling tepat adalah,

bayi harus lahir sehat dan supaya lahir sehat, maka beratnya harus ideal.

(Ibu hamil.com 2014)

Menurut World Health Organizatio (WHO), berat badan lahir

rendah (BBLR) yaitu berat badan lahir <2.500 gram selalu menjadi

masalah kesehatan yang signifikan secara global. Secara keseluruhan, dari

seluruh kelahiran di dunia mengalami BBLR diperkirakan 15-20% yang

mewakili >20 juta kelahiran per tahun. Sebagian besar kelahiran dengan

BBLR terjadi di Negara berpenghasilan rendah dan menengah dan

terutama terjadi di populasi yang paling rentan (WHO, 2014). Dan

berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2020, AKB pada tahun

2019 mencapai 29.322 kematian. Penyebab AKB tertinggi adalah kondisi

10
berat badan lahir rendah (BBLR) dengan jumlah 7.150 kematian atau

35,3%. Menurut hasil dari Survey Demografi Kesehatan Indonesia atau

SDKI pada tahun 2017 menunjukkan bahwa jumlah AKB sebesar 24 per

1.000 kelahiran hidup. AKB diharapkan akan terus mengalami penurunan

melalui intervensi yang dapat mendukung kelangsungan hidup anak yang

ditujukan untuk dapat menurunkan AKB menjadi 16 per 1000 kelahiran

hidup di tahun 2024 (Kemenkes RI, 2020).

Berdasarkan data Dinkes Provinsi Sumatera Barat terdapat

peningkatan kejadian berat badan lahir rendah dari tahun 2016 ke tahun

2017 di Sumatera Barat yaitu dari 2.225 kasus (2,3%) menjadi 8.987 kasus

(9,6%). Data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kota Padang angka

kejadian BBLR di seluruh wilayah kerja puskesmas kota Padang pada

tahun 2014 sebanyak 297 kasus, 2015 sebanyak 371 kasus, dan tahun 2017

sebanyak 255 kasus. Berdasarkan data di Kabupaten Dharmasraya pada

tahun 2019 sekitar 139 bayi yang berat badan lahir ren dah (BBLR) dan

pada tahun 2020 menurun menjadi 121 bayi yang berat badan lahir rendah

(BBLR) diharapkan terus mengakami penurunan terhada kejadian berat

badan lahir rendanh (BBLR) .

Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Dharmasraya bahwa angka kelahiran tertinggi di Kabupaten Dharmasraya

tahun 2022 mulai dari bulan januari sampai dengan bulan oktober, nomor

satu kelahiran tertinggi terletak di Kecamatan Koto Baru sebanyak 825

kelahiran hidup, kelahiran tertinggi nomor dua terletak di Kecamatan

Sungai Dareh sebanyak 727 kelahiran, dan kelahiran tertinggi nomor tiga

11
terletak di Kecamatan Koto Besar sebanyak 649 kelahiran (Dinkes Kab.

Dharmasraya 2022).

Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan di Wilayah Kerja

Puskesmas Koto Baru, Pada tanggal 27 November 2022 melalui wawancara

kepada pihak puskesmas Koto Baru mengenai data kelahiran, di dapatkan

data kelahiran lima bulan terakhir sebanyak 415 kelahiran. Dan melakukan

survei ke rumah-rumah, didapatkan 5 Buku KIA yang berisi data berat

badan ibu saat hamil dan berat badan bayi saat lahi, pada buku KIA pertama

di dapatkan BB ibu saat halim 66 kg dan BB bayi saat lahir 3100 gram, pada

buku KIA kedua di dapatkan BB ibu saat hamil 57,3 kg dan BB bayi saat

lahir 3000 gram, pada buku KIA ketiga di dapatkan BB ibu saat hamil 70 kg

dan BB bayi saat lahir 3200 gram, pada buku KIA keempat di dapatkan BB

ibu saat hamil 60kg dan BB bayi saat lahir 2900 gram, dan pada buku KIA

kelima di dapat kan BB ibu saat hamil 63 kg dan BB bayi saat lahir 3000

gram.

Langkah-langkah yang perlu diambil dalam upaya preventif dan

promotif bagi kesehatan ibu hamil yang berkaitan dengan kenaikan berat

badan diperlukan suatu upaya pemantauan asupan gizi dan penambahan

berat badan ibu selama hamil pada setiap trimester untuk mendapatkan bayi

yang sehat dan normal, seperti melakukan edukasi mengenai asupan nutrisi

dan pola makan yang baik dan benar bagi ibu hamil. Kegitan pemantauan

kesehatan ibu hamil di antaranya melalui antenatal care, dengan tujuan

untuk mencegah malnutrisi dan kelebihan berat badan bagi ibu hamil dan

bayi (Robit Nor Ali, 2020).

12
Berdasarkan uraian permasalahan diatas, di mana kenaikan berat

badan ibu selama hamil kemungkinan besar mempengaruhi berat bayi saat

dilahirkan. Sehingga perlu upaya pemantauan kesehatan ibu hamil secara

berkala dan berkesinambungan. Penelitian tentang “Hubungan Kenaikan

Berat Badan Ibu Hamil dengan Berat Badan Bayi Baru Lahir” telah banyak

dilakukan, namun belum ada yang melakukan literature review tentang

Hubungan Peningkatan Berat Badan Ibu Saat Hamil dengan Berat Badan

Bayi Baru Lahir, maka peneliti tertarik untuk mengetahui Hubungan

Peningkatan Berat Badan Ibu Saat Hamil dengan Berat Badan Bayi Baru

Lahir secara Literature Review.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan

masalah adalah apakah ada hubungan kenaikan berat badan ibu hamil

dengan berat badan bayi baru lahir di wilayah kerja puskesma Koto Baru

Kabupaten Dharmasraya Tahun 2022?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum

Untuk mengetahui Apakah adakah hubungan antara berat badan

ibu hamil (BB Ibu Hamil) dengan berat badan bayi baru lahir di

wilayah kerja Puskesmas Koto Baru Kabupaten Dharmasraya pada

tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

13
a) Untuk mengetahui distribusi frekuensi kenaikan berat badan ibu

selama hamil (BB Bumil) di wilayah kerja Puskesmas Koto Baru

pada tahun 2022

b) Untuk mengetahui distribusi frekuensi berat badan bayi baru lahir

di wilayah kerja Puskesmas Koto baru pada tahun 2022

c) Untuk mengetahui hubungan antara kenaikan berat badan ibu

hamil (BB Bumil) dengan berat badan bayi baru lahir di wilayah

kerja Puskesmas Koto baru pada tahun 2022.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan bagi penulis dalam rangka memberikan edukasi

kesehatan khususnya tentang kehamilan kepada masyarakat.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi

peneliti selanjutnya.

3. Bagi ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Koto Baru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan agar ibu hamil bisa lebih memerhatikan kondisi

kehamilan, khususnya status gizi selama kehamilan.

4. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi

untuk bahan pembelajaran.

A. Hepotesi Penelitian

14
Ha: Ada hubungan antara kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat

badan bayi baru lahir

Ho: Tidak ada hubungan antara kenaikan berat badan ibu hamil dengan

berat badan bayi baru lahir

15
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Konsep Dasar Kehamilan

Kehamilan merupakan masa yang dimulai dari konsepsi sampai

lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9

bulan 7 hari). Kehamilan ini dibagi atas 3 semester yaitu; kehamilan

trimester pertama mulai 0-14 minggu, kehamilan trimester kedua mulai

mulai 14-28 minggu, dan kehamilan trimester ketiga mulai 28-42 minggu

(Ari Listiyaningsih et al, 2015).

Selama proses kehamilan terdiri dari beberapa proses yaitu

fertilisasi, migrasi, implantasi dan terakhir plasentasi. Yang pertama

fertilisasi merupakan proses pembuahan yang terjadi di rahim tepatnya di

tuba falofi yang di sebabkan terjadinya pertemuan antara sel telur dan sel

sperma sehingga sel sperma memasuki sel telur dan berfertilisasi dan

mengalami 16 penetrasi sehingga sel telur membentuk zigot (Hartini,

2018; Persaud, 2016). Setelah terjadinya proses fertilisasi, fase kehamilan

selanjutnya akan berlanjut menuju fase migrasi dimana migrasi sendiri

ialah suatu proses dimana morula yang sudah dibuahi akan berjalan

menuju tuba falopi dengan tujuan menuju uterus (Mandriwati, 2016;

Stephanie, 2019). Selanjutnya terjadinya proses penempelan sel telur atau

implantasi pada uterus akan mengalami fase sekresi yaitu masa pasca

menstruasi yang di pengaruhi oleh hormon progresteron yang

menyebabkan banyak kelenjar selaput pada endometrium dan membentuk

EPF (Early Egnancy Factor) untuk mencegah terjadinya konsepsi

16
(Yulizawati et al, 2018). Proses akhir dari kehamilan adalah plasentasi

yang merupakan proses akhir terjadinya kehamilan yang dimana plasenta

adalah bagian terpenting untuk janin yang terbentuk pada 2 minggu setelah

pembuahan (Suparyanto dan Rosad, 2020).

a) Perubahan Anatomis dan Fisiologis Kehamilan

1) Uterus

Uterus mengalami peningkatan ukuran dan perubahan

bentuk. Pada saat kehamilan uterus akan membesar pada bulan

pertama karena pengaruh dari hormone esterogen dan progesterone

yang kadarnya meningkat. Pada wanita hamil berat uterus 1000

gram dengan panjang kurang lebih 2,5 cm.

2) Decidua

Decidua merupakan sebutan yang diberikan kepada

endometrium pada kehamilan. Progesterone dan estrogen pada

awalnya diproduksi oleh korpus luteum yang menyebabkan

decidua menjadi lebih tebal , lebih vaskuer dan lebih kaya di

fundus.

3) Myometrium

Hormon estrogen sangat berperan dalam pertumbuhan otot di

dalam uterus. Pada usia kehamilan 8 minggu, uterus akan mulai

menghasilkan gelombang kecil dari kontraksi yang dikenal dengan

kontraksi Braxton Hicks.

17
4) Serviks

Serviks mengalami pelunakan dan sianosis. Kelenjar pada

serviks mengalami proliferasi. Segera setelah terjadi konsepsi,

mucus yang kental akan diproduksi dan menutup kanalis servikal.

5) Vagina dan perineum

Adanya hipervaskularisasi pada saat kehamilan

mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah dan agak

kebiruan (livide). Tanda ini disebut tanda Chadwick.

6) Ovarium

Pada awal kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditas

kira – kira berdiameter 3 cm. kemudian, ia mengecil setelah

plasenta terbentuk.

7) Payudara (Breast)

Payudara akan membesar dan tegang akibat stimulasi

hormone somatomammotropin, estrogen, dan progesterone tetapi

belum mengeluarkan air susu.

8) Kulit

Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat –

alat tertentu. Pigmentasi terjadi karena pengaruh melanophore

stimulating hormone (MSH) yang meningkat. MSH ini adalah

salah satu hormon yang juga dikeluarkan oleh lobus anterior

hipifisis. Kadang – kadang terdapat deposit pigmen pada pipi, dahi

dan hidung, yang dikenal dengan kloasma gravidarum. (Sutanto &

Fitriana, 2019).

18
b) Kebutuhan Gizi Selama Hamil

1) Tujuan penataan gizi pada ibu hamil adalah menyiapkan:

a) cukup kalori, protein yang bernilai biologi tinggi, vitamin,

mineral, dan cairan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi ibu,

janin, serta plasenta;

b) makanan padat kalori dapat membentuk lebih banyak

jaringan tubuh bukan lemak;

c) cukup kalori dan zat gizi untuk memenuhi pertambahan

berat baku selama hamil;

d) perencanaan perawatan gizi yang memungkinkan ibu hamil

untuk memper- oleh dan mempertahankan status gizi

optimal sehingga dapat menjalani kehamilan dengan aman

dan berhasil, melahirkan bayi dengan potensi fisik dan

mental yang baik, dan memperoleh cukup energi untuk

menyusui serta merawat bayi kelak;

e) perawatan gizi yang dapat mengurangi atau menghilangkan

reaksi yang tidak diinginkan, seperti mual dan muntah;

f) perawatan gizi yang dapat membantu pengobatan penyulit

yang terjadi selama kehamilan (diabetes kehamilan); dan

g) mendorong ibu hamil se panjang waktu untuk

mengembangkan kebiasaan makan yang baik yang dapat

diajarkan kepada anaknya selama hidup.

h) Perencanaan gizi untuk ibu hamil sebaiknya mengacu pada

RDA. Dibandingkan ibu yang tidak hamil, kebutuhan ibu

19
hamil akan protein meningkat sampai 68%, asam folat

100%, kalsium 50%, dan zat besi 200-300%.

2) Bahan pangan yang digunakan harus meliputi enam

kelompok,yaitu

(a) makanan yang mengandung protein (hewani dan nabati),

(b) susu dan olahannya,

(c) roti dan bebijian.

(d) buah dan sayur yang kaya akan vita- minC.

(e) sayuran berwarna hijau tua,

(f) buah dan sayur lain.

Jika keenam bahan makanan ini digunakan, seluruh zat gizi yang

dibutuhkan oleh ibu hamil akan terpenuhi, kecuali zat besi dan asam

folat. Itulah sebabnya mengapa suplementasi kedua zat ini tetap

diperlukan meskipun status gizi ibu yang hamil itu terposisi pada "jalur

hijau" KMS ibu hamil.

Adapun beberapa mitos-mitos menurut (mt, 2007) tentang larangan

makanan yg tidak di bolehkan untuk ibu hamil seperti;

(a) Makan jeruk yang terlalu sering akan meningkatkan lendir pada

paru janin dan beresiko kuning pada bayi pada saat lahir,

sebenarnya mitos ini tidak benar , karna jeruk merupakam

Vitamin C dan mengandung serat yang baik.

(b) Makan makanan pedas pada saat hamil akan menyebabkan bayi

lahir kemerahan atau bayi akan berkulit gelap/hitam, padahal

20
warna kulit tidak di tentukan oleh makanan pedas tetapi

ditentukan faktor genetik dari orang tuangnya.

(c) Jangan makan pisang, nanas dan mentimun, akan mejebabkan

keputihan dan nanas di percaya anak meyebabkan keguguran,

padahal pisang, nanas dan mentimun kaya akan Vitamin C dan

serat yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh dan

melancarkan pencernaan .

2. Penatalaksanaan Nutrisi dan Berat Badan

Janin yang berkembang di dalam kandungan anda mempunyai

banyak kebutuhan nutrisi-kebutuhan yang har anda penuhi melalui

makanan yang and pilih untuk dimakan. Wanita hamil y makan makanan

yang menyehatkan selama kehamilan akan lebih pasti melahirkan bayi

yang yang sehat. Makan dengan baik me ngurangi risiko komplikasi dam

membatasi beberapa efek samping kehamilan. Anda dapat memenuhi

hampir sebagian besar kebutuhan nutrisi dengan makan makanan yang

baik dan diet yang ber- variasi. Kualitas dari kalori anda sangat penting-

jika makanan tumbuh dalam tanah atau di atas pohon, maka makanan

tersebut lebih baik untuk nutrisi anda daripada makanan yang berasal dari

kaleng atau kotak (curtis, 2000).

Saya yakin anda pasti pernah men- dengar semboyan tentang

"wanita hamil makan untuk dua orang." Banyak wanitamengartikan

semboyan ini bahwa mereka dapat makan sebanyak dua kali lipat. Tidak

benar itu! Semboyan tersebut sebenarnya berarti bahwa anda harus

memper- timbangkan tentang mendapatkan nutrisi terbaik untuk diri anda

21
dan bayi yang sedang tumbuh. Beberapa wanita mempunyai ide yang

salah di mana mereka dapat makan semua yang mereka inginkan selama

kehamilan. Jangan terpuruk ke dalam jebakan ini. Jangan tingkatkan berat

badan lebih dari yang dianjurkan oleh dokter selama kehamilan-karena hal

tersebut dapat membuat anda merasa taknyaman dan membuat lebih sulit

untuk menghilangkan berat badan ekstra setelah bayi lahir.

a) Kebutuhan kalori selama kehamilan

Jika anda mempunyai berat badan yang normal sebelum

kehamilan, maka masukan kalori rata-rata berkisar 2200 kalori sehari

selama trimester pertama kehamilan. Anda harus menambahkan

sampai 300 kalori dari kebutuhan rata-rata tersebut selama kehamilan

trimester dua dan tiga, ter- gantung pada berat badan kehamilan anda.

Lihat pembahasan tentang penatalaksanaan berat badan selama

kehamilan yang dimulai pada halaman ini. Kalori ekstra ini

merupakan dasar dari pertumbuhan jaringan dalam diri anda dan

bayi. Bayi menggunakan energi dari kalori anda untuk menciptakan

dan menyimpan protein, lemak dan karbohidrat, serta untuk

memberikan energi untuk proses fungsi tubuh. Anda menggunakan

kalori ekstra untuk mendukung perubahan yang terjadi dalam tubuh

selama kehamilan. Ukuran rahim bertambah berlipat-lipat kali,

ukuran payudara juga bertambah dan volume darah meningkat

sampai 50%, di antara perubahan lainnya.

Kalori tidak dapat dipertukarkan. Anda tidak dapat makan apa saja

yang anda inginkan dan mengharapkan untuk men- dapatkan nutrisi

22
yang baik bagi anda dan bayi; makan yang benar perlu ketelititian

dan perhatian. Dari mana kalori berasal adalah penting seperti juga

halnya jumlah yang anda konsumsi. Anda harus makan makanan

yang banyak mengandung vita- min dan mineral, terutama zat besi,

kalsium, magnesium, asam folat dan zinkum. Serat dan cairan juga

penting karena masalah sembelit dapat berkaitan dengan kehamilan.

Makan makanan dengan jenis yang beragam setiap hari dapat

memasok nutrisi yang anda butuhkan. Pilihan dari makanan yang

mengandung susu, makanan berprotein, buah-buahan dan sayuran,

serta roti dan sereal. Selama masa kehamilan, anda akan

membutuhkan kons3umsi protein 175 sampai 210 gram setiap hari

untuk mencukupi pertumbuhan atau perbaikan embrio/janin, plasenta,

rahim dan pa- yudara. Karbohidrat juga penting untuk diet anda.

Tidak ada anjuran untuk masukan karbohirat selama kehamilan.

Kebanyakan dokter yakin bahwa kar- bohidrat harus mencapai

jumlah 60% dari semua kalori dalam diet anda. Jika anda makan

2000 kalori sehari, maka anda akan mengkonsumsi sekitar 1200

kalori karbohidrat.

Anda kemungkinan tidak harus meng- khawatirkan tentang

masukan lemak yang tidak mencukupi; dalam diet Amerika Utara,

masukan lemak biasanya ber- lebihan. Tidak ada anjuran masukan

lemak harian selama kehamilan. Jangan hindari semua lemak, namun

gunakan lemak secukupnya saja; ukur berapa banyak yang anda

gunakan setiap kali, dan baca label yang terdapat dalam kemasan.

23
Makan berbagai makanan sepanjang masa kehamilan. Porsi harian

yang dianjurkan dari masing-masing kelompok makanan disajikan

dalam kotak pada halaman ini. Ukuran porsi digambarkan untuk

masing-masing kelompok makan dalam bagian yang menyertainya.

b) Penatalaksanaan berat badan

Setiap wanita harus meningkatkan sejumlah tertentu berat

badannya selama kehamilan. Peningkatan berat badan membantu

menjamin bahwa anda dan bayi dalam keadaan sehat pada saat

kelahiran. Sekarang ini, anjuran untuk pening- katan berat badan

selama kehamilan sudah menjadi lebih tinggi ketimbang masa lalu;

penambahan berat badan normal adalah 12,5 kg sampai 17,5 kg. Jika

anda mempunyai berat badan di bawah normal pada saat kehamilan,

maka perkiraan penambahan berat badan selama kehamil- an adalah

14 kg sampai 20 kg. Jika anda mempunyai berat badan lebih dari

beratbadan normal pada saat kehamilan, kemungkinan anda harus

menjaga agar berat badan tidak mengalami penambahan.

Penambahan berat badan yang dapat diterima untuk anda adalah

antara 7,5 kg dan 12,5 kg. Anjuran untuk hal ini bervariasi, jadi

bicarakanlah hal ini de- ngan dokter. Makan makanan yang bergizi,

seimbang selama kehamilan. Jangan diet sekarang!

Sebagai nilai rata-rata untuk berat badan normal wanita, banyak

pemberi asuhan kesehatan menyarankan pe- nambahan berat badan

300 gram seminggu sampai minggu ke-20, kemudian 500

gramseminggu sampai minggu ke-40. Re- komendasi ini hanya

24
merupakan nilai rata- rata; anjuran aktualnya bervariasi ber- dasarkan

pada individual. Bukan suatu hal yang tidak umum untuk menambah

berat badan atau bahkan menurunkan sedikit berat badan selama awal

kehamilan. Pemberi asuhan ke- sehatan akan tetap menelusuri

perubahan berat badan anda. Awasi berat badan anda, tetapi jangan

terobsesi terhadap berat badan tersebut. Jika anda dalam keadaan

bentuk tubuh yang baik saat hamil, dengan jumlah lemak tubuh yang

sesuai, dan anda melakukan olah raga dengan teratur serta makan

makanan yang menyehatkan, maka seharusnya anda tidak akan

mempunyai masalah dengan penambahan berat badan (curtis, 2000).

3. Ciri-Ciri Kehamilan Yang Berjalan Baik

Kehamilan akan berjalan dengan baik bila kesehatan fisik dan

emosional ibu selalu ter- jaga dengan baik. Dengan demikian, status

kesehatan ibu sesudah melahirkan akan kembali seperti sebelum

kehamilan.

Kriteria kehamilan yang berjalan baik pada bayi yang dilahirkan

adalah:

a) masa hamil lebih dari 37 minggu, dan

b) berat hadan bayi -lahir 2,5 kg atau lebih. Bayi di- nyatakan

memiliki Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) apabila berat

badannya sewaktu lahir kurang dari 25 kg. Tumbuh-kembang

paru-paru yang selesai pada minggu ke-37 keha milan merupakan

hal kritis yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup bayi.

25
4. Berat Badan Selama Kehamilan

Berat badan adalah ukuran tubuh dalam sisi berat yang merupakan

salah satu ukuran yang memberikan gambaran komposisi tubuh. Berat

badan idealnya ditimbang dalam keadaan berpakaian minimal. Satuan

berat badan adalah kilogram (kg).

Beberapa komponen tubuh yang memengaruhi berat badan selama

kehamilan dapat diuraikan berikut ini.

a) Peningkatan Total Body Water (TBW)

Peningkatan TBW atau total air tubuh Sebagian besar dipengaruhi

oleh hormonal dan sangat bervariasi selama kehamilan. Saat

kehamilan, volume plasma meningkat hingga 45%, yaitu peningkatan

volume plasma berhubungan positif dengan berat badan bayi lahir.

b) Peningkatan Massa Lemak

Penelitian yang dilakukan oleh Sohlstrom dan Forsum pada tahun

1995 dengan menggunakan Magnetic Resonance Imaging (MRI),

bahwa sebagian besar lemak selama kehamilan terdeposit/tersimpam

pada subkutan. Berdasarkan estimasi dari deposisi dan distribusi

adiposa/lemak baik sebelum kehamilan maupun selama kehamilan,

ditemukan bahwa jaringan adiposa bertambah besar selama

kehamilan, 76% terakumulasi/tertimbun pada subkutan. Dari total

timbunan lemak tersebut, yakni 46% pada tubuh bagian bawah, 32%

pada tubuh bagian atas, 16% di pada paha, 1% pada betis, 4% pada

lengan atas, dan 1% pada lengan bawah. Peningkatan massa lemak

memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan berat badan.

26
Beradasarkan Institute of Medicine (IOM), maka rekomendasi

peningkatan massa lemak berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)

adalah,: underweight (6kg), normalweight (3,8kg), overweight

(2,8kg), dan obesity (<0,6kg).

c) Plasenta

Perkembangan plasenta dapat diukur berdasarkan volumenya

menggunakan USG. Volume plasenta pada usia kehamilan 21 minggu

adalah 200 cm2, pada usia 28 minggu adalah 300 cm2, dan pada usia

40 minggu adalah 500 cm2. Fase pertama adalah fase pertumbuhan

plasenta, yang berlangsung selama 36 minggu, ditandai dengan

peningkatan jaringan parenkim dan non-parenkim. Fase kedua yakni

perkembangan plasenta, yang berlangsung dari 36 minggu sampai

dengan usia aterm. Fase pematangan pertumbuhan plasenta ditandai

dengan peningkatan pertumbuhan janin tetapi tanpa peningkatan

fungsional plasenta atau jaringan parenkim (hanya jaringan non-

parenkimal plasenta yang meningkat).

d) Janin

Berat janin juga berpengaruh terhadap peningkatan berat badan

ibu, tetapi berat badan janin hanya dapat diukur dengan tepat apabila

telah lahir. Usia kehamilan adalah salah satu faktor penting yang

memengaruhi berat janin. Semakin muda usia kehamilan, maka

semakin kecil pula berat janin, begitu pula sebaliknya.

27
e) Cairan Amnion

Peningkatan cairan amnion atau ketuban yang berada di dalam

sebuah kantung yang disebut kantung amnion; merupakan salah satu

komponen yang juga memengaruhi peningkatan berat badan

kehamilan. Kantung amnion atau kantung ketuban memiliki empat

aliran volume yang masuk dan keluar pada akhir kehamilan. Aliran

masuk utama adalah urin janin dan cairan paru-paru. Dua aliran

keluarnya adalah cairan yang ditelan janin dan absorbsi intramembran.

Pada usia kehamilan 8 minggu, volume ketuban meningkat dengan

kecepatan 10 mL per minggu, sedangkan pada usia kehamilan 13

minggu tingkatnya meningkat menjadi 25 mL per minggu.

Peningkatan maksimal cairan ketuban adalah 60 mL per minggu yang

terjadi pada usia kehamilan 21 minggu. Kenaikan volume mingguan

kemudian menurun dan mencapai nol pada usia kehamilan 33 minggu

atau saat volume amnion sudah mencapai maksimal.

5. Peningkatan Berat Badan Selama Kehamilan

Peningkatan berat badan kehamilan merupakan prediktor penting

kesehatan ibu dan anak (Institute of Medicine, 2009). Kenaikan berat

badan yang masuk akal untuk rata-rata ibu hamil adalah antara 12,5 dan

17,5 kg. Kenaikan berat badan seorang ibu yang tubuhnya kecil akan lebih

dekat ke batas terendah dan kenaikan berat badan seorang ibu yang

bertubuh be- sar akan lebih dekat ke batas terting- gi. Pertambahan berat

ini adalah seki- tar 3-4 kg untuk bayi dan 7-12 kg untuk plasenta,

payudara, cairan, dan produk samping lainnya (murkoff, 2006).

28
Peningkatan berat badan kehamilan dipengaruhi oleh beberapa faktor

(Santos dkk, 2018:201). Diperkirakan bahwa sekitar 30% peningkatan

berat badan kehamilan terdiri atas: janin, cairan ketuban, dan plasenta,;

sedangkan 70% sisanya merupakan ekspansi jaringan rahim dan

payudara, peningkatan volume darah, cairan ekstraseluler, dan simpanan

lemak (Santos dkk, 2018:201). Total peningkatan berat badan saat

kehamilan bervariasi antar ibu hamil (Institute of Medicine, 2009).

Peningkatan berat badan selama kehamilan diukur berdasarkan IMT

sebelum kehamilan. Adapun rekomendasi peningkatan berat badan

berdasarkan IMT adalah:

Tabel 2.1 Rekomendasi Peningkatan Berat Badan Kehamilan

IMT Sebelum Kehamilan Rekomendasi Peningkatan Berat Badan

Underweight (IMT<18,5) 28-40 pon (sekitar 13—18 kg)

Normal weight (IMT 18.5— 25-35 pon (sekitar 11—16 kg)

24.9)

Overweight (IMT 25—29.9) 15-25 pon (sekitar 7—11 kg)

Obesity (IMT ≥30) 11-20 pon (sekitar 5—9 kg)

SumbeInstitute of Medicine, 2009.

Wanita hamil yang melahirkan pada usia kehamilan preterm atau

lahir sebelum waktunya (<37 minggu) memiliki waktu yang relatif lebih

sedikit untuk meningkatkan berat badannya yang dapat berpengaruh pada

berat badan lahir bayi yang rendah (Santos, dkk, 2018:201). Sebaliknya,

berat badan berlebih selama kehamilan dapat meningkatkan risiko bayi

29
mengalami masalah kesehatan, seperti lahir jauh lebih besar dari rata-rata

(makrosomia). Ibu mungkin juga berisiko tinggi mengalami hipertensi

kehamilan, diabetes gestasional, persalinan lama, dan kebutuhan untuk

operasi Caesar atau persalinan sebelum hari perkiraan lahir (American

College of Obstetricians and Gynecologists, 2015).

Jika seorang ibu yang mengalami kehamilan kembar, maka

peningkatan berat badan yang diperlukan pun akan lebih banyak dari

kehamilan satu janin, namun bagaimana pun hal ini tetap harus

dikonsultasikan dengan dokter kandungan. Untuk rekomendasi

peningkatan berat badan selama kehamilan kembar berdasarkan IMT

sebelum hamil adalah sebagai berikut:

Table 2.2 Rekomendasi Peningkatan BB pada Kehamilan

Kembar

IMT Sebelum Kehamilan Rekomendasi Peningkatan Berat Badan

Normal weight (IMT 18.5 37-54 pon (sekitar 17—25 kg)

24.9)

Overweight (IMT 25—29.9) 31-50 pon (sekitar 14—23 kg)

Obesity (IMT ≥30) 25-42 pon (sekitar 11—19 kg)

Sumber: Institute of Medicine, 2009.

Pada trimester awal, beberapa ibu hamil tidak perlu untuk

meningkatkan berat badannya secara berlebihan. Apabila ingin

meningkatkan berat badan, maka hanya perlu ditingkatkan sekitar 0,5—1,8

30
kg saja pada bulan-bulan awal kehamilan, dan hal ini bisa dilakukan

dengan cara mengonsumsi makanan sehat tanpa meningkatkan jumlah

kebutuhan kalori harian. Peningkatan berat badan yang seimbang lebih

penting pada trimester pertama dan trimester ketiga, terutama apabila ibu

hamil dengan IMT di bawah rata-rata atau underweight. Pada ibu hamil

dengan IMT yang underweight, maka diperlukan peningkatan berat badan

kurang lebih 0,5 kg per minggu sampai dengan saat melahirkan, dan hal

ini bisa dicapai dengan cara mengonsumsi kalori tambahan sebanyak 300

kkal per hari. Apabila ibu hamil dengan IMT overwight atau obesitas,

maka peningkatan berat badan yang direkomendasikan adalah sekitar 0,2

kg per minggu pada trimester kedua dan trimester ketiga. Maka

kenaikan total berat badan ibu selama kehamil minimal 11 kg dan

kenaikan maksimal 16 kg. (Reexamining the guidelines. Institute of

Medicine and National Research Council, 2009)

6. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Berat Badan Ibu

a) Indeks Massa Tubuh Sebelum Kehamilan

IMT ibu sebelum hamil adalah penentu utama kenaikan berat

badan kehamilan dengan merujuk semua rekomendasinya ke IMT

sebelum hamil. (Institute of Medicine and National Research

Council, 2009).

b) Usia Ibu Saat Hamil

Berat badan bayi hingga berat badan kehamilan ibu cenderung

lebih rendah pada kalangan remaja dibandingkan orang dewasa, dan

31
peningkatan berat badan kehamilan yang lebih tinggi tidak

meningkatkan berat badan lahir pada bayi yang lahir pada ibu remaja.

(Influence of Pregnancy Weight on Maternal and Child Health,

2007).

c) Paritas

Wanita multipara cenderung mengalami kenaikan berat badan yang

lebih rendah daripada wanita primipara. Jumlah paritas yang tinggi

dikaitkan dengan IMT yang l ebih meningkat di kemudian hari

karena retensi berat badan setelah setiap kehamilan. (Institute of

Medicine and National Research Council, 2009).

d) Peningkatan Massa Lemak

Jumlah lemak yang diperoleh lebih berkaitan erat dengan

pertambahan berat badan total daripada komponen lainnya

(Butte,2003:1423—1432). Lemak juga merupakan komponen

kenaikan berat badan kehamilan yang berkontribusi pada IMT yang

lebih tinggi di kemudian hari (Fahmi, 2020).

Meskipun asupan energi total ibu hamil memengaruhi penambahan

lemak ibu, pengaruh biologis lainnya, seperti: genetika, insulin, dan

leptin, mungkin juga berperan. Studi yang menunjukkan bahwa

genotipe ibu memengaruhi berat total, da, mungkin, penambahan

lemak. Sebagai contoh, satu studi menemukan bahwa wanita yang

homozigot untuk alel T subunit G-protein β3 secara statistik

mengalami kenaikan berat badan lebih banyak selama kehamilan

32
dibandingkan wanita dengan alel lain (Dishy, dkk., 2007). Dalam

studi lain, polimorfisme gen PPAR-γ2 dapat meningkatkan

penambahan berat badan selama kehamilan pada ibu hamil dengan

diabetes gestasional (Abid Sonia, 2021).

Kadar hormon insulin dan leptin yang bersirkulasi juga dikaitkan

dengan peningkatan berat badan yang berlebihan. Dalam sebuah

penelitian, ibu hamil pada kuartil tertinggi untuk konsentrasi insulin

puasa ketika mereka mendaftar untuk perawatan prenatal memiliki

peningkatan risiko dua kali lipat untuk kenaikan berat badan

kehamilan yang berlebihan dan peningkatan risiko 3,6 kali lipat dari

kelebihan berat badan postpartum, yang menunjukkan bahwa

kelebihan berat badan yang dialaminya adalah akibat penambahan

lemak (Suparyanto dan Rosad, 2020).

7. Berat Badan Bayi Lahir

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu

yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta

harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke

kehidupan ektrauterin (Dewi, 2010). Menurut (Wahyuningrum, 2012)

Bayi Baru Lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37

minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai

dengan 4000 gram.

Berat badan adalah ukuran antropometri yang selalu dilakukan pada

neonates atau bayi baru lahir. Pengukuran berat badan ini dilakukan untuk

33
mendiagnosis apakah seorang bayi tersebut memiliki BB normal, BB

kurang, dan BB lebih. Idealnya diukur dalam beberapa jam pertama

setelah lahir, sebelum terjadi penurunan berat badan pascakelahiran yang

signifikan (Wijayanti, 2019).

Berat badan lahir sendiri diklasifikasikan untuk menentukan kelompok

lahir berisiko kesehatan tinggi (Wingate, dkk., 2016:442—448). Risiko

kesehatan yang berkaitan dengan berat badan lahir bergantung pada

klasifikasi yang ditentukan oleh Pusat Pengendalian Penyakit, yakni berat

badan lahir rendah (BBLR) = <2.500 gr, berat badan lahir sedang (BBLS)

= 2.500—3.999gr, dan berat badan lahir lebih (BBLB) = >4000gr (Martin,

dkk., 2016:1—70).

8. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat

badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Dahulu

neonatus dengan berat badan lahir kurang 2500 gram atau sama dengan

2500 gram disebut premature. Pembagian menurut berat badan ini sangat

mudah tetapi tidak memuaskan. Sehingga lambat laun diketahui bahwa

tingkat morbiditas dan mortalitas pada neonatus tidak hanya bergantung

pada berat badan lahir saja, tetapi juga pada tingkat maturitas bayi itu

sendiri (WHO, 2014).

a) KlasifikasiI BBLR

BBLR diklasifikasikan berdasarkan:

1) Berat badan

34
BBLR dapat diklasifikasikan lagi menurut berat badan saat

lahir tanpa melihat usia kehamilannya, yaitu:

(a) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), berat lahir antara

1.500 — 2.500 g;

(b) Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat

lahir antara 1.000—1.500 g; dan

(c) Berat Badan Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR),

berat lahir kurang dari 1.000 g (Cutland, C.L., dkk.,

2017:6.492—6.500).

f) Usia kehamilan/gestasi

BBLR dapat sesuai dengan masa kehamilan ataupun lebih kecil

dari itu, dapat dikategorikan sebagai:

(a) Appropriate Gestational Age (AGA), adalah bayi yang lahir

dengan berat badan antara persentil ke-10 dan ke-90 sesuai

dengan usia kehamilan.

(b) Small Gestational Age (AGA), adalah bayi dengan berat

lahir kurang dari presentil ke-10 sesuai dengan usia

kehamilan.

(c) Large Gestational Age (LGA), adalah bayi dengan berat

lahir diatas presentil ke-90 sesuai dengan usia kehamilan

(Zerbeto et al., 2015).

9. Faktor-Faktor Yang Mempengarihi Terjadinya BBLR

Menurut artikel dari Stanford Education Center, ada beberapa

35
faktor yang memengaruhi terjadinya BBLR, yaitu:

a) Genetik

Data kelahiran nasional yang rinci digunakan untuk mengetahu

efek sosial-demografis, dan genetik pada perbedaan berat lahir.

Perbedaan ras dapat menentukan intervensi untuk retardasi

pertumbuhan dalam kandungan atau Intra Uterine Growth Restriction

(IUGR) pada kelompok ras yang berbeda. Analisis perbedaan berat

badan lahir antara bayi dengan orang tua dengan ras berkulit putih,

hitam, dan hitam-putih (campuran) menunjukkan bahwa sebagian dari

perbedaan berat badan yang diteliti tampaknya disebabkan oleh faktor

biologis. Bayi dengan ibu dan ayah berkulit hitam memiliki berat lahir

rata-rata terendah; bayi yang lahir dari dua orang tua berkulit putih

memiliki berat badan lahir lebih tinggi; dan bayi dengan orang tua ras

campuran memiliki distribusi berat badan lahir menengah sedang.

Faktor tak teridentifikasi yang berkaitan erat dengan ras ibu

mendasari disparitas hitam-putih pada berat badan lahir bayi.

Perbedaan kelompok berat badan lahir lebih berkaitan erat dengan ras

ibu daripada ras ayah.

b) Usia ibu

Usia ibu juga menjadi faktor yang memengaruhi berat lahir bayi.

Ketika seorang perempuan berusia 18—35 tahun, cenderung berada

pada usia subur yang optimal dan lebih berpotensi untuk mengandung

36
anak yang sehat. Insidensi berat badan lahir rendah lebih tinggi pada

kelompok ibu yang berusia di bawah 18 tahun atau di atas 35 tahun,

terutama pada ibu usia di bawah 15 tahun atau di atas 40 tahun,

dikarenakan rahim dari ibu tersebut kurang mendukung kehamilan.

Masa pubertas adalah penentu utama kemungkinan kehamilan.

Setelah masa ini, tubuh wanita membutuhkan beberapa siklus untuk

mulai menghasilkan lingkungan yang kondusif bagi kehamilan. Ibu

dengan usia muda, biasanya usia 13 tahun, memiliki frekuensi

kelahiran bayi berat badan lahir rendah yang jauh lebih besar. Proses

yang berlawanan dengan pubertas, adalah menopause. Menopause

biasanya terjadi sekitar usia 45—55 tahun, yaitu bahwa akan terjadi

perubahan kadar hormon yang diperlukan untuk menjaga lingkungan

rahim. Oleh karena itu, ibu yang berusia lebih tua berisiko melahirkan

bayi dengan berat badan lahir rendah.

c) Nutrisi

Suplai nutrisi merupakan faktor penting untuk tumbuh kembang

janin yang sehat. Studi yang dilakukan oleh Nyamasega tentang berat

badan lahir rendah, kecacat tabung saraf dan kelainan bawaan non-

genetik lainnya, membuktikan bahwa status gizi sangat penting sejak

pembuahan dan selama kehamilan.

Seiring dengan kebutuhan asupan kalori yang meningkat, ibu hamil

perlu mengkonsumsi bermacam-macam makanan, dengan fokus pada

asupan vitamin dan mineral. Wanita yang mendapatkan suplemen

37
nutrisi atau nutrisi yang cukup memiliki tingkat malformasi kongenital

yang lebih rendah. Suatu studi menunjukkan, ibu hamil yang

melakukan konseling nutrisi setiap kunjungan pranatal melahirkan bayi

dengan berat lahir 100g lebih banyak daripada ibu yang jarang

melakukan kunjungan pranatal.

d) Perawatan Prenatal

Salah satu penyebab utama berat badan lahir rendah adalah akses

ibu ke perawatan prenatal. Kemungkinan memiliki bayi dengan berat

badan lahir rendah jauh lebih tinggi bagi ibu yang tidak menerima

perawatan prenatal yang baik. Penelitian ini telah menemukan bahwa

setelah memerhatikan faktor lainnya, seperti status sosial ekonomi dan

usia ibu, bayi yang dilahirkan oleh ibu yang tidak melakukan perawatan

pranatal memiliki berat badan lahir yang lebih rendah secara rata-rata,

daripada bayi dengan ibu yang rutin melakukan pemeriksaan prenatal.

Program perawatan prenatal memberikan konseling nutrisi,

pemantauan yang cermat terhadap kenaikan berat badan ibu, skrining

faktor risiko genetik atau perilaku, dan dukungan emosional untuk ibu

hamil. Program perawatan prenatal dengan fokus pada pencegahan

persalinan prematur telah terbukti menurunkan kejadian BBLR semua

usia ibu hamil.

10. Patofisiologi BBLR

BBLR paling sering disebabkan oleh kelahiran prematur yakni

lahir sebelum usia kehamilan memasuki 37 minggu. Bayi prematur

memiliki lebih sedikit waktu berada di dalam rahim ibunya untuk tumbuh

38
dan berat badan yang bertambah. Sebagian besar berat badan bayi

bertambah selama minggu-minggu terakhir kehamilan. (Villar dkk.,

2012).

Penyebab lain dari berat badan lahir rendah adalah terhambatnya

pertumbuhan janin di dalam kandungan atau Intra Uterine Growth

Restriction (IUGR). Hal tersebut terjadi saat bayi tidak tumbuh dengan

baik selama kehamilan. Mungkin disebabkan oleh gangguan plasenta,

kesehatan ibu, atau kesehatan bayi. (Villar, dkk., 2012).

Penyebab pasti kelahiran prematur belum diketahui dalam banyak

kasus, namun umumnya disebabkan oleh faktor ibu, janin, dan plasenta

yang berkontribusi pada kelahiran prematur. Beberapa kondisi selama

kehamilan yang dapat menyebabkan kelahiran prematur, seperti infeksi

ekstra uterus, korioamnionitis, trauma, dan beberapa penyakit selama

kehamilan seperti preeklamesia. Selain itu, kondisi janin juga dapat

menyebabkan kelahiran prematur, seperti IUGR, anomali, dan kematian

janin (Villar, dkk., 2012).

Secara umum IUGR dapat disebabkan oleh faktor ibu, janin, dan

plasenta. Penyebab yang paling sering adalah perfusi plasenta yang tidak

adekuat dan nutrisi janin yang kurang. (Cutland, dkk., 2017:6492-6500)

IUGR terdiri atas dua jenis, yaitu IUGR asimetris, yakni bayi

memiliki ciri-ciri malnutrisi, IUGR simetris yakni ukuran bayi lebih kecil

daripada usianya, dan IUGR campuran. IUGR asimetris terjadi sekitar 70

—80% dari seluruh kejadian IUGR, dan penyebab paling sering ialah

insufisiensi perfusi utero-plasenta, sehingga dapat menyebabkan bayi akan

39
memiliki panjang dan lingkar kepala normal tetapi namun berat badan

kurang. IUGR simetris seringkali disebabkan oleh kelainan genetik yang

terjadi lebih awal pada kehamilan, sehingga menyebabkan penurunan

semua parameter antropometri pada janin atau bayi baru lahir (Wigianita

et al., 2020).

Penyakit infeksi, termasuk infeksi intrauterin, HIV, dan malaria

dapat menyebabkan BBLR, baik karena IUGR maupun kehamilan

preterm. Selain itu, kondisi ibu selama kehamilan juga dapat

meningkatkan risiko IUGR dan kehamilan preterm, seperti malnutrisi,

indeks massa tubuh rendah, kemiskinan, jarak anak yang sempit, ibu

dengan pendidikan rendah, perawatan antenatal yang kurang baik,

penyalahgunaan zat, serta stres emosional dan fisik (Wigianita et al., 2020)

11. Defenisi Makrosomia

Makrosomia adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan

berat badan lahir bayi di atas 4.000 g. Istilah ini sering digunakan sebagai

sinonim untuk janin besar menurut usia kehamilan (berat badan lahir >

persentil ke-90) (Ifalahma & Wulandari, 2015).

Faktor yang menjadi penyebab kondisi ini antara lain riwayat

makromia, multiparitas, ibu obesitas sebelum kehamilan, peningkatan berat

badan yang berlebihan selama kehamilan, usia kehamilan lanjut, dan

diabetes gestasional sebagai faktor risiko terkuat (Ifalahma & Wulandari,

2015)

Faktor maternal seperti kelebihan berat badan sebelum hamil,

pertambahan berat badan yang berlebihan, dan diabetes selama kehamilan

40
meningkatkan kemungkinan terjadinya makrosomia pada bayi baru lahir.

(Agudelo-Espitia, dkk., 2019).

Adapun faktor risiko makrosomia adalah sebagai berikut:

a) Obesitas ibu, yang didefinisikan sebagai indeks massa tubuh sebelum

hamil lebih besar dari 30, dan kenaikan berat badan selama kehamilan

yang berlebihan adalah dua faktor risiko penting untuk makrosomia.

b) Diabetes gestasional merupakan faktor risiko makrosomia yang

terkenal karena hiperglikemia maternal kronis dan intermiten sangat

berkaitan dengan percepatan pertumbuhan janin dan penumpukan

lemak. Penatalaksanaan diabetes gestasional dengan pemantauan

glukosa dan konsultasi nutrisi secara signifikan mengurangi risiko ini.

c) Kehamilan postterm (lebih dari 40 minggu).

d) Faktor risiko penting lainnya adalah: multiparitas, bayi makrosomik

sebelumnya, jenis kelamin laki-laki, berat badan lahir ibu lebih dari

4.000 g, dan ibu hamil dengan usia tua (di atas 35tahun) (Silasi, 2017).

12. Hubungan Berat Badan Ibu Saat Hamil Dengan Berat Badan Bayi

Baru Lahir

Kenaikan berat badan yang kurang dari jumlah yang direkomendasikan

berisiko untuk melahirkan bayi dengan ukuran yang kurang daripada

normal, atau disebut juga berat badan lahir rendah (BBLR). Bayi dengan

riwayat BBLR memiliki banyak risiko kesehatan, seperti kesulitan dalam

memulai menyusu, kerentanan terhadap penyakit, serta keterlambatan

dalam pertumbuhannya (tumbuh tidak sesuai usia). Apabila ibu hamil

41
mengalami pertambahan berat badan lebih daripada yang

direkomendasikan, ibu tersebut berisiko terjadi diabetes gestasional atau

preeklamsia (tekanan darah tinggi selama kehamilan). Selain itu, janin

juga berisiko kelebihan berat badan (makrosomia) dan akan mendapatkan

persalinan secara Caesar (Ari Listiyaningsih et al, 2015).

B. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Berat Badan Ibu Hamil: Berat Badan Bayi Baru


1. Normal Lahir:
2. BB terlalu rendah 1. Berat badan lahir rendah
3. Obesitas 2. Normal
3. Berlebih

Karakteristik lain:
1. IMT ibu sebelum
hamil
2. Usia ibu saat
hamil
3. paritas

Keterangan:

1. Berat badan ibu hamil adalah variabel yang diteliti

2. Karakteristik lain adalah variabel dari luar yang memengaruh

42
BAB III

METODOLOGI PENELIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survey analitik, yaitu penelitian

yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu

terjadi. Kemudian melakukan analisa dinamika antara fenomena atau

antara faktor resiko dengan faktor efek. Yang dimaksud dengan faktor

resiko adalah suatu fenomena yang mengakibatkan terjadinya efek

(Notoatmodjo, 2012).

Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional yaitu suatu

penelitian ini mempelajari dinamika kolerasi antara variabel dependen dan

variabel independen. Hubungan Kenaikan Berat Badan Ibu Sata Hamil

dengan Berat Badan Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Koto

Baru Kabupaten Dharmasraya Tahun 2023.

B. Waktu dan Tempat Penelitian


1. Waktu Penlitian

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan 10 April sampai 02 Mei Tahun

2023.

2. Tempat Penelitian

43
Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Koto Baru

Kabupaten Dharmasraya Tahun 2022.

C. Populasi,Sampel,Besar Sampel,dan Pengambilan Sampel (Sampling)

1. Populasi

Populasi adalah objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulanya. Populasi bukan hanya orang tapi

juga objek atau benda benda alam yang lain. Populasi bukan hanya

sekedar jumlah yang ada pada objek / subjek yang dipelajari, tetapi

meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki objek atau

subjek itu (sugiono, 2013).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua bayi yang lahir di

Wilayah Kerja Puskesmas Koto Baru Kabupaten Dharmasraya tahun

2022 dalam lima bulan belakangan yang berjumlahkan 415 bayi.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat

menggunakan sampel yang diambil dari populais itu (Sugiono, 2013).

Sampel dalam penelitian ini adalah data berat badan ibu hamil dan

data berat badan bayi baru lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Koto

44
Baru Kabupaten Dharmasraya Tahun 2022, sebanyak 40 bayi

3. Besar Sampel

Besar sampel pada penelitian ini ditentukan dengan rumus slovin yaitu :

Dengan keterangan :

n= Ukuran Sampel

N= Ukuran Populasi

e= Tingkat kesalahan pengambilan sampel (1%,5%,10%,15%,20%,25%)

Sehingga perhitungan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan jumlah

populasi 415 bayi dengan tingkat kesalahan 15% maka didapatkan hasil

sebagai berikut :

n = 40,145 = 40 orang

Sehingga didapatkan hasil sampel sejumlah 40 sampel

4. Tehnik Pengambilan Sampel

Tehnik pengambilan sampel yang di gunakan dala penelitian ini

adalah menggunakan Purposiv Sampling.

D. VARIABEL PENELITIAN

1. Variabel Independen

Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil

45
2. Variabel Dependen

Berat Badan Bayi Baru Lahir

E. Defenisi Operasional

Uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang

diukur oleh variabel yang bersangkutan menurut (Notoatmodjo, 2018).

Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Definisi Operasional
Ukur

Variabel Variabel Independen: Lembr ceklis 1. Normal Ordinal


independen Berat badan ibu selama 11-16 kg
kehamilan yang diukur 2. BB terlalu rendah
dari awal kehamilan 13-18 kg
sampai dengan akhir 3. BB berlebih
kehamilan 7-11 kg
4. Obesitas 5-9 kg
Interval pemberian imunisasi
TT:

Variabel Variabel Dependen: Lembar ceklis 1. BBLR : <2500g Ordinal


dependen Ukuran yang didapatka 2. Normal : 2500g-
pada Neonatus atau bayi 4000g
baru lahir.Pengukuran berat 3. Berlebih : >4000g
badan ini dilakukan untuk
mendiagnosis apakah
seorang bayi tersebut
memiliki BB normal,
BB kurang, dan BB lebih.

46
F. Bahan dan Alat Penelitian

Pada penelitian ini, instrument atau alat penelitian yang digunakan

adalah buku KIA sepanjang tahun 2022 di wilayah kerja Puskesmas koto

Baru yang juga meliputi berat badan ibu selama kehamilan.dan juga

menggunakan lembar ceklis. Lembar Checklist adalah suatu daftar pengecek,

berisi nama subjek dan beberapa gejala/identitas lainnya dari sasaran

pengamatan. Pada penelitian ini Penulis hanya tinggal menilai dan memberikan

tanda atau Checklist disetiap permunculan gejala lengkap atau tidak lengkapnya

sasaran pengamatan.

a) Prosedur Penelitian

Prosedur yang di lakukan saat melakukan penelitian di Wilayah

Kerja Puskesmas Koto Baru Kabupaten Dharmasraya;

1. Meminta surat izin dari akademik untuk melakukan penelitian di

Wilayah Kerja Puskesmas Koto Baru Kabupaten dharmasraya.

2. Melapor dan meminta izin kepada kepala puskesmas Koto Baru.

3. Mendapat surat balasan izin dari kepala puskesmas Koto Baru.

4. Pengumpilan data yang diperlukan yang ada di Puskesma Koto

Baru.

47
5. Mencari ibu yang memiliki bayi baru lahir dan juga data berat

badan ibu saat hamil dan berat badan bayi baru lahir, dengan di

bantu atau berkolaborasi bersama bidan yang berperan sebagai

peneliti pembantu.

6. Memproses dengan menganalisa data yang sudah di dapatkan dari

survey awal di Puskesmas Koto Baru.

b) Alur Penelitian

Peneliti melakukan
pengambilan data kelahiran
tertinggi di Dinas Kesehatan
Dharmasraya

Peneliti melakukan
pengambilan data kelahiran
tertinggi di Wilayah Kerja
Puskesmas Koto Besar

Peneliti melakukan
pengambilan data di Buku
KIA di Wilayah Kerja
Puskesmas Koto Besar

Populasi dalam penelitian ini


berjumlah 415

Sampel penelitian 138

Mengisi lembar cekis

48
c) Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan segala prinsip etis dalam melakukan

penelitian, dimulai dari pembuatan proposal hingga publlikasi hasil dari

penelitian tersebut. Menurut Milton 1999 dalam Notoatmodjo (2018) etika

penelitian yang harus dipegang teguh oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human

dignity) Responden perlu mengetahui informasi tentang tujuan

peneliti dalam melakukan penelitian tersebut. Peniliti juga memberi

kebebasan kepada responden dalam hal pemberian informasi atau

tidak melakukan pemberian informasi (berpartisipasi). Pemberian

lembar persetujuan (inform concet) berisikan penjelasan manfaat

penelitian, risiko dan ketidaknyamanan yang dapat ditimbulkan, 45

perolehan manfaat dari penelitian, persetujuan oleh peneliti dapat

memberikan jawaban pertanyaan responden dalam hal penelitiann,

perolehan jaminan atas kerahasiaan identitas diri serta juga jawaban

yang diperoleh responden.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for

privacy and confidentiality) Responden memiliki berbagai hak dasar

sebagai individu yang didalamnya meliputi privasi serta kebebasan

dalam hal pemberian informasi. Identitas responden akan dirahasiakan

oleh peneliti menggunakan coding.

3. Keadilan dan inklusivitas/ keterbukaan (respect for justice an

49
inclusiveness) Peneliti senantiasa manjaga prinsip adil, keterbukaan,

kejujuran, serta kehatihatian. Pengkondisian lingkungan oleh peneliti

agar prinsip keterbukaan sellu terpenuhi, yaitu dengan epemberian

penjelasan mengenai prosedur dalam penelitian. Responden dijamin

memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sepadan tanpa

membedakan jenis kelamin, agama, etnis, dan lain sebagainya dari

peneliti.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefits) Manfaat penelitian yang diberikan kepada

masyarakat secara umum, dan responden pada khususnya. Peneliti

meminimalkan dampak yang merugikan bagi respondennya.

Penelitian yang dilaksanakan dapat mencegah terjadinya rasa sakit,

stress, cidera, bahkan kematian terhadap responden penelitian.

G. Uji Validitas dan Reabilitas

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang di ukur. Uji validitas yang di gunakan

pada penelitian ini adalah contect validity yaitu pertanyaannya dalam

instrument itu benar-benar mewakili konsep yang akan di ukur

variabel nya sesuai dengan landasan teori dan definisi oprasionalnya .

2. Uji Reabilitas

Reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur

pengukur dapat di percaya atau dapat di andalkan. Hal ini berarti

menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau

50
tetap asas bila di gunakan pengukuran dua kali atau lebih terhadap

gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama

(Notoatmodjo, 2018).

H. Pengimpulan Data

Data sekunder adalah sumber informasi yang bukan berasal dari

responden melainkan dari seseorang yang mempunyai wewenang terhadap

informasi atau data tersebut. Dalam penelitian ini data kenaikan barat

badan ibu hamil dengan barat badan bayi baru lahir di Wilayah Kerja

Puskesmas Koto Baru Kabupaten Dharmasraya.

Metode pengelolaan data menurut (Notoatmodjo, 2018).

I. Pengolahan Data Penelitian

Dalam penelitian ini pengolahan data di lakukan menggunakan

software statistic. Menurut Notoadmodjo (2021), pengolahan data

meliputi:

1. Editing

Hasil dari lapangan harus di lakukan penyuntingan (editing)

terlebih dahulu. Secara umum editing merupakan kegiatan untuk

pengecekan dan perbaikan . Apabila ada data-data yang belum

lengkap, jika memungkinkan perlu di lakukan pengambilan data

ulang untuk melengkapi data- data tersebut .Tetapi apabila tidak

memungkinkan, maka data yang tidak lengkap tersebut di olah atau di

masukkan dalam pengolahan ‘data missing’’.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi

51
data berbentuk angka atau bilangan. kegunaan data coding adalah

untuk mempermudah pada saat entry data. Memberikan kode terhadap

item-item pada masing-masing variabel dan kriteria.

a. Untuk mengetahui kenaikan barat badan ibu saat hamil

Kode:

1. Normal
2. BB terlalu rendah
3. BB berlebih
4. Obesitas
b. Untuk mengetahui berat badan bayi baru lahir

Kode:

1. Berat badan lahir rendah


2. Normal

1. Berlebih

e) Scoring

Scoring di lakukan dengan menetapkan skor (nilai) pada setiap

pernyataan kuesioner dan pada saat pengkategorian setiap variabel

(Notoatmodjo,2017).

f) Tabulating

Proses pengelompokan jawaban – jawaban yang berupa dan

menjumlahkan dengan teliti dan teratur . Setelah jawaban terkumpul

kelompokkan jawaban yang sama dengan menjumlahkannya , pada

tahapan ini data di peroleh, untuk setiap variabel yang di sajikan dalam

bentuk distribusi frekuensi dalam bentuk tabel (Notoatmodjo, 2018)

J. Analisa Data

1. Analisis Univariat

52
Analisis univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakterisktik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung

dari jenis datanya. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menggunakan

distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel.

Data yang terkumpul diklasifikasikan dalam beberapa kelompok menurut

variasi yang ada dalam pertanyaan sesuai variabel penelitian. Alernative

jawaban responden dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi dan

dipersentasekan kemudian dideskripsikan dengan menggunakan skala yang

ditetapkan.

Data yang telah terkumpul dianalisis dengan memakai distribusi frekuensi

jumlah setiap item penelitian distribusi dan kelompokkan jawaban yang benar

atau salah dari responden. Untuk setiap item pertanyaan dijumlahkan

kemudian dibagi dengan jumlah pertanyaan dan dikali 100% hasilnya berupa

persentase.

Analisis ini di gambarkan dengan distribusi frekuensi dan relative

digunakan untuk menghasilkan distribusi dan presentase tiap variabel

(Notoatmodjo, 2010). Dengan distribusi frekuensi relative kita dapat

mengetahui presentase suatu kelompok terhadap seluruh pengamat, dengan

menggunakan rumus :

Rumus :

P = X 100

Keterangan : P = Nilai perentase responden

F = Frekuensi

N = Jumlah

53
Menurut Arikunto (2010) pada data yang bersifat kuantitatif dapat di

interprestasikan sebagai berikut :

1) 100% : Seluruhnya

2) 76-99% : Hampir seluruhnya

3) 51-75% : Sebagian besar

4) 50% : Setengahnya

5) 26-49% : Hampir setengahnya

6) 1-25% : Sebagian kecil

7) 0% : Tidak satupun

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui keterkaitan

dua variabel (Notoatmojo, 2018). Analisis secara statistik yang digunakan

terhadap dua variabel yang diduga berhubungan adalah uji statistik Chi

Square. Untuk menguji sejauh mana hubungan antara variabel independen

dan dependen. Data diolah melalui komputerisasi yaitu SPSS.

Chi-square sangat baik digunakan untuk table dengan derajat kecemasan (df)

yang besar. Bila Tabel yang digunakan 2x2 dan tidak ada nilai <5, maka uji

yang sebaiknya continuity correction, sedangkan bila table 2x2 dijumpai nilai

E<5, maka uji yang dipakai adalah Fisher Exast Test. Keputusan yang

diambil dari hasil Chi-square adalah :

1) Jika nilai P<0,05 maka menyatakan bahwa Ho ditolak dan artinya ada

hubungan yang disignifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

2) Jika nilai P>0,05 maka menyatakan bahwa Ha diterima artinya tidak ada

hubungan yang signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat.

54
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

b.Hasil Penelitian

1. Data umum

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas koto baru jorong

pinang gadang yang beralamat di jalan lintas pinang, nagari koto padang,

kecamatan koto baru, kabupaten dharmasraya. Letak desa jorong pinang

gadang memiliki akses darat yang memadai dan cukup strategis karena

berada di pinggir jalan lintas dan perumahan warga di sekitar juga sangat

padat. Wilayah desa koto padang mencakup 13 jorong yaitu jorong koto

padang, taratak parit, rawang sungai, koto lintas, pinang gadang,

kampuang baru, sungai lomak, aur jaya 1, aur jaya 2, aur jaya 3, aur jaya

4, aur jaya 5, aur jaya 6. Rumah masyarakat di setiap jorong ini letaknya

terjangkau dan mudah diakses oleh tenaga kesehatan setempat.

B. Analisis data
a. Analisis univariat

1. Distribusi Frekuensi kenaikan berat badan ibu saat hamil (BB Ibu

Hamil)

55
Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi kenaikan berat badan ibu saat hamil
(BB Ibu Hamil)

Berat Badan Ibu


Selama Hamil Frekuensi (N) Persentase %
Normal 27 67,5
BB Rendah 1 2,5
BB Berlebih 9 22,5
Obesitas 3 7,5
total 40 100

56
Berdasarkan tabel 4.1 dari 40 responden terdapat sebagian besar 27

orang (67,5%) memiliki berat badan ibu saat hamil normal dan

sebagian kecil memiliki berat badan ibu saat hamil BB rendah 1

orang ( 2,5% ).

2.Distribusi Frekuensi Berat Badan Bayi Baru Lahir

Tabel 4. 2 Distribusi Frekuensi Berat Badan Bayi Baru Lahir

BBBL Frekuensi (N) Persentase %


BBLR 3 7,5
Normal 32 80,0
Berlebih 5 12,5
total 40 100
Berdasarkan tabel 4.2 dari 40 responden terdapat hampir seluruhnya

32 orang (80%) memiliki berat badan bayi baru lahir normal dan

terdapat sebagian kecil memiliki berat badan bayi baru lahir BBLR 3

orang (7,5%).

b.Analisis Bivariat

1) Hubungan Kenaikan Berat Badan Ibu Saat Hamil Dengan Berat

Badan Bayi Baru Lahir.

Tabel 4. 3 Hubungan Kenaikan Berat Badan Ibu Saat Hamil


Dengan Berat Badan Bayi Baru Lahir.

Berat Badan Bayi Baru L ahir


Kenaian BB p
BBLR Normal Berlrbih Total
ibu saat hamil value
F % F % f % f %
 Normal 1  2.5 26  65.0  0  0  27  67.5  
 Bb rendah  1  2.5  0  0  0  0  1  2.5 0.000
 Bb berlebih  0  0  6  15.0  3  7.5  9  22.5  
 Obesitas  1 2.5  0  0  2  5.0  3  7.5  
 Total  3  7.5 32   80.0  5  12.5  40  100  
Berdasarkan tabel 4.3 dari 40 respondent menunjukan bahwa sebagian

besar responden yang memiliki kenaikan BB ibu saat hamil normal 27 orang

57
(67.5%) dan dari 40 responden tersebut sebagian kecil yang mengalami berat

badan bayi baru lahir dengan kejadian BBLR 3 orang (7.5%), dibamdimhlan

dengan yang mengalami berat badan bayi barulahir normal 32 orang (80.0%)

Berdasarkan hasil uji bivariat antara hubungan berat badan ibu saat hamil dengan

p value 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara kenaikan

berat badan ibu saat hamil dengan berat badan bayi baru lahir.

C. Pembahasan Penelitian

1. Hasil Univariat

a. Distribusi Frekuensi Kenaikan Berat Badan Ibu Saat Hamil Dengan

Berat Badan Bayi Baru Lahir Di Jorong Pinang Gadang Kecamatan

Koto Baru Kabupaten Dharmasraya Tahun 2023

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana disajikan di tabel 4.1 di

temukan bahwa responden di Wilayah Kerja Puskesmas Jorong Pinang

Gadang Kecamatan Koto Besar Kabupateb Dharmasraya Tahun 2023

sebagian besar ibu yang memiliki kenaikan berat badan normal saat hamil

yaitu sebanyak 27 orang (67,5%) dan sebagian kecil ibu yang memiliki

kenaikan berat badan rendan saat hamil yaitu sebanyak 1 orang ( 2,5% ).

Penelitian ini sejalan dengan Cinde Puspitasari, Tri Anasari dan

Dyah Fajarsari berdasarkan hasil uji statistik ada hubungan antara kenaikan

berat badan ibu saat hamil dengan berat badan bayi baru lahir dengan nilai p

value = 0,002 > a 0,05. Sehinggga dapat di simpulkan bahwa kenaikan berat

badan ibu saat hamil berpengaruh denga berat badan bayi barui lahir.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan yang di nyatakan oleh Rr.

Dewi Susilajati & Sri Handayani bahwa kenaikan berat badan ibu saat hamil

58
berhubungan dengan berat badan bayi baru lahir dengan nilai p value =

0,001 > a 0,05. Sehingga dapat di simpulkan bahwa kenaikan berat badan

ibu saat hamil berpengaruh dengan berat badan bayi baru lahir.

Kenaikan berat badan ibu saat hamil sangat berarti sekali bagi

kesehatan ibu dan janin. Pada ibu yang menderita kekurangan energi dan

protein (status gizi kurang) maka akan menyebabkan ukuran plasenta lebih

kecil dan suplai nutrisi dari ibu ke janin berkurang, sehingga terjadi

retardasi perkembangan janin intra uterin dan bayi dengan Berat Lahir

Rendah (BBLR). Hal ini juga sependapat dengan Mother and Baby Mon

(2006), yang menyatakan berat badan ibu yang kurang, maka usahakan

untuk menaikkan berat badan dan memperbaiki nutrisi sebelum dan setelah

hamil. agar bayi lahir dengan berat badan normal (Tjokronegoro 1996).

Asumsi peneliti kenaikan berat badan ibu saat hamil berpemharuh

pada berat badan bayi baru lahir menggambarkan tingkat keeratan hubungan

yang sedang dan bersifat positif antara pertambahan berat badan ibu dan

berat badan bayi baru lahir. Artinya semakin berat badan ibu meningkat

sesuai IMT semakin bertambah juga berat badan bayi lahir.

b.Distribusi Frekuensi Kenaikan Berat Badan Ibu Saat Hamil Dengan

Berat Badan Bayi Baru Lahir Di Jorong Pinang Gadang Kecamatan

Koto Baru Kabupaten Dharmasraya Tahun 2023

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana disajikan di tabel 4.2 di

temukan bahwa responden di Wilayah Kerja Puskesmas Jorong Pinang

Gadang Kecamatan Koto Besar Kabupateb Dharmasraya Tahun 2023

hampir seluruh bayi yang memiliki berat badan lahir normal yaitu sebanyak

59
32 orang (80%) dan sebagian kecil yang memiliki berat badan bayi baru

lahir dengan kejadian BBLR yaitu sebanyak 3 orang (7.5%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang di lakukan oleh

Darah Ifalahma dengan judul Hubunagn Kenaikan Berat Badan Ibu saat

Hamil Dengan Berat Badan Bayi Baru Lahir di RB An-Nuur Karanganyar.

2. Pembahasan Bivariat

a. Distribusi Frekuensi Kenaikan Berat Badan Ibu Saat Hamil Dengan

Berat Badan Bayi Baru Lahir Di Jorong Pinang Gadang Kecamatan

Koto Baru Kabupaten Dharmasraya Tahun 2023

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana disajikan di tabel 4.3 di

temukan bahwa responden di Wilayah Kerja Puskesmas Jorong Pinang

Gadang Kecamatan Koto Besar Kabupateb Dharmasraya Tahun 2023

sebagian besar responden yang memiliki kenaikan BB ibu saat hamil normal

yaitu sebanyak 27 orang (67.5%) dan sebagian kecil yang mengalami berat

badan bayi baru lahir dengan kejadian BBLR yaitu sebanyak 3 orang

(7.5%), dibamdimhlan dengan yang mengalami berat badan bayi baru lahir

normal yaitu sebanyak 32 orang (80.0%) .

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh Darah Ifalahma,

Fitria Ika Walandari di dapatkan hasil bahwa kenaikan berat badan ibu saat

hamil dengan berat badan bayi baru lahir hasil uji statistik di dapatkan nilai

p value = 0,001, berarti dapat disimpulkan terdapat hubungan kenaikan

berat badan ibu saat hamil dengan berat bayi baru lahir.

Menurut teori terdapat hubungan antara kenaikan berat badan ibu

saat hamil dengan berat badan bayi baru lahir yang artinya semakin besar

60
penambahan berat badan ibu selama hamil maka semakin besar pula kondisi

berat badan bayi baru lahir dan sebaliknya semakin kurang penambahan

berat badan ibu selama hamil maka semakin kurang kondisi berat badan

bayi baru lahir. Dari hasil penelitian terdapat beberapa penambahan berat

badan ibu selama hamil yang tidak sesuai dengan berat badan bayi lahir

pada bayi, hal ini kemungkinan dikarenakan adanya variabel-variabel

pengganggu yeng berupa pola konsumsi gizi ibu hamil yang berbeda, umur

kehamilan ibu saat melahirkan bayinya dan faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi kedua variabel tersebut.

Menurut asumsi peneliti berat badan ibu sebelum dan selama

kehamilan sangat mempengaruhi hasil dari kehamilan tersebut. Wanita yang

berat badannya kurang sebelum kehamilan cenderung akan melahirkan lebih

cepat (prematur) dan melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Kenaikan berat badan ibu selama kehamilan berhubungan langsung dengan

berat badan bayinya, dan resiko melahirkan BBLR meningkat dengan

kurangnya kenaikan berat badan selama kehamilan.

61
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian yang diperoleh oleh penelitian yang berjalan Hubungan Kenaikan

Berat Badan Ibu Hamil Denagn Berat Badan Bayi Baru Lahir di Jorong Pinang Gadang

Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya Tahun 2023.

1. Sebagian besar memiliki berat badan ibu saat hamil normal dan sebagian kecil

memiliki berat badan ibu saat hami dengan BB rendah.

2. Hampir seluruhnya memiliki berat badan bayi baru lahir norma dan terdapat

sebagian kecil memiliki berat badan bayi dengan BBLR.

62
3. Ada hubungan kenaikan berat badan ibu saat hamil dengan berat badan bayi baru

lahir dengan p value = 0,001 > 0,05, sehingga dapat di simpulkan ada hubungan

kenaikan berat badan ibu saat hamil dengan berat badan bayi baru lahir.

B. Saran

1. Bagi tenaga medis dan bidan

Hendaknya tenaga medis khususnya dokter dan bidan perlu

memerhatikan asupan gizi wanita yang berencana untuk memiliki anak dalam

bentuk informasi dan edukasi kepada calon ibu hamil akan pentingnya menjaga

gizi selama kehamilan serta berat badan yang sesuai dengan usia kehamilan dan

kondisi fisik ibu hamil yang bersangkutan demi kesehatan ibu dan calon bayi.

2. Bagi institusi tempat penelitian

Hendaknya lebih memerhatikan kesehatan pasangan yang berencana

untuk memiliki anak, yaitu perlu adanya probes edukasi untuk meningkatkan

pengetahuan calon ibu hamil tentang kesehatan selama kehamilan.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Disarankan untuk melakukan penelitian tentang keadaan berat badan

ibu hamil yang berkaitan dengan keadaan berat badan bayi baru lahir yang lebih

spesifik, antara lain:

a. Faktor-faktor yang memengaruhi berat badan ibu hamil;

b. Menggali karakteristik lain yang lebih berhubungan

dengan berat badan bayi baru lahir

c. Melihat berat badan ibu hamil pada trimester dua.

63
DAFTAR PUSTAKA

Abid Sonia, F. (2021). Hubungan Antara Berat Badan Ibu Hamil Dengan Berat
Badan Bayi Lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas Pakisaji. Pesquisa
Veterinaria Brasileira, 26(2), 173–180.
http://www.ufrgs.br/actavet/31-1/artigo552.pdf
Ari Listiyaningsih et al. (2015). Literature review Literature review. Literature
Review, November, 33–37.
curtis, glade B. (2000). kehamilan di atas usia 30.
Fahmi, Z. Y. (2020). Indeks Massa Tubuh Pra-Hamil sebagai Faktor Risiko
Terjadinya Bayi Berat Lahir Rendah. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi
Husada, 12(2), 842–847. https://doi.org/10.35816/jiskh.v12i2.412
Ifalahma, D., & Wulandari, F. I. (2015). Hubungan Penambahan Berat Badan Ibu
Selama Hamil Dengan Berat Badan Bayi Baru Lahir Di RB An-Nuur
Karanganyar. Jurnal Ilmiah Rekam Medis Dan Informatika Kesehatan,
5(2), 23–33.
mt, indiarti. (2007). buku babon kehamilan.
murkoff, heidi. (2006). kehamilan apa yang anda hadapi bulan perbulan.
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
sugiono. (2013). A&D.Alfabeta.
Suparyanto dan Rosad. (2020). Analisis faktor berat badan bayi baru lahir
berdasarkan kenaikan berat badan ibu selama kehamilan (danik riawati, sri
suparti) 77 analisis faktor berat badan bayi baru lahir berdasarkan
kenaikan berat badan ibu selama kehamilan. Suparyanto Dan Rosad
(2015, 5(3), 248–253.
Wigianita, M. R., Umijati, S., & Trijanto, B. (2020). Hubungan kenaikan berat
badan ibu saat hamil dengan berat badan bayi baru lahir. Darussalam
Nutrition Journal, 4(2), 57. https://doi.org/10.21111/dnj.v4i2.3944
Wijayanti, H. N. (2019). Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir Dengan
Kejadian Ruptur Perineum Persalinan Normal Pada Ibu Primigravida.
PLACENTUM: Jurnal Ilmiah Kesehatan Dan Aplikasinya, 7(1), 26.
https://doi.org/10.20961/placentum.v7i1.24992
Zerbeto, A. B., Cortelo, F. M., & Filho, É. B. C. (2015). Association between
gestational age and birth weight on the language development of Brazilian
children: A systematic review. Jornal de Pediatria, 91(4), 326–332.
https://doi.org/10.1016/j.jped.2014.11.003

Anda mungkin juga menyukai