Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

MINGGU 2

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK GIZI PRAKONSEPSI

Oleh:
BELLA PUSPA SARI
P05140521004

Pembimbing Akademik
ROLITA EFRIANI, SST.M.Keb
NIP. 199308272020122010

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
2021
LEMBAR PENGESAHAN

“ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK GIZI PRAKONSEPSI”

Oleh:

BELLA PUSPA SARI


P05140521004

Menyetujui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Rolita Efriani, SST.M.Keb Kemala Haiti, S.Tr.Keb


NIP. 199308272020122010 NIP. 197712232003122004

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan,

Diah Eka Nugraheni, SST, M.Keb


NIP. 198012102002122002
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini.
Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas Praktik Asuhan
Kebidanan Holistik pada Masa Prakonsepsi dan Perencanaan Kehamilan Sehat.
Laporan ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bunda Yuniarti, SST, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes


Kemenkes Bengkulu,
2. Bunda Diah Eka Nugraheni, S.ST, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bengkulu,
3. Bunda Rolita Efriani, SST, M.Keb selaku dosen pembimbing akademik,
4. Bunda Kemala Haiti, S.Tr.Keb selaku pembimbing lahan,

Mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, penulis menyadari


bahwa penulisan laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhir
kata, penulis berharap semoga laporan komprehensif ini bermanfaat bagi semua
pihak.

Bengkulu, Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv

I. TINJAUAN TEORI GIZI PRAKONSEPSI


A. Perencanaa pada masa kehamilan……………………........................... 1
B. Kesuburan (fertilitas)............................................................................... 4
C. Gizi masa Prakonsepsi............................................................................ 6
D. Konseling .......................................................................................... 17
a) Pengertian Konseling……………………………………………... 17
b) Tujuan Konseling……………………………………………….… 17
c) Manfaat Konseling………………………………………………... 18
d) Tempat Konseling……………………………………….………... 18
e) Waktu Konseling…………………………………………………. 19

II.TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN


A. Pengkajian Data Subjektif.................................................................... 20
B. Pengkajian Data Objektif...................................................................... 24
C. Rencana Tindakan................................................................................ 29

DAFTAR PUSTAKA
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Perencanaan Kehamilan

Masa prakonsepsi merupakan masa sebelum hamil, wanita

prakonsepsi diasumsikan sebagai wanita dewasa atau wanita usia subur

yang siap menjadi seorang ibu, dimana kebutuhan gizi pada masa ini

berbeda dengan masa anak-anak, remaja, ataupun lanjut usia. Periode

prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun

sebelum konsepsi dan idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan

sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi (Susilowati dan

Kuspriyanto, 2016).

Wanita pranikah merupakan bagian dari kelompok WUS yang perlu

mempersiapkan kecukupan gizi tubuhnya, karena sebagai calon ibu, gizi

yang optimal pada wanita pranikah akan mempengaruhi tumbuh kembang

janin, kondisi kesehatan bayi yang dilahirkan dan keselamatan selama

proses melahirkan. Masa pranikah dapat dikaitkan dengan masa

prakonsepsi, karena setelah menikah wanita akan segera menjalani proses

konsepsi.

Kesehatan prakonsepsi merupakan bagian dari kesehatan secara

keseluruhan selama masa reproduksi yang berguna untuk mengurangi

risiko dan mengaplikasikan gaya hidup sehat untuk mempersiapkan

kehamilan sehat dan meningkatkan kemungkinan memiliki bayi yang sehat

(Yulizawati, dkk. 2016). Universitas Sumatera Utara 10 Idealnya pasangan


suami istri perlu menyiapkan diri, setidak-tidaknya tiga atau enam bulan

sebelum konsepsi, dengan cara mengontrol pola makan dan gaya hidup

yang sehat, usahakan untuk makan-makanan yang bergizi yang dibutuhkan

janin untuk tumbuh dan berkembang. Selain itu perhatikan fungsi tubuh

dan sadari akibat yang timbul akibat sering mengkonsumsi pil dan stress

berkepanjangan. Persiapan yang baik akan menghasilkan kehamilan yang

sehat dan dengan mengikuti pola hidup sehat maka kehamilan akan

berjalan dengan baik dan dapat menghindari timbulnya depresi setelah

kelahiran ataupun kesulitan menyusui (Wendy, 2007).

Perencanaan kehamilan adalah pengetahuan kapan usia ideal dan saat

yang tepat untuk hamil serta mengatur jarak kehamilan dan jumlah anak.

Perencanaan kehamilan merupakan perencanaan berkeluarga yang optimal

melalui perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan

merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka

kematian maternal. Menjaga jarak kehamilan tidak hanya menyelamatkan

ibu dan bayi dari sisi kesehatan, namun juga memperbaiki kualitas

hubungan psikologi keluarga (Mirza, 2008).

Perencanaan kehamilan merupakan hal yang penting untuk dilakukan

setiap pasangan suami istri. Baik itu secara psikolog/mental, fisik dan

finansial adalah hal yang tidak boleh diabaikan. Merencanakan kehamilan

merupakan perencanaan kehamilan untuk mempersiapkan kehamilan guna

mendukung terciptanya kehamilan yang sehat dan menghasilkan keturunan

yang berkualitas yang diinginkan oleh keluarga (Nurul, 2013).


Perencanaan Kehamilan bertujuan untuk mencegah kehamilan 4

terlalu yaitu :

1) Terlalu muda (<20 tahun)

Kehamilan pada usia muda (<20 tahun) dapat mengakibatkan kesulitan

dalam persalinan karena organ reproduksi belum berkembang

sempurna, keracunan kehamilan (preeklamsia), keguguran, perdarahan,

resiko panggul sempit sehingga menyulitkan saat bersalin bayi lahir

sebelum waktunya, bayi berat lahir rendah (BBLR), masalah mental

sosial (ibu belum siap menerima kehamilan).

2) Terlalu tua (>35 tahun)

Kehamilan pada usia tua >35 tahun dapat meningkatkan resiko

hipertensi dalam kehamilan, diabetes, preeklamsia, bayi lahir cacat,

BBLR, prematur, dan mengalami keguguran.

3) Terlalu dekat jarak kehamilan (< 2 tahun)

Jarak kehamilan perlu diatur karena kondisi fisik dan mental ibu perlu

disiapkan, serta memberikan kesempatan pada bayi mendapatkan ASI

dan pola asuh yang baik. Jarak kehamilan satu dengan berikutnya tidak

boleh terlalu dekat sebab kondisi rahim ibu belum pulih dan perlu

waktu bagi ibu untuk menyusui dan merawat bayi. Resiko yang dapat

terjadi jika jarak kehamilan terlalu dekat diantaranya, yaitu perdarahan

pada saat melahirkan, anemia, keguguran, bayi lahir sebelum

waktunya, BBLR, cacat bawaan pada bayi.

4) Terlalu sering hamil


B. Kesuburan (Fertilitas)

Kesuburan (fertilitas) adalah kemampuan seorang wanita (istri) untuk

menjadi hamil dan melahirkan anak hidup dari pasangan pria (suami) yang

mampu menghamilkannya (Handayani, 2010). Masa subur adalah suatu

masa dalam siklus menstruasi perempuan di mana terdapat sel ovum yang

siap dibuah, sehingga bila perempuan tersebut melakukan hubungan

seksual maka dimungkinkan terjadi kehamilan. Masa subur merupakan

rentang waktu pada wanita yang terjadi “sebulan sekali” (Indriarti, 2013).

Masa subur terjadi pada hari ke-14 sebelum menstruasi selanjutnya terjad

(Purwandari, 2011).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan pasangan usia subur antara

lain:

a. Umur

Pada perempuan, usia reproduksi sehat dan aman untuk

kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Rentang usia risiko

tinggi adalah <20tahun dan ≥ 35 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia

<20 tahun secara fisik dan mental ibu belum kuat yang memungkinkan

berisiko lebih besar mengalami anemia, pertumbuhan janin terhambat,

dan persalinan prematur. Sedangkan pada usia ≥35 tahun kondisi

fisikmulai melemah. Meskipun pada umur 40 tahun keatas perempuan

masih dapat hamil, namun fertilitas menurun cepat sesudah usia

tersebut. Usia reprodukstif perempuan yang terbaik pada usia 20

tahunan, selanjutnya kesuburan secara bertahap menurun pada usia 30


tahun, terutama setelah usia 35 tahun. Pada laki-laki, tingkat kesuburan

akan mulaimenurun secara perlahan-lahan. Kesuburan laki-laki diawali

saat memasuki usia pubertas ditandai dengan perkembangan

organreproduksi, rata-rata umur 12 tahun. Perkembangan organ

reproduksi laki-laki mencapai keadaan stabil umur 20 tahun. Tingkat

kesuburan akan bertambah sesuai dengan pertambahan umur dan akan

mencapai puncaknya pada umur 25 tahun. Setelah usia 25 tahun

kesuburan pria mulai menurun secara perlahan-lahan, dimana keadaan

ini disebabkan karena perubahan bentuk dan faal organ

reproduksi(Khaidir, 2006). Disarankan pria untuk menikah pada usia

kurang dari 40 tahun, karena di atas usia tersebut motilitas,

konsentrasi, volume seminal, dan fragmentai DNA telah mengami

penurunan kualitas sehingga meningkatkan risiko kecacatan janin

(RSUA, 2013).

b. Frekuensi senggama

Fertilisasi (pembuahan) atau peristiwa terjadinya pertemuan antara

spermatozoa dan ovum, akan terjadi bila koitus (senggama)

berlangsung pada saat ovulasi. Dalam keadaan normal sel spermatozoa

masih hidup selama 1-3 hari dalam organ reproduksi wanita, sehingga

fertilisasi masih mungkin jika ovulasi terjadi sekitar 1-3 hari sesudah

koitus berlangsung. Sedangkan ovum seorang wanita umurnya lebih

pendek lagi yaitu lx24 jam, sehingga bila kiotus dilakukan pada waktu

tersebut kemungkinan besar bisa terjadi pembuahan. Hal ini berarti


walaupun suami istri mengadakan hubungan seksual tapi tidak

bertepatan dengan masa subur istri yang hanya terjadi satu kali dalam

sebulan, maka tidak akan terjadi pembuahan dan tidak akan terjadi

kehamilan pada istri (Khaidir, 2006).

c. Lama berusaha

Penelitian mengenai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk

menghasilkan kehamilan menunjukkan, bahwa 32,7% seorang istri

akan hamil dalam satu bulan pertama, 57,0% dalam tiga bulan

pertama, 72.1% dalam enam bulan pertama, 85,4% dalam 12 bulan

pertama, dan 93,4% dalam 24 bulan pertama. Waktu rata-rata yang

dibutuhkan untuk menghasilkan kehamilan adaleh. 2,3-2.8 bulan. Jadi

lama suatu pasangan suami istri berusaha secara teraturmerupakan

faktor penentu untuk dapat terjadi kehamilan (Khaidir, 2006).

C. Gizi Masa Prakonsepsi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses degesti, absorpsi, transportasi.

Penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat yang tidak digunakan

untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari

organ- organ serta menghasilkan energi (Supariasa, dkk. 2002).

Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat,

lemak, dan protein, oksidasi zatzat gizi ini menghasilkan energi yang

diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan atau aktivitas. Ketiga zat gizi

termasuk zat organik yang mengandung karbon yang dapat dibakar,


jumlah zat gizi yang paling banyak terdapat dalam pangan dan disebut

juga zat pembakar (Almatsier, 2011)

Pedoman Gizi Seimbang merupakan pedoman untuk konsumsi

makan sehari-hari yang harus mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah

(porsi) yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok umur,

mengandung berbagai zat gizi (energi, protein, vitamin dan mineral), serta

dapat dijadikan sebagai pedoman makan, aktivitas fisik, perilaku hidup

bersih dan mempertahankan berat badan normal (Kemenkes,2014).

Secara umum terdapat pesan khusus gizi seimbang yang perlu

diperhatikan bagi calon pengantin adalah mengonsumsi aneka ragam

makanan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Hal tersebut meliputi

konsumsi zat gizi makro dan mikro (karbohidrat, protein, vitamin dan

mineral) yang akan digunakan sebagai proses pertumbuhan tubuh yang

cepat, peningkatan volume darah dan peningkatan hemoglobin dalam

darah yang berguna untuk mencegah anemia yang disebabkan karena

kehilangan zat besi selama proses menstruasi (Kemenkes,2014).


Berikut merupakan anjuran Angka Kecukupan Gizi bagi WUS yang telah

ditetapkan Kemenkes:

Tabel 1
Angka Kecukupan Gizi bagi WUS

Zat Gizi 13-15 tahun 16-18 tahun 19-29 tahun 30-49 tahun

Energi
2125 2125 2250 2150
(kkal)

Protein 69 59 56 57

(g)

Folat 400 400 400 400

(meg)

B6 (mg) 1,2 1,2 1,3 1,3

B12 (mg) 2,4 2,4 2,4 2,4

Besi (mg) 26 26 26 26

Sumber: Kemenkes RI 2014.

Gizi yang memengaruhi prakonsepsi adalah karbohidrat, lemak,

protein, asam folat, vitamin A, E, dan B12, mineral zinc, besi, kalsium,

dan omega-3. Pasangan yang akan melangsungkan pernikahan

sebaiknya mulai mengubah pola makan menjadi teratur dan baik

selambat-lambatnya enam bulan sebulan sebelum kehamilan. Hal ini

dapat membantu memperbaiki tingkat kecukupan gizi pasangan


(Susilowati & Kuspriyanto, 2016).

Berikut pola makan yang disarankan pada pasangan prakonsepsi

untuk mengonsumsi dalam jumlah yang mencukupi:

a. Karbohidrat

Karbohidrat yang disarankan adalah kelompok polisakarida (seperti

nasi, jagung, sereal, umbi-umbian) dan disarankan membatasi konsumsi

monosakarida (seperti gula, sirup, makanan, dan minuman yang tinggi

gula).

b. Protein

Kekurangan protein pada tingkat berat akan memperlambat

perkembangan hormone endokrin sehingga kemampuan untuk

mengikat hormone androgen rendah. Makanan yang kaya protein bisa

diperoleh dari telur, daging, tempe, dan tahu. Serangan radikal bebas

(oksidan) yang memengaruhi kesehatan reproduksi.

c. Asam Folat

Kecukupan nutrisi asam folat dapat mengurangi resiko bayi lahir

kecacatan system saraf dengan neutral tube defect(NTD) seperti spina

bifida sebanyak 70%.

d. Vitamin B6

Sumber vitamin B6 antara lain ayam, ikan, ginjal, beras merah,

kacang kedelai, kacang tanah, pisang, dan kol.

e. Vitamin D

Vitamin D dirodukski dari dalam tubuh dengan bantuan sinar


matahari, selain itu dapat diperoleh dari susu, telur, mentega, keju,

minyak ikan, ikan tuna, dan ikan salmon.

f. Zinc

Zinc sangat penting untuk calon ibu karena zinc membantu

produksi materi genetik ketika pembuahan terjadi. Menjaga asupan zinc

sesuai AKG, yaitu 15 mg/hari dapat membantu menjaga sistem

reproduksi berfungsi normal.

g. Zat besi

Kekurangan zat besi pada calon ibu dapat menyebabkan anemia

dengan menunjukkan gejala lelah, sulit konsentrasi, dan gampang

infeksi.Juga dapat mengurangi resiko ibu hamil mengalami defisiensi

anemia gizi besi yang dapat membahayakan ibu dan kandungannya.

(Susilowati & Kuspriyanto, 2016).

Berikut sekilas sumber nutrisi penting bagi wanita prakonsepsi hingga

masa kehamilan (MacDougall, 2003):

Tabel 2.
Sumber Nutrisi Bagi Wanita Prakonsepsi

Sumber Nutrisi Penting

Produk dari susu (susu, mentega, keju, dsb), telur,


Vitamin A
minyak ikan, sayuran berwarna hijau, dan kuning.

Semua jenis beras atau gandum, ragi, kacang-


Vitamin B1
kacangan, biji-bijian, dan sayuran daun-daunan hijau.
Semua jenis beras atau gandum, sayuran hijau, dan
Vitamin B2
telur.

Semua jenis beras atau gandum, ragi, minyak ikan,


Vitamin B3
telur, dan susu.

Telur, kacang-kacangan, biji-bijian, semua jenis beras-


Vitamin B5
berasan atau gandum, alpukat.

Vitamin B6 Seluruh tepung, ragi, biji gandum, jamur, kentang.

Vitamin B12 Telur, daging, tiram, susu.

Sayuran daun-daunan hijau, jeruk, dan kacang-


Asam folat
kacangan.

Vitamin C Buah sitrun, stroberi, lada manis, tomat, dan kentang.

Susu asam, minyak ikan (sarden), margarin, kuning


Vitamin D
telur, sinar matahari.

Minyak sayur, biji gandum, kacang-kacangan, biji


Vitamin E
bunga matahari, brokoli.

Produk susu, sardin kalengan, salmon termasuk

Kalsium tulangnya, sayur dan daun-daunan hijau, kacang-

kacangan.

Daging merah, kacang-kacangan, telur, sayuran daun-


Besi
daunan hijau.

Biji gandum, bekatul, seluruh jenis tepung, kacang-


Seng
kacangan, bawang, tiram.

Berikut adalah makanan yang sebaiknya makanan yang dikonsumsi oleh

ibu dalam persiapan kehamilan yang mengandung:

a) Protein meningkatkan produksi sperma. Makanlah telur, ikan, daging,

tahu dan tempe.

b) Asam folat, penting bagi calon bunda sejak prakonsepsi sampai

kehamilan trimester pertama. Berperan dalam perkembangan system

saraf pusat dan darah janin, cukup asam folat mengurangi risiko bayi

lahir dengan cacat sistem saraf sebanyak 70%. Makanlah sayuran

hijau tua, jeruk, avokad, hati sapi, kedelai, tempe, dan serealia.Minum

400 mikrogram asam folat setiap hari, jika seorang wanita memiliki

kadar asam folat yang cukup setidaknya 1 bulan sebelum dan selama

kehamilan, dapat membantu mencegah kecacatan pada otak dan tulang

belakang bayi. Asam folat dapat diperoleh melalui makanan, seperti

sayuran berwarna hijau tua (bayam, sawi hijau, caisim mini),

asparagus, brokoli, papaya, jeruk, stroberi, rasberi, kacang-kacangan,

alpukat, okra, kembang kol, seledri, wortel, buah bit, dan jagung.

Sebagian susu untuk ibu hamil pun mengandung asam folat cukup

tinggi, sehingga dapat membantu memenuhi kebutuhan Ibu. Ibu dapat

memilih susu untuk ibu hamil yang rasanya enak untuk mengurangi

rasa mual, serta tentu merupakan produk yang berkualitas tinggi.

c) Konsumsi berbagai Vitamin


1) Vitamin A

Berperan cukup penting dalam produksi sperma yang sehat. Terdapat

pada hati, mentega, margarin, telur, susu, ikan berlemak, brokoli,

wortel, bayam, dan tomat.

2) Vitamin D

Kekurangan vitamin D akan menurunkan tingkat kesuburan hingga

75%. Sumber vitamin D diproduksi di dalam tubuh dengan bantuan

sinar matahari, selain itu dapat pula diperoleh dari telur, susu, hati,

minyak ikan, ikan tuna, margarin, dan ikan salmon.

3) Vitamin E

Vitamin E dapat meningkatkan kemampuan sperma membuahi sel

telur dan mencegah keguguran karena perannya dalam menjaga

kesehatan dinding rahim dan plasenta. Banyak terdapat pada minyak

tumbuh-tumbuhan, bekatul gandum, dan kecambah atau tauge.

4) Vitamin B6

Kekurangan vitaminini akan menyebabkan terjadinya

ketidakseimbangan hormon, padahal keseimbangan hormon estrogen

dan progesteron penting untuk terjadinya kehamilan. Sumber vitamin

B6 antara lain ayam, ikan, beras merah, kacang kedelai, kacang tanah,

pisang, dan sayur kol.

5) Vitamin C

Pada wanita, vitamin C berperan penting untuk fungsi indung telur

dan pembentukan sel telur. Selain itu, sebagai antioksidan


(bekerjasama dengan vitamin E dan beta karoten) vitamin C berperan

melindungi sel-sel organ tubuh dari serangan radikal bebas (oksidan)

yang mempengaruhi kesehatan sistem reproduksi . Vitamin C banyak

terdapat pada jambu biji, jeruk, stroberi, pepaya, mangga, sawi, tomat,

dan cabai merah.

d) Cukupi zat seng

Berperan penting dalam pertumbuhan organ seks dan juga

pembentukan sperma yang sehat. Bagi calon Bunda, seng membantu

produksi materi generatik ketika pembuahan terjadi. Bagi calon ayah,

melancarkan pembentukan sperma. Sumber seng antara lain makanan

hasil laut/seafood (seperti lobster, ikan, daging kepiting, ed.), daging,

kacang-kacangan (kacang mete dan almond), biji-bijian (biji labu dan

bunga matahari, ed), serta produk olahan susu.

e) Cukupi zat besi

Kekurangan zat besi membuat siklus ovulasi (pelepasan sel telur)

bunda tergangu. Makanan atau multivitamin yang mengandung zat

besi akan membantu dalam persiapan kehamilan dan menghindari

anemia yang sering kali dikeluhkan oleh ibu hamil. Sumbernya: hati,

daging merah, kuning telur, sayuran hijau, jeruk, dan serealia yang

diperkaya zat besi.

f) Fosfor

Jika kekurangan, menurunkan kualitas sperma calon ayah. Ada di

susu, dan ikan teri.


g) Selenium (Se)

Berperan penting dalam produksi sperma yang sehat. Gejala

kekurangan selenium antara lain tekanan darah tinggi, disfungsi

seksual dan ketidaksuburan. Sumber selenium antara lain adalahberas,

bawang putih, kuning telur, seafood, jamur, dan semangka.

h) Kurangi konsumsi kandungan makanan yang berminyak

Sebaiknya digantikan dengan minyak zaitun. Kandungan asam lemak

yang terkandung di dalam minyak zaitun bermanfaat untuk kesehatan

jantung, tubuh, serta level kolestrol sehingga menyeimbangkan

endokrin yang sehat.

i) Kalori Ekstra

Perhatikan pula kebutuhan kalori ekstra yang dapat menunjang

kehamilan anda.Anda dapat mempersiapkannya sebelum kehamilan

dengan mendapatkannya dari berbagai jenis makanan seperti sereal,

nasi, roti dan pasta. Kalori bermanfaat untuk menyokong perubahan

tubuh ibu selama kehamilan.

j) Membatasi Kafein

Batasi konsumsi kopi dan teh dikarenakan mengandung kafein yang

dapat memperburuk kesehatan menjelang persiapan kehamilan.

Rekomendasi dari pakar kesehatan bahwa mengawali kehamilan dapat

dilakukan dengan batas mengkonsumsi kafein sebanyak 200 miligram,

hal ini juga dapat dibatasi sampai kehamilan.


Pada ibu masa prakonsepsi di anjurkan untuk menghindari konsumsi :

1) Daging mentah, karena mengandung Toksoplasma, parasit penyebab

infeksi janin, dan bakteri E.coli yang berbahaya bagi kehamilan dan

janin.

2) Sayuran mentah (lalap dan salad). Bila proses pencucian kurang baik,

dapat mengandung toksoplasma.

3) Daging ayam dan telur ½ matang atau mentah, kemungkinan ada

bakteri salmonella penyebab diare berat.

4) Ikan bermekuri. Merkuri yang terakumulasi dan tertinggal di darah

akan memengaruhi sistem saraf janin. Waspada makan ikan tuna

kalengan, tuna beku, kakap putih, bawal hitam, marlin, tongkol, dan

hiu. Meski kaya omega 3 dan 6,ikan dari sebagian perairan Indonesia

diduga tercemar merkuri melalui penurunan kualitas air maupun rantai

makanan.

5) Keju lunak (brie, camembert, blueveined cheese, keju dari susu

kambing dan domba). Berisiko membawa bakteri listeria.

6) Kafein, menghambat kehamilan dan mengurangi penyerapan zat

besi.Sebuah studi di Amerika menemukan bahwa minum kopi tiga

cangkir sehari dengan kandungan cafein sekitar 300 mg, dapat

menurunkan kemungkinan wanita hamil sekitar 27% dibanding

mereka yang bukan peminum kopi.


7) Menghindari makanan yang mengandung zat adiktif seperti,

pengawet, pemanis buatan, dan pewarna makanan.

D. Konseling

a. Pengertian Konseling

Salah satu upaya untuk menyadarkan masyarakat mengenai gizi

adalah melalui konseling gizi. Secara umum, definisi konseling adalah

suatu proses dua arah yang terjadi antara konselor dan klien yang

bertujuan untuk membantu klien mengatasi dan mengambil keputusan

yang benar dalam mengatasi masalah gizi yang dihadapi (Supariasa,

2014).

Konseling gizi adalah suatu cara untuk meningkatkan pengetahuan

dan kemampuan individu atau keluarga melalui bentuk pendekatan

guna mendapatkan pengertian yang lebih baik, sehingga diharapkan

individu atau keluarga mampu mengambil langkah-langkah untuk

mengatasi masalah gizi termasuk perubahan pola makan serta

memecahkan masalah terkait gizi kearah kebiasaan hidup sehat

(Cornelia, dkk 2013).

Peran keluarga juga turut membantu dalam keberhasilan konseling gizi.

Anggota keluarga yang lain dapat mendukung pelaksanaan perubahan

pola makan klien. Hingga pada akhirnya klien dapat menerapkan pola

makan yang baik sesuai dengan yang diharapkan.

b. Tujuan Konseling
Tujuan konseling gizi adalah secara umum adalah membantu

klien dalam upaya megubah prilaku yang berkaitan dengan gizi,

sehingga status gizi klien menjadi lebih baik.Perilaku yang diubah

meliputi pengetahuan dan sikap.

c. Manfaat Konseling

Dalam melakukan konseling diperlukan hubungan yang baik antara

konselor dan klien melalui kesepakatan untuk bekerja sama, melakukan

komunikasi, dan terlibat dalam proses yang berkesinambungan dalam

upaya memberikan pengetahuan, keterampilan, serta sumber daya.

Proses konseling diharapkan dapat memberikan manfaat pada klien

sebagai berikut:

a) Membantu klien untuk mengenali masalah kesehatan dan gizi

yang dihadapi.

b) Membantu klien memahami penyebab terjadinya masalah.

c) Membantu klien untuk mencari alternatif pemecahan masalah.

d) Membantu klien untuk memilih cara pemecahan masalah yang

paling sesuai baginya.

e) Membantu proses penyembuhan penyakit melalui perbaikan gizi

klien.

d. Tempat Konseling

Pada prinsipnya dapat dilaksanakan dimana saja asal memenuhi konsep

kenyamanan dan informasi yang disampaikan klien tidak didengar

orang yang tidak berkepentingan serta dijamin kerahasiaanya


(Supariasa, 2014). Namun, ada beberapa persyaratan khusus yang harus

dipenuhi untuk dapat dikatakan layak sebagai tempat dilakukannya

konsultasi, antara lain :

a) Ruangan tersendiri terpisah dengan ruangan lain sehingga klien

merasa nyaman.

b) Ada tempat atau meja untuk mendemonstrasikan materi konseling,

c) Lokasi mudah dijangkau oleh klien, termasuk klien yang memiliki

keterbatasan fisik.

d) Ruangan memiliki cukup cahaya dan sirkulasi udara.

e) Ruangan didukung dengan fasilitas yang memadai antara lain

tersedia poster, leflet, dan food model.

e. Waktu

Waktu pelaksanaan konseling sangat bergantung pada kasus yang

ditangani berat ringannya masalah, keaktifan klien, dan waktu

kunjungan, yaitu kunjungan awal/pertama, kedua, ketiga dan

seterusnya.Secara umum waktu pelaksanaan konseling berkisar

antara 30-60 menit.Dengan pembagian 30 menit diawal digunakan

untuk menggali data, dan 30 menit berikutnya untuk diskusi dan

oemecahan masalah.
BAB II

TINJAUN TEORI DAN ASUHAN KEBIDANAN

A. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan

1. Pengkajian Data Subyektif

a. Identitas

1) Nama

Untuk mengetahui nama klien berguna untuk memperlancar

komunikasi dalam asuhan sehingga tidak terlihat kaku dan lebih

akrab. 

2) Umur

Umur perlu dikaji guna mengetahui umur klien yang akan diberikan

asuhan.

3) Agama

Menanyakan agama klien dan berbagai praktik agama yang dijalani.

Informasi ini dapat menuntun ke suatu diskusi tentang pentingnya

agama dalam kehidupan klien, tradisi keagamaan dalam kehamilan

dan kelahiran, perasaan tentang jenis kelamin tenaga kesehatan dan

pada beberapa kasus, penggunaan produk darah. 

4) Pendidikan
Menanyakan pendidikan tertinggi yang klien tamatkan. Informasi ini

membantu klinis memahami klien sebagai individu dan memberi

gambaran kemampuan baca tulisnya.

5) Suku/ Bangsa : Ras, etnis, dan keturunan

Harus diidentifikasi dalam rangka memberikan perawatan yang peka

budaya kepada klien dan mengidentifikasi wanita atau keluarga yang

memiliki kondisi resesif otosom dengan insiden yang tinggi pada

populasi tertentu. Jika kondisi yang demikian diidentifikasi, wanita

tersebut diwajibkan menjalani skrining genetik.

6) Pekerjaan

Untuk mengetahui pekerjaan klien adalah penting untuk mengetahui

apakah klien berada dalam keadaan masih sekolah, bekerja dan status

ekonomi keluarga.

7) Alamat

Alamat rumah klien perlu diketahui bidan untuk lebih memudahkan

saat pertolongan persalinan dan untuk mengetahui jarak rumah dengan

tempat rujukan.

b. Data Subyektif

1) Alasan Kunjungan

Untuk mengetahui alasan wanita datang ke tempat bidan/ klinik, yang

diungkapkan dengan kata-katanya sendiri. Tujuan kunjungan biasanya

untuk mendapatkan diagnosis ada/tidaknya kehamilan, mendapatkan

perawatan kehamilan, menentukan usia kehamilan dan perkiraaan


persalinan, menentukan status kesehatan ibu dan janin dan

menentukan rencana pemeriksaan/penatalaksanaan lainnya.

2) Keluhan Utama

Alasan kenapa klien datang ke tempat bidan. Dituliskan sesuai dengan

yang diungkapkan oleh klien serta menanyakan sejak kapan hal

tersebut dikeluhkan klien. Mendengarkan keluhan klien sangat penting

untuk pemeriksaan.

3) Riwayat Kesehatan

Data dari riwayat kesehatan ini dapat kita gunakan sebagai penanda

(warning akan adanya penyulit). Riwayat Kesehatan ini meliputi

riwayat kesehatan klien sekarang dan terdahulu dan riwayat kesehatan

keluarga.

4) Riwayat Obstetri :

a) Menarche

Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi. Wanita

haid pertama kali umumnya sekitar 12-16 tahun. Hal ini

dipengaruhi oleh keturunan, keadaan gizi, bangsa, lingkungan,

iklim dan keadaan umum.

b) Siklus Haid

Siklus haid adalah jarak antara haid yang dialami dengan haid

berikutnya dalam hitungan hari. Biasanya sekitar 23-32 hari, siklus

haid yang normal adalah 28 hari.

c) Lamanya Haid
Lamanya haid yang normal adalah ± 7 hari. Apabila sudah

mencapai 15 hari berarti sudah abnormal dan kemungkinan adanya

gangguan ataupun penyakit yang mempengaruhi. 

d) Volume

Data ini menjelaskan seberapa banyak darah yang

dikeluarkan. Sebagai acuan biasanya digunakan kriteria banyak,

sedang dan sedikit. Biasanya untuk menggali lebih dalam pasien

ditanya sampai berapa kali ganti pembalut dalam sehari.

Normalnya yaitu 2 kali ganti pembalut dalam sehari. Apabila

darahnya terlalu berlebih, itu berarti telah menunjukan gejala

kelainan banyaknya darah haid.

5) Pola pemenuhan sehari-hari

a) Nutrisi

Data ini penting untuk diketahui agar bisa mendapatkan bagaimana

pasien mencukupi asupan gizinya

b) Eliminasi

1) BAB : Dikaji frekuensinya (BAB nya teratur atau tidak, jika

mengatakan terlalu sering dan feses cair bisa dicurigai

mengalami diare dan jika terlalu jarang BAB serta feses kering

dan keras, dicurigai klien mengalami konstipasi), warnanya

(normalnya warna feses berwarna kuning kecoklatan).

2) BAK : Dikaji frekuensinya (seberapa sering ia berkemih dalam

sehari. Meningkatnya frekuensi berkemih dikarenakan


meningkatnya jumlah cairan yang masuk, atau juga karena

adanya tekanan dinding vesika urinaria. Warna  urine

(normalnya urine berwarna bening, jka urine berwarna keruh

dicurigai klien menderita DM karena urin keruh disebabkan

adanya penumpukan glukosa), bau urine (bau urine normalnya

seperti bau Amonia (NH3).

c) Aktivitas : Data ini memberikan gambaran tentang seberapa berat

aktivitas yang biasa dilakukan pasien di rumah.

d) Istirahat : Jadwal istirahat perlu diperhatikan karena istirahat dan

tidur yang teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan

rohani.

e) Personal Hygiene : Kebersihan jasmani sangat penting karena saat

hamil banyak berkeringat terutama di daerah lipatan kulit. Mandi 2-

3x sehari membantu kebersihan badan dan mengurangi infeksi.

Pakaian sebaiknya dari bahan yang dapat menyerap keringat,

sehingga badan selalu kering terutama di daerah lipatan kulit.

2. Pengkajian Data Obyektif

Pengkajian data obyektif dilakukan melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi,

auskultasi dan perkusi. Langkah-langkah pemeriksaannya adalah sebagai

berikut:

a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan umum
Data ini didapat dengan mengamati keadaan pasien secara

keseluruhan.

Hasil pengamatan yang dilaporkan kriterianya adalah sebagai berikut :

a) Baik

Jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan

dan orang lain serta secara fisik pasien tidak mengalami

ketergantungan dalam berjalan.

b) Lemah

Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak

memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain

dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri.

2) Kesadaran

Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat

melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan

komposmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien

tidak dalam keadaan sadar). 

3) Tanda – Tanda Vital

a) Tekanan darah : normal 90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg.

b) Nadi : denyut nadi 60-100 kali per menit.


c) Pernafasan: normal 12 - 20 kali per menit.

d) Suhu : suhu normal 36,5-37,2 derajat Celcius.

e) Berat badan

f) Tinggi badan.

g) LILA : normal ≥ 23,5 cm.

h)  IMT : IMT untuk memprediksi derajat lemak tubuh dan

pengukurannya direkomendasikan federal untuk mengklarifikasi

kelebihan berat badan dan obesitas. Cara mengukur IMT dihitung

dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat

tinggi badannya dalam meter (kg/m2).

4) Status Present

a) Kepala

Dikaji ukuran, bentuk,  kontur, kesimetrisan kepala, kesimetrisan

wajah, lokasi struktur.

b) Rambut

Dikaji warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak.

c) Muka

Dikaji apakah pucat atau tidak.

d) Telinga

Dikaji ada pembesaran atau  tidak, ketajaman pendengaran, letak

telinga di kepala, bentuk, ada tonjolan atau tidak, ada rabas pada

aurikula dan autium atau tidak, edema atau tidak, adalesi atau tidak,
adanya sumbatan atau benda asing pada saluran pendengaran

eksterna atau tidak.

e) Mata

Dikaji kelopak mata edema atau tidak, ada tanda-tanda infeksi atau

tidak, warna konjungtiva, warna sklera, ukuran dan bentuk serta

kesamaan pupil.

f) Hidung

Dikaji adanya fascuping hidung atau tidak, kesimetrisan, ukuran,

letak, rongga hidung bebas sumbatan atau tidak, ada polip atau

tidak, ada tanda-tanda infeksi atau tidak.

g) Mulut

Dikaji :

1) Bibir (warna dan integritas jaringan seperti lembab / kering)

2) Lidah (warna, kebersihan)

3) Gigi (kebersihan, karies, gangguan pada mulut).

h) Leher

Dikaji kesimetrisan, ada/tidaknya nyeri tekan, ada/tidaknya

pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran kelenjar limfe, dan

ada/tidaknya bendungan vena jugularis.

i) Ketiak

Dikaji tentang ada/tidaknya pembesaran kelenjar limfe.

j) Dada
Dikaji bentuk, simetris atau tidak, bentuk dan keimetrisan

payudara, bunyi/denyut jantung, ada/tidaknya gangguan pernafasan

(auskultasi).

k) Ekstremitas

l) Genitalia eksterna

m) Anus

b. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan darah untuk mengetahui faktor

rhesus, golongan darah, Hb dan penyakit rubella.

3. Rencana Tindakan

Pelaksanaan asuhan yang dilakukan sesuai dengan apa yang sudah

teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan,

dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut, apa yang akan

terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah

perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial

ekonomi, kultural, atau masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan

terhadap klien tersebut harus mencakup setiap hal yang berkaitan dengan

semua aspek asuhan kesehatan.


DAFTAR PUSTAKA
Almatsier Sunita, Susirah Soetardjo dan Moesijanti Soekarti. 2011. Gizi Dalam
Daur Kehidupan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Cornelia, Edith Sumedi dan Irfanny Anwar. 2013. Konseling Gizi. Jakarta:
Penerbit Plus.
Hestuningtyas, Tiara Rosania dan Etika Ratna Noer. 2014. Pengaruh Konseling
Gizi Terhadap Pengetahuan, Sikap, Praktik Ibu Dalam Pemberian Makan
Anak, Dan Asupan Zat Gizi Anak Stunting Usia 1- 2 Tahun Di Kecamatan
Semarang Timur. Journal of Nutrition College, Volume 3, Nomor 1, Tahun
2014, Halaman 17 – 25.
Kementerian Kesehatan RI, 2013. Angka Kecukupan Gizi (AKG). Jakrta:
Kementerian Kesehatan RI
Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Jakarta: 2013.
Lestari, Eni. 2015. Pengaruh konseling gizi sebaya terhadap asupan serat dan
lemak jenuh pada remaja obesitas di Semarang. Universitas Diponegoro.
Muslihatun, W. N, et al. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.
Rahim Rahmiyati, A.Razak Thaha dan Citrakesumasari. 2013. Pengetahuan dan
sikap wanita prakonsepsi tentang gizi dan kesehatan reproduksi sebelum dan
setelah suscatin di kecamatan ujung tanah. Makassar: Universitas Hasanudin.
Siwi, Setiyo, Satiti., 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Gizi dengan
Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Di Kecamatan Jebres Surakarta.
Supariasa, I Dewa Nyoman. 2014. Pendidikan dan Konsultasi Gizi. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Susilowati. Kuspriyanto. 2016. Gizi dalam Daur Kehidupan, Bandung: PT Refika
Aditama.

Anda mungkin juga menyukai