Anda di halaman 1dari 47

JOURNAL READING

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA MASA PRAKONSEPSI DAN

PERENCANAAN KEHAMILAN SEHAT

Oleh :
LOVIA ANGRAINI
NIM P05140521019

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
KOTA BENGKULU

2021
HALAMAN PERSETUJUAN

JOURNAL READING ASUHAN KEBIDANAN “PERSIAPAN

KEHAMILAN SEHAT“ DI PUSKESMAS JALAN GEDANG

KOTA BENGKULU

Oleh:

LOVIA ANGRAINI

NIM P05140521019

Menyetujui,

Pembimbing Akademik

Suci Sholihat, SST, M.Keb


NIP. 1990122262020122006
Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Diah Eka Nugraheni,M.Keb

NIP. 198012102002122002

2
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK)

PADA WANITA PRAKONSEPSI DI KOTA MAKASSAR

Fauziah Hamid, A. Razak Thaha, Abdul Salam Bagian Gizi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin (ziahamid_gz10@yahoo.com,
art.mks@gmail.com, salam_skm01@yahoo.com, 081355258442)

ABSTRAK

Status gizi prakonsepsi merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi

kondisi kehamilan dan kesejahteraan bayi yang penanggulangannya akan lebih

baik jika dilaksanakan pada saat sebelum hamil. Masalah gizi di Indonesia dan di

negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah gizi kurang.

Penelitian bertujuan mengetahui faktor risiko KEK pada wanita prakonsepsi di

Kota Makassar. Jenis penelitian yang digunakan adalah case control. Populasi

adalah seluruh wanita prakonsepsi di Kota Makassar. Sampel penelitian ini adalah

wanita prakonsepsi usia 18-35 tahun. Penarikan sampel menggunakan purposive

sampling dengan besar sampel 48 orang. Analisis data yang dilakukan adalah

univariat, bivariat dan multivariat dengan uji chi square, uji odds ratio dan uji

regresi logistik. Hasil penelitian diperoleh bahwa penyakit infeksi memiliki

hubungan dan besar risiko yang bermakna dengan KEK (p=0,000, OR=10,71,

95% CI=2,02-43,80). Pengetahuan gizi memiliki hubungan dan besar risiko yang

bermakna dengan KEK (p=0,000, OR=0,06, 95% CI=0,01-0,27). Penyakit infeksi

merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap risiko KEK

(OR=13,531). Kesimpulan dari penelitian bahwa penyakit infeksi merupakan

faktor risiko KEK pada wanita prakonsepsi dan pengetahuan gizi merupakan

faktor protektif KEK pada wanita prakonsepsi.

3
BAB I
ISI JURNAL

A. Judul jurnal
Analisis Faktor Resiko Kekurangan Energi Kronik (KEK) Pada Wanita
Prakonsepsi Di Kota Makassar.
B. Abstrak

Status gizi prakonsepsi merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi

kondisi kehamilan dan kesejahteraan bayi yang penanggulangannya akan lebih

baik jika dilaksanakan pada saat sebelum hamil. Masalah gizi di Indonesia dan

di negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah gizi

kurang. Penelitian bertujuan mengetahui faktor risiko KEK pada wanita

prakonsepsi di Kota Makassar. Jenis penelitian yang digunakan adalah case

control. Populasi adalah seluruh wanita prakonsepsi di Kota Makassar.

Sampel penelitian ini adalah wanita prakonsepsi usia 18-35 tahun. Penarikan

sampel menggunakan purposive sampling dengan besar sampel 48 orang.

Analisis data yang dilakukan adalah univariat, bivariat dan multivariat dengan

uji chi square, uji odds ratio dan uji regresi logistik. Hasil penelitian diperoleh

bahwa penyakit infeksi memiliki hubungan dan besar risiko yang bermakna

dengan KEK (p=0,000, OR=10,71, 95% CI=2,02-43,80). Pengetahuan gizi

memiliki hubungan dan besar risiko yang bermakna dengan KEK (p=0,000,

OR=0,06, 95% CI=0,01-0,27). Penyakit infeksi merupakan variabel yang

paling besar pengaruhnya terhadap risiko KEK (OR=13,531). Kesimpulan dari

penelitian bahwa penyakit infeksi merupakan faktor risiko KEK pada wanita

4
prakonsepsi dan pengetahuan gizi merupakan faktor protektif KEK pada

wanita prakonsepsi.

C. Pendahuluan/Latar Belakang/Tujuan
Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya

masih didominasi oleh masalah gizi kurang. Data dari Departemen Kesehatan

menggambarkan bahwa masalah gizi di Indonesia ternyata lebih serius dari

perkiraan selama ini. Bahkan masalah gizi pada kelompok terrtentu

memengaruhi status gizi pada periode siklus kehidupan berikutnya

(intergenation impact). Wanita dan anak-anak merupakan kelompok yang

paling rentan mengalami KEK.

Menurut data Riskesdas 2007, proporsi wanita usia subur risiko KEK usia

15- 19 tahun yang hamil sebesar 38,5% dan yang tidak hamil sebesar 46,6%.

Pada usia 20-24 tahun adalah sebesar 30,1% yang hamil dan yang tidak hamil

sebesar 30,6%. Selain itu, pada usia 25-29 tahun adalah sebesar 20,9% yang

hamil dan 19,3% yang tidak hamil. Serta pada usia 30-34 tahun adalah sebesar

21,4% yang hamil dan 13,6% yang tidak hamil. Hal ini menunjukkan proporsi

WUS risiko KEK mengalami peningkatan dalam kurun waktu selama 7 tahun.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Ujung Tanah,

ditemukan data terkait masalah KEK di 2 kelurahan, yaitu Pattingaloang

sebesar 21,82% dan Kelurahan Cambaya 26,37 %. Sementara itu di

Biringkanaya berdasarkan profil kesehatan makassar dapat dilihat persentase

keadaan gizi kurang dan gizi buruk mencapai 21,1%, hal ini mengindikasikan

bahwa ada masalah sebelum kelahiran balita ini, masalah tersebut bisa

5
disebabkan oleh KEK dan IMT kurang baik pada ibu prakonsepsional, baik

saat kehamilan maupun sebelum kehamilan di Kecamatan Biringkanaya .

Status gizi prakonsepsi merupakan salah faktor yang dapat memengaruhi

kondisi kehamilan dan kesejahteraan bayi yang penanggulangannya akan lebih

baik jika dilaksanakan pada saat sebelum hamil. Wanita usia 20-35 tahun

merupakan sasaran yang lebih tepat dalam pencegahan masalah gizi yang

salah satunya adalah kekurangan energi kronik. Kisaran usia tersebut

merupakan saat yang tepat bagi wanita untuk mempersiapkan diri secara fisik

dan mental menjadi seorang ibu yang sehat sehingga diharapkan mendapatkan

bayi yang sehat .

Malnutrisi dapat mempermudah tubuh terkena penyakit infeksi dan juga

infeksi akan mempermudah status gizi dan mempercepat malnutrisi, yang

salah satunya berdampak pada penurunan asupan gizi akibat kurang nafsu

makan. Dalam hal ini jumlah asupan makan/asupan gizi dan penyakit/infeksi

menjadi penyebab langsung masalah gizi. Gambaran pola penyakit di Kota

Makassar masih didominasi oleh penyakit infeksi yang berhubungan erat

dengan keadaan gizi.

Rendahnya asupan makanan dapat disebabkan oleh rendahnya

pengetahuan dan perilaku makan seseorang. Rendahnya pengetahuan gizi

dapat menyebabkan rendahnya pemilihan makanan dan memiliki peran dalam

masalah nutrisi. Faktor lain yang berperan dalam menentukan status kesehatan

seseorang adalah tingkat sosial ekonomi, dalam hal ini adalah pendidikan,

pekerjaan, dan pengeluaran .

6
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang akan dilaksanakan

oleh Anang S Otolowu di Kecamatan Ujung Tanah dan Biringkanaya pada ibu

prekonsepsi yang bertujuan melihat pengaruh pemberian Multi Micro Nutrien

(MMN) pada masa perikonsepsional dalam mencegah kerusakan DNA. Anang

S Otolowu merupakan Mahasiswa S3 Pasca Sarjana Unhas. Berdasarkan latar

belakang tersebut, penelitian ini bertujuan mengetahui faktor risiko KEK pada

wanita prakonsepsi di Kota Makassar.

D. Metodologi

Jenis penelitian yang digunakan adalah case control study. Penelitian ini

dilaksanakan di Kecamatan Biringkanaya, Kecamatan Ujung Tanah,

Kecamatan Tallo dan Kecamatan Bontoala Kota Makassar pada bulan Maret –

Juni tahun 2014. Populasi penelitian adalah seluruh wanita prakonsepsi usia

18-35 tahun. Penarikan sampel menggunakan purposive sampling dengan

besar sampel 48 wanita prakonsepsi, terdiri dari 16 kelompok kasus dan 32

kelompok kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara

menggunakan kuesioner. Analisis data yang dilakukan adalah univariat,

bivariat, multvariat dengan uji chi square, uji odds ratio, dan uji regresi

logistik. Penyajian data dalam bentuk tabel dan disertai narasi.

E. Hasil

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 48 orang yang terdiri dari 16

kelompok kasus (KEK) dan 32 kelompok kontrol (non KEK). Berdasarkan

karasteristik umum wanita prakonsepsi di Kota Makassar menunjukkan bahwa

sebagian besar responden berusia 18-29 tahun (87,5%) dengan tingkat

7
pendidikan terbanyak adalah tamat SMU (25%), terbanyak bekerja sebagai ibu

rumah tangga (66,7%), terbanyak memiliki pendapatan <500.000 rupiah

(60%), dan terbanyak bertempat tinggal di ujung tanah (33,3%).

Asupan gizi dengan KEK pada wanita prakonsepsi menunjukkan bahwa

kelompok kasus yang memiliki asupan energi lebih sebanyak 56,2% dan

asupan energi kurang sebanyak 18,8% dengan nilai p=0,391, OR=2,66, 95%

CI=0,27-25,63. Kelompok kasus yang memiliki asupan protein lebih sebanyak

75% dan asupan protein kurang sebanyak 18,8% dengan nilai p=0,540,

OR=0,33, 95% CI=0,009- 11,93. Kelompok kasus yang memiliki asupan

lemak lebih sebanyak 50% dan asupan lemak kurang sebanyak 43,8%, dengan

nilai p=0,163, OR=0,20, 95% CI=0,01-2,18. Kelompok kasus yang memiliki

asupan karbohidrat lebih sebanyak 62,5% dan asupan karbohidrat kurang

sebanyak 6,2% dengan nilai p=0,612, OR=2,00, 95% CI=0,13- 29,80.

Kelompok kasus yang memiliki asupan Fe lebih sebanyak 18,8% dan asupan

Fe kurang sebanyak 56,2% dengan nilai p=0,783, OR=1,24, 95% CI=0,26-

5,91. Kelompok kasus yang memiliki asupan Zn lebih sebanyak 37,5% dan

asupan Zn kurang sebanyak 43,8% dengan nilai p=0,405, OR=0,49, 95%

CI=0,09-2,65.

Kelompok kasus yang pernah menderita penyakit infeksi sebanyak 75%

dan yang tidak pernah menderita penyakit infeksi sebanyak 25% dengan nilai

p=0,000, OR=10,71, 95% CI=2,02-43,80. Kelompok kasus yang memiliki

berpendidikan rendah sebanyak 31,2% dan berpendidikan tinggi sebanyak

68,8% dengan nilai p=0,102, OR=0,35, 95% CI=0,10-1,25. Kelompok kasus

8
yang tidak bekerja sebanyak 81,2% dan yang bekerja sebanyak 18,8% dengan

nilai p=0,130, OR=2,90, 95% CI=0,70-12,51. Kelompok kasus dengan sosial

ekonomi rendah sebanyak 31,2% dan dengan sosial ekonomi tinggi sebanyak

68,8% dengan nilai p=1,000, OR=1,00, 95% CI=0,27-3,65. Serta kelompok

kasus yang berpengetahuan kurang sebanyak 75% dan yang berpengetahuan

baik sebanyak 25% dengan nilai p=0,000, OR=0,06, 95% CI=0,01-0,27.

Variabel yang paling berhubungan dengan KEK adalah penyakit infeksi

dengan OR yaitu 13,531. Sedangkan pengetahuan gizi juga merupakan

variabel yang berhubungan dengan KEK namun sebagai faktor protektif

dengan OR =0,009.

F. Pembahasan

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa responden yang

memiliki asupan gizi lebih dan asupan gizi kurang memiliki peluang yang

sama untuk menderita KEK. Hasil uji statistik diperoleh tidak ada perbedaan

proporsi asupan gizi baik makro dan mikro dengan KEK. Hal tersebut

dipengaruhi oleh metode pengukuran makanan yang menggunakan kuisioner

frekuensi makanan dalam jangka waktu satu bulan terakhir. Hal ini menjadi

salah satu faktor yang menyebabkan tidak berpengaruhnya asupan makanan

dengan KEK. KEK merupakan masalah gizi kronik yang tidak akan langsung

berdampak jika seseorang kekurangan atau kelebihan makan dalam satu bulan

terakhir. Sehingga dapat dikatakan bahwa asupan gizi bukan sebagai faktor

risiko KEK meskipun secara teori asupan gizi sebagai penyebab langsung

masalah gizi. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Muchlisa yang berhasil

9
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara asupan energi, protein,

lemak dan karbohidrat dengan KEK.

Responden yang pernah menderita penyakit infeksi memiliki peluang yang

lebih besar untuk menderita KEK dibandingkan dengan responden yang tidak

pernah menderita penyakit infeksi. Hasil uji statistik diperoleh perbedaan

proporsi asupan gizi baik makro dan mikro dengan KEK dengan nilai OR

10,71 artinya responden yang pernah menderita infeksi beresiko KEK 10,71

kali dibandingkan responden yang tidak pernah menderita penyakit infeksi

dalam 3 bulan terakhir. Jenis penyakit infeksi yang paling sering dialami

responden adalah diare, kecacingan dan ISPA. Hal ini sejalan dengan

penelitain Marice Simarmata yang menyatakan bahwa penyakit infeksi

merupakan faktor risiko KEK dengan besar risiko 2,365. Secara teori, wanita

yang mendapat cukup asupan tapi memiliki riwayat menderita sakit pada

akhirnya akan menderita gizi kurang. Demikian pula pada wanita yang tidak

memperoleh cukup makanan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan

akan mudah terserang penyakit. Penyakit atau gizi buruk merupakan faktor

yang dapat memengaruhi kesehatan pada wanita .

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa responden dengan

tingkat pendidikan tinggi maupun rendah memiliki peluang yang sama untuk

menderita KEK. Hasil uji statistik diperoleh tidak ada perbedaan proporsi

pendidikan dengan KEK. Ini sangat bertentangan dengan teori bahwa tingkat

pendidikan yang rendah memugkinkan rendahnya pengetahuan wanita tentang

asupan gizi dan kesehatan. Hal ini pun sejalan dengan penelitian Ausa pada

10
ibu hamil bahwa tidak terdapat perbedaan proporsi KEK berdasarkan

pendidikan. Hasil telaah fakta dilapangan memang cukup banyak responden

yang ditemukan berpendidikan tinggi dan memiliki fasilitas rumah yang

memadai, namun responden berisiko KEK yang penyebabnya dapat terjadi

pada yang berpendidikan tinggi belum tentu mampu menyusun makanan yang

memenuhi persyaratan gizi dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah.

Penyebabnya pun bisa terjadi karena faktor aktivitas responden sehingga dapat

cepat stress, pola hidup dan pola makan yang tidak teratur sehingga tidak

mustahil responden dapat berisiko KEK.

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa responden yang

bekerja dan tidak bekerja memiliki peluang yang sama untuk menderita KEK.

Hal ini sejalan dengan penelitian Ausa pada ibu hamil bahwa tidak terdapat

perbedaan proporsi KEK berdasarkan pekerjaan. Wanita yang berperan

sebagai ibu rumah tangga memiliki tingkat kesehatan yang lebih rendah

dibandingkan wanita yang bekerja dan memiliki rutinitas di luar rumah.

Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang secara tidak langsung

mempengaruhi KEK. Jika beberapa faktor tidak dikendalikan akan

menyebabkan faktor pekerjaan ini tidak memberikan hubungan yang

signifikan terhadap KEK.

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa responden dengan

status sosial ekonomi rendah dan tinggi memiliki peluang yang sama untuk

menderita KEK. Hal ini pun juga sejalan dengan penelitian Ausa pada ibu

hamil bahwa tidak terdapat proporsi KEK berdasarkan

11
pendapatan/pengeluaran. Keluarga dengan tingkat ekonomi rendah biasanya

akan membelanjakan sebagian pendapatannya untuk makanan dan semakin

tinggi pendapatan maka semakin bertambah pula pengeluaran untuk belanja.

Pola pengeluaran rumah tangga dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan

yang diukur berdasarkan pengeluaran pangan dan non pangan. Pengeluaran

rendah berpeluang bear untuk menderita KEK yang disebabkan rendahnya

pengeluaran pangan akan berkorelasi positif dengan kualitas belanja pangan .

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa responden yang

berpengetahuan kurang memiliki peluang lebih besar untuk menderita KEK.

Hasil uji statistik diperoleh ada perbedaan proporsi pengetahuan gizi dengan

KEK dengan nilai OR 0,06 artinya responden dengan pengetahuan gizi baik

memiliki pengaruh pencegahan 0,06 kali menderita KEK dibandingkan

responden dengan pengetahuan gizi kurang. Hal ini sejalan dengan penelitian

Marice Simarmata bahwa ada hubungan signifikan antara pengetahuan gizi

dengan KEK dengan besar risiko 3,852 yang artinya responden

berpengetahuan gizi rendah memiliki peluang 3,852 kali menderita KEK

dibandingkan responden berpengetahuan gizi baik. Pengetahuan merupakan

faktor yang sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dan

konsumsi makanan. Seseorang yang memiliki pengetahuan baik tentang suatu

hal maka akan cenderung mengambil keputusan yang tepat berkaitan dengan

masalah tersebut dibandingkan yang berpengetahuan rendah. Dari hasil

wawancara responden, sebagian besar cukup memahami tentang gizi kurang,

dampak gizi kurang, serta pola makan untuk persiapan kehamilan.

12
G. Kesimpulan dan Saran

Penelitian ini menyimpulkan bahwa penyakit infeksi merupakan faktor

risiko KEK pada wanita prakonsepsi, pengetahuan gizi merupakan faktor

protektif KEK pada wanita prakonsepsi, serta asupan gizi, pendidikan,

pekerjaan, pengeluaran bukan faktor risiko KEK pada wanita prakonsepsi.

Penyakit infeksi merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap

variabel KEK.

Saran yaitu perlu adanya penyuluhan atau sosialisasi mengenai faktor

risiko kekurangan energi kronik yang dimana masih menjadi masalah gizi

pada wanita agar lebih menjaga kesehatan selama masa prakonsepsi sampai

masa kehamilan agar risiko KEK dapat dikurangi dan terhindar dari dampak

KEK yang dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah. Selain itu, lebih

menjaga kondisi kesehatan tubuh dan kesehatan lingkungan sekitar, menjaga

pola makan serta sesering mungkin mengontrol kondisi kesehatan di

puskesmas atau bidan terdekat sebagai pencegahan dini terhadap penyakit

infeksi yang rentan diderita.

13
BAB II
TELAAH JURNAL

A. Judul Jurnal
Judul jurnal sudah sesuai dengan syarat penulisan judul jurnal yang
baik yaitu relevan dengan tema yang dikaji. Judul jurnal sudah
menggambarkan isi dari penelitian. Judul sudah ditulis secara ringkas,
padat dan jelas.
B. Abstrak
Isi abstrak dari jurnal ini sudah mencakup latar belakang, tujuan,
metode penelitian, hasil dan kesimpulan. Kemudian kaidah penulisan juga
sudah sesuai. Abstrak sudah mewakili inti hasil penelitian. Bahasanya
mudah dimengerti dan dipahami, sehingga pembaca tidak salah
menafsirkan isi.
C. Pendahuluan
Pada pendahuluan jurnal ini sudah dijelaskan mengenai angka
kejadian KEK dan sudah membahas Faktor-faktor Resiko Kekurangan
Energi Kronik (KEK) Pada Wanita Prakonsepsi. referensi yang digunakan
sudah terpercaya yaitu dari jurnal-jurnal.
D. Metodologi
Metodologi yang digunakan sudah sesuai tujuan penelitian.
Pengambilan sampel sudah sesuai. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini cukup banyak.
E. Hasil dan Pembahasan/Diskusi
Hasil dari jurnal ini sudah membahas sesuai dengan tujuan
penelitian. Hasil dijabarkan dengan lengkap dan akurat, dengan bahasa
yang lugas tidak ambigu. Pembahasan juga sudah menggunakan referensi

14
dari banyak jurnal pendukung, sehingga menggunakan teori dari berbagai
sumber. Bahasanya juga jelas dan mudah dipahami oleh pembaca.

F. Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan sudah mampu menjawab secara padat ringkas dari
tujuan penellitian. Saran juga sudah diperuntukkan dengan sesuai. Namun
kesimpulan dan saran masih digabung menjadi satu.

G. PICOT
Populasi wanita prakonsepsi usia 18-35 tahun di wilayah
Kecamatan Biringkanaya, Kecamatan Ujung Tanah,
Kecamatan Tallo dan Kecamatan Bontoala Kota
Makassar.

Intervensi Pemberian Kuisioner

Comparatif Tidak ada

Outcome Mengetahui Faktor Resiko yang berhubungan dengan


Kekurangan Energi Kronik (KEK) Pada Wanita
Prakonsepsi Di Kota Makassar
Time Tahun 2016

H. RAMMbo

Representatif Ya

Alokasifair Ya

Maintenance Ya
fair

Measurement Tidak dijelaskan


Blinded

15
Objective

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Perencanaan Kehamilan

Masa prakonsepsi merupakan masa sebelum hamil, wanita

prakonsepsi diasumsikan sebagai wanita dewasa atau wanita usia subur

yang siap menjadi seorang ibu, dimana kebutuhan gizi pada masa ini

berbeda dengan masa anak-anak, remaja, ataupun lanjut usia. Periode

prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun

sebelum konsepsi dan idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan

sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi (Susilowati dan

Kuspriyanto, 2016).

Wanita pranikah merupakan bagian dari kelompok WUS yang perlu

mempersiapkan kecukupan gizi tubuhnya, karena sebagai calon ibu, gizi

yang optimal pada wanita pranikah akan mempengaruhi tumbuh kembang

janin, kondisi kesehatan bayi yang dilahirkan dan keselamatan selama

proses melahirkan. Masa pranikah dapat dikaitkan dengan masa

prakonsepsi, karena setelah menikah wanita akan segera menjalani proses

konsepsi.

16
Kesehatan prakonsepsi merupakan bagian dari kesehatan secara

keseluruhan selama masa reproduksi yang berguna untuk mengurangi

risiko dan mengaplikasikan gaya hidup sehat untuk mempersiapkan

kehamilan sehat dan meningkatkan kemungkinan memiliki bayi yang sehat

(Yulizawati, dkk. 2016). Universitas Sumatera Utara 10 Idealnya pasangan

suami istri perlu menyiapkan diri, setidak-tidaknya tiga atau enam bulan

sebelum konsepsi, dengan cara mengontrol pola makan dan gaya hidup

yang sehat, usahakan untuk makan-makanan yang bergizi yang dibutuhkan

janin untuk tumbuh dan berkembang. Selain itu perhatikan fungsi tubuh

dan sadari akibat yang timbul akibat sering mengkonsumsi pil dan stress

berkepanjangan. Persiapan yang baik akan menghasilkan kehamilan yang

sehat dan dengan mengikuti pola hidup sehat maka kehamilan akan

berjalan dengan baik dan dapat menghindari timbulnya depresi setelah

kelahiran ataupun kesulitan menyusui (Wendy, 2007).

Perencanaan kehamilan adalah pengetahuan kapan usia ideal dan saat

yang tepat untuk hamil serta mengatur jarak kehamilan dan jumlah anak.

Perencanaan kehamilan merupakan perencanaan berkeluarga yang optimal

melalui perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan

merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka

kematian maternal. Menjaga jarak kehamilan tidak hanya menyelamatkan

ibu dan bayi dari sisi kesehatan, namun juga memperbaiki kualitas

hubungan psikologi keluarga (Mirza, 2008).

17
Perencanaan kehamilan merupakan hal yang penting untuk dilakukan

setiap pasangan suami istri. Baik itu secara psikolog/mental, fisik dan

finansial adalah hal yang tidak boleh diabaikan. Merencanakan kehamilan

merupakan perencanaan kehamilan untuk mempersiapkan kehamilan guna

mendukung terciptanya kehamilan yang sehat dan menghasilkan keturunan

yang berkualitas yang diinginkan oleh keluarga (Nurul, 2013).

Perencanaan Kehamilan bertujuan untuk mencegah kehamilan 4

terlalu yaitu :

1) Terlalu muda (<20 tahun)

Kehamilan pada usia muda (<20 tahun) dapat mengakibatkan kesulitan

dalam persalinan karena organ reproduksi belum berkembang

sempurna, keracunan kehamilan (preeklamsia), keguguran, perdarahan,

resiko panggul sempit sehingga menyulitkan saat bersalin bayi lahir

sebelum waktunya, bayi berat lahir rendah (BBLR), masalah mental

sosial (ibu belum siap menerima kehamilan).

2) Terlalu tua (>35 tahun)

Kehamilan pada usia tua >35 tahun dapat meningkatkan resiko

hipertensi dalam kehamilan, diabetes, preeklamsia, bayi lahir cacat,

BBLR, prematur, dan mengalami keguguran.

3) Terlalu dekat jarak kehamilan (< 2 tahun)

Jarak kehamilan perlu diatur karena kondisi fisik dan mental ibu perlu

disiapkan, serta memberikan kesempatan pada bayi mendapatkan ASI

dan pola asuh yang baik. Jarak kehamilan satu dengan berikutnya tidak

18
boleh terlalu dekat sebab kondisi rahim ibu belum pulih dan perlu

waktu bagi ibu untuk menyusui dan merawat bayi. Resiko yang dapat

terjadi jika jarak kehamilan terlalu dekat diantaranya, yaitu perdarahan

pada saat melahirkan, anemia, keguguran, bayi lahir sebelum

waktunya, BBLR, cacat bawaan pada bayi.

4) Terlalu sering hamil

2. Kesuburan (Fertilitas)
Kesuburan (fertilitas) adalah kemampuan seorang wanita (istri) untuk
menjadi hamil dan melahirkan anak hidup dari pasangan pria (suami) yang
mampu menghamilkannya (Handayani, 2010). Masa subur adalah suatu
masa dalam siklus menstruasi perempuan di mana terdapat sel ovum yang
siap dibuah, sehingga bila perempuan tersebut melakukan hubungan
seksual maka dimungkinkan terjadi kehamilan. Masa subur merupakan
rentang waktu pada wanita yang terjadi “sebulan sekali” (Indriarti, 2013).
Masa subur terjadi pada hari ke-14 sebelum menstruasi selanjutnya terjad
(Purwandari, 2011).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan pasangan usia subur antara
lain:
a. Umur
Pada perempuan, usia reproduksi sehat dan aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Rentang usia risiko
tinggi adalah <20tahun dan ≥ 35 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia
<20 tahun secara fisik dan mental ibu belum kuat yang memungkinkan
berisiko lebih besar mengalami anemia, pertumbuhan janin terhambat,
dan persalinan prematur. Sedangkan pada usia ≥35 tahun kondisi
fisikmulai melemah. Meskipun pada umur 40 tahun keatas perempuan
masih dapat hamil, namun fertilitas menurun cepat sesudah usia
tersebut. Usia reprodukstif perempuan yang terbaik pada usia 20
tahunan, selanjutnya kesuburan secara bertahap menurun pada usia 30

19
tahun, terutama setelah usia 35 tahun. Pada laki-laki, tingkat kesuburan
akan mulaimenurun secara perlahan-lahan. Kesuburan laki-laki diawali
saat memasuki usia pubertas ditandai dengan perkembangan
organreproduksi, rata-rata umur 12 tahun. Perkembangan organ
reproduksi laki-laki mencapai keadaan stabil umur 20 tahun. Tingkat
kesuburan akan bertambah sesuai dengan pertambahan umur dan akan
mencapai puncaknya pada umur 25 tahun. Setelah usia 25 tahun
kesuburan pria mulai menurun secara perlahan-lahan, dimana keadaan
ini disebabkan karena perubahan bentuk dan faal organ
reproduksi(Khaidir, 2006). Disarankan pria untuk menikah pada usia
kurang dari 40 tahun, karena di atas usia tersebut motilitas,
konsentrasi, volume seminal, dan fragmentai DNA telah mengami
penurunan kualitas sehingga meningkatkan risiko kecacatan janin
(RSUA, 2013).
b. Frekuensi senggama
Fertilisasi (pembuahan) atau peristiwa terjadinya pertemuan antara
spermatozoa dan ovum, akan terjadi bila koitus (senggama)
berlangsung pada saat ovulasi. Dalam keadaan normal sel spermatozoa
masih hidup selama 1-3 hari dalam organ reproduksi wanita, sehingga
fertilisasi masih mungkin jika ovulasi terjadi sekitar 1-3 hari sesudah
koitus berlangsung. Sedangkan ovum seorang wanita umurnya lebih
pendek lagi yaitu lx24 jam, sehingga bila kiotus dilakukan pada waktu
tersebut kemungkinan besar bisa terjadi pembuahan. Hal ini berarti
walaupun suami istri mengadakan hubungan seksual tapi tidak
bertepatan dengan masa subur istri yang hanya terjadi satu kali dalam
sebulan, maka tidak akan terjadi pembuahan dan tidak akan terjadi
kehamilan pada istri (Khaidir, 2006).
c. Lama berusaha
Penelitian mengenai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan kehamilan menunjukkan, bahwa 32,7% seorang istri
akan hamil dalam satu bulan pertama, 57,0% dalam tiga bulan

20
pertama, 72.1% dalam enam bulan pertama, 85,4% dalam 12 bulan
pertama, dan 93,4% dalam 24 bulan pertama. Waktu rata-rata yang
dibutuhkan untuk menghasilkan kehamilan adaleh. 2,3-2.8 bulan. Jadi
lama suatu pasangan suami istri berusaha secara teraturmerupakan
faktor penentu untuk dapat terjadi kehamilan (Khaidir, 2006)

3. Tujuan Penilaian Prakonsepsi

Berikut ada 3 tujuan utama dari perawatan prakonsepsi adalah untuk :

a. Mengidentifikasi potensi risiko untuk ibu , janin , dan kehamilan

b. Mendidik wanita tentang risiko ini, pilihan untuk intervensi dan

manajemen

c. Memulai intervensi untuk mendapatkan luaran yang optimal bagi ibu

dan janinnya, melalui Konseling, motivasi, optimasi penyakit , dan

rujukan spesialis

4. Penilaian Resiko Prakonsepsi

Tujuan utama penilaian risiko adalah untuk mendapatkan riwayat

kesehatan reproduksi secara menyeluruh, pertanyaan meliputi :

1. Usia

Seiring dengan peningkatan usia ibu, risiko infertilitas, aneuploidi

janin, keguguran , diabetes gestasional , preeklamsia , dan lahir mati

juga meningkat. Wanita harus menyadari risiko ini dan sebaiknya

jangan menunda kehamilan sampai usia 30-an atau 40-an, atau

sebaliknya tidak harus hamil lagi pada usia tersebut bila tidak betul-

21
betul diperlukan. Usia ayah yang lanjut juga memiliki beberapa risiko

bagi anak .

2. Riwayat Pekerjaan

3. Riwayat umum

1) Keinginan dan rencana untuk hamil, lama menikah, rencana

menikah

2) Siklus menstruasi

3) Kontrasepsi yang sedang atau pernah dipakai

4) Obat-obatan yang pernah/sedang dipakai

5) Alergi obat-obatan atau lainnya

4. Riwayat ginekologis

1) Hasil papsmear abnormal

2) Gangguan siklus menstruasi

3) Mioma uteri, Kista ovarium

4) Operasi ginekologis

5) Penyakit menular seksual seperti gonore, klamidia, kondiloma,

sifilis atau herpes

5. Riwayat Obstetri buruk

1) Pernah abortus, hamil kosong/blighted ova, kematian janin, bayi

cacat

2) Pernah mengalami KPD/Ketuban Pecah Dini, kelahiran preterm,

bayi

dengan BBLR.

22
3) Pernah hamil di luar kandungan

4) Pernah hamil mola, atau penyakit trofoblas gestasional ganas

5) Perdarahan dalam kehamilan/pascasalin

6) Jarak kehamilan yang terlalu dekat dan Jumlah Paritas terlalu banyak

(Grandemultigravida)

6. Imunisasi yang pernah didapat

1) Hepatitis B

2) Tetanus Toksoid

3) Rubella

7. Penyakit Keturunan

1) Diabetes mellitus

2) Talasemia dan Hemofilia

3) Penyakit autoimun (HIV, SLE,APS)

4) Epilepsi

5) Sistik fibrosis

8. Penyakit Kronis yang pernah/sedang diderita

1) Diabetes melitus

2) Hipertensi

3) Penyatik rongga mulut dan gigi

4) Obesitas berat

5) Anemia

6) Infeksi Menular Seksual (IMS)

7) Hepatitis

23
8) Malaria

9) TORCH

9. Obat-obatan yang pernah/sedang dikonsumsi

1) Kokain

2) Heroin

10. Pernah mendapat produk darah, pernah mengalami komplikasi

transfuse

11. Diet yang sedang dilakukan, suplemen atau herbal yang dikonsumsi

5. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Prakonsepsi

1. Kesiapan aspek psikologis

Saat memutuskan untuk merencanakan kehamilan calon ibu

dapat memikirkan tujuan memiliki anak atau tidak memiliki anak, dan

bagaimana mencapai tujuan ini. Hal ini disebut dengan rencana hidup

reproduktif. Misalnya jika berpikir ingin menunda kehamilan, pilihlah

kontrasepsi yang sesuai untuk mencapai tujuan tersebut. Jika berpikir

untuk hamil, sangatlah penting untuk mengambil langkah-langkah agar

Ibu dapat hamil dalam keadaan sehat dan melahirkan bayi yang sehat

pula. Bidan dapat memperkaya pengetahuan seputar kehamilan yang

berhubungan dengan perencanaan, perawatan selama kehamilan,

menjelang persalinan, pasca persalinan dan juga perawatan bayi dari

berbagai sumber yang terpercaya. Apabila diperlukan anda langsung

dapat bertanya dengan ahlinya sehingga anda dapat mempersiapkan

24
langsung kehamilan anda secara sehat. Agar kehamilan yang akan

dijalani tidak menimbulkan ketegangan. Hindari hal –hal yang akan

memberi pengaruh buruk dalam keseimbangan hormonal. Stres dapat

merusak siklus bulanan, dan mencegah proses ovulasi.

Sebuah studi membuktikan, wanita dengan tingkat stres tinggi

umumnya sulit hamil. Jadi sangat baik jika dapat mengatasi stres

sehingga tidak mempengaruhi siklus menstruasi. Klien dapat

menyiapkan kesiapan secara psikis termasuk perubahan yang akan

terjadi pada saat kehamilan yang akan berlangsung. Serta mendapatkan

dukungan selama kehamilan dari orang terdekat seperti dari suami dan

keluarga besar sehingga kesiapan anda dalam menjadi ibu baru semakin

siap. Selain itu, kondisi kejiwaan bisa sangat mempengaruhi

kandungan, oleh karena itu orang tua harus mempersiapkan diri secara

mental untuk menghadapi proses ini. Selama sembilan bulan masa

kehamilan, biasanya terjadi perubahan-perubahan psikologis tidak

hanya pada ibu tetapi juga pada ayah calon bayi. Selama sembilan

bulan, emosi kita dapat terperas olehnya.

2. Kesiapan fisik

Pengaruh fisik juga sangat mempengaruhi proses kehamilan.

Tanpa ada fisik yang bagus, kehamilan kemungkinan tidak akan

terwujud dan bahkan kalau kehamilan itu terwujud, kemungkinan fisik

yang tidak prima akan memengaruhi janin. Menjaga kebugaran dan

kesehatan tubuh dengan olahraga teratur. Selama masa prakonsepsi,

25
pastikan calon ibu dan calon ayah cukup berolahraga. Aktivitas fisik ini

tidak perlu dilakukan selama berjam-jam. Cukup 3 kali dalam seminggu

selama 1/2 jam, dan lakukan secara rutin. Olah raga selain

menyehatkan, juga mencegah terjadinya kelebihan berat badan. Fisik

seorang wanita sehat saat akan hamil dan pada waktu hamil diharapkan

tidak terlalu gemuk maupun tidak terlalu kurus alias normal. Untuk

menemukan berat tubuh yang ideal juga harus dengan

memperhitungkan faktor tinggi badan. Berat badan ideal dapat dihitung

dengan menggunakan rumus 90% dikali dengan (tinggi badan

seseorang lalu dikurangi 100). Namun, apabila tinggi badan perempuan

tersebut kurang dari 150 sentimeter, maka rumusnya tinggi badannya

dikurangi 100.Selain berat badan, hal lain dari persiapan fisik sang ibu

adalah soal Indeks Massa Tubuh (IMT).

Pastikan IMT normal sebelum hamil atau saat mempersiapkan

kehamilan. Adapun cara yang digunakan untuk menghitung IMT

tersebut yakni berat badan dibagi dengan tinggi badan dalam ukuran

satuan meter kuadrat (BMI = (BB) / [(TB) x(TB)]. Apabila hasil dari

IMT antara 18,5-22,9, maka bisa dikatakan IMT Anda normal.

Misalnya: BB = 45 kg dan TB = 165 cm, maka BMI = (45) /

[(1.65) x (1.65)] = 16.5. Apakah Anda termasuk kurus, normal, atau

overwight? Lihat patokan di bawah ini:

- BMI < 18.5 = berat badan kurang (underweight)

- BMI 18.5 – 24 = normal

26
- BMI 25 - 29 = kelebihan berat badan (overweight)

- BMI > 30 = obesitas

Berat badan yang sehat membantu pembuahan dan kehamilan

membuat lebih nyaman. Diet penurunan berat badan harus benar-benar

dikontrol agar dapat aman selama kehamilan, terutama disarankan

untuk wanita yang mengalami kelebihan berat badan serius, tetapi harus

disertai dengan selalu berkonsultasi dengan petuga kesehatan yang

mungkin menyarankan rujukan ke ahli gizi. Berat badan kurang bisa

membuat Anda kurang subur, orang terlalu kurus karena kekurangan

lemak yang dapat mendukung. Sementara kelebihan berat badan

menempatkan Anda pada risiko lebih besar untuk mengalami

komplikasi, seperti tekanan darah tinggi dan diabetes selama kehamilan.

Ada juga risiko tinggi komplikasi selama persalinan dan kelahiran dan

orang yang terlalu gemuk akan mengalami proses ovulasi tidak teratur.

3. Menjaga pola makan

Persiapan kehamilan sehat memang sangat penting terkait dengan

makanan dan nutrisi yang klien konsumsi. Memperbanyak konsumsi

buah dan sayuran merupakan salah satu solusi. Sebaliknya, hindari

makanan yang mengandung zat-zat aditif seperti penyedap, pengawet,

pewarna dan sejenisnya. Kandungan radikal bebas dari zat aditif

tersebut dapat memicu terjadinya mutasi genetik pada anak sehingga

menyebabkan kelainan fisik, cacat dan sejenisnya. Disiplin membenahi

pola makan bukannya tanpa alasan. Karena, zat-zat gizi akan

27
mengoptimalkan fungsi organ reproduksi, mempertahankan kondisi

kesehatan selama hamil, serta mempersiapkan cadangan energy bagi

tumbuh kembang janin.

Pastikan pada saat hamil ibu mengkonsumsi makanan yang sehat

dan tidak berlebihan pada satu gizi tertentu saja. Misalnya jika

mengkonsumi protein terlalu tinggi pada masa kehamilan, maka akan

menyebabkan janin di dalam kandungan akan tumbuh terlalu besar,

badan ibu menjadi bengkak di bagian kaki dan sebagainya. Maka

proporsional lah dalam mengkonsumsi suatu menu dan gizi tertentu.

Untuk makanan ibu hamil biasanya disesuaikan dengan usia kehamilan.

Ini akan berpengaruh terhadap faktor perkembangan janin. Saat terjadi

pembuahan, janin sudah terekpos apa yang dimakan ibusejak dua

mingu sebelumnya. Pilih makanan sehat, dan memperhatikan asupan

makanan yang mendukung pembentukan janin sehat. Menurut Adriani

(2012) Berikut adalah makanan yang sebaiknya konsumsi makanan

yang mengandung:

a) Protein meningkatkan produksi sperma. Makanlah telur, ikan, daging,

tahu dan tempe.

b) Asam folat, penting bagi calon bunda sejak prakonsepsi sampai

kehamilan trimester pertama. Berperan dalam perkembangan system

saraf pusat dan darah janin, cukup asam folat mengurangi risiko bayi

lahir dengan cacat sistem saraf sebanyak 70%. Makanlah sayuran

hijau tua, jeruk, avokad, hati sapi, kedelai, tempe, dan serealia.Minum

28
400 mikrogram asam folat setiap hari, jika seorang wanita memiliki

kadar asam folat yang cukup setidaknya 1 bulan sebelum dan selama

kehamilan, dapat membantu mencegah kecacatan pada otak dan tulang

belakang bayi. Asam folat dapat diperoleh melalui makanan, seperti

sayuran berwarna hijau tua (bayam, sawi hijau, caisim mini),

asparagus, brokoli, papaya, jeruk, stroberi, rasberi, kacang-kacangan,

alpukat, okra, kembang kol, seledri, wortel, buah bit, dan jagung.

Sebagian susu untuk ibu hamil pun mengandung asam folat cukup

tinggi, sehingga dapat membantu memenuhi kebutuhan Ibu. Ibu dapat

memilih susu untuk ibu hamil yang rasanya enak untuk mengurangi

rasa mual, serta tentu merupakan produk yang berkualitas tinggi.

c) Konsumsi berbagai Vitamin

1) Vitamin A

Berperan cukup penting dalam produksi sperma yang sehat. Terdapat

pada hati, mentega, margarin, telur, susu, ikan berlemak, brokoli,

wortel, bayam, dan tomat.

2) Vitamin D

Kekurangan vitamin D akan menurunkan tingkat kesuburan hingga

75%. Sumber vitamin D diproduksi di dalam tubuh dengan bantuan

sinar matahari, selain itu dapat pula diperoleh dari telur, susu, hati,

minyak ikan, ikan tuna, margarin, dan ikan salmon.

3) Vitamin E

29
Vitamin E dapat meningkatkan kemampuan sperma membuahi sel

telur dan mencegah keguguran karena perannya dalam menjaga

kesehatan dinding rahim dan plasenta. Banyak terdapat pada minyak

tumbuh-tumbuhan, bekatul gandum, dan kecambah atau tauge.

4) Vitamin B6

Kekurangan vitaminini akan menyebabkan terjadinya

ketidakseimbangan hormon, padahal keseimbangan hormon estrogen

dan progesteron penting untuk terjadinya kehamilan. Sumber vitamin

B6 antara lain ayam, ikan, beras merah, kacang kedelai, kacang tanah,

pisang, dan sayur kol.

5) Vitamin C

Pada wanita, vitamin C berperan penting untuk fungsi indung telur

dan pembentukan sel telur. Selain itu, sebagai antioksidan

(bekerjasama dengan vitamin E dan beta karoten) vitamin C berperan

melindungi sel-sel organ tubuh dari serangan radikal bebas (oksidan)

yang mempengaruhi kesehatan sistem reproduksi . Vitamin C banyak

terdapat pada jambu biji, jeruk, stroberi, pepaya, mangga, sawi, tomat,

dan cabai merah.

d) Cukupi zat seng

Berperan penting dalam pertumbuhan organ seks dan juga

pembentukan sperma yang sehat. Bagi calon Bunda, seng membantu

produksi materi generatik ketika pembuahan terjadi. Bagi calon ayah,

melancarkan pembentukan sperma. Sumber seng antara lain makanan

30
hasil laut/seafood (seperti lobster, ikan, daging kepiting, ed.), daging,

kacang-kacangan (kacang mete dan almond), biji-bijian (biji labu dan

bunga matahari, ed), serta produk olahan susu.

e) Cukupi zat besi

Kekurangan zat besi membuat siklus ovulasi (pelepasan sel telur)

bunda tergangu. Makanan atau multivitamin yang mengandung zat

besi akan membantu dalam persiapan kehamilan dan menghindari

anemia yang sering kali dikeluhkan oleh ibu hamil. Sumbernya: hati,

daging merah, kuning telur, sayuran hijau, jeruk, dan serealia yang

diperkaya zat besi.

f) Fosfor

Jika kekurangan, menurunkan kualitas sperma calon ayah. Ada di

susu, dan ikan teri.

g) Selenium (Se)

Berperan penting dalam produksi sperma yang sehat. Gejala

kekurangan selenium antara lain tekanan darah tinggi, disfungsi

seksual dan ketidaksuburan. Sumber selenium antara lain adalahberas,

bawang putih, kuning telur, seafood, jamur, dan semangka.

h) Kurangi konsumsi kandungan makanan yang berminyak

Sebaiknya digantikan dengan minyak zaitun. Kandungan asam lemak

yang terkandung di dalam minyak zaitun bermanfaat untuk kesehatan

31
jantung, tubuh, serta level kolestrol sehingga menyeimbangkan

endokrin yang sehat.

i) Kalori Ekstra

Perhatikan pula kebutuhan kalori ekstra yang dapat menunjang

kehamilan anda.Anda dapat mempersiapkannya sebelum kehamilan

dengan mendapatkannya dari berbagai jenis makanan seperti sereal,

nasi, roti dan pasta. Kalori bermanfaat untuk menyokong perubahan

tubuh ibu selama kehamilan.

j) Membatasi Kafein

Batasi konsumsi kopi dan teh dikarenakan mengandung kafein yang

dapat memperburuk kesehatan menjelang persiapan kehamilan.

Rekomendasi dari pakar kesehatan bahwa mengawali kehamilan dapat

dilakukan dengan batas mengkonsumsi kafein sebanyak 200 miligram,

hal ini juga dapat dibatasi sampai kehamilan.

Pada ibu masa prakonsepsi di anjurkan untuk menghindari konsumsi :

1) Daging mentah, karena mengandung Toksoplasma, parasit penyebab

infeksi janin, dan bakteri E.coli yang berbahaya bagi kehamilan dan

janin.

2) Sayuran mentah (lalap dan salad). Bila proses pencucian kurang baik,

dapat mengandung toksoplasma.

3) Daging ayam dan telur ½ matang atau mentah, kemungkinan ada

bakteri salmonella penyebab diare berat.

32
4) Ikan bermekuri. Merkuri yang terakumulasi dan tertinggal di darah

akan memengaruhi sistem saraf janin. Waspada makan ikan tuna

kalengan, tuna beku, kakap putih, bawal hitam, marlin, tongkol, dan

hiu. Meski kaya omega 3 dan 6,ikan dari sebagian perairan Indonesia

diduga tercemar merkuri melalui penurunan kualitas air maupun rantai

makanan.

5) Keju lunak (brie, camembert, blueveined cheese, keju dari susu

kambing dan domba). Berisiko membawa bakteri listeria.

6) Kafein, menghambat kehamilan dan mengurangi penyerapan zat

besi.Sebuah studi di Amerika menemukan bahwa minum kopi tiga

cangkir sehari dengan kandungan cafein sekitar 300 mg, dapat

menurunkan kemungkinan wanita hamil sekitar 27% dibanding

mereka yang bukan peminum kopi.

4. Menghilangkan kebiasaan buruk

Menghentikan kebiasaan buruk misalnya perokok berat, morfinis,

pecandu narkotika dan obat terlarang lainnya, kecanduan alkohol, gaya

hidup dengan perilaku seks bebas. Kebiasaan merokok, minum alkohol, atau

bahkan menggunakan narkoba, dapat menyebabkan berbagai masalah

selama kehamilan, juga janin yang dikandung, Bayi dapat lahir prematur,

lahir dengan cacat bawaan hingga kematian janin.

Penelitian menyebutkan kebiasaan mengkonsumsi alkohol akan

mengganggu kesuburan oleh karena itu mengkonsumsi alkohol sebelum dan

selama kehamilan akan memperburuk kondisi kesehatan ibu dan

33
janin.Perempuan yang minum alkohol memiliki kemungkinan rendah untuk

bisa hamil. Sedangkan untuk kaum pria, minum alkohol dapat

mempengaruhi kualitas sperma dengan menurunkan tingkat testosteron dan

bisa menyebabkan testis layu.

Hentikan kebiasaan merokok secara total ketika merencanakan

kehamilan dan juga selama kehamilan. Perokok pasif sama bahayanya

dengan perokok aktif oleh karena itu sebaiknya minta suami anda untuk

menghentikan kebiasaan merokok. Perempuan merokok secara langsung

menurunkan kesuburan. Racun pada rokok sangat berbahaya bagi tuba

falopi, dapat mengakibatkan kerusakan kromosom pada telur, dan

melemahkan kemampuan untuk menghasilkan estrogen yang sangat

diperlukan untuk menyiapkan lapisan rahim menjelang kehamilan. Sebuah

studi di Finlandia menemukan, bahwa 41,9% pria perokok tidak subur

dibandingkan dengan 27,8% pria yang tidak merokok. Pria perokok

memiliki lebih sedikit sperma ketika ejakulasi. Dan secara medis, merokok

terbukti menyebabkan impotensi. Orang tua perokok juga memiliki

kemungkinan untuk menghasilkan anak cacat genetik dan memiliki dua kali

risiko lebih besar untuk mengidap kanker anak.Tentu saja Anda tidak bisa

menggantikan alkohol dan rokok dengan ganja atau kokain. Karena narkoba

jauh lebih berbahaya dampaknya bagi pemakai dan janin yang akan

dikandungnya kelak.Yang tidak kalah penting adalah biasakan berhubungan

seks. Selalu melakukan seks aman. Kecuali jika Anda yakin bahwa

pasangan terhindar dari penyakit menular seksual, kondom adalah alat

34
pengaman yang baik untuk mencegah ancaman pada kesuburan, seperti

Chlamydia/jamuryang dapat menyebabkan kemandulan.

Selain itu lakukanlah hubungan seks di saat yang tepat. Tentu saja ini

sudah jelas, akan tetapi yang perlu dicatat adalah bahwa seks yang teratur

meningkatkan kesempatan untuk hamil. Manfaatkan waktu yang paling

subur dan pastikan waktu bercinta secara teratur sekitar tanggal

tersebut.Wanita kebanyakan berovulasi satu kali selama setiap siklus, dan

waktu yang paling mungkin untuk konsepsi/pembuahan adalah 14 hari

sebelum menstruasi berikutnya. Juga periksa cairan vagina/kemaluan Anda,

ia akan memiliki konsistensi yang berbeda ketika berada di masa paling

subur. Anda akan mengetahui apa yang terlihat dan terasa normal bagi

Anda, dan bisa melihat perubahannya, jika Anda melakukan ini secara

teratur.

5. Bebas dari penyakit

Bila mengidap penyakit tertentu, seperti cacar, herpes, campak jerman,

atau penyakit berbahaya lain, sebaiknya periksakan diri ke dokter. Sebab,

penyakit tersebut bisa membahayakan diri dan janin.

6. Stop pakai kontrasepsi

Apabila memutuskan untuk hamil, hentikan penggunaan kotrasepsi.

Apabila belum berkeinginan untuk hamil maka harus memakai kontrasepsi.

Misalnya, pil, obat suntik, serta susuk KB mengandung hormone yang

brtugas terjadinya ovulasi.

35
7. Meminimalkan bahaya lingkungan

Lingkungan, termasuk lingkungan kerja, bisa juga berdampak buruk

sebelum hamil. Misalnya, gangguan hormonal atau gangguan pada

pembentukan sel telur.Lingkungan yang sarat mikroorganisme (jamur,

bakteri, dan virus), bahan kimia beracun (timah hitam dan pestisida),

radiasi (sinar X, sinar ultraviolet, monitor komputer, dan lainnya), dan

banyak lagi.

8. Kesiapan Finansial

Persiapan finansial bagi ibu yang akan merencanakan kehamilan

merupakan suatu kebutuhan yang mutlak yang harus disiapkan, dimana

kesiapan finansial atau yang berkaitan dengan penghasilan atau keuangan

yang dimiliki untuk mencukupi kebutuhan selama kehamilan berlangsung

sampai persalinan (Kurniasih, 2010).

Persiapan financial/ keuangan yang matang untuk persiapan

pemeliharaan kesehatan dan persiapan menghadapi kehamilan dan

persalinan. Masalah ini menjadi salah satu faktor penting karena timbulnya

ketegangan psikis serta tidak terpenuhinya kebutuhan gizi yang baik pada

saat kehamilan tak jarang timbul akibat ketidaksiapan pasangan dalam hal

financial/keuangan. Kehamilan merupakan hal yang dapat diperkirakan

termasuk biayanya. Biaya kehamilan ini dapat di diskusikan antara suami

dan isteri. Biaya kehamilan merupakan bagian dari biaya kehidupan

berumah tangga.

36
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan kesiapan finansial,

diantaranya:

a) Sumber keuangan

Memiliki anak memang tidak murah. Makanya, perlu merancang

keuangan keluarga sejak jauh-jauh hari. Disadari atau tidak, anak

ternyata membutuhkan alokasi dana yang cukup besar.

b) Dana yang wajib ada

Inilah beberapa dana yang wajib disiapkan sebagai calon orang tua, yaitu:

a. Saat hamil

Yaitu biaya memeriksakan kehamilan, pemeriksaan penunjang

(laboratorium, USG, dan sebagainya), serta mengatasi penyakit (bila

ada).

b. Saat bersalin

Meliputi biaya melahirkan (secara normal atau operasi caesar),

“menginap” di rumah sakit pilihan, obat-obatan, serta biaya penolong

persalinan.

c. Setelah bayi lahir

Prioritas keuangan keluarga jadi berubah dan perlu memperhitungkan

masa depan anak.

9. Persiapan Pengetahuan

37
Dalam merencanakan kehamilan yang sehat dan aman, maka setiap

pasangan suami istri harus mengetahui hal-hal yang berpengaruh dalam

perencanaan kehamilan atau dalam kehamilan. Diantaranya :

a) Masa subur

Masa subur adalah masa dimana tersedia sel telur yang siap untuk

dibuahi. Masa subur berkaitan erat dengan menstruasi dan siklus

menstruasi. Adanya hasrat antara suami dan istri adalah sesuatuyang

wajar, penyaluran hasrat tersebut akan memulai hasil yang baik jika

pertemuan antara suami dan istri diatur waktunya.

b) Kecenderungan memilih jenis kelamin anak

Setiap pasangan yang menikah pastilah mendambakan anak di tengah

kehidupan keluarganya. Bagi yang telah mempunyai anak berjenis

kelamin tertentu, pastilah menginginkan anak dengan jenis kelamin yang

belum mereka miliki, sehingga lengkap yaitu laki-laki dan perempuan

(Nurul, 2013).

10. Kesiapan aspek usia

Pada usia dibawah 20 tahun merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi perencanaan kehamilan, karena pada usia dibawah 20

tahun apabila terjadi kehamilan maka akan beresiko mengalami tekanan

darah tinggi, kejang-kejang, perdarahan bahkan kematian pada ibu atau

bayinya, dan beresiko terkena kanker serviks.

6. Perawatan Prakonsepsi

38
Perawatan prakonsepsi adalah perawatan yang diberikan sebelum

kehamilan dengan tujuan mempermudah seorang wanita mencapai tingkat

kesehatan yang optimal sebelum ia mengandung. Masalah umum dalam

perawatan prakonsepsi yaitu keluarga berencana, mencapai berat badan

yang optimal, skrining dan pengobatan untuk penyakit menular,

memperbarui imunisasi yang tepat, meninjau obat untuk efek teratogenik,

konsumsi suplemen asam folat, dan pengendalian penyakit kronis sangat

penting untuk mengoptimalkan hasil kehamilan (Farahi dan Zolotor,

2013).

Ada beberapa hal penting yang berkaitan dengan perawatan prakonsepsi

untuk kehamilan yang sehat yaitu:

Riwayat imunisasi ibu harus terpenuhi, untuk wanita usia subur

suplementasi asam folat 600 mg setiap hari harus didorong, wanita yang

merencanakan kehamilan dalam waktu dekat juga dapat didorong untuk

memenuhi vitamin prenatal, mengkonsumsi obat dan suplemen tidak

dianjurkan secara berlebihan kecuali atas resep dokter, penyalahgunaan

obat-obatan merupakan masalah yang semakin meningkat dan perlu di

evaluasi secara khusus, kondisi kronis yang sering terjadi pada ibu seperti

hipertensi dan diabetes memiliki potensi dampak buruk yang signifikan

pada ibu dan janin jika tidak dikontrol sebelum dan selama kehamilan.

Tingkat kesehatan, riwayat keluarga, dan sosial budaya dapat menjadi

faktor penting dalam perencanaan kehamilan, lingkungan dan pekerjaan

ibu sehari-hari juga harus di perhatikan (Helen, dkk. 2015).

39
Perawatan prakonsepsi memiliki efek positif pada berbagai aspek

kesehatan antara lain adalah mengurangi angka kematian ibu dan anak,

mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, mencegah terjadinya

komplikasi selama kehamilan dan persalinan, bayi lahir mati, lahir

prematur dan berat bayi lahir rendah, mencegah cacat lahir, mencegah

infeksi neonatal, mencegah stunting, mencegah penularan HIV/IMS,

menurunkan risiko beberapa bentuk kanker pada anak, menurunkan risiko

diabetes tipe II.

7. Penyakit-Penyakit Yang Perlu Diwaspadai

a. Anemia

Anemia adalah kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) di dalam

darah kurang dari normal (12 mg/dl). Anemia sering dialami oleh

perempuan karena kurangnya asupan atau konsumsi makanan yang

mengandung zat besi, pengaturan pola makan yang salah, gangguan

haid/haid abnormal. Tanda- tanda anemia yaitu seperti lesu, letih,

lemah, lelah, lunglai (5L), seing mengeluh pusing dan mata berkunang-

kunang.

b. Hipertensi Dalam Kehamilan

Hipertensi dalam kehamilan adalah hasil pengukuran tekanan darah

>140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu pada perempuan yang

sebelumnya memiliki tekanan darah normal atau pada perempuan

dengan riwayat hipertensi sebelumnya. Tanda dan gejala hipertensi

yaitu seperti sakit kepala berat, pembengkakan pada tungkai kaki, dan

40
ditemukan kelebihan protein dalam urin pada pemeriksaan

laboratorium.

c. HIV/AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang

menyerang dan melemahkan sistem pertahanan tubuh untuk melawan

infeksi sehingga tubuh mudah tertular berbagai penyakit. AIDS

(Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala dan

tanda penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan

oleh HIV. HIV dapat menular melalui darah dan cairan tubuh, seperti

cairan sperma, cairan vagina, dan air susu ibu (ASI).

d. Infeksi Menular Seksual (IMS)

IMS adalah penyakit infeksi yang ditularkan melalui hubungan

seksual. IMS dapat menyebabkan gangguan kesuburan, keguguran, dan

kecacatan pada bayi.

e. Hepatitis B

Penyakit yang menyerang organ hati dan disebabkanoleh virus

hepatitis B, yang ditularkan melalui darah dan cairan tubuh. Ibu hamil

yang terinfeksi hepatitis B berisiko menularkan kepada bayi yang

dikandungnya.

f. Diabetes Melitus (DM)

Penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam

darah. Ibu hamil dengan DM beresiko mengalami hipertensi dalam

41
kehamilan, mempunyai bayi lahir besar, bayi kuning, bayi lahir

prematur, dan bayi berisiko mengidap diabetes saat dewasa.

g. Malaria

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh sekelompok parasit

plasmodium yang hidup di dalam sel darah merah. Malaria dalam

kehamilan dapat menyebabkan anemia, keguguran, resiko perdarahan,

bayi lahir prematur dan BBLR.

h. TORCH

TORCH adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi

Toxoplasma Gondi, Rubella, Cytomegalovirus (CMV), dan Herpes

Simplex virus II (HSV-II). TORCH dapat ditularkan melalui konsumsi

makanan dan sayuran yang tidak bersih dan tidak dimasak sempurna

atau setengah matang (penularan aktif).

i. Penyakit Genetik

a) Talasemia

Talasemia adalah penyakit keturunan (kelainan genetik) akibat

kelainan sel darah merah yang mengakibatkan sel darah merah

mudah pecah (produksi hemoglobin berkurang) sehingga

membutuhkan transfusi darah rutin.

b) Hemofilia

Hemofilia adalah suatu penyakit genetik yang menyebabkan

terjadinya gangguan faktor pembekuan darah dalam tubuh.

42
8. Kehamilan Sehat

Kehamilan adalah karunia besar yang Tuhan berikan kepada setiap

calon ibu. Atas kehendak dan takdir-Nya, selama 9 bulan janin akan

menjalani kehidupan baru yang sangat menarik dalam perut ibunya.

Sangat tepat apabila seorang wanita yang merencanakan hamil,

bersemangat melakukan persiapan dengan menjaga kesehatan tubuhnya.

Seorang ibu punya tanggung jawab yang besar untuk bisa membuat

anaknya yang terlahir adalah anak-anak yang sehat dan cerdas.

Bagaimana semua itu bisa terbentuk, salah satunya dengan

mengupayakan persiapan kehamilan sehat.

Informasi sangat penting, terutama bagi ibu yang baru pertama kali

akan mengalami kehamilan atau pun yang ingin mendapatkan keturunan

lagi dengan kualitas yang lebih baik. Oleh karena itu, jangan sepelekan

bagaimana cara mempersiapkan sebuah kehamilan sehat, karena ini

sangat menyangkut bagaimana buah hati kelak setelah lahir. Kesehatan

sudah diawali dari sebelum bayi dilahirkan dari kandungan. Masa-masa

kehamilan merupakan masa yang cukup rentan dan akan menentukan

bagaimana kesehatan bayi setelah lahir, bahkan ketika ia mulai besar.

Tak hanya hal tersebut, persiapan kehamilan sehat juga terkait

bagaimana proses persalinan yang baik dan sehat. Masa kehamilan yang

tidak dijaga dan persiapkan akan memberikan pengaruh pada proses

persalinan atau melahirkan. Hal yang perlu dipersiapkan untuk

mendapatkan kehamilan yang sehat :

43
1. Pemeriksaan kesehatan secara teratur termasuk pengobatan penyakit

yang diderita sebelum hamil sampai dinyatakan sembuh atau

diperbolehkan hamil oleh dokter dan dalam pengawasan.

2. Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh dengan olahraga teratur.

Berusaha untuk menurunkan berat badan bila obesitas (kegemukan)

dan menambah berat badan bila terlalu kurus. Anda bisa berkonsultasi

dengan bidan dan dokter untuk dilakukan penilaian BMI atau indeks

massa tubuh.

3. Menghentikan kebiasaan buruk misalnya perokok berat, morfinis,

pecandu narkotika dan obat terlarang lainnya, kecanduan alkohol, gaya

hidup dengan perilaku seks bebas.

4. Meningkatkan asupan makanan bergizi dengan mengkonsumsi

makanan yang mengandung zat vitamin yang diperlukan tubuh dalam

persiapan kehamilan , misalnya protein, vitamin E, vitamin C, asam

folat, dan sebagainya.

5. Persiapan secara psikologis dan mental agar kehamilan yang akan

dijalani tidak menimbulkan ketegangan. Hindari hal – hal yang akan

memberi pengaruh buruk dalam keseimbangan hormonal. Misalnya

tekanan psikis dalam rumah tangga, kehamilan yang menjadi beban

misalnya tuntutan keluarga untuk mendapat jenis kelamin tertentu

pada anak pertama, masalah ekonomi keluarga, kekerasaan dalam

rumah tangga dan sebagainya. Bagi yang pernah mengalami

keguguran sebelumnya dan berniat ingin hamil lagi, berusahalah untuk

44
mengurangi kecemasan akibat pengalaman traumatis kehamilan yang

lalu. Tetap berpikir positif dalam segala hal agar kehamilan yang akan

dijalani dapat berlangsung baik.

6. Perencanaan financial/keuangan yang matang untuk persiapan

pemeliharaan kesehatan dan persiapan menghadapi kehamilan dan

persalinan. Masalah ini menjadi salah satu faktor penting karena

timbulnya ketegangan psikis serta tidak terpenuhinya kebutuhan gizi

yang baik pada saat kehamilan tak jarang timbul akibat ketidaksiapan

pasangan dalam hal financial/keuangan.

7. Jangan malu bertanya dan berkonsultasi dengan dokter atau bidan dan

tenaga kesehatan lainnya bila menemukan masalah atau kesulitan

dalam upaya persiapan kehamilan, misalnya kesulitan untuk

melepaskan kecanduan obat, atau perilaku buruk yang berkaitan

dengan gangguan psikologis. Manfaat konseling ini agar dokter atau

bidan akan melakukan rujukan pada ahli psikologi atau psikiatri bila

diperlukan.

45
BAB IV
PENUTUP

Secara keseluruhan jurnal ini sudah bagus, topik bahasan yang menarik
dan bahasa yang mudah dipahami. Hasil penelitian dibahas secara detail dan
mendalam. Referensi yang digunakan pun banyak, sehingga sudah bisa menjadi
jurnal sebagai sumber informasi yang akurat.

46
47

Anda mungkin juga menyukai