Anda di halaman 1dari 4

PROMOTOR : Jurnal Mahasiswa Kesehatan Masyarakat

Universitas Ibn Khaldun Bogor, Indonesia


Vol. 6, No. 2, April 2023, pp. 104~107
ISSN: 2654-8127, DOI: 10.32832/pro 104
http://ejournal2.uika-bogor.ac.id/index.php/PROMOTOR

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kurang


Energi Kronik (KEK) pada Remaja Putri di SMPN 01
Pagedangan Tahun 2021

Azimah Hidayati 1, Tika Noor Prastia 2, Sevrima Anggraini 3


Universitas Ibn Khaldun, Indonesia

Article Info ABSTRAK


Article history: Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah suatu kondisi yang terjadi akibat
adanya ketidakseimbangan asupan energi dan protein dalam waktu yang
Received Februari 2, 2023 cukup lama. Apabila ukuran lingkar lengan atas (LiLA) kurang dari 23,5 cm
Revised Februari 15, 2023 artinya wanita tersebut beresiko KEK. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
Accepted Februari 26, 2023 menganalisis hubungan antara pola makan, pengetahuan, riwayat penyakit
infeksi, aktifitas fisik dan sosial ekonomi pada remaja putri di SMPN 01
Pagedangan. Jenis metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian
Kata Kunci: kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak 174 responden dan didapatkan sampel aktif berjumlah
Faktor-faktor 178 responden dengan teknik pengambilan sampel Proportional Random
Hubungan Sampling Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Analisis
KEK data yang digunakan yaitu analisis univariat dan analisis bivariat (chi-square).
Remaja Putri Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik
(p-value = 0,020) dan riwayat penyakit (p-value = 0,044) dengan kejadian
KEK, sedangkan tidak terdapat hubungan antara pola makan (p-value =
0,878), pengetahuan (p-value = 1,000), dan sosial ekonomi (p-value = 0,474)
dengan kejadian KEK. Kesimpulan menunjukkan bahwa ada hubungan antara
aktivitas fisik dan riwayat penyakit infeksi dengan kejadian KEK pada remaja
putri di SMPN 01 Pagedangan. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk
melakukan penelitian berkelanjutan untuk mengetahui angka kejadian KEK
dari waktu ke waktu serta menambahkan variabel lain yang secara teori
berhubungan dengan penelitian ini.
This is an open access article under the CC BY-SA license.

Corresponding Author:
Azimah Hidayati
Universitas Ibn Khaldun
Email: azimah@gmail.com

PENDAHULUAN
Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (2013), remaja adalah
penduduk laki-laki atau perempuan yang berusia 10-19 tahun dan belum menikah. Masa remaja merupakan
masa pertumbuhan dan perkembangan yang ditandai dengan terjadinya perubahan yang sangat cepat secara
fisik, psikologi dan kognitif. Remaja memerlukan asupan gizi yang baik untuk memenuhi kebutuhan tubuh,
apabila hal tersebut tidak terpenuhi maka akan menyebabkan kekurangan gizi. Pertumbuhan dan
perkembangan yang berlangsung cepat pada masa ini memerlukan sejumlah energi dan zat gizi yang lebih
tinggi. Pada masa ini kebutuhan zat gizi merupakan yang paling tinggi dibandingkan masa lainnya dalam daur
kehidupan manusia (Fikawati,dkk.2017).

Journal homepage: http://ejournal2.uika-bogor.ac.id/index.php/PROMOTOR


105
ISSN: 2654-8127

Masalah kekurangan gizi yang sering terjadi pada remaja putri adalah Kekurangan Energi Kronis (KEK)
(Almatsier,2015). Dampak KEK pada remaja antara lain anemia, perkembangan organ dan pertumbuhan fisik
kurang optimal. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap produktivitas seorang remaja (Waryana, 2010).
KEK merupakan suatu kondisi yang terjadi akibat adanya ketidakseimbangan asupan energi dan protein.
Hal ini menyebabkan zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh tidak terpenuhi (Depkes RI, 2013). KEK
merupakan keadaan seseorang atau menderita kekurangan asupan makan dari zat gizi makro yang berlangsung
lama. KEK terjadi apabila Lingkar Lengan Atas (LILA) < 23,5 cm (Rahmaniar, 2013).
Menurut World Health Organization (WHO) 2012, permasalahan KEK telah dialami oleh hampir semua
negara berkembang seperti Bangladesh, India, Indonesia, Myanmar, Srilanka dan Thailand dengan pravalensi
KEK sebesar 15-47%. Secara nasional, prevalensi KEK pada WUS dengan usia 15-49 tahun (tidak hamil)
adalah 20,8%. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan angka kekurangan energi kronis (KEK)
tertinggi terjadi pada remaja putri dengan rentang usia 15-19 tahun yaitu sebanyak 30,9% pada tahun 2007 dan
meningkat menjadi 46,6% pada tahun 2013 (Kementrerian Kesehatan Indonesia, 2013).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2018 (Riskesdas), prevalensi risiko KEK pada WUS usia 15-
19 tahun pada wanita hamil yaitu 33,5% sedangkan pada wanita tidak hamil sebanyak 36,3%. Prevalensi risiko
KEK pada WUS tidak hamil di Provinsi Banten sebanyak 15%. Sedangkan jumlah prevalensi KEK remaja
tahun 2017 di Kabupaten Tangerang sebanyak 1,13% (Kesga –Kesmas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang,
2017). Berdasarkan studi pendahuluan, prevalensi KEK pada remaja putri di SMPN 01 Pagedangan sebanyak
62,5% diperoleh dari 10% hasil populasi remaja putri di SMPN 01 Pagedangan. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kejadian KEK diantaranya yaitu faktor penyebab langsung dan tidak langsung. Faktor penyebab
langsung yaitu penyakit infeksi dan usia. Sedangkan faktor penyebab tidak langsung yaitu pengetahuan tentang
gizi prakonsepsi dan aktifitas fisik (Achadi, 2013). Status gizi pada negara berkembang terutama dipengaruhi
oleh penyakit infeksi dan konsumsi makanan yang kurang. Sedangkan tingkat social ekonomi meliputi
pendidikan dan pendapatan merupakan penyebab tidak langsung dari masalah gizi (Najoan, 2011).

METODE
Desain penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional dengan fokus
penelitiannya untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian KEK pada remaja putri di
SMPN 01 Pagedangan. Jumlah sampel sebanyak 174 responden yang di ambil dengan teknik Proportional
Random Sampling. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner, waktu pelaksanaan pada bulan Maret –
0ktober 2021.Uji statistik dalam penelitian ini adalah Chi-Square.

PEMBAHASAN
Pada pembahasan penelitian ini memaparkan mengenai bagaimana factor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian KEK pada remaja putri di SMPN 01 Pagedangan Tahun 2021.

Hubungan Pola Makan dengan Kejadian KEK pada Remaja Putri


Berdasarkan hasil uji chi-square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pola makan dengan
kejadian KEK pada Remaja putri di SMPN 01 Pagedangan dengan p-value 0,878 (p > 0,05). Penyebab tidak
adanya hubungan dikarenakan jumlah persentase responden KEK terhadap pola makan kurang dan pola makan
baik sama artinya sama-sama memiliki peluang untuk mengalami KEK.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamid dkk (2019) pada remaja putri di
Makassar menunjukkan bahwa kelompok yang memiliki asupan pola makan baik sebanyak 56,2% dan asupan
pola makan kurang sebanyak 18,8% dengan nilai (p-value =0,391) yang artinya tidak ada hubungan yang
bermakna antara pola makan dengan KEK, dikarenakan responden yang asupan pola makannya kurang dan
asupan pola makan baik mempunyai peluang yang sama untuk mederita KEK.

Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian KEK pada Remaja Putri


Berdasarkan hasil uji chi-square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan
kejadian KEK pada Remaja putri di SMPN 01 Pagedangan dengan p-value 1,000 (p > 0,05), dikarenakan
jumlah persentase responden yang mengalami KEK Pada pengetahuan tinggi dan pengetahuan rendah memiliki
persentase yang sama, artinya distribusi dari kedua baris tersebut memiliki peluang yang sama untuk
mengalami KEK.
Penelitian lain yang dilakukan oleh (Retno dkk, 2017) pada Remaja putri Di Kelurahan Purwosari
Laweyan Surakarta, bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 95% dan pengetahuan
kurang sebanyak 5% dengan nilai diperoleh nilai p = 0,147 dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dengan KEK pada remaja putri. Hal ini terjadi karena responden yang memiliki
pengetahuan baik dan pengetahuan kurang memiliki peluang yang sama untuk menderita KEK. Penyebab tidak
106
PROMOTOR : Jurnal Mahasiswa Kesehatan Masyarakat ISSN: 2654-8127

adanya hubungan antara pengetahuan dengan status gizi adalah karena pengetahuan adalah memberi pengaruh
secara tidak langsung terhadap asupan gizi.

Hubungan Riwayat Penyakit dengan Kejadian KEK pada Remaja Putri


Berdasarkan hasil penelitian yang dikategorikan menjadi ada riwayat penyakit dan tidak ada riwayat
penyakit, dari 174 responden lebih banyak yang memiliki riwayat penyakit sebesar 56,9% Berdasarkan hasil
uji chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan antara riwayat penyakit dengan kejadian KEK pada remaja
putri di SMPN 01 Pagedangan dengan p-value 0,044 (p < 0,05). Terdapat nilai OR = 1,963 yang berarti remaja
putri yang memiliki riwayat penyakit berkemungkinan 1,96 kali mengalami KEK dibandingkan dengan remaja
putri yang memiliki riwayat penyakit. Hal tersebut disebabkan karena berdasarkan proporsinya remaja putri
yang mengalami KEK dengan riwayat penyakit lebih tinggi dibandingkan dengan remaja putri yang tidak
memiliki riwayat penyakit yaitu sebesar 65,7%.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Fauziah dkk, 2014) mengenai analisis faktor risiko kekurangan
energi kronik (kek) pada remaja yang menunjukan bahwa antara riwayat penyakit dan KEK memiliki
hubungan, dengan responden yang memiliki penyakit infeksi sebanyak 75% dan yang tidak memiliki penyakit
infeksi sebanyak 25% dengan nilai p-value = 0,000 (< 0,05). Hasil uji statistik chi-square diperoleh hasil nilai
OR = 10,71 dan dapat disimpulkan adanya hubungan antara riwayat penyakit dengan KEK, alasan
berhubungan hal ini dikarenakan remaja putri yang mendapat cukup asupan tapi memiliki riwayat menderita
sakit pada akhirnya akan menderita gizi kurang. Demikian pula pada remaja putri yang tidak memperoleh
cukup makanan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.

Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kejadian KEK pada Remaja Putri


Berdasarkan hasil kuesioner International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) yang dikategorikan
menjadi aktivitas fisik kurang dan aktivitas fisik cukup, didapatkan dari 174 responden lebih banyak responden
yang memiliki aktivitas fisik kurang, hal tersebut terjadi karena banyak responden yang tidak melakukan
aktivitas fisik selama seminggu terakhir (aktivitas fisik kurang) persentasenya mencapai 71,8% dan hanya
28,2% yang melakukan aktivitas fisik cukup.
Berdasarkan hasil uji chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan
kejadian KEK pada Remaja putri di SMPN 01 Pagedangan dengan p-value 0,020 (p < 0,05), hai ini dikarenakan
remaja putri yang memiliki aktivitas fisik kurang berpeluang mengalami KEK dibandingkan dengan remaja
putri yang memiliki aktivitas fisik cukup.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Herlina (2014) pada remaja (usia 15-19
tahun) di Kabupaten Mempawah menunjukan bawa responden dengan aktifitas kurang cenderung lebih besar
beresiko KEK (66,7% ) lebih besar dibandingan dengan responden dengan aktifitas cukup (27,6%). Hasil
analisis statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai P-value = 0,050 sama dengan ɑ = 0,05 dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara aktifitas fisik dengan resiko KEK pada Remaja (usia 15-19
tahun) di Kabupaten Mempawah. Hasil analisi diperoleh OR = 2,417 yang disimpulkan proporsi responden
yang beresiko KEK dengan aktifitas kurang berpeluang 2,4 kali lebih banyak dibandingkan yang aktifitas
cukup.

Hubungan Sosial Ekonomi dengan Kejadian KEK pada Remaja Putri


Berdasarkan hasil penelitian yang dikategorikan yang menjadi sosial ekonomi rendah dan sosial
ekonomi tinggi baik, didapatkan dari 174 responden yaitu responden dengan sosial ekonomi rendah yaitu
sebanyak 102 orang (58,3%) dibandingkan sosial ekonomi tinggi sebanyak (41,4%). Berdasarkan hasil uji chi-
square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara sosial ekonomi dengan kejadian KEK pada Remaja
putri di SMPN 1 Pagedangan dengan p-value 0,474 (p > 0,05). Terdapat nilai OR = 0,760 yang berarti
responden yang berpendapatan keluarganya rendah dan tinggi berpeluang sama terhadap KEK yaitu 0,760 kali,
sehingga dapat dikatakan tidak adanya hubungan antara sosial ekonomi dengan kejadian KEK pada remaja
putri di SMPN 01 Pagedangan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdul dkk (2014) pada remaja putri di
Kecamatan Bontoala menunjukan bahwa responden dengan kelompok sosial ekonomi rendah sebanyak
(31,2%) dan responden dengan kelompok sosial ekonomi tinggi sebanyak (68,8%). Hasil analisis statistik
dengan uji Chi-Square diperoleh nilai P-value = 1,000 (p > 0,05) dan nilai OR = 1,00 dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara sosial ekonomi dengan KEK pada Remaja Putri di Kecamatan
Bontoala, hal ini dikarenakan responden dengan pendapatan keluarganya rendah dan tinggi memiliki peluang
yang sama yaitu 1,00 kali untuk menderita KEK.

PROMOTOR : Jurnal Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, Vol. 6, No. 2, April 2023: 104-107
107
ISSN: 2654-8127

KESIMPULAN
1) Remaja putri di SMPN 01 Pagedangan yang menderita KEK sebanyak 58,6% dan 41,4% yang tidak
menderita KEK
2) Remaja putri di SMPN 01 Pagedangan memiliki jumlah yang sama antara pola makan kurang dan pola
makan baim sebanyak 50,0%
3) Remaja putri di SMPN 01 Pagedangan lebih banyak yang memiliki pengetahuan rendah sebanyak
52,3%
4) Remaja putri di SMPN 01 Pagedangan lebih banyak yang memiliki riwayat penyakit infeksi sebanyak
56,9%
5) Remaja putri di SMPN 01 Pagedangan lebih banyak yang melakukan aktifitas fisik kurang sebanyak
71,8%
6) Remaja putri di SMPN 01 Pagedangan lebih banyak yang memiliki sosial ekonomi rendah sebanyak
58,3%
7) Tidak ada hubungan antara pola makan dengan kejadian KEK pada remaja putri di SMPN 01
Pagedangan
8) Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian KEK pada remaja putri di SMPN 01
Pagedangan
9) Ada hubungan antara riwayat penyakit dengan kejadian KEK pada remaja putri di SMPN 01
Pagedangan
10) Ada hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian KEK pada remaja putri di SMPN 01 Pagedangan
11) Tidak ada hubungan antara sosial ekonomi dengan kejadian KEK pada remaja putri di SMPN 01
Pagedangan

Saran
Saran yang diberikan setelah penelitian ini adalah perlu adanya screening kesehatan melalui UKS untuk
para siswa dan siswi di sekolah, dan bagi siswa siswi lebih sering melakukan altifitas fisik sekurang-kurangnya
30 menit/hari serta menghindari makanan yang dapat menimbulkan berbagai penyakit.

DAFTAR PUSTAKA
[1]. Achadi., 2013, Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Raja Grafindo, Jakarta.
[2]. Almatsier, S., (2015), Prinsip Dasar Ilmu Gizi edisi ke 9, PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
[3]. BKKBN. 2013. Ayo Menjadi Remaja Berkarakter: Religius, Sehat, Cerdas, Produktif. BKKBN: Jakarta
[4]. Depkes RI. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI; 2013.
[5]. Najoan J, dan Mamamping A. 2011. Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi Dengan Kekurangan Energi Kronik Pada Ibu Hamil di
Kelurahan Kombos Barat Kecamatan Singkil Kota Manado [Tesis]. Manado: Universitas Sam Ratulangi
[6]. Pujiatun , T . , (2014), Hubungan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein dengan Kejadian Kurang Energi Kronis (KEK) pada
Siswa Putri di SMA Muhammadiyah 6 Surakarta
[7]. Rahmaniar A, Taslim NA, dan Bahar B. Media Gizi Masyarakat Indonesia. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kekurangan
Energi Kronis pada Ibu Hamil di Tampa Padang, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. 2013 Feb;2(7): 98-03
[8]. Riskesdas, 2018, Laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Jakarta : Kemenkes
[9]. Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama
[10]. World Health Organization (WHO). Global school-based student health survey (GSHS); 2012

Anda mungkin juga menyukai