Anda di halaman 1dari 18

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BALITA

TENTANG BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DENGAN


KEJADIAN STUNTING DI DESA NGADIROJOKIDUL
KECAMATAN NGADIROJO KABUPATEN WONOGIRI

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

HENNY OCTAVYANINGRUM
J 310 170143

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021

1
2 i
3
ii
4
iii
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BALITA TENTANG BUKU
KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DENGAN KEJADIAN STUNTING DI DESA
NGADIROJOKIDUL KECAMATAN NGADIROJO KABUPATEN WONOGIRI

Abstrak

Ibu yang memiliki pengetahuan yang rendah mengenai KIA cenderung tidak menyadari
apabila anaknya mengalami gangguan gizi. Sikap ibu terhadap buku KIA berperan penting
dalam mencegah dan terjadinya gangguan gizi pada balita. Desa Ngadirojokidul memiliki
prevalensi stunting sebesar 16,64% yang merupakan prevalensi tertinggi di Kecamatan
Ngadirojo pada tahun 2020. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan dan sikap ibu balita tentang buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dengan
kejadian stunting di Desa Ngadirojokidul Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri..
Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan pendekatan cross sectional.
Populasi penelitian ini adalah balita usia 24-59 bulan. Metode pengambilan sampel dengan
teknik simple random sampling. Responden berjumlah 50 ibu dan anak balita.
Pengumpulan data dengan kuesioner yang terdiri dari pertanyaan mengenai pengetahuan
dan sikap terhadap buku KIA. Pengukuran status gizi balita dilakukan dengan mengukur
tinggi badan balita menggunakan microtoice. Analisis data menggunakan pearson product
moment dengan bantuan SPSS 23. Pengetahuan dan sikap ibu sebagian besar dalam
kategori cukup 66% dan 62%, Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara tingkat
pengetahuan ibu balita dengan status gizi anak balita dengan kejadian stunting (p=0,024),
sedangkan hubungan antara sikap ibu balita dengan kejadian stunting (p=0,000).
Pengetahuan dan Sikap ibu balita tentang buku KIA berhubungan dengan kejadian stunting
balita.
Kata Kunci : Buku KIA, pengetahuan, sikap, status gizi

Abstract
Mothers who have low knowledge about MCH tend to be unaware that their child has
nutritional disorders. Mother's attitude towards the MCH handbook plays an important role
in preventing and the occurrence of nutritional disorders in toddlers. Ngadirojokidul Village
has a stunting prevalence of 16.64% which is the highest prevalence in Ngadirojo District
in 2020.This study aimed to determine the correlation between the knowledge and attitude
of toddler mothers about the Maternal and Child Health (KIA) book with the incidence of
stunting in Ngadirojokidul Village, Ngadirojo District, Wonogiri Regency.This study used
an observational method with a cross sectional approach. The population of this study were
toddlers aged 24-59 months. The Sampling method applied simple random sampling
technique. Respondents were 50 mothers and toddlers. The Collecting of the data used a
questionnaire consisting of questions about knowledge and attitude towards the MCH
handbook. The measurement of the nutritional status of the toddlers was done by measuring
the height of the toddlers with a microtoice. The Data analysis used Pearson's product
moment with the help of SPSS 23. Mother's knowledge and attitude was mostly in the

1
sufficient category 66% and 62%, The results showed a correlation between the level of
knowledge of toddler mothers with the nutritional status of the toddlers with the incidence
of stunting (p = 0.024), while the correlation between the attitude of toddler mothers with
the incidence of stunting (p=0.000). Knowledge and attitude of toddler mothers about the
MCH handbook were related to the incidence of stunting in toddlers.
Keywords : MCH handbook, knowledge, attitude, nutritional status

1. PENDAHULUAN
Balita atau yang lebih sering dikenal dengan bawah lima tahun memiliki pengertian sebagai
individu yang berada pada rentang usia 0 sampai 5 tahun. Usia 24 sampai 60 bulan sering
dikenal dengan istilah masa keemasan (the golden age), sehingga pada masa ini anak harus
mendapatkan stimulus yang lebih baik dari sisi kesehatan, gizi, pengasuhan dan pendidikan.
Kondisi balita pada usia ini harus selalu dipantau untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangannya. Hal ini disebabkan karena pada usia ini, balita rentan mengalami
permasalahan pada pertumbuhan dan perkembangan. Permasalahan pada pertumbuhan dan
perkembangan balita di usia ini akan berpengaruh bagi masa depan bangsa (Mahayati,
2010).
Indonesia menjadi salah satu dari 117 negara yang memiliki permasalahan pada gizi
balita, yaitu stunting berdasarkan survei Global Nutrition Report (GNR) pada tahun 2014.
Hasil survei status gizi balita di tahun 2019, prevalensi stunting Indonesia tercatat 27,67
persen (Novrizaldi, 2021). Kejadian stunting di Indonesia masih di atas standar yang
ditetapkan oleh WHO, yaitu prevalensi stunting di suatu negara tidak boleh melebihi 20
persen. BKKBN (2021) menjelaskan bahwa di tahun 2021, pemerintah Indonesia
menargetkan agar angka stunting turun menjadi 14 persen di tahun 2024.
Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi kronis yang disebabkan karena
kurangnya asupan gizi pada waktu yang cukup lama, sehingga menyebabkan adanya
gangguan di masa mendatang seperti kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan
kognitif yang optimal (Astuti, 2020). Anak stunting memiliki tingkat Intelligence Quotient
(IQ) yang lebih rendah dibandingkan rata-rata IQ anak normal (Kemenkes RI, 2018). Balita
dapat dikatakan memiliki permasalahan stunting apabila nilai z-core panjang badan atau

2
tinggi badan menurut umur <-2SD (Rosmalina, dkk, 2018). Balita yang mengalami stunting
juga akan mengalami dampak jangka pendek berupa terganggunya perkembangan otak,
pertumbuhan fisik, kecerdasan serta gangguan metabolisme pada tubuh (Rahma, 2020).
Salah satu upaya edukatif yang dilakukan oleh pemerintah untuk menekan
permasalahan status gizi adalah dengan pemberian buku Kesehatan Ibu dan Anak. Buku
Kesehatan Ibu dan Anak atau yang sering dikenal dengan buku KIA berisikan catatan
kesehatan dan juga sumber informasi perawatan kesehatan ibu dan anak termasuk sebagai
alat untuk mendeteksi secara dini gangguan ataupun masalah kesehatan pada bayi
(Mahayati, 2010). Buku KIA merupakan penggabungan dari kartu menuju sehat (KMS)
dan Kartu Ibu Hamil yang berisikan tentang informasi dan materi penyuluhan tentang gizi
serta kesehatan ibu dan anak. Buku KIA diberikan pada ibu saat pertama kali
memeriksakan kehamilannya dan untuk selanjutnya buku tersebut dibawa ibu untuk
disimpan di rumah. Petugas kesehatan bertugas untuk mencatat setiap pelayanan yang
diberikan pada ibu dan anak dengan lengkap di buku KIA, agar ibu dan keluarga lainnya
dapat mengetahui dengan pasti kesehatan ibu dan anak. Manfaat penggunaan buku KIA
salah satunya yaitu mendukung terhadap upaya deteksi dini dan antisipasi terjadinya
komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas sehingga dapat membantu dalam menurunkan
angka kematian ibu (AKI) dan Angka kematian bayi (AKB). Seperti pada saat pelayanan
posyandu ibu balita akan membawa buku KIAnya dan diisi oleh petugas kesehatan maka
akan mengetahui perkembangan anaknya dan juga memberikan makanan yang baik untuk
anak dapat mencegah terjadinya stunting (Takheuci, Sukagami dan Perez, 2016).
Pengetahuan ibu mengenai buku KIA di Desa Ngadirojokidul masih rendah hal ini
dibuktikan dengan diadakan survei oleh Dinas Kesehatan Kota Wonogiri pada tahun 2020
menemukan bahwa prevalensi balita stunting di Kabupaten Wonogiri sebesar 8,04%.
Kecamatan Ngadirojo berada di kategori tertinggi kedua dengan prevalensi sebesar 11,09%,
pada Desa Ngadirojokidul memiliki prevalensi stunting sebesar 16,64% yang merupakan
prevalensi tertinggi di Kecamatan Ngadirojo. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan
yang telah dilakukan, pengetahuan ibu balita tentang buku KIA, sebanyak 30 responden
yang termasuk dalam kategori kurang adalah sebesar 75%. Berdasarkan uraian yang telah

3
dipaparkan, penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan dan
Sikap Ibu Balita tentang Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dengan Kejadian Stunting di
Desa Ngadirojokidul Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri.

2. METODE
Jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Waktu penelitian pada
bulan September 2021 bertempat di Desa Ngadirojokidul, Kecamatan Ngadirojo,
Kabupaten Wonogiri. Populasi pada penelitian ini adalah balita berusia balita berusia 24
bulan hingga 59 bulan di Desa Ngadirojokidul yang berjumlah 334. Sampel yang
digunakan adalah 50 sampel ibu dan anak balita. Cara pengambilan sampel dengan random
sampling. Variabel yang diteliti antara lain lain pengetahuan dan sikap ibu balita terhadap
buku KIA sebagai variabel bebas dan kejadian stunting sebagai variabel terikat. Definisi
operasional dengan variabel pengetahuan ibu balita tentang buku KIA dengan cara
pemberian kuisioner kepada ibu balita yang mencakup cara memberi makan anak,
perawatan sehari-hari balita, cara merangsang perkembangan anak, perawatan anak sakit,
cara membuat MP-ASI, Kartu Menuju Sehat bagi balita dan catatan kesehatan anak.
Variabel dengan sikap ibu balita tentang buku KIA data didapatkan dengan cara pemberian
kuisioner kepada ibu balita yang meliputi 3 aspek yaitu kognitif, afektif, dan konotatif yang
di dalamnya telah mencakup cara memberi makan anak, perawatan sehari-hari balita, cara
merangsang perkembangan anak, perawatan anak sakit, cara membuat MP-ASI, Kartu
Menuju Sehat bagi balita dan catatan kesehatan yang berjumlah 20 pernyataan. Variabel
status gizi tinggi badan/ umur dihitung dengan menggunakan indeks tinggi badan/umur,
semua variabel dengan skala data rasio. Pengumpulan data dengan kuesioner. Analisis data
menggunakan pearson product moment dengan bantuan SPSS 23.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Deskripsi Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan subjek anak balita dengan usia 20-60 bulan. Anak
balita yang dijadikan subjek penelitian yaitu anak balita yang tinggal di Desa

4
Ngadirojokidul Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri. Subjek penelitian
berjumlah 50 anak balita yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Distribusi
frekuensi anak balita berdasarkan jenis kelamin dikategorikan menjadi jenis kelamin
perempuan dan laki laki serta distribusi frekuensi anak balita berdasarkan umur seperti
pada Tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Anak Balita Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur

Karakteristik Jumlah

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Laki – laki 20 40

Perempuan 30 60

Jumlah 50 100

Umur Frekuensi (n) Persentase (%)

24-30 Bulan 14 28

31-40 Bulan 16 32

41-50 Bulan 9 18

51-59 Bulan 11 22

Jumlah 50 100

Berdasarkan Tabel 1 Anak balita dengan jenis kelamin perempuan memiliki


persentase yang lebih besar dari anak balita dengan jenis kelamin laki-laki, yaitu
60%. Anak balita dengan umur 31-40 bulan memiliki persentase tertinggi sebesar
32%, dan Anak balita dengan umur 41-50 bulan memiliki persentase terendah sebesar
18%.
Subjek ibu balita digunakan untuk diwawancara sebagai pengambilan data
Kuesioner pengetahuan dan kuesioner sikap. Karakteristik ibu anak balita meliputi
usia, pendidikan dan pekerjaan. Karakteristik ibu balita dapat dilihat dalam Tabel 2

5
Tabel 2.Karakteristik Ibu Balita

Jumlah
Karakteristik
Frekuensi (n) Persentase (%)

Usia

21-30 17 34
31-40 25 50
41-45 8 16
Jumlah 50 100

Pendidikan

SD 1 2
SMP 14 28
SMA/SMK 35 70
D3/Sarjana 0 0
Jumlah 50 100

Pekerjaan

IRT 46 92
Petani 2 4
Pegawai Swasta 2 4
Jumlah 50 100

Penelitian ini mengkategorikan usia ibu balita kedalam 3 kategori yaitu 21-30
tahun, 31-40 tahun, dan 41-45 tahun. Kelompok usia ibu balita dalam penelitian ini
dengan jumlah terbanyak yaitu pada kategori 31-40 tahun sebanyak 50%. Umur
dapat mempengaruhi tingkat kematangan dan kekuatan seseorang dalam berfikir
dan bekerja. Seseorang yang sudah matang dalam berfikir merupakan suatu akibat

6
dari pengalaman yang sudah didapat dan kematangan jiwanya (Wawan dan Dewi,
2019). Ibu dengan usia 21-30 tahun memiliki kematangan dalam berfikir, sehingga ibu
lebih mudah dalam menerima informasi dan pengetahuan termasuk pengetahuan
tentang tingkat konsumsi anak dan ibu dapat menerapkannya dirumah.
3.2 Hasil Analisis dan Pembahasan
Pengetahuan ibu balita terhadap buku KIA didapatkan dari kuesioner yang diambil di
Desa Ngadirojokidul kepada para responden yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi sebanyak 50 responden. Kategori tingkat pengetahuan ibu dapat dilihat dalam
Tabel 3.
Tabel 3. Distribusi Kategori Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Terhadap Buku KIA

Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)

Pengetahuan Baik 7 14

Pengetahuan 33 66
Cukup
Pengetahuan 10 20
Kurang

Total 50 100

Berdasarkan Tabel 3 hasil tingkat pengetahuan ibu terhadap buku KIA


dikategorikan menjadi 3 yaitu baik, cukup, kurang. Ibu balita di Desa Ngadirojokidul
dengan tingkat pengetahuan tertinggi yaitu pada kategori cukup sebesar 66%
sedangkan tingkat pengetahuan ibu terhadap buku KIA dengan tingkat pengetahuan
terendah yaitu pada kategori baik adalah sebesar 14%. sedangkan tingkat pengetahuan
ibu terhadap buku KIA dengan tingkat pengetahuan kurang adalah sebesar 20,0%.
Notoatmodjo (2012) menjelaskan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
pengetahuan individu, antara lain umur, pendidikan, pekerjaan, pengalaman, dan
sumber informasi.

7
Sikap ibu balita tentang buku KIA didapatkan dari kuesioner yang diambil di
Desa Ngadirojokidul kepada para responden yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi sebanyak 50 responden. Kategori sikap ibu balita tentang buku KIA dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Distribusi Kategori Sikap Ibu Balita Tentang Buku KIA

Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)

Sikap Baik 11 22
Sikap Cukup 31 62

Sikap Kurang 8 16

Total 50 100

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa sikap ibu balita tentang buku KIA
di Desa Ngadirojokidul tergolong dalam kategori cukup yaitu mendapatkan persentase
62%. Sementara sikap ibu balita tentang buku KIA di desa Ngadirojokidul dengan
kategori baik mendapatkan persentase 22%. Kemudian, kategori kurang pada sikap ibu
balita tentang buku KIA adalah sebesar 16%. Menurut Hagiwara (2013) buku KIA
memiliki kegunaan sebagai alat komunikasi yang efektif antara penyedia layanan
kesehatan dan pengguna buku KIA, buku KIA juga menjadi salah satu alat yang
dianggap efektif untuk mengingkatkan komunikasi antara klien dan penyedia layanan
kesehatan dan juga pengetahuan deteksi dini dari permasalahan kesehatan ibu dan
anak.
Penentuan status gizi anak balita diambil dari pengukuran antropometri di
Desa Ngadirojokidul. Subjek terdiri dari 50 anak balita yang tersebar di seluruh
Desa Ngadirojokidul. Pengukuran antropometri yang dilakukan di Posyandu yaitu
berat badan dan tinggi badan. Status gizi anak balita dikategorikan menurut kategori
indeks TB/U, dapat dilihat pada Tabel 5

8
Tabel 5. Distribusi Anak Balita berdasarkan Status Gizi Tinggi Badan menurut
Umur (TB/U)

Kategori TB/U Frekuensi (n) Persentase (%)


Sangat Pendek 16 32
Pendek 10 20
Normal 24 48
Tinggi 0 0
Total 50 100

Berdasarkan Tabel 5 status gizi anak balita menurut indeks tinggi badan menurut
umur didapatkan anak dengan tinggi badan normal sebanyak 48,0%. Kategori
tinggi badan sangat pendek dan kategori tinggi badan pendek pada balita berjumlah
32,0% dan 20,0%. Anak balita dengan tinggi badan lebih tidak ada pada penelitian
ini. Kategori tinggi badan balita menurut umur yang bebeda dengan penelitian
pendahuluan dapat disebabkan karena terjadinya bias dalam pengukuran yanag
dilakukan oleh kader posyandu. Balita dikatakan stunting apabila nilai Z-score tinggi
badan anak menurut umur yang (<2-SD) merupakan penentu dari adanya kejadian
stunting atau dalam penelitian ini dikategorikan pendek, sedangkan severly stunted
atau sangat pendek ditentukan dengan z-score tinggi badan anak menurut umur (<-
3SD) (Kemenkes, 2016).
Tabel 6. Nilai Statistik Uji Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Dengan
Kejadian Stubting

Statistik Deskriptif
Indikator Min Maks Mean± SD P- R
Values*
Status Gizi -6,55 1,74 -2,44±1,78
Tingkat 0,024 0,318
Pengetahuan
45 90 71,5±10,11
Ibu Balita
*Uji Pearson Product Moment

9
Berdasarkan Tabel 6 diketahui rata-rata z-score status gizi pada penelitian
ini adalah -2,44 dengan nilai minimum -6,55 dan nilai z-score maksimum 1,74. Uji
hubungan dilakukan dengan uji pearson product moment dan diketahui p-value 0,024
maka terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi anak balita berdasarkan
tinggi badan menurut umur dan tingkat pengetahuan ibu balita dengan nilai r (koefisien
korelasi) sebesar 0,318. Nilai r tersebut menunjukkan bahwa status gizi tinggi badan
menurut umur dengan pengetahuan ibu balita berhubungan positif dan memiliki
korelasi yang cukup lemah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Zebua (2018) turut memberikan hasil yang sama dimana terdapat hubungan
pengetahuan ibu dalam menggunakan KIA dengan status gizi balita. Menurut Adelina,
Laksmi dan Sri (2018) Pengetahuan dan sikap seorang ibu yang baik akan berpengaruh
terhadap status gizi anak dan dapat memahami pentingnya status gizi yang baik bagi
kesehatan anak, sedangkan pengetahuan ibu yang kurang dapat berpengaruh terhadap
status gizi anak karena ibu balita sulit untuk memilih makanan yang bergizi.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang karena dari pengalaman, selain itu hal ini membuktikan bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih bagus dari pada perilaku yang tidak didasari
pengetahuan. Pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan sesorang dimana
seseorang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi membuat orang tersebut dapat
berpikir secara luas serta memiliki tindakan yang rasional hal ini akan membantu untuk
menerima dan menelaah sebuah informasi serta pengetahuan yang dimiliki juga
semakin banyak (Notoatmodjo, 2014).

10
Tabel 7. Nilai Statistik Uji Hubungan Sikap Ibu Balita Dengan Kejadian Stunting

Statistik Deskriptif
Indikator Min Maks Mean± SD P- R
Values*
Status Gizi -6,55 1,74 -2,44±1,78
Sikap Ibu Balita 0,000 0,597
45,91 76,75 60,49±8,21
*Uji Pearson Product Moment
Berdasarkan Tabel 7 diketahui rata-rata z-score status gizi pada penelitian ini
adalah -2,44 dengan nilai minimum -6,55 dan nilai z-score maksimum 1,74. Uji
hubungan dilakukan dengan uji pearson product moment dan diketahui p-value 0,000
maka terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian stunting dan sikap ibu balita
dengan nilai r (koefisien korelasi) sebesar 0,597. Nilai r tersebut menunjukkan bahwa
kejadian stunting dengan sikap ibu balita berhubungan positif dan memiliki korelasi
yang kuat. Hubungan secara positif ini dapat diartikan bahwa semakin rendah sikap ibu
balita maka akan semakin berpengaruh dengan kejadian stunting anak. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahayati (2010) yang menyebutkan
bahwa adanya hubungan antara pengetahuan, sikap dan praktik penggunaan buku KIA
dengan status gizi pada anak usia 3 hingga 5 tahun. Sikap merupakan sebuah
pernyataan evaluatif terhadap seseuatu obyek, orang atau peristiwa. Hal ini
mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu. Sikap dapat diartikan sebagai
respon dari sesorang individu dalam berbagai bentuk salah satunya perasaan (Wawan
dan Dewi 2019). Ibu balita yang mampu mengasuh anak yang baik serta sesuai dengan
panduan dalam buku KIA memiliki sikap yang positif terhadap penerapan buku KIA.
Ibu balita memperoleh informasi dari buku KIA akan membenahi sikap yang
seharusnya dilakukan saat mengasuh balita sesuai informasi yang tertera dalam buku
KIA. Pentingnya mengetahui manfaat dari buku KIA secara tidak langsung dan
perlahan akan mengubah sikap ibu sehingga dapat merubah perilaku dan pola pikir ibu

11
balita (Mahayati, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Middlebrook dalam Azwar
(2007) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman yang dimiliki oleh seseorang
dengan suatu objek psikologis, cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap
objek tersebut. Sikap akan secara alami terbentuk tergantung faktor emosional. Sebuah
emosi akan menghasilkan pengalaman yang lebih membekas sehingga dapat merubah
sifat seseorang.

4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat diambil kesimpulan Status gizi
dengan kategori pendek sebanyak 20,0% dan status gizi dengan kategori sangat pendek
sebanyak 32%. Rata-rata z-score status gizi anak sebesar -2.44. Tingkat Pengetahuan
ibu balita terhadap buku KIA termasuk dalam kategori baik sebanyak 14,0% dan ibu
balita dengan pengetahuan dalam kategori kurang sebanyak 20,0%. Tingkat Sikap ibu
balita termasuk dalam kategori baik sebanyak 22,0% dan sikap ibu balita dengan
kategori kurang sebanyak 16,0% dalam penelitian ini. Terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan ibu balita dengan status gizi anak balita
berdasarkan indeks TB/U (p=0,024). Terdapat hubungan yang signifikan antara
tingkat sikap ibu balita dengan status gizi anak balita berdasarkan indeks TB/U
(p=0,000).
4.2 Saran
Diharapkan kepada tenaga kesehatan puskesmas Ngadirojokidul seperti petugas gizi
dapat lebih meningkatkan promosi kesehatan. Promosi kesehatan dilakukan dengan
memberikan penyuluhan tentang pengetahuan dan sikap ibu balita terhadap status
gizi anak balita. Ibu balita dapat meningkatkan frekuensi berkunjung ke posyandu
ataupun puskesmas agar bisa mendapatkan informasi yang lengkap dari bidan, ahli
gizi atau tenaga kesehatan puskesmas. Informasi yang di dapat ibu balita di posyandu
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan ibu balita tentang KIA serta dapat

12
meningkatkan status gizi anak balita. Ibu balita dapat memahami tentang pengetahuan
dan sikap KIA yang baik untuk tumbuh kembang anak balita.

DAFTAR PUSTAKA
Astuti E. 2019. Gambaran Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan
di Desa Karangsari Kabupaten Kulon Progo. Skripsi Thesis. Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta.
Azwar,S. 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Hagiwara. 2013. Is The Maternal and Child Health (MCH) handbook Effective in
Impriving Health – Related Behavior Evidance From Palestina. Journal of Public
Policy. Vol.34,1,31-34.
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Situasi Balita Pendek. Pusat Data Dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI, pp. 2442–7659.
Kemenkes RI. 2018. Buletin Jendela Dat DAN Informasi Kesehatan Situasi Balita Pendek
(Stunting) di Indonesia. Jakarta Selatan : Kemenkes RI.
Mahayati D M., Hernowo S B & Judistiani D T. 2010. Pengetahuan Sikap dan Praktik
Penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak pada Anak umur 3-5 tahun di Kota
Denpasar. Thesis. Program Studi Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran.
Notoadmojo,S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo S. 2014 Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Rahma, H. 2020. Gambaran Karakteristik Ibu yang Memiliki Balita Stunting di Desa
Kebonharjo Wilayah Kerja Puskesmas Samigaluh II Tahun 2020. Thesis. Poltekes
Kemenkes Yogyakarta
Takheuci,. Sukagami, and Perez. 2016. The Mother and Child Health Handbook in Japan
as Health Promotion Tool An Overview of Its History, Contents,Use,Benefits, and
Global Influence. Global Pedriatric Health Volume 3:1-9

13
Wawan, A & Dewi, 2019. Teori & Pengukuran Pengetahuan Sikap Dan Prilaku Manusia.
Yogyakarta : Nuha medika
Zebua, S. 2018. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Praktik Penggunaan Buku Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA) oleh Ibu dengan Status Gizi Balita pada Empat Posyandu di
Desa Sekip. Skripsi. Politeknik Kesehatan Medan.

14

Anda mungkin juga menyukai