Anda di halaman 1dari 99

PROPOSAL

PENGARUH SUMBER INFORMASI, KETERSEDIAAN FASILITAS,


PERAN DAN SIKAP BIDAN TERHADAP MOTIVASI IBU DALAM
PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG BALITA

DI PUSKESMAS GUNUNG SINDUR

KABUPATEN BOGOR

OLEH :

JUNITA PUTRIYANI
NIM. 210605179

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN AHLI JENJANG


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ABDI NUSANTARA
JAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Data WHO tahun 2018 menunjukkan bahwa masalah

pertumbuhan tidak hanya gizi buruk, tetapi juga kependekan dan gizi lebih.

Prevalensi balita gizi buruk sebesar 7,3%, overweight sebesar 5,9% dan balita

stunting (pendek) sebanyak 21,9% (WHO, 2019). Hasil penelitian para

peneliti dunia WHO menyebutkan bahwa secara global, tercatat 52,9 juta

anak-anak yang lebih muda dari 5 tahun, 54% anak laki-laki memiliki

gangguan perkembangan pada tahun 2016. Sekitar 95% dari anak-anak yang

mengalami gangguan perkembangan hidup di negara dengan pendapatan

rendah dan menengah. Secara nasional di Indonesia prevalensi status gizi

balita terdiri dari 3,9% gizi buruk, 13,8% gizi kurang, 79,2% gizi baik, dan

3,1% gizi lebih. Prevalensi penyimpangan perkembangan pada anak usia di

174 bawah 5 tahun di Indonesia yang dilaporkan WHO pada tahun 2016

adalah 7.512,6 per 100.000 populasi (7,51%). Sekitar 5 hingga 10% anak

diperkirakan mengalami keterlambatan perkembangan. Data angka kejadian

keterlambatan perkembangan umum belum diketahui dengan pasti, namun

diperkirakan sekitar 1-3% anak dibawah usia 5 tahun mengalami

keterlambatan perkembangan umum (WHO, 2018).

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya

Kesehatan Anak menyatakan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan


hidup, tumbuh, dan berkembang, serta berhak atas perlindungan dari

kekerasan dan diskriminasi. Hal ini menyebabkan perlu dilakukan upaya

kesehatan anak secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan. Upaya

kesehatan anak dilaksanakan sejak janin dalam kandungan hingga anak

berusia 18 tahun. Salah satu tujuan upaya kesehatan anak adalah menjamin

kelangsungan hidup anak melalui upaya menurunkan angka kematian bayi

baru lahir, bayi dan balita.

Tren kematian anak dari tahun ke tahun menunjukkan penurunan. Data

yang dilaporkan kepada Direktorat Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak melalui

https://komdatkesmas.kemkes.go.id menunjukkan jumlah kematian balita pada

tahun 2021 sebanyak 27.566 kematian balita, menurun dibandingkan tahun

2020, yaitu sebanyak 28.158 kematian. Dari seluruh kematian balita, 73,1%

diantaranya terjadi pada masa neonatal (20.154 kematian). Dari seluruh

kematian neonatal yang dilaporkan, sebagian besar diantaranya (79,1%)

terjadi pada usia 0-6 hari, sedangkan kematian pada usia 7-28 hari sebesar

20,9%. Sementara itu, kematian pada masa post neonatal (usia 29 hari-11

bulan) 20.154 5.102 2.310 0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 0-28 hari 29

hari - 11 bulan 12 - 59 bulan Profil Kesehatan Indonesia 2021 | Bab V.

KESEHATAN KELUARGA 131 sebesar 18,5% (5.102 kematian) dan

kematian anak balita (usia 12-59 bulan) sebesar 8,4% (2.310 kematian).

Penyebab utama kematian terbanyak pada kelompok anak balita (12-59

bulan) adalah diare sebesar 10,3% dan pneumonia sebesar 9,4%. Penyebab
kematian lainnya, yaitu demam berdarah, kelainan kongenital jantung,

tenggelam, cedera, kecelakaan, kelainan kongenital lainnya, COVID-19,

infeksi parasit, dan penyebab lainnya. Penyebab utama kematian pada anak

balita lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 32.b. Upaya kesehatan anak

yang dimaksud dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014

dilakukan melalui pelayanan kesehatan janin dalam kandungan, kesehatan

bayi baru lahir, kesehatan bayi, anak balita, dan prasekolah, kesehatan anak

usia sekolah dan remaja, dan perlindungan kesehatan anak. Dalam Profil

Kesehatan Indonesia ini data dan informasi mengenai upaya kesehatan anak

disajikan dalam indikator kesehatan anak yang meliputi: pelayanan kesehatan

neonatal, imunisasi rutin pada anak, dan pelayanan kesehatan pada anak

sekolah.

dapat dilihat bahwa persentase balita dipantau pertumbuhan dan

perkembangan di Indonesia pada tahun 2021 adalah sebesar 69,6%. Sementara

target Renstra Tahun 2021 adalah 70%. Tidak tercapainya target Cakupan

Kunjungan Persentase Balita yang dipantau pertumbuhan dan

perkembangannya sebagai dampak pandemi COVID 19. Pada masa pandemi

COVID-19, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan yang selama ini

dilaksanakan di Posyandu banyak terhenti sesuai level situasi kab/kota (data

rapid assessment). Hasil capaian nasional per provinsi masih terdapat

disparitas cakupan persentase balita dipantau pertumbuhan dan perkembangan

antar provinsi yang berkisar antara 2,1% di Papua Barat dan 88,2% di Banten.
Provinsi dengan cakupan persentase balita dipantau pertumbuhan dan

perkembangan tinggi, yaitu Banten (88,2%), Sumatera Selatan (80,1%), DKI

Jakarta (78,9%), Bali (78,6%)dan Sulawesi Selatan (78,3%), Sulawesi Tengah

(78,2%) dan Jawa Timur (77,8%). Provinsi dengan cakupan persentase balita

dipantau pertumbuhan dan perkembangan terendah adalah Papua Barat

(2,1%), Papua (25%) dan Sulawesi Utara (30,3%).

Pemantauan Pertumbuhan dan perkembangan di Indonesia dilakukan

berjenjang mulai dari tingkat keluarga/masyarakat dengan menggunakan

checklist perkembangan Buku KIA. Hasil pemeriksaan perkembangan melalui

Buku KIA dengan interpretasi tidak lengkap, ditindaklanjuti dengan

pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan melalui kegiatan Stimulasi,

Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK) di

Puskesmas.

Anak Balita adalah masa anak mulai berjalan dan merupakan masa yang

paling hebat dalam tumbuh kembang, yaitu pada usia 12 sampai 59 bulan.

Masa ini merupakan masa yang penting terhadap perkembangan kepandaian

dan pertumbuhan intelektual. Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan,

pada masa ini ditandai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang

sangat pesat. Kehidupan anak, usia dibawah lima tahun merupakan bagian

yang sangat penting. Usia tersebut merupakan landasan yang membentuk

masa depan kesehatan, kebahagiaan, pertumbuhan, perkembangan, dan hasil

pembelajaran anak di sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan secara


umum. Kesehatan bayi dan balita harus dipantau untuk memastikan kesehatan

mereka selalu dalam kondisi optimal. Untuk itu dipakai indikator-indikator

yang bisa menjadi ukuran keberhasilan upaya peningkatan kesehatan bayi dan

balita, salah satu diantaranya adalah pelayanan kesehatan anak balita. Adapun

batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur 12-59

bulan. Pelayanan kesehatan pada anak balita yang dilakukan oleh tenaga

kesehatan meliputi : 1) Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal delapan

kali setahun (penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan minimal

delapan kali dalam setahun). 2) Pemberian vitamin A dua kali dalam setahun

yakni setiap bulan Februari dan Agustus 3) Stimulasi Deteksi dan Intervensi

Dini Tumbuh Kembang balita minimal dua kali dalam setahun. 4) Pelayanan

Anak Balita Sakit sesuai standar menggunakan Manajemen Terpadu Balita

Sakit (MTBS).

Capaian Indikator pelayanan kesehatan balita di Jawa Barat tahun 2020

sebesar 85,2% mengalami kenaikan 2,2 point dari tahun 2019 yaitu 83 %.

Berdasarkan data kabupaten/kota, cakupan tertinggi lebih dari 100 % berada

pada Kabupaten Tasikmalaya (123,1 %), Kota Sukabumi (120,8 %), Kota

Banjar (113,5%), Kota Cirebon (112,3%), Kabupaten Bandung (112,0%),

Kabupaten Subang (111,3 %), Kabupaten Majalengka (105,1%) dan

Kabupaten Cirebon (105,1%).

Dari uraian diatas maka terlihat Capaian Indikator pelayanan kesehatan

balita di Jawa Barat, Kabupaten Bogor termasuk yang terendah . Oleh karena
itu peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh Sumber Informasi,

Ketersediaan Fasilitas, Peran Dan Sikap Bidan Terhadap Motivasi Ibu

Dalam Pemantauan Tumbuh Kembang Balita Di Puskesmas Gunung

Sindur”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

“Adakah Pengaruh Sumber Informasi, Ketersediaan Fasilitas, Peran Bidan

Dan Sikap Bidan Terhadap Motivasi Ibu Dalam Pemantauan Tumbuh

Kembang Balita Di Puskesmas Gunung Sindur”?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mempelajari Adakah Pengaruh Sumber Informasi,

Ketersediaan Fasilitas, Peran Bidan Dan Sikap Terhadap Motivasi Ibu

Dalam Pemantauan Tumbuh Kembang Balita Di Puskesmas Gunung

Sindur Tahun 2023

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya distribusi frekuensi Motivasi Ibu Dalam Pemantauan

Tumbuh Kembang Balita Di Puskesmas Gunung Sindur Tahun 2023.

b. Diketahuinya distribusi frekuensi sumber informasi terhadap Motivasi

Ibu Dalam Pemantauan Tumbuh Kembang Balita Di Puskesmas

Gunung Sindur Tahun 2023.

c. Diketahuinya Pengaruh kesediaan fasilitas terhadap Motivasi Ibu

Dalam Pemantauan Tumbuh Kembang Balita Di Puskesmas Gunung

Sindur Tahun 2023.


d. Diketahuinya Pengaruh Peran Bidan Dan Sikap Terhadap Motivasi Ibu

Dalam Pemantauan Tumbuh Kembang Balita Di Puskesmas Gunung

Sindur tahun 2023.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Akademik STIKES Abdi Nusantara Jakarta

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa jurusan

kebidanan tentang Adakah Pengaruh Sumber Informasi, Ketersediaan

Fasilitas, Peran Bidan Dan Sikap Terhadap Motivasi Ibu Dalam

Pemantauan Tumbuh Kembang Balita.

2. Bagi Puskesmas

Dapat dijadikan bahan masukan bagi puskesmas untuk menyediakan

Sumber Informasi, Ketersediaan Fasilitas, meningkatkan Peran Dan Sikap

bidan agar ibu termotivasi untuk memantau Tumbuh Balitanya.

3. Bagi Ibu Yang Mempunyai Balita

Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan agar ibu yang mempunyai

Balita Trmotivasi untuk Memantau tumbuh Kembang Balitanya.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Motivasi Ibu Dalam Pemantauan Tumbuh Kembang balita

2.1.1. Pengertian Motivasi

Motivasi adalah keinginan dalam diri seseorang yang


menyebabkan orang tersebut bertindak, biasanya orang akan bertindak
karena satu alasan, untuk mencapai tujuan, jadi motivasi adalah dorongan
yang diatur oleh tujuan dan jarang muncul kekosongan. Motivasi
merupakan salah satu alasan agar bawahan mau bekerja keras dan bekerja
cerdas sesuai dengan yang diharapkan (Mathis dan Jackson dalam
Hafizurrachman, 2009).
Sedangkan menurut Sujono trimo (2004) memberikan pengertian
motivasi adalah suatu kekuatan penggerakdalam perilaku individu baik
yang akan menentukan arah maupun daya tahan (perintence) tiap perilaku
manusia yang didalamnya terkandung pula unsur-unsur emosional insan
yang bersangkutan.
Selanjutnya James L. Gibson dalam Notoatmodjo (2007)
menyatakan bahwa “motivasi merupakan sebuah konsep yang kita
gunakan, apabila kita menerangkan kekuatan-kekuatan yang
mempengaruhi seorang individu atau yang ada dalam diri individu tersebut
yang menginisiasi dan mengarahkan perilaku dan juga variabel psikologis
dan variabel organisasi”.Variabel individu terdiri dari kemampuan dan
keterampilan, tingkat sosial ekonomi, pengalaman, umur dan jenis
kelamin.Variabel psikologis terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian,
belajar dan motivasi.Variabel Organisasi/Lingkungan terdiri dari sumber
daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, dan desain pekerjaan.Variabel ini
merupakan variabel eksternal yang turut menentukan perilaku individu

2.1.2. Tujuan Motivasi

22
23

Taufik (2002) secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi


adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul
keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat
memperoleh hasil dan atau mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang
perawat, tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau memacu
individu, kelompok, dan masyarakat agar timbul keinginan dan
kemauannya untuk dapat berperilaku hidup bersih dan sehat, sehingga
tercapai tujuan yang diharapkan dalam upaya meningkatkan peran, fungsi,
dan kemampuan individu dalam membuat keputusan untuk memelihara
kesehatan. Setiap tindakan motivasi mempunyai tujuan, makin jelas tujuan
yang diharapkan atau yang akan dicapai, maka semakin jelas pula
bagaimana tindakan memotivasi itu dilakukan. Tindakan memotivasi akan
lebih dapat berhasil apabila tujuan jelas dan didasari oleh yang di motivasi.
Oleh karena itu setiap orang yang akan memberikan motivasi harus
mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan,
kebutuhan serta keribadian orang yang akan dimotivasi. (Taufik, 2007).
2.1.3. Funsi Motivasi

Menurut Sardiman (2007, dalam Qym, 2009), fungsi motivasi ada


tiga, yaitu:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, motivasi dalam hal ini merupakan

motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai,

sehingga motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus

dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakanyang serasi guna mencapai tujuan, dengan

menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan

tersebut.
24

2.1.4. Pengertian Balita

Menurut Hariyono Suyitno (2011), balita atau usia dibawah lima


tahun merupakan salah satu periode usia manuasia setelah bayi sebelum
anak awal.
Menurut UU No 20 (2010), anak balita sebagai masa emas atau
golden age yaitu balita yang berusia 0-5 tahun. Kelompok anak yang
berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik,
artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi
motorik halus dan motorik kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta,
ekonomi, kecerdasan spiritual), sosial-emosional (sikap dan perilaku serta
agama), bahasa dan komunikasi yang khusu sesuai dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan yang sedang dilalui oleh anak tersebut.

2.1.5. Ciri-Ciri Balita Sehat

Menurut Ronald H.S (2001), ciri-ciri balita sehat adalah


1) Lincah dan aktif

2) Bahagia dan responsif

3) Rambut tidak mudah kusam dan rontok

4) Gigi cemerlang

5) Gusi merah muda, dan tak mudah berdarah

6) Kulit bersih dan jika luka mudah sembuh

7) Kuku merah muda (tidak pucat) dan tidak rapuh

8) Suhu tubuh antara 36,5˚c-37,5˚ c

9) Makan lahp
25

10) Tidur lelap dalam waktu yang cukup

11) BAB (Buang Air Besar) lancar

12) Cocok dengan KMS (Kartu Menuju Sehat)

13) Antusias bermain

14) Bentuk kaki normal

2.1.6. Pengertian Tumbuh Kembang Balita

Pertumbuhan (growth) adalah suatu ukuran kematangan fisik. Hal

ini ditandai dengan peningkatan ukuran tubuh dan organ-organ yang

berbeda.Oleh karena itu, pertumbuhan bisa diukur dalam satuan sentimeter

atau meter dan kilogram (Suraj, 2004).

Perkembangan (development) merupakan bertambahnya

kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam

pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses

pematangan (Riyadi, 2009).

2.1.7. Ciri-Ciri Tumbuh Kembang Anak

Menurut Hidayat (2008) dalam pertumbuhan dan perkembangan

anak, terdapat berbagai ciri khas yang membedakan komponen satu

dengan yang lain. Proses pertumbuhan anak memiliki ciri-ciri sebagai

berikut:

1. Dalam pertumbuhan akan terjadi perubahan ukuran dalam hal

bertambahnya ukuran fisik, seperti berat badan, tinggi badan, lingkar

kepala, lingkar lengan, lingkar dada dan yang lainnya.


26

2. Dalam Pertumbuhan dapat terjadi perubahan proporsi yang dapat

terlihat pada proporsi fisik atau organ manusia yang muncul mulai dari

masa konsepsi hingga dewasa.

3. Pada pertumbuhan dan perkembangan, hilang ciri-ciri lama yang ada

selama pertumbuhan, seperti hilangnya kelenjar timus, gigi susu atau

hilangnya refleks tertentu

.
Sedangkan pada proses perkembangan balita memiliki ciri-ciri

yaitu sebagai berikut:

1. Perkembangan selalu melibatkan proses pertumbuhan yang diikuti dari

perubahan fungsi, seperti perkembangan sistem reproduksi akan diikuti

perubahan pada fungsi alat kelamin.

2. Perkembangan memilki pola yang konstan yaitu perkembangan dapat

terjadi dari daerah kepala kedaerah kaki.

3. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan mulai dari melakukan

hal yang sederhana sampai melakukan hal yang sempurna.

4. Perkembangan setiap individu memiliki kecepatan pencapaian yang

berbeda.

2.1.8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

 Menurut Riyadi (2009) setiap orang tua akan mengharapkan

anaknya tumbuh dan berkembang secara sempurna tanpa mengalami

hambatan apapun.
27

Namun ada banyak faktor yang mempengaruhi proses tersebut

antara lain yaitu :

1. Faktor Herediter

Herediter atau faktor keturunan merupakan faktor yang tidak


dapat diubah. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel
telur yang telah dibuahi dapat menentukan kualitas dan kuantitas
pertumbuhan, yang termasuk dalam faktor genetik ini adalah jenis
kelamin, suku atau ras (Riyadi, 2009).
2. Faktor Lingkungan

Menurut Hidayat (2005) faktor lingkungan merupakan faktor


yang memegang peranan penting dalam menentukan tercapai atau
tidaknya potensi yang sudah dimiliki. Yang termasuk dalam faktor
lingkungan ini meliputi lingkungan perinatal yaitu lingkungan saat
dalam kandungan dan lingkungan postnatal yaitu lingkungan setelah
bayi lahir.
3.  Lingkungan Perinatal

Merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai dari konsepsi


sampai lahir yang meliputi pada waktu ibu hamil, lingkungan mekanis
seperti zat kimia, penggunaan obat-obatan, alkohol atau kebiasaan
merokok ibu selama kehamilan.
4. Lingkungan Posnatal

Selain faktor lingkungan perinatal terdapat juga lingkungan


setelah lahir yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Budaya Lingkungan

Budaya lingkungan dalam hal ini adalah budaya dimasyarakat yang


mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Budaya
28

lingkungan dapat menentukan bagaimana seseorang atau


masyarakat mempersepsikan pola hidup sehat.
b. Sistem Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan


perkembangan anak. Anak dengan keluarga yang memiliki sosial
ekonomi tinggi tentunya pemenuhan kebutuhan gizi cukup baik
dibandingkan anak dengan keluarga yang memiliki status sosial
ekonomi rendah. Demikian juga dengan status pendidikan
keluarga, misalnya tingkat pendidikan rendah akan sulit untuk
menerima arahan dalam pemenuhan gizi dan mereka sering tidak
mau atau tidak meyakini pentingnya pemenuhan gizi atau
pentingnya pelayanan kesehatan lain yang menunjang tumbuh
kembang anak
5. Nutrisi

Nutrisi adalah salah satu komponen yang paling penting dalam


menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan.
Menurut Arif (2009) dalam nutrisi terdapat kebutuhan zat gizi yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan antara lain:
1) Energi

Banyak sedikitnya asupan energi atau kalori sangat berpengaruh


terhadap laju pembelahan sel dan pembentukan struktur organ-
organ tubuh. Jumlah energi yang dianjurkan dihitung berdasarkan
jumlah konsumsi energi yang dibutuhkan anak. Karbohidrat
merupakan salah satu sumber energi utama selain protein dan
lemak.
2) Protein

Protein merupakan salah satu sumber energi, dan sebagai salah satu zat
pembangun yang dibutuhkan anak untuk pembuatan sel-sel baru
dan merupakan pembentukan berbagai struktur organ tubuh. Selain
itu juga protein berperan dalam pembentukan enzim dan hormon
29

yang dapat mengatur proses metabolisme dalam tubuh dan sebagai


pertahanan tubuh melawan berbagai penyakit serta infeksi.
3) Asam Lemak dan Omega-3

Asam lemak omega-3 merupakan salah satu asam lemak esensial yang
berfungsi untuk memperlancar peredaran darah ke seluruh tubuh
dan melunakkan membrane sel darah merah serta mencegah
terjadinya pengerasan pembuluh darah merah. Kandungan ini dapat
diperoleh dari kacang-kacangan dan biji-bijian. Selain itu dapat
juga diperoleh dari sumber hewani, telur, daging, ikan, dan lain-
lain.
4) Vitamin A (Retinol). Pada anak terjadinya defisiensi vitamin A

dapat mengakibatkan terjadinya hambatan pertumbuhan, dan

sintesa protein.

5) Vitamin D (Calciferol). Mengkonsumsi Vitamin D dapat

meningkatkan penyerapan kalsium dan pertumbuhan kerangka

tubuh.

6) Vitamin E (Alfa Takoferol), berfungsi sebagai anti oksidan alami

dan metabolisme selenium.

7) Vitamin C (Asam Askorbat), ikut berperan dalam proses

pembentukan sel-sel pada otak.

8) Vitamin B1 (Thiamin). Fungsi vitamin ini berkaitan dengan

metabolisme karbohidrat untuk memperoleh energi. Kekurangan

vitamin B1 dapat mengakibatkan penyakit beri-beri pada bayi.

9) Vitamin B2 ( Ribovlafin). Fungsi vitamin ini pembebasan energi

dari bahan makanan, pertumbuhan dan mempercepat pemindahan

rangsang sinar ke saraf mata.


30

10) Vitamin B3 (Niacin). Fungsi niacin adalah menjaga keseimbangan

kerja sel saraf, selain itu juga berhubungan dengan kulit, saluran

pencernaan

11) Vitamin B6 (Piridoksin). Vitamin B6 berfungsi pada membantu

penyerapan karbohidrat, protein, dan lemak oleh tubuh selain itu

juga berperan dalam pembentukan sel-sel darah merah.

12) Vitamin B12 (Cyanocobalamin). Berperan menjaga agar sel-sel

berfungsi normal, terutama sel-sel saluran pencernaan , sistem urat

saraf, dan sumsum tulang belakang dan bersama dengan zat besi

dalam pembentukan sel darah merah. Vitamin banyak di dapat dari

organ hati ternak, kacang tanah, tempe, atau kecap.

13)  Kalsium, dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan gigi guna

menunjang berat badan bayi pada saat belajar berjalan.

14) Fosfor. Sumber Fosfor yang paling utama adalah makanan dengan

kadar protein yang tinggi seperti daging, unggas, ikan, telur juga

biji-bijian.

15) Zat Besi, diperlukan dalam membantu proses pembentukan sel-sel

baru, menunjang pertumbuhan yang optimal dan perkembangan

otak agar tumbuh normal.

16) Yodium, Kekurangan yodium dapat mengakibatkan gondok.

Seng, Seng dapat diperoleh dari bahan-bahan makanan seperti daging,


unggas, ikan laut, telur, keju, susu. dan lain-lain.
17) Selenium
31

Berfungsi sebagai antioksidan, bahan makanan yang banyak


mengandung selenium terdapat pada hati, ikan laut, daging, biji-
bijian, roti dan susu.

6. Status Kesehatan

Status kesehatan anak dapat berpengaruh pada pencapaian


pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dapat terlihat apabila anak
berada dalam kondisi sehat dan sejahtera, maka percepatan untuk
tumbuh kembang menjadi sangat mudah.
7. Iklim atau cuaca

Iklim atau cuaca juga berperan dalam pertumbuhan dan


perkembangan. Hal ini dapat dilihat pada musim tertentu kebutuhan
gizi mudah diperoleh. Demikian juga pada musim tertentu lainnya
yang terkadang mengakibatkan kesulitan mendapatkan makanan
bergizi seperti penyediaan air bersih saat musim kemarau.
8. Olahraga atau Latihan Fisik.

Olahraga atau latihan fisik dapat memacu perkembangan anak


karena dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga suplai oksigen ke
seluruh tubuh dapat teratur.
9. Posisi anak dalam keluarga

Posisi anak dalam keluarga dapat mempengaruhi pertumbuhan


dan perkembangan. Hal ini dapat dilihat pada anak pertama atau
tunggal, dalam aspek perkembangan secara umum kemampuan
intelektual biasanya lebih menonjol dan cepat berkembang karena
sering berinteraksi dengan orang dewasa, akan tetapi dalam
perkembangan motoriknya kadang-kadang terlambat karena tidak ada
stimulasi yang biasa dilakukan saudara kandungnya. Demikian juga
dengan anak kedua atau berada di tengah kecenderungan orangtua
yang merasa biasa dalam merawat anak lebih percaya diri sehingga
kemampuan untuk beradaptasi anak lebih cepat dan mudah, akan tetapi
32

dalam perkembangan intelektual biasanya terkadang kurang apabila


dibanding dengan anak pertamanya, kecenderungan tersebut juga
tergantung kepada keluarga.
10. Faktor Hormonal

Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak


antara lain: somatotropin yang berperan dalam mempengaruhi
pertumbuhan tinggi badan dengan menstimulasi terjadinya proliferasi
sel kartilago dan sistem skeletal, hormon tiroid dengan menstimulasi
metabolisme tubuh, sedangkan glukokortikoid yang mempunyai fungsi
menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis untuk
memproduksi testosteron dan ovarium untuk memproduksi estrogen
selanjutnya hormon tersebut akan menstimulasi perkembangan seks
baik pada anak laki-laki maupun perempuan yang sesuai dengan peran
hormonnya.

2.1.9. Tahap Pertumbuhan Fisik Balita

Menurut Nugroho (2009) Peningkatan ukuran tubuh terjadi secara

bertahap yang menunjukkan karakteristik percepatan atau perlambatan

pertumbuhan pada anak umur 1-3 tahun adalah sebagai berikut:

1. Tinggi Badan.

Rata-rata tinggi badan batita bertambah tinggi sekitar 7,5 cm pertahun.


Rata-rata tinggi anak usia 2 tahun sekitar 86,6 cm. Tinggi badan pada
usia 2 tahun adalah setengah dari tinggi dewasa yang diharapkan.
2. Berat Badan.

Rata-rata pertambahan berat badan batita adalah 1,8 atau 2,7 kg pertahun.
Rata-rata berat badan batita umur 2 tahun adalah 12,3 kg. Pada usia 2,5
tahun berat badan batita mencapai 4 kali berat badan lahir.
33

3. Lingkar Kepala

Pada usia 1-2 tahun ukuran lingkar kepala sama dengan lingkar dada.
Total laju peningkatan lingkar kepala pada tahun kedua adalah 2,5 cm
kemudian berkurang menjadi 1,25 cm pertahun sampai umur 5 tahun.

2.1.10. Tahap Perkembangan Balita

Tahap perkembangan anak menurut Indiarti (2009) adalah sebagai berikut:

1. Umur 13-14 bulan

Pemahaman akan kata-kata umumnya dimulai saat bayi berusia


delapan bulan. Bayi menghasilkan kata-kata pertamanya pada umur
10-20 bulan. Namun, bayi hanya akan berbicara pada konteks tertentu
yang mudah dipahami, mudah diucapkannya dan sudah diketahui oleh
bayi. Kata-kata yang diucapkan merujuk pada kejadian secara
keseluruhan, misalnya mengucapkan “bapak” saat ia melihat
bapaknya. Secara aktif, bayi sudah memperluas arti sebuah kata untuk
menerima perhatian ibunya dan bayi merasa yakin bahwa ibunya
paham apa yang dimaksudkan.
2. Umur 15-17 bulan.

Dalam usia ini bayi akan senang melakukan hal-hal sebagai


berikut:
a. Menyimak adegan di TV.

b. Melaksanakan instruksi sederhana, seperti segera memberikan

mainan yang dipegang jika ibu memintanya.

c. Mengucapkan kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata

misalnya “dah bis” (sudah habis).

d. Menyebutkan tiga anggota tubuhnya seperti mata, rambut, dan

telinga.
34

3. Umur 18-20 Bulan

Perkembangan aktivitas dan motorik anak 18-20 bulan antara


lain yaitu :
a. Berjalan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah tanpa

bantuan.

b. Menyusun 2-3 kotak.

c. Mampu mengatakan 5-10 kata.

d. Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa saing.

4. Umur 20-24 Bulan

Sementara pada umur 20-24 bulan perkembangan aktivitas dan

motorik yang terjadi pada anak adalah sebagai berikut:

a. Mampu menyusun dua kata.

b. Menaruh minat pada apa yang dikerjakan orang dewasa.

c. Naik dan turun tangga.

d. Menunjuk mata dan hidungnya.

e. Belajar makan sendiri.

f. Menggaris di kertas atau pasir.

g. Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil.

5. Umur 24 -36 bulan

Saat memasuki umur tiga tahun anak terus mengalami

perkembangan aktivitas dan motorik antara lain sebagai berikut:

a. Belajar meloncat, memanjat, serta melompat dengan satu kaki.


35

b. Mempergunakan kata-kata “saya”, “bertanya” serta mengerti kata-

kata yang ditujukan kepadanya.

c. Mampu menggambar lingkaran.

d. Bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya

lingkungan lain diluar keluarganya.

e. Mampu membuat jembatan dengan tiga kotak.

f. Mampu menyusun kalimat.

2.1.11. Indikator Motivasi Ibu Terhadap Tumbuh Kembang Balita

Dalam buku psikologi pendidikan karangan Purwanto (2010)

menyatakan beberapa indikator motivasi sebagai berikut:

a. Teori tujuan.

Semua orang cenderung menghindari diri dari sesuatu yang


sulit dan yang menyusahkan dan lebih cenderung suka melakukan
sesuatu yang mendatangkan tujuan kesenangan. Pada dasarnya
manusia memiliki tiga dorongan naluri pokok, yakni naluri
mempertahankan diri, naluri mengembangkan diri dan naluri
mempertahakan dan mengembangkan jenis. Kebiasaan-kebiasaan dan
tingkah laku manusia yang diperbuatnya setiap hari, mendapat
dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri tersebut. Teori
menjelaskan tentang perilaku manusia yang memilki motivasi,
didasarkan oleh naluri.
b. Teori harapan.

Perilaku manusia berdasarkan pada pola-pola dari tingkah laku


yang dipelajari dari kebudayaan dimana tempat orang itu hidup.Teori
ini merupakan perpaduan antara teori naluri dengan teori reaksi yang
dipelajari dari kebudayaan lingkungan dimana dia berada
36

c. Teori kebutuhan.

Tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakekatnya adalah


untuk memenuhi kebutuhannya. Teori kebutuhan ini dapat dijelaskan
dengan teori Abrahan Maslow, yakni kebutuhan fisiologis, kebutuhan
rasa aman dan perlindungan, kebutuhan rasa memiliki dan cinta,
kebutuhan harga diri, kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologis.
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar yang bersifat primer dan
vital yang menyangkut fungsi-fungsi biologis, seperti kebutuhan
pangan, sandang dan papan, kesehatan serta kebutuhan seks.
Kebutuhan rasa aman dan perlindungan. Rasa ingin terjaminnya
keamanan, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang,
kemiskinan, kelaparan dan perlakuan tidak adil. Kebutuhan rasa
memilki dan cinta. Kebutuhan akan cinta, rasa setia kawan dan
kejasama. Kebutuhan harga diri. Kebutuhan dihargai karena prestasi,
kemampuan dan kedudukan serta atau pangkat. Kebutuhan aktualisasi
diri. Kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki,
pengembangan diri secara maksimum, kreatifitas dan ekspresi diri.
Adapun indikator motivasi ibu dari teori diatas, yaitu

kebutuhan, tujuan dan harapan.

Gambar 2.1
Indikator Motivasi
Sumber:Purwanto, 2010.

2.1.12. Cara Mengukur Motivasi Ibu


37

Cara ukur dari variabel motivasi ibu adalah dengan mengajukan


pertanyaan menggunakan kuesioner terstruktur yang terdiri dari 15
pertanyaan yang berisi tentang motivasi ibu dalam pemantauan tumbuh
kembang balita sesuai dengan teori.

2.1.13. Sintesa Motivasi Ibu

Sintesa yang diambil dari motivasi ibu terhadap pemantauan

tumbuh kembang balita adalah dorongan seseorang khususnya ibu yang

mempunyai balita untuk memiliki tujuan memantau periode penting

tumbuh kembang anak. Adapun indikator motivasi ibu, yaitu kebutuhan,

tujuan dan harapan.

2.2 Sumber Informasi

2.2.1 Pengertian Sumber Informasi

Kata Informasi berasal dari kata Prancis kuno informacion (tahun

1387) yang di ambil dari bahasa Latin informatinem yang berarti “garis

besar, konsep,ide.” Informasi merupakan kata benda dari informare yang

berarti aktivitas dalam “pengetahuan yang di komnunikasikan”.

Menurut Notoatmodjo (2005), informasi adalah data yang diproses

kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi si penerima dan

mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat ini atau keputusan

mendatang, informasi yang datang dari pengirim pesan yang ditujukan

kepada penerima pesan. Selain itu informasi dapat diperoleh dari media
38

cetak, media elektronik, non-media seperti, keluarga, teman, tenga

kesehatan.

Sumber informasi adalah media yang berperan penting bagi

seseorang dalam menentukan sikap dan keputusan untuk bertindak.

Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam

menyampaikan informasi, media informasi untuk komunikasi massa.

Sumber informasi dapat diperoleh melalui media cetak (surat kabar,

majalah), media elektronik (televisi, radio, internet), dan melalui kegiatan

tenaga kesehatan seperti pelatihan yang di adakan (Notoadmodjo, 2003).

Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan

mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang banyak

memperoleh informasi maka ia cenderung mempunyai pengetahuan yang

luas. Semakin sering orang membaca, pengetahuan akan lebih baik

daripada hanya sekedar mendengar atau melihat saja. Dan dapat

dibuktikan dengan banyak minat untuk membaca (Notoadmodjo, 2003).

Informasi merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi

rasa cemas sesorang semakin banyak informasi dapat memengaruhi atau

menambah pengetahuan seseorang dan dengan pengetahuan menumbulkan

kesadaran yang akirnya seseoran akan berperilaku sesuai dengan

pengetahuan yang dimilikinya. (Notoatmodjo (2008)

Ellis menyatakan ada suatu proses yang dilalui seseorang untuk

mengikuti perkembangan informasi yang mereka butuhkan dengan


39

menjaga perkembangan informasi dala suatu bidang secara teratur, yang

dilakukan dengan mencari sumber-sumber tertentu (misalnya jurnal, surat

kabar, konferensi, majalah, buku, dan katalog) (Meho,2003).

Sumber informasi merupakan sarana penimpanan informasi

Informasi dapat tersimpan dalam dokumen dan non-dokumen. Sumber

informasi yang berupa dokumen dapat berbentuk buku,majalah, laporan

penelitian, jurnal, sedangkan simber informasi non-dokumen adalah

manusia, yakni teman, pustakawan,pakar atau spesialis informasi

(Harisanty, 2012).

Oleh karena itu dapat disimpulkan dari pengertian diatas adalah

Sumber informasi merupakan ketersediaan berbagai informasi yang

mendukung dalam pemantauan tumbuh kembang balita.

2.2.2 Ciri-Ciri Sumber Informasi

Sumber informasi adalah segala hal yang dapat digunakan oleh

seseorang sehingga mengetahui tentang hal yang baru, dan mempunyai

ciri-ciri yaitu: (Setiandji, 2012).

1. Dapat dilihat.dibaca dan dipelajari

2. Diteliti dikaji dan dianalisis

3. Dimanfaatkan dan dikembangkan didalam kegiatan-kegiatan

pendidikan, penelitian, laboratotorium,

4. Ditransformasikan kepada yang lain


40

2.2.3 Jenis Sumber Informasi

Sebagai sumber informasi literatur dapat dibedakan menjadi

sumber informasi primer dan sumber informasi sekunder

a. Sumber Informasi Primer

Sumber informasi primer adalah sumber yang melaporkan adanya


informasi tersebut misalnya suatu penemuan baru. Contoh sumber
informasi primer adalah:
1) Paten dan standar

2) Makalah pertemuan dan laporan

3) Tesis dan disertasi

4) Karangan asli atau artikel ilmiah

5) Majalah atau jurnal ilmia dan surat kabar.

b. Sumber informasi sekunder

Sumber informasi sekunder merupakandaftar atau pencatatan dari sumber


informasi primer. Contoh:
1. Daftar buku

2. Katalog

3. Bibliografi

4. Majalah indeks dan majalah abstrak

2.2.4 Macam-Macam Sumber Informasi

Menurut Ircham (2007), Macam-macam media informasi dalam


memntau tumbuh kembang balita adalah :
41

a. Media Elektronik Media elektronik sebagai sarana untuk

menyampaikan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan

berbeda-beda jenisnya antara lain :

1) Televisi Penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan

melalui media televisi dalam bentuk sandiwara, sinetron, forum

diskusi atau tanya jawab sekitar masalah kesehatan, pidato

(ceramah), TV spot, kuis atau cerdas cermat dan sebagainya.

2) Radio Penyampian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui

radio juga dapat bermacam-macam bentuknya, antara lain obrolan

(tanya jawab), sandiwara radio, ceramah, radio spot dan

sebagainya.

3) Video Penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan dapat

melalui video.

4) Internet, informasi dalam internet adalah informasi tanpa batas,

informasi apapun yang dikehendaki dapat dengan mudah

diperoleh. Ada informasi apapun yang benar, yang benar

khususnya tentang informasi kesehata anak.

b. Media Cetak Media cetak sebagai alat bantu menyampaikan pesan-

pesan kesehatan sangat bervariasi, antara lain sebagai berikut :

1) Booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan

kesehatan dalam bentuk buku-buku, baik berupa tulisan maupun

gambar.
42

2) Leaflet ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan

kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam

bentuk kalimat maupun gambar atau kombinasi.

3) Selebaran bentuknya seperti leaflet tetapi tidak berlipat.

4) Lembar balik, media penyampaian pesan atau informasi-informasi

kesehatan dalam bentuk lebar balik. Biasanya dalam bentuk buku

dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan

lembaran baliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi

yang berkaitan dengan gambar tersebut.

5) Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang

membahas suatu masalah kesehatan atau hal-hal yang berkaitan

dengan kesehatan.

6) Poster ialah bentuk media cetak yang berisi pesan-pesan informasi

kesehatan yang biasanya ditempel ditembok-tembok,

ditempattempat umum atau kendaraan umum.

7) Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.

2.2.5 Sumber Informasi Media Massa

Aktifitas dan pengetahuan ibu tentang berbagai informasi tentang


kesehatan banyak dipengaruhi oleh teknologi, seperti media cetak dan
media elektronik. Media massa adalah alat yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dari sumber kepada khalayak dengan menggunakan
alat-alat komunikasi seperti surat kabar, novel, film, radio, TV (Cangara,
2002). Media massa dibagi menjadi dua yaitu media cetak dan media
43

elektronik. Media cetak terdir dari surat kabar, majalah, tabloid sedangkan
media Elktronik adalah televisi dan radio.
Media massa merupakan alat alat komunikasi yang dapat
menyebabkan perubahan perilaku seseorang. Media massa merupakan alat
komuniasi yang dapat dengan cepat menyampaikan pesan secara
serempak, cepat kepada audiens yang luas dan heterogen. Kelebihan media
massa dibandingkan dengan jenis komunikasi lainya adalah media massa
dapat mengatasi hambatan ruang dan waktu bahkan media massa dapat
menyebarkan pesan pada waktu seketika dan pasa waktu yang tak terbatas
( Nuruddin, 2004).
Media komunikasi berperan sangat penting sebagai alat untuk
menyampaikan informasi yang nanatinya dharapkan dapat mengubah
perilakuyang berkaitan dengan kesahan dan pengetahuan tentang penyakit-
penyakit. Media massa adalah perpanjangan alat indra (sense extetian
thory), teori perpanjangan alat indra). Dengan media massa khalayak
memperoleh informasi tentang benda,orang atau tempat yang belum
pernah dilihat atau dikunjungi secara langsung. Dunia ini terlalau luas
untuk dimasuki semuanya, maka media massa dating untuk
menyampaikan informasi sehingga televisi menjadi jendela kecil untuk
menyaksikan berbagai peristiwa yang jauh dari jangkauan alat indra. (Mc
Luhan dalam Grifin 2006)
Realitas yang ditampilkan oleh media massa adalah realitas yang
sudah diseleksi. Khalayak cendrung memperoleh informasi tesebut semata
mata berdasarkan pada apa yang dilaporkan media massa. Akhirnya
khalayak mebentuk citra tentang lingkungan sosial berdasarkan realitas
kedua yang ditampilkan di media massa. Karena televisi sering
menyajikan adegan kekerasan, penonton televisi cendrung memandang
dunia ini lebih keras, lebih tidak aman dan lebih mengerikan. Karena
media massa melaporkan dunia nyata secara efektif, maka sudah tentu
media massa mempengaruhi pembentukan citra tentang lingkungan sosial
yang biasa dan timpang. Oleh karena itu, munculah apa yang disebut
44

streotif yaitu gambaran umum tentang individu , kelompok, profesi atau


masyarakat yang tidak berubah-ubah. Bersifat klise dan sering timpang
dan tidak benar.(Hendra, 2008)

2.2.6 Jenis-Jenis Media Massa

Media massa atau pers adalah suatu istilah yang mulai


dipergunakan pada tahun 1920an untuk mengistilakan jenis media yang
secara khusus didesain untuk masyarakat yang sangat luas. Dalam
pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media.
Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah memiliki
ketergantungan dan kebutuhan terhadap media massa yang lebih tinggi
dari masyarakat dengan tingkat ekonomi tinggi karna pemilihan yang
terbatas. Masyarakat dengan tingkat ekonomi yang lebih tinggi memiliki
lebih banyak pilihan dan akses banyak media massa, termasuk bertanya
langsung pada sumber atau ahli dibandingakan mengendalikan informasi
yang mereka dapat dari media massa tertentu. (Muhtadi,1999). Jenis media
massa diantaranya:
1. Media massa tradisional

Media massa tradisional adalah media massa dan otoritas dan


memiliki organisasi yang jelas sebagai organisasi yang jelas sebagai
media massa dimana terdapat ciri-ciri seperti, informasi dan
lingkungan diseleksi, diterjemahkan, dan didistribusikan. Media massa
sebagi perantara dan mengirim informasinya melaluisaluran tertentu.
Penerimaan pesan tidak pasif dan merupakan bagian dari masyarakat
dan menyeleksi informasi yang merka terima.Interaksi anatar sumber
berita dan penerima sedikit.
2. Media massa modern

Seiring dengan perkembangan teknologi dan soial budaya ,


telah berekembang media-media yang lain yang kemudian
45

dikelompokan ke dalam media massa seperti internet dan telpon


seluler. Media massa yang lebih modern ini memiliki ciri-ciri seperti:
a. Sumber dapat mentransmisikan pesanya kepada banyak penerima

(melalui SMS atau internet misalnya)

b. Isi pesan tiadak hanya disediakan oleh lembaga atau organisasi

namun juga oleh individual

c. Tidak ada perantara, interaksi terjadi pada individu

d. Komunikasi mengalir (berlangsung) ke dalam

e. Penerimaan yang menetukan waktu interaksi

f. Fungsi Media Massa

Menurut (Muhtadi,1999) dalam buku “jurnalistik pendekatan Teori

dan Praktek) funsgi dari media massa adalah :

1. Menyiarkan Informasi

Fungsi ini merupakan fungsi utama media massa, sebab masyarakat


membeli media tersebut adalah karena memerlukan informasi tentang
berbagai hal yang terjadi di dunia ini.

2. Mendidik

Dalam fungsi ini media memperlihatkan bahwa pesan atau tulisan-tulisan


yang disajikan oleh media massa mengandung pengetahuan serta
sekaligus di jadikan media pendidikan massa.
3. Menghibur

Dalam memainkan fungsinya untuk menghibur media massa biasanya


menyajikan rubrik-rubrik atau program yang besifat hiburan
46

2.2.7 Peranan Media Massa

Media massa merupakan pengemban peranan penting sabagai alat


perubahan sosial dan pembaharuan masyarakat. Termasuk dalam
pengertian media massa adalah media elektronik (radio, televisi, film,) dan
media cetak (print media) seperti surat kabar, majalah, tabolid, buletin.
Bahkan media massa dapat berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran
politik rakyat selain melakukan pemberitaan yang objektif kepada
masyarakat dan pembentukan pendapat umum. Tidak bisa di pungkiri,
setiap hari suguhan isi surat kabar senantiasa beraneka ragam baik itu
meliputi bidang politik, sosial, ekonomi, kebudayaan, maupun keagamaan.
(Muhtadi,1999)
Sebagaimana di ketahui bahwa setiap institusi mempunyai
fungsinya sendiri. Demikian pula media massa sebagai institusi sosial
mempunyai fungsi yang penting dalam komunikasi massa. Fungsi media
massa pada hakekatnya bersifat relatif dan bertalian dengan keperluan
yang beraneka ragam di dalam masyarakat pada negaranegara yang
berbeda, dan dalam penerapan fungsi media massa itu tentunya berbeda di
negara satu dengan negara lainnya. (Muhtadi,1999)
Harold D. Laswell, menyebutkan fungsi media massa sebagai
berikut: Pertama, surveillance of the enviroinment. Fungsinya sebagai
pengamatan lingkungan. Sebagai pengamat dalam komunikasi massa,
media berperan dalam mengamati siklus yang terjadi dalam dinamika
masyarakat. Dengan adanya media ini, komunikator akan lebih berhati-
hati dalam mebuat pesan yang akan di sampaikan, kaena dalam proses
pebuatannya akan selalu di amati oleh media ini. Sehingga pesan tersebut
mengandung unsur yang selalu memperhatikan kebutuhan dan keinginan
khalayak yang menjadi sasaranya.

2.2.8 Sumber Informasi Kepada Ibu Terhadap Tumbuh Kembang


47

Memberikan informasi kepada ibu tentang tumbuh kembang balita

sebagai berikut:

1. Perhatikan tumbuh kembang anak secara teratur.

2. Bawa ke Posyandu untuk ditimbang, dapatkan kapsul vitamin A,

imunisasi, stimulasi tumbuh kembang dan periksa kesehatan.

3. Timbanglah berat badan untuk memantau pertumbuhan anak sehingga

dapat mencegah gizi kurang atau gizi buruk. Usia Pola Makan 0-6

bulan

4. ASI saja 6-9 bulan ASI + Makanan pendamping ASI (MP-ASI)

Contohnya, bubur susu atau bubur tim yang dilumat 9-11 bulan ASI +

MP-ASI yang lebih padat Contohnya, bubur nasi, nasi tim, dan nasi

lembek 1-2 tahun Makanan keluarga/makanan yang dicincang atau

dihaluskan 3-4 kali sehari 2-3 tahun Makanan keluarga + makanan

selingan 2 kali sehari

5. Pola Makan Anak Buku Pegangan Kader POSYANDU

6. Bila ditimbang berat badan tidak naik 2 bulan berturut-turut atau turun

rujuk ke Puskesmas.

7. Beri makanan bergizi sesuai kelompok umur anak, agar tumbuh dan

berkembang menjadi anak yang sehat dan cerdas.

8. Gunakan garam beryodium setiap kali masak.

9. Bila ada gangguan perkembangan anak, rujuk ke Puskesmas.

10. Bila anak sakit, bawa ke Puskesmas.

11. Rawat anak dengan kasih sayang dan doa


48

2.3.8 Sumber Informasi Sebagai Media Promosi

1. Poster

Sering disebut juga plakat yaitu desain grafis yang memuat


komposisi gambar dan huruf diatas media yang berurukuran besar.
Biasanya ditempel pada dinding atau bidang datar dan dibuat menarik
perhatian. Oleh karena itu, poster biasanya dibuat dengan warna
kontras dan kuat. Desainnya dibuat agar orang dengan mudah bisa
membaca informasi walaupun dalam keadaan bergerak,mungkin
sedang berjalan atau sedang berkendaraan. Karena itu poster biasanya
dibuat menurut kaidah smiple, kontras, menarik perhatian dan
memnerikan informasi yang cepat ditangkap. Pada beberapa jenis
poster, sisi”menarik perhatian” itu dimaksudkan untuk mendekati dan
mengundang oirang untuk mencermati informasi yangdisampaikan.
Untuk jenis ini, biasanya dibuat dengan kualitas yang cukup baik.
Poster sering juga digunakan dengan tujuan iklan. Secara luas bisa
memuat pengenalan atau memberikan informasi, mempromosikan
layanan,jasa dan produk. Yang termaksud dalam poster adalah
billboard, baliho, spanduk dan banner.
2. Pamflet

Sering juga disebut brosur yaitu terbitan yang tidak berkala


yang dapat berkala yang dapat terdiri dari satu hingga sejumlah kecil
halaman,tidak terkait dengan terbitan lain dan selesai dalam terbit
sekali.Pamflet satu halaman bisa merupakan cetakan satu muka saja
atau cetakan dua muka atau bolak-balik.Tentu saja untuk cetakan dua
muka,kualitas medianya pun baik.Pada umumnya,pamflet dicetak
dengan kualitas bagus karena dimaksudkan untuk membangun citra
yang lebih baik terhadap layanan atau layanan produk yang
diinformasikan dalam pamplet tersebut.Berbeda dengan poster yang
49

disesain agar orang bisa melihat dan membacanya walaupun dalam


kondisi bergerak, pamflet ditunjukan agar orang membacanya secara
lebih khusus.Yang termaksud dalam keluarga pamphlet adalah
booklet, katalog, flyer, leaflet dan kartu nama.

2.3.9 Indikator Sumber Informasi

Adapun beberapa indikatot yang berakita dengan sumber informasi

terhadap pemantauan tumbuh kembang balita adalah

1. Informasi yang di peroleh dari tenaga kesehatan

Petugas kesehatan khususnya bidan merupakan pemegang

kendali terbesar dalam peningkatan derajat kesehatan

masyarakat.Pelayanan kesehatan dan informasi kesehatan yang

ditujukan dapat dijangkau oleh para ibu, menyenangkan, menerima

dengan tangan terbuka, menghargai, menjaga kerahasiaan, peka akan

kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam

memenuhi kebutuhan tersebut.

2. Informasi yang di peroleh dari media massa

Aktifitas ibu dalam menjaga dan mengasuh balitanya banyak


dipengaruhi oleh teknologi, seperti media cetak dan media elektronik.
Banyak ibu-ibu muda yang mendapatkan informasi tentang kesehatan
anaknya dari media massa ini, karana media masa merupakan media
yang menyediakan informasi secara bebas. Informasi juga dapat
dipengaruhi oleh pengalaman seseorang. seseorang yang mempunyai
banyak pengalaman maka rasa keingintahuan tentang suatu informasi
tinggi sehingga akan mencari banyak informasi yang dapat menambah
50

pengetahuannya. Pengalaman ini meliputi pengalaman pribadi dan


pengalaman orang lain yang dilihat atau didengar tentang stimulasi
perkembangan. Pengalaman ini akan meningkattkan pemahaman ibu
tentang simulasi perkembangan sehingga pengetahuan akan bertambah.
dengan membaca buku, majalah ataupun media massa yang lain,
menonton televisi dan melalui penyuluhan dari tenaga kesehatan dan
para kader kesehatan saat pelaksanaan posyandu maupun pertemuan
lainnya
3. Informasi yang diperoleh dari Kader

Informasi yang diperoleh dari kader diantaranya


menyebarluaskan informasi tentang program pelayanan hari buka
Posyandu melalui pertemuan warga setempat atau surat edaran.,
menginformasikan pemberian ASI, penimbangan, penyuluhan,
pemberian makanan tambahan.
Adapun indikator menurut teori diatas tentang sumber
informasi yaitu: informasi dari tenaga kesehatan, informasi dari media
massa dan informasi dari kader.

Gambar 2.2

Indikator Sumber Informasi

(Sumber: Faturohman, 1992)

2.3.10 Cara Mengukur Sumber Informasi

Cara ukur dari variabel sumber informasi adalah dengan

menggunakan kuesioner terstruktur sebanyak 15 pertanyaan responden


51

diminta memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan, kemudian

diukur dengan menggunakan semantic differential yaitu sekala untuk

mengukur sumber informasi terhadap pemantauan tumbuh kembang balita,

yang mempunyai nilai 5 point.

2.3.11 Pengaruh Sumber Informasi Terhadap Tumbuh Kembang Balita

Informasi merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi


rasa cemas sesorang.Menurut Notoatmodjo (2008) bahwa semakin
banyak informasi dapat memengaruhi atau menambah pengetahuan
seseorang dan dengan pengetahuan menumbulkan kesadaran yang akirnya
seseoran akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
(Notoatmodjo (2008)
Dengan sistem Informasi kesehatan yang baik maka akan membuat
masyarakat tidak buta dengan semua permasalahan kesehatan. Dan mau
membawa keluarga nya berobat dengan mudah bukan lagi dengan
birokrasi yang rumit yang membuat masyarakat enggan membawa anggota
keluarganya berobat di pelayanan kesehatan yang disediakan oleh
pemerintah. Dengan maraknya perkembangan media dan teknologi
seharusnya membuat masyarakat melek akan kemajuan berinovasi
terhadap sistem informasi kesehatan Indonesia.
Menurut Notoadmojo (2003), Pengetahuan yang baik juga
menunjukkan bahwa responden memperoleh banyak informasi tentang
stimulasi tumbuh kembang yang diberikan pada anaknya dan juga
perkembangan balita yang sesuai tahap perkembangannya. Informasi yang
diperoleh responden tentang stimulasi tumbuh kembang balita didapatkan
dari berbagai sumber informasi seperti TV, Posyandu dan lain-lain.
Semakin banyak informasi yang didapat responden maka semakin baik
tingkat pengetahuan yang dimiliki responden tentang stimulasi tumbuh
52

kembang balita dan perkembangan balita itu sendiri sesuai tahap


perkembangannya. Masyarakat, kelompok, atau individu dapat
memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik dengan
diberikannya informasi atau pesan-pesan kesehatan

2.3.12 Sintesa Sumber Informasi

Dari uraian diatas dapat disintesiskan bahwa sumber informasi


tentang pemantauan tumbuh kembang balita yaitu ketersediaan sarana
atau media bagi seorang ibu untuk meperoleh informasi tentang
program tumbuh kembang balita yang pada akhirnya akan
mempengaruhi motivasi ibu untuk aktif dalam program tersebut.
Adapun indikator tentang sumber informasi yaitu: informasi dari tenaga
kesehatan, informasi dari media massa dan informasi dari kader.
53

2.3 Ketersedian Fasilitas

2.3.1 Pengertian Ketersedian Fasilitas

Ketersediaan Fasilitas Kesehatan adalah segala usaha yang


dilakukan untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada setiap
jalur, jenis dan jenjang pendidikan mulai dari TK/RA sampai Perguruan
Tinggi (Tim Pembina Pelayanan Kesehatan Sekolah, 2003).
Secara umum, Ketersediaan Fasilitas adalah alat penunjang
keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan
public, karena apabila kedua hal tidak tersedia maka semua kegiatan yang
dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan
rencana. Ketersediaan Fasilitas adalah segala jenis peralatan, perlengkapan
kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama atau pembantu dalam
pelaksanaan pekerjaan, dan juga dalam rangka kepentingan yang sedang
berhubungan dengan organisasi kerja.
Pengertian yang dikemukakan oleh Moenir (2009), jelas memberi
arah bahwa Ketersediaan Fasilitas dan praketersediaan fasilitas merupakan
seperangkat alat yang digunakan dalam suatu proses kegiatan baik alat
tersebut adalah merupakan peralatan pembantu maupun peralatan utama,
yang keduanya berfungsi untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai.
Fasilitas kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
digunakan untuk melaksanakan upaya pelayanan kesehatan perorangan
baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
pemerintah atau masyarakat (Kemenkes RI, 2013).
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) adalah faskes yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan individu yang bersifat umum
untuk keperluan pengamatan, promotif, preventif, mendiagnosis,
perawatan atau pelayanan kesehatan lainnya (Kemenkes RI, 2014b).
Pusat kesehatan masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas
merupakan faskes yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
54

mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat


kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya
(Kemenkes RI, 2014).
Pelayanan kesehatan merupakan upaya yang diberikan oleh
Puskesmas kepada masyarakat, mencakup perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, pencatatan, pelaporan, dan dituangkan dalam suatu sistem.
Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan namun dalam kondisi
tertentu pada satu kecamatan dapat didirikan lebih dari satu Puskesmas
berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk dan
aksesbilitas.
Sedangkan, Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah
satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang
dilaksanakan oleh, dari dan bersama masyarakat, untuk memberdayakan
dan memberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh
pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak balita.

2.3.2 Keutamaan Fasilitas Kesehatan

Menurut WHO (Depkes, 2008) Faktor-faktor pemungkin atau

pendukung mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas

kesehatan bagi masyarakat, yaitu:

1. Melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah kesehatan

sekolah, yaitu peserta didik, orang tua, dan para tokoh masyarakat

maupun organisasi-organisasi di masyarakat.

2. Berusaha keras untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan aman di

tempat pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Polindes, Posyandu,

bidan praktek ataupun Rumah Sakit, meliputi:


55

a. Sanitasi dan air yang cukup

b. Bebas dari segala macam bentuk kekerasan

c. Bebas dari pengaruh negatif dan

d. Penyalahgunaan zat-zat berbahaya

e. Suasana yang mempedulikan pola asuh, rasa hormat dan percaya

f. Pekarangan sekolah yang aman

g. Dukungan masyarakat yang sepenuhnya

3. Untuk perilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana

pendukung, misalnya perilaku dalam memantau tumbuh kembang balita

yang ada di posyandu. Ibu yang mempunyai balita yang

memeriksakannya ke tenaga kesehatan tidak hanya karena ia tahu dan

sadar manfaat pemeriksaan atau penimbangannya saja, melainkan ibu

yang mempunyai balita tersebut dengan mudah harus dapat

memperoleh fasilitas atau tempat pemeriksaan balita.

4. Tersedianya fasilitas yang pada hakekatnya mendukung atau

memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan masyarakat yang

memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya mudahnya

akses ke tempat posyandu seperti tempat posyandu yang terjangkau dan

tersedianya fasilitas peralatan atau sarana posyandu yang memadai

dapat mendukung sasaran untuk berpartisipasi ke Posyandu agar dapat

memantau tumbuh kembang balita.

5. Bekerja keras untuk ikut atau berperan serta meningkatkan kesehatan

masyarakat, dengan:
56

a. Memperhatikan adanya masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

b. Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat

c. Beberapa masalah kesehatan yang dapat dikurangi melalui

posyandu

d. Masalah sanitasi dan air bersih

e. Kekerasan dan kecelakaan

f. Masalah kesehatan reproduksi remaja

g. Kecacingan dan kebersihan diri maupun lingkungan

h. Masalah gizi dan anemia

i. Immunisasi

j. Merokok, Alkohol dan Penyalahgunaan Narkoba

k. Kesehatan Gigi

l. Penyakit infeksi (malaria, gangguan saluran nafas)

m. HIV/AIDS dan IMS lainnya

n. Gangguan kesehatan mental

2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersedian Fasilitas Kesehatan

Menurut Alan Dever (1984) dalam ”Determinants of Health


Services Utilization”, faktor-faktor yang memengaruhi adanya ketersedian
fasilitas pelayanan kesehatan adalah :
1. Faktor Sosiokultural, terdiri dari : norma dan nilai sosial yang ada di

masyarakat, dan juga teknologi yang digunakan dalam pelayanan

kesehatan.

2. Faktor organisasi, terdiri dari:


57

1) ketersediaan sumber daya. Yaitu sumber daya yang mencukupi

baik dari segi kuantitas dan kualitas, sangat mempengaruhi

penggunaan pelayanan kesehatan.

2) keterjangkauan lokasi. Keterjangkauan lokasi berkaitan dengan

keterjangkauan tempat dan waktu. Keterjangkauan tempat diukur

dengan jarak tempuh, waktu tempuh dan biaya perjalanan.

3) keterjangkauan sosial. Dimana konsumen memperhitungkan sikap

petugas kesehatan terhadap konsumen.

4) karakteristik struktur organisasi formal dan cara pemberian

pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan ada yang mempunyai

struktur organisasi yang formal misalnya rumah sakit.

3. Faktor interaksi konsumen terhadap petugas kesehatan, terdiri dari:

1) Faktor yang berhubungan dengan konsumen Tingkat kesakitan

atau kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen berhubungan

langsung dengan penggunaan atau permintaan pelayanan

kesehatan. Kebutuhan dipengaruhi oleh :

a. faktor sosiodemografi, yaitu umur, sex, ras, bangsa, status

perkawinan, jumlah keluarga dan status sosial ekonomi.

b. faktor sosio psikologis, yaitu persepsi sakit, gejala sakit, dan

keyakinan terhadap perawatan medis atau dokter,

c. faktor epidemiologis, yaitu mortalitas, morbiditas, dan faktor

resiko.
58

2) Faktor yang berhubungan dengan petugas kesehatan yang terdiri

dari :

a. faktor ekonomi, yaitu adanya barang substitusi, serta adanya

keterbatasan pengetahuan konsumen tentang penyakit yang

dideritanya

b. karakteristik dari petugas kesehatan yaitu tipe pelayanan

kesehatan, sikap petugas, keahlian petugas dan fasilitas yang

dipunyai pelayanan kesehatan tersebut.

2.3.4 Ketersedian Fasilitas Kesehatan di Puskesmas

Ketersediaan Fasilitas Kesehatan merupakan tempat yang


digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Menurut Pasal 10
UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan (selanjutnya ditulis UU
Kesehatan), yang dimaksud dengan upaya kesehatan adalah setiap
kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatanyang dilakukan
oleh pemerintah dan atau masyarakat yang meliputi upaya kesehatan
preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.
Ketersediaan Fasilitas kesehatan menurut Pasal 56 ayat (1) UU
Kesehatan meliputi balai pengobatan, puskesmas, rumah sakit umum,
rumah sakit khusus, praktik dokter, praktik dokter gigi, praktek dokter
spesialis, praktik dokter, praktik bidan, toko obat, apotek pedagang besar
farmasi, pabrik obat dan bahan obat, laboratorium, sekolah dan akademi
kesehatan, balai penelitian kesehatan dan Ketersediaan Fasilitas kesehatan
lainnya (Yulianto, 2010).
Untuk mendukung pencapaian pembangunan kesehatan pemerintah
telah menyediakan beberapa Ketersediaan Fasilitas atau fasilitas kesehatan
beserta tenaga kesehatannya.Salah satu fasilitas kesehatan yang banyak
dimanfaatkan masyarakat adalah puskesmas. Sebagai ujung tombak
59

pelayanan dan pembangunan kesehatan di Indonesia maka puskesmas


perlu mendapatkan perhatian terutama berkaiatan dengan Ketersediaan
Fasilitas kesehatan Puskesmas sehingga dalam hal ini puskesmas terlebih
pada puskesmas yang dilengkapi dengan unit rawat inap dituntut untuk
selalu meningkatkan keprofesionalan dari para pegawainya serta
meningkatkan fasilitas/Ketersediaan Fasilitas kesehatannya untuk
memberikan motivasi diri kepada masyarakat pengguna jasa layanan
kesehatan.
Puskesmas sebagai salah satu unit pelaksana teknis dinas
kabupaten/kota berperan di alam menyelenggarakan pelayanan public
yang berkualitas kepada masyarakat dengan melakukan berbagai upaya
untuk memenuhi segala harapan, keinginan dan kebutuhan serta mampu
memberikan motivasi diri bagi masyarakat (Azwar, 2010)
Puskesmas sebagai salah satu instansi pemerintah yang berperan
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dituntut
untuk meningkatkan kualitas kinerja dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat sehingga pelayanan yang diberikan mampu memenuhi
kebutuhan, keinginan dan harapan masyarakat serta mampu memberikan
motivasi diri. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25
Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS), salah
satu upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan public adalah dengan
menyusun indeks motivasi diri masyarakat sebagai tolak ukur untuk
menilai tingkat kualitas pelayanan. Dengan demikian kata indeks motivasi
diri masyarakat dapat menjadi bahan penilaian terhadap unsure pelayanan
yang masih perlu perbaikan dan menjadi pendorong setiap unit
penyelenggara pelayanan untuk meningkatkan kualitas pelayanannya.
Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) menurut kepmenkes 128
tahun 2004 adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja Puskesmas memiliki fungsi sebagai pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat,
60

pusat pelayanan kesehatan strata pertama meliputi pelayanan kesehatan


perorangan (private goods) dan pelayanan Kesehatan masyarakat ( public
goods) (Depkes RI,2004).
Puskesmas sebagai unit pelayan kesehatan tingkat pertama dan
terdepan dalam system pelayanan kesehatan, harus melakukan upaya
kesehatan wajib (basic six) dan beberapa upaya kesehatan pilihan yang
disuaikan dengan kondisi, kebutuhan, tuntutan, kemampuan dan inovasi
serta kebijakan pemerintah daerah setempat. Puskesmas dalam
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh dan terpadu
dilaksanakan melalui upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan
pemulihan disertai dengan upaya penunjang yang diperlukan.Ketersediaan
sumber daya baik dari segi kualitas maupun kuantitas, sangat
mempengaruhi pelayanan kesehatan.
Pada saat ini puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok
tanah air. Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, puskesmas
diperkuat dengan puskesmas pembantu serta puskesmas keliling (Depkes,
RI, 2009).
Puskesmas merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan.
Setiap dekade fungsi puskesmas terus berkembang yang semula sebagai
tempat untuk pengobatan penyakit dan luka-luka kini berkembang kearah
kesatuan upaya pelayanan untuk seluruh masyarakat yang mencakup aspek
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi. Puskesmas adalah satu
kesatuan organisasi fungsionil yang langsung memberikan pelayanan
secara menyeluruh kepada masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu
dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.
Di Indonesia Puskesmas merupakan tulang pungung pelayanan
kesehatan tingkat pertama dengan wilayah kerja tingkat kecamatan atau
pada suatu daerah dengan jumlah penduduk 30.000-50.000 jiwa
(Entjang,2000). Puskesmas adalah salah satu alternative utaa dalam
pemilihan pelayanan kesehatan, tetapi sampai saat ini pemanfaatan
pelayananan puskesmas masih rendah.
61

Meskipun Ketersediaan Fasilitas pelayanan kesehatan dasar milik


pemerintah seperti puskesmas telah terdapat disemua kecamatan dan
ditunjang paling sedikit oleh tiga puskesmas pembantu, namun upaya
kesehatan belum dapat dijangkau oleh masyarakat. Indonesia masih
menghadapi permasalah pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan, diperkirakan hanya 30% penduduk yang memanfaatkan
pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu (Depkes, RI, 2009).
Sedangkan, Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah
satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang
dilaksanakan oleh, dari dan bersama masyarakat, untuk memberdayakan
dan memberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh
pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak balita.

2.3.5 Manfaat Posyandu

Manfaat diadakannya posyandu yaitu:

1. Bagi masyarakat

a. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan

pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi, dan anak balita.

b. Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita

gizi kurang atau gizi buruk.

c. Bayi dan anak balita mendapatkan kapsul Vitamin A. .

d. Bayi memperoleh imunisasi lengkap.

e. Ibu hamil akan terpantau berat badannya dan memperoleh

tablet tambah darah (Fe) serta imunisasi Tetanus Toksoid (TT).

f. Ibu nifas memperoleh kapsul Vitamin A dan tablet tambah

darah (Fe).
62

g. Memperoleh penyuluhan kesehatan terkait tentang kesehatan

ibu dan anak.

h. Apabila terdapat kelainan pada bayi, anak balita, ibu hamil, ibu

nifas dan ibu menyusui dapat segera diketahui dan dirujuk ke

puskesmas. Dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman

tentang kesehatan ibu, bayi, dan anak balita.

2. Bagi kader

a. Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan

lebih lengkap.

b. Ikut berperan secara nyata dalam perkembangan tumbuh

kembang anak balita dan kesehatan ibu.

c. Citra diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang

terpercaya dalam bidang kesehatan.

d. Menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan

anak dan kesehatan ibu.

2.3.6 Penyelengaaran Posyandu

1. Pengelolaan posyandu

Dalam penyelenggaraannya, pengelola Posyandu dipilih dari


dan oleh masyarakat pada saat musyawarah pembentukan Posyandu.
Pengurus Posyandu sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris,
dan bendahara
Berikut ini beberapa kriteria pengelola Posyandu. Sukarelawan
dan tokoh masyarakat setempat, Memiliki semangat pengabdian,
63

berinisiatif tinggi, dan mampu memotivasi masyarakat., Bersedia


bekerja secara sukarela bersama masyarakat.
2. Waktu dan lokasi posyandu

Penyelenggaraan Posyandu sekurang-kurangnya satu (1) kali


dalam sebulan. Jika diperlukan, hari buka Posyandu dapat lebih dari
satu (1) kali dalam sebulan. Hari dan waktunya sesuai dengan hasil
kesepakatan masyarakat. Posyandu berlokasi di setiap desa atau
kelurahan, RT, RW atau dusun, salah satu kios di pasar, salah satu
ruangan perkantoran, atau tempat khusus yang dibangun oleh swadaya
masyarakat. Tempat penyelenggaraan kegiatan Posyandu sebaiknya
berada di lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat.

2.3.7 Ketersedian Fasilitas Terhadap Deteksi Dini Penyimpangan Tumbuh

Kembang Anak Dan Penangannya

Ketersediaan Fasilitas Terhadap Deteksi Dini Penyimpangan

Tumbuh Kembang Anak Dan Penangannya diantaranya adalah:

1. Tingkat keluarga/kelompok Bina Keluarga Ballia (BK6)

Tugas dan peran keluarga:


a) Memantau tumbuh kembang anak sesuai kelompok umur dengan

memanfaatkan sarana yang ada, seperti: KMS balita, Kartu

Kembang Anak, Kalender Tumbuh Kembang Anak.

b) Melakukan stimulasi terhadap anak sesuai dengan tingkat

perkembangan-perkembangan anak.

c) Melaporkan dan membahas tingkat perkembangan anak dengan

kader-kader Posyandu atau BKB.


64

d) Melaksanakan stimulasi sesuai nasehat kader BKB atau Posyandu

dalam rangka meningkatkan kemampuan anak.

2. Pelaksam kegiatan deteksi dini dan intervensi penyimpangan Tumbuh

Kembang di tingkat Puskesmas

Tugas dan peran Puskesmas:


Pelayanan Balita dan Anak Prasekolah (Apras)
a) Memantau dan mendeteksi dini setiap balita yang berkunjung dan

dirujuk dengan cara:

b) Mempelajari tumbuh kembangnya dalam KMS.

c) Melakukan pemeriksaan antropometri dan rrencatat pads gmfik

KMS.

d) Melakukan deteksi dini dengan menggunakan pedoman tumbuh

kembang anakda n kartu tumbuh kembang.

e) Menilai tumbuh kembang anak secara individu.

f) Menegakkan diagnose penyimpangan tumbuh kembang balita dan

apras yang berkunjung dan dirujuk.

g) Melakukan intervensi pada kelainan atau gangguan, masalah atau

penyimpangan tumbuh kembang berupa: Intervensi pelayanan

kesehatan sesuai dengan pedoman program (ISPA, Diare, Campak,

Malaria, Anameia, Infeksi Telinga) dan terhadap penyaldt lainnya

sesuai dengan buku pedoman pengobatan dasar di Puskesmas serta

buku pedoman kerja Puskesmas.


65

h) Intervensi penyimpangan tumbuh kembang di tingkat pelayanan

dasar. Penanganan:

a. Penanganan langsung pada: Kelambatan motorik kasar.

Gangguan bicara karena kurang latihan.

b. Gangguan moiorik halus

c. Malnutrisi dan anemia diberikan makanan tambahan dan sirup

multivitamin. Anak dengan berat badan di atas batas normal

perlu diberi nasehat pembinaan makanan seimbang.

3. Anak dengan kelainan khusus seperti: muntah tanpa gangguan organik,

gangguan buang air besar, cengeng berlebihan, penakut, mengompol

pada anak di atas 5 tahun, dan sebagainya.

4. Pelaksanaan kegiatan deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang di

tingkat Rumah Sakit Kabupaten

Tugas dan peran Rumah Sakit Kabupaten:


b) Memantau dan mendeteksi dini setiap balita yang berkunjung dan

dirujuk ke rumah sakit.

c) Menegakkan diagnosis secara multidisipliner penyimpangan

tumbuh kembang balita yang berkunjung dan dirujuk.

d) Melakukan intervensi secara multidisipliner.

e) Merujuk penderita ke Rumah Sakit tipe B/Afinstansi kompeten.

Metaksanakan koordinasi dalam, menegakkan diagnosis


dan melaksanakan. Intervensi. Sarana dan prasarana Seyogyanya di
setiap Rumah Sakit Kabupaten ada, unit pelayanan kesehatan anak
terpadu yang melibatkan beberapa. disiplin ilmu/keahlian yang
dinamakan Klinik Tumbuh Kembang Anak
66

2.3.8 Cara Mengukur Ketersedian Fasilitas

Cara ukur dari variabel ketersedian fasilitas adalah dengan


mengajukan pertanyaan menggunakan kuesioner terstruktur yang terdiri
dari 15 pertanyaan yang berisi tentang ketersedian fsilitas dalam
pemantauan tumbuh kembang balita sesuai dengan teori.

2.3.9 Pengaruh Ketersedian Fasilitas Terhadap Tumbuh Kembang Balita

Secara umum, Ketersediaan Fasilitas adalah alat penunjang


keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan
public, karena apabila kedua hal tidak tersedia maka semua kegiatan yang
dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan
rencana. Ketersediaan Fasilitas adalah segala jenis peralatan, perlengkapan
kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama atau pembantu dalam
pelaksanaan pekerjaan, dan juga dalam rangka kepentingan yang sedang
berhubungan dengan organisasi kerja.
Ketersediaan Fasilitas yang ada di posyandu sudah disosialisasikan
oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia kepada seluruh lapisan
masyarakat yang berada di wilayah Indonesia sejak lama melalui binaan
puskesmas. Tujuan dari diadakannya program posyandu ini yaitu
optimalisasi pelayanan kesehatan di masyarakat, dengan cara
meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas,
meningkatkan pemanfaatanposyandu, meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan ibudalam program tumbuh kembang balita.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Rahayu (2013), mengatakan
bahwa ada pengaruh positif antara pengaruh ketersediaan fasilitas
kesehatan dan dukungan tenaga kesehatan terhadap perilaku meningkatkan
kesehatan anak di posyandu sebesar P value 0,015 artinya ketersedian
fasilitas dalam pelayanan berpengaruh terhadap tumbuh kembang balita.
67

Untuk perilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan


prasarana pendukung, misalnya perilaku dalam memantau tumbuh
kembang balita yang ada di posyandu. Ibu yang mempunyai balita yang
memeriksakannya ke tenaga kesehatan tidak hanya karena ia tahu dan
sadar manfaat pemeriksaan atau penimbangannya saja, melainkan ibu yang
mempunyai balita tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh
fasilitas atau tempat pemeriksaan balita.

2.3.10 Sintesa Ketersedian Fasilitas

Sintesa yang bisa diambil dari ketersedian fasilitas adalah segala


alat atau penunjang ataupun perlengkapan yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan bagi ibu yang mempunyai balita
dengan memfasilitas para ibu yang membutuhkan pelayanan kesehatan
bagi balitanya untuk memantau tumbuh kembangnya.
68

2.4 Peran Bidan

2.4.1 Pengertian Peran Bidan Sebagai Tenaga Kesehatan

Menurut Friedman Notoadmojo (2010), dukungan bidan sebagai


tenaga kesehatan adalah perilaku, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap penderita yang sakit. Keluarga juga berfungsi sebagai sistem
pendukung bagi anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa
orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan
dengan bantuan jika diperlukan. Dukungan Tenaga Kesehatan sebagai
suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial. Ketiga
dimensi interaksi dukungan sosial keluarga tersebut bersifat reprokasitas
(sifat dan hubungan timbal balik), advis atau umpan balik(kuantitas dan
kualitas komunikasi) dan keterlibatan emosional(kedalaman intimasi dan
kepercayaan) dalam hubungan sosial.
Menurut Gottlieb (2010) dalam Kuncoro (2010) dukungan Tenaga
Kesehatan adalah komunikasi verbal dan non verbal, saran, bantuan, yang
nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab
dengan subyek di dalam lingkungan sosialnya atau berupa kehadiran dan
hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh
pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa
memperoleh dukungan secara emosional merasa lega karena diperhatikan,
mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya.
Serason (1983) dalam Kuncoro (2010) mengatakan bahwa
Dukungan Tenaga Kesehatan adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian,
dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita.
Pandanganyang sama juga dikemukakan oleh Cobb (1999) dalam Kuncoro
(2010) yang mendefinisikan dukungan Tenaga Kesehatan sebagai adanya
kenyamanan, perhatian dan penghargaan atau menolong dengan Perilaku
menerima kondisinya.
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan
69

melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu


memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (UU RI No :
36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Bab 1, Pasal l ayat 3).
Dalam hal ini, petugas kesehatan yang bertugas di Puskesmas

adalah diantaranya sebagai berikut :

1. Dokter

Secara operasional, definisi dokter adalah seorang tenaga

kesehatan (dokter) yang menjadi tempat kontak pertama pasien

dengan dokternya untuk menyelesaikan semua masalah kesehatan

yang dihadapi tanpa memandang jenis penyakit, organologi, golongan

usia, dan jenis kelamin, sedini dan sedapat mungkin, secara

menyeluruh, paripurna, bersinambung, dan dalam koordinasi serta

kolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya, dengan

menggunakan prinsip pelayanan yang efektif dan efisien serta

menjunjung tinggi tanggung jawab profesional, hukum, etika dan

moral. Layanan yang diselenggarakannya adalah sebatas kompetensi

dasar kedokteran yang diperolehnya selama pendidikan kedokteran.

2. Bidan

Definisi bidan menurut Keputusan Menteri Kesehatan 2007

adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan

yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta

memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin

yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan. Bidan adalah


70

seorang tenaga kesehatan yang mempunyai tugas penting dalam

bimbingan dan penyuluhan kepada pasiennya (Wiknjosastro, 2005).

2.4.2 Peran Bidan

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang

lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran

dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan

bersifat stabil (Fadli, 2008).

Peran bidan dapat dideskripsikan sebagai informasi atau nasehat

verbal maupun non verbal, bantuan nyata atau tindakan yang didapatkan

karena kehadiran petugas kesehatan dan mempunyai manfaat emosional

atau efek perilaku bagi pihak penerima, khususnya yang berhubungan

dengan kesehatan. raction with other people” (Trismiati, 2006).

Peran adalah suatu yang diharapkan dari seseorang dalam situasi

sosial tertentu agar memenuhi harapan. Peran petugas kesehatan adalah

suatu kegiatan yang diharapkan dari seorang petugas kesehatan yang

memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat (Setiadi, 2008).

Tenaga kesehatan profesional tidak hanya dilihat dari kemampuan

menjaga dan merawat klien, tetapi juga kemampuan memberikan

pelayanan secara menyeluruh, baik dari aspek biologis, psikologis, sosial

serta spiritual dengan penuh semangat yang diiringi dengan senyuman

ikhlas dan tulus (Mubarak, 2011).


71

Menurut Depkes RI (2009) pelayanan kesehatan adalah setiap

upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu

organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan

menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,

keluarga, kelompok dan atupun masyarakat.

Peran bidan yang biasa dilakukan dalam meningkatkan kesehatan

pada balita adalah:

a. Penyuluhan

Penyuluhan kepada ibu dan keluarga tentang periode tahap

perkembangan seorang anak secara kelompok ataupun individu yang

biasanya bersifat mempengaruhi masyarakat agar mau melaksanakan

apa yang disampaikan dan diharapkan oleh petugas yang memberi

penyuluhan.

b. Konseling kesehatan pada ibu

Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui

wawancara pada petugas kesehatan kepada individu yang sedang

mengalami masalah kesehatan, yang bertujuan agar ibu lebih aktif

serta bertambah pengetahuan ibu.


72

c. Tanya jawab

Kegiatan ini bisa juga dilakukan pada saat penyuluhan, konseling, dan

ceramah. Tetapi dapat juga dilaksanakan oleh petugas kesehatan bila

petugas kesehatan tersebut secara khusus melakukan acara tanya

jawab dengan satu topik atau judul tanpa harus terlebih dahulu

melakukan penyuluhan, konseling, dan ceramah.

d. Pelayanan Kesehatan pada Balita

Pelayanan kesehatan dapat dilakukan di tempat tugas seperti

puskesmas, Posbindu, rumah sakit, dan praktek atau klinik

pribadi/swasta.

Menurut Intanghina (2008) beberapa strategi yang dapat digunakan

oleh bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi para balita

1. Pemeliharaan Kesehatan bayi dan anak balita melalui: a)

Penimbangan bulanan bayi dan anak balita

2. Perbaikan gizi

3. Pencegahan terhadap penyakit (terutama imunisasi dasar)

4. Pengobatan penyakit, khususnya penanggulangan diare, penyuluhan

(kelompok dan perorangan) kepada ibu/pengasuhnya

2.4.3 Ciri-ciri Peran Bidan Sebagai Tenaga Kesehatan

Menurut Mahyuliansyah (2010), Sebagai tenaga profesional,


petugas kesehatan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Mengembangkan pelayanan yang unik kepada masyarakat
73

2. Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu program pendidikan

3. Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah

4. Anggota-anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai dengan

kode etik yang berlaku

5. Bebas mengambil keputusan dalam menjalankan profesinya

6. Wajar menerima imbalan jasa atas pelayanan yang diberikan

7. Memiliki suatu organisasi profesi

8. Pekerjaan/ sumber utama seumur hidup

9. Berorientasi pada pelayanan dan kebutuhan objektif

10. Melakukan ikatan profesi

11. Lisensi

12. Jalur karier mempunyai kekuatan dan status dalam pengetahuan

spesifik

13. Altruisme (sikap rela berkorban)

2.4.4 Faktor-faktor Yang mempengaruhi Peran Bidan

Menurut Purnawan (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi

Dukungan Tenaga kesehatan adalah :

a. Faktor Internal

1) Tahap Perkembangan
74

Artinya dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam


hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian
setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon
terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda
2) Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk


oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar
belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Kemampuan
kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk
kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan
dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan
untuk menjaga kesehatan dirinya.
3) Faktor Emosi

Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap


adanya dukungan dan cara melaksanakannya. Seseorang yang
mengalami respons stres dalam setiap perubahan hidupnya
cenderung berespon terhadap berbagai tanda sakit, mungkin
dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut
dapat mengancam kehidupannya. Seseorang yang secara umum
terlihat sangat tenang mungkin mempunyai respons emosional
yang kecil selama ia sakit. Seorang individu yang tidak mampu
melakukan kontrol secara emosional terhadap ancaman penyakit
mungkin akan menyangkal adanya gejala penyakit pada dirinya
dan tidak mau menjalani pengobatan.
4) Spiritual

Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang


menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang
dilaksanakan, hubungan dengan keluarga, dan kemampuan mencari
harapan dan arti dalam hidup.
75

b. Faktor Eksternal

1) Praktik di Keluarga

Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya


mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya.
Misalnya: klien juga kemungkinan besar akan melakukan tindakan
pencegahan jika keluarganya melakukan hal yang sama. Misalnya
anak yang selalu diajak orang tuanya untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan rutin, maka ketika punya anak dia akan
melakukan hal yang sama.
2) Faktor Sosio ekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan risiko terjadinya


penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan
bereaksi terhadap penyakitnya.Variabel psikososial mencakup:
stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan lingkungan kerja. Sesorang
biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan dari kelompok
sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan kesehatan dan
cara pelaksanaannya. Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang
biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang
dirasakan. Sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika
merasa ada gangguan pada kesehatannya.
3) Latar Belakang Budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan


individu, dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan
kesehatan pribadi.

2.4.5 Jenis dan Bentuk Dukungan Peran Bidan


76

Para ibu yang mempunyai balita sangat membutuhkan dukungan


yang berasal dari tenaga kesehatan sehingga diharapkan dapat bersama-
sama memantau tumbuh kembang balita yag berada di wilayahnya. Ada
empat aspek atau indikator dukungan dan peran tenaga kesehatan
menurut Perry&Potter (2010) yaitu:
a. Informatif

Aspek ini berupa pemberian informasi, penjelasan tentang

situasi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang

dihadapi oleh seseorang. Aspek informatif ini terdiri dari pemberian

nasehat, pengarahan, anjuran, petunjuk, masukan dan keterangan lain

yang dibutuhkan oleh individu yang bersangkutan. Bidan berfungsi

sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi tentang

kesehatan. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi

yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah.Manfaat dari

dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena

informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang

khusus pada ibu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat,

usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi. Bentuk dukungan ini

merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan

langsung seperti pemberian informasi tentang kesehatan, pelatihan

serta bimbingan.Bentuk ini dapat mengurangi stres karena Ibu dapat

langsung memecahkan masalahnya yang behubungan dengan

kesehatan.Dukungan instrumental sangat diperlukan terutama dalam

mengatasi masalah yang dianggap dapat dikontrol.


77

b. Penilaian

Bidan bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik yang


positif, menengahi penyelesaian masalah yang merupakan suatu
sumber dan pengakuan identitas individual, membimbing dan
menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator
indentitas Ibu diantaranya memberikan support, penghargaan,
perhatian. Bentuk dukungan ini dengan memberikan saran atau umpan
balik tentang situasi dan kondisi kesehatan. Jenis informasi seperti ini
dapat menolong ibu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan
mudah.Aspek ini terdiri atas dukungan peran sosial yang meliputi
umpan balik, perbandingan sosial, dan afirmasi.
c. Instrumental

Merupakan dukungan yang paling sederhana yaitu dukungan


yang berupa bantuan secara langsung dan nyata seperti membantu
meringankan tugas orang yang sedang membutuhkan. Bidan
merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit. Aspek ini
meliputi penyediaan sarana untuk mempermudah atau menolong orang
lain sebagai contohnya adalah peralatan, perlengkapan, dan sarana
pendukung lain dan termasuk didalamnya memberikan peluang waktu.
d. Emosional

Petugas atau bidan berfungsi sebagai suatu tempat untuk


berdiskusi dan curah pendapat, yang berpengaruh terhadap ketenangan
emosional, mencakup pemberian empati, dengan mendengarkan
keluhan, menunjukkan kasih sayang, kepercayaan dan perhatian.
Dukungan emosional akan membuat seseorang merasa lebih dihargai,
nyaman aman dan disayangi. Selain itu bidan sebagai tempat untuk
mendapatkan informasi dan bimbingan serta membantu penguasaan
terhadap kesehatan. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi
dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan,
perhatian, mendengarkan dan didengarkan.
78

Bentuk dukungan ini membuat ibu memiliki perasaan nyaman,


yakin, merasa dimiliki dan dicintai ketika mengalami stress, memberi
bantuan dalam bentuk semangat, kehangatan personal serta
diperdulikan dan dicintai oleh bidan sehingga ibu dapat menghadapi
dan meyelesaikan masalah dengan baik. Dukungan ini sangat penting
dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat dikontrol.
Aspek ini melibatkan kekuatan jasmani dan keinginan untuk percaya
pada orang lain sehingga Ibu yang bersangkutan menjadi yakin bahwa
orang lain tersebut mampu memberikan cinta dan kasih sayang
kepadanya
e. Tanggung jawab

Aspek ini terdiri atas dukungan peran sosial yang meliputi


tugas dan fungsi bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan,
sehingga dapat menggambarkan tanggung jawabnya dalam
mengemban tugas yang diamanatkan.

2.4.6 Dampak dari Peran Bidan

Bagaimana dukungan sosial dapat memberikan rasa aman dan

nyaman baik secara fisik maupun psikologis kepada ibu dapat dilihat dari

bagaimana dukungan petugas kesehatan mempengaruhi ibu yang

mempunyai balita dalam pemanfaatan informasi tentangkesehatan anak.

Secara teori dukungan seseorang dapat menurunkan atau mengurangi

kecenderungan munculnya kejadian yang dapat menimbulkan stress pada

seseorang atau individu. Apabila kejadian stress muncul, interaksi dengan

orang lain dapat dapat mempengaruhi atau mengubah persepsi seseorang

atau individu pada kejadian tersebut dengan demikian akan mengurangi

potensi munculnya stress.


79

Dukungan sosial dalam hal ini dukungan dari petugas kesehatan

merupakan bantuan atau dukungan yang diterima seseorang dari petugas

kesehatan dalam pemanfaatan tenaga kesehatansebagai tempat sumber

informasi. Diharapkan dengan adanya dukungan dari petugas kesehatan

maka seorang ibu akan merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai. Dengan

pemberian dukungan yang bermakna maka seorang ibu akan mengatasi

rasa cemasnya terhadap persoalan yang dihadapinya.

Dukungan atau peran dari petugas kesehatan dapat mengubah

hubungan antara respon ibu sehingga dapat mengurangi stress tentang

merawat anak dengan demikian akan berpengaruh baik terhadap

perubahan sikap dan perilaku ibu yang mempunyai balita dalam

memantau tumbuh kembang anaknya.

2.4.7 Indikator Peran Bidan

Menurut Nasrul Effendy (1988), indikator Peranan bidan sebagai


tenaga kesehatan di masyarakat diantaranya adalah:
1. Sebagai Tepat Bertanya (Fasilitator)

Perawat kesehatan atau bidan dapat dijadikan sebagai tempat


bertanya oleh individu, keluarga dan masyarakat untuk memecahkan
berbagai permasalahan dalam bidang kesehatan dan keperawatan
sehari-hari. Petugas kesehatan atau bidan diharapkan dapat membantu
memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah kesehatan dan
keperawatan yang mereka hadapi.
2. Sebagai Pendidik (Health Edukator)
80

Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga,


kelompok, dan masyarakat baik dirumah, di masyarakat, dan
dipuskesmas secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku
sehat sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan
dalam rangka mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
3. Motivator

Motivator menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah


orang yang menyebabkan timbulnya motivasi pada orang lain untuk
melaksanakan sesuatu, pendorong dan penggerak serta jadilah
motivator yang mampu menggerakkan masyarakat untuk hidup sehat.
Pelaksana Pelayanan Keperawatan (Provider of Nursing)
Peranan utama dari perawat kesehatan masyarakat adalah
sebagai pelaksana asuhan keperawatan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit atau
yang mempunyai masalah kesehatan, apakah itu dirumah, disekolah,
puskesmas, dan panti dan sebagainya sesuai dengan kebutuhanya.
4. Sebagai Pengamat kesehatan (Health Monitor)

Melaksanakan monitoring terhadap perubahan yang terjadi


pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang menyangkut
masalah kesehatan dan keperawatan atau kebidanan yang timbul serta
berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah,
observasi dan pengumpulan data.
5. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Service)

Mengkoordinir seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan


masyarakat dan puskesmas dalam mencapai tujuan kesehatan melalui
kerjasama dengan tim kesehatan lainnya sehingga tercipta keterpaduan
dalam sistem pelayanan kesehatan yang diberikan merupakan suatu
kegiatan yang menyeluruh dan tidak terpisah-pisah satu sama lainya.
6. Sebagai Pembaharuan (Inovator)
81

Bidan atau perawat dapat berperan sebagai agen pembaharuan


terhadap individu, keluarga kelompok dan masyarakat terutama dalam
merubah perilaku dan pola hidup yang erat kaitanya dengan
peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.
7. Pengorganisasian Pelayanan Kesehatan (Organiator)

Perawat maupun bidan dimasyarakat dapat berperan serta


dalam memberikan motivasi dalam rangka meingkatkan keikutsertaan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam setiap upaya
pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh masyarakat. Misalnya:
kegiatan posyandu, dana sehat, mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan sampai dengan tahap penilaian, sehingga ikut
berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan dan pengorgaisasian
masyarakat dalam bidang kesehatan.
8. Sebagai Panutan (Role Model)

Perawat kesehatan harus dapat memberikan contoh yang baik


dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat tentang bagaimana cara hidup sehat yang dapat ditiru dan
dicontoh oleh masyarakat.
9. Sebagai Pengelola (Manager)

Petugas kesehatan diharapkan dapat mengelola berbagai


kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai
dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya
Adapun indikator peran bidan dari beberapa teori diatas, yaitu:

komunikator, fasilitator, motivator.


82

Gambar 2.3
Indikator Peran Bidan
Sumber: Nasrul Effendy (1988)

2.4.8 Cara Mengukur Peran Bidan

Cara ukur dari variabel peran bidan adalah dengan menggunakan

kuesioner terstruktur sebanyak 15 pertanyaan responden diminta

memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan, kemudian diukur

dengan menggunakan semantic differential

2.4.9 Pengaruh Peran Peran Bidan Terhadap Pemantauan Tumbuh

Kembang balita

Peran bidan adalah perilaku, tindakan dan penerimaan keluarga

terhadap penderita yang sakit. Keluarga juga berfungsi sebagai sistem

pendukung bagi anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa

orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan

dengan bantuan jika diperlukan.

Peran petugas kesehatan khususnya bidan dalam memberikan

Informasi dan edukasi dan pengetahuan tentang pemantauan tumbuh

kembang anak sangatlah bermanfaat seperti memberikan penyuluhan

tentang pemberian ASI ekslusif, pemberian makan tambahan, jadwal

imunisasi dapat diberikan kepada masyarakat secara kelompok ataupun

individu yang biasanya bersifat mempengaruhi masyarakat agar mau


83

melaksanakan apa yang disampaikan dan diharapkan oleh petugas yang

memberi penyuluhan.

2.4.10 Sintesa Peran Bidan Terhadap Pemantauan Tumbuh Kembang balita

Sintesa yang diambil dari uraian diatas bahwa peran bidan adalah

seseorang yang memiliki pengetahuan di bidang kesehatan. yang

mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan

atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan. Adapun

indikator dari peran bidan, yaitu: komunikator, fasilitator, motivator

2.5 Sikap Ibu

2.5.1 Pengertian Sikap Ibu

Pengertian sikap didefinisikan sebagai gaya, perasaan dan


kecenderungan reaksi yang bersifat evaluatif terhadap objek yang dihadapi
(Simon-Morton et al., 1995).
Sikap seseorang akan dicerminkan dalam tendensi perilaku
terhadap suatu objek dengan asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan
banyak mempengaruhi perilaku. Kecenderungan berperilaku yang secara
konsisten selaras dengan kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap
seseorang (Azwar, 1997).
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih terhadap
stimulus atau objek (Notoadmodjo, 2002). Sedangkan, menurut Iskandar
(2003) sikap adalah suatu trait yang selain aktif mempelajarinya, tetapi
telah ditambah dengan perubahan perilaku yang sesuai dengan sikapnya.
84

Sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai


kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek yang dituju (Purwanto
H, 1996). Sedangkan, menurut Walgito (2003) sikap terbentuk dalam
perkembangan individu, karena faktor pengalaman individu mempunyai
peranan yang sangat penting dalam rangka pembentukan sikap individu
yang bersangkutan
Sikap merupakan kesiapan seseorang untuk bertindak secara
tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap dapat bersifat positif,
kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan
objek tertentu sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan
untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu
(Sarlito Wirawan, 2002).
Sikap merupakan bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap
seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung (favorable)
maupun perasaan tak mendukung (unfavorable) pada objek tersebut.
Timbulnya sikap didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang
memberikan kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik atau
buruk, positif atau negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan
(Azwar, 1997)
Pembentukan sikap juga dipengaruhi oleh pengalaman pribadi,
kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau
lembaga tertentu serta faktor emosi dalam diri individu yang bersangkutan
(Azwar, 2003).
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatustimulus atau obyek. Dari berbagai batasan tentang sikap
dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian
reaksi terhadap stimulus tertentu. Pengukuran sikap dilakukan secara
langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan
bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek.
85

Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan


hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden (Notoatmodjo, 2007)

2.5.2 Komponen Sikap

Azwar S (2003), mengatakan struktur sikap terdiri dari 3


komponen yang saling menunjang yaitu:
1. Komponen kognitif

Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu


pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotype yang
dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan
(opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang
kontroversial
2. Komponen afektif

Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional.


Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai
komponen sikap dan merupakan aspek yang pling bertahan terhadap
pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang
komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang
terhadap sesuatu.
3. Komponen konatif

Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai


dengan sikap yang dimlikioleh seseoarang dan berisi tendensi atau
kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan
cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya
adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah
dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku
86

Sedangkan Notoatmodjo (2007), membagi sikap dalam tiga

komponen yaitu

1) kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek

2) kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3) kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang

utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,

keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Gambar 2.4

menjelaskan uraian di atas

Gambar 2.4

Proses Perubahan Perilaku

2.5.3 Tingkatan Sikap

Sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu: (Notoadmodjo, 2002)


1. Menerima (receiving)
87

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan


stimulus yang diberikan (obyek)
2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan


menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sika karena
dengan suatu usaha untuk ejawab pertanyaan atau mengerjakan tugas
yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti
orang itu menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan


dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap
tiga tingkat, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga,
saudaranya, dsb) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau
mendiskusikan tentang pemantauan tumbuh kembang balita adalah
suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap
perkembangan anaknya.
4. Beranggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab ata segala sesuatu yang telah dipilihnya


dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.
Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB meskipun
mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri

2.5.4 Determinan Sikap

Menurut Walgito (2003) ada beberapa determinan sikap yang


dianggap penting yaitu:
1. Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis seseorang akan ikut menentukan bagaimana


sikap seseorang. Berkaitan dengan ini ialah faktor umur dan
kesehatan. Pada umumnya orang muda sikapnya lebih radikal
88

daripada sikap orang yang telah tua, sedangkan pada orang dewasa
sikapnya lebih moderat. Dengan demikian masalah umur akan
berpengaruh pada sikap seseorang.
2. Faktor Pengalaman Langsung Terhadap Objek Sikap

Bagaimana sikap seseorang terhadap objek sikap akan


dipengaruhi oleh pengalaman langsung orang yang bersangkutan
dengan objek sikap tersebut.
3. Faktor Kerangka Acuan

Kerangka acuan merupakan faktor yang penting dalam sikap


seseorang, karena kerangka acuan ini akan berperan terhadap objek
sikap. Bila kerangka acuan tidak sesuai dengan objek sikap, maka
orang akan mempunyai sikap yang negatif terhadap objek sikap
tersebut.
4. Faktor komunikasi sosial

Faktor komunikasi sosial sangat jelas menjadi determinan sikap


seseorang dan faktor ini yang banyak diteliti. Komunikasi sosial
yang berwujud informasi dari seseorang kepada orang lain dapat
menyebabkan perubahan sikap yang ada pada diri orang yang
bersangkutan.

2.5.5 Ciri-Ciri Sikap

Sikap merupakan faktor yang ada pada diri manusia yang dapat
mendorong atau menimbulkan perilaku yang tertentu. Walaupun demikian
sikap mempunyai segi-segi perbedaan dengan pendorong lain yang ada
dalam diri manusia. Oleh karena itu untuk membedakan sikap dengan
pendorong-pendorong yang lain, ada beberapa ciri dari sikap menurut
Walgito (2003) yaitu:
1. Sikap tidak dibawa sejak lahir
89

Sifat tidak dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau


dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan
obyeknya. berarti sikap itu terbentuk dalam perkembangan individu
yang bersangkutan. Oleh karena itu sikap dibentuk atau terbentuk,
maka sikap itu dapat dipelajari dan karenanya sikap itu dapat berubah,
walaupun demikian sikap itu mempunyai kecenderungan adanya sifat
yang agak tetap (mempunyai kecenderungan stabil) sekalipun sikap itu
dapat mengalami perubahan.
Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai
hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu
terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu
objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas. Sifat ini
membedakannya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus,
kebutuhan akan istirahat.
2. Sikap itu selalu berhubungan dengan objek sikap

Sikap itu selalu terbentuk atau dipelajari dalam hubungannya


dengan objek-objek peneliti, yaitu melalui proses persepsi terhadap
objek tersebut. Hubungan yang positif atau negatif antara individu
dengan objek tertentu, akan menimbulkan sikap tertentu pula dari
individu terhadap objek tersebut.
3. Sikap mempunyai dapat tertuju pada satu objek saja, tetapi juga dapat

tertuju pada objek lain

Bila seseorang mempunyai sikap yang negatif pada seseorang,


orang tersebut akan mempunyai kecenderungan untuk menunjukkan
sikap yang negatif pula kepada kelompok dimana seseorang tersebut
tergabung di dalamnya.
4. Sikap itu berlangsung lama atau sebentar

Sikap itu telah terbentuk dan telah merupakan nilai dalam


kehidupan seseorang, secara relatif sikap itu akan lama bertahan pada
diri orang yang bersangkutan. Sikap tersebut akan sulit berubah dan
90

kalaupun dapat berubah akan memakan waktu yang relatif lama. Tapi
sebaliknya bila sikap itu belum begitu mendalam ada dalam diri
seseorang, maka sikap tersebut akan mudah berubasegi-segi motivai
dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan
kecakapan-kecakapan atau pegetahuan yang dimiliki orang.
5. Sikap itu mengandung faktor dan motivasi

Sikap terhadap sesuatu faktor tertentu akan selalu diikuti oleh


perasaan tertentu yang dapat bersifat positif tetapi juga dapat bersifat
negatif terhadap objek tersebut. Disamping itu sikap juga mengandung
motivasi dan berarti bahwa sikap itu mempunyai daya dorong bagi
individu untuk berperilaku secara tertentu terhadap objek yang
dihadapinya.

2.5.6 Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap

Menurut Walgito (2003) pembentukan sikap dipengaruhi oleh dua


faktor yaitu:
1. Faktor individu sendiri atau faktor internal

Disebut juga pengalaman pribadi yaitu apa yang kita alami


akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap
stimulasi sosial. Faktor internal akan dipengaruhi faktor fisiologis
(dalam fisik) dan psikologis (jiwa) dimana faktor individu merupakan
faktor penentu yang berkaitan erat dengan apa yang ada dalam diri
individu dalam menanggapi pengaruh dari luar. Apa yang datang dari
luar tidak semuanya diterima dan mana yang akan ditolaknya.
2. Faktor luar atau faktor eksternal

Hal-hal atau keadaan yang di luar individu yang merupakan


stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap. Faktor ini terjadi
secara langsung artinya adanya hubungan secara langsung antara
individu dengan individu lain antara kelompok dengan kelompok lain.
Faktor eksternal dapat berwujud situasi yang dihadapi individu atau
91

pengalaman, norma-norma yang ada dalam masyarakat, hambatan-


hambatan atau pendorongpendorong yang ada dalam masyarakat, yang
semuanya akan berpengaruh pada sikap yang ada pada diri seseorang.

2.5.7 Pernyataan Sikap

Menurut Azwar (1998) pernyataan sikap terdiri atas pernyataan


positif dan negatif. Variabel positif dan negatif akan membuat responden
memikirkan lebih hati-hati isi pernyataannya sebelum memberikan respon
sehingga stereotype responden dalam menjawab dapat dihindari.
1. Positif

Pernyataan sikap yang berisi atau menyatakan hal-hal yang


positif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung
atau memihak pada objek sikap.
2. Negatif

Pernyataan sikap yang berisi atau menyatakan hal-hal yang


negatif mengenai objek sikap, yang tidak mendukung ataupun kontra
terhadap objek sikap yang hendak diungkap.
2.5.8 Pengukuran Sikap

Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan
perilaku manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) atau
pengukuran (measurement). Sikap menunjukkan beberapa karakteristik:
Azwar (2003)
1. Sikap mempunyai arah

Yaitu sikap terpilah pada dua arah kesetujuan yaitu apakah


setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung,
pakah memihak atau idak memihak terhada sesuatu atau seseorang
sebagai obyek. Oang yang setuju, mendukung dan memihak terhadap
92

suatu objek sikap berarti memiliki sikap yang arahnya positif dan
sebaliknya.
2. Sikap memiliki intensitas

Yaitu kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum


tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda.
3. Sikap memiliki keluasan

Yaitu kesetujuan atau ketidak setujuan terhadap suatu objek


sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik
akan tetapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang ada pada
obyek sikap.

4. Sikap memiliki konsistensi

Yaitu adalah kesesuaian antara pernyataan sikap yang


dikemukakan dengan responnya terhadap obyek sikap termaksud.
Konsistensi sikap diperlhatkan oleh kesesuaian sikap antar waktu.

Beberapa metode pengungkapan sikap yang secara historik telah


dilakukan orang (Azwar, 2003)
1. Observasi perilaku

Untuk mengetahui sikap seseorang terhadap sesuatu dapat


memperhatikan perilakunya, sebab perilaku merupakan salah satu
indikator sikap individu. Perilaku yang kita amati bias menjadi
indikator sikap dalam konteks situasional tertentu akan tetapi
interpretasi sikap harus sangat hati-hati apabila hanya didasarkan dari
pengamatan terhadap perilaku yang ditampakkan seseorang.
2. Penayaan langsung

Sikap seseorang dapat diketahui dengan menyakan langsung


(direct questioning) pada yang bersangkutan. Asumsi yang mendasari
metode penanyaan langsung guna pengungkapan sikap pertama adalah
asumsi bahwa individu merupakan orang yang paling tahu mengenai
93

dirinya sendiri dan kedua adalah asumsi keterusterangan bahwa


manusia akan mengmukakan secara terbuka apa yag dirasakan.
Cara pengukuran ini memiliki keterbatasan dan kelemahan
yang mendasar. Metode ini akan menghasilkan ukuran yang valid
hanya apabila situasi dan kondisinya memungkinkan kebebasan
berpendapat tanpa tekanan psikologis maupun fisik.
3. Pengungkapan langsung

Suatu versi metode pengungkapan langsung adalah


pengungkapan langsung (direct assessment) secara tertulis yang dapat
dilakukan dengan menggunakan item tunggal dan item bergnda (Ajzen
dalam Azwar 2003)
Prosedur pengungkapan langsung dengan item tunggal sebagai
sederhana. Responden diminta menjawab langsung pertanyaan sikap
tertulis dengan memberi tanda setuju atau tidak setuju. Penyajian dan
pemberian responnya yang dilakukan secara lebih jujur bila dia tidak
perlu menuliskan nama dan identitasnya. Variasi bentuk pengungkapan
dengan item tunggal adalah menggunakan kata sifat ekstrim pada suatu
kontinum sepuluh titik suka sampai benci.
4. Skala sikap

Skala sikap berupa kumpulan pertanyaan-pertanyaan mengenai


suatu obyek sikap. Dari respon subyek pada setiap pertanyaan ini
kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap
seseorang. Pada beberapa bentuk skala dapat pula diungkap mengenai
keluasan serta konsistensi sikap.
Salah satu sifat Skala adalah isi pertanyaannya yang dapat
berupa pertanyaan langsung yang jelas tujuan ukuranyya akan tetapi
dapat pula berupa pertanyaan tidak langsung yang Nampak kurang
jelas tujuan ukurannya bagi responden.
5. Pengukuran terselubung
94

Metode pengukuran terselubung sebenarnya berorientasi


kembali ke metode observasi perilaku yang telah dikemukkan diatas,
akan tetapi sebagai obyek pengamatan bukan lagi perilaku tapak yng
disadari atau sengaja diakukan oleh seseorang melainkan reaksi-reaksi
fisiologis yang terjadi lebih diluar kendali orang yang bersangkutan.

Cara mengukur sikap, maka digunkan:


a. Pernyataan positif

1) Sangat setuju

2) Setuju

3) Tidak setuju

b. Pernyataan negative

1) Sangat setuju

2) Setuju

3) Tidak setuju

(Hidayat, 2007)

Sedangkan, menurut Walgito (2003) pengukuran sikap dibedakan


menjadi dua yaitu:
1. Secara langsung

Yaitu secara langsung dimintai pendapat bagaimana sikapnya


terhadap suatu masalah atau hal yang dihadapkan padanya. Melalui
wawancara, langsung dengan pengamatan atau surve, menggunakan
pertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa dalam suatu alat yang
udah ditentukan dan langsung diberikan pada suatu objek yang sedang
diteliti.
2. Secara tidak langsung
95

Yaitu pengukuran sikap dengan menggunakan tes.

2.5.9 Cara Mengukur Sikap Ibu

Menurut Hidayat (2008) skala Likert dapat digunakan untuk


mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang tentang masalah atau gejala
yang ada dimasyarakat atau dialaminya, dikenal sebagai summated ratings
method. Yaitu alat ukur Likert yang menggunakan pernyataan-pernyataan
dengan menggunakan empat alternatif jawaban atas pernyataan tersebut.
Subjek yang diteliti disuruh memilih salah satu dari empat alternatif
jawaban yang disediakan. Empat jawaban yang dikemukakan Likert
adalah sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju

2.5.10 Pengaruh Sikap Ibu Terhadap pemantauan Tumbuh Kembang balita

Sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai


kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek yang dituju (Purwanto
H, 1996). Sedangkan, menurut Walgito (2003) sikap terbentuk dalam
perkembangan individu, karena faktor pengalaman individu mempunyai
peranan yang sangat penting dalam rangka pembentukan sikap individu
yang bersangkutan
Proses perkembangan pada masa balita merupakan proses yang
teramat penting bagi kehidupan manusia, karena pada masa itulah proses
tumbuh kembang menentukan masa balita secara fisik, mental, maupun
prilaku. Pertumbuhan dan perkembangan akan baik secara fisik maupun
keterampilan memang dapat berlangsung secara alamiah. Proses tersebut
tergantung pada orang tua untuk mendorong atau memberikan rangsangan
kepada anak agar dapat tumbuh kembang sesuai harapan orang tua
(Ronald, 2011).
Sikap ibu balita untuk menyadari bahwa posyandu merupakan hal

yang utama untuk meningkatkan derajat kesehatan balita, hal ini dapat

menimbulkan perilaku positif ibu balita tentang posyandu, sehingga ibu


96

bersedia untuk hadir ke posyandu, karena kehadiran ibu balita sangat

mempengaruhi peningkatan derajat kesehatan ibu dan balita selain itu ibu

dapat memantau tumbuh kembang balitanya dengan pengawasan dari

petugas kesehatan. Sikap ibu balita yang positif akan mempengaruhi

perubahan perilaku yang positif, sehingga ibu balita tidak berprasangka

buruk akan pentingnya untuk hadir ke posyandu, karena perilaku adalah

bentuk respon atau reaksi stimulus atau rangsangan dari luar organisme

(orang) dan stimulus tersebut dapat di berikan dengan cara mengadakan

penyuluhan-penyuluhan tentang posyandu kepada lapisan masyarakat,

namun dalam memberikan respon atau stimulus sangat tergantung pada

karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang bersangkuatn yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Bila sikap ibu balita tentang posyandu positif

maka ibu balita akan hadir secara rutin ke posyandu tiap bulannya dan

sebaliknya jika sikap ibu balita tentang posyandu negatif maka kehadiran

ibu balita tidak akan rutin tiap bulannya. Hal ini berarti meskipun stimulus

sama bagi beberapa orang, namun respon tiap orang berbeda

(Notoatmodjo, 2007)

2.5.11 Sintesa Sikap Ibu

Sintesa yang diambil dari uraian diatas bahwa sikap ibu terhadap
tumbuh kembang balita adalah Keinginan atau perasaan seseorang yang
disertai kecenderungan untuk bertindak.
97

2.6 Meta Analisis

Hasil meta analisis yang peneliti review melalui telaah jurnal


adalah sebagai berikut :
No Penelitian Lokasi Variabel Metode Hasil analisis
Independen
Rahmawati Kartasura Peran petugas Kuantitatif Hasil uji statistic nilai
kesehatan Studi signifikansi (p-
Hubungan Antara
Tahun 2013 Crossectional value) 0,102
Karakteristik Ibu, Peran
(p>0,05)
Petugas Kesehatan Dan
Dukungan Keluarga Dengan
Pemantauan Tumbuh
Kembang Anak Di Wilayah
Kerja Puskesmas Bonto Cani
Kabupaten Bone

Andri Wahyuni Jember Peran keluarga Kuantitatif Pvalue = 0.001


Tahun 2014 Studi (p>0,05)
Dampak program bina keluarga
Crossectional
balita terhadap tumbuh
kembang anak balita 6-24
bulan
Suryanto Banyumas Peran Kuantitatif Pvalue = 0.000
keluarga Studi ; 95% CI
Tahun 2012 Crossectional
Dukungan Keluarga dan
soaial dalam pertumbuhan
Motivasi
dan perkembangan personal
social, bahasa dan motorik
pada balita di kabupaten
banyumas

Wina Palasari Kediri Keterampila Kuantitatif


n ibu
98

2011 Studi Pvalue = 0.001


Keterampilan ibu dalam Crossectional ; 95% CI
deteksi dini tumbuh kembang
terhadap tumbuh kembang
bayi di Instalasi Rawat Jalan
Rumah Sakit Baptis Kediri

Aprizayanti Padang Peran Kuantitatif Peran petugas Pvalue


petugas Studi = 0.002
2011 kesehatan Crossection ; 95% CI
Hubungan peran petugas al
terhadap tumbuh kembang
anak usia 2-3 tahun di
wilayah kerja puskesmas
sebarang padang tahun 2011

Hasil studi penelitian pendahuluan melalui meta analisis ditemukan

bahwa variabel sumber informasi, ketersedian fasilitas, peran bidan dan

sikap ibu terhadap motivasi ibu dalam pemantauan tumbuh kembang

balitanya memiliki hubungan yang signifikan. Nilai Probabilitas untuk

semua variabel yang diteliti berada dibawah 5% (alpha < 0.05). Sehingga

hasil penelitian pendahuluan dapat digunakan untuk memperkuat hasil

penelitian yang terkait dengan motivasi ibu dalam pemantauan tumbuh

kembang balitanya dengan metode penelitian Kuantitatif dan desain

penelitian Studi Crossectional.

2.7 Landasan Teori Menuju Konsep


99

Landasan teori dalam kerangka penelitian ini berdasarkan pada

pengertian Pertumbuhan (growth) adalah suatu ukuran kematangan fisik.

Hal ini ditandai dengan peningkatan ukuran tubuh dan organ-organ yang

berbeda. Oleh karena itu, pertumbuhan bisa diukur dalam satuan

sentimeter atau meter dan kilogram (Suraj, 2004).

Menurut UU No 20 (2010), anak balita sebagai masa emas atau


golden age yaitu insan manusia yang berusia 0-5 tahun. Kelompok anak
yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat
unik, artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasi motorik halus dan motorik kasar), kecerdasan (daya piker,
daya cipta, kecerdasan ekoomi, kecerdasan spiritual), social-emosional
(sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusu
sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang sedang dilalui
oleh anak tersebut.
Masalah tumbuh kembang pada masa balita juga dipengaruhi oleh

banyak faktor yang saling mempengaruhi secara kompleks. Adapun faktor

yang mempengaruhiya diantaranya keterbatasan peran tenaga kesehatan,

kurangnya sumber informasi dan sikap serta motivasi ibu yang kurang

untuk memabawa anaknya agar rutin melakukan penimbangan di

posyandu.

Gangguan perkembangan merupakan masalah yang banyak

dijumpai di masyarakat, sehingga sangatlah penting apabila semua

komponen yang terlibat dalam perkembangan anak, yaitu orang tua, guru,

dan masyarakat dapat bekerja sama dalam melakukan pemantauan sejak

dini. Beberapa ahli perkembangan menyatakan bahwa, anak yang tidak


100

mengalami pengasuhan yang hangat dan lembut, selama tahun pertama

atau lebih kehidupannya, perkembangannya tidak akan optimal (Santrock

2007).

Motivasi adalah keinginan dalam diri seseorang yang

menyebabkan orang tersebut bertindak, biasanya orang bertindak karena

satu alasan, untuk mencapai tujuan, jadi motivasi adalah dorongan yang

diatur oleh tujuan dan jarang muncul dalam kekosongan (Mathis dan

Jackson dalam Hafizurrachman, 2009).

Keaktifan ibu dalam memperhatikan tumbuh kembang anaknya

dengan mengikuti setiap kegiatan posyandu tentu akan berpengaruh pada

keadaan status gizi anak balitanya. Karena salah satunya tujuan posyandu

adalah memantau peningkatan status gizi masyarakat terutama anak balita

dan ibu hamil. Agar tercapai itu semua maka ibu yang memiliki anak

balita hendaknya aktif dan mempunyai motivasi yang kuat dalam kegiatan

posyandu agar status gizi balitanya terpantau (Kristiani, 2007).

Dalam teori motivasi menurut Hasibuan (2010) menyebutkan

bahwa seseorang berperilaku karena ada dorongan dalam dirinya (internal)

dan dorongan dari luar (eksternal). Dorongan dalam diri seperti timbulnya

rasa percaya diri melakukan suatu kegiatan dikarenakan pengetahuan yang

dimilikinya.Sedangkan dorongan dari luar dapat muncul akibat dari

adanya pengaruh aspek pengetahuan seperti peran petugas yang selalu


101

empati, dukungan Tenaga Kesehatan yang terbuka dan lainya, atau dapat

juga motivasi timbul karena kombinasi dua hal tersebut.

Memberikan informasi kepada ibu tentang pemenuhan gizi balita

agar perkembangannya optimal, informasi yang diperoleh dari berbagai

sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila

seseorang banyak memperoleh informasi maka ia cenderung mempunyai

pengetahuan yang luas. Semakin sering orang membaca, pengetahuan akan

lebih baik daripada hanya sekedar mendengar atau melihat saja. Dan dapat

dibuktikan dengan banyak minat untuk membaca (Notoadmodjo, 2003).

Fasilitas adalah sarana atau peralatan yang diperlukan dalam

pelayanan kesehatan. Untuk meningkatkan kepatuhan terhadap standar

sehingga pelayanan kesehatan yang bermutu dapat tercapai, maka fasilitas

harus sesuai baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Tersedianya

fasilitas yang pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan

terwujudnya perilaku kesehatan masyarakat yang memerlukan sarana dan

prasarana pendukung, misalnya mudahnya akses ke tempat posyandu

seperti tempat posyandu yang terjangkau dan tersedianya fasilitas

peralatan atau sarana posyandu yang memadai dapat mendukung sasaran

untuk berpartisipasi ke Posyandu agar dapat memantau tumbuh kembang

balita (Dewi, 2006).

Menurut Friedman Notoadmojo (2010), dukungan tenaga

kesehatan adalah perilaku, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap

penderita yang sakit. Keluarga juga berfungsi sebagai sistem pendukung


102

bagi anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang

bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dengan bantuan

jika diperlukan

Menurut Muninjaya (2010), petugas kesehatan yang profesional

tidak hanya dilihat dari kemampuan menjaga dan merawat klien, tetapi

juga kemampuan memberikan pelayanan secara menyeluruh, baik dari

aspek biologis, psikologis, sosial serta spiritual dengan penuh semangat

yang diiringi dengan senyuman ikhlas dan tulus.

Disamping itu juga dilakukan pemantauan perkembangan balita,

apabila ditemukan gangguan perkembangan, diberikan cara-cara untuk

merangsang perkembangan anak, selain itu dia melaporkan gangguan

perkembangan anak kepada petugas kesehatan untuk diteruskan kepada

dokter Puskesmas. (Hernawati, 2009)

Konsep Dukungan Tenaga Kesehatan didasarkan pada konsep

Dukungan Tenaga Kesehatan terhadap pemanfaatan tumbuh kembang

balita yang dikemukakan oleh Depkes (2008) dan Notoadmojo (2012),

bahwa Dukungan Tenaga Kesehatan adalah bagian dari dukungan sosial

dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas. Disamping itu,perilaku dapat

mengatasi sebagian besar keinginan ibu untuk ikut aktif dalam

memanfaatkan posyandu diperlukan sebuah motivasi.

Berdasarkan pada konsep yang akan dikembangkan, maka dalam

penelitian ini tidak meneliti semua faktor. Alasan tidak meneliti faktor-

faktor lain selain variabel yang diteliti karenaada indikator ukur pada
103

variabel pengetahuan, motivasi diri, dukungan tenaga kesehatan dan

ketersediaan fasilitas diperkuat oleh teori Green (2000) dalam Notoadmojo

(2012), Teori Depkes (2008) dan Teori Kholid (2012), sehingga yang tidak

terkait dengan ketiga model teori tersebut diabaikan dalam penelitian ini.

Alasan lainnya adalah variabel yang diteliti diambil beberapa

indikator ukur yang dianggap memiliki peran dan kontribusi penting

dalam kondisi riil di lapangan, hal ini dengan mempertimbangkan

beberapa penelitian seperti oleh Rasyid (2009) dalam penelitiannya

menunjukkan bahwa pemanfaatan program tumbuh kembang balita di

puskesmas di pengaruhi oleh dukungan tenaga kesehatan, kualitas

pelayanan dan ketersediaan fasilitas. Fokus penelitian ini hanya terbatas

pada sumber informasi, motivasi,dukungan tenaga kesehatan dan

ketersediaan fasilitas untuk meningkatkan motivasi ibu untuk ikut serta

berperan dalam memantau tumbuh kembang balitanya. .

Demikian landasan berpikir peneliti menjawab pertanyaan kenapa

faktor-faktor yang ada sumber informasi, peran bidan, kualitas pelayanan

dan ketersedian fasilitas berpengaruh langsung terhadap peningkatan

motivasi ibu dan di anggap memiliki peran dan kontribusi penting untuk

bersama-sama diteliti
BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Variabel Indevenden Variabel Dependen

Sumber
Informasi

Kesediaan Pengaruh Tumbuh


Fasilitas Kembang Balita

Peran Dan Sikap

Bidan

Bagan 1
Kerangka Konsep Penelitian

B. Definisi Operasional

Tabel 2
Definisi Operasional

Definisi Cara Skala


Variabel Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur
Pemanfaatan Pemanfaatan Lembar Kuesioner 0: Tidak Nominal
buku KIA ibu hamil dalam Kuesioner memanfaatkan jika
menggunakan jawaban ≤ median
buku KIA 1: memanfaatkan jika
sebagai sumber jawaban ¿median
informasi dan
pedoman untuk
menjaga
kesehatan
Pengetahuan Pemahaman ibu Lembar Kuesioner 0: Kurang Jika Ordinal
hamil mengenai Kuesioner jumlah jawaban
pemanfaatanbu

104
105

ku KIA yang benar <56%


1: Cukup jika
jawaban yang
benar 56%-75%
2: baik jika jumlah
jawaban yang
benar > 75%

A. Hipotesis

Ho : Tidak ada Pengaruh Sumber Informasi, Ketersediaan Fasilitas, Peran

Dan Sikap Bidan Terhadap Motivasi Ibu Dalam Pemantauan Tumbuh

Kembang Balita Di Puskesmas Gunung Sindur 2023.

Ha : Ada Pengaruh Sumber Informasi, Ketersediaan Fasilitas, Peran Dan

Sikap Bidan Terhadap Motivasi Ibu Dalam Pemantauan Tumbuh

Kembang Balita Di Puskesmas Gunung Sindur 2023.

Variabel, Definisi, dan Pengukuran

No Variabel Definisi Konsep Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Sk


Operasional Ukur ala
Uk
ur

1. Motivasi Ibudorongan seseorang dorongan seseorang Kuesioner Responden Skoring Inte


khususnya ibu yang khususnya ibu yang mengisi kuesioner rval
mempunyai balita mempunyai balita daftar 15 - 75
untuk memiliki untuk memiliki pertanyaan
tujuan memantau tujuan memantau
periode penting periode penting
tumbuh kembang tumbuh kembang
anak . anak. Indikator
motivasi ibu adalah
kebutuhan, tujuan
106

dan harapan

2. Ketersedian segala alat atau segala alat atau Kuesioner Responden Skoring Inte
fasilitas penunjang penunjang mengisi kuesioner rval
perlengkapan untuk perlengkapan untuk daftar
15-75
menyelenggarakan menyelenggarakan pertanyaan
kesehatan bagi ibu kesehatan bagi ibu
yang mempunyai yang mempunyai
balita dengan balita dengan
pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan
untuk memantau untuk memantau
tumbuh kembangnya. tumbuh kembangnya

3. Sumber ketersediaan sarana atau ketersediaan sarana Kuesioner Responden Skoring Inte
Informasi media untuk atau media untuk mengisi kuesioner rval
meperoleh informasi meperoleh informasi daftar
15-75
tentang program tentang program pertanyaan

tumbuh kembang balita

tumbuh kembang
balita. Adapun
indikatornya:
informasi dari
tenaga kesehatan,
media massa dan
kader

4. Peran bidan Seseorang yang Seseorang yang Kuesioner Responden Skoring Inte
memberikan memberikan mengisi kuesioner
107

pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan daftar 15 - 75 rval


kepada masyarakat kepada masyarakat. pertanyaan
Adapun indicator
konselor, fasilitator,
motivator

5. Sikap ibu Keinginan atau Keinginan atau Kuesioner Responden Skoring Inte
perasaan seseorang perasaan seseorang mengisi kuesioner rval
yang disertai yang disertai daftar 15-75
kecenderungan untuk kecenderungan pertanyaan
bertindak untuk bertindak

3.5 Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh langsung maupun tidak langsung antara sumber


informasi,ketersedian fasilitas, peran bidan dan sikap terhadap motivasi ibu
dalam pemantauan tumbuh kembang balita di wilayah kerja Gunung Sindur
2023
108
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini tentang Pengaruh Sumber Informasi,

Ketersediaan Fasilitas, Peran Dan Sikap Bidan Terhadap Motivasi Ibu Dalam

Pemantauan Tumbuh Kembang Balita Di Puskesmas Gunung Sindur Tahun

2023.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional dengan

desain cross sectional dimana penelitian ini digunakan untuk meneliti

Pengaruh Sumber Informasi, Ketersediaan Fasilitas, Peran Dan Sikap Bidan

Terhadap Motivasi Ibu Dalam Pemantauan Tumbuh Kembang Balita Di

Puskesmas Gunung Sindur Tahun 2023 dengan melakukan pengukuran

variabel bersama-sama dalam kurun waku bersamaan. Menurut Notoatmodjo

(2010) penelitian cross-sectional adalah penelitian dimana data dikumpulkan

hanya sekali (yang dilakukan selama periode hari, minggu, atau bulan) untuk

menjawab pertanyaan penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan satu kali.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki

balita diwilayah kerja Puskesmas Gunung Sindur.


2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik accedental

sampling yaitu pengambilan sampel secara kebetulan di jumpai pada saat

penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Sindur.

Sampel adalah bagian dari jumlah populasi yang dimiliki oleh


populasi tersebut (Sekaran, 2006). Sesuai dengan alat analisis yang
digunakan yaitu Structural Equation modeling (SEM),maka penemuan
jumlah sampel representative menurut Ferdinand (2002) adalah jumlah
indikator dikalikan 5 sampai dengan 10 karena jumlah indikator yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 14 maka jumlah sampelnya berada
pada rentang 45-90. Selain kriteria tersebut, ada kriteria lain yang sering
digunakan untuk penetapan ukuran sampel yaitu antara 50-100.
Berdasarkan kedua pertimbangan tersebut maka ukuran sampel dalam
penelitian ini ditetapkan sebanyak 80 responden. Pengambilan sampel
ditentukan dengan menggunakan purposive sampling kriteria inklusi dan
kriteria eksklusi sebagai berikut:
Kriteria inklusi:

a. Ibu yang membawa balita nya untuk rutin diperiksakan kesehatnnya di

posyandu yang berada di wilayah kerja puskesmas Kalanganyar.

b. Ibu yang mempunyai balita di bawah usia 5 tahun (13-59 bulan)

Kriteria eksklusi:

a. Responden yang tidak menyelesaikan pengisian kuesioner karena

alasan kesehatannya terganggu (sakit).

b. Tidak bersedia menjadi responden.


D. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan

menggunakan kuesioner yang ditunjukkan kepada Ibu Pengaruh Sumber

Informasi, Ketersediaan Fasilitas, Peran Dan Sikap Bidan Terhadap Motivasi

Ibu Dalam Pemantauan Tumbuh Kembang Balita Di Puskesmas Gunung

Sindur Tahun 2023.

E. Teknik Analisis Data

1. Analisis Univariat

Untuk mendapatkan gambaran tentang variabel independen dan variabel.

2. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat dilakukan untuk mengetahui adakah pengaruh antara

variabel independen dan variabel dependen di Wilayah Kerja Puskesmas

Gunung Sindur dengan menggunakan uji statistik Chi-square ( x 2), α=0,05

untuk mengetahui kaitan hubungannya di gunakan uji statistik Continency

Coefficient (C).
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai