Anda di halaman 1dari 14

CAPAIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP, PRAKTIK PEMBERIAN ASI

DAN STATUS GIZI PADA ANAK BADUTA DI WILAYAH PUSKESMAS


NGEMPLAK SIMONGAN SEMARANG

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan


Diploma III Gizi

Disusun Oleh :

ANNISA SAKRALIA AZZATUL AZKA


G0B020051

PROGRAM STUDI D3 GIZI

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

TAHUN 2023
“CAPAIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP, PRAKTIK PEMBERIAN
ASI DAN STATUS GIZI PADA ANAK BADUTA DI WILAYAH
PUSKESMAS NGEMPLAK SIMONGAN SEMARANG”
Annisa Sakralia Azzatul Azka, Agus Sartono, Firdananda Fikri Jauharany, Erma
Handarsari
Program Studi D3 Gizi Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang
Email : azkasemarang5@gmail.com
ABSTRAK
Imunisasi berperan penting dalam pembentukan kekebalan tubuh baduta,
anak yang mendapatkan imunisasi lengkap akan memiliki kekebalan tubuh yang
lebih baik. Pemberian ASI merupakan cara memberi makan yang paling ideal
untuk 0-6 bulan pertama sejak bayi dilahirkan. Jenis penelitian observasional
bersifat deskriptif dengan desain penelitian retrospektif peneltian ini dilaksankan
di Puskesmas Ngemplak Simongan, Semarang. Populasi berjumlah 457 baduta,
pengambilan sampel diambil sebanyak 55 baduta dengan teknik cluster sampling,
pengambilan data menggunakan data sekunder, pengolahan data menggunakan
SPSS 16. Hasil pada capaian imunisasi dasar di Kelurahan Bongsari, capaian pada
imuniasi dasar lengkap sebesar 36,4% dan capaian imunisasi dasar tidak lengkap
sebesar 63,6%, capaian pemberian ASI eksklusif sebesar 100%, dan tidak ada
keterkaitan antara status gizi baduta dengan capaian imunisas dasar.
Kata kunci : ASI eksklusif, Baduta, Imunisasi dasar lengkap, Status gizi.
ABSTRACK
Immunization plays an important role in the formation of toddler's
immunity, children who get complete immunization will have better immunity.
Breastfeeding is the most ideal way of feeding for the first 0-6 months since the
baby is born. This type of observational research is descriptive with a
retrospective research design. This research was carried out at the Ngemplak
Simongan Health Center, Semarang. The population totaled 457 babies, the
sample was taken as many as 55 babies using cluster sampling technique, the
data collection used secondary data, the data processing used SPSS 16. The
results on the achievement of basic immunization in Bongsari Village, the
achievement of complete basic immunization was 36.4% and the immunization
achievement incomplete baseline of 63.6%, exclusive breastfeeding achievement
of 100%, and there is no relationship between the nutritional status of under-fives
and the achievement of basic immunization.
Keywords: Exclusive breastfeeding, Baduta, Complete basic immunization,
Nutritional status.
PENDAHULUAN
Masalah gizi merupakan hal terpenting yang berpengaruh pada derajat
kesehatan masyarakat. Kualitas sumber daya manusia dimasa yang mendatang
akan berpengaruh pada status gizi. Gizi buruk dapat menimbulkan masalah
kesehatan (morbiditas, mortalitas dan kecacatan) serta akan berpengaruh pada
kualitas sumber daya manusia (Sa’adah et al., 2014). Dalam skala yang lebih
besar, malnutrisi dapat menimbulkan ancaman bagi ketahanan dan kelangsungan
hidup suatu bangsa (Rahmi H.G, 2017). Baduta atau anak di bawah usia dua
tahun, seribu hari pertama kehidupan adalah 270 hari dalam kandungan dan 730
hari dalam dua tahun pertama setelah lahir (Trisnawati et al., 2016).
Malnutrisi pada baduta akan menyebabkan terjadinya gagal tumbuh dan
peningkatan morbiditas dan mortalitas, ketika baduta mengalami kekurangan gizi,
perkembangan otaknya tidak optimal dan mempengaruhi kehidupannya di masa
depan (Dewi et al., 2022). Baduta memerlukan perhatian serius mengingat pada
masa ini sangat sensitif mengalami masalah gizi. Oleh karena itu, perlu
identifikasi sedini mungkin terkait faktor-faktor yang mempengaruhi masalah gizi
pada. Selain itu, langkah-langkah untuk mengatasi masalah gizi pada baduta perlu
dievaluasi (Rahmi H.G, 2017).
Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menilai status gizi
balita. Indikator tersebut adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan
menurut umur (TB/U) dan IMT/U. Saat menilai status gizi, nilai ini dibandingkan
dengan nilai referensi anak di bawah usia lima tahun yang menerima gizi baik
(Fitri, 2018). Empat indikator status gizi berdasarkan BB/U menunjukkan
masalah gizi bersifat kronis (pada keadaan yang berlangsung lama) ataupun akut
(akibat dari peristiwa yang terjadi singkat), indikator TB/U menunjukkan
indikasi masalah gizi yang bersifat kronis (Al Rahmad, 2019) . Baduta gizi
kurang adalah balita dengan status gizi kurang yang berdasarkan indikator BB/U
dan IMT/U dengan nilai z-score < - 2 SD sampai – 3 SD. Pada balita stunting
status gizi yang dinilai didasarkan pada indeks PB/U atau TB/U, kemudian
hasilnya diinterpretasikan dalam batas ambang Z-Score<-2 SD (pendek/stunted)
dan <-3SD (sangat pendek/severely stunted) (Hardani M & Zuraida R, 2019).
Penyebab langsung masalah gizi adalah makanan dan penyakit menular.
Penyebab tidak langsung yaitu ketersediaan pangan di rumah, pengasuhan anak
dan ibu hamil, serta pelayanan kesehatan. Faktor yang mempengaruhi status gizi
baduta antara lain penyakit infeksi, pelayanan kesehatan salah satunya
memberikan imunisasi dasar lengkap, pengetahuan gizi ibu, sanitasi dan kebiasaan
makan balita (Wati et al., 2022).

Imunisasi berperan penting dalam pembentukan kekebalan tubuh baduta,


anak yang mendapatkan imunisasi lengkap akan memiliki kekebalan tubuh yang
lebih baik dari pada anak yang tidak mendapatkan imunisasi sehingga jika daya
imun kuat maka anak akan terhindar dari penyakit infeksi (Sari et al., 2021).
Imunisasi merupakan upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit tertentu, sehingga bila suatu saat terpapar
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
Imunisasi adalah program yang diselenggarakan pemerintah untuk memberantas
atau menekan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Anak yang
telah diberi imunisasi dapat terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya yang
termasuk dalam PD3I yaitu TBC, difteri, tetanus, hepatitis B, pertusis, campak,
polio, radang selaput otak, dan radang paru-paru (Sutriyawan et al., 2020).

Pencapaian hasil imunisasi dasar lengkap di Kota Semarang pada tahun


2021 sudah melebihi target yang sudah ditetapkan dalam Renstra Kemenkes
Tahun 2021 – 2022 yaitu sebesar 90% dengan capaian sebesar 107,8%
(Kemenkes, 2020). Pada tahun 2021, cakupan imunisasi dasar lengkap secara
nasional sebesar 84,2% (Kemenkes, 2021). Angka ini belum memenuhi target
Renstra tahun 2021, yaitu 93,6%. Capaian imunisasi dasar lengkap pada tahun
2022 hampir sama dengan tahun 2021. Pencapaian hasil imunisasi dasar lengkap
di salah satu Kota Semarang yaitu Puskesmas Ngemplak Simongan pada tahun
2021 capaian imunisasi dasar lengkap sebesar 104%. Sedangkan pada tahun 2022
mengalami sedikit penurunan yaitu capaian imunisasi dasar lengkap sebesar
102%.
Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Republik Indonesia selama 2 tahun
berturut-turut yaitu tahun 2021 dan 2022 capaian ASI eksklusif di Indonesia
mengalami peningkatan dan penurunan. Capaian ASI eksklusif Indonesia pada
tahun 2021 mengalami penurunan yaitu 66,1% (Profil Kesehatan RI, 2021).
Sedangkan, pada tahun 2022 mengalami penurunan yang sangat signifikan pada
angka 56,9% (Profil Kesehatan RI,2022). Berdasarkan data dari Profil Dinas
Kesehatan Jawa Tengah, capaian ASI eksklusif Jawa Tengah pada tahun 2021
81,4% dan pada tahun 2022 capaian ASI eksklusif di Jawa Tengah mengalami
penurunan yaitu menjadi 67,4%. Pencapaian hasil asi eksklusif di salah satu Kota
Semarang yaitu Puskesmas Ngemplak Simongan pada tahun 2021 capaian asi
eksklusif sebesar 71,25%. Sedangkan pada tahun 2022 mengalami peningkatan
yaitu capaian asi eksklusif sebesar 72,65%.
METODE
Jenis penelitian observasional bersifat deskriptif dengan desain penelitian
adalah retrospektif. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Ngemplak
Simongan Semarang Jalan Srinindito IV, Kelurahan Ngemplak Simongan,
Kecamatan Semarang Barat. Penelitian dilakukan dari bulan Desember 2022
sampai April 2023, dimulai dari pembuatan proposal sampai dengan penyusunan
Tugas Akhir. Populasi dalam penelitian ini adalah anak baduta (12-24 bulan).
Populasi terjangkau jumlah seluruh anak baduta (12-24 bulan) beserta ibunya
yang tinggal di Wilayah Puskesmas Ngemplak Simongan yang berjumlah 457
responden.
Perhitungan jumlah sampel dengan metode lemeshow dengan tingkat
kepercayaan 95% dihasilkan 55 responden. Metode penelitian menggunakan
metode Cluster Sampling. Selanjutnya sampel yang akan diambil harus memenuhi
kriteria inklusi dan lolos dari kriteria eksklusi. Kriteria penentuan sampel terdiri
meliputi, kriteria inklusi seperti, ibu yang memiliki baduta, baduta yang dirawat
ibu sendiri, ibu bersedia menjadi responden dan kriteria eksklusi yang meliputi,
responden tidak dapat ditemui saat pengambilan data dan baduta yang mempunyai
penyakit infeksi. Data sekunder yang diperlukan dalam menunjang penelitian
meliputi data pemberian ASI, data jumlah anak Baduta, data status gizi dan data
pemberian imunisasi dasar. Cara pengumpulan data menggunakan cara seperti,
mengumpulkan capaian imunisasi dasar lengkap dengan cara melihat buku KIA,
data ASI eksklusif dengan cara melihat laporan Analisa kohort dan data Berat
Badan dan Tinggi Badan dengan cara melihat buku hasil penimbangan lewat
kader posyandu.
Teknik pengumpulan dengan cara menggunakan aplikasi SPSS melalui uji
descriptive. Uji ini berfungsi untuk mengetahui banyaknya data dalam bentuk
jumlah dan persentase. Olah data dilakukan dengan cara membuat tabulasi data
terlebih dahulu, kemudian diujikan sehingga mendapatkan output jumlah
responden untuk dimasukkan dalam interpretasi data.Analisis data dalam
penelitian ini dengan analisis univariat yang bertujuan untuk menggambarkan
jumlah dan persentase . Data tersebut disajikan dalam bentuk tabel frekuensi
berdasarkan kategori.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Puskesmas Ngemplak Simongan terletak di bagian Barat Kota Semarang,


tepatnya di Jl. Srinindito IV RT 08 RW I Kelurahan Ngemplak Simongan.
Puskesmas Ngemplak Simongan mempunyai luas wilayah 164 ha, 122 RT, 16
RW Kota Semarang dan berada di tengah-tengah perumahan penduduk.
Puskesmas ngemplak berada di dekat Rumah sakit Dr. Kariadi dan Rumah sakit
william booth.

BATAS-BATAS WILAYAH
* Di Sebelah Utara :Kelurahan Bojong Salaman
* Di Sebelah Timur :Kelurahan Manyaran
* Di Sebelah Selatan :Kelurahan Bongsari
* Di Sebelah Barat :Sungai Kali Garang
Jenis pelayanan yang ada di puskesmas ngemplak yaitu :
1. pemeriksaan umum
2. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
3. Pelayanan Kesehatan Ibu dan KB
4. Pelayanan Kesehatan Anak dan Imunisasi Petugas
5. Pemeriksaan Laboratorium
6. Farmasi
7. Konsultasi Kesehatan Lingkungan dan Promosi Kesehatan
8. Pojok TBC
9. Konsultasi Gizi
10. UGD dan Rawat Inap
11. Ruangan ASI
12. Klinik VCT, IMS dan IVA Test
13. Pengobatan HIV/AIDS Petugas
Puskesmas ngemplak memiliki 15 posyandu aktif yang terbagi
menjadi 2 kelurahan ngemplak dan bongsari. Dan memiliki jumlah kader
yang aktif sebanyak 225 orang. Puskesmas memiliki kegiatan konseling
dan penuluhan berupa pelayanan KIA/KIB yaitu :
1. Konseling pranikah.
2. Konseling metode KB.
3. Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan
program KIA, gizi dan perkembangan anak.
Penduduk di wilayah puskesmas rata rata bekerja sebagai buruh pabrik dan
karyawan swasta. Hasil data cakupan imunisasi dasar di Kelurahan Bongsari,
dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data capaian imunisasi dasar lengkap

Capaian Imunisasi n %
Lengkap 20 36,4

Tidak Lengkap 35 63,6

Didapatkan hasil pada capaian imunisasi dasar di Kelurahan Bongsari,


bahwa capaian pada imuniasi dasar lengkap sebesar 36,4% dan capaian
imunisasi dasar tidak lengkap sebesar 63,6%. Penelitian ini memiliki
keterbatasan mengakses kelengkapan data lapangan terkait pekerjaan,
pengetahuan dan dukungan keluarga responden dikarenakan peneliti
menggunakan berupa data sekunder yang diperoleh dari Puskesmas
Ngemplak, Simongan. Pendidikan dapat berpengaruh dengan besarnya
capaian imunisasi dasar lengkap pada anak, hal ini sesuai dengan penelitian
yang telah dilaksanakan sebelumnya bahwa, semakin tinggi tingkat
pendidikan orangtua maka tingkat pengetahuan dan wawasan pada orangtua
akan berpengaruh pada tindakan dan kepatuhan dalam pemberian imunisasi
pada anak (Undarti, 2013). Pada penelitian yang teelah dilaksanakan oleh
(Bayu, 2013) didapatkan hasil bahwa tidak ada keterkaitan antara pekerjaan
orangtua dan pencapaian imunisasi dasar pada baduta, hal ini dikarenakan
orangtua yang memiliki pekerjaan tidak formal atau memiliki waktu yang
lebih luang, maka orangtua tersebut memiliki waktu lebih banyak untuk
menghadiri posyandu atau memenuhi jadwal imunisasi anak tersebut,
sedangkan orangtua yang memiliki pekerjaan formal atau waktu luang yang
lebih sedikit biasanya dikarenakan adanya maintenance factors yang
berhubungan dengan kebutuhan pemeliharaan salah satunya adalah kebutuhan
pemeliharaan kesehatan, sehingga menyebabkan capaian imunisasi pada
baduta tidak terpenuhi atau menyebabkan tingginya capaian imunisasi dasar
tidak lengkap pada baduta dikarenakan kebatasan waktu dari orang tua. Hasil
data capaian asi eksklusf di Kelurahan Bongsari, dapat dilihat pada tabel 4.2
sebagai berikut :

Tabel 4.2 Data capaian asi eksklusif

Status Pemberian ASI N %


Eksklusif 55 100

Tidak Tidak Eksklusif 0 0

Didapatkan hasil pada capaian asi eksklusif di Kelurahan Bongsari, bahwa


didapatkan capaian pemberian ASI eksklusif sebesar 100%. Penelitian ini
memiliki keterbatasan mengakses kelengkapan data lapangan terkait
pekerjaan, pengetahuan dan dukungan keluarga responden dikarenakan
peneliti menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Puskesmas
Ngemplak, Simongan. Keberhasilan pencapaian ASI eksklusif pada baduta
disebabkan oleh dukungan dan motivasi dari keluarga, hasil pada penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa adanya keterkaitan
pemberian dukungan dan motivasi keluarga kepada orangtua baduta,
dikarenakan hal ini dapat memperkuat keyakinan pada ibu untuk
melaksanakan tindakan pemberian ASI eksklusif pada baduta, mengingat ibu
mnyusui memperlukan kondisi emosional yang stabil karena nantinya keadaan
psikologis ibu akan memengaruhi kelancaran reflex produksi ASI pada ibu
(Saraha, 2020). Hasil data status gizi pada baduta di Kelurahan Bongsari dapat
dilihat pada tabel 4.3 :

Tabel 4.3 Status Gizi Baduta

Status Gizi (BB/U)


Berat Resiko
Berat Berat
Status Badan Berat Jumlah
Badan Badan
IDL Sangat Badan
Kurang Normal
Kurang Lebih
n % n % N % n % n %
Lengkap 0 0 6 10,8 14 25,5 0 0 20 36,3
Tidak
0 0 9 16,4 26 47,3 0 0 35 63,7
Lengkap

Status Gizi (TB/U)


Status Sangat Jumlah
Pendek Normal Tinggi
IDL Pendek
n % n % N % n % n %
Lengka
1 1,8 4 7,2 15 27,3 0 0 20 36,3
p
Tidak
Lengka 0 0 9 16,4 26 47,3 0 0 35 63,7
p

Status Gizi (IMT/U)


Riziko
Status Gizi Gizi Gizi Gizi Jumlah
Gizi Obesitas
IDL Buruk Kurang Baik Lebih
Lebih
n % n % n % n % n % n % n %
1 2
Lengkap 0 0 1 1,8 27,3 1 1,8 1 1,8 2 3,6 36,3
5 0
Tidak 2 12, 3
0 0 2 3,6 43,8 7 1 1,8 1 1,8 63,7
Lengkap 4 7 5

Hasil status gizi pada baduta di Kelurahan Bongsari, berdasarkan BB/U


didapatkan hasil sebanyak 6 baduta (10,8%) mengalami berat badan kurang
dengan status imunisasi dasar lengkap, sebanyak 9 baduta (16,4%) mengalami
berat badan kurang dengan status imunisasi dasar tidak lengkap, sebanyak 14
baduta (25,5%) memiliki berat badan normal dengan status imunisasi dasar
lengkap, dan sebanyak 26 baduta (47,3%) memiliki berat badan normal dengan
status gizi imunisasi tidak lengkap.

Hasil status gizi baduta di Kelurahan Bongsari, berdasarkan TB/U


didapatkan hasil sebanyak 1 baduta (1,8%) memiliki tinggi badan sangat pendek
dengan status imunisasi dasar lengkap, sebanyak 4 baduta (7,2%) memiliki tinggi
badan pendek dengan status imunisasi dasar lengkap, sebanyak 9 baduta (16,4%)
memiliki status tinggi badan pendek dengan status imunisasi dasar tidak lengkap,
sebanyak 15 baduta (27,3%) memiliki tinggi badan normal dengan status
imunisasi dasar lengkap dan sebanyak 26 baduta (47,3%) memiliki tinggi badan
normal dengan status imunisasi dasar tidak lengkap.

Hasil status gizi baduta di Kelurahan Bongsari, berdasarkan IMT/U yaitu,


sebanyak 1 baduta (1,8%) memiliki status gizi kurang dengan status imunisasi
dasar lengkap, sebanyak 2 baduta (3,6%) memiliki status gizi kurang dengan
status imunisasi dasar tidak lengkap, 15 baduta (27,3%) memiliki status gizi baik
dengan status imunisasi dasar lengkap, 24 baduta (43,8%) memiliki status gizi
baik dengan status imunisasi dasar tidak lengkap, 1 baduta (1,8%) memiliki status
gizi risiko gizi lebih dengan status imunisasi dasar lengkap, 7 baduta (12,7%)
memiliki status gizi risiko gizi lebih dengan status imunisasi dasar tidak lengkap,
1 baduta (1,8%) mmiliki status gizi lebih dengan status imunisasi dasar lengkap
dan imunisasi dasar tidak lengkap, 2 baduta (3,6%) mengalami obestitas dengan
status imunisasi dasar lengkap dan 1 baduta (1,8%) mengalami obesitas dengan
status imunisasi dasar tidak lengkap.

Keterkaitan antara status gizi baduta dengan capaian imunisasi dasar, hal
ini disebabkan karena imunisasi berperan sebagai pencegahan dari penyakit
infeksi, status gizi dan penyakit infeksi merupakan hubungan timbal balik yang
dimana semakin rendah asupan yang diberikan maka dapat mempermudah baduta
terkena penyakit infeksi dan memperburuk keadaan gizi pada baduta, begitu pula
sebaliknya apabila baduta tidak mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap
tetapi asupan gizi yang diberikan cukup baik dan nutrisi terserap cukup baik pada
tubuh baduta tersebut, maka dapat menghasilkan status gizi baduta yang baik dan
kemungkinan kecil terserang penyakit infeksi yang tidak diinginkan (Distia
hayyudini, 2017).

KESIMPULAN DAN SARAN


Hasil pada capaian imunisasi dasar di Kelurahan Bongsari, bahwa capaian pada
imuniasi dasar lengkap sebesar 36,4% dan capaian imunisasi dasar tidak lengkap
sebesar 63,6%. Hasil capaian asi eksklusif di Kelurahan Bongsari didapatkan data
sebesar 100%. Hasil capaian status gizi menurut BB/U di Kelurahan Bongsari
didapatkan data sebanyak 26 baduta (47,3%) memiliki berat badan normal. Hasil
capaian status gizi menurut TB/U di Kelurahan Bongsari didapatkan data
sebanyak 26 baduta (47,3%) memiliki tinggi badan normal. Hasil capaian status
gizi menurut IMT/U di Kelurahan Bongsari didapatkan data 15 baduta (27,3%)
memiliki status gizi baik. Saran dari penelitian ini adalah pemberian penyuluhan
dan edukasi lebih lanjut dari pihak puskesmas maupun kader setempat kepada
seluruh ibu yang memiliki balita, agar kedepannya ibu balita lebih memperhatikan
kesehatan balita dan lebih paham mengenai asi ekslusif dan status gizi balita dan
bagaimana cara agar balita mencapai status gizi balita normal atau baik.
DAFTAR PUSTAKA
Al Rahmad, A. H. (2019). Perbedaan Status Gizi Balita Berdasarkan Karakteristik
Keluarga Di Aceh Besar. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 19(3).
Alfarisi, R., Nurmalasari, Y., Nabilla, S., Dokter, P. P., Kedokteran, F.,
Malahayati, U., Dokter, P. P., Kedokteran, F., Malahayati, U., Dokter, P. P.,
Kedokteran, F., & Malahayati, U. (2019). Status Gizi Ibu Hamil Dapat
Menyebabkan. Jurnal Kebidanan, 5(3), 271–278.
Bayu, R. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan
Imunisasi Dasar Balita Di Desa Balegondo Kecamatan Ngariboyo
Kabupaten Magetan Artikel Publikasi Ilmiah.
Dewi, S., Herlina, S., & Qomariah, S. (2022). Penyuluhan Media Leaflet
Terhadap Pengetahuan Ibu. Journal Of Midwifery Sempena Negeri, 2(2), 49–
53.
Distia Hayyudini, Suyatno, Y. D. (2017). Hubungan Karakteristik Ibu, Pola Asuh
Dan Pemberian Imunisasi Dasar Terhadap Status Gizi Anak Usia 12-24
Bulan (Studi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang
Tahun 2017). Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 5(4), 788–800.
Fitri, M. O. (2018). Aplikasi Monitoring Perkembangan Status Gizi Anak Dan
Balita Secara Digital Dengan Metode Antropometri Berbasis Android.
Jurnal Instek, 2(2), 140–149.
Hardani M, & Zuraida R. (2019). Penatalaksanaan Gizi Buruk Dan Stunting Pada
Balita Usia 14 Bulan Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga. Medula,
09(03), 565–575.
Hidayah, N., Sihotang, H. M., Lestari, W., Kebidanan, A., Negeri, S., &
Handayani, J. (2018). Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi
Tahun 2017. 3(1), 153–161.
Rahmi H.G, I. (2017). Telaah Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
Balita Di Kota Padang Berdasarkan Berat Badan Per Tinggi Badan
Menggunakan Metode Cart. Eksakta: Berkala Ilmiah Bidang Mipa, 18(02),
86–99.
Sa’adah, R. H., Herman, R. B., & Sastri, S. (2014). Hubungan Status Gizi Dengan
Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Negeri 01 Guguk Malintang Kota
Padangpanjang. Jurnal Kesehatan Andalas, 3(3), 460–465.
Saraha, R., & Umanailo, R. (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Keberhasilan Asi Eksklusif Relating Factors To The. Jurnal Kesehatan
Poltekes Kemenkes Ri Pangkalpinang, 8(1), 27–36.
Sari, A. M., Simbolon, D., & Wahyu, T. (2021). Hubungan Cakupan Imunisasi
Dasar Dan Asi Eksklusif Dengan Status Gizi Balita Di Indonesia (Analisis
Data Riskesdas 2018). Journal Of Nutrition College, 10(4), 335–342.
Sutriyawan, A., Rahayu, S., Kurniawati, R. D., & Habibi, J. (2020). Disease With
Stunting Incidence In Toddlers : Journal Of Midwifery Vol. 8 No. 2 Oktober
2020, 8(2), 1–9.
Trisnawati, Y., Purwanti, S., & Retnowati, M. (2016). Studi Deskriptif
Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Tentang Gizi 1000 Hari Pertama
Kehidupan Di Puskesmas Descriptive Study Of Knowledge And Attitude Of
Pregnant Women On Nutrition 1000 First Day Of Life In Health District
Program Selanjutny. Jurnal Kebidanan, Viii(02), 175–182.
Undarti, Z., Murtutik, L., & Suwarni, A. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan
Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Kepatuhan Pemberian Imunisasi Dasar
Pada Bayi Di Puskesmas Grogol Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Ilmu
Keperawatan Indonesia, 1(1), 1–12.
Utami, M. E. (2017). Hubungan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (Imd) Dan
Faktor Sosiodemografi Ibu Dengan Keberhasilan Pemberian Asi Eksklusif
Pada Bayi Usia 6-11 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Baki Sukoharjo.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (E-Journal), Imd, 1–20.
Wati, M., Sitanggang, P., Purba, R., Emilia, E., Mutiara, E., Tresno, F., Gizi, S.,
Teknik, F., Medan, U. N., Pendidikan, S., Busana, T., Teknik, F., Medan, U.
N., Boga, P. T., Teknik, F., & Medan, U. N. (2022). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Puskesmas Sentosa Baru. 2(2), 57–68.
Yuliarti, N. (2014). Keajaiban Asi-Makanan Terbaik Untuk Kesehatan,
Kecerdasan Dan Kelincahan Si Kecil. Jurnal Kesehatan Masyarakat (E-
Journal), 3(3), 213–220.

Anda mungkin juga menyukai