Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN TINGKAT PENGETAHUAN

IBU DENGAN KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA


BAYI DI RUMAH SAKIT BAKTI TIMAH PANGKALPINANG

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan

Oleh :
Syari Mustika Dewi
NIM : 11222246

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
TAHUN 2023
PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN TINGKAT PENGETAHUAN


IBU DENGAN KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA
BAYI DI RUMAH SAKIT BAKTI TIMAH PANGKALPINANG

Dibuat untuk memenuhi persyaratan penyelesaian


Tugas akhir pada Program Srudi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan

Oleh :
Syari Mustika Dewi
NIM : 11222246

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
TAHUN 2023

1
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Imunisasi merupakan pemberian kekebalan pada bayi dan anak terhadap
berbagai penyakit, sehingga bayi dan anak tumbuh dalam keadaan sehat
(Hidayat, 2016). Pemberian imunisasi merupakan tindakan pencegahan agar
tubuh tidak terjangkit penyakit infeksi tertentu seperti tetanus, batuk rejan
(pertusis), campak (measles), polio dan tuberkulosis atau seandainya
terkenapun, tidak memberikan akibat yang fatal bagi tubuh (Rukiyah &
Yulianti, 2016). Penyakit infeksi atau menular dapat dicegah dengan imunisasi
(Achmadi, 2015). Cakupan imunisasi di wilayah Asia Tenggara baru
mencapai 52%.

Cakupan imunisasi anak di negara-negara anggota WHO telah mencapai 90%,


diperkirakan 85% dari bayi diseluruh dunia telah mendapat imunisasi dan
masih terdapat 19,3% juta bayi dan anak-anak belum sepenuhnya
mendapatkan vaksinasi dan tetap beresiko terkena penyakit (WHO Global
Immunization Data, 2017). WHO juga menyatakan sebanyak 14 juta bayi
tidak mendapat dosis awal vaksin DTP, dan 5.7juta bayi lainnya tidak
mendapatkan imunsasi dasar secara lengkap (WHO, 2019). Dari total 19,7
juta, lebih dari 60% anak-anak ini tinggal di 10 negara salah satunya
Indonesia. Data terbaru tentang perkiraan cakupan vaksin dari WHO dan
UNICEF di tahun 2019 menunjukkan bahwa pemberian vaksin Human
Papilloma Virus (HPV) ke 106 negara terancam mengalami kegagalan. WHO
juga mencatat adanya penurunan jumlah anak yang mendapatkan vaksin
difteri, tetanus dan pertusis (DTP3) dalam data pada empat bulan pertama
tahun 2020. Data ini merupakan suatu hal yang tidak wajar karena baru
pertama kalinya dalam 28 tahun terdapat penurunan cakupan DTP3 di seluruh
dunia. Sedangkan data imunisasi di Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) juga pada tahun 2018 menunjukkan cakupan imunisasi dasar
lengkap di Indonesia untuk anak berusia 12-23 bulan hanya mencapai 58%

2
dari target seharusnya yaitu 93%. Data pada tahun 2019 cakupan imunisasi
rutin di Indonesia masih dalam kategori kurang memuaskan, dimana cakupan
DPT-3 dan MR pada tahun 2019 tidak mencapai 90% dari target. Padahal,
program imunisasi dasar diberikan secara gratis oleh pemerintah.

Menurut hasil data Riskesdas (2018), cakupan imunisasi dasar di Provinsi


Bangka Belitung mencapai 83,4% dari target diatas 90%. Ini menunjukkan
bahwa masih ada kekurangan dalam upaya meningkatkan cakupan imunisasi.
Sementara itu, untuk Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang, data tidak
secara spesifik tersedia dalam Riskesdas 2018. Namun, jika kita melihat dari
data cakupan imunisasi dasar di kota Pangkalpinang sendiri di tahun yang
sama, tercatat sebesar 84,7%. Meskipun angka tersebut cukup tinggi, tetapi
tetap perlu diupayakan untuk meningkatkan cakupan imunisasi dasar dan
lanjutan pada bayi di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang.

Imunisasi sangat penting untuk mencegah penyakit-penyakit serius seperti


polio, difteri, tetanus, campak, dan gondok. Studi menunjukkan bahwa
imunisasi memiliki dampak positif dalam menekan angka kematian akibat
penyakit menular di seluruh dunia. Imunisasi dapat membantu melindungi
individu dari penyakit dan memperkuat kekebalan kelompok atau herd
immunity sehingga dapat mengurangi penyebaran penyakit di masyarakat
(Centers for Disease Control and Prevention, 2018).

Imunisasi dinyatakan sebagai salah satu cara paling efektif untuk mencegah
penyakit dan kematian akibat penyakit tersebut. Penelitian ini menunjukkan
bahwa imunisasi dapat mengurangi angka kejadian penyakit dan kematian
hingga jutaan orang setiap tahunnya. Selain itu, penelitian juga menunjukkan
bahwa imunisasi dapat memberikan perlindungan bagi individu yang tidak
bisa diimunisasi secara langsung, seperti bayi yang masih terlalu kecil atau
orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah (World Health
Organization, 2018). Sedangkan menurut Li et al (2020) manfaat dari
imunisasi adalah dapat mengurangi angka kejadian penyakit infeksi seperti
campak, polio, difteri, pertusis, dan tetanus. Selain itu, imunisasi juga terbukti
dapat melindungi individu dari penyakit serius yang dapat menyebabkan
komplikasi atau bahkan kematian. Penelitian tersebut juga menunjukkan
bahwa program imunisasi dapat memberikan manfaat kolektif kepada
masyarakat, dengan mengurangi risiko penyebaran penyakit dari individu
yang telah divaksinasi kepada individu yang belum divaksinasi.

Imunisasi telah melalui uji keamanan yang ketat sebelum diberikan kepada
masyarakat. Meskipun beberapa efek samping ringan dapat terjadi setelah
imunisasi, seperti nyeri di tempat suntikan atau demam ringan, risiko ini
sangat kecil jika dibandingkan dengan manfaat perlindungan yang diberikan
oleh imunisasi (World Health Organization, 2018). Pada tahun 2018, banyak
penelitian yang dilakukan oleh berbagai lembaga, termasuk WHO, Centers for
Disease Control and Prevention (CDC), dan Badan Kesehatan Dunia lainnya
untuk terus memantau keamanan dan efektivitas imunisasi. Hasil dari
penelitian ini secara konsisten menunjukkan bahwa manfaat imunisasi jauh
lebih besar daripada risikonya.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2018, tingkat cakupan
imunisasi di Indonesia masih rendah. Hanya sekitar 70% anak di Indonesia
yang mendapatkan imunisasi lengkap. Masih banyak faktor yang
mempengaruhi rendahnya angka kejadian imunisasi ini, seperti aksesibilitas
dan informasi yang kurang mengenai manfaat imunisasi bagi kesehatan anak.

Menurut Dzulfiqar Firdaus pada tahun 2018, terdapat faktor yang


mempengaruhi imunisasi. Penelitian ini menemukan bahwa tingkat
pendidikan ibu memiliki hubungan yang signifikan dengan penerimaan
imunisasi. Ibu yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi cenderung lebih
menyadari pentingnya imunisasi dan memiliki pengetahuan yang lebih baik
tentang manfaatnya.Selain itu, kesadaran masyarakat tentang imunisasi juga
memainkan peran penting. Ketika masyarakat secara keseluruhan menyadari
pentingnya imunisasi dan mendukungnya, tingkat cakupan imunisasi
meningkat. Aksesibilitas layanan kesehatan juga menjadi faktor penting. Jika
fasilitas kesehatan dan vaksin mudah dijangkau oleh masyarakat, tingkat
imunisasi akan lebih tinggi. Kebijakan imunisasi yang efektif juga memiliki
dampak positif. Negara-negara yang memiliki kebijakan imunisasi yang kuat
dan melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat umumnya mencapai tingkat
imunisasi yang lebih tinggi. Terakhir, kepercayaan individu terhadap
imunisasi juga berperan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan
imunisasi. Jika seseorang memiliki keyakinan positif tentang manfaat dan
efektivitas imunisasi, mereka cenderung lebih mungkin untuk menjalani
imunisasi. Sementara itu menurut Wong et al (2018) menemukan bahwa
kepercayaan terhadap efektivitas vaksin, kekhawatiran akan efek samping, dan
persepsi risiko penyakit dapat mempengaruhi perilaku keputusan orang tua
untuk melakukan imunisasi pada anak mereka.

Menurut Schneeberg dkk, (2014) menjelaskan bahwa perilaku kesehatan


mengacu kepada tiga hal yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Sebagian
besar ibu yang tidak mengimunisasikan anaknya memiliki pengetahuan dan
sikap yang rendah. Dalam penelitian Rahmawati dan Wahyuni (2014)
menjelaskan bahwa terdapat beberapa alasan anak tidak atau tidak lengkap
mendapatkan imunisasi yaitu takut efek samping (61%), tidak ada dukungan
dari keluarga (30%), mendengar efek buruk imunisasi dari orang lain (2%),
dan haram (1%).

Peran seorang ibu pada program imunisasi sangat penting. Perilaku seorang
ibu dipengaruhi besar oleh pengetahuan dan sikap ibu tersebut. Sikap ibu yang
tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada adalah disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan ibu tentang manfaat imunisasi dan efek sampingnya
(Ali, 2015). Menurut Feldman (2015) menjelaskan bahwa kepatuhan
mempunyai arti suatu perilaku seseorang untuk mengikuti saran medis
ataupun kesehatan sesuai dengan ketentuan yang diberikan. Pemahaman yang
baik dan mendalam tentang faktor tersebut sangat bermanfaat bagi para orang
tua dan tenaga kesehatan untuk meningkatkan kepatuhan dalam melakukan
imunisasi dasar sehingga efektifitas terapi dapat terpantau.

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2018, terdapat


beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan pemberian imunisasi dasar
pada bayi. Faktor pertama adalah pengetahuan dan pemahaman orang tua
mengenai pentingnya imunisasi dasar bagi kesehatan anak. Orang tua yang
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai manfaat serta prosedur
pelaksanaan imunisasi, cenderung lebih patuh untuk membawa anaknya ke
tempat pelayanan kesehatan untuk mendapatkan imunisasi.Faktor kedua
adalah faktor aksesibilitas, di mana kemudahan untuk mencapai tempat
pelayanan kesehatan menjadi salah satu faktor penting dalam kepatuhan
pemberian imunisasi. Jika akses untuk mencapai tempat pelayanan kesehatan
sulit, maka orang tua akan sulit atau bahkan tidak dapat membawa anaknya
untuk mendapatkan imunisasi.Faktor ketiga adalah faktor sosial budaya.
Beberapa orang tua mungkin merasa tidak nyaman dengan cara pemberian
imunisasi atau tidak percaya pada manfaatnya karena ada beberapa
kepercayaan atau mitos negatif yang berkembang di masyarakat sekitar. Oleh
karena itu, pendekatan sosial budaya menjadi penting dalam meningkatkan
kepatuhan pemberian imunisasi dasar pada bayi.Faktor keempat adalah faktor
ekonomi. Biaya yang dikeluarkan untuk pemberian imunisasi juga dapat
menjadi kendala bagi beberapa orang tua, terutama mereka yang mempunyai
kondisi ekonomi yang rendah.

Kepatuhan imunisasi dasar adalah tingkat pelaksanaan vaksinasi lengkap pada


anak sesuai dengan jadwal imunisasi yang direkomendasikan oleh CDC
(Centers for Disease Control and Prevention) atau WHO (World Health
Organization) (Alex R. Kempe, 2018). Kepatuhan dalam imunisasi
dipengaruhi besar oleh dukungan keluarga.

Menurut Alegre et al pada tahun 2018, mereka menyebutkan bahwa dukungan


keluarga dapat didefinisikan sebagai upaya keluarga dalam memberikan
bantuan emosional, instrumental, dan informasional kepada individu anggota
keluarganya. Menurut Mathebula et al (2019) menunjukkan bahwa faktor-
faktor seperti komunikasi, rasa saling percaya, dan dukungan emosional dapat
mempengaruhi dukungan keluarga. Selain itu, persepsi dukungan sosial,
tingkat kepuasan dengan dukungan keluarga, karakteristik keluarga, jenis
kelamin, dan hubungan antara individu dengan anggota keluarga juga dapat
mempengaruhi dukungan keluarga.

Hasil penelitian oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2018)


mengenai "Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Dukungan Keluarga
terhadap Imunisasi di Indonesia". Penelitian ini menemukan bahwa dukungan
keluarga yang positif dapat meningkatkan kepatuhan orang tua dalam
memberikan imunisasi pada anak-anak mereka. Hal ini disebabkan karena
adanya dukungan emosional dan informasional dari keluarga dapat membantu
orang tua memahami pentingnya imunisasi bagi kesehatan anak mereka.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nurul Annisa et al (2019) yang


berjudul "Dukungan Keluarga dalam Pengambilan Keputusan Imunisasi Pada
Anak di Kota Padang". Studi ini dilakukan di Indonesia dan menunjukkan
bahwa dukungan keluarga sangat penting dalam meningkatkan tingkat
kepatuhan orang tua dalam memberikan imunisasi pada anak-anak mereka.
Hasilnya menunjukkan bahwa orang tua yang mendapatkan dukungan dan
informasi dari keluarga cenderung lebih patuh dalam memberikan imunisasi
pada anak-anak mereka.

Berdasarkan data WHO Tahun 2018 sampai saat ini, angka kematian balita
akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi masih terbilang tinggi.
Terdapat kematian balita sebesar 1.4 juta jiwa per tahun, di Indonesia Insiden
pneumonia balita (18,85%). Hal ini menunjukkan hasil capaian yang jauh di
bawah target, dimana target sejumlah 90%. Angka Kematian Balita (AKABA)
adalah jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang
dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup (WHO, 2018). Padahal,
program imunisasi dasar diberikan secara gratis oleh pemerintah di Rumah
Sakit Bakti Timah Pangkalpinang.

Berdasarkan hasil Studi Pendahuluan yang telah peneliti lakukan pada 10 ibu
di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang. Hasil yang didapatkan sebanyak
6 orang atau 60% keluarga mendukung pemberian imunisasi dasar dengan
tepat waktu pemberian sementara sebanyak 4 orang atau 40% lainnya tidak
mendukung imunisasi dilakukan dengan tepat waktu, hal ini diakibatkan
karena kurangnya tingkat pengetahuan keluarga khususnya ibu terhadap
pemberian imunisasi dasar pada anak. Sementara hasil studi pendahuluan
mengenai Tingkat Pengetahuan Ibu menunjukkan bahwa terdapat 3 orang atau
30% ibu memiliki pengetahuan yang baik tentang imunisasi dasar, sedangkan
sebanyak 7 orang atau 70% sisanya masih memiliki pemahaman yang kurang
baik. Pertanyaan yang digunakan untuk menentukan pengetahuan ibu tentang
imunisasi dasar adalah:- Apa saja jenis-jenis imunisasi dasar yang harus
diberikan kepada bayi?- Berapa usia ideal bayi untuk menerima imunisasi
dasar?- Bagaimana cara menyimpan vaksin imunisasi dasar dengan benar?-
Apa saja manfaat dari pemberian imunisasi dasar pada bayi?- Apakah semua
jenis imunisasi dasar harus diberikan pada waktu yang sama?- Apa dampak
jika bayi tidak mendapatkan imunisasi dasar?. Sebanyak 4 orang atau 40% ibu
mendapatkan informasi tentang imunisasi dasar dari petugas kesehatan di
rumah sakit atau puskesmas, sedangkan 6 orang atau 60% sisanya mencari
informasi tambahan melalui internet atau keluarga dan teman-teman.

Sedangkan dalam hal kepatuhan pemberian imunisasi dasar, sebanyak 4 orang


atau 40% ibu menunjukkan tingkat kepatuhan yang baik seprti ibu datang
sesuai dengan jadwal yang ditetapkan, sedangkan 6 orang atau 60% sisanya
cukup sering terlambat dalam memberikan imunisasi dasar. Pertanyaan yang
digunakan untuk menentukan tingkat kepatuhan ibu tentang imunisasi dasar
adalah:-Apa yang dimaksud dengan imunisasi dasar?-Berapa jumlah total
responden yang diambil dalam studi ini?-Bagaimana cara mengevaluasi
tingkat kepatuhan ibu dalam memberikan imunisasi pada jadwal yang
ditetapkan?-Apa dampak dari keterlambatan dalam memberikan imunisasi
dasar bagi kesehatan anak?-Apakah ada faktor-faktor tertentu yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan ibu dalam memberikan imunisasi dasar?-
Apa tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan tingkat kepatuhan ibu
dalam memberikan imunisasi dasar?.

Fenomena yang ditemukan saat studi pendahuluan bahwa kebanyakan ibu


yang tidak melengkapi imunisasi anaknya karena tidak mengetahui pentingnya
kelengkapan imunisasi tersebut, dan terdapat pula ibu yang mengimunisasi
anaknya secara lengkap namun tidak mengetahui manfaat dari masing-masing
imunisasi dasar tersebut.
Urgensi tentang pentingnya imunisasi, serta manfaat imunisasi bagi bayi yaitu,
Imunisasi adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk memberikan
perlindungan terhadap penyakit tertentu. Dalam hal ini, imunisasi dasar pada
bayi sangatlah penting untuk memberikan perlindungan sejak dini terhadap
penyakit-penyakit yang berbahaya dan mematikan seperti campak, polio,
difteri, hepatitis B, dan lain-lain. Pentingnya imunisasi pada bayi tidak dapat
diragukan lagi. Bayi yang mendapatkan imunisasi dasar memiliki sistem
kekebalan tubuh yang lebih kuat dalam melawan infeksi penyakit, sehingga
risiko terkena penyakit tersebut menjadi sangat rendah.

Selain itu, manfaat lain dari imunisasi bagi bayi adalah mencegah penyebaran
penyakit ke orang lain. Sebab, ketika bayi telah diimunisasi, ia akan memiliki
kekebalan tubuh yang cukup untuk mencegah penyebaran penyakit ke orang
lain. Namun, tidak semua ibu mengerti pentingnya imunisasi pada bayi dan
seringkali mengabaikan hal ini. Oleh karena itu, dukungan keluarga dan
tingkat pengetahuan ibu sangatlah penting dalam meningkatkan kepatuhan
pemberian imunisasi dasar pada bayi. Dukungan keluarga, seperti suami dan
keluarga lainnya, dapat memberikan motivasi dan dukungan moral kepada ibu
untuk memberikan imunisasi pada bayinya.
Sedangkan tingkat pengetahuan ibu yang baik tentang imunisasi akan
membuatnya lebih bersedia untuk memberikan imunisasi pada bayinya secara
rutin dan tepat waktu. Dengan demikian, hubungan yang positif antara
dukungan keluarga dan tingkat pengetahuan ibu dapat sangat membantu dalam
meningkatkan kepatuhan ibu dalam memberikan imunisasi dasar pada bayi.
Hal ini akan memberikan manfaat jangka panjang bagi bayi dan juga
lingkungan sekitarnya.

Temuan selama berdinas peneliti menemukan, Rumah Sakit Bakti Timah


Pangkalpinang telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi
ketidakpatuhan ibu dalam imunisasi pada bayinya. Tindakan yang dilakukan
adalah memberikan informasi yang jelas dan mudah dipahami tentang manfaat
imunisasi bagi kesehatan anak. Selain itu juga mengadakan pertemuan dengan
kelompok ibu secara berkala untuk memberikan edukasi tentang pentingnya
imunisasi setiap bulannya. Selain itu juga membuat brosur dan poster tentang
pentingnya imunisasi dan menempatkannya di area publik di rumah sakit.
Brosur dan poster tersebut dilengkapi dengan informasi yang mudah dipahami
dan menggugah kesadaran para ibu untuk melakukan imunisasi pada bayi
mereka.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merasa tertarik untuk meneltiti


“Hubungan Dukungan Keluarga Dan Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan
Kepatuhan Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Rumah Sakit Bakti
Timah Pangkalpinang”.

B. Rumusan masalah
Imunisasi dasar pada bayi sangat penting karena melindungi mereka dari
berbagai macam penyakit yang bisa berakibat fatal. Imunisasi ini membantu
sistem kekebalan tubuh bayi untuk melawan penyakit dan mencegah
penyebarannya kepada orang lain. Selain itu, imunisasi dasar juga dapat
membantu mengurangi angka kematian bayi akibat penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi. Jika imunisasi dasar tidak dilakukan, maka bayi
rentan terkena penyakit serius seperti campak, polio, dan difteri. Dampaknya
bisa sangat berbahaya, bahkan bisa menyebabkan kerusakan permanen pada
organ tubuh atau bahkan kematian. Oleh karena itu, penting bagi orangtua
untuk memastikan bahwa bayi mereka mendapatkan imunisasi dasar sesuai
jadwal yang direkomendasikan oleh dokter.

Di poli anak Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang, peneliti menemukan


beberapa masalah yang berkaitan dengan kepatuhan pemberian imunisasi
dasar pada bayi. Beberapa masalah yang ditemukan antara lain rendahnya
tingkat kepatuhan orangtua dalam memberikan imunisasi dasar pada bayi
mereka, kurangnya pemahaman orangtua tentang pentingnya imunisasi,
sehingga mempengaruhi keputusan orangtua dalam memberikan imunisasi
pada bayi mereka. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan dukungan keluarga dan tingkat pengetahuan ibu
dengan kepatuhan pemberian imunisasi dasar pada bayi.

Berdasarkan fenomena dari latar belakang diatas maka rumusan masalah yang
diangkat yaitu, “Apakah terdapat Hubungan Dukungan Keluarga Dan Tingkat
Pengetahuan Ibu Dengan Kepatuhan Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi Di
Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang”.

C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui Hubungan Dukungan Keluarga Dan Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Pemberian Imunisasi Dengan Kepatuhan Pemberian Imunisasi
Dasar Pada Bayi Di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang.

2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi gambaran karakteristik responden yang meliputi usia
dan jenis kelamin
b. Mengidentifikasi gambaran dukungan keluarga terhadap kepatuhan
pemberian imunisasi dasar pada bayi di Rumah Sakit Bakti Timah
Pangkalpinang
c. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan ibu terhadap kepatuhan
pemberian imunisasi dasar pada bayi di Rumah Sakit Bakti Timah
Pangkalpinang
d. Mengidentifikasi gambaran kepatuhan imunisasi dasar terhadap
kepatuhan pemberian imunisasi dasar pada bayi di Rumah Sakit Bakti
Timah Pangkalpinang

e. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan


pemberian imunisasi dasar pada bayi di Rumah Sakit Bakti Timah
Pangkalpinang
f. Menganalisis hubungan pengetahuan dengan kepatuhan pemberian
imunisasi dasar pada bayi di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang

D. Manfaaat penelitian
1. Bagi pelayanan keperawatan
Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang berarti untuk
perkembangan ilmu keperawatan. Dengan adanya hasil penelitian ini,
para praktisi keperawatan dapat memahami bahwa dukungan keluarga
dan tingkat pengetahuan ibu sangat penting dalam meningkatkan
kepatuhan pemberian imunisasi dasar pada bayi. Selain itu, hasil
penelitian ini juga dapat membuka jalan bagi penelitian lebih lanjut
seputar faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi kepatuhan
pemberian imunisasi dasar pada bayi.

2. Bagi perkembangan ilmu keperawatan


Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar dalam
pengembangan program atau intervensi keperawatan yang bertujuan
untuk meningkatkan kepatuhan pemberian imunisasi dasar pada bayi.
Para praktisi keperawatan juga dapat menggunakan hasil penelitian ini
sebagai pedoman dalam memberikan edukasi kepada keluarga dan ibu
tentang pentingnya imunisasi dasar bagi kesehatan bayi. Dengan
demikian, penelitian ini dapat membantu meningkatkan kualitas
pelayanan keperawatan terutama dalam hal upaya pencegahan penyakit
yang multifaktorial seperti imunisasi.

Anda mungkin juga menyukai