Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan, dan menerapkan pola hidup sehat bagi masyarakat sehingga diperoleh

derajat kesehatan masyarakat yang bermutu sebagai investasi pembangunan

sumber daya manusia yang produktif di bidang sosial dan ekonomi. Untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan mempertahankan derajat

kesehatan bagi masyarakat luas diperlukan tindakan preventif atau pencegahan

penyakit dengan imunisasi. Imunisasi merupakan cara terbaik untuk melindungi

seseorang dari suatu penyakit tertentu yang berbahaya dan mematikan terutama

bagi bayi dan anak-anak. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 12 Tahun 2017, Imunisasi adalah upaya untuk merangsang

kekebalan tubuh seseorang yang mampu melindungi tubuh dari penyakit dengan

imunisasi (PD3I) (Kementerian Kesehatan, R.I., 2017). Program imunisasi ini

dilaksanakan untuk mencegah penyakit seperti tuberkulosis, difteri, pertusis,

tetanus, hepatitis B, polio, dan campak. Pemberian imunisasi difokuskan pada

anak usia dini karena daya tahan tubuh mereka masih lemah terhadap segala

macam penyakit. Indikator program imunisasi yang digunakan untuk mengukur

cakupan Indonesia Sehat adalah persentase desa yang telah mencapai UCI

World Health Organization (WHO) memprakarsai Expanded

Programme on Immunization (EPI) pada tahun 1974 dengan tujuan memberikan

imunisasi universal untuk semua anak. Imunisasi universal anak sangat penting

untuk mengurangi angka kematian dan morbiditas anak di seluruh dunia. Tidak
diragukan lagi, peningkatan akses dan pemanfaatan layanan imunisasi rutin

merupakan pilihan terbaik untuk pencegahan dan pengendalian penyakit yang

dapat dicegah dengan vaksin. Imunisasi dianggap sebagai salah satu intervensi

kesehatan yang paling kuat dan hemat biaya (Umoke et al., 2021). Itu juga

diyakini mencegah penyakit dan kecacatan yang melemahkan dan menyelamatkan

jutaan nyawa setiap tahun. Selain itu, imunisasi memberikan kontribusi yang

besar bagi suatu negara dengan mengurangi risiko kecacatan akibat penyakit

menular seperti poliomielitis. Meskipun vaksin secara luas dianggap sebagai alat

yang efektif untuk menghentikan beban yang terkait dengan penyakit yang dapat

dicegah dengan vaksin, di seluruh dunia sebanyak 26,3 juta anak di dunia di

bawah usia satu tahun belum diimunisasi dengan vaksin difteriatetanus-pertusis

pada tahun 2018 (Boulton et al., 2018).

Cakupan imunisasi global telah meningkat dari 74% pada tahun 2000

menjadi 86% pada tahun 2019. Jumlah anak global yang meninggal akibat

penyebab yang dapat dicegah dan diobati menurun dari 9,6 juta pada tahun 2000

menjadi 5,2 juta pada tahun 2019. Tetapi cakupan imunisasi telah turun dari 86%

pada 2019 menjadi 83% pada 2020 secara global. Pandemi COVID-19 telah

menyebabkan 3,7 juta lebih banyak anak yang tidak mendapatkan vaksinasi pada

tahun 2020 dibandingkan tahun 2019 (WHO, 2022). Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS) (2018) melaporkan 58% anak usia 12–23 bulan mendapatkan

imunisasi lengkap, jauh lebih rendah dari target cakupan nasional 93%. Studi

pedahuluan yang dilakukan peneliti ditemukan bahwa Capaian Imunisasi dasar

lengkap di Provinsi Kalimantan Utara dalam lima tahun terakhir (tahun


2017 : 95%, tahun 2018 : 84%, tahun 2019 : 76%, tahun 2020 : 69.3%,

tahun 2021 : 67.4%. (Laporan Kinerja Bidang Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara,

2021). Capaian Imunisasi dasar Lengkap di Kabupaten Tana Tidung

dalam tiga tahun terakhir (tahun 2020 : 70.3%, tahun 2021 : 65.9%,

tahun 2022 : 108.8%). (Dinas Kesehatan Kabupaten Tana Tidung).

Capaian imunisasi Dasar Lengkap di wilayah kerja UPT. Puskesmas

Kujau dalam tiga tahun terakhir (Data PWS UPT. Puskesmas Kujau).

Tahun 2020 26 orang bayi dari sasaran 61 orang bayi (cakupan

42.6%). Tahun 2021 : 17 orang bayi dari sasaran 69 orang bayi

(cakupan 25%). Tahun 2022 : 32 orang bayi dari sasaran 65 orang bayi

(cakupan 49.2%). Berdasarkan hasil wawancara pada 7 orang ibu yang

memiliki balita diketahui bahwa hanya 2 orang ibu yang imunisasi dasar anaknya

lengkap, sedangkan 5 diantaranya tidak lengkap dengan alasan takut vaksin palsu,

tidak diizinkan suami dan takut anaknya akan menjadi cacat.

Masih rendahnya cakupan imunisasi dasar pada bayi disebabkan oleh

beberapa faktor yang mempengaruhinya. Dalam teori H.L Blum, faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan dapat dibagi menjadi empat bagian

yaitu dari segi lingkungan (fisik, biologi, dan sosial ekonomi), perilaku, genetik,

dan pelayanan kesehatan. Perilaku atau sikap seorang ibu pada program imunisasi

sangatlah penting karena pada umumnya tanggung jawab untuk mengasuh anak

diberikan pada orang tua khususnya ibu. Wawasan tentang alasan diperlukan dari

pengasuh, petugas kesehatan, dan tokoh masyarakat, untuk menginformasikan


perencanaan strategis dan disesuaikan dan membantu mengurangi risiko serapan

imunisasi (Aulia, 2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Arfan, Mardjan and Testiani, (2021)

menemukan bahwa faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar bayi

adalah pendidikan ibu. Sedangkan status pekerjaan, pengetahuan, sikap, dukungan

keluarga, persepsi, dukungan kader tidak berhubungan dengan imunisasi lengkap.

Dari hasil penelitian Simatupang, (2023) disimpulkan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara usia ibu, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, dan pengetahuan

dengan status imunisasi dasar. Penelitian lain menyebutkan bahwa umur anak,

jumlah anak hidup, tingkat pendidikan orang tua, kekayaan, sumber informasi

kesehatan ibu dan anak, jumlah pemeriksaan kehamilan, dan pertolongan

persalinan berhubungan dengan pemenuhan imunisasi dasar (Noh et al., 2018).

Balgovind and Mohammadnezhad, (2022) menyatakan pengambilan

keputusan imunisasi oleh orang tua merupakan proses yang kompleks.

Pertimbangan hambatan imunisasi, pengetahuan orang tua, sikap dan perilaku,

faktor sistem kesehatan dan petugas kesehatan sangat berperan dalam pemberian

imunisasi dasar lengkap pada anak. Kepatuhan orang tua dalam pemberian

imunisasi merupakan faktor yang paling penting, karena jika orang tua tidak patuh

dalam memberikan imunisasi kepada anaknya maka dapat berpengaruh terhadap

kekebalan serta kerentanan tubuh anak terhadap suatu penyakit, sehingga

pemberian imunisasi yang tepat waktu sangat perlu agar anak terlindungi dari

berbagai penyakit berbahaya (Al-Kassab-Córdova, Silva-Perez and Maguiña,

2022). Sikap dan kepercayaan yang dimiliki individu dalam berperilaku, serta
faktor-faktor lain yang memberi pengaruh di dalamnya dapat dijelaskan dengan

menggunakan teori Health Belief Model (HBM)

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian mengenai

Faktor faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada

bayi di wilayah kerja puskesmas kujau.

Anda mungkin juga menyukai