Disusun oleh:
NIM : 1420118039R
KUPANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
sudah menjadi perkiraan bersama untuk kehidupan yang lebih baik. WHO telah
melakukan kampanye berkelanjutan pada tahun 2017 dengan tema “together we can
make vaccines work for everyone”. Tujuan kampanye ini adalah untuk meningkatkan
kesadaran akan pentingnya imunisasi penuh sepanjang hidup, dan peranannya dalam
merupakan hal yang penting dalam pelayanan kesehatan yang melindungi individu
yang rentan dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (WHO, 2020).
Dikutip dari Makarim, organisasi kesehatan dunia (WHO) memfokuskan pada enam
penyakit utama pada masa kanakkanak yaitu difteri, pertusis, tetanus, polio, campak,
dan tuberculosis (Makarim, 2017). Kematian karena penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi dilaporkan oleh WHO jumlah total anak yang meninggal 1,5 juta
jiwa. Perkiraan jumlah balita( 0-59 bulan ) pada tahun 2008 sekitar 8,8 juta jiwa atau
hampir 17% dari semua kematian yang dapat dicegah dengan vaksin. WHO
melaporkan pada tahun 2013 di perkirakan 84% ( 112 juta ) bayi di seluruh dunia
( DPT3), 84% divaksin polio, 84% di divaksin campak , 81 % divaksin BCG. Anak-
anak yang berusia dibawa satu tahun yang tidak menerima vaksin DTP3 di seluruh
1
dunia dilaporkan sekitar 21.8 juta pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012
sebanyak 22.8 juta. Hampir 70% anak-anak yang tinggal di 10 negara salah satunya
Indonesia tidak menerima vaksin DPT (WHO, 2014). Pada ahun 2019 anak-anak
yang tidak divaksinasi secara lengkap di negara-negara rapuh atau terpengaru konflik
Meksiko (Chard et al., 2020). Pada tahun 2018 proporsi imunisasi dasar di Indonesia
lengkap sebasar 32,9 % dan cakupan tidak diimunisasi sebasar 9,2% (Riskesdas,
2018). Cakupan program imunisasi di Indonesia pada tahun 2020 akibat dampak
terjadi penurunan cakupan vaksinasi beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan
2019 (Suarca, 2020). Angka cakupan imunisasi difteri, pertusis dan tetanus (DPT3)
serta campak dan rubella (MR1) akibat dampak covid-19 berkurang lebih dari 35%
pada bulan Mei 2020 dibandingkan periode waktu yang sama pada tahun sebelumnya
April 2020 mengalami penurunan paling besar bila dibandingkan dengan bulan April
Nusa Tenggara Timur berada pada peringkat keempat cakupan terendah sebesar
59,2% dari 33 provinsi. Diketahui bahwa seluruh bayi di Provinsi Sumatera Selatan,
DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jambi, dan Nusa Tenggara Barat telah mendapatkan
2
imunisasi dasar lengkap. Sedangkan dengan Provinsi pecapaian terendah yaitu
Data dari Dinas Kesehatan Sumba Barat pada tahun 2016, dari 11
Puskesmas Penfui pada bulan Januari-Desember 2016 (100%) dan terendah yaitu
pada Puskesmas Malata 50% pada bulan Januari-Desember 2016. Survei data awal
pada tanggal 3 April 2022, didapatkan cakupan imunisasi bayi di Puskesmas Malata
pada tahun 2021 dengan jumlah bayi 43 orang yaitu HBO (35,8%) sedangkan
pencapaian indicator UCI pada puskesmas Sikumana yaitu HB0 (56,4%), BCG,
( 97,5%), DPT-HB1 (99,7%), DPT-HB3( 90,6%), Polio (83,3), dan Campak (90,3%).
Fenomena cakupan imunisasi yang masih tidak sesuai indicator UCI di lokasi
penelitian puskesmas Malata pada Tahun 2022 adalah imunisasi HB0 yang hanya
Sebanyak 80 juta anak usia kurang dari 1 tahun memiliki risiko untuk
menderita penyakit polio, difteri dan campak disebabkan karena pelayanan imunisasi
rutin saat pandemi Covid-19 terganggu atau terjadi penundaan pelaksanaan layanan
3
dengan KLB PD3I yang terjadi saat Afrika Barat mengalami wabah Ebola tahun
Salah satu masalah ancaman pada masa pandemi covid-19 adalah kesehatan
selama pandemi ini dikarenakan orang tua sangat khawatir akan terjadinya penularan
covid-19 (Agustin & Anggraini, 2020). Alasan lain mengapa ibu tidak
imunisasi, takut suntik, takut efek samping, tidak ada petugas imunisasi yang hadir,
anak sakit, waktu tunggu lama, dan tidak nyaman dalam melakukan imunisasi (Yuda
secara aktif terhadap penyakit, sehingga apabila terpajan suatu penyakit tidak akan
sakit atau hanya sakit ringan. Seusai dengan asas islam yang dijelaskan oleh
Huzaemah, diaman ajaran Islam menganut asas lebih baik mencegah dari pada
campak. Sebagai seorang yang beriman dan warga negara yang baik kita wajib taat
segera cuci tangan pakai sabun dan air mengalir atau hand sanitizer, menjaga
4
jarak aman 1 – 2 meter, Sesudah pelayanan imunisasi segera cuci tangan pakai
sabun dan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer dan segera pulang ke
Kesadaran yang tinggi memiliki cakupan imunisasi yang baik ini diliat dari 100
vaksin dan vaksinasi di antara reaponden penelitian adalah sebagian besar peserta
penelitian telah memvaksinasi mereka anak-anak. Alasan paling umum untuk tidak
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa Indonesia tergolong dari 10 negara
yang tidak lengkap imunisasinya. Dapat diliat dari angka kejadian penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi di Indonesia. Pada tahun 2019-2020 telah dilaporkan
terjadi penurunan angka imunisasi. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan 10-
imunisasi karena ketakutan orang tua akan tertular covid-19 sehingga tidak membawa
Dilihat dari kejadian yang terjadi selama pandemi covid-19 peneliti ingin
5
Kepatuhan Jadwal Imunisasi di Masa Pandemi di Puskesmas Malata Kabupaten
Sumba Barat?”
faktor – faktor yang mempengaruhi kekurangan energy kronis (KEK) pada ibu hamil.
1. Bagi Masyarakat
6
Meningkatkan pengetahuan mengenai imunisasi di masa pandemi
masa pandemi
2. Bagi Responden
pandemi.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
kna
metode
gus
3 Lenny Kepatuhan Cross Angkat kesakitan tidak berulang
Ganni Melaksanakan sectional terjadi pada anak yang diimunisasi
ka dan Imunisasi Dasar dasar lengkap. Anak yang tidak
Rina Lengkap pada diimunisasi lengkap menunjukan
Kudre Usia 9-12 Bulan angka kesakitan berulang 6,7% dan
(2018) di Puskesmas kesakitan tidak berulang 13,3%
Mondoinding
4 Kurnia Study Analisis Cross Penelitian yang Terdapat hubungan antara peran
Agusti Peran Kader Sectional akan dilakukan kader terhadap kepatuhan imunisasi.
n Dan Terhadap untuk mengetahui
Yeni Kepatuhan kesadaran ibu
Anggr Imunisasi Dasar dengan kepatuhan
aini dan Booster pada jadwal imunisasi
(2020) Masa Pandemi selama pandemi
Covid-19 di
Posyandu
Wilayah Kerja
Peskesmas
Colomadu 1
2.2.1 Imunisasi
a. Pengertian
9
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan
RI, 2015). Sistem imun terdiri dari organ dan sel khusus yang
10
pemberian satu atau lebih antigen agen yang infeksius pada seseorang
antibodi yang telah dibentuk yang dihasilkan oleh host lain (Schwartz,
2005).
mati atau masih hidup tapi dilemahkan, yang telah diolah berupa
b. Tujuan Imunisasi
menular.
11
b. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular.
2010).
c. Manfaat Imuniasi
yang telah terimunisasi bila terinfeksi oleh kuman tersebut maka tidak
Andhini, 2010).
d. Lokasi Penyuntikan
12
Lokasi pemberian vaksin dilakukan secara suntikan subkutan
pada anak yang berusia kurang dari 1 tahun dilakukan pada sisi
glutea terutama terdiri atas lemak sampai beberapa waktu setelah anak
(Schwartz, 2005).
e. Jadwal Imunisasi
hepatitis B 0–7 hari (HB 0) satu dosis. Kemudian, pada usia satu
bulan diberikan satu dosis imunisasi BCG dan imunisasi Polio. Usia
dosis diberikan pada usia sembilan bulan. IDL tercapai jika bayi telah
polio sebanyak empat dosis, dan campak sebelum berusia satu tahun
13
Program pengembangan imunisasi mencakup satu kali HB0,
satu kali imunisasi BCG, tiga kali imunisasi DPT-HB, empat kali
diberikan pada bayi umur kurang dari tiga bulan, imunisasi polio pada
bayi baru lahir dan tiga dosis berikutnya diberikan dengan jarak
paling cepat empat minggu, imunisasi DPT-HB pada bayi umur dua
bulan, tiga bulan dan empat bulan dengan interval minimal empat
2.2.2. Kesadaran
A. Pengertian
dibagi atas daerah medial dan lateral. Daerah medial mengatur siklus tidur
pikiran, perasaan serta fisik. Kesadaran memiliki dua definisi antara lain
14
memahami pengaruh lingkungan sekitar kemudian mengenal seseorang
bahasa latin conscio yang dibentuk dari kata cum yang berarti with
(dengan) dan scio yang berarti know (tahu). Kata menyadari sesuatu (to be
membagi pengetahuan tentang sesuatu dengan orang lain atau diri sendiri.
Zeman juga menjelaskan tiga arti pokok kesadaran, yaitu (a) kesadaran
15
dari Kalaiyaran dan Solomon, Daniel Goleman (1995) mendefinisikan
kesadaran diri
secara sukarela mentaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan
dengan KLB PD3I yang terjadi saat Afrika Barat mengalami wabah Ebola
16
sebagai salah satu pelayanan kesehatan esensial tetap menjadi prioritas
RI, 2020)
anak;
petugas Kesehatan;
17
3. Pada saat tiba di Posyandu segera cuci tangan pakai sabun dan
posyandu
18
karenakan kurangnya kesadaran akan pentingnya kebutuhan imunisasi,
takut suntik, takut efek samping, tidak ada petugas imunisasi yang hadir,
anak sakit, waktu tunggu lama, dan tidak nyaman dalam melakukan
Kesadaran yang tinggi memiliki cakupan imunisasi yang baik ini diliat
banyak dari pada ibu yang berpendidikan rendah (Yuda & Nurmala,
19
melaksanakan imunisasi dan secara tepat ibu menerima informasi dan
distribusi faktor sikap (attitude) dan kepatuhan orang tua dalam pemberian
tua bersikap positif dan patuh yaitu 13 responden atau (36,11%), orang tua
20
BAB III
hubungan atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati
(diukur) melalui penelitian yang dimaksud. Kerangka konseptual pada penelitian ini
Factor Predisposisi
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Kepatuhan
Paritas Jadwal Imunisasi
Kesadaran
(pengetahuan dan
sikap)
Faktor Pendukung
Faktor Penguat
21
Keterangan
Diteliti
Tidak diteliti
3.2 Hipotesis
Barat
22
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
metode penelitian yang bersifat deduktif, objektif dan ilmiah dimana data yang
dianalisis denga analisis statistik (Mania, 2013). Dengan desain penelitian analitik
melalui pendekatan study cross sectional. Study cross sectional adalah penelitian
yang bertujuan untuk mengamati hubungan antara faktor resiko dengan akibat yang
terjadi berupa penyakit atau keadaan kesehatan tertentu dalam waktu yang
a. Lokasi Penelitian
b. Waktu Penelitian
N
Kegiatan Waktu Pelaksanaan
O
1 Persiapan Penelitian Desember 2021 -April 2022
2 Penelitian April 2022
3 Perangkuman Hasil Mei 2022
23
Penelitian
4.3.1 Populasi
4.3.2 Sampel
penelitian ini adalah yang sesuai dengan kriteria inklusi yaitu bayi
yang berusia 4-24 bulan dan memiliki buku KIA lengkap serta kriteria
esklusi yaitu ibu yang memiliki buku KIA tidak lengkap sebanyak 186
ibu
24
tidak melakukan generalisasi menurut Sugiyono, (2016: 85)., yaitu ibu
𝑁
n=
1 + 𝑁(𝑒)
N = ukuran populasi
186
n=
1 + 186(0,05)2
186
n=
1,465
n = 126,96
data yang akan diteliti untuk mencapai tujuan penelitian (Nursalam, 2016
25
Populasi (186)
selut
Purposive Sampling
Sampel (127)
Consent
Hasil/Kesimpulan
26
4.6 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional
Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
pandemi.
27
4.5 Definisi Operasional dan Cara Pengukuran Variabel
Variabel Patuh terhadap Yang diukur Lembar Ordinal Patuh : jika semua
dependen : Jadwal imunisasi adalah observasi imunisasi
Kepatuhan disesuaikan persentase kunjungan dilakukan sesuai
dengan kunjungan dan buku jadwal
pemberian jadwal imunisasi KIA Tidak Patuh : jika
imunisasi lengkap salah satu
sesuai jadwal imunisasi tidak
program dilakukan sesuai
28
imunisasi dasar. jadwal
KMS/buku registrasi. Jika telah selesai maka data tersebut akan di kumpulkan
dan selanjutnya akan dilakukan analisa terhadap data yang diperoleh (dalam
29
memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak dengan responden, dan
menghindari kerumunan).
adalah data yang sudah terisi semua dan dapat dibaca dengan baik
30
d. Tabulating, yaitu mencatat atau entri data ke dalam tabel induk
a. Analisis Univariat
b. Analisis Bivariat
31
diuji dengan spearman’s rank test menggunakan aplikasi SPSS
16.0 for windows dengan interpretasi hasil jika ρ value < 0,05
posyandu lansia.
32