PENDAHULUAN
efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi
Penurunan insiden penyakit menular telah terjadi berpuluh-puluh tahun yang lalu
global. Diharapkan, pada tahun 2020 kita akan mewujudkan Eradikasi Polio di
seluruh dunia. Jika hal ini dapat kita wujudkan, maka ini adalah sebuah prestasi
pembasmian atau Eradikasi Cacar atau Varicella yang dicapai pada tahun 1974.
pada tanggal 27 Maret 2014 (Depkes, 2016). Hal ini menjadi perhatian dari
1
2
yaitu mengakhiri kematian bayi baru lahir dan balita yang dapat dicegah hingga
12 per 1.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita (AKABA) 25 per
Indonesia tetap tinggi selama virus polio liar masih bersirkulasi di dunia dan
faktor risiko untuk terjadi penularan masih tetap ada oleh karena kekebalan
Vaksin yang dibuat menggunakan beberapa proses yang berbeda, ada yang
berisi virus hidup yang telah dilemahkan ( melemah atau diubah agar tidak
tidak aktif ( untuk penyakit bakteri di mana racun yang dihasilkan oleh bakteri,
dan bukan bakteri sendiri, penyebab penyakit), atau hanya segmen patogen
negara. Penurunan jumlah kasus baru polio ini telah memberi keyakinan kepada
menghilangkan penyakit polio. Lebih dari 400 ilmuwan dari 80 negara telah
2013).
Organization (WHO) masih mencapai 85% dari bayi di seluruh dunia telah
mendapat imunisasi dan masih terdapat 19,9% juta bayi dan anak-anak belum
Pada tahun 2014, secara nasional angka kejadian non polio Acute Flaccid
Paralysis (AFP) rate sebesar 2,38 /100.000 populasi anak <15 tahun yang berarti
4
diantaranya (70,6%) telah mencapai target nonpolio AFP rate≥ 2 per 100.000
penduduk kurang dari15 tahun pada tahun 2014 (Profil Kesehatan Indonesia,
2014).
adalah salah satu isu kedaruratan kesehatan masyarakat dan perlu disusun suatu
bebas polio bersama dengan negara anggota WHO di South East Asia Region
(SEAR) pada bulan Maret 2014, sementara itu dunia masih menunggu negara
lain yang belum bebas polio yaitu Afganistan, Pakistan dan Nigeria. Untuk
Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio, penggantian vaksin trivalent Oral Polio
Inactivated Polio Vaccine (IPV). Pada akhir tahun 2020 diharapkan penyakit
Provinsi Riau memiliki cakupan imunisasi dasar lengkap pada tahun 2016
sebesar 72,8% capaian ini menurun bila di bandingkan dengan tahun 2015
(80,1%) dan cakupan ini juga masih di bawah target Renstra tahun 2016 sebesar
91,5%. Namun, cakupan IDL Provinsi Riau tersebut lebih tinggi dari pada hasil
berhasil mencapai target 91,5%. Ini berarti harus menjadi komitmen Provinsi
Pemberian imunisasi pada bayi dan anak tidak hanya memberi pencegahan
penyakit tertentu pada anak tersebut tetapi juga memberikan dampak yang lebih
luas karena dapat mencegah penularan penyakit untuk orang lain. Oleh karena
itu pengetahuan dan sikap orang tua terutama ibu sangat penting untuk
terbebas dari beberapa penyakit mematikan seperti pnemunoia, diare dan tetanus
(Antara, 2008).
dilakukan tidak seluruhnya berhasil dan masih banyak bayi atau balita status
imunisasi, status pekerjaan ibu, tradisi keluarga, tingkat pengetahuan ibu, dan
Kendala utama untuk keberhasilan imunisasi bayi dan anak dalam sistem
masyarakat pada imunisasi, oleh karena itu pengetahuan dan sikap orang tua
terutama ibu sangat penting untuk memahami tentang manfaat imunisasi bagi
polio. Pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dapat diperoleh dari berbagai
sumber media massa maupun media informasi seperti televisi, radio, media cetak
(Notoatmodjo, 2007).
Pekanbaru data imunisasi Inactivated Polio Vaccine (IPV) tertinggi tahun 2018
orang.
Inactivated Polio Vaccine IPV pada balita di wilayah kerja puskesmas Kempas
IPV pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kempas Jaya Provinsi Jambi
Tahun 2020”?
Inactifated Polio Vaccine (IPV) pada balita di Wilayah Kerja Kempas Jaya
(IPV) pada balita di wilayah kerja puskesmas Kempas Jaya Provinsi Jambi
Tahun 2020.
Vaccine (IPV) pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kempas Jaya Provinsi
Jambi Tahun 2020 dan dapat dijadikan sebagai pengalaman bagi peneliti
balita.