Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang

secara aktif terhadap suatu penyakit,sehingga bila kelak terpapar dengan

penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut karena sistem imun

tubuh mempunyai sistem memori (daya ingat), ketika vaksin masuk ke dalam

tubuh maka akan di bentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan

sistem memori akan menyimpannya sebagai suatu pengalaman. (Siti,2013).

Imunisasi dibagi menjadi dua jenis yaitu imunisasi wajib dan pilihan.

Imunisasi wajib terdiri dari imunisasi rutin, tambahan dan khusus. Imunisasi

wajib rutin digolongkan menjadi imunisasi rutin dasar pada bayi dan

imunisasi lanjutan pada balita, anak usia Sekolah Dasar (SD) dan Wanita

Usia Subur (WUS) (Kementerian Kesehatan RI, 2021).

Salah satu dari 8 tujuan SDGs (Sustainable development Goals) pada

poin keempat adalah menurunkan angka kematian bayi dengan meningkatkan

status imunisasi terutama imunisasi dasar lengkap pada bayi karena imunisasi

merupakan hal yang wajib untuk melindungi bayi dari penyakit yang kerap

menyerang. Namun, cakupan imunisasi dasar masih di bawah target, salah

satunya yaitu imunisasi dasar polio (World Health Organization, 2022).

SDGs menetapkan target prioritas untuk anak bahwa pada tahun 2030,

mengakhiri kematian bayi baru lahir dan anak di bawah usia 5 tahun akibat

penyebab yang dapat dicegah, seluruh negara akan berusaha menurunkan

1
angka kematian neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 kelahiran hidup dan

angka kematian balita 25 per 1.000 kelahiran hidup (Bapenas, 2017).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2018 menyatakan

bahwa 86% anak di bawah usia 5 tahun secara global telah di imunisasi

dengan 3 dosis Difteri, Tetanus dan Pertusis (DPT3) dan 1 dosis vaksin

campak. Mereka mengatakan bahwa jumlah anak yang lumpuh karena polio

telah berkurang 99,9% di seluruh dunia (WHO, 2018).

Berdasarkan data yang diperoleh dari The Global Alliance for Vaccines

and Immunisation (GAVI), World Health Organization (WHO) dan United

Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) menyebutkan

bahwa setidaknya 80 juta anak usia kurang 1 tahun memiliki resiko untuk

menderita penyakit Difteri, Campak dan Polio akibat terganggunya pelayanan

imunisasi rutin di tengah pandemi Covid-19. Terdapat 64% dari 107 negara

mengalami gangguan atau penundaan pelaksanaan pelayanan imunisasi rutin

dan 60 negara menunda pelaksanaan kampanye imunisasi terutama Campak

dan Polio (Kemenkes RI, 2020).

Hasil Riset Kesehatan Dasar 2018 Kementerian Kesehatan RI

menunjukkan cakupan status imunisasi dasar lengkap (IDL) pada anak (usia

12 sampai 23 bulan) menurun dari 59,2 % (2013) menjadi 57,9 % (2018).

Artinya, dari sekitar 6 juta anak berusia 12 sampai 23 bulan hanya sekitar 2,5

juta anak saja yang lengkap imunisasinya. Jumlah anak yang belum

diimunisasi lengkap itu hampir setara dengan separuh jumlah penduduk

Singapura. Sebaliknya anak yang diimunisasi tapi tidak lengkap meningkat

2
dari 32,1 % menjadi 32,9 % pada periode yang sama. Angka imunisasi dasar

lengkap anak di pedesaan lebih rendah (53,8 %) dibandingkan anak-anak di

perkotaan (61,5 %). Dua kondisi tersebut cukup mengkhawatirkan untuk

masa depan kesehatan anak-anak. (Kemenkes, 2018).

Berdasarkan data Kemenkes, pada tahun 2021 cakupan imunisasi polio

bayi di Aceh hanya mencapai 50,9% dari total bayi lahir hidup di provinsi

tersebut, yang jumlahnya mencapai 101,52 ribu jiwa. Cakupan imunisasi

polio bayi di Aceh merupakan yang terendah kedua di skala nasional.

Cakupan paling rendahnya berada di Papua Barat, yakni hanya 43,4% dari

total bayi lahir hidup yang berjumlah 19,2 ribu jiwa pada 2021. Provinsi

dengan cakupan terendah berikutnya adalah Sumatra Barat, yaitu 61%, dan

Papua 61,5%. Sedangkan provinsi dengan cakupan imunisasi polio tertinggi

adalah Sulawesi Selatan, yakni 96,7%. Dari 34 provinsi, sebanyak 19 provinsi

memiliki cakupan imunisasi polio di bawah rata-rata nasional yang angkanya

80,7%. Sedangkan 15 provinsi lainnya di atas angka rata-rata. Adapun data

cakupan imunisasi polio di Daerah Istimewa Yogyakarta tidak tersedia karena

diisi dengan imunisasi IPV dosis ke-3 (Kemenkes RI, 2021).

Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Persentase desa yang mencapai

UCI di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2018 sebesar 94,6% (yaitu 3059

desa UCI dari 3265 desa yang ada). Jumlah imunisasi dasar tahun 2018

adalah sebesar 88%, Pada tahun 2019 cakupan imunisasi dasar di Sumatera

Selatan sudah memenuhi target yaitu 102,9%. Dengan persentase imunisasi

BCG 88,68% DPT 61,30%, Hepatitis 62,26%, Polio 64,35%, Campak

3
66,45%. Di tahun 2020 cakupan program imunisasi dasar berkelanjutan di

Sumatera Selatan pada Juni 2020 baru mencapai 35% karena terjadi

penyusutan akumulasi sejak pandemic Covid-19 merebak (Dinkes Sumatera

Selatan, 2020).

Cakupan imunisasi Polio di Puskesmas Muara Lawai pada tahun 2020,

2021 dan 2022 belum mencapai target yang ditetapkan, yakni sebesar 95%.

Cakupan Imunissasi Polio di Puskesmas Muara Lawai pada tahun 2020

sebesar 78%, pada tahun 2021 mengalami penurunan menjadi 75%, dan pada

tahun 2022 sebesar 70%. Pencapaian imunisasi polio di Puskesmas Muara

Lawai masih dibawah target nasional yakni 95% (Profil Puskesmas Muara

Lawai, 2022).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian imunisasi pada

bayi yaitu faktor pendorong yang mencakup dukungan suami yang mencakup

pada dukungan petugas kesehatan. Selanjutnya, faktor prediposisi yang

meliputi pengetahuan, sikap, minat Ibu, pendidikan, paritas, dan pekerjaan

ibu (Rahmatina, 2021)

Imunisasi polio dapat memberikan kekebalan terhadap penyakit

poliomyelitis yaitu penyakit yang dapat mengakibatkan kelumpuhan pada

kaki. Kandungan vaksin polio adalah virus yang dilemahkan. Pemberian

vaksin polio melalui cara diteteskan secara oral sebanyak 4 kali, yakni saat

bayi baru lahir, kemudian dilanjutkan pada bulan ke 2, 3, dan 4. Dosis

penguat (booster) diberikan saat mencapai usia 18 bulan. Bayi baru lahir

4
diberikan OPV, kemudian untuk vaksinasi polio berikutnya dapat diberikan

IPV maupun OPV. (Depkes RI, 2006; Maryunani, 2010).

Hasil penelitian Debi Agustini (2022) dengan judul “Analisis faktor

dominan yang berhubungan dan mempengaruhi pada pemberian imunisasi

polio di puskesmas jakabaring tahun 2021” bahwa Untuk hasil uji statistik

Chi-Square pada batas α =0,05 di dapat nilai p value = 0,008< α =0,05 hal ini

menunjukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian

imunisasi polio sehingga dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa

ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemberian

imunisasi polio terbukti secara statistik. Nilai OR: 6,548 (1,783-24,043)

artinya responden dengan pengetahuan baik mempunyai kecenderungan

6,548 kali melakukan melaksanakan imunisasi polio.

Hasil penelitian Sudarto Edi Hartono (2022) dengan judul “Hubungan

antara pengetahuan dan sikap ibu terhadap imunisasi opv di desa

sindumartani kabupaten sleman” bahwa hubungan sikap ibu dengan imunisasi

OPV dari hasil analisis Chi-Square menunjukkan nilai p-value 0,045 (<0,05),

artinya terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan imunisasi

OPV. Secara biologi menunjukkan nilai OR 4,750 artinya ibu dengan sikap

negatif memiliki peluang untuk memilih imunisasi OPV sebesar 4,750 kali

lebih besar dibandingkan memilih imunisasi IPV dan yang memiliki sikap

positif.

Hasil penelitia Wulandari. R at el ( 2021) dengan judul “hubungan

pengetahuan, sikap dan dukungan suami dengan pemberian imunisasi dasar

5
lengkap pada bayi “ uji Statistik chi-square, pada tingkat kemaknaan a = 0,05

diperoleh p value = 0,000 yang berarti ada hubungan dukungan suami dengan

imunisasi dasar lengkap

Berdasarkan pada permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Kepatuhan Ibu dalam Pemberian Imunisasi Polio pada Balita Di

Puskesmas Muara Lawai Kabupaten Lahat Tahun 2023”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas Imunisasi polio dapat

memberikan kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis yaitu penyakit yang

dapat mengakibatkan kelumpuhan pada kaki. Namun, cakupan imunisasi

dasar masih di bawah target, salah satunya yaitu imunisasi dasar polio,

adapun faktor – faktor Yang Berhubungan dan Mempengaruhi yaitu faktor

pendorong yang mencakup dukungan suami yang mencakup pada dukungan

petugas kesehatan. Selanjutnya, faktor prediposisi yang meliputi

pengetahuan, sikap, minat Ibu, pendidikan, paritas, dan pekerjaan ibu

(Rahmatina, 2021)

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas banyak faktor yang

mempengaruhi kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi polio pada balita,

namun dikarenakan keterbatasan waktu, tenaga dan kemampuan yang ada

pada peneliti, maka peneliti hanya meneliti 3 variabel saja pengetahuan ibu,

6
sikap dan dukungan suami sebagai (variabel independen) dan kepatuhan

dalam pemberian imunisasi polio sebagai (variabel dependen).

1.4 Rumusan Masalah

1.4.1 Secara Simultan

Apakah ada hubungan pengetahuan, sikap dan dukungan suami

secara simultan dengan kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi polio

pada balita di Puskesmas Muara Lawai Kabupaten Lahat tahun 2023 ?

1.4.2 Secara Parsial

1. Apakah ada hubungan pengetahuan secara parsial pada kepatuhan ibu

dalam pemberian imunisasi polio pada balita Puskesmas Muara Lawai

Kabupaten Lahat tahun 2023 ?

2. Apakah ada hubungan antara sikap secara parsial pada kepatuhan ibu

dalam pemberian imunisasi polio pada balita Puskesmas Muara Lawai

Kabupaten Lahat tahun 2023 ?

3. Apakah ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan secara

parsial pada kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi polio pada balita

Puskesmas Muara Lawai Kabupaten Lahat tahun 2023 ?

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengetahuan, sikap, sikap dan dukungan

suami secara simultan pada kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi

polio pada balita Puskesmas Muara Lawai Kabupaten Lahat tahun 2023

7
1.5.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan secara parsial pada

kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi polio pada balita

Puskesmas Muara Lawai Kabupaten Lahat tahun 2023 ?

2. Untuk mengetahui hubungan antara sikap secara parsial pada

kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi polio pada balita

Puskesmas Muara Lawai Kabupaten Lahat tahun 2023 ?

3. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan suami secara parsial

pada kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi polio pada balita

Puskesmas Muara Lawai Kabupaten Lahat tahun 2023 ?

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Secara Praktis

Bagi Pimpinan Puskesmas Muara Lawai

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

kepada pihak Puskesmas agar dapat memberikan penyuluhan kepada

masyarakat bahwa pentingnya imunisasi bagi bayi dan balitanya.

1.6.2 Secara Teoritis

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan referensi untuk memberikan informasi bagi

mahasiswa Kader Bangsa Palembang khususnya tentang

kelengkapan Imunisasi.

8
2. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan khususnya dalam

penelitian serta sebagai pengalaman yang dapat dijadikan pedoman

pelajaran di masa yang akan datang.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan dijadikan

sumber referensi serta pengalaman dalam melakukan penelitian

terutama berhubungan dengan imunisasi.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Imunisasi

2.1.1 Definisi Imunisasi

Imunisasi merupakan salah satu cara untuk memberikan

kekebalan pada bayi dan anak terhadap berbagai macam penyakit,

sehingga dengan imunisasi diharapkan bayi dan anak tetap tumbuh

dalam keadaan sehat (Handayani, 2020).

Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang

terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpajan pada penyakit

tersebut maka ia tidak akan menjadi sakit. Program imunisasi nasional

terdiri dari imunisasi dasar yang harus diselesaikan sebelum usia satu

tahun yaitu, imunisasi hepatitis B, BCG, DPT-Hb-Hib, Poilo, IPV dan

campak (Muhammad, 2020).

Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit

menular khususnya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

(PD3I) yang diberikan kepada tidak hanya bayi hingga remaja tetapi

juga kepada dewasa (Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai

kadar kekebalan diatas ambang perlindungan. Sedangkan imunisasi

lanjutan adalah imunisasi ulangan untuk mempertahankan tingkat

kekebalan diatas ambang perlindungan atau untuk memperpanjang

masa perlindungan (Maya, 2020)

10
2.1.2 Tujuan Imunisasi

Secara umum tujuan imunisasi adalah menurunkan angka

kesakitan,kematian serta kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah

dengan imunisasi (PD3I). Sedang tujuan khusus imunisasi adalah :

1. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu

cakupan imunisasi lengkap minimal 80 persen secara merata pada

bayi di seluruh desa/kelurahan pada tahun 2014.

2. Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden

dibawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun).

3. Eradikasi Polio pada tahun 2015.

4. Tercapainya Eliminasi Campak pada tahun 2015

5. Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta pengelolaan

limbah medis (safety injection practise and waste dysposal

management) (Permenkes, 2017).

2.1.3 Sasaran Imunisasi

Tabel. 2.1 Sasaran Imunisasi

Jenis Usia pemberian Jumlah Interval


Imunisasi (Bulan) Pemberian minimal
(Minggu)
Hepatitis B 0-7 hari 1 -
BCG 1 1 -
Polio/IPV 1,2,3,4 4 4 minggu
DPT-HB-Hib 2,3,4 3 4 minggu
Campak 9 1 -
Sumber : (Kemenkes, 2014)

11
Tabel 2.2 Sasaran Imunisasi Pada anak Balita

Jenis Imunisasi Usia pemberian Jumlah Pemberian


DPT-HB-Hib 18 bulan 1
Campak 24 bulan 1
Sumber : (Kemenkes, 2014)

2.1.4 Jadwal Imunisasi

Tabel 2.1 Jadwal Imunisasi

Sumber : (IDAI, 2020).

2.1.5 Manfaat Imunisasi

Manfaat dari imunisasi dibagi menjadi beberapa yaitu :

1. Untuk anak: mencegah kemungkinana cacat dan kematian serta

penderitaan yang disebabkan oleh penyakit.

12
2. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi

pengobatan bila anak sakit serta mendorong keyakinan orang tua

bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.

3. Untuk Negara: memperbaiki tingkat kesehatan di negara dan

menciptakan bangsa yang kuat dan berakal guna melanjutkan

pembangunan negara (Susilowati, 2016).

2.1.6 Jenis-Jenis Imunisasi

Ada 2 macam imunisasi yaitu:

1. Imunisasi Aktif

Imunisasi aktif adalah imunisasi yang dilakukan dengan cara

menyuntikan antigen ke dalam tubuh sehingga tubuh anak sendiri

dan akan membentuk zat antibodi yang akan bertahan bertahuntahun

lamanya. Biasanya Imunisasi aktif akan lebih bertahan lama daripada

imunisasi pasif, contohnya imunisasi polio dan campak. Keuntungan

imunisasi aktif yaitu pertahanan tubuh yang terbentuk akan dibawa

seumur hidup, murah dan efektif, tidak berbahaya, reaksi serius

jarang terjadi (Ranuh, 2014).

2. Imunisasi Pasif

Imunisasi pasif adalah pemberian antibodi didalam tubuh

seseorang, dimaksudkan untuk memberikan imunitas secara

langsung tanpa tubuh memproduksi sendiri zat aktif tersebut untuk

meningkatkan kekebalan tubuhnya. Antibodi yang diberikan

13
ditujukan untuk mencegahan atau mengobati infeksi dalam tubuh,

baik infeksi terhadap bakteri maupun virus (Ranuh, 2014).

Imunisasi pasif dapat terjadi secara alami saat ibu hamil

memberikan antibodi ke janinnya melalui plasenta, terjadi di akhir

trimester pertama kehamila. Jenis antibodi yang diberikan melalui

plasenta adalah immunoglobulin G (IgG). Pemberian imunitas alami

dapat terjadi dari ibu ke bayi melalui kolostrum (ASI), jenis yang

diberikan adalah immunoglobulin A (IgA). Sedangkan pemberian 13

imunitas pasif dapat terjadi saat seseorang menerima plasma atau

serum yang mengandung antibodi tertentu untuk menunjang sistem

kekebalan tubuhnya (Susilowati, 2017).

2.1.5 Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

Ada banyak penyakit menular di indonesia yang dapat dicegah dengan

imunisasi selanjutnya disebut dengan penyakit yang dapat dicegah

dengan imunisasi (PD3I)

1. Difteri

Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

corynebacterium diphtheriae, penularannya melalui kontak fisik dan

pernapasan. Gejala-gejala :

a. Radang tenggorokan

b. Hilang nafsu makan

c. Demam ringan

14
d. Dalam 2–3 hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada

tenggorokan dan tonsil komplikasinya gangguan pernafasan yang

berakibat kematian. (Yuniarto, 2019).

2. Pertusis

Pertusis yaitu penyakit pada saluran pernapasan yang

disebabkan oleh bakteri bordetella pertusis (batuk rejan),

penularannya melalui percikan ludah (droplet infection) dari batuk

atau bersin. Gejala – gejala :

a. Pilek

b. Matamerah

c. Bersin

d. Demam

e. Batuk ringan yang lama-kelamaan menjadi parah dan

menimbulkan batuk yang cepat dan keras Komplikasinya

pneumonia bacterialis yang dapat menyebabkan kematian

(Yuniarto, 2019).

3. Tetanus

Tetanus yaitu penyakit yang disebabkan oleh clostridium

tetani yang menghasilkan neurotoksin. Penularannya melalui

kotoran yang masuk ke dalam luka yang dalam. Gejala – gejala :

a. Gejala awal : kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher,

kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam.

15
b. Pada bayi terdapat gejala berhenti menetek (sucking) antara 3

sampai dengan 28 hari setelah lahir

c. Gejala berikutnya : kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku.

Komplikasinya :

1) Patah tulang akibat kejang;

2) Pneumonia;

3) Infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian

(Yuniarto, 2019).

4. Tuberculosis (TBC)

Tuberculosis yaitu penyakit yang disebabkan oleh

mycobacterium tuberculosa disebut juga batuk darah. penularannya

melalui pernafasan dan lewat bersin atau batu. Gejala – gejala :

a. Gejala awal: lemah badan, penurunan berat badan, demam, dan

keluar keringat pada malam hari.

b. Gejala selanjutnya: batuk terus-menerus, nyeri dada dan

(mungkin) batuk darah. Gejala lain : tergantung pada organ yang

diserang. Komplikasinya kelemahan dan kematian kelemahan dan

kematian (Yuniarto, 2019).

5. Campak

Campak yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus

myxovirus viridae measles. penularannya melalui udara (percikan

ludah) dari bersin atau batuk penderita. Gejala – gejala:

16
a. Gejala awal : demam, bercak kemerahan, batuk, pilek,

konjunctivitis (mata merah) dan koplik spots.

b. Selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian

menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki. Komplikasinya: diare

hebat, peradangan pada telinga, infeksi saluran napas

(pneumonia) (Yuniarto, 2019)

6. Poliomielitis

Poliomielitis yaitu penyakit pada susunan saraf pusat yang

disebabkan oleh virus polio tipe 1, 2, atau 3. Secara klinis

menyerang anak di bawah umur 15 tahun dan menderita lumpuh

layu akut (acute flaccid paralysis = AFP). Penularannya melalui

kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi. Gejala-gejala :

a. Demam

b. Nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama.

Komplikasinya bisa menyebabkan kematian jika otot pernafasan

terinfeksi dan tidak segera ditangani (Yuniarto, 2019).

7. Hepatitis B

Hepatitis B yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus

hepatitis B yang merusak hati (penyakit kuning). Penularannya

secara horizontal :

a. Dari darah dan produknya

b. Suntikan yangtidak aman

c. Transfusi darah

17
d. Melalui hubungan seksual

Penularan secara vertical : Dar ibu ke bayi selama proses

persalinan. Gejala – gejalanya :

a. Merasa lemah

b. Gangguan perut

c. Gejala lain seperti flu, urin menjadi kuning, kotoran menjadi

pucat.

d. Warna kuning bisa terlihat pada mata ataupun kulit

Komplikasinya penyakit ini bisa menjadi kronis yang

menimbulkan pengerasan hati (cirrhosis hepatis), kanker hati

(hepato cellular carsinoma) dan menimbulkan kematian

(Yuniarto, 2019).

8. Hemofilus Influenza Tipe b (Hib)

Hemofilus influenza tipe B yaitu Salah satu bakteri yang dapat

menyebabkan infeksi dibeberapa organ, seperti meningitis,

epiglotitis, pneumonia, artritis, dan selulitis. Banyak menye rang

anak di bawah usia 5 tahun, terutama pada usia 6 bulan–1 tahun.

Penularannya droplet melalui nasofaring. Gejala – gejalanya :

a. Pada selaput otak akan timbul gejala menigitis (demam, kaku

kuduk, kehilangan kesadaran);

b. Pada paru menyebabkan pneumonia (demam, sesak, retraksi otot

pernafasan), terkadang menimbulkan gejala sisa berupa kerusakan

alat pendengaran (Yuniarto, 2019).

18
9. HPV (Human papiloma Virus)

Human papiloma virus yaitu virus yang menyerang kulit dan

membran mukosa manusia dan hewan. Penularannya melalui

hubungan kulit ke kulit, HPV menular dengan mudah. Beberapa

menyebabkan kutil, sedangkan lainnya dapat menyebabkan infeksi

yang menimbulkan munculnya lesi, ca servik juga disebabkan oleh

virus HPV melalui hubungan seks (Yuniarto, 2019)

10. Hepatitis A

Hepatitis A yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh virus,

penularannya oleh kotoran/ tinja penderita biasanya melalui

makanan (fecaloral). Gejala – gejalanya :

a. Kelelahan

b. Mual dan muntah

c. Nyeri perut atau rasa tidak nyaman, terutama di daerah hati

d. Kehilangan nafsu makan

e. Demam

f. Urin berwarna gelap

g. Nyeri otot

h. Menguningnya kulit dan mata (jaundice) (Yuniarto, 2019).

2.1.6 Imunisasi Wajib dan Dianjurkan

Imunisasi yang diwajibkan yaitu:

a. Imunisasi Bacillus Celmette-Guerin (BCG)

b. Imunisasi DPT (difteri, pertusis, dan tetanus)

19
c. Imunisasi Campak

d. Imunisasi Polio

e. Imunisasi Hepatitis B

Imunisasi yang dianjurkan yaitu :

a. Imunisasi HIB

b. Imunisasi Pneumokokus

c. Imunisasi Measles, Mumps, Rubela (MMR).

d. Imunisasi Influenza

e. Imunisasi Tipoid

f. Imunisasi Hepatitis A

g. Imunisasi Meningitis

h. Imunisasi Polio

2.2 Konsep Dasar Imunisasi Polio

2.2.1 Vaksin polio

Adalah vaksin polio trivalent yang terdiri dari suspensi virus

poliomyelitis tipe 1, 2, 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat

dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa

(Vademecum Bio Farma, 2015).

2.2.2 Fungsi

Merupakan imunisasi yang bertujuan mencegah penyakit

poliomyelitis. Pemberian vaksin polio dapat dikombinasikan dengan

vaksin DPT. Terdapat 2 macam vaksin polio:

20
1. Inactivated Polio Vaccine (IPV = Vaksin Salk), mengandung virus

polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan.

2. Oral Polio Vaccine (OPV = Vaksin Sabin), mengandung

vaksinmhidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk

pil atau cairan.

Bentuk trivalen (Trivalen Oral Polio Vaccine; TOPV) efektif

melawan semua bentuk polio, sedangkan bentuk monovalen (MOPV)

efektif melawan satu jenis polio. Poliomielitis adalah penyakit pada

susunan syaraf pusat yang disebabkan oleh satu dari tiga virus yang

berhubungan, yaitu virus polio tipe 1, 2, atau 3. Struktur virus ini sangat

sederhana, hanya terdiri dari RNA genom dalam sebuah caspid tanpa

pembungkus. Ada 3 macam serotipe pada virus ini, tipe 1 (PV1), tipe 2

(PV2), dan tipe 3 (PV3), ketiganya sama-sama bisa menginfeksi tubuh

dengan gejala yang sama. Penyakit ini ditularkan orang ke orang

melalui fekal-oral-route. Ketika virus masuk kedalam tubuh, partikel

virus akan dikeluarkan dalam feses selama beberapa minggu.

Gaya hidup dengan sanitasi yang kurang akan meningkatkan

kemungkinan terserang poliomyelitis. Kebanyakan poliomyelitis tidak

menunjukan gejala apapun. Infeksi semakin parah jika virus masuk

dalam sistem aliran darah. Kurang dari 1% virus masuk dalam sistem

syaraf pusat, akan tetapi virus lebih menyerang dan menghancurkan

sistem syaraf motorik, hal ini menimbulkan kelemahan otot dan

kelumpuhan (lumpuh layu akut = acute flaccid paralysis/ AFP).

21
Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan

kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian bisa terjadi

jika otot-otot pernapasan terinfeksi dan tidak segera ditangani. Polio

dapat menyebabkan gejala yang ringan atau penyakit yang sangat parah.

Penyakit ini dapat menyerang sistem pencernaan dan sistem syaraf.

Polio menyebabkan demam, muntah-muntah, dan kakuatan otot dan

dapat menyerang syaraf-syaraf, mengakibatkan kelumpuhan permanen.

Penyakit ini dapat melumpuhkan otot pernapasan dan otot yang

mendukung proses penelanan, menyebabkan kematian. Diantara dua

sampai lima persen penderita polio akan meninggal akibat penyakit ini

dan sekitar 50% pasien yang masih bertahan hidup menderita

kelumpuhan seumur hidup. Polio dapat ditularkan jika tinja penderita

mencemari makanan, air atau tangan.

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan terserang poliomyelitis

antara lain dikarenakan malnutrisi, tonsilektomi, kurangnya sanitasi

lingkungan, karena suntikan dan juga virus bisa ditularkan melalui

plasenta ibu, sedangkan antibodi yang diberikan pasif melalui plasenta

tidak dapat melidungi bayi secara adekuat.

2.2.3 Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomelitis.

2.2.4 Cara pemberian

Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I, II, III dan IV)

dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi ulangan

22
diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat

masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun). Di

Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan

sebanyak 2 tetes (0,1 ml) langsung kemulut anak atau dengan atau

dengan menggunakan sendok yang berisi air gula. Setiap membuka vial

baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru. Cara pemakaian:

1. Orang tua memegang bayi dengan lengan kepala di sangga dan

dimiringkan ke belakang.

2. Mulut bayi dibuka hati-hati menggunakan ibu jari atau dengan

menekan pipi bayi dengan jari-jari.

3. Teteskan dengan 2 tetes vaksin dari alat tetes ke dalam lidah. Jangan

biarkan alat tetes menyentuh bayi.

2.2.5 Kontra Indikasi

Kontra indikasi Pada individu yang menderita imune deficiency

tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada

anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang

menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh.

2.2.6 Efek samping

Efek samping Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek

samping berupa paralysis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang

terjadi

23
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian Imunisasi Polio pada

Anak

2.3.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan baik melalui mata maupun telinga

(Notoatmodjo, 2018). Pengetahuan adalah suatu proses mengingat dan

mengenal kembali objek yang telah dipelajari melalui panca indera

pada suatu bidang tertentu secara baik (Lestari, 2015). Adapun yang

dimaksud disini adalah pengetahuan ibu tentang pentingnya imunisasi

polio.

Tingkatan pengetahuan digolongkan menjadi

1. Tahu (know),

2. Memahami (comprehension),

3. Aplikasi (application),

4. Analisis (analysis),

5. Sintesis (synthesis)

6. Evaluasi (evaluation).

(Notoadmojo, 2018).

Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang tersebut, maka

akan semakin baik kemampuan seseorang dalam mengaplikasikan

pengetahuannya (Sari, 2018). Untuk mengukur pengetahuan seseorang

dapat menggunakan teknik wawancara atau menggunakan kuisioner.

24
Istriyati (2018) mengatakan bahwa pengetahuan dapat dikategorikan

menjadi :

1. Baik, jika subjek dapat menjawab  70 % dari seluruh pertanyaan

yang diberikan dengan benar

2. Rendah, jika subjek menjawab 70 % dari seluruh pertanyaan yang

diberikan dengan benar.

Berdasarkan Hasil penelitian Hartono S.E (2022 ) analisis Chi

Square menunjukkan nilai p-value 0,024 (<0,05), artinya terdapat

hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan imunisasi

OPV. Secara biologi menunjukkan nilai OR 7,429 artinya ibu dengan

tingkat pengetahuan rendah memiliki kemungkinan memilih imunisasi

OPV sebesar 7,429 kali lebih besar dibandingkan dengan yang

memiliki tingkat pengetahuan tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian Sofiyati (2022) bahwa Ada

hubungan secara signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang

imunisasi polio dengan waktu pemberian imunisasi polio di Puskesmas

Kedawung Kecamatan Kedawung Kabupaten Cirebon dengan nilai p-

value 0,027.

Berasarkan hasil penelitian Dian Zuiatna (2019) bahwa hasil

analisis uji statistic chi-square diperoleh nilai p= 0,001 < 0,05 maka

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan cakupan

pemberian imunisasi inaktif vaksin polio

25
2.3.2 Sikap Ibu

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap terdiri dari 4 tingkatan, yaitu

1. Menerima (receiving), menerima diartikan bahwa orang (subjek)

mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)

2. Merespons (responding), memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah

suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,

lepas pekerjaan itu benar atau salah , berarti orang menrima ide

tersebut.

3. Menghargai (valuting), mengajak oranglain untuk mengerjakan

atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.

4. Bertanggung jawab (responsible), bertanggungjawab atas segala

sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan

sikap yang paling tinggi

Sikap ibu didapatkan dari hasil jawaban ibu dalam kuesioner yang

telah dibacakan oleh peneliti. Hasil ini menandakan bahwa mayoritas

ibu memiliki sikap yang baik dari pada sikap yang kurang baik. Sikap

ini menandakan bahwa sebagaian besar ibu kemungkinan

mengimunisasi anaknya.

Hasil penelitian Sudarto Edi Hartono (2022) dengan judul

“Hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu terhadap imunisasi opv di

26
desa sindumartani kabupaten sleman” bahwa hubungan sikap ibu

dengan imunisasi OPV dari hasil analisis Chi-Square menunjukkan

nilai p-value 0,045 (<0,05), artinya terdapat hubungan yang bermakna

antara sikap dengan imunisasi OPV. Secara biologi menunjukkan nilai

OR 4,750 artinya ibu dengan sikap negatif memiliki peluang untuk

memilih imunisasi OPV sebesar 4,750 kali lebih besar dibandingkan

memilih imunisasi IPV dan yang memiliki sikap positif.

Berdasarkan hasil penelitian Wulandari D.A (2022) bahwa hasil

uji korelasi spearman’s antara sikap dengan kelengkapan imunisasi

polio dengan diperoleh nilai p-value = 0.002 (< 0.05). Hal ini

menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan

kelengkapan imunisasi polio.

Berdasarkan hasil penelitian Agustini D & Rahim S.E (2021)

Bahwa hasil uji statistik Chi-Square pada batas α =0,05 di dapat nilai p

value = 0,038< α =0,05 hal ini menunjukan bahwa ada hubungan antara

pengetahuan dengan pemberian imunisasi polio

2.3.3 Dukungan Suami

Dukungan keluarga adalah dukungan yang diberikan anggota

keluarga dalam bentuk dukungan emosional, material dan dukungan

informasi untuk melakukan imunisasi. Dalam memelihara kesehatan

anggota keluarga sebagai individu atau pasien, keluarga tetap berperan

sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para

anggotanya.

27
Jenis dukungan sosial dibedakan menjadi empat, yaitu :

1. Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan

perhatian terhadap orang yang bersngkutn.

2. Dukungan penghargaan, terjadi melalui ungkapan hormat atau

penghargaan positif untuk orang lain, dorongan maju atau

persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu.

3. Dukungan instrumental, mencakup bantuan langsung, misalnya

memberi pinjaman uang, memberi pekerjaan.

4. Dukungan informatif, mencakup nasihat saran, pengetahuan, dan

informasi serta petunjuk.

Berdasarkan hasil penelitian Wulandari R. at el (2023) bahwa

uji Statistik chi-square, pada tingkat kemaknaan a = 0,05 diperoleh p

value = 0,000 yang berarti ada hubungan dukungan suami dengan

imunisasi dasar lengkap.

Berdasarkan hasil penelitian Agustini D & Rahim S.E (2021)

Bahwa hasil uji statistik Chi-Square pada batas α =0,05 di dapat nilai p

value = 0,003< α =0,05 hal ini menunjukan bahwa ada hubungan

antara dukungan suami pISSN : 2528-3685 eISSN : 2598-3857 JIKA,

Volume 6, Nomor 2, Februari 2022 7 dengan pemberian imunisasi

polio.

2.3.4 Dukungan Petugas kesehatan

Peran adalah posisi dan pengaruh seseorang melaksankan hak dan

kewajiban, berarti telah menjalankan suatu peran. Kita selalu menulis

28
kata peran tetapi kadan kita sulit mengartikan dan definisi peran

tersebut. Peran biasa juga disandingkan dengan fungsi dalam peran

tersebut diharapkan agar tugas pokok dan fungsi (tupoksi) tenaga

kesehatan sesuai dengan pendidikan dan keterampilan yang mereka

miliki. Sehingga tenaga kesehatan dapat menjalankan perannya sebagai

pelaksana pelayanan kesehatan di puskesmas dengan optimal.

(Notoadmodjo, 2007).

Peran petugas kesehatan dalam melakukan penyuluhan tentang

pentingnya imunisasi pada balita sangat penting, karena jika tidak

dilakukan penyuluhan oleh tenaga kesehatan ibu tidak faham akan

pentingnya imunisasi pada balita dan manfaatnya bagi balita

(Sunaryo,2013).

2.3.5 Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Pembangunan kesehatan adalah upaya untuk memenuhi salah

satu hak dasar rakyat terakses fasilitas pelayanan kesahatan karena

kesahatan adalah hak asasi manusia (Sulistyorini dkk, 2010).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 6 tahun 2013 fasilitas

pelayanan kesehatan dibagi menjadi tiga yaitu :

1. Fasilitas kesehatan tingkat pertama adalah jenis fasilitas pelayanan

kesehatan yang melayani dan melaksanakan pelayanan kesehatan

dasar.

29
2. Fasilitas kesehatan tingkat kedua adalah jenis fasillitas pelayanan

kesehatan yang melayani dan memberikan pelayanan kesehatan

dasar dan pelayanan kesehatan spesialistik

3. Fasilitas kesehatan tingkat ketiga adalah jenis pelayanan kesehatan

yang melayani dan melaksanakan pelayanan kesehatan dasar,

pelayanan kesehatan spesialistik, dan pelayanan kesehatan sub

spesialistik.

2.3.6 Pekerjaan

Ibu yang bekerja maupun yang tidak bekerja mempunyai

kesempatan yang sama untuk memperoleh informasi tentang imunisasi

dasar baik dari petugas kesehatan maupun berbagai media seperti TV,

radio.

Penelitian yang dilakukan oleh Yuliana Makamban (2014)

tentang faktor yang berhubungan dengan cakupan imunisasi dasar

lengkap pada bayi menunjukkan ada hubungan antara pekerjaan dengan

status imunisasi dasar pada bayi. Sebagian besar responden bekerja

sebagai ibu rumah tangga, karena itu ibu mempunyai banyak waktu 25

untuk mengimunisasi anaknya, tidak terburu-buru pulang karena alasan

bekerja. Ibu yang bekerja sebagai guru atau dosen tetapi digantikan oleh

orangtua untuk mnegimunisasi anaknya, namun tetap saja ada ibu yang

tidak mengimunisasi anaknya dengan alasan bekerjaan surat kabar.

30
2.4 Literatur Jurnal

Penulis / Metode
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Tahun Penelitian
Analisis faktor dominan Metode survei
Debi pengetahuan (p value =
yang berhubungan dan analitik
Agustini, 0,008), sikap (p value
mempengaruhi pada dengan
1 Supli = 0,032) ada hubungan
pemberian imunisasi pendekatan
Effendi dengan pemberian
polio di puskesmas Cross
Rahim imunisasi Polio
jakabaring tahun 2021 Sectional
Ada hubungan
Faktor yang
pengetahuan dengan
berhubungan dengan
Survei nilai p= 0,000 < 0,05,
cakupan pemberian
analitik ada hubungan sikap
imunisasi inaktif vaksin
Dian dengan dengan nilai p= 0,001
2 polio pada bayi umur 11-
Zuiatna pendekatan < 0,05, tidak ada
12 bulan di wilayah
cross hubungan antara
kerja puskesmas sei
sectional dukungan keluarga
kepayang barat
dengan nilai p= 0,362
kabupaten asahan
> 0,05
Survey
Ada hubungan antara
analitik
Hubungan antara pengetahuan dengan
dengan
pengetahuan dan sikap Sudarto imunisasi OPV
rancangan
3 ibu terhadap imunisasi Edi (p=0,024) dan ada
penelitian
opv di desa sindumartani Hartono hubungan antara sikap
case control
kabupaten sleman dengan imunisasi OPV
(retrospective
(p=0,045)
)
Hubungan tingkat
pengetahuan ibu tentang Penelitian
imunisasi polio dengan survey Adanya hubungan
waktu pemberian analitik antara tingkat
4 imunisasi polio di Sofiyati dengan pengetahuan Ibu yang
wilayah kerja puskesmas pendekatan memiliki anak balita
kedawung kecamatan waktu cross tentang imunisasi polio
kedawung kabupaten sectional
cirebon
Devi Ayu
Ada hubungan dengan
Faktor predisposisi yang Wulandari
kelengkapan imunisasi
mempengaruhi , Astri
dasar Polio di
kelengkapan imunisasi Pinilih , Metode
Puskesmas Susunan
5 dasar polio selama masa Tusy deskriptif
Baru yaitu
pandemi covid-19 di Triwahyun analitik
pengetahuan ibu (p
wilayah kerja puskesmas i, Devita
value = 0,000), sikap
susunan baru Febriani
ibu (p value =0.002
Putri

31
Hubungan pengetahuan
Adanya hubungan
ibu dan peran petugas Penelitian
signifikan antara
kesehatan terhadap analitik
pengetahuan ibu dan
rendahnya cakupan dengan
Eprina peran petugas
6 imunisasi ipv menggunakan
Intami kesehatan dengan
(incativated polio pendekatan
pemberian imunisasi
vaccine) di puskesmas cross
IPV (Incativated Polio
paal merah ii kota jambi sectional
Vaccine)
tahun 2021
Hasil uji rank
Nisrina spearman diketahui
Determinan pemanfaatan Aliftya, terdapat hubungan
Kuantitatif
pelayanan imunisasi Septo antara tenaga
dengan desain
polio dalam masa Pawelas kesehatan dan
7 penelitian
pandemi covid-19 di Arso, pemanfaatan pelayanan
cross
puskesmas srondol kota Wulan imunisasi polio dalam
sectional.
semarang Kusumast masa pandemi Covid-
uti 19 di Puskesmas
Srondol (p=0,000)

2.5 Kerangka Teori

Gambar 2.2.Kerangka Teori

Modifikasi Suparyanto, 2011 ; (Fitriani, 2017)

32
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang

hubungan atau kaitan antara konsep- konsep atau variabel- variabel yang akan

diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo,

2018)

Berdasarkan rumusan masalah faktor-faktor perilaku yang

berhubungan dengan pemberian Imunisasi polio yaitu pengetahuan ibu, sikap

dan dukungan suami

Pengetahuan ibu didapatkan dari pendidikan atau pengalaman serta

informasi yang didapat seseorang. Semakin tinggi pengetahuan ibu tentang

imunisasi maka mereka akan memberikan imunisasi dengan baik dan tepat.

Begitu juga sebaliknya jika ibu memiliki pengetahuan rendah, maka mereka

akan memberikan imunisasi dengan tidak baik dan tidak tepat.

Sikap ibu dalam pemberian imunisasi menunjukkan bahwa mayoritas

ibu memiliki sikap yang baik. sikap baik ibu dalam memberikan imunisasi

polio ditunjukkan dengan bahwa ibu setuju bahwa anaknya harus diberikan

imunisasi secara lengkap karena imunisasi penting bagi kesehatan

Dukungan suami dalam imunisasi adalah keikutsertaan suami atau

usaha suami untuk memberikan motivasi ibu agar memberikan imunisasi

dasar lengkap pada bayinya. Peran suami dalam program imunisasi adalah 38

mendorong ibu untuk melindungi bayinya dari penyakit yaitu memberikan

33
kekebalan tubuh untuk bayi yaitu dengan imunisasi. Kerangak konsep dapat

dituangkan dalam bagan berikut ini :

Bagan 2
Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan Ibu

Pemberian
Sikap Ibu
Imunisasi Polio

Dukungan Suami

3.2 Hipotesis

3.2.1 Hipotesis Mayor

Ada hubungan antara pengetahuan, sikap dan dukungan suami

secara simultan dengan kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi polio

pada balita di Puskesmas Muara Lawai Kabupaten Lahat tahun 2023

4.1 Sub Hipotesis

1. Ada hubungan pengetahuan secara parsial dengan kepatuhan ibu dalam

pemberian imunisasi polio pada balita di Puskesmas Muara Lawai

Kabupaten Lahat tahun 2023 .

2. Ada hubungan sikap secara parsial dengan kepatuhan ibu dalam pemberian

imunisasi polio pada balita di Puskesmas Muara Lawai Kabupaten Lahat

tahun 2023

34
3. Ada hubungan dukungan suami secara parsial dengan kepatuhan ibu dalam

pemberian imunisasi polio pada balita di Puskesmas Muara Lawai

Kabupaten Lahat tahun 2023

35
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan metode

pendekatan Cross Sectional dimana data variabel-variabel independen

(pengetahuan ibu, sikap dan dukungan suami) dan variabel dependen

(imunisasi polio) dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. (Notoadmodjo,

2018)

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1 Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Jumi-Juli tahun 2023

4.2.2 Tempat Penelitian

Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Puskesmas Muara Lawai

Kabupaten Lahat

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek yang menjadi sasaran

kegiatan penelitian, (Notoatmodjo, 2018). Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita yang datang ke

puskesmas Muara Lawai Tahun 2023 berjumlah 110

36
4.3.2 Sampel Penelitian

Pengambilan sampel melakukan teknik accidental sampling

yaitu sebagian ibu yang mempunyai balita yang berada di wilayah kerja

Puskesmas Muara Lawai tahun 2023. Penentuan besar sampel minimal

dalam penelitian ini dihitung dengan rumus Sampel Slovin, yaitu


N
n=
1 + Ne2

Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Tingkat Kesalaham dalam Penelitian (0,05)

110
n=
1 + 110 (0,05)2

110
= 1 + 0,275

= 86,27 dibulatkan menjadi 87

Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu:

1. Ibu yang memiliki balita bersedia diikutsertakan dalam penelitian dan

hadir saat pengambilan data.

2. Responden dapat membaca dan menulis.

3. Responden memiliki buku KIA.

4. Ibu yang berada di wilayah Kerja Puskesmas gelumbang

Kriteria eksklusi:

1. Tidak membawa Buku KIA

2. Ibu tidak berada ada ditempat saat penelitian dilakukan

37
4.4 Pengumpulan Data

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dengan

wawancara. Kuesioner yang diberikan berisi beberapa pertanyaan terkait

faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi ibu untuk memberikan imunisasi \

polio kepada balita

4.5 Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo, (2018) Data yang dihasilkan dari penelitian

diolah dengan langkah-langkah :

1. Editing (pengeditan)

Meneliti kembali apakah jawaban pada lembar Check List sudah cukup

baik sehingga dapat diproses

2. Coding (pengkodean)

Mengklasifikasikan jawaban yang ada menurut macamnya ke dalam

bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode.

3. Entry (pemasukan)

Yaitu data yang telah selesai di coding dan di editing selanjutnya

dimasukan kedalam tabulasi.

4. Cleaning (pembersihan data)

Data yang dimasukkan ke dalam tabel diperiksa kembali untuk mengoreksi

kemungkinan kesalahan.

38
4.6 Analisis Data

4.6.1 Analisis Univariat

Analisis ini untuk mengetahui distribusi frekuensi yang akan di

lakukan terhadap pengetahuan ibu, sikap dan dukungan suami sebagai

variabel independen dan pemberian imunisasi polio sebagai variabel

dependen dari hasil penelitian yang di buat secara naratif.

4.6.2 Analisa Bivariat

Dimaksudkan untuk mengetahui hubungan variabel independen

dengan variabel dependen dengan dilakukan uji chi-square, dengan

batas kemaknaan α = 0,05 keputusan hasil statistik diperoleh dengan

cara membandingkan nilai p (p value) dengan nilai α.

Keputusannya :

1. Bila p value ≤ 0,05 berarti ada hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen.

2. Bila p value > 0,05 berarti tidak ada hubungan antara variabel

independent dengan variabel dependen. (Sutanto, 2006)

4.6 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Variabel Dependen

Variabel Definisi Cara Alat Hasil Skala


Ukur Ukur Ukur Ukur

Imunisasi Imunisasi yang melihat Buku 1=lengkap Ordin


polio diberikan untuk buku KIA dan ,jika al
mencegah KIA Cekh sudah
mendap

39
penyakit polio list atkan
imunisa
si polio
2=TidakLe
ngkap,ji
ka
Belum
mendap
atkan
imunisa
si polio

Variabel Independen

Tingkat Kemampuan ibu Wawanc Kuesion 1=Baik, ordina


Pengetahua dalam menjawab ara er jika nilai > l
n pertanyaan yang 70
diajukan tentang
imunisasi polio 2= Kurang
baik ; jika
nilai ≤ 70
(Arikunto,
(2006)

Sikap Ibu Reaksi atau Wawanc Kuesion 1=Baik, Ordina


respons seseorang ara er jika nilai > l
yang masih 70
tertutup terhadap
suatu stimulus 2= Kurang
atau objek baik ; jika
nilai ≤ 70

Dukungan Dorongan yang Wawanc Kuesion 1= Ordina


Suami diberikan suami ara er Mendukun l
berupa moril dan g : jika
materil dalam hal skor
mewujudkan ≥mean
sesuatu
2= Tidak
mendukun
g : jika

40
skor
<mean

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

41
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN IBU
DALAM PEMBERIAN IMUNISASI POLIO PADA BALITA DI
PUSKESMAS MUARA LAWAI KABUPATEN LAHAT
TAHUN 2023

Saya adalah mahasiswa Program S1 Kebidanan Universitas Kader Bangsa

Palembang. Penelitian ini dianjurkan sebagai salah satu kegiatan dalam

menyelesaikan tugas akhir di program studi S1 Kebidanan Universitas Kader

Bangsa Palembang. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi “faktor-faktor

yang mempengaruhi kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi polio pada

balita di puskesmas muara lawai kabupaten lahat tahun 2023”.

Saya mengharapkan tanggapan yang diberikan tanpa dipengaruhi oleh

orang lain. Informasi yang diberikan ibu hanya akan digunakan untuk

pengembangan ilmu kebidanan dan tidak akan dipergunakan untuk bermaksud

lain. Partisipasi dari saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, saudara bebas

menjawab semua pernyataan tanpa sanksi apapun. Jika saudara bersedia menjadi

peserta penelitian ini silahkan saudara menandatangani surat persetujuan ini pada

tempat yang telah disediakan di bawah ini sebagai bukti sukarela saudara.

Palembang, 2023

Responden Peneliti

PERTANYAAN KUESIONER

42
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN IBU
DALAM PEMBERIAN IMUNISASI POLIO PADA BALITA DI
PUSKESMAS MUARA LAWAI KABUPATEN LAHAT
TAHUN 2023

Identitas responden
1. Nama :
2. Alamat :
3. Umur :
4. Pendidikanterakhir :
5. Pekerjaan :
6. Penghasilanperbulan :
7. Pekerjaansuami :
8. Jumlah anak dalam keluarga:

A. Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Polio


PETUNJUK PENGISIAN ANGKET
1. Jawablah pertanyaan ini dengan jujur
2. Jawaban dijawab sendiri tidak boleh diwakilkan
3. Jawaban saudara akan dirahasiakan dan tidak dipublikasikan
4. Berilah tanda (X) pada salah satu jawaban yang anda anggap benar.

PERTANYAAN
1. Apa pengertian imunisasi Polio?
a. Imunisasi untuk mempertahankan tingkat kekebalan anak terhadap
penyakit polio
b. Imunisasi yang diberikan saat anak masih bayi
c. Imunisasi yang membahayakan dan tidak perlu diberikan
2. Imunisasi polio adalah imunisasi yang sifatnya ?
a. Dihindari
b. Diwajibkan
c. Dianjurkan
3. Imunisasi polio termasuk imunisasi rutin, yang dimaksud imunisasi rutin
adalah ?
a. Dilaksanakan secara terus menerus sesuai jadwal
b. Dilaksanakan ketika ada wabah penyakit saja
c. Dilaksanakan sewaktu-waktu

4. Apa tujuan diberikan imunisasi polio?

43
a. Untuk menghindarkan anak agar tidak mudah terkena penyakit
menular
b. Untuk menghindarkan anak agar tidak cengeng
c. Untuk menambah nafsu makan anak
5. Apa manfaat imunisasi polio untuk anak ?
a. Untuk menurunkan kesehatan anak
b. Untuk mempercepat pertumbuhan anak
c. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak
6. Penyakit apa saja yang dapat dicegah dengan imunisasi polio?
a. Polio
b. Radang otak dan campak
c. Batuk dan cacingan
7. Imunisasi polio yang diberikan pada balita untuk mencegah penyakit apa ?
a. Tetanus
b. Polio
c. Campak
8. Sebelum di imunisasi ibu harus memastikan anak dalam kondisi ?
a. Kenyang
b. Sehat
c. Sakit
9. Yang selama ini ibu ketahui dalam memberikan imunisasi, tenaga
kesehatan memberikannya dengan cara apa ?
a. Disuntikkan
b. Dikompreskan
c. Ditetes
10. Bagaimana kondisi wajar yang biasanya anak rasakan sehari setelah di
imunisasi ?
a. Gatal-gatal alergi
b. Tidak ada keluhan
c. Kemerahan, bengkak pada lokasi suntikan atau demam

B. Sikap Responden

1. Apakah ibu setuju dengan adanya program imunisasi dasarlengkap?


a. Setuju
b. Tidak setuju
2. Apakah ibu yakin bahwa imunisasi Polio dapat mencegah penyakit Polio?
a. Yakin
b. Tidak yakin

3. Apakah ibu takut bila anak ibudiimunisasi?

44
a. Takut
b. Tidaktakut
Bila ‘takut’ mengapa?
a. Takut anaknya menjadidemam
b. Takut anaknya menjadikejang
c. Takut anaknya menjadilumpuh
4. Menurut ibu perlukah imunisasi Polio Idiberikan?
a. Perlu
b. Tidakperlu
5. Menurut ibu perlukah imunisasi Polio IIdiberikan?
a. Perlu
b. Tidakperlu
6. Menurut ibu perlukah imunisasi Polio IIIdiberikan?
a. Perlu
b. Tidakperlu
7. Menurut ibu perlukah imunisasi Polio IVdiberikan?
a. Perlu
b. Tidakperlu
8. Apakah ibu bersedia membantu petugas kesehatan
untukmemberi informasi mengenai program imunisasi
dasarlengkap?
a. Ya
b. Tidak
Bila ‘ya’ bagaimana caranya?
a. Memberitahu tetangga tentang pentingnyaimunisasi
b. Mengajak tetangga untuk mengikuti jadwalimunisasi
c. Memberitahu petugas kesehatan tentang keluarga yangbelum
mengikutiimunisasi
9. Apakah ibu akan tetap turut serta mengikuti program
imunisasidasar lengkap walaupun jarak ke
Puskesmas/Posyandujauh?
a. Ya
b. Tidak

45
C. Kuesioner Dukungan Suami
NO. PERTANYAAN DUKUNGAN SUAMI YA TIDAK
Dukungan Informasi
1. Apakah suami selalu mengingatkan ibu ketika jadwal
imunisasi
2. Apakah suami selalu mendampingi ibu ketika jadwal
imunisasi
3. Apakah suami selalu mengajak ibu keposyandu untuk
mendapatkan imunisasi sesuai jadwal yang ditentukan
4. Apakah suami ibu memperhatikan keadaan anak saat
anak demam setelah imunisasi
Dukungan Penilaian
5. suami selalu menyediakan obat penurun demam
apabila bayi mengalami demam setelah imunisasi
6. Apakah suami ibu pernah memeriksa buku KMS/KIA
setelah anak melaksanakan Imunisasi
Dukungan Instrumental
7. Apakah suami memperhatikan kelengkapan imunisasi
dasar pada bayi sebelum berusia 1 tahun
8. Apakah suami menyediakan alat transportasi kepada ibu
agar ibu dapat pergi ketempat pelayan imunisasi
Dukungan Emosional
9.. Apakah suami tidak pernah mengajak ibu ke
posyandu untuk mendapatkan imunisasi agar anaknya
tidak mudah terkena penyakit menular.
10. Apakah suami selalu memberikan perhatian kepada
ibu ketika anaknya sakit setlah menapatkan imunisasi.
11. Apakah suami selalu mengingatkan ibu tentang
dampak atau akibat jika bayi tidak di imunisasi
12. suami menganjurkan ibu agar tetap melakukan
imunisasi lanjutan meskipun pada imunisasi sebelumnya
anak demam saat melakukan imunisasi.
Jumlah Skor

46

Anda mungkin juga menyukai