Anda di halaman 1dari 9

ESSAY MINAT PENELITIAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN


IMUNISASI DASAR PADA BAYI USIA 0-12 BULAN DI POSYANDU
DESA BAHINTOM PUSKESMAS PURUK CAHU SEBERANG 2022

Oleh :

DAMARIS TARUK 113063C1221033

PROGRAM SARJANA KEPERAWAN DAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
2022
Salah satu bentuk atau usaha dalam pencegahan kematian neonatal,
bayi dan balita yaitu melalui pemberian imunisasi. Imunisasi merupakan suatu
cara yang dilakukan untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu antigen, sehingga jika ia terpapar lagi dengan antigen yang sama
maka tidak akan lagi menderita penyakit tersebut (KemenKes RI 2019).
Imunisasi merupakan salah satu jenis usaha yang dapat memberikan
kekebalan pada anak dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh yang
bertujuan untuk membentuk zat anti untuk mencegah terhadap penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi diantaranya adalah polio, campak, hepatitis B,
tetanus, pertusis, difteri, pneumonia, dan meningitis (KemenKes RI 2019).
Tujuan utama kegiatan imunisasi adalah menurunkan angka kesakitan
dankematian akibat Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3l).
PD3l adalah penyakit-penyakit menular yangsangat potensial untuk menimbulkan
wabah dan kematian terutama pada balita. Sebelum kegiatan imunisasi
dipergunakan secara luas di dunia, banyak anak yang terinfeksi seperti penyakit
tuberculosis, difteri, pertusis, campak, tetanus, polio, serta hepatitis B (Mulyani
2018).
Imunisasi dasar lengkap yang di berikan pada bayi usia 0 – 9 bulan meliputi
3 dosis vaksin Hepatitis B untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit
yang dapat merusak hati, 1 dosis vaksin BCG untuk upaya pencegahan penyakit
jenis infeksi tuberkulosis, 4 dosis vaksin Polio untuk mencegah penyakit
poliomyelitis yang bisa menyebabkan kelumpuhan, 3 dosis vaksin DPT untuk
menimbulkan kekebalan aktif terhadap beberapa penyakit difetri yaitu radang
tenggorokan, dan 1 dosis vaksin Campak untuk mencegah penyakit
campak.(KemenKes RI 2019).
Vaksinasi rutin secara global perlu diprioritaskan di negara dengan jumlah
bayi yang tidak divaksinasi masih tergolong tinggi. Pada tahun 2018, terdapat
19.4 juta bayi di seluruh dunia yang tidak mendapatkan layanan imunisasi rutin
dan lengkap, lebih dari setengah jumlah bayi tersebut hidup di 10 negara, salah
satunya Indonesia (Hafid, Martini, dan Devy 2018) Beberapa alasan bayi tidak
mendapatkan imunisasi lengkap yaitukarena alasan informasi, motivasi
dansituasi. Alasan informasi berupa kurangnya pengetahuan ibu tentang
kebutuhan, kelengkapan dan jadwal imunisasi, ketakutan akan imunisasi dan
adanya persepsi salah yang beredar dimasyarakat tentang imunisasi. Akan tetapi
yang paling berpengaruh anak sakit adalah ketidaktahuan ibu akan pentingnya
imunisasi (KemenKes RI 2019).
Peran seorang ibu dalam program imunisasi sangat penting, sehingga
pemahaman tentang imunisasi sangat diperlukan. Begitu juga dengan
pengetahuan, kepercayaan dan perilaku kesehatan orang tua. Kurangnya
sosialisasi dari petugas kesehatan menyebabkan masalah rendahnya pengertian,
pemahaman dan kepatuhan ibu dalam program imunisasi. Berdasarkan data
tersebut dapat disimpulkan bahwa upaya promotif dan preventif belum berjalan
secara maksimal (Triana 2015).
Menurut laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Puruk Cahu 2016, Cakupan
Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) Puskesmas di Puruk Cahu pada tahun 2020
sebesar 95,3%. Angka ini menurun jika dibandingkan dengan capaian tahun 2019,
yaitu sebesar 98,3%. Capaian tahun 2020 juga belum memenuhi target Renstra
pada tahun 2019 yang sebesar 100%, Puskesmas Puruk Cahu belum mencapai
target untuk cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi yaitu sebesar 93,6% dari
target yang hendak dicapai sebanyak 100%. (Dinkes Kab. Murung Raya 2020).
Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian rekam medik Puskesmas
Puruk Cahu pada bulan Januari sampai Agustus 2021 menunjukan bahwa jumlah
sasaran pada bayi sebanyak 940, dan terdapat 659 orang yang mendapatkan
imunisasi dasar, dengan presentase cakupan imunisasi dasar lengkap sebesar
70,1%, sedangkan Imunisasi BCG sebesar 73,1%, Imunisasi DPT sebesar 63%,
Imunisasi polio sebesar 77%, Imunisasi IPV sebesar 51,0% dan Imunisasi
Campak sebesar 61,4%, Puskesmas Puruk Cahu belum mencapai target tahunan
untuk cakupan imunisasi dasar yaitu sebesar 98% (Puskesmas Puruk Cahu 2020).
Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar pada bayi usia 0-12 bulan
di Di Posyandu Desa Bahintom Puskesmas Puruk Cahu Seberang.
Reference :

A. Aziz Alimul Hidayat. 2019. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika.
Depkes RI. 2020. Sarana Kesehatan. Jakarta: Dinas Kesehatan Republik
Indonesia.

Dinkes Kab. Tegal. 2019. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2015. Tegal:
Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal.

Efendi, Ferry, dan Makhfud. 2019. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Fida, dan Maya. 2020. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Yogyakarta: Diva Press.

Fitriyani, Amin Dewi. 2019. “Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta 2013,” 59.

Hafid, Wahyuni, Santi Martini, dan Shrimarti Devy. 2019. “Faktor Determinan
Status Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Di Puskesmas Konang Dan
Geger Tahun 2016.” Bangkalan Jawa Timur: Universitas Airlangga.

Hidayat. 2019. Pengantar Ilmu keperawatan anak. Jakarta: Salemba Medika.

Kadir, Lisa, Fatimah, dan Hj.Hadia. 2019. “Pengetahuan dan Kepatuhan Ibu Pada
Pemberian Imunisasi Dasar Bagi Bayi.” Sulawesi Selatan: Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar.

KemenKes RI. 2020. Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

Maryunani. 2020. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: TIM.


Mubarak, dan Wahid Ikbal. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha
Ilmu. Mulyani, Nina Siti. 2013. Imunisasi Untuk Anak. 1 ed. Makassar:
Nuha Medika.
Notoatmodjo, S. 2020. Promosi Ilmu Kesehatan Dan Ilmu Prilaku. Jakarta:
Rineka Cipta.
ESSAY MINAT PENELITIAN
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENIMBANGAN
BALITA DI POSYANDU DESA BAHINTOM PUSKESMAS
PURUK CAHU SEBERANG 2022

Oleh :

DAMARIS TARUK 113063C1221033

PROGRAM SARJANA KEPERAWAN DAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
2022
Masa anak usia dini merupakan suatu periode keemasan yang sangat peka
terhadap lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek. Periode ini disebut
sebagai masa keemasan (The golden period) perkembangan anak, jendela
kesempatan (The window of opportunity) dan masa kritis (Critical period). Masa
ini merupakan masa peka atau sensitif, masa pertumbuhan yang cepat dan penting
(Siswanto, 2019).
Tumbuh kembang seorang anak dapat dikontrol sejak dini,pemantauan
pertumbuhan balita sangat penting dilakukan sejak awal untuk mengetahui adanya
gangguan pertumbuhan (growth faltering) (Syafrudin dkk, 2019). Pertumbuhan
pada balita dapat dipantau melalui penimbangan berat badan anak setiap bulan
(Kemenkes RI, 2013). Buku kesehatan ibu dan anak (Buku KIA) adalah buku
catatan dan informasi tentang kesehatan ibu dan anak yang merupakan gabungan
beberapa kartu kesehatan termasuk didalamnya Kartu Menuju Sehat (KMS) dan
kumpulan berbagai penyuluhankesehatan (DEPKES RI, 2019).
Buku KIA memuat bentuk dan kartu asli dari KMS. Gambar diatas KMS
balita menunjukkan perkembangan anak sesuai dengan umur. Selain itu
didalamnya dapat juga diperoleh waktu yang tepat untuk imunisasi,periode
pemberian ASI eksklusif,jadwal pemberian vitamin A, serta grafik tinggi dan berat
badan anak. Secara keseluruhan akan memberikan gambaran pertumbuhan dan
perkembangan anak selama lima tahun pertama kehidupannya (DEPKES RI
2019).
Pemantauan pertumbuhan balita yang dilakukan setiap bulan menunjukkan
bahwa persentase balita umur 6-59 bulan yang tidak pernah ditimbang dalam
enam bulan terakhir cenderung meningkat dari 25,5 % (2007), 23,8 % (2010)
menjadi 34,3 % (2019) (Kemenkes RI, 2019). Menurut Kemenkes tahun 2019
terdapat hubungan antara balita yang ditimbang dengan status gizi buruk dan
kurang. Balita yang ditimbang tidak teratur memiliki resiko 1,5 kali mengalami
gagal tumbuh dibandingkan yang ditimbang teratur (Ramadini, 2018).
Usia antara 0-5 tahun adalah periode yang sangat penting bagi pertumbuhan
anak, oleh sebab itu balita perlu ditimbang secara teratur sehingga dapat diikuti
pertumbuhan berat badannya. Anak yang sehat akan tumbuh pesat, bertambah
umur bertambah berat badannya. Agar kegiatan penimbangan dapat mempunyai
makna secara efektif dan efisien, maka hasil penimbangan setiap balita dapat
dicantumkan pada grafik dalam KMS balita, kemudian dipantau garis
pertumbuhannya setiap bulannya, sehingga setiap anak dapat diketahui
kesehatannya sejak dini (Supairasa, dkk, 2018).
Pertumbuhan dan perkembangan balita dipengaruhi oleh banyak faktor baik
secara langsung maupun tidak langsung. Penyebab langsung yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan balita adalah konsumsi makanan, pelayanan
kesehatan dasar, dan pola asuh sedangkan penyebab tidak langsungnya adalah
tingkat partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu, yang dalam pelaksanaannya ibu
mendapat pengetahuan dan ketrampilan. Pemantauan pertumbuhan balita melalui
penimbangan berat badannya setiap bulan menunjukkan bahwa presentase balita
umur 6-59 bulan yang tidak pernah ditimbang dalam 6 bulan terakhir cenderung
meningkat dari 25,5% (2007) menjadi 34,4 % (2013). Pemantauan pertumbuhan
anak balita selama 6 bulan terakhir idealnya anak balita ditimbang minimal 4 kali
(Kemenkes RI, 2019).
Hasil survey demografi dan kesehatan Indonesia angka kematian bayi berada
kisaran 34/1000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2019) Anak balita merupakan
golongan yang rentan terhadap masalah kesehatan. Gangguan kesehatan yang
terjadi pada balita dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan baik
pada masa balita maupun masa berikutnya (Supriasa, 2018). Upaya untuk
memantau pertumbuhan dan perkembangan balita salah satunya adalah dengan
posyandu.
Posyandu merupakan garda depan kesehatan balita dimana pelayanan yang
diberikan di posyandu sangat dibutuhkan untuk memberikan kemudahan dan
keuntungan bagi kesehatan masyarakat khususnya. Posyandu juga merupakan
salah satu pelayanan kesehatan yang dapat memudahkan ibu untuk mengetahui
kesehatan anaknya berdasarkan buku KIA (Airin, 2019).
Posyandu merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan dan merupakan
bagian dari pembangunan kesehatan yang di programkan pemerintah yang
bertujuan untuk mempercepat penurunan angka kematian bayi (Infant mortalily
rate), angka kelahiran bayi (birth rate), dan angka kematian ibu (maternal
mortalily rate), serta dalam rangka mempercepat terwujudnya Norma Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera(NKKBS) (Nugroho, 2018).
Pemantauan berat badan balita akan berhasil dengan baik apabila ada
partisipasi aktif dari masyarakat yang ditandai dengan tingkat kehadiran ibu
menimbang anaknya di posyandu. Bentuk partisipasi ibu yang membawa balita
datang ke posyandu dalam program gizi dikenal dengan istilah D/S dimana D
adalah jumlah balita yang ditimbang dan S adalah jumlah semua balita yang ada
diwilayah kerja. Penurunan partisipasi ibu dalam upaya kesehatan tersebut dapat
dilihat dari pemanfaatan posyandu oleh keluarga yang mempunyai anak balita
yaitu perbandingan antara jumlah anak balita yang di bawa keposyandu dengan
jumlah anak balita seluruhnya dalam satu wilayah kerja posyandu proporsinya
masih rendah. Adapun standar pelayanan minimal untuk D/S adalah 80 %.
Cakupan penimbangan balita (D/S) sangat penting karena merupakan indikator
yang berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi balita, cakupan pelayanan dasar
khususnya imunisasi dan prevalensi gizi kurang. Semakin tinggi cakupan D/S,
semakin tinggi cakupan Vit.A dan semakin tinggi cakupan imunisasi (Depkes RI,
2020).
Menurut hasil penelitian (Ismawati, dkk, 2019) Cakupan penimbangan ada
kaitannya dengan faktor internal ibu balita seperti: tingkat pendidikan ibu balita,
yang berkaitan dengan umur dan perkembangan gizi balita dan jarak tempat
penimbangan balita yang terlalu jauh, kurang menariknya sarana dan prasarana
ditempat pelaksanaan penimbangan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Puslit bang Gizi Bogor (2007) dapat
diketahui bahwa penimbangan balita secara rutin dan diimbagi dengan penyuluhan
serta pemberian makanan tambahan pada setiap bulan penimbangan di posyandu
dalam kurung waktu 3 bulan dapat menurunkan angka kasus gizi buruk dan gizi
kurang.
Berdasarkan data Rikesda (2020) di Indonesia, 50 % balita tidak melakukan
penimbangan tertatur di posyandu. Riset ini sekaligus menunjukkan
kecenderungan semakin bertumbuh umur seorang balita, maka tingkat kunjungan
ke posyandu untuk melakukan penimbangan rutin semakin menurun. Kondisi ini
salah satunya dipengaruhi oleh cara pandang orang tua yang merasa anaknya tidak
perlu lagi di bawa ke posyandu seiring dengan pertambahan umur.
Perilaku orangtua yang seperti ini disinyalir menjadi penyebab anak
berdampak gizi buruk dan sering sakit. Rendahnya peran serta masyarakat untuk
datang ke posyandu disebabkan adanya beberapa faktor yaitu umur balita, jumlah
anak, jarak dari rumah ke posyandu terlalu jauh, kurangnya pengetahuan ibu
tentang pentingnya berkunjung ke posyandu (Ismawati,dkk, 2019). Hasil
penelitian Sandjaja, cakupan penimbangan anak balita terendah terdapat di
Sumatera Utara (29,6%). Survei awal yang di dapat dari UPTD Puskesmas Huruna
pada tahun 2018 jumlah keseluruhan balita 852 orang yang rutin datang di
posyandu untuk ditimbang rata rata 676 orang yang masih belum datang
diposyandu untuk ditimbang balita sekitar 176 orang (20.6 %).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti
tentang Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Penimbangan Balita di Posyandu
Desa Bahintom Puskesmas Puruk Cahu Seberang 2022.

Reference :
Ekowati, Diah. 2019 . Upaya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan kader
tentang Antropometri:Universitas Muhammadiyah Surakarta
Fadjri, T. Khairul 2016 Kualitas hasil penimbangan oleh kader posyandu. Aceh
nutrision journal
Hardiyanto Rosliana. 2019. Pengetahuan, Pendidikan Akurasi hasil penimbangan
berat badan oleh kader posyandu, Skrip Jakarta ; Universitas Esa Unggul
Notoatmojo sukidjo 2019. Kesehatan masyarakat: ilmu dan seni Rineka Cipta,
Jakarta
Nugroho, 2018 Kartu Menuju Sehat. Dinkes, 2018 Nursalam, 2019 dikutip dari
THOMSYANG
Rikesdas. 2019. Riset Kesehatan Dasar .Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Republik Indonesia.
SDKI. 2019. Survei Demografi dan Kesehatan. Soetejdo ningsih , 2018 Berat
badan normal bayi lahir.
Sembiring, 2020. Posyandu merupakan alat komunikasi,Jakarta Supariasa,dkk.
2019. Penilaian status gizi, Jakarta. EGC Sudayasa, 2020. Pelayanan KIA
terpadu.

Anda mungkin juga menyukai