IMUNISASI
TAHUN 2022
Dengan memanjatkan puji dan syukur dan atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha
Kuasa, Perencanaan Program Imunisasi BLUD UPTD Puskesmas Banjar 2 tahun 2022 telah
selesai disusun.
Rendahnya pengetahuan ibu balita dan anak sekolah diwilayah kerja Puskesmas
Banjar 2 membuat kami terpanggil untuk memperbaiki kinerja kami dalam mengatasi
masalah kesehatan khususnya kecacingan, dokumen perencanaan program ini disusun
sebagai gambaran penyelenggaraan kegiatan Program Kecacingan untuk meningkatkan
indikator kinerjanya dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah
kerja di tahun yang akan datang.
Akhir kata kami sampaikan terimakasih dan penghargaan kepada semua pihak yang
telah berpartisipasi dalam penyusunan dokumen ini. Kami menyadari bahwa Perencanaan
Program ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh sebab itu kami sangat
mengharapkan masukan, saran dan kritik sebagai upaya kita bersama untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
A. Latar Belakang
Imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat paling efektif dan efisien
dalam mencegah penyakit dan menurunkan angka kematian seperti cacar, polio,
tubercolosis, hepatitis B, difteri, campak, rubella dan sindrom kecacatan bawaan akibat
rubella (congenital rubella syndrome/CRS), tetanus, pneumonia (radang paru) serta
meningitis (radang selaput otak). Pelaksanaan imunisasi pada balita menyelamatkan
sekitar 2–3 juta nyawa di seluruh dunia setiap tahun dan berkontribusi besar pada
penurunan angka kematian bayi global dari 65 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun
1990 menjadi 29 pada tahun 2018 (Nandi & Shet, 2020). Pelaksanaan imunisasi
diharapkan dapat menurunkan jumlah balita yang meninggal akibat penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (PD31) (InfoDatin Kementerian Kesehatan, 2016). Namun
dalam beberapa tahun terakhir, angka kematian balita akibat penyakit infeksi yang
seharusnya dapat dicegah dengan imunisasi masih terbilang tinggi. Laporan WHO tahun
2020 menyebutkan bahwa terdapat 20 juta anak belum mendapatkan pelayanan
imunisasi untuk balita di seluruh dunia secara rutin setiap tahun. Tingginya jumlah anak
yang belum mendapatkan imunisasi mengakibatkan beberapa penyakit yang dapat
menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian, yang seharusnya dapat dicegah dengan
vaksin, muncul kembali di negara maju dan 2 berkembang. Penyakit tersebut antara lain
campak, pertusis, difteri dan polio (Hidayah et al., 2018; UNICEF, 2020). Kejadian
kematian anak berusia bawah lima tahun (balita) pada negara berkembang mengalami
peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu faktor yang menyebabkan
kematian pada anak adalah daya tahan tubuh anak yang belum sempurna. Jumlah
kematian balita yang terjadi di Tiongkok antara tahun 1996 sampai dengan tahun 2015
yaitu sebanyak 181.600 balita. Dari total jumlah kematian tersebut sebanyak 93.400
(51%) kematian balita terjadi pada neonatus yang mayoritas disebabkan oleh penyakit
pneumonia. Sedangkan di Afrika penyakit pneumonia, diare dan campak menjadi
penyebab setengah dari kematian anak (He et al., 2017; Liu et al., 2015; Sari & Nadjib,
2019). Gambaran cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia tahun 2016-2018 yaitu
pada tahun 2016 sebesar 91,58%. Pada tahun 2017 cakupan imunisasi dasar lengkap
mengalami penurunan menjadi 85,41%. Pada tahun 2018 cakupan imunisasi dasar
lengkap kembali mengalami penurunan dari tahun 2017 yaitu 57,95% (Azis et al., 2020;
Riskesdas, 2018). Data pada tahun 2019 cakupan imunisasi rutin di Indonesia masih
dalam kategori kurang memuaskan, dimana cakupan Pentavalent-3 dan MR pada tahun
2019 tidak mencapai 90% dari target. Padahal, program imunisasi dasar diberikan
secara gratis oleh pemerintah di Puskesmas serta Posyandu (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2020; WHO, 2020). Pandemi COVID-19 menyebabkan lebih dari
125 juta kasus positif yang dikonfirmasi dan 2.748.737 kematian yang dilaporkan di
seluruh dunia sampai tanggal 26 Maret 2021 mendorong perubahan drastis dalam
norma sosial global 3 termasuk penyediaan layanan kesehatan. Hal ini tentunya memiliki
implikasi yang signifikan terhadap upaya pengendalian penyakit menular lainnya dan
penyakit yang dapat dicegah melalui program imunisasi (Chandir et al., 2020; WHO,
2021). Penurunan cakupan pelaksanaan imunisasi dasar lengkap akan menyebabkan
tidak terbentuknya kekebalan pada bayi dan balita sehingga akan menurunkan derajat
kesehatan anak (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Pandemi COVID-
19 yang terjadi pada empat bulan pertama tahun 2020, WHO mencatat adanya
penurunan jumlah anak yang mendapatkan vaksin difteri, tetanus dan pertusis (DTP3).
Data ini merupakan suatu hal yang tidak wajar karena baru pertama kalinya dalam 28
tahun, terjadi penurunan cakupan DTP3. Selain itu, adanya pandemi COVID-19
menyebabkan setidaknya 30 kampanye vaksinasi campak dibatalkan atau berisiko
dibatalkan oleh WHO dan UNICEF. Hal tersebut nantinya dikhawatirkan dapat
menyebabkan wabah penyakit lain. Sampai dengan bulan Mei 2020, tiga perempat dari
82 negara melaporkan gangguan terkait program imunisasi akibat pandemi COVID-19
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Hasil penelitian yang dilakukan di
Jawa Barat menunjukkan adanya penurunan cakupan imunisasi dasar setelah adanya
pandemi COVID-19 dari 79% menjadi 64% (Diharja et al., 2020). Hal tersebut
mendukung hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Puskesmas
Blahbatuh 1 dan Klinik Utama Vidyan Medika yang menunjukkan adanya penurunan
cakupan pelaksanaan imunisasi dasar lengkap setelah adanya pandemi COVID-19 yaitu
lebih dari 11%. Oleh karena itu, identifikasi terhadap faktor-faktor yang 4 memengaruhi
cakupan imunisasi dasar lengkap merupakan hal yang penting untuk mengetahui
penyebab penurunan cakupan imunisasi dasar lengkap. Hasil beberapa penelitian
menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang memengaruhi pelaksanaan
imunisasi dasar lengkap yaitu umur ibu, umur ibu yang lebih muda umumnya dapat
mencerna informasi tentang imunisasi lebih baik dibanding dengan usia ibu yang lebih
tua. Ibu yang berusia lebih muda dan baru memiliki anak biasanya cenderung untuk
memberikan perhatian yang lebih akan kesehatan anaknya, termasuk pemberian
imunisasi (Prihanti et al., 2016). Pendidikan ibu, ketidaklengkapan imunisasi dasar pada
anak berisiko 2,2 kali pada ibu yang pendidikan rendah dibandingkan ibu yang
berpendidikan tinggi (Astuti & Fitri, 2017). Pekerjaan ibu, ibu yang bekerja mempunyai
kemungkinan 0,739 kali lebih besar untuk melakukan imunisasi dasar bayi secara
lengkap dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja disebabkan kurangnya informasi
yang diterima ibu rumah tangga dibandingkan dengan ibu yang bekerja (Rakhmawati et
al., 2020). Kepemilikan kartu menuju sehat (KMS)/ Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku
KIA)/ buku kesehatan anak lainnya. Kepemilikan KMS/ buku KIA/ buku catatan
kesehatan anak sangat penting terutama untuk mengetahui jadwal ataupun jenis
imunisasi yang diberikan kepada balita. Dengan kepemilikan buku ini maka orang tua
dapat mengetahui jenis imunisasi apa yang sudah diberikan dan imunisasi apa saja
yang belum diberikan (Peraturan Menteri Kesehatan No.155/Menkes/Per/1/2010
Tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat Untuk Balita). Menurut penelitian
Harmasdiani (2015), di Probolinggo yang menunjukkan bahwa pengetahuan ibu yang
rendah memiliki risiko 21 kali lebih 5 tidak patuh untuk datang ke pelayanan kesehatan
dan memberikan imunisasi disbanding ibu dengan pengetahuan tinggi. Pelaksanaan
imunisasi dasar lengkap merupakan hal yang sangat penting untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Oleh karena pentingnya imunisasi
dasar lengkap untuk meningkatkan derajat kesehatan bayi serta belum adanya
penelitian sebelumnya mendorong peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan imunisasi dasar lengkap setelah
adanya pandemi COVID-19.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat Kesehatan masyarakat menuju Indonesia Sehat.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan ibu balita dan anak sekolah tentang pemberian
Imunisasi dasar lengkap dan Tambahan
b. Terselenggaranya pemberian imunisasi dasar dan tambahan yang efektif, epesien
dan aman mencakup bayi dan balita diwilayah kerja puskesmas Banjar 2.
c. Tersebarnya informasi menyeluruh tentang jadwal dan lokasi pemberian Imunisasi
3. Tata Nilai
Dalam mencapai visi dan misinya BLUD UPTD Puskemsas Bnajar 2 berkomitmen
untuk menerapkan tata nilai “PERS” sebagai berikut :
P = Profesional
E = Empati
R = Responsif
S = Sopan
BAB II
ANALISIS SITUASI
A. DATA DASAR
1. DATA UMUM
Berikut adalah gambaran umum BLUD UPTD Puskesmas Banjar 2 :
a. Luas Wilayah puskesmas Banjar 2 adalah 926.483 km²
b. Jarak ke pusat Kota Banjar atau ke pusat rujukan terdekat ( RSU ) ± 5 km
dengan waktu tempuh 15 menit menggunakan kendaraan bermotor roda
dua atau roda empat.
c. Keadaan jalan dan transportasi :
Keadaan jalan ke seluruh desa dalam keadaan cukup baik, sebagian
beraspal dan dapat dilalui kendaraan bermotor roda dua dan atau roda
empat.
Sarana transportasi adalah angkutan umum roda empat, ojeg dan
kendaraan pribadi
d. Jarak tempuh dari Puskesmas ke masing-masing desa ( wilayah terjauh
dari Puskesmas )
Desa Situbatu, berjarak ± 3 km dengan rata-rata waktu tempuh 10
menit dan mudah dijangkau.
Desa Neglasari, berjarak ± 5 km dengan rata-rata waktu tempuh 15
menit dan mudah dijangkau
e. Topografi
Puskesmas Banjar 2 berada di wilayah Kecamatan Banjar yang terletak
pada ketinggian 132 meter di atas permukaan air laut. Wilayah kerja
terdiri dari daerah perbukitan dan pegunungan serta dataran tinggi yang
dipergunakan sebagai area pemukiman (228.087 km²), perladangan
( 507.383 km²), dan pesawahan (134.690 km²).
f. Batas-batas wilayah
1) Sebelah utara : berbatasan dengan Desa Balokang
2) Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Binangun
Kec.Pataruman
3) Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Cimaragas
Kab.Ciamis
4) Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Banjar
Peta wilayah kerja BLUD UPTD Puskesmas Banjar 2 ditunjukkan gambar
berikut:
g. Jumlah Desa
Wilayah kerja Puskesmas Banjar 2 meliputi kelurahan Situbatu yang
terdiri dari 9 RW dan 29 RT, dan Desa Neglasari yang terdiri dari 18 RW
dan 38 RT.
2. KONDISI KEPENDUDUKAN
B. DATA UKBM
1. Posyandu
DESA/ POSYANDU
NO
KELURAHAN
PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI JUMLAH
1 Situbatu 1 - - 5 6
2 Neglasari - - - 5 5
Tabel 1.1 Berdasarkan data diatas bahwa di Puskesmas Banjar 2 terdiri dari 11
Posyandu 5 posyandu dengan strata mandiri berada di Situbatu, 1 Posyandu
dengan strata pratama dan 5 posyandu mandiri berada di Neglasari.
2. Posbindu
POSBINDU
NO DESA/
PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI JUMLAH
KELURAHAN
1 Situbatu 3 - - - 3
2 Neglasari 4 1 - - 5
Tabel 1.2 Berdasarkan data diatas bahwa di Puskesmas Banjar 2 terdiri dari 8
Posbindu; 3 posbindu dengan strata pratama berada di Situbatu, 4 Posbindu
Pratama dan 1 madya berada di Neglasari.
BIDAN
DESA/
NO PUSTU POSKESDES PRAKTEK JUMLAH
KELURAHAN
SWASTA
1 Situbatu - 2 1 3
2 Neglasari 1 2 - 3
Tabel 1.3 Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa di wilayah kerja
Puskesmas Banjar 2 terdapat 4 poskesdes, 1 pustu dan 1 bidan praktek swasta.
4. Data Ketenagaan
SESUAI
STATUS JUMLAH KESENJANGAN
JENIS ANJAB
NO
TENAGA PTT
PNS MAGANG
/TKK
DOKTER
1 1 0 2 2 0
1 UMUM
2 DOKTER GIGI 1 0 0 1 1 0
3 PERAWAT 5 3 0 8 8 0
PERAWAT
1 0 0 2 2 1
4 GIGI
5 BIDAN 5 5 4 14 14 0
6 TENAGA GIZI 2 0 0 2 2 0
7 SANITARIAN 1 0 0 1 2 1
8 ADMINISTRASI 0 0 2 2 0 2
UMUM
9 ANALIS 1 0 0 1 1 1
9 APOTEKER 1 0 0 1 1 0
ASISTEN
1 0 0 1 1 1
10 APOTEKER
PETUGAS
0 1 0 1 3 2
11 KEBERSIHAN
PETUGAS
0 1 0 1 1 0
12 JAGA MALAM
PENYULUH
1 0 0 1 1 0
13 KESMAS
JUMLAH 20 11 6 38 39 8
Tabel 1.4 Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa data ketenagaan di
Puskesmas Banjar 2 terdapat 38 ketenagaan diatanaranya dokter umum 2, dokter
gigi 1, perawat 8, perawat gigi 2, bidan 14, gizi 2, sanitarian 2, administrasi umum 2,
analis, 2, apoteker 1, asisten apoteker 1, petugas kebersihan 1, petugas jaga
malam 1 dan penyuluh kesmas 1.
C. ANALISA DATA
1. Data Hasil Pemberian Imunisasi Dasar dan Tambahan di Posyandu
Distribusi Posyandu
Posyandu
Albendazol 12 - 23 bulan 2 - 6 tahun Total
Posyandu
Sasaran
No Yang
Jumlah yang
Dapat
SD/MI Jumlah/Tablet Total Jml L P jml L P Dapat
Obat
Obat
Cacing
Cacing
Posyandu
Situbatu
Posy.
1 1 1
Melati 41 18 7 11 23 11 12 41
Posy.
2
Dahlia 55 1 1 14 8 6 41 17 24 55
Posy.
3
Mawar 23 1 1 6 3 3 17 8 9 23
Posy.
4
Anggrek 19 1 1 7 3 4 12 7 5 19
Posy.
5
Delima 20 1 1 6 4 2 14 9 5 20
Posy. Dewi
6
Sartika 22 1 1 5 2 3 17 8 9 22
Poyandu
Neglasari
Posy.
7
Flamboyan 2 45 1 1 18 10 8 27 12 15 45
Posy. Asy
8
Syifa 13 1 1 3 3 0 10 9 1 13
Posy.
9 1 1
Cempaka 64 21 11 10 43 17 26 64
Posy.
10 1 1
Purbasari 25 9 5 4 16 5 11 25
Posy.
11 1 1
Flamboyan 1 54 10 7 3 44 20 24 54
Jumlah 381 11 11 117 63 54 264 123 141 381
3. Data Hasil Pemberian Imunisasi DT,tD di Sekolah Dasar (BIAS) kelas 1,2,5
TAHAPAN PERENCANAAN
A. Identifikasi Masalah
1. Identifikasi Masalah Berdasarkan Pencapaian Kegiatan POPM Kecacingan
B. Prioritas Masalah
C. Akar Masalah
Kurang optimalnya
Kurangnya sweeping petugas pemberian obat cacing
bagi balita dan anak
sekolah
Sosialisasi
Petugas belum membuat perencanaan penyuluhan
METODE LINGKUNGAN
Fish Bone Analysis Kecacingan
Berdasarkan Fishbone analysis, maka diketahui bahwa akar masalah yaitu kurang optimalnya pemberian obat cacing bagi balita dan anak
sekolah.
ALAT MATERIAL MANUSIA
Kurangnya pengetahuan
Belum
terselenggaranya
Kurangnya sweeping petugas deteksi dini
kecacingan pada
Petugas belum membuat perencanaan penyuluhan ibu hamil
Sosialisasi
Belum ada perencanaan penyuluhan yang baik
METODE LINGKUNGAN
Fish Bone Analysis Kecacingan
Berdasarkan Fishbone analysis, maka diketahui bahwa akar masalah yaitu belum terselenggaranya deteksi dini kecacingan pada ibu
hamil.
D. MENETAPKAN CARA PEMECAHAN MASALAH
1. Rendahnya pengetahuan ibu balita dan Terbatasnya tenaga Membuat jadwal setiap awal Membuat jadwal setiap
anak sekolah tentang penyakit Kesehatan yang melakukan tahun untuk memberikan awal tahun untuk
kecacingan penyuluhan tentang penyuluhan tentang memberikan penyuluhan
kecacingan kecacingan ke Posyandu tentang kecacingan ke
Kurangnya leaflet dan poster dan sekolah Posyandu, TK/PAUD dan
tentang penyakit kecacingan Pemberian leaflet dan poster SD/MI
di Posyandu dan sekolah Sosialisasi tentang
Sosialisasi tentang POPM POPM kecacigan ke
kecacigan ke Posyandu, Posyandu, TK/PAUD dan
TK/PAUD dan SD/MI 1 bulan SD/MI 1 bulan sebelum
sebelum pelaksanaan pelaksanaan kegiatan
kegiatan
Sosialisasi terhadap lintas
sektor di desa/kelurahan
2 Kurangnya pemberian obat cacing bagi Pengetahuan ibu balita dan Penyuluhan kepada ibu Rutin melaksanakan
balita dan anak sekolah anak sekolah balita dan anak sekolah program kecacingan
2. Kurangnya kepatuhan siswa minimal 2 kali dalam 1 tahun (pemberian obat cacing)
untuk minum obat cacing yang Rutin melaksanakan 2 kali dalam 1 tahun
telah diberikan program kecacingan
(pemberian obat cacing) 2
kali dalam 1 tahun
3 Belum terselenggaranya deteksi dini Kurangnya pengetahuan ibu Melakukan penyuluhan pada Melaksanakan
penyakit kecacingan pada ibu hamil hamil tentang penyakit ibu hamil di Posyandu pemeriksaan specimen
3 kecacingan Melakukan sosialisasi pada pada ibu hamil dengan
Belum tersedianya alat untuk Lintas sector di Desa/Kel anemia sedang & berat
pemeriksaan specimen di Penyediaan alat untuk Melakukan sosialisasi
laboratorium puskesmas pemeriksaan specimen dan penyuluhan tentang
Kurangnya penyuluhan Kunjungan rumah pada ibu penyakit kecacingan
tentang penyakit kecacingan hamil dengan anemia ringan Melakukan kunjungan
pada ibu hamil dan sedang khususnya pada ibu hamil penderita
penderita kecacingan kecacingan
E. Pemecahan Masalah Terpilih
Rencana pemecahan terpilih berupa berbagai kegiatan yang terintegrasi di alam
Matriks Perencanaan Pemberian obat cacing pada balita dan anak sekolah 1-12 tahun
BLUD UPTD Puskesmas Banjar 2 Tahun 2022 sebagaimana terlampir.
BAB IV
PENUTUP
KEBUTUHAN
UPAYA TARGET PENANGGUNG MITRA WAKTU KEBUTUHAN INDIKATOR SUMBER
NO KEGIATAN TUJUAN SASARAN SUMBER
KESEHATAN SASARAN JAWAB KERJA PELAKSANAAN ANGGARAN KINERJA BIAYA
DAYA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Kecacingan Sosialisasi Meningkatkan Ibu balita dan 11 Posyandu, Programer Transport - Promkes April dan 4.704.000 Meningkatnya BOK
kegiatan pengetahuan anak sekolah 12 PAUD/TK, Kecacingan Petugas - Bidan Oktober pengetahuan
sekaligus ibu balita dan (PAUD, TK, 7 SD, 1 SLB Desa/Kel ibu dan anak
pendataan anak sekolah SD/MI) di - UKS sekolah
sasaran tentang wilayah kerja tentang
Pemberian penyakit BLUD UPTD penyakit
Obat kecacingan Puskesmas kecacingan
Pencegahan dan Banjar 2
Masal sinkronisasi
Kecacingan data jumlah
sasaran yang
akan diberikan
obat cacing
Kegiatan Terbebasnya Balita dan 11 Posyandu, Programer Transport - Promkes April dan 4.704.000 Tercapainya BOK
Pemberian anak dari anak sekolah 12 PAUD/TK, Kecacingan Petugas - Bidan Oktober 2022 pemberian
Obat penyakit (PAUD, TK, 7 SD, 1 SLB Desa/Kel obat cacing
Pencegahan kecacingan SD/MI) di - UKS terhadap
Masal sehingga wilayah kerja sasaran dan
Kecacingan pertumbuhan BLUD UPTD meminimalisir
mereka lebih Puskesmas terjadinya
sehat dan Banjar 2 kecacingan
terhidar dari pada anak
stunting serta menekan
terjadinya
stunting
Skrining Terdeteksinya Ibu hamil di Ibu hamil Programer - Analis Januari s/d Pencegahan BOK
penyakit penyakit wilayah kerja dengan Kecacingan - Bidan Desember awal
kecacingan kecacingan BLUD UPTD anemia ringan Desa terjadinya
pada ibu hamil pada ibu hamil Puskesmas dan berat di stunting pada
dengan untuk Banjar 2 wilayah kerja bayi
anemia ringan mencegah BLUD UPTD
dan anemia terjadinya Puskesmas
berat stunting pada Banjar 2
bayi
Kunjungan Melakukan Ibu hamil di Ibu hamil Programer Transport Bidan Januari s/d 900.000 Asuhan pada BOK
rumah pada pemantauan wilayah kerja dengan Kecacingan Petugas Desa/Kel Desember ibu hamil
ibu hamil terhadap ibu BLUD UPTD anemia ringan dengan tata
dengan hamil dengan Puskesmas dan berat di laksana
penyakit anemia ringan Banjar 2 wilayah kerja penyakit
kecacingan dan sedang BLUD UPTD kecacingan
khususnya Puskesmas
dengan Banjar 2
pemeriksaan
positif
kecacingan