Anda di halaman 1dari 5

Policy Brief

KELANGKAAN IMUNISASI PADA BAYI DI ERA PANDEMI


COVID-19
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Negosiasi, Komunikasi, Advokasi, Legislasi & Hukum
Kesehatan
Dosen Pengampu Prof. Dr. Ismi Dwi Astuti Nurhaeni, M.Si

Disusun oleh:
Nama : Kartika Febry Ana
NIM : S022102028
Kelas :A

FAKULTAS PASCASARJANA
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2021
Pandemi Covid-19 secara global sangat mempengaruhi terhadap pelayanan kesehatan,
bahkan di Indonesia, pandemi Covid-19 sangat mempengaruhi pelayanan kesehatan dasar
termasuk pelayanan imunisasi.1 Imunisasi merupakan upaya untuk menimbulkan dan
meningkatkan kekebalan tubuh seseorang secara aktif terhadap satu penyakit tertentu yang
akan meminimalkan rasa sakit atau mengalami sakit yang ringan. Target dari Universal Child
Imunization (UCI) pada tahun 2013 sebesar 95% dan 100% pada tahun 2014. Sampai pada
akhir 2013, terdapat 9 provinsi telah mencapai 95% dan 3 provinsi yang telah mencapai
100% yaitu DKI Jakarta, Jambi dan DI Yogyakarta. Imunisasi merupakan salah satu program
pemerintah dalam upaya mencegah penyakit dan kematian bayi.2
Sejak 11 Maret 2020, WHO menetapkan Covid-19 sebagai pandemi karena sudah
menglobal dan terjadi di berbagai belahan dunia. Di Indonesia sendiri, Covid-19 memberikan
dampak pada pelaksanaan program kesehatan khususnya pelayanan imunisasi dan surveilans
PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi). Puskesmas menyatakan bahwa
selama pandemi Covid-19 terjadi penurunan bahkan penghentian pelayanan imunisasi karena
kekhawatiran oleh orang tua atau petugas untuk menyelenggarakan imunisasi. Analisis data
menunjukkan bahwa selama pandemi Covid-19 telah terjadi penurunan cakupan imunisasi.
Data cakupan imunisasi pada bulan Januari sampai April 2020 dibandingkan dengan tahun
2019 pada kurun waktu yang sama menunjukkan penurunan mulai dari 0,5% sampai 87%.2
Kebijakan pembatasan pergerakan (physical distancing) dan beban dari sistem
kesehatan yang berhubungan dengan pandemi menyebabkan terjadinya penurunan angka
cakupan dan kebutuhan akan vaksinasi. Perubahan pada layanan imunisasi, bahkan untuk
waktu yang singkat akan mengakibatkan peningkatan jumlah individu yang rentan dan
meningkatkan kemungkinan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Hal ini dapat
berdampak pada layanan kesehatan dan menjadi beban ganda apabila terjadi outbreak atau
kejadian luar biasa PD3I pada masa pandemi Covid-19.1

KELANGKAAN IMUNISASI BAYI PADA ERA PANDEMI COVID-19

Di era ini terjadi penurunan angka cakupan imunisasi rutin dasar dan lanjutan di
berbagai daerah yang ada di Indonesia. Menurut penasihat kesehatan senior dari Save the
Children Internasional, Karrar, mengatakan bahwa pandemi Covid-19 mengakibatkan
pemburukan imunisasi pada anak, bahkan menimbulkan fenomena zero dose children atau
anak dengan nol dosis imunisasi.3 Dibeberapa tempat di Indonesia, masyarakat mengeluhkan
kelangkaan imunisasi dan adanya imunisasi berbayar yang harganya sangat mahal. Bahkan
stok vaksin DPT di Jawa Tengah dilaporkan mulai langka dan IDAI (Ikatan Dokter Anak
Indonesia) merasa khawatir akan kosongnya stok vaksin Difteri, Pertusis dan Tetanus (DPT),
terlebih jika kekosongan tersebut berlarut-larut maka ditakutkan akan memunculkan wabah
penyakit yang dialami pada bayi usia satu tahun ke bawah. Menurut Sekretaris IDAI Jateng,
Choirul Anam, stok vaksin yang habis ini bisa merugikan anak dan hal yang ditakutkan
adalah adanya terjadi lonjakan kasus yang sebenarnya bisa dihindari dengan adanya vaksin
seperti difteri, campaign, tetanus, campak dan hepatitis B.4 Ketua Satuan Tugas Imunisasi
IDAI, Prof. Dr. Cissy B. Kartasasmita mengatakan bahwa pemberian imunisasi di masa
pandemi harus tetap dilakukan untuk dapat melindungi anak dan masyarakat pada PD3I
karena apabila bayi dan balita tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap, maka saat terjadi
sebuah wabah dari penyakit lain suatu saat nanti dapat mengakibatkan anak menjadi sakit
berat, cacat bahkan meninggal dunia. Pada tahun 2020 terdapat sebanyak 786 ribu anak yang
belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap.5
Health Officer and Vaccine Demand Unicef Indonesia, Sartini Saman menambahkan
bahwa kondisi yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal diantaranya beban
pelaksanaan vaksinasi Covid-19 dengan jumlah yang sangat besar dalam waktu yang singkat.
Menurut Dokter Spesialis Anak dari Indonesian Technical Advisory Group on Immunization
(ITAGI), Soedjatmiko, mengkonfirmasikan bahwa vaksin program seperti campak, difteri,
pertusis (batuk rejan) dan tetanus (DPT) sedang mengalami keterlambatan distribusi
sementara stok vaksin di pabrik pusat Biofarma tidak terganggu dengan produksi yang
sebenarnya cukup namun mulai mengalami gangguan produksi karena sebagian digunakan
untuk produksi vaksin Covid-19.3,6
Penutupan posyandu di sebagian besar daerah juga menjadi penyebab selanjutnya
karena sejak awal tahun lalu sampai saat ini banyak kegiatan imunisasi yang terpaksa ditunda
akibat Covid-19, ditambah lagi banyak sekolah yang akhirnya harus melakukan kegiatan
daring secara rutin sehingga pelaksanaan bulan imunisasi anak di sekolah mengalami
kemunduran, ada pula kondisi lain sepeti orang tua yang khawatir untuk membawa anak
mereka mengikuti imunisasi di fasilitas kesehatan karena takut tertular virus Covid-19 dan
juga adanya hoax soal imunisasi yang merebak di masyarakat. 3

REKOMENDASI

1. Sisterm Koordinasi dan Keberlangsungan Kegiatan Imunisasi


Meskipun negara sedang bersama-sama melawan pandemi Covid-19 dengan
mencanangkan adanya vaksinasi Covid-19 secara besar-besaran dan cepat, namun
imunisasi pada bayi dan balita juga sangat diperlukan, bahkan bisa memberikan
dampak yang buruk bagi para calon generasi mendatang. Maka dari itu, peran
pemerintah dalam mengkoordinasikan masalah ini sangat dibutuhkan.
Kegiatan imunisasi pada bayi dan balita harus tetap dilakukan baik di posyandu,
puskesmas, praktik pribadi dokter hingga rumah sakit dengan menggunakan protokol
kesehatan yang berlaku. Jika di suatu daerah tingkat penularan Covid-19nya masih
tinggi, maka daerah tersebut dapat menunda proses imunisasi namun harus segera
diberikan bila situasi sudah memungkinkan. Hal tersebut digunakan untuk mencegah
terjadinya kesenjangan imunitas pada masyarakat. Dan apabila jika petugas kesehatan
tidak memiliki cukup waktu untuk melaksanakan kegiatan catch up immunization
(imunisasi kejar), maka petugas setidaknya harus memprioritaskan PD3I yang
berpotensi KLB seperti polio, campak dan difteri.5
2. Komunikasi Efektif
Pentingnya komunikasi yang efektir yang melibatkan komunitas untuk meningkatkan
kepedulian dan mengembangkan rasa kebutuhan melaksanakan vaksinasi pada
masyarakat sangat diperlukan. Merupakan hal yang penting yang harus dilaksanakan
supaya PD3I dapat dicegah dan tidak terjadi.5 Karena jika tidak adanya komunikasi
efektif yang terorganisir, dikhawatirkan masyarakat justru mendapatkan berita hoax
dan beresiko menghambat jalannya kegiatan imunisasi.
3. Penggantian Alternatif
Mengingat terkendalanya produksi serta distribusi beberapa vaksin bayi dan balita
disamping pentingnya imunisasi, maka keputusan untuk mengganti penggunaan
vaksin DPT dengan vaksin Pentabio, yaitu jenis vaksin yang lebih lengkap. Hal ini
sudah dilakukan oleh Puskesmas Pandanaran Kota Semarang. Vaksin Pentabio
merupakan kombinasi yang berisi obat Jerap Difteri, Tetanus, Pertusis, Hepatitis B
Rekombinan, Haemophilus influenza tibe b. Pihak Puskesmas telah menjalankan
perintah menggunakan vaksin Pentabio untuk program imunisasi bayi yang baru lahir
karena vaksin tersebut juga aman digunakan pada bayi yang baru dilahirkan bahkan
handungan vaksinnya lebih lengkap daripada DPT.4 Jadi mengganti vaksin bisa
dijadikan sebagai alternatif yang bagus apabila kandungan vaksin yang ada sama
dengan kebutuhan vaksin yang diperlukan oleh bayi dan balita.
DAFTAR PUSTAKA

1. Patriawati, K. A. (2020). Imunisasi Bayi dan Anak pada Masa Pandemi Covid-19.
Lecture’s Scientific Meeting. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran, Universitas Kristen Indonesia.
2. Putri, A. M., Saharuddin, & Fitriani, R. (2021). Perbandingan Pelaksanaan Imunisasi
Dasar Pada Masa Pandemi dan Non Pandemi Covid-19. UMI Medical Journal, 6(1),
10-19.
3. Harahap, L. (2021, Oktober 1). Penasihat Kesehatan: Pandemi Munculkan Anak Nol
Dosis Imunisasi. Retrieved from https://www.merdeka.com/peristiwa/penasihat-
kesehatan-pandemi-munculkan-anak-nol-dosis-imunisasi.html
4. Utama, D. A. (2021, Oktober 1). Stok Vaksin DPT di Jateng Langka IDAI Khawatir
Terjadi Lonjakan Kasus. Retrieved from https://www.merdeka.com/peristiwa/stok-
vaksin-dpt-di-jateng-langka-idai-khawatir-terjadi-lonjakan-kasus.html
5. Aliansyah, M. A. (2021, Oktober 1). IDAI: Imunisasi di Masa Pandemi Tetap
Dilakukan Demi Mneghindari Banyak Penyakit. Retrieved from
https://www.merdeka.com/peristiwa/idai-imunisasi-di-masa-pandemi-tetap-dilakukan
-demi-menghindari-banyak-penyakit.html
6. Puspadini, M. (2021, Oktober 1). ITAGI Buka-Bukaan Soal Kelangkaan Vaksin DPT
dan Campak Untuk Anak. Retrieved from https://www.medcom.id/nasional/
peristiwa/VNxgQaqK-itagi-buka-bukaan-soal-kelangkaan-vaksin-dpt-dan-campak-
untuk-anak

Anda mungkin juga menyukai