P ISSN : 2460-4550
E ISSN : 2720-958X
DOI : 10.36085/jkmu.v8i2.854
JURNAL ILMIAH
ABSTRAK
Pendahuluan : Awal tahun 2020 dunia di gemparkan dengan adanya suatu virus corona
(COVID-19). Dengan adanya virus ini membawa tantangan baru untuk semua orang,
terutama pada ibu menyusui. Baru-baru ini kementrian kesehatn juga telah menyatakan
vaksinasi Covid-19 aman bagi ibu menyusui. Vaksin COVID-19 merupakan cara yang
epektif untuk mencegah penularan COVID-19. Saat ini belum ada studi penelitian yang di
lakukan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor dalam pengambilan keputusan vaksinasi
COVID-19 pada ibu menyusui di provinsi Banten. Tujuan: untuk mengetahui hubungan
faktor-faktor dalam pengambilan keputusan vaksinasi COVID-19 pada ibu menyusui di
provinsi Banten. Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif
dengan cross sectional study dengan penyebaran link di wilayah provinsi Banten untuk
mengetahui faktor-faktor dalam pengambilan keputusan vaksinasi COVID-19 pada ibu
menyusui. Hasil Penelitian: berdasarkan hasil penelitiann untuk faktor sosiodemografi
yaitu (usia, pendidikan, jumlah anak, status pernikahan,sosial ekonomi dan setatus
kesehtan) dalam pengambilan keputusan vaksinasi COVID-19 pada ibu menyusui,
menunjukan bahwa faktor sosiodemografi dan setatus kesehatan ibu menyusui hanya status
sosial ekonomi yang terdapat hubungan yang signifikan dengan hasil p-value ≤ 0,05.
Sedangkan untuk faktor theory of planned behavior yaitu (sikap, norma subjektif, presepsi
kontrol prilaku dan efikasi diri) dalam pengambilan keputusan vaksinasi COVID-19 pada
ibu menyusi. Menunjukan bahwa tidak di temukan hubungan yang signifikan dengan hasil
p-value ≥ 0,05. Kesimpulan : Dalam penelitian ini,di antaranya hanya status soial
ekonomi ibu menyusui yang terdapat hubungan yang signifikan dalam pengambilan
keputusan vaksinasi COVID-19.
Kata Kunci: ibu menyusui, sosio demografi, theory of planned behavior, vaksinasi
COVID-19
ABSTRACT
Introduction : Early in 2020 the world was shocked by the existence of a corona virus
(COVID-19). The presence of this virus brings new challenges for everyone, especially in
nursing mothers. Recently the ministry of health has also declared the Covid-19
vaccination safe for nursing mothers. The COVID-19 vaccine is an effective way to
prevent COVID-19 transmission. Currently, there are no research studies conducted to
find out the relationship of factors in the decision making of COVID-19 vaccination in
nursing mothers in Banten province. purpose: to find out the relationship of factors in the
decision making of COVID-19 vaccination in nursing mothers in Banten province.
Methods: This study uses quantitative research methods with cross sectional study with
the spread of links in banten province to find out factors in COVID-19 vaccination
decision making in breastfeeding mothers. Research Results: based on the results of
research for sociodemographic factors (age, education, number of children, marital status,
socioeconomic and health) in the decision making of COVID-19 vaccination in nursing
mothers, showed that sociodemographic factors and health of breastfeeding mothers only
socioeconomic status had a significant association with p-value results ≤ 0.05. As for the
theory of planned behavior factors that are (attitudes, subjective norms, perceptions of
behavior control and self-efficacy) in the decision making of COVID-19 vaccination in
breastfeeding mothers. It showed that there was no significant association with a p-value ≥
0.05. Conclusion: In this study, only the economic soial status of breastfeeding mothers
had a significant association in COVID-19 vaccination decision-making. Advice: For
further researchers it is expected that further research to find out more information about
Covid-19 vaccination decision making in breastfeeding mothers by conducting research to
people in Banten province both who have done vaccines and who have not vaccinated
Covid-19 in nursing mothers.
Keywords: breastfeeding mothers, socio-demographics, theory of planned behavior,
COVID-19 vaccinatio
menjalankan aktivitas kesehariannya.
PENDAHULUAN (Margarini, 2021)
Dengan adanya virus COVID- 19 Baru-Baru ini kementrian kesehatan
membawa tantangan baru untuk semua juga telah menyatakan vaksin COVID-19
orang, terutama pada ibu menyusui. ASI aman bagi ibu menyusui sesuai dengan surat
merupakan nutrisi terbaik untuk melindungi edaran KEMENKES RI No.
bayi dan balita dari berbagai penyakit HK.02.02/11/368/2021 tentang pelaksanaan
termasuk virus COVID-19. Terdapat vaksin COVID-19, surat edaran tersebut
perlindungan imunologis yang terdapat di berisi tentang petunjuk teknis pelaksanaan
dalam ASI sehingga banyak ahli yang vaksin COVID-19 untuk kelompok ,
mendukung Ibu menyusui tetap harus komorbid, ibu menyusui dan penyintas
menyususi selama masa pandemic COVID- COVID-19.(Diskes, 2021)
19. ASI merupakan campuran sempurna bagi Oleh karena itu,tidak mudah untuk
anti body, vitamin dan faktor kekebalan para ahli untuk memahami dan menjelasakan
sehingga dapat di butuhkan selama pandemic resiko vaksin COVID-19 pada ibu menyusui,
ini untuk meningkatkan kekebalan tubuh bayi meski demikian, vaksin jenis mRNA (pfrizer-
(Kemenkes, 2021a) BioNTech, sinovac dan moderna) dianggap
Vaksin COVID-19 merupakan salah tidak beresiko terhadap kesehatan bayi yang
satu upaya pemerintah indonesia dalam menyusu, anggapan ini berasal dari vaksin
menangani masalah COVID-19. Vaksin terhadap sejumlah tenaga kesehatan yang
COVID-19 bertujuan untuk menciptakan merupakan ibu menyusui dari vaksin tersebut
kekebalan kelompok (herd immunity) agar belum ada laporan resiko kesehatan yang
masyarakat menjadi lebih produktif dalam
muncul pada bayi atau ibu menyusui setelah dan maksimum > 10) di bandingkan pada
vaksin, (Lukyani, 2021) wanita IgA-negatif serum (0,56 ± 0,37,
Respon Vaksin COVID-19 pada ibu median 0,5 dan maksimum 1,6; P< 0,001).
menyususi di antaranya adalah timbulnya Konsentrasi tertinggi serum dan antibodi ASI
respon imun hormonal pada wanita menyusui di amati pada hari ke 29 ± 3 dengan
yang di berikan vaksinasi menghasilkan titer penurunan pada hari ke 43 ± 4. Respon imun
antibodi yang tinggi dan ditemukan antibodi terhadap vaksin SARS-CoV-2 paling kuat ±
di dalam darah tali pusat dan ASI pada ibu- 3 hari setelah dosis ke dua vaksin. Ibu
ibu yang di vaksin. Hal yang harus di menyusui yang menyusui anaknya setelah
perhatikan sebelum ibu menyusui menerima vaksin SARS-CoV-2 dapat mentransper
vaksinasi COVID-19 ibu harus di lakukan antibodi pada bayi.
skrining terlebih dahulu, konsultasi terlebih Dari data di atas terlihat cakupan
dahulu kepada dokter jika mengalami kondisi vaksinsis yang belum tercapai. Oleh karna itu
medis tertentu (Dr. Mufdlillah, 2021) peneliti ingin mengetahui Faktor-Faktor yang
Dari data keseluruhan di Prov.Banten berhubungan dengan pengambilan keputusan
Vaksinasi COVID-19 dengan target total vaksin COVID-19 pada Ibu menyusui dngan
sasaran vaksin 9,229,383 pada kelompok pendekatan Theory Of Planned Behavior
(tenaga kesehatan, lanjut usia, petugas (TPB) di provinsi Banten tahun 2021.
publik, masyarakat rentan, masyarakat umum
dan usia 12-17 tahun) untuk dosis 1 dari METODE PENELITIAN
keseluruhan kini sudah mencapai 5,053,998 Penelitian ini merupakan penelitian
(54,76%) dan untuk vaksin dosis 2 dari kuantitatif dengan desain Cross Sectional
kelompok (tenaga kesehatan, lanjut usia, Study. Subjek penelitian ini adalah ibu
petugas publik, masyarakat rentan, menyusui yang berada di provinsi Banten.
masyarakat umum dan usia 12-17 tahun) kini Pada penelitian ini menggunakan tekhnik
sudah mencapai 3,226,134 (34,96%) dari sampling Non Probability Sampling dengan
target sasaran vaksin COVID-19 9,229,383. Quota Samplong. Sampel pada penelitian ini
Berdasarkan data di provinsi banten statsu adalah 114 responden. Instrumen penelitian
vaksin COVID-19 pada masyarakat umum ini berupa kuesioner/angket. Waktu
dan rentan salah satunya ibu menyusui pelaksanaan penelitian adalah 13 Desember
masuk kedalam kelompok masyarakat umum hingga 6 januari 2022. Analisis data berupa
dan rentan, Pada Dosis 1 kelompok univariat menggunakan tabel distribusi
masyarakat umum dan rentan dari frekuensi dan analisis bivariat menggunakan
keseluruhan di provinsi banten sudah uji Chis-Square melaui program komputer
mencapai 3,355,703 (48,70%) dan untuk SPSS
vaksin dosis 2 dari keseluruahn masyarakat
umum dan rentan kini sudah mencapai HASIL PENELITIAN
1,856,869 (27,82%) dari target Vaksin
Analisis Univariat
COVID-19 6,877,059. (Kemenkes, 2021b)
Tabel 1 Karakteristik demografi
Berdasarkan hasil penelitian yang di
danStatus Kesehan responden
lakukan oleh (Jakuszko et al., 2021), peneliti
melibatkan 32 wanita menyusui yang terlepas Variabel Frekuensi Presentase
dari penelitiannya telah memutuskan untuk di Demografi (%)
vaksin dengan sempel serum ibu dan ASI di Usia
kumpulkan secara bersama pada hari ke-8± Usia Resiko 9 7,9
1,22± 2,29 ± 3 dan 43 ± 4 setelah dosis Tinggi
pertama vaksin. Respon imun di nilai dengan Usia Resiko 105 92,1
menentukan adanya IgG dan IgA anti SARS- Rendah
CoV-2. Kadar IgG ASI terdeteksi (6,50± Pendidikan
6,74, median 4,7, dan maksimum 34,2 Pendidikan 90 78,9
BAU/mL) dan sangat berkolerasi dengan Tinggi
kadar IgG serum(rs 0,89; P< 0,001). Rasio Pendidikan 24 21,1
ASI IgA dengan nilai cuttofflebih tinggi pada Rendah
serum IgA-positif (4,18± 3,26, median, 2,8, Status
Pernikaha Baik
Menikah 114 100 Baik 48 42,1
Tidak 0 0 Berdasarkan tabel 2 di atas karakteristik
Menikah responden dengan sikap kurang baik
Sosial sebanyak 67 responden dengan
Ekonomi presentase (58,8%). Karakteristik
Ekonomi 47 41,2 responden dengan nurma subjektif
Tinggi
kurang baik sebanyak 63 responden
Ekonomi 67 58.8
Rendah dengan presentase (55,3%). Karakteristik
Jumlah anak responden presepsi kontrol prilaku
1-2 97 85,1 kurang baik sebanyak 64 (56,1%).
>2 17 14,9 Karakteristik responden Efikasi diri
kurang baik Sebanyak 66 (57,9%).
Status
Analisis Bivariat
Kesehatan
Tabel 3 Hubungan antara sosiodemografi
Baik 87 76,3
(Usia,pendidikan, status pernikahan,status
Tidak Baik 27 23,7 sosial ekonomi,dan jumlah anak) dengan
pengambilan keputusan vaksinasi
Berdasarkan tabel 1 di atas karakteristik COVID-19
usia resiko rendah responden sebanyak 105
(92,1%), karakteristik pendidikan tinggi Pengambilan Keputusan Tota P
responden sebanyak 90 (78,9%). l Value
Karakteristik status pernikahan responden Vaksin Tidak
sebanyak 114 responden (100%). Sosial Vaksin
ekonomi rendah responden sebanyak 67 F % F %
(58,8%). Jumlah anak 1-2 responden
Usia
sebanyak 97 (85,1%) dan untuk karakteristik
status kesehatan baik responden sebanyak 87 Resiko 7 77,8 2 22,2 9
(76,3%). Tinggi 0,684
Resiko 85 81,0 20 19,0 105
Tabel 2 Karakteristik responden
Berdasarkan Sikap,Norma Subjektif, Rendah
Kontrol Prolaku,Efikasi Diri. Pendidikan
Pendidi 74 82,2 16 17,8 90
Variabel Frekuensi Presentase kan 0,401
(%) Tinggi 25,0 24
Sikap Pendidi 18 75,0 6
Kurang 67 58,8 kan 5
Baik Rendah
Baik 47 41,2
Norma Status Pernikahan
subjektif Menika 92 80,7 22 19,3 114 0,114
Kurang 63 55,3 h
Baik
Baik 51 44,7 Sosial Ekonomi
Presepsi Ekonom 43 91,5 4 8,5 47
Kontrol i Tinggi 0,015
Prilaku Ekonom 49 73,1 18 26,9 67
Kurang 64 56,1 i
Baik Rendah
Baik 50 43,9
Efikasi Diri Jumlah Anaka Kandung
Kurang 66 57,9
menyusui sehingga untuk orang yang Covid-19 sehingga kebanyaka ibu tidak
bersetatus sosial ekonomi rendah tidak melaukan vaksinasi Covid-19.
perlu cemas mengenai biaya untuk f. Statsu kesehatan
melakukan vaksinasi Covid-19. selain Berdasarkan data yang di peroleh
vaksin geratis juga untuk jarak tempuh setatus kesehatan di kelompokan
harrus melakukan kendaraan sepeda menjadi dua kategori yaitu baik dan
motor dan lainnya dan Jika ibu kurang baik. Kategori baik di lihat dari
menyusui sudah mempercayai empat indikator yaitu tekanan darah
keamanan dan tingkat efektivitas dalam batas normal (120/80 mmHg),
vaksinasi Covid-19, tentu akan suhu dalam batas normal 36,5 C – 37 c,
mempengaruhi tingkat kesediaan Tidak memiliki riwayat penyakit kronis
masyarakat untuk melakukan vaksinasi dan tidak sedang positif Covid-19.
Covdi-19. Sedangkan kategori kurang baik jika
e. Jumlah anak kandung dari ke empat indikator tersebut ada
Sebagian besar jumlah anak yang di yang tidak baik. Dari 114 responden
miliki responden 1-2 anak sebanyak 97 dapat diketahui bahwa responden yang
orang ( 85,1%) tingkat paritas telah memiliki status kesehatan yang baik
banyak menentukan perhatian dalam sebanyak 87 orang (76,3%), sedang
kesehatan ibu dan anak, di katakan responden yang memiliki status
demikian karena terdapat kesehatan yang kurang baik yaitu 27
kecenderungan kesehtan ibu berparitas orang (23,7%) dari keempat indikator di
tinggi lebih baik daripada ibu berparitas atas yang menyebabkan kurang baiknya
rendah (Notoatmodjo,2013).peneliti kesehatan responden adalah masih
berpendapat bahwa ibu yang memiliki banyak responden yang mengalami
anak >2 sudah memiliki pengalam salah satu gejala seperti sakit kepala,
menyusui sebelumnya maka cendrung asma, dan nyeri ulu ati. Karna faktor
memiliki kepercayaan dalam seseorang tidak dapat menerima vaksin
pengambilan keputusan vaksinasi adalah faktor kesehtan. Status kesehtan
Covid-19 lebih tinggi di bandingkan ibu merupakan faktor penguat ibu dalam
dengan ibu yang baru menyusui. pemberian Asi eklusif kepada bayinya.
Hasil penelitian dalam penelitian Kondisi kesehtan ibu mempunyai
ini pada variabel jumlah anak mendapat pengaruh yang snagat penting dalam
nilai p > 0,05. Sehingga berdasarkan uji keberlangsungan proses menyusui
statistic tidak di temukan hubungan (Nogroho dkk,2014 dalam (Rizki Yudhi
yang signifikan antara jumlah anak Rinanti, 2018)
kandung dengan pengambilan keputusan . Hasil penelitian setelah di lakukan
vaksinasi Covid-19 pada ibu menyusui. uji chi-squer test untuk variabel status
Penelitian ini berbalik dengan penelitian kesehatan didapat niali p 0,119 sehingga
(Nur Alam Fajar, dkk 2018) yang diman p> 0,0. Maka dapat disimpulkan tidak
jumlah anak <2 mempunyai hubungan ditemukan hubungan yang signifikan
signifikan. Maka dapat di tarik antara setatus kesehatan dengan
kesimpulan dengan adanya pengambilan pengambilan keputusan vaksinasi
keputusan vaksinasi pada ibu menyusi Covid-19 pada ibu menyusui. Dalam
jengan jumlah anak 1-2 dan > 2 dalam penelitian ini, responden dengan setatus
penelitian ini tidak di temukan kesehatan baik apabila tekanan darah
hubungan yang signifikan dengan dalam batas normal (120/80 mmhg),
pengambilan keputusan vaksinasi tidak memiliki riwayat penyakit kronis
Covid-19 pada ibu menyusui mayoritas dan tidak sedang positif Covid-19.
ibu yang mempunyai anak > 2 khawatir Dalam arti semua tekanan darah
akan dampak setelah ibu melakukan responden masih dibawah 180/110
vaksinasi Covid-19 pada bayinya dan mmHg masih bisa mengikuti vaksin dan
efeknya kepada bayinya faktor ini yang responden dalam penelitian ini tidak
membuat ibu menyusi ragu-ragu dalam memiliki riwayat penyalit kronis dan
pengambilan keputusan vaksinasi tidak sedang positif Covid-19 dalam
presepsi kontrol prilaku, ini di lihat 0,05 yang artinya tidak terdapat
dari empat pertanyaan yaitu Saya hubungan yang signifikan antara
melakukan vaksin Covid-19 karna presepsi kontrol prilaku dengan
keinginan sendiri, Saya melakukan pengambilan keputusan vaksinasi
vaksin Covid-19 tanpa menghiraukan Covid-19 pada ibu menyususi. Hal
pendapat orang di sekitar saya, Saya ini di dukung dari nilai rata-rata skor
dapat mempertanggung jawabkan jawaban responden untuk seluruh
pilihan saya untuk dilakuakan variabel presepsi kontrol prilaku
vaksinasi Covid-19, karna ini terbaik sebesar 14 yang berarti responden
bagi kesehatan saya dan bayi saya, setuju dengan pernyataan peneliti
saya dapat berkonsultasi dengan tentang variabel presepsi kontrol
dokter, jika ada keluhan yang di prilaku. Dalam artian salah satu
rasakan setelah vaksinais Covid-19. faktor dapat mempengaruhi ibu
Dimana setiap pertanyaan saya menyusui dalam pengambilan
memiliki skor 1 (satu) samap 4 keputusan vaksinasi Covid-19 pada
(empat).Di kategorikan baik jika skor ibu menyusui. Dimana kontrol
total jawaban pertanyaan variabel prilaku merupakan kontrol prilaku
presepsi kontrol prilaku lebih dari 14 yang di rasakan di asumsikan
yang artinya bahwa responden didasarkan pada kontrol yang dapat
berkeyakinan kuat terhadap di akses keyakinan. Keyakinan ini
melakukan vaksinasi Covid-19. Di berkaitan dengan adanya faktor-
kategorikan kurang baik jiak skor faktor yang dapat memfasilitasi atau
total jawban pertanyaan kurang dari menghabat kinerja prilaku
14 artinya yang dapat di artikan (Ajzen,2020 dalam (Afdalia et al.,
bahwa responden tidak sepenuhnya 2020). Dimana dalam penelitian ini
yakin terhadap melakukan vaksinasi presepsi kontrol prilaku penerimaan
Covid-19. Dari 114 responden di vaksinasi Covid-19 pada ibu
kategori baik sebanyak 50 orang menyusui kurangnya keyakinan dan
(43,9%) artinya skor total jawaban kepercayaan diri dalam pengambil
responden lebih dari 14. sedangkan keputusan vaksinasi Covid-19 pada
responden yang memiliki presepsi ibu menyusui. Sehingga dalam
kontrol prilaku kategori kurang baik penelitian ini persepsi kontrol prilaku
sebanyak 64 orang (56,1%) yang dalam pengambiilan keputusan
artinya skor jawaban responden vaksinansi Covid-19 kurang baik.
kurang dari 14.yang menyebabkan Dimana presepsi responden dari
sebanyak 64 orang memiliki presepsi kemudahan atau kesulitan dalam
kontrol prilaku kurang baik adalah mengabilan keputusan vaksinasi
bahwa kurangnya keyakinan Covid-19 ada atau tidaknya nya
responden terhadap tersediannya vaksinasi Covid-19 untuk ibu
tersediannya sumberdaya dan menyusui yang pada akhrnya
kesempatan yang di milikinya kurangnya mempunyai kepercayaan
sehungga mampu melakukan untuk mengendalikan prilaku
vaksinasi covid-19 di buktikan sehingga membut ibu kurangnya
dengan jawaban responden mengenai keyakinan dalam pengambilan
pertanyaan “saya melakukan vaksin keputusan vaksinasi Covid-19 pada
Covid-19 karna keinginan sendiri” ibu menyusui.
responden memilih tidak setuju d. Efikasi diri
dengan pertanyaan tersebut. Efikasi diri di kategorikan dua
Hasil pnelitian berdasarkan uji kategori yaitu efikasi diri baik dan
stastistic menggunakan uji Chis- efikasi diri kurang baik. Dalam
Square pada Theory of Planned menentukan pengkategorian efikasi
Behavior (TFB) komponen presepsi diri, ini di lihat dari tiga pertanyaan
kontrol prilaku di peroleh nilai yaitu saya yakin jika saya di
signifikan (P Value) sebesar 0,239 > vaksinasi Covid-19 saya dan bayi
http://www.padk.kemkes.go.id/news/re
ad/2021/08/07/728/asi-eksklusif-bantu-
tingkatkan-kekebalan-bayi-dari-
paparan-covid-19.html
Kemenkes. (2021b). Vaksin COVID-19.
Vaksin.Kemenkes.Go.Id.
https://vaksin.kemkes.go.id/#/vaccines
Lukyani, L. (2021). Vaksin Covid-19 untuk
ibu menyusui. Www.Kompas.Com.
https://www.kompas.com/sains/read/20
21/06/23/173500923/vaksin-covid-19-
untuk-ibu-menyusui-apakah-aman-
Margarini, E. (2021). Masyarakat indonesia
sambut baik vaksinasi COBID-19.
Promkes.Kemenkes.Go.Id.
https://promkes.kemkes.go.id/masyarak
at-indonesia-sambut-baik-vaksinasi-
covid-19
Nur Alam Fajar, 1 Dadang Hikmah Purnama,
2 Suci Destriatania, 3 Nurna Ningsih4.
(2018). Hubungan Pemberian ASI
Eklusif Dalam Presepektif Sosial
Budaya Di Kota Palembang. Ilmu
Kesehatan.
Rahmawati, A., & Wahyuningati, N. (2020).
Tipe eksklusifitas pemberian asi
berdasarkan paritas dan usia ibu
menyusui. Jurnal Citra Keperawatan,
08(2), 71–78.
Rinanti, R. Y. (2018). Status Kesehatan Ibu
Denagn Pemberian ASI Eklusif.
Naskah Publikasi.