Anda di halaman 1dari 20

VAKSIN COVID-19

Latar Belakang : Sejak kemunculan COVID-19 di Indonesia, pemerintah telah melakukan berbagai
upaya pencegahan dan pengendalian. Dimana salah satu tata laksana yang digencarkan oleh pemerintah
yaitu pelaksanaan vaksinasi sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan COVID-19. Vaksin
COVID-19 diharapkan menjadi penentu dalam mengatasi pandemi ini, dimana di seluruh negara di
dunia juga melakukan upaya yang sama. Vaksinasi adalah suatu tindakan pemberian vaksin kepada
seseorang dimana vaksin itu berisi satu atau lebih antigen. Tujuannya yaitu apabila individu tersebut
terpajan/terpapar dengan antigen yang sama, maka sistem imunitas yang terbentuk akan
menghancurkan antigen tersebut.Pemerintah Indonesia telah mengambil kebijakan dalam pelaksanaan
vaksinasi COVID-19 dengan dikeluarkannya Perpres 99 tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan
Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi COVID-19 (Corona Virus Disease
2019) yang ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 5 Oktober 2019 di Jakarta Pada
tanggal 3 Desember 2020 juga telah ditandatangani Keputusan Menteri Kesehatan nomor 9860 tahun
2020 tentang Penetapan Jenis Vaksin untuk Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19. Adapaun jenis vaksin
yang ditetapkan yaitu vaksin yang diproduksi oleh PT. Biofarma (Persero), Astra Zeneca, China
Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm), Moderna, Pfizer Inc and BioNTech, dan Sinovac
Biotech Ltd.Pelaksanaan vaksinasi COVID-19 di Indonesia dilakukan secara bertahap dengan
menetapkan kriteria penerima vaksin berdasarkan kajian ITAGI dan/atau Strategic Advisory Group of
Experts on Immunization of the World Health Organization (SAGE WHO). Vaksinasi COVID-19
petama kalinya di Indonesia dilaksanakan pada tanggal 13 Januari 2021, dimana Presiden Republik
Indonesia Bapak Joko Widodo menjadi orang pertama yang menerima suntikan dosis vaksin berupa
vaksin produksi Sinovac.Vaksinasi booster adalah vaksinasi COVID-19 setelah seseorang mendapat
vaksinasi primer dosis lengkap yang ditujukan untuk mempertahankan tingkat kekebalan serta
memperpanjang masa perlindungan. Menurut Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu telah terjadi penurunan antibodi pada enam bulan setelah
mendapatkan vaksinasi COVID-19 dosis primer lengkap, sehingga dibutuhkan pemberian dosis
lanjutan atau booster untuk meningkatkan proteksi individu terutama pada kelompok masyarakat
rentan. Pemberian vaksinasi booster ini juga telah disarankan Komite Penasihat Ahli Imunisasi
Nasional (ITAGI)  untuk memperbaiki efektivitas vaksin yang telah menurun.
Vaksinasi booster diselenggarakan oleh pemerintah dengan sasaran masyarakat usia 18 tahun ke atas
dengan prioritas kelompok masyarakat lanjut usia (lansia) dan penderita imunokompromais. Jenis
vaksin yang digunakan pada bulan Januari ini yaitu, untuk sasaran dengan dosis primer Sinovac maka
diberikan vaksin AstraZeneca sejumlah separuh dosis atau 0,25 mililiter atau vaksin Pfizer sejumlah
separuh dosis atau 0,15 mililiter. Sedangkan untuk sasaran dengan dosis primer AstraZeneca maka
diberikan vaksin Moderna sejumlah separuh dosis atau 0,25 mililiter atau Pfizer separuh dosis atau
0,15 mililiter.

Gambaran Pelaksanaan:

Hari/ tanggal : Rabu/ 28 September 2022


Lokasi : Puskesmas Air Tawar
Jumlah peserta : orang
Jumlah peserta batal vaksin : tidak ada
Peserta yang mengalami KIPI : tidak ada
Metode pelaksanaan : 4 meja
Meja 1 : pendaftaran
Meja 2 : skrining
Meja 3 : imunisasi
Meja 4 : observasi

BULAN IMUNISASI ANAK NASIONAL (BIAN)


Latar Belakang : Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, terdapat 1,7 juta anak Indonesia belum
mendapatkan imunisasi dasar lengkap selama pandemi COVID-19. Terbanyak di Jawa Barat, disusul
Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat dan DKI Jakarta. Pemberian imunisasi terbukti
melindungi anak-anak dari penyakit berbahaya sehingga anak lebih sehat dan lebih produktif. Tak
hanya itu, manfaat dari imunisasi juga jauh lebih besar dibandingkan dampak yang ditimbulkan di
masa depan. BIAN dilaksanakan selama satu bulan, bertahap di seluruh provinsi Indonesia. Tahap
pertama dilaksanakan mulai Mei 2022 di seluruh provinsi di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,
Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Tahap kedua dilaksanakan mulai Agustus 2022 di seluruh provinsi
di Jawa dan Bali. Selama periode BIAN, satu dosis imunisasi campak-rubella akan diberikan terlepas
dari status imunisasi sebelumnya sesuai target berdasarkan rekomendasi yang ditetapkan untuk masing-
masing wilayah. Satu atau lebih jenis imunisasi akan diberikan untuk melengkapi status imunisasi anak
usia kurang dari 5 tahun. Bulan Imunisasi Anak Nasional adalah kegiatan pemberian imunisasi
tambahan Campak-Rubela dan pemberian Imunisasi Kejar pada anak yang belum mendapatkan
imunisasi lengkap. Vaksin apa saja yang diberikan pada saat BIAN adalah Vaksin Campak-Rubela,
Vaksin Polio (OPV dan IPV), dan Vaksin Pentavalent (DPT-HB-Hib). Semua vaksin yang digunakan
telah mendapat rekomendasi WHO dan izin edar dari Badan POM dan efektif untuk mencegah
penyakit-penyakit tersebut.

Latar Belakang :

Hari/ tanggal : Kamis/ 22 September 2022


Lokasi : SMPN 40 Padang
Jumlah peserta yang mau disuntik : 83 orang (Tahap 3)
Jumlah sasaran : 422 orang
Hasil Tahap 1 : 67 orang
Hasil Tahap 2 : 62 orang
Hasil Tahap 3 : 83 orang

ANTENATAL CARE

Latar Belakang: Antenatal Care (ANC) merupakan pelayanan pemeriksaan kesehatan rutin ibu hamil
untuk mendiagnosis komplikasi obstetri serta untuk memberikan informasi tentang gaya hidup,
kehamilan dan persalinan . Setiap ibu hamil sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan ANC
komprehensif yang berkualitas minimal 4 kali yaitu minimal 1 kali pada trimester pertama (sebelum
usia kehamilan 14 minggu), minimal 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 14-28 minggu) dan
minimal 2 kali pada trimester ketiga (28-36 minggu dan setelah 36 minggu usia kehamilan) termasuk
minimal 1 kali kunjungan diantar suami atau anggota keluarga. Kunjungan pertama ANC sangat
dianjurkan pada usia kehamilan 8-12 minggu. Tujuan dari pemeriksaan ANC salah satunya adalah
mempersiapkan wanita dalam menghadapi persalinan. Kesiapan persalinan adalah perencanaan awal
dan persiapan melahirkan yang bertujuan untuk membantu perempuan, suami dan keluarga agar siap
untuk melahirkan dengan membuat rencana menghadapi komplikasi dan hal tak terduga. Kesiapan
persalinan dapat dinilai di enam level yaitu level individu perempuan, suami atau keluarga, lingkungan,
tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan dan kebijakan. Pada level individu, perempuan hamil dan
suaminya dapat mempersiapkan persalinan dan menghadapi komplikasi dengan mengenal tandatanda
bahaya yang mengindikasikan komplikasi yang mengancam jiwa ibu dan bayi, mengidentifikasi
penolong persalinan terlatih dan tempat persalinan, menyediakan tabungan dan mengatur transportasi,
sedangkan pada level keluarga dan lingkungan dapat mengidentifikasi pendonor darah. Seorang wanita
yang telah mempersiapkan keenam unsur kesiapan persalinan yang telah di jelaskan WHO
dikategorikan siap dan sebaliknya bila mempersiapkan kurang dari keenam unsur kesiapan persalinan
dikategorikan tidak siap.

Identitas Pasien:
Nama : Ny, PA
Usia : 32 thn
No MR : ATB 0131
Pekerjaan : IRT

Gambaran Pelaksanaan
Anamnesis : Pasien datang ke poli KIA Ibu untuk memeriksa kehamilannya. Keluhan saat ini mual (+)
sesekali. Muntah tidak ada. Pusing (+) sesekali.
HPHT 1-06-2022
TP 8-03-2023

Hamil ke tiga. Dengan riwayat persalinan:


Anak 1 : usia 5 thn => BBL: 3100 gram dengan SpOG secara SC ai kala 1 memanjang
Anak 2 : usia 3 thn => BBL: 3400 gram dengan SpOG secara SC ai kala 1 memanjang
Riwayat abortus tidak ada

Laboratorium:
Hb = 14,9 gr/dl
Gol darah : B
Siphilis / HIV / HbsAg : NR/NR/Negatif
Urine rutin : warna kuning muda, jernih, pH 7, protein urine (-), leukosit (+1)

Konsultasi gigi => gingivitis (diberikan terapi analgetik paracetamol 3x1 tab)

Hasil Pemeriksaan Fisik Obstetri:


BB : 66 kg
TB : 160 cm
Lila : 25 cm
TFU : 8 cm
USG : tampak janin intrauterine, hidup, DJJ : 145-155 x/menit

Terapi :
- SF tablet 1x1 (XXX)
- Kalk tablet 1x1 (XXX)

Edukasi :
- Konsumsi makanan bergizi
- Melebihkan porsi makan 2x dari biasanya
- Minum vitamin setiap hari
- Kontrol rutin kehamilan ke puskesmas

PENAPISAN TB

Latar Belakang : TB pada anak terjadi pada anak usia 0-14 tahun. Tuberkulosis termasuk salah satu
mayoritas penyakit yang menyerang anak di dunia. Penyakit TB pada anak merupakan penyakit yang
bersifat sistemik yang dapat bermanifestasi pada berbagai organ terutama paru. Menurut CDC, diantara
kasus TB pada anak, kasus TB paling banyak ditemukan pada anak usia 5 tahun (balita). Di Indonesia,
TB pada anak masih menjadi masalah dan termasuk dalam salah satu program pengendalian TB secara
nasional. Hal ini terjadi karena diagnosis TB pada anak umumnya masih sulit ditegakkan sehingga
sering mengalami misdiagnosis baik overdiagnosis maupun underdiagnosis.Keberhasilan upaya
penanggulangan penyakit TB diukur dengan kesembuhan penderita dan efektifitas pengendalian TB
dilihat dari diagnosis yang tepat waktu dan pengobatan yang lengkap. Keterlambatan dalam
pengobatan TB mengakibatkan belum berhasilnya pencapaian program TB.Keterlambatan pengobatan
dapat berasal dari pasien, provider/tenaga kesehatan, atau dari sistem pelayanan kesehatan, yang terjadi
mulai pada saat pasien mengalami dan mengeluh adanya gejala TB paru sampai dengan pengobatan
anti tuberkulosis diberikan.

Identitas Pasien :
Nama : An. AI
Usia : 9 thn
No RM : S 1223
Pekerjaan : Pelajar

Gambaran Pelaksanaan :

Anamnesis
KU : anjuran Sp.A untuk mantoux test
RPS : Pasien post rawatan di rumah sakit dengan diagnosis Demam Thypoid 4 hari yll. Riwayat
demam (+) sejak 1 minggu yll. Saat ini tidak demam. Batuk (+) 4 hari yll selama 2 hari. Saat ini tidak
demam. Riwayat BB tidak naik-naik sejak 6 bulan terakhir. Nafsu makan (+) menurun

Pemeriksaan Fisik:
KGB leher : teraba massa (+) konsistensi lunak, nyeri tekan (-), ukuran 2x1 cm
Skoring Tb
Kontak Tb : 0
Mantoux test : 0
Keadaan gizi : 2
Demam yang tidak diketahui penyebab : 0
Batuk kronik : 0
Pembesaran KGB : 1
Pembengkakan tulang : 0
Foto thorax : 0
Total : 3

Uji tuberkulin dilakkan pada :


Lokasi : PKM Air Tawar
Pukul : 09.30
Hari/ tanggal : Rabu/ 05 Oktober 2022
Evaluasi : Jumat/ 07 Oktober 2022

Edukasi :
-Lanjutkan terapi dari Sp.A
-Jangan menekan bekas mantoux

MONITORING BAYI/ ANAK

Latar Belakang: Hiperbilirubinemia pada neonatus atau disebut juga ikterus neonatorum adalah
keadaan klinis pada neonatus yang ditandai pewarnaan kuning pada kulit, mukosa, sklera akibat dari
akumulasi bilirubin (indirek maupun direk) di dalam serum/darah yang secara klinis akan mulai tampak
di daerah muka, apabila kadarnya mencapai 5-7mg/dL. Kejadian hiperbilirubinemia pada bayi cukup
bulan sekitar 60-70%, bahkan pada bayi kurang bulan (BKB)/bayi berat lahir rendah (BBLR) jauh
lebih tinggi. Sebagai manisfestasi klinis akibat peninggian bilirubin (indirek maupun direk) di dalam
darah akan memberikan warna kuning pada kulit mukosa dan sklera yang akan menyebar secara sefalo
caudal dan dapat di nilai secara klinis dengan pemeriksaan Kremer (I, II, III, IV, V), selain itu kencing
dan berak bayi akan berwarna kuning. Jika kadar bilirubin indirek tinggi akan berbahaya karena
menimbulkan efek toksik pada sel-sel syaraf pusat yang klinis bayi menjadi tidak mau menetek,
letarkhi, kejang, koma, dan lain-lain. Bila bilirubin direk yang tinggi dan adanya atresia biliaris, selain
bayi tampak kuning yang menetap (cholestatic joundice), juga berak bayi menjadi putih seperti dempul
dan pembesaran hati. Untuk menegakkan diagnosis hiperbilirubinemia (indirek dan direk) pada
neonatus diperlukan pemeriksaan penunjang: darah tepi, gol darah, Rh, coombs tes direk indirek, bil
total dan direk, enzim G6PD, kultur darah, TORCH, USG abdomen. Hal yang bisa dilakukan dirumah
untuk mengatasi kuning tersebut adalah : Sinar matahari sangat membantu untuk memecah bilirubin
indirek agar hati anak dapat memprosesnya lebih mudah. Tempatkan anak ditempat yang terpapar
langsung dengan matahari atau bila terdapat jendela dimana cahaya matahari dapat masuk. Lama
memjemur adalah 30-60 menit. Waktu paling baik untuk menjemur anak adalah antara pukul 07-10.00
pagi. Lebih sering menyusui. Jumlah cairan yang tercukupi akan membantu menurunkan kadar
bilirubinnya.. Menyusui tambahan. Jika anak mengalami kesulitan minum ASI, kehilangan berat badan
atau mengalami dehidrasi, dokter mungkin menyarankan memberikan susu formula bayi untuk
melengkapi kebutuhan anak.

Identitas Pasien:
Nama : By Ny. M, 6 hari
Usia : 6 hari
BBL :3000 gram
PB : 52 cm

Gambaran Pelaksanaan

KU : Bayi tampak kuning sejak 2 hari yll.


RPS : Bayi tampak kuning sejak 2 hari yll. Menyusu (+) kuat. Kuning awalnya muncul pada daerah
wajah kemudian menyebar ke badan, mata, hingga telapak kaki. BAK berwarna kuning. BAB warna
kuning kecoklatan. Demam tidak ada. Bayi lahir dari ibu dengan HbsAg (+)
RPD : tidak ada
Riwayat alergi : tidak ada

VITAL SIGN
BB: 3,2 kg
HR: 124x/menit
RR: 25x/ menit
T: 37,1

PEMFIS
Mata: KA -/-, SI +/-+
Cor : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : SN Vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Abd : Supel, BU (+) normal
Ext : Akral hangat, CRT < 2 detik

PEMFIS LOKALIS
Badan, tangan, kaki : ikterik (+) => Kremer IV

TATALAKSANA
-Menyuruh orang tua untuk datang ke puskesmas meminta rujukan ke Sp.A

EDUKASI
-Jemur anak di bawah sinar matahari pada pagi hari sekitar pukul 09.00 selama 30 menit
-Beri anak ASI sesering mungkin

STUNTING

Latar Belakang: Stunting adalah masalah kesehatan yang banyak ditemukan di negara berkembang,
termasuk Indonesia. Stunting atau pendek merupakan masalah kekurangan gizi kronis yang disebabkan
oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan
pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Keadaan pendek (stunting) berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang standar artropometri penilaian status gizi anak adalah suatu
keadaan dimana hasil pengukuran Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut
Umur (TB/U) berada di antara -3 SD sampai -2 SD. Jika hasil pengukuran PB/U atau TB/U berada
dibawah -3 SD disebut sangat pendek (severe stunting).Banyak faktor yang dapat menyebabkan
tingginya angka stunting pada balita. Faktor penyebab langsungnya adalah kurangnya asupan gizi yang
diterima balita. Penyebab lainnya yaitu sosial ekonomi, penyakit infeksi, pengetahuan ibu yang kurang,
pola asuh yang salah, sanitasi dan hygine yang buruk dan pelayanan kesehatan yang rendah. Selain itu,
masyarakat tidak menyadari bahwa anak pendek merupakan suatu masalah, karena anak pendek terlihat
seperti anak-anak dengan aktivitas normal, tidak seperti anak-anak kurus yang harus cepat
ditanggulangi.

Identitas Pasien
Nama : An. MH
Jenis kelamin : laki-laki
Usia : 1 tahun 3 bulan
BB : 6,6 kg
TB : 72,8 cm
BBL : 3300 gram
PB : 47 cm

Gambaran Pelaksanaan
KU : Berat badan anak tidak naik sejak 7 bulan terakhir
RPS : Berat badan anak tidak naik sejak 7 bulan terakhir. Saat ini anak mau makan jenis makanan
apapun. Anak mulai makan MPASI saat usia 6 bulan, tetapi tekstur makanan hanya bubur cair dari usia
6 bulan sampai usia 11 bulan. Minum susu mau. Riwayat sakit tidak ada.
Riwayat alergi : tidak ada

VITAL SIGN
BB: 6,6 kg
TB : 72,8 cm
HR: 118x/menit
RR: 23x/ menit
T: 37,3

PEMFIS
Mata: KA -/-, SI -/-
Cor : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : SN Vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Abd : Supel, BU (+) normal
Ext : Akral hangat, CRT < 2 detik

Berdasarkan kurva didapatkan:


BB/U : <-3SD => berat badan kurang
PB/U : -3SD s/d -2SD => pendek
BB/TB : <-3SD => kurus
Berdasarkan hasil kurva pertumbuhan didapatkan bahwa anak tersebut => kurang gizi
Skoring tb : skor 2

EDUKASI
-Edukasi orang tua untuk meningkatkan tekstur makan anak seperti makanan dewasa dan
meningkatkan porsi makannya
-Rajin menimbang anak ke posyandu
-Memberikan PMT

PENAPISAN TB PADA ORANG DEWASA

Latar Belakang : Tuberkulosis (TB) adalah suatu infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). Penyakit TB dapat menyerang berbagai organ, terutama
paru-paru. Penyakit ini memiliki gejala utama berupa batuk berdahak selama kurang lebih 2
minggu.Diagnosis TB dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang foto
polos toraks, mikroskopik sputum BTA, tes tuberkulin, serologi dan pemeriksaan kultur M.
tuberculosis. Meskipun standar baku pemeriksaan bakteri ini adalah dengan kultur, namun pemeriksaan
mikroskopik BTA sputum tetap menjadi pilihan utama dalam diagnosis penyakit TB paru. Hal ini
disebabkan karena disamping biayanya yang jauh lebih murah, pemeriksaan ini juga menjadi salah satu
komponen dalam penerapan strategi Directly Observed Treatment, Short Course (DOTS) yang
direkomendasikan World Health Organization (WHO).Pemeriksaan BTA sputum yang dilakukan akan
memberikan hasil berupa ada atau tidak ditemukannya sel bakteri M.tuberculosis, yang kemudian
dilaporkan sebagai positif bila ditemukan dan negatif bila tidak ditemukan, serta derajat kepositifan
yang dilambangkan sebagai scanty (sedikit), positif satu (+), positif dua (++), dan positif tiga (+++).

Identitas Pasien :

Nama : Tn. YI
Usia : 41 thn
Jenis Kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Satpam UNP

Nama : Tn. S
Usia : 54 thn
Jenis Kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Pegawai Rektorat UNP

Gambaran Pelaksana :

Anamnesis : Pasien batuk sudha lebih dari 1 bulan. Batuk kadang-kadang berdahak kadang tidak.
Biasanya dahak keluar pada pagi hari. Dahak berwarna putih. Demam hilang timbul disangkal.
Penurunan berat badan tidak ada. Keringat malam disangkal. Riwayat berkontak dengan pasien Tb atau
batuk-batuk lama disangkal. Pasien sudah minum obat batuk tetapi keluhan tidak membaik.

Riwayat kebiasaan : Pasien riwayat merokok (+) sejak SMP. Jumlah merokok lebih kurang 5-6 batang
per hari. Pasien berolahraga (+) futsal 1x seminggu.

Riwayat penyakit dan pengobatan : tidak ada

Tatalaksana =>
1. Diberikan pot dahak kepada pasien kemudian pasien disuruh untuk menampung dahak dan
memberikannya kepada petugas.
2. Memberitahu pasien bahwa hasil pemeriksaan membutuhkan waktu, apabila hasil positif akan
dikabari via telfon
3. Mengedukasi pasien untuk berobat ke puskesmas di faskes bpjs pasien agar keluhan berkurang

Anamnesis : Pasien batuk sudah 3 minggu ini. Batuk berdahak (+). Dahak berwarna kuning kehijauan
(+). Demam hilang timbul disangkal. Penurunan berat badan tidak ada. Keringat malam disangkal.
Riwayat berkontak dengan pasien Tb atau batuk-batuk lama disangkal. Pasien belum pernah periksa ke
dokter (+)

Riwayat kebiasaan : Pasien riwayat merokok (+) sejak SMP. Jumlah merokok lebih kurang 1 bungkus
per hari. Pasien jarang berolahraga (+).

Riwayat penyakit dan pengobatan : riwayat hipertensi (+) tapi tidak minum obat rutin

Tatalaksana =>
1. Diberikan pot dahak kepada pasien kemudian pasien disuruh untuk menampung dahak dan
memberikannya kepada petugas.
2. Memberitahu pasien bahwa hasil pemeriksaan membutuhkan waktu, apabila hasil positif akan
dikabari via telfon
3. Mengedukasi pasien untuk berobat ke puskesmas di faskes bpjs pasien agar keluhan berkurang
4. Mengedukasi pasien untuk rutin kontrol hipertensi ke faskes bpjs nya

PROMKES HIPERTENSI

Latar Belakang : Saat ini hipertensi masih menjadi masalah utama di dunia. Penyakit hipertensi dikenal
sebagai the sillent killer atau pembunuh diam-diamkarena jarang memiliki gejala yang jelas. Hipertensi
pada orang dewasa berkisar 140 mmHg sistolik atau lebih dan/atau 90 mmHg diastolik atau
lebih.Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2018bahwa tercatatsatu milyar orang di dunia
menderita hipertensi dan diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total
kematian disebabkan oleh hipertensi. Menurut American Heart Association (2014), sekitar 77,9 juta
orang di Amerika Serikat atau 1 dari 3 orang dewasa menderita penyakit ini. Bahkan diperkirakan akan
terus meningkat 7,2% atau sekitar 83,5 juta orang pada tahun 2030.Salah satu cara untuk mengetahui
seseorang mengalami hipertensi yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah.Kontrol tekanan darah adalah
aktivitas yang dilakukan oleh penderita hipertensi dalam mengontrolkan tekanan darah di pelayanan
kesehatan. Tujuan kontrol tekanan darah secara teratur adalah untuk memonitoring tekanan darah,
mencegah pasien masuk rumah sakit, dan mencegah terjadinya komplikasi. Menurut WHO, tekanan
darah yang terkontrol adalah tekanan darah yang kurang dari 140/90 mmHg. Tekanan darah terkontrol
pada keadaan tekanan darah sistolik < 140 mmHg dan tekanan darah diastolik < 90 mmHg pada orang
dengan pengobatan hipertensi. Penatalaksanaan hipertensi perlu dilakukan sebagai upaya pengurangan
risiko naiknya tekanan darah. Gaya hidup yang dapat dilakukan untuk mengontrol tekanan darah yaitu
berhenti merokok, olahraga teratur, membatasi asupan garam, menjaga berat badan ideal, membatasi
konsumsi alkohol, dan hindari stres.

Identitas Pasien

Nama : Tn. H
Usia : 54 thn
Jenis Kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Dosen UNP
TD : 189/99 mmHg
Gds : 180
TB : 165 cm
BB : 72 kg
LP : 98 cm
Riwayat pengobatan : pasien belum pernah periksa ke dokter

Gambaran Pelaksanaan

Dilakukan pemeriksaan skrinning kesehatan pada seluruh pegawai rektorat UNP. Pemeriksaan yang
dilakukan meliputi TD, Pemeriksan gula darah, pengukuran TB, BB, dan LP, serta pemeriksaan
skrinning kesehatan jiwa melalui media kuisioner. Kemudian hasil pemeriksaan tersebut diberikan
kepada dokter dan di evaluasi. Masing-masing pasien diberikan edukasi mengenai hasil pemeriksaan
yang didapatkan. Pada pasien-pasien dengan hasil pemeriksaan diatas batas normal maka dianjurkan
untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke faskes bpjs nya.

Hari/ tanggal :Rabu/ 19 Oktober 2022


Pukul : 09.00 s/d selesai
Lokasi : Gedung Rektorat UNP
Jumlah Peserta : 61 orang
Terskrining Ht : 11 orang

PROMKES DIABETES MELITUS

Latar Belakang : Diabetes melitus adalah sebuah kondisi kronis yang ditandai dengan hiperglikemia
akibat ketidakmampuan tubuh untuk menghasilkan hormon insulin, tidak mampu menggunakan
hormon insulin yang telah diproduksi secara efektif, atau keduanya. Keadaan hiperglikemia kronis ini
dapat menyebabkan kegagalan multi organ, disfungsi organ, dan berbagai kerusakan jangka panjang
lainnya seperti pada mata, saraf, ginjal, jantung dan pembuluh darah.Diabetes melitus membutuhkan
pengelolaan yang tepat untuk menghindari terjadinya komplikasi jangka panjang yang dapat
mempengaruhi kualitas hidup pasien. Menurut Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe 2 di
Indonesia, terdapat empat pilar yang mempengaruhi keberhasilan pengelolaan dan pengendalian
diabetes melitus, antara lain : Edukasi, Terapi Nutrisi Medis, Aktivitas Fisik, dan Terapi
Farmakologi.Jika telah terjadi hiperglikemia kronis maka akan menyebabkan kerusakan jangka panjang
dan kegagalan berbagai organ seperti mata, ginjal, jantung, dan pembuluh darah. Terdapat banyak
faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit ini diantaranya, riwayat keluarga, umur, riwayat BBLR
(<2,5kg). Selain itu, terdapat pula faktor yang meningkatkan risiko diabetes melitus seperti obesitas,
sedentary lifestyle, pola makan, hipertensi, dislipidemia, dan stress.

Identitas Pasien

Nama : Tn. KW
Usia : 56 thn
Jenis Kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Pegawai Rektorat UNP
TD : 161/92 mmHg
Gds : 323
TB : 167 cm
BB : 78 kg
LP : 102 cm
Riwayat pengobatan : pasien belum pernah periksa ke dokter
Keluhan saat ini : tidak ada
Edukasi :
1. Ubah pola makan rendah gula
2. Olahraga teratur dan turunkan BB
3. Edukasi pasien untuk memeriksakan lebih lanjut ke faskes bpjs nya agar segera mendapatkan terapi

Gambaran Pelaksanaan
Dilakukan pemeriksaan skrinning kesehatan pada seluruh pegawai rektorat UNP. Pemeriksaan yang
dilakukan meliputi TD, Pemeriksan gula darah, pengukuran TB, BB, dan LP, serta pemeriksaan
skrinning kesehatan jiwa melalui media kuisioner. Kemudian hasil pemeriksaan tersebut diberikan
kepada dokter dan di evaluasi. Masing-masing pasien diberikan edukasi mengenai hasil pemeriksaan
yang didapatkan. Pada pasien-pasien dengan hasil pemeriksaan diatas batas normal maka dianjurkan
untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke faskes bpjs nya.

Hari/ tanggal :Rabu/ 19 Oktober 2022


Pukul : 09.00 s/d selesai
Lokasi : Gedung Rektorat UNP
Jumlah Peserta : 61 orang
Terskrining DM : 6 orang

PROMKES KESEHATAN JIWA

Latar Belakang : Menurut WHO, kesehatan mental adalah suatu keadaan dimana individu menyadari
kesejahteraan hidup, yang didalamnya memiliki kemampuan untuk mengendalikan stress dalam
kehidupannya dan dapat bekerja secara produktif serta berperan aktif di komunitasnya. Menurut
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (2018), Kesehatan mental individu
dikatakan dapat dikatakan baik ketika individu tersebut dapat menikmati kehidupan sehari-hari serta
menghargai orang lain disaat kondisi batin berada dalam keadaan tentram dan tenang. Depresi
merupakan gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan dengan kemurungan dan kesedihan
yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan
dalam menilai realitas (reality testing ability/RTA) masih baik, kepribadian tetap utuh (tidak
mengalami keretakan kepribadian/splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-
batas normal. Depresi dapat dimanifestasikan dengan adanya keluhan merasa tidak berharga, sedih
yang berlebihan, murung, tidak bersemangat, merasa kosong, tidak ada harapan, menuduh diri,
pemeliharaan diri yang kurang bahkan penelantaran diri. Apabila terdapat keluhan seperti ini dan
mengganggu kegiatan sehari-hari sebaiknya dikontrolkan ke dokter agar bisa segera diatasi.

Identitas Pasien:

Nama : Tn. L
Usia : 59 thn
Jenis Kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Pegawai Rektorat UNP
TD : 141/82 mmHg
Gds : 206
TB : 167 cm
BB : 60 kg
LP : 85 cm
Riwayat pengobatan : pasien belum pernah periksa ke dokter
Keluhan saat ini : pasien sering merasa sedih, kesepian, dan lemas. Nafsu makan berkurang (+). Pasien
bercerita bahwa beberapa bulan lalu istri ke-2 dan anak kandungnya meninggal. Istri pertama sudah
meninggal sejak 10 tahun yll. Saat ini pasien tinggal sendiri dirumah.
Edukasi :
1. Memberikan edukasi pada pasien untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan
memperbanyak ibadah agar pasien tidak merasa kesepian.
2. Mengedukasi pasien apabila keluhan memberat dan mengganggu kehidupan sehari-hari untuk
memeriksakan diri ke faskes bpjs agar dapat rujukan bertemu psikiater
3. Mengedukasi pasien untuk sering bertemu atau mengunjungi sanak saudara yang lain.

Gambaran Pelaksanaan

Dilakukan pemeriksaan skrinning kesehatan pada seluruh pegawai rektorat UNP. Pemeriksaan yang
dilakukan meliputi TD, Pemeriksan gula darah, pengukuran TB, BB, dan LP, serta pemeriksaan
skrinning kesehatan jiwa melalui media kuisioner. Kemudian hasil pemeriksaan tersebut diberikan
kepada dokter dan di evaluasi. Masing-masing pasien diberikan edukasi mengenai hasil pemeriksaan
yang didapatkan. Pada pasien-pasien dengan hasil pemeriksaan diatas batas normal maka dianjurkan
untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke faskes bpjs nya.

Hari/ tanggal :Rabu/ 19 Oktober 2022


Pukul : 09.00 s/d selesai
Lokasi : Gedung Rektorat UNP
Jumlah Peserta : 61 orang
Terskrining suspec depresi : 1 orang

STATUS GIZI ANAK SEKOLAH

Latar Belakang : Indikator ukuran antropometri digunakan sebagai kriteria utama untuk menilai
kecukupan asupan gizi dan pertumbuhan bayi dan balita. Standar Antropometri Anak di Indonesia
mengacu pada World Health Organization (WHO) Child Growth Standards untuk anak usia 0-5 tahun
dan The WHO Reference 2007 untuk anak 5 (lima) sampai dengan 18 (delapan belas) tahun. Standar
tersebut memperlihatkan bagaimana pertumbuhan anak dapat dicapai apabila memenuhi syarat-syarat
tertentu. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 2 tahun 2020 ini merevisi Nomor
1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.Keputusan
tersebut menetapkan klasifikasi status gizi serta ditambahkan penjelasan tentang penilaian status gizi
dan tren pertumbuhan. Serta pentingnya deteksi dini risiko gagal tumbuh (at risk failure to thrive) dan
kenaikan massa lemak tubuh dini (early adiposity rebound) dan tata laksana segera. Berdasarkan hasil
Riskesdas 2013, secara nasional prevalensi beratkurang pada anak adalah 19,6%, terdiri dari 5,7% gizi
buruk dan 13,9% gizi kurang. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4
%) dan tahun 2010 (17,9 %) terlihat meningkat, padahal target RPJMN sebesar 15% pada tahun 2014.
Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun 2007, 4,9% pada tahun 2010, dan
5,7% tahun 2013. Peningkatan status kesehatan dan gizi dalam suatu masyarakat sangat penting dalam
upaya peningkatan kualitas manusia dalam aspek lainnya seperti pendidikan dan produktivitas tenaga
kerja. Salah satu upaya untuk meningkatkan status gizi yaitu dengan melakukan penilaian status gizi.

Identitas Pasien:

Hari/ tanggal : Senin/ 22 Agustus 2022


Lokasi : SDN 29 Ulak Karang
Kelas : II
Jumlah siswa yang diperiksa : 14 orang

Hasil pemeriksaan Kelas II SDN 29 Ulak Karang


Jenis kelamin / Usia / BB / TB / IMT / Status Gizi

1. An. Pr / 9 thn / BB: 27,4 / TB: 128 / IMT: 16,7 => gizi baik
2. An. Pr / 7 thn / BB: 21,4 / TB: 118 / IMT: 15,3 => gizi baik
3. An. Lk / 8 thn / BB: 17,4 / TB: 110 / IMT: 21,0 => gizi kurang + stunting
4. An. Pr / 7 thn / BB: 21 / TB: 117,3 / IMT: 15,3 => gizi baik
5. An. Pr / 8 thn / BB: 25,5 / TB: 125,5 / IMT: 16,32 => gizi baik
6. An. Lk / 7 thn / BB:20,1 / TB: 112 / IMT: 16,02 => gizi baik
7. An. Pr / 7 thn / BB: 21 / TB:111 / IMT: 17,04 => gizi baik
8. An. Lk / 7 thn / BB: 15,3 / TB: 110 / IMT: 12,64 => gizi kurang + stunting
9. An. Pr / 7 thn / BB:18,3 / TB: 120 / IMT: 12,70 => gizi kurang
10. An. Lk / 8 thn / BB: 21,8 / TB: 121 / IMT: 14,88 => gizi baik
11. An. Lk / 8 thn / BB: 17,7 / TB: 113,5 / IMT: 13,8 => gizi baik
12. An. Lk / 10 thn / BB: 25,2 / TB: 130 / IMT: 14,9 => gizi baik
13. An.Lk / 8 thn / BB: 33,4 / TB:129 / IMT: 20,07 => overweight
14. An. Lk / 9 thn / 26,2 / TB: 127,5 / IMT: 16,2 =>gizi baik

Kesimpulan :
- Dideteksi ada 2 orang siswa dengan stunting
- Dideteksi ada 1 orang anak dengan gizi lebih (overweight)
- Dideteksi ada 3 orang anak dengan gizi kurang
- 10 anak dengan gizi baik
Penatalaksanaan :
-Diberikan obat cacing (Albendazol 400 mg) dan diedukasi siswa untuk memakannya pada malam hari
sebelum tidur

PENYULUHAN PROLANIS HIPERURISEMIA

Latar Belakang : Salah satu penyakit degeneratif yang sering dialami oleh kelompok lansia yaitu
penyakit gout.Dari waktu ke waktu terlihat bahwa jumlah penderita gout cenderung meningkat.
Dengan meningkatnya kasus penderita penyakit gout tersebut. Terdapat faktor-faktor risiko yang
menyebabkan terserang penyakit gout seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, konsumsi alkohol
berlebih, penggunaan obat-obatan tertentu (terutama diuretika), gangguan fungsi ginjal, dan asupan
purin berlebih. Gout merupakan salah satu prediktor kuat terhadap kematian karena kerusakan
Kardiovaskuler. Hal ini dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat yang kurang memperhatikan kesehatan
seperti masih banyaknya masyarakat mengkonsumsi makanan tanpa memperhatikan kandungan dari
makanan tersebut. Untuk mengurangi resiko gout dilakukan pecegahan penyakit gout, seperti menjaga
pola makan gizi seimbang, olahraga teratur, pertahankan berat badan ideal, dan cukup minum air putih
setiap hari, menghindari mengkonsumsi makanan mengandung kadar purin tinggi seperti otak , hati,
jantung , jeroan, sarden, makarel, seafood, ikan kering, dan alkohol.Penyakit gout terjadi terutama pada
laki-laki, mulai dari usia pubertas hingga mencapai puncak usia 40-50 tahun. Kadar asam urat pada pria
meningkat sejalan dengan peningkatan usia seseorang. Sedangkan pada perempuan, persentase asam
urat mulai didapati setelah memasuki masa monopause, seiring dengan penurunan level estrogen. Hal
ini dikarenakan estrogen mempunyai salah satu fungsi yaitu meningkatkan pengeluaran asam urat
melalui urin. Menurunnya estrogen pada wanita monopause mengakibatkan kadar asam urat darah
meningkat di dalam tubuh dan resiko terkena gout akan lebih tinggi. Untuk itu untuk mengurangi
resiko gout dibutuhkan suatu terapi diet asam urat yang baik dan benar terutama makanan yang
mengandung purin. Purin ditemukan pada semua makanan yang mengandung protein. Sangatlah tidak
mungkin menyingkirkan semua makanan yang mengandung protein, mengingat fungsi utama protein
sebagai zat pembangun tubuh. Oleh karena itu makanan penderita gout menjadi diet rendah purin. Diet
rendah purin merupakan penatalaksanaan yang penting dari gout. Penatalaksanaan diet pada penderita
gout bertujuan untuk mengurangi pembentukan asam urat, menurunkan berat badan yang terlalu gemuk
dan mempertahankannya dalam batas normal. Prinsip diet pada penderita gout adalah memberikan
makanan yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan dan keadaan penderita.

Gambaran Pelaksanaan :

Hari/ tanggal : Jumat/ 28 Oktober 2022


Pukul : 08.00
Lokasi : Jl. Gajah
Total Lansia : 21 orang
Tema Penyukuhan : Hiperurisemia
Monev : Memberikan pertanyaan berupa berapa kadar nilai normal asam urat pada laki-
laki dan perempuan? Apa sumber makanan yang dapat menyebabkan peningkatan asam urat?
Pertanyaan dari peserta :
1. Apa suplemen atau jenis susu yang dapat mengurangi nyeri-nyeri pada sendi? (Jawaban : Vitamin D
atau susu yang tinggi kalsium)
2. Apakah semua nyeri pada sendi asam urat? (Jawaban : tidak, namun sebagian besar nyeri sendi pada
lansia disebabkan oleh asam urat, tetapi ada beberapa penyakit lain yang juga bisa menyebabkan nyeri
pada sendi seperti OA, Reumatik, Osteoporosis, dll sehingga perlu untuk memeriksakan diri ke faskes
terdekat)
3. Sekali berapa lama pemeriksaan asam urat bisa dilakukan? (Jawaban : bisa dilakukan pemeriksaan di
puskesmas 1x 3 bulan)

PENCARIAN KASUS PENYAKIT MENULAR SKABIES

Latar Belakang : Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
ektoparasit yaitu Sarcoptes scabiei varietas hominis. Skabies dalam bahasa Indonesia sering disebut
kudis. Skabies merupakan penyakit menular yang penularannya terjadi secara kontak langsung dan
tidak langsung. Secara langsung misalnya bersentuhan dengan penderita, secara tidak langsung
misalnya melalui handuk atau pakaian penderita. Pada sebuah keluarga, kelompok atau komunitas yang
terkena skabies akan menimbulkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi kenyamanan dalam
aktivitas. Karena penderita akan mengeluhkan gatal terutama pada malam hari. Gatal yang terjadi
terutama di tempat dengan stratum korneum yang tipis seperti, sela-sela jari, pergelangan tangan bagian
volar, siku bagian luar, lipat ketiak depan, umbilikus, bagian bawah perut, bokong dan bagian luar
kelamin pria, sehingga akan timbul perasan malu karena sangat mempengaruhi penampilan seseorang.
Skabies merupakan salah satu kondisi dermatologis yang paling umum dan sebagian besar
menyebabkan penyakit kulit di negara yang kurang sumberdaya, kondisi pemukiman yang padat serta
kurangnya personal hygiene. Skabies biasanya terjadi pada pasien yang hidup dalam lingkungan yang
padat, perekonomian yang rendah dan personal hygiene yang buruk serta adanya kontak dengan
penderita, baik secara langsung ataupun tidak langsung.

Identitas Pasien:

Nama : Ny. E
Usia : 42 thn
Alamat : Jl. Garuda IV
Pekerjaan : IRT

Gambaran Pelaksanan :

ANAMNESIS
KU: Gatal gatal sleuruh tubuh sejak 1 minggu yll
RPS: Gatal gatal sleuruh tubuh sejak 1 minggu yll. Gatal meningkat pada malam hari (+). Riwayat satu
keluarga yang tinggal dirumah mengalami keluhan yang sama (+)
RPD: tidak ada
Riwayat alergi: disangkal

VITAL SIGN
BB: 57 kg
TD: 134/72
HR: 80x/menit
RR: 20x/ menit
T: 37,2

PEMFIS
Mata: KA -/-, SI -/-
Cor : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : SN Vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Abd : Supel, BU (+) normal
Ext : Akral hangat, CRT < 2 detik

PEMFIS LOKALIS
bintik-bintik kecil (+) di tangan, badan, dan paha

Terapi:
-Salep scabimite 1x
-CTM 4 mg 3x1

Edukasi:
-Minum obat teratur
-Jangan menggunakan peralatan mandi dan pakaian bersamaan

PEMBERIAN VITAMIN A PADA ANAK

Latab Belakang : Vitamin A adalah vitamin larut lemak pertama di ditemukan. Penemuan ini
menyatakan semua retinoid dan prekursor/ provitamin A/ karotenoid yang mempunyai aktivitas
biologik sebagai retinol. Vitamin A berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.
Kekurangan vitamin A (KVA) meningkatkan resiko terserang penyakit infeksi seperti diare, radang
paru-paru, pneumonia dan bahkan kematian. Akibat lain yang paling serius dari kekurangan vitamin A
(KVA) adalah rabun senja yaitu bentuk lain dari xeropthalmia seperti kerusakan kornea mata dan
kebutaan. Vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi seperti campak,
diare dan ISPA serta memiliki peranan yang sangat penting bagi kesehatan mata. Vitamin A termasuk
zat gizi yang penting (essensial) bagi manusia, zat gizi ini tidak dapat dibuat oleh tubuh sehingga harus
dipenuhi dari luar. Makanan sumber vitamin A ada yang berasal dari produk hewani seperti daging,
telur, susu dan hati juga ada dari produk nabati yang mengandung beta-karoten (pro-vitamin A) yaitu
buah-buahan dan sayur-sayuran berwarnawarni seperti wortel, bayam, kol, brokoli, semangka, melon,
pepaya, mangga, tomat dan kacang polong. Disamping dari produk alami, vitamin A juga dapat berasal
dari produk hasil rekayasa yang diperkaya (fortifikasi) seperti dalam minyak goreng, margarin, susu
dan beberapa jenis mie instan. Selain yang disebutkan di atas ada sumber vitamin A yang sangat
potensial dan dapat mencukupi seluruh kebutuhan bayi dan balita yaitu suplementasi vitamin A melalui
pemberian kapsul vitamin A. Suplementasi vitamin A merupakan Program Nasional untuk mencegah
kekurangan vitamin A diantara anak-anak Indonesia. Program ini memberikan kapsul vitamin A secara
gratis kepada setiap bayi dan balita yang mengunjungi Posyandu dan Puskesmas. Pada bayi usia 6-11
bulan diberikan satu kali pada bulan Februari atau Agustus kapsul vitamin A berwarna biru dengan
dosis 100.000 SI, sedangkan balita usia 12 – 59 bulan diberikan dua kali dalam setahun kapsul
berwarna merah dengan dosis 200.000 SI.

Identitas Pasien:

Nama : An. MRR


Usia : 5 thn
Jenis Kelamin : laki-laki
BB : 16 kg

Gambaran Pelaksanaan:

Anamnesis
KU : Muncul bintik-bintik merah di badan, wajah, tangan dan kaki sejak 1 hari yll
RPS : Muncul bintik-bintik merah di badan, wajah, tangan dan kaki sejak 1 hari yll. Demam (+) sejak 3
hari yll. Batuk (+) berdahak sejak 3 hari yll. Mata merah tidak ada. BAK dan BAB dalam batas normal.
Nafsu makan berkurang (+).
RPD: tidak ada
Riwayat alergi: disangkal

VITAL SIGN
BB: 22 kg
HR: 112x/menit
RR: 22x/ menit
T: 38,7

PEMFIS
Mata: KA -/-, SI -/-
Cor : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : SN Vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Abd : Supel, BU (+) normal
Ext : Akral hangat, CRT < 2 detik

PEMFIS LOKALIS
Badan, wajah, tangan, dan kaki : bintik-bintik kemerahan (+)

Diagnosis : Varisella

Terapi:
-Paracetamol 120 mg/5 ml syr 3x5 cc
-Ambroxol syr 15 mg/5ml 3x5 cc
-Vit A 200.000 SI

Edukasi:
-Minum obat teratur
-Istirahat yang cukup
-Pasien boleh mandi seperti biasa

DETEKSI STUNTING DI SDN 29 ULAK KARANG

1.
Latar Belakang : Stunting adalah masalah kesehatan yang banyak ditemukan di negara berkembang,
termasuk Indonesia. Stunting atau pendek merupakan masalah kekurangan gizi kronis yang disebabkan
oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan
pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Keadaan pendek (stunting) berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang standar artropometri penilaian status gizi anak adalah suatu
keadaan dimana hasil pengukuran Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut
Umur (TB/U) berada di antara -3 SD sampai -2 SD. Jika hasil pengukuran PB/U atau TB/U berada
dibawah -3 SD disebut sangat pendek (severe stunting).Banyak faktor yang dapat menyebabkan
tingginya angka stunting pada balita. Faktor penyebab langsungnya adalah kurangnya asupan gizi yang
diterima balita. Penyebab lainnya yaitu sosial ekonomi, penyakit infeksi, pengetahuan ibu yang kurang,
pola asuh yang salah, sanitasi dan hygine yang buruk dan pelayanan kesehatan yang rendah. Selain itu,
masyarakat tidak menyadari bahwa anak pendek merupakan suatu masalah, karena anak pendek terlihat
seperti anak-anak dengan aktivitas normal, tidak seperti anak-anak kurus yang harus cepat
ditanggulangi.

Identitas Pasien
Nama : An. EGB

Jenis kelamin : laki-laki


Usia : 8 thn
BB : 17,4 kg
TB : 110 cm
IMT : 21,0
Status gizi : gizi kurang (BB/TB < persentil 5 menurut kurva pertumbuhan CDC 2000) + stunting
(TB/U < persentil 5 menurut kurva pertumbuhan CDC 2000)

Gambaran Pelaksanaan:

Hari/ tanggal : Senin/ 22 Agustus 2022


Lokasi : SDN 29 Ulak Karang

Dilakukan pemeriksaan status gizi pada anak sekolah di SDN 29 Ulak Karang. Pemeriksaan yang
dilakukan berupa pemeriksaan TB, BB, dan pemeriksaan kebersihan gigi dan telinga.

Pada pemeriksaan status gizi siswa kelas II didapatkan adanya 2 orang siswa dengan stunting.

DETEKSI STUNTING DI SDN 29 ULAK KARANG

2.
Latar Belakang : Stunting adalah masalah kesehatan yang banyak ditemukan di negara berkembang,
termasuk Indonesia. Stunting atau pendek merupakan masalah kekurangan gizi kronis yang disebabkan
oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan
pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Keadaan pendek (stunting) berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang standar artropometri penilaian status gizi anak adalah suatu
keadaan dimana hasil pengukuran Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut
Umur (TB/U) berada di antara -3 SD sampai -2 SD. Jika hasil pengukuran PB/U atau TB/U berada
dibawah -3 SD disebut sangat pendek (severe stunting).Banyak faktor yang dapat menyebabkan
tingginya angka stunting pada balita. Faktor penyebab langsungnya adalah kurangnya asupan gizi yang
diterima balita. Penyebab lainnya yaitu sosial ekonomi, penyakit infeksi, pengetahuan ibu yang kurang,
pola asuh yang salah, sanitasi dan hygine yang buruk dan pelayanan kesehatan yang rendah. Selain itu,
masyarakat tidak menyadari bahwa anak pendek merupakan suatu masalah, karena anak pendek terlihat
seperti anak-anak dengan aktivitas normal, tidak seperti anak-anak kurus yang harus cepat
ditanggulangi.

Identitas Pasien
Nama : An. MHY

Jenis kelamin : laki-laki


Usia : 7 thn
BB : 15,3 kg
TB : 110 cm
IMT : 12,64
Status gizi : gizi kurang (BB/TB < persentil 5 menurut kurva pertumbuhan CDC 2000) + stunting
(TB/U < persentil 5 menurut kurva pertumbuhan CDC 2000)

Gambaran Pelaksanaan:

Hari/ tanggal : Senin/ 22 Agustus 2022


Lokasi : SDN 29 Ulak Karang

Dilakukan pemeriksaan status gizi pada anak sekolah di SDN 29 Ulak Karang. Pemeriksaan yang
dilakukan berupa pemeriksaan TB, BB, dan pemeriksaan kebersihan gigi dan telinga.

Pada pemeriksaan status gizi siswa kelas II didapatkan adanya 2 orang siswa dengan stunting.
PER KB-AN

KB SUNTIK

Latar Belakang : KB merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan ketahanan
keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta perempuan. Pelayanan KB menyediakan
informasi, pendidikan, dan cara-cara bagi laki-laki dan perempuan untuk dapat merencanakan kapan
akan mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa tahun jarak usia antara anak, serta kapan akan
berhenti mempunyai anak. Kb suntik adalah Suntik hormon progesteron yang disuntikkan ke bokong/
panggul atau lengan setiap 3 bulan atau hormon estrogen yang disuntikan setiap 1 bulan sekali. Tingkat
keberhasilannya lebih dari 99%. Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi hormonal jenis suntikan yang
dibedakan menjadi dua macam yaitu DMPA (depot medroksiprogesterone asetat) dan kombinasi.
Suntik DMPA berisi depot medroksiprogesterone asetat yang diberikan dalam suntikan tunggal 150
mg/ml secara intramuscular (IM) setiap 12 minggu (Baziad, 2002). Efek samping penggunaan suntik
DMPA adalah gangguan haid, penambahan berat badan, kekeringan vagina, menurunkan libido,
gangguan emosi, sakit kepala, nervotaksis dan jerawat. Gangguan haid yang sering ditemukan berupa
siklus haid yang memendek atau memanjang, perdarahan banyak atau sedikit, perdarahan yang tidak
teratur atau perdarahan bercak (spotting), tidak haid sama sekali (amenore).

Identitas Pasien:

Nama : Ny. L
Usia : 39 thn
Pekerjaan : IRT
Jumlah Anak : 2 orang
Jenis KB : suntik

Gambaran Pelaksanaan :

Alat dan bahan :


1. Tempat cuci tangan
2. Timbangan berat badan
3. Tensimeter
4. Obat suntik KB
5. Spuit 3 cc
6. Kapas alcohol 70 %
7. Tempat sampah medis
8. ATK
Prosedur :
1. Petugas memanggil pasien dan mempersilakan untuk duduk
2. Petugas memberi salam dan memperkenalkan diri
3. Petugas melakukan anamnesa dan identifikasi pasien
4. Petugas menjelaskan perasat apa yang akan dilakukan
5. Petugas melakukan konseling tentang kontrasepsi KB Suntik
6. Petugas Melakukan informed consent
7. Petugas Mencuci tangan
8. Petugas memberitahu klien akan dilakukan penyuntikan. Kontrasepsi suntik DMPA diberikan setiap
3 bulan dengan cara disuntikan intramuskular dalam didaerah bokong. Apabila suntikan diberikan
terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntik akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif.
Suntikan diberikan setiap 90 hari.- Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan alkohol yang dibasahi
dengan etil atau isopropil alkohol 60-90%, biarkan kulit kering sebelum disuntik, setelah kulit kering
baru disuntik.
- Kocok dengan balk dan hindarkan gelembung-gelembung udara.
- Kontrasepsi tidak penlu didinginkan. Bila terdapat endapan putih pada dasar ampul, upayakan
menghilangkannya dengan menghangatkannya.
9. Petugas melakukan penyuntikan secara I.M. Petugas melakukan penyuntikan pada daerah bokong
1/3 bagian dari SIAS (tulang panggul) dekstra (kanan) atau sinistra ( Kiri) dan os cogcygic ( tulang
ekor).
10. Petugas memberitahu pasien sudah dilakukan penyuntikan
11 . Petugas mencuci tangan
12. Petugas mencatat pada kartu KB dan menjelaskan pada ibu waktu kunjungan ulang yakni 28 hari
untuk suntikan Cyclofem, dan 3 bulan untuk suntikan DMPA.
13. Petugas mencatat hasil dalam rekam medis
Jangan menggunakan kontrasepsi bila :
- Hamil/ dicurigai hamil
- Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya
- Bila klien tidak bisa menerima gangguan haid terutama
- Penderita kangkerpayudara/ riwayat kanker payudara
- Penderita diabetes dengan komplikasi

Monitoring dan evaluasi :


1. Persiapan konseling dan penyampaian informasi kepada ibu hamil untuk melakukan kb.
2. Melakukan pelaksanaan kb suntik kepada akseptor yang telah menyetujui.
3. Menjelaskan mengenai efek yang akan di timbulkan selama memakai kb suntik.
4. Kontrol ulang jika ada keluhan selama pemakaian KB suntik.

KB PIL

Latar Belakang : Pil KB merupakan salah satu kontrasepsi hormonal yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya kehamilan yang ditambahkan ke dalam tubuh seorang wanita dengan cara diminum (pil)
Tujuan dari konsumsi pil KB adalah untuk mencegah, menghambat dan menjarangkan terjadinya
kehamilan yang memang tidak diinginkan. Untuk itu kepatuhan mengkonsumsi pil KB secara teratur
sesuai dengan dengan petunjuk tenaga kesehatan harus dilakukan. Kepatuhan mengkonsumsi pil KB
bertujuan agar manfaat konsumsi pil KB yaitu mencegah menghambat dan menjarangkan terjadinya
kehamilan bisa dirasakan. Ketidakpatuhan dalam mengkonsumsi pil KB tidak bisa menjamin bahwa
akseptor pil KB terhindar dari kehamilan. Hal ini dikarenakan pengkonsumsian yang tidak teratur
menjadikan pil KB tidak bisa bekerja secara optimal. Akan tetapi fenomena di lapangan menunjukkan
bahwa sering kali akseptor pil KB tidak patuh dalam melakukan keteraturan mengkonsumsi pil KB.
Ketidakpatuhan ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan mereka tentang pil KB. Mereka
cenderung menghemat pengkonsumsian dengan meminum pil KB dibawah ukuran yang disarankan.
Kebiasaan ini menyebabkan masih mungkin akseptor pil KB mengalami kehamilan yang tidak
diinginkan. Pil KB berisi kombinasi hormon estrogen dan progesteron untuk mencegah ovulasi
(pelepasan telur selama siklus bulanan). Seorang wanita tidak bisa hamil jika dia tidak berovulasi
karena tidak ada telur untuk dibuahi. Pil KB juga bekerja dengan menebalkan lendir di sekitar leher
rahim, yang membuatnya sulit bagi sperma untuk memasuki rahim dan mencapai setiap telur yang
telah muncul. Hormon-hormon dalam pil KB terkadang juga dapat mempengaruhi lapisan rahim,
sehingga sulit bagi telur untuk menempel ke dinding rahim.Pada jenis pil yang lain dapat mengubah
periode menstruasi adalah pil progesteron berdosis rendah, atau kadang-kadang disebut juga pil mini.
Jenis pil KB ini berbeda dari pil lain yang hanya berisi satu jenis hormon progesterone. Pil mini bekerja
dengan mengubah lendir serviks dan dinding rahim, dan terkadang juga mempengaruhi ovulasi juga.

Identitas Pasien
Nama : Ny RR
Usia : 33 thn
Pekerjaan : Berdagang
Jumlah anak : 2 orang

Gambaran Pelaksanaan

Prosedur :
KONSELING AWAL
1. Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri anda serta tanyakan tujuan dan kedatangannya.
2. Berikan informasi umum tentang keluarga berencana
3. Berikan informasi tentang jenis kontrasepsi yang tersedia dan keuntungan dari masing-masing
jenis kontrasepsi (termasuk perbedaan antara kontap dan metode reversible)
4. Tunjukkan dimana dan alkon tersebut digunakan
5. Jelaskan bagaimana cara kerja alkon
6. Jelaskan kemungkinan efek samping dan masalah kesehatan lain yang mungkin dialami
7. Jelaskan efek samping yang umumnya sering dialami oleh klien
8. Jelaskan apa yang bisa diperoleh dari kunjungannya
9. Berikan jaminan akan kerahasiaan yang diperlukan klien.

KONSELING PRA PEMBERIAN PIL DAN SELEKSI KLIEN


1. Kumpulkan data-data pribadi klien (nama, alamat, dsb).
2. Tanyakan tujuan reproduksi KB yang diinginkan (apakah klien ingin mengatur jarak kelahiran
atau membatasi jumlah anaknya).
3. Tanyakan agama/kepercayaan yang dianut klien yang mungkin menentang penggunaan salah satu
metode KB.
4. Diskusikan kebutuhan, pertimbangan dan kekhawatiran klien dengan sikap yang empati.
5. Bantulah klien untuk memilih metode yang tepat.
6. Jelaskan kemungkinan-kemungkinan efek samping pil, sampai benar-benar dimengerti oleh klien.
7. Periksa kembali rekam medis dan lakukan penilaian lanjutan bila ada indikasi.

KONSELING PASCA PEMBERIAN PIL


1. Ajarkan klien bagaimana cara memakai pilnya.
2. Ajarkan bagaimana jika klien lupa meminum pilnya.
3. Ajarkan kapan klien bisa memulai meminum pilnya.
4. Beritahukan hal-hal yang perlu di perhatikan. Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila
mengalami efek samping.
5. Beritahu kapan klien harus datang kembali ke puskesmas untuk kontrol.
6. Petugas memberikan resep pada klien untuk pengambilan alkon Pil. Mengisi kartu KB dan
menyerahkan kepada akseptor KB.
7. Petugas mencuci tangan pakai sabun.
8. Petugas mencatat hasil kegiatan

Monitoring dan evaluasi :


1. Persiapan konseling dan penyampaian informasi kepada ibu untuk melakukan kb.
2. Melakukan pelaksanaan kb pil kepada akseptor yang telah menyetujui.
3. Menjelaskan mengenai efek yang akan di timbulkan selama memakai kb pil.
4. Kontrol ulang jika ada keluhan selama pemakaian KB pil.

STATUS GIZI ANAK SEHAT


Latar Belakang : Indikator ukuran antropometri digunakan sebagai kriteria utama untuk menilai
kecukupan asupan gizi dan pertumbuhan bayi dan balita. Standar Antropometri Anak di Indonesia
mengacu pada World Health Organization (WHO) Child Growth Standards untuk anak usia 0-5 tahun
dan The WHO Reference 2007 untuk anak 5 (lima) sampai dengan 18 (delapan belas) tahun. Standar
tersebut memperlihatkan bagaimana pertumbuhan anak dapat dicapai apabila memenuhi syarat-syarat
tertentu. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 2 tahun 2020 ini merevisi Nomor
1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.Keputusan
tersebut menetapkan klasifikasi status gizi serta ditambahkan penjelasan tentang penilaian status gizi
dan tren pertumbuhan. Serta pentingnya deteksi dini risiko gagal tumbuh (at risk failure to thrive) dan
kenaikan massa lemak tubuh dini (early adiposity rebound) dan tata laksana segera. Berdasarkan hasil
Riskesdas 2013, secara nasional prevalensi beratkurang pada anak adalah 19,6%, terdiri dari 5,7% gizi
buruk dan 13,9% gizi kurang. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4
%) dan tahun 2010 (17,9 %) terlihat meningkat, padahal target RPJMN sebesar 15% pada tahun 2014.
Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun 2007, 4,9% pada tahun 2010, dan
5,7% tahun 2013. Peningkatan status kesehatan dan gizi dalam suatu masyarakat sangat penting dalam
upaya peningkatan kualitas manusia dalam aspek lainnya seperti pendidikan dan produktivitas tenaga
kerja. Salah satu upaya untuk meningkatkan status gizi yaitu dengan melakukan penilaian status gizi.

1. Satu
Identitas Pasien

Nama : An. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tgl Lahir : 01-12-2018
Usia : 3 thn 11 bln
BB : 15 kg
TB : 97 cm
BERDASARKAN KURVA CDC 2000
BB/U : antara persentil 5 s/d 95 (normal)
TB/U : antara persentil 5 s/d 95 (normal)
BB/TB : antara persentil 5 s/d 95 (normal)
Intake makanan saat ini : makan makanan biasa seperti orang dewasa + sufor

Gambaran Pelaksanaan:

Dilakukan pemeriksaan BB dan TB pada anak anak di Posyandu Kodim - 65


Hari/ tanggal : Selasa/ 15 November 2022
Lokasi : Posyandu Balita Kodim
Waktu : 09.00 s/d selesai

Berdasarkan kurva pertumbuhan CDC 2000 anak ini memiliki pertumbuhan yang normal sesuai
dengan usia nya.

2. Dua
Identitas Pasien

Nama : An. RA
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tgl Lahir : 12-12-2017
Usia : 4 thn 11 bln
BB : 17 kg
TB : 107 cm
BERDASARKAN KURVA CDC 2000
BB/U : antara persentil 5 s/d 95 (normal)
TB/U : antara persentil 5 s/d 95 (normal)
BB/TB : antara persentil 5 s/d 95 (normal)
Intake makanan saat ini : makan makanan biasa seperti orang dewasa + sufor

Gambaran Pelaksanaan:
Dilakukan pemeriksaan BB dan TB pada anak anak di Posyandu Kodim - 65
Hari/ tanggal : Selasa/ 15 November 2022
Lokasi : Posyandu Balita Kodim
Waktu : 09.00 s/d selesai

Berdasarkan kurva pertumbuhan CDC 2000 anak ini memiliki pertumbuhan yang normal sesuai
dengan usia nya.

3. Tiga
Identitas Pasien

Nama : An. ABL


Jenis Kelamin : Peempuan
Tgl Lahir : 11-04-2022
Usia : 7 bln 4 hari
BB : 8,4 kg
TB : 69 cm
BERDASARKAN KURVA WHO
BB/U : antara -2 SD s/d 2 SD (normal)
TB/U : antara -2 SD s/d 2 SD (normal)
BB/TB : antara -2 SD s/d 2 SD (normal)
Intake makanan saat ini : MPASI makanan di blender
Gambaran Pelaksanaan:

Dilakukan pemeriksaan BB dan TB pada anak anak di Posyandu Kodim - 65


Hari/ tanggal : Selasa/ 15 November 2022
Lokasi : Posyandu Balita Kodim
Waktu : 09.00 s/d selesai

Berdasarkan kurva pertumbuhan WHO anak ini memiliki pertumbuhan yang normal sesuai dengan usia
nya.

KESLING

Latar Belakang : Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan social
kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur penentu atau determinan dalam kesejahteraan
penduduk. Dimana lingkungan yang sehat sangat dibutuhkan bukan hanya untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, tetapi juga untuk kenyamanan hidup dan meningkatkan efisiensi
kerja/belajar.Kesehatan lingkungan bisa berakibat positif terhadap kondisi elemen-elemen hayati dan
non hayati dalam ekosistem. Bila lingkungan tidak sehat maka sakitlah elemennya, tapi sebaliknya jika
lingkungan sehat maka sehat pulalah ekosistem tersebut. Perilaku yang kurang baik dari manusia telah
mengakibatkan perubahan ekosistem dan timbulnya sejumlah masalah sanitasi. Menurut Hendrik L.
Bloom derajat kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu: factor lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan, dan faktor keturunan. Faktor lingkungan memiliki pengaruh dan peranan terbesar diikuti
perilaku, fasilitas kesehatan dan keturunan.Lingkungan sangat bervariasi, salah satunya berhubungan
dengan lingkungan fisik. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air
limbah, udara, tanah, ikim, perumahan, dan sebagainya. Sanitasi merupakan salah satu komponen dari
kesehatan lingkungan. Dalam penerapan di masyarakat, sanitasi meliputi penyediaan air, pengolaan
limbah, pengolaan sampah, control vektor, pencegahan dan pengontrolan pencemaran tanah, sanitasi
makanan, serta pencemaran udara. Kesehatan lingkungan di Indonesia masih memprihatinkan. Belum
optimalnya sanitasi di Indonesia ditandai dengan masih tingginya angka kejadian penyakit infeksi dan
penyakit menular di masyarakat. Salah satu penyakit yang berhubungan dengan rendahnya sarana
sanitasi dasar yang tidak memenuhi syarat adalah infeksi penyakit kulit yang disertai dengan rasa gatal,
eritema, papula,vesikula, erosi, membasah diskuamasi, linkenifikasi, edema dan lain sebagainya.
Penyakit berbasis lingkungan seperti penyakit kulit masih sering ditemui di tempat yang memiliki
kondisi lingkungan yang buruk. Lingkungan yang sehat dan bersih akan membawa efek bagi kulit.
Demikian pula sebaliknya, lingkungan yang kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai macam
penyakit antara lain penyakit kulit. Bakteri, bersama-sama dengan jamur dan virus, dapat menyebabkan
banyak penyakit kulit. Kurangnya air bersih khususnya untuk menjaga kebersihan diri, dapat
menimbulkan berbagai penyakit kulit dan mata. Hal ini terjadi karena bakteri yang selalu ada pada kulit
dan mata mempunyai kesempatan untuk berkembang. Timbulnya penyakit kulit juga dipengaruhi oleh
perilaku seseorang dimana perilaku tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor penentu, diantaranya
adalah sikap dan pengetahuan dari pribadi masing-masing. Jika seseorang mempunyai pengetahuan
yang kurang maka akan memperbesar faktor kejadian dari suatu penyakit ini. Faktor lain yang
mempengaruhi timbulnya penyakit kulit adalah daya tahan tubuh, faktor fisik, bahan kimia,
mikrobiologi, serta faktor personal hygiene (kebersihan pribadi). Faktor yang paling dominan adalah
kemiskinan dan personal hygiene yang jelek.

Identitas Keluarga Binaan


Nama KK : Tn. Z
Alamat : Jl. Gajah
Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : 7 orang
- 5 orang dewasa
- 2 orang balita
- 1 bayi baru lahir

Gambaran Pelaksanaan :

Telah dilakukan peninjauan salah satu rumah keluarga yang beranggotakan 7 orang :
 Didapatkan penggunaan jamban yang berada didalam rumah
 Sumber air menggunakan air sumur, air ditampung di bak mandi dan dikuras 1 kali sebulan
 Didapatkan tempat pembuangan sampah yang berada tidak jauh dari rumah dan tidak terdapat
tong sampah. Sampah biasanya dibakar disamping rumah
 Terdapat beberapa anggota keluarga yang merokok, dan merokok sering dilakukan didalam
rumah.
Edukasi
 Menyarankan untuk menguras bak mandi satu kali seminggu
 Edukasi mengenai pengolahan sampah rumah tangga dengan cara memisahkan antara sampah
basah dan sampah kering, antara sampah yang dapat didaur ulang dan tidak. Menyarankan
untuk membuang sampah di tempat pembuangan sampah. Usahakan jangan membakar
sampah dan tempat pembuangan sampah jauh dari rumah.
Edukasi berhenti merokok dan jika belum bisa berhenti merokok jangan merokok didalam rumah.

Anda mungkin juga menyukai