Anda di halaman 1dari 5

2.3.

2 Memilih metode kontrasepsi


Dalam mencapai kenyamanan dan hasil yang optimal dari penggunaan kontrasepsi, diperlukan
pemilihan metode kontrasepsi yang cocok dengan akseptor yang bersangkutan. Karena hal ini
sangat penting, maka perlu diperhatikan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode
kontrasepsi yang baik antara lain :6
1. Aman/tidak berbahaya
2. Dapat diandalkan
3. Sederhana, sedapat-dapatnya tidak usah dikerjakan oleh seorang dokter
4. Murah
5. Dapat diterima oleh orang banyak
6. Pemakaian jangka lama (continuation rate tinggi)
Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih metode kontrasepsi, meliputi : 6

1. Faktor pasangan, berkaitan dengan motivasi dan rehabilitas :


a. Umur
b. Gaya hidup
c. Frekuensi sanggama
d. Jumlah keluarga yang diinginkan
e. Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu
f. Sikap kewanitaan
g. Sikap kepriaan
2. Faktor kesehatan, berkaitan dengan kontraindikasi absolut atau relatif :
a. Status kesehatan
b. Riwayat haid
c. Riwayat keluarga
d. Pemeriksaan fisik
e. Pemeriksaan panggul
3. Faktor metode kontrasepsi, berkaitan dengan penerimaan dan pemakaian berkesinambungan :
a. Efektivitas
b. Efek samping minor
c. Kerugian
d. Komplikasi-komplikasi yang potensial

1
e. Biaya
Dalam hal memilih metode kontrasepsi, kita harus dapat memandangnya dari dua sudut :6
Pihak calon akseptor
Terdapat dua hal yang sangat penting yang harus diketahui oleh pasangan calon akseptor, yaitu
mengenai efektivitas dan keamanan dari metode kontrasepsi yang akan digunakan. Disamping itu
keadaan yang paling ideal adalah bahwa isteri dan suami harus bersama-sama :

a. Memilih metode kontrasepsi terbaik

b. Saling kerja-sama dalam pemakaian kontrasepsi

c. Membiayai pengeluaran untuk kontrasepsi

d. Memperhatikan tanda-tanda bahaya pemakaian kontrasepsi


4. Pihak medis/petugas KB
Pihak inilah yang sebaiknya menjelaskan kepada calon akseptor mengenai :
a. Efektivitas dan risiko dari masing-masing metode kontraseptif yang ada
b. Keuntungan non-kontraseptif
c. Kontraindikasi
d. Tanda-tanda bahaya dari metode kontraseptif yang ada
e. Efek bahaya penggunaan “poli farmasi”

Penggunaan Kontrasepsi Menurut Umur :6

1. Umur ibu kurang dari 20 tahun:

a. Penggunaan prioritas kontrasepsi pil oral.

b. Penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pasangan muda frekuensi


bersenggama tinggi sehingga akan mempunyai kegagalan tinggi.

c. Bagi yang belum mempunyai anak, AKDR kurang dianjurkan.

d. Umur di bawah 20 tahun sebaiknya tidak mempunyai anak dulu.


2. Umur ibu antara 20 - 30 tahun
a. Merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan melahirkan.

2
b. Segera setelah anak pertama lahir, dianjurkan untuk memakai spiral sebagai pilihan utama.
Pilihan kedua adalah norplant atau pil.
3. Umur ibu di atas 30 tahun
a. Pilihan utama menggunakan kontrasepsi spiral atau norplant. Kondom bisa merupakan
pilihan kedua.
b. Dalam kondisi darurat, metode mantap dengan cara operasi (sterlilisasi) dapat dipakai dan
relatif lebih baik dibandingkan dengan spiral, kondom, maupun pil dalam arti mencegah

2.4 Jenis-jenis KB
Strategi untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan pada wanita yang telah aktif
secara seksual yaitu dengan mempromosikan (1) pilihan metode kontrasepsi yang tepat dan (2)
penggunaan metode kontrasepsi yang benar dan konsisten untuk mencegah kehamilan 6,7. Tidak
ada metode kontrasepsi yang tidak berisiko memiliki efek samping, namun risiko tersebut lebih
kecil dibandingkan dengan kehamilan itu sendiri. Namun, beberapa kelainan atau penggunaan obat
tertentu dapat meningkatkan risiko kontrasepsi tertentu8,9.

Pada tahun 2007 World Health Organization mengeluarkan buku panduan Keluarga
Berencana yang terus diperbaharui pada tahun 2011 dan terakhir pada tahun 2018. Buku panduan
ini memberikan informasi mengenai pilihan metode kontrasepsi yang tepat dan efektif 10.
Kontrasepsi yang baik harus memenuhi syarat-syarat antara lain memiliki efektifitas yang tinggi,
efek samping yang diberikan minimal, reversible (dapat memberikan kesuburan setelah
dilepaskan/berhenti), melindungi dari infeksi atau penyakit menular seksual, mudah didapatkan
dan tidak dikontraindikasikan kepada pemakainya 10,11.

Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI), jenis kontrasepsi terbagi
menjadi dua jenis yaitu metode tradisional dan modern. Metode tradisional meliputi pantang
berkala, senggama terputus, dan lainnya (seperti pijat dan jamu), sedangkan cara modern meliputi
penggunaan intrauterine device (IUD), susuk KB/implant, sterilisasi pria/Metode Operasi Pria
(MOP), sterilisasi wanita/Metode Operasi Wanita (MOW), suntikan, pil, dan kondom 12.
Berdasarkan kandungannya, metode kontrasepsi dibedakan menjadi kontrasepsi hormonal seperti
pil, suntik, alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) sedangkan kontrasepsi non hormonal seperti
Metode Operasi Wanita (MOW), Metode Operasi Pria (MOP), kondom, pantang berkala dan Alat

3
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)12,13.

Tabel 0-1. Jenis-jenis kontrasepsi hormonal13

2.4.1 Kontrasepsi Oral Kombinasi


Kontrasepsi oral kombinasi merupakan pil yang mengandung dua hormone dengan dosis
rendah yaitu progestin dan estrogen. Estrogen yang biasa digunakan adalah ethinyl estradiol
dengan dosis 0,05 mcg per tablet; progestin yang digunakan bervariasi. Metode ini sering disebut
juga sebagai pil kombinasi dan merupakan jenis kontrasepsi yang paling sering digunakan, bekerja
dengan cara mencegah pelepasan ovum dari ovarium (ovulasi). Pil ini diminum setiap hari dalam
3 minggu dan diikuti periode 1 minggu tanpa pil. Kontraindikasinya seperti riwayat tromboflebitis,
kelainan serebrovaskular, gangguan fungsi hati, dan keganasan payudara. Kontraindikasi relatif
mencakup hipertensi, diabetes, perdarahan vagina yang tidak jelas sumbernya, laktasi, fibromioma
uterus, dan lainnya8,10,13.

a) Pil Progestin-Only
Pil progestin-only atau yang sering disebut pil mini mengandung progestin dosis kecil sekitar
0.5mg atau kurang tanpa mengandung estrogen. Pil ini harus dikonsumsi setiap hari, termasuk
pada saat menstruasi. Karena tidak mengandung estrogen, pil ini dapat dikonsumsi oleh ibu
menyusui dan wanita yang memiliki kontraindikasi menggunakan estrogen. Metode kontrasepsi
ini bekerja dengan cara mengentalkan mukus serviks sehingga menghalangi pertemuan antara
sperma dengan ovum, mengganggu siklus menstruasi dan mencegah terjadinya ovulasi10,13.

4
b) Injeksi Tunggal/ Depo-Medroxyprogesterone Acetate (DMPA)
Kontrasepsi injeksi menjadi metode kontrasepsi yang paling diminati. Depo-
Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) merupakan metode kontrasepsi hormonal yang hanya
mengandung progesteron 150 mg, disuntikkan secara intramuskular setiap 3 bulan. Kontrasepsi
ini tidak mengantung estrogen sehingga dapat digunakan oleh ibu menyusui sejak 6 minggu
setelah melahirkan dan wanita yang kontraindikasi menggunakan estrogen. Metode ini memiliki
nama lain Depo, Depo-Provera, dan Petogen10. Alat kontrasepsi hormonal suntik DMPA

adalah satu-satunya kontrasepsi hormonal yang konsisten terkait dengan penambahan berat
badan. Sebuah studi prospektif menemukan bahwa wanita yang menggunakan Depo-Provera
memperoleh penambahan berat badan rata-rata sebesar 5,1 kg selama 36 bulan, sedangkan wanita
yang menggunakan kontrasepsi oral kombinasi tidak mendapatkan kenaikan berat badan 14.

c) Injeksi Kombinasi
Metode injeksi ini mengandung dua hormone yaitu progestin dan estrogen. Injeksi ini
dilakukan satu kali setiap 28 sampai 30 hari. Efek samping yang mungkin dapat terjadi yaitu
perdarahan abnormal, kenaikan berat badan, nyeri kepala, nyeri pada payudara10.

Anda mungkin juga menyukai