Pelayanan kontrasepsi adalah tindakan yang dilakukan di fasilitas
pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang meliputi pemberian atau pemasangan kontrasepsi dan tindakan-tindakan lain yang berkaitan dengan kontrasepsi kepada calon dan peserta KB. Program KB bertujuan untuk mengendalikan pertambahan jumlah penduduk, membatasi angka kelahiran, mengatur jarak kelahiran, serta menurunkan angka AKI, AKN, dan AKB. Pemilihan alat kontrasepsi yang tepat dan aman perlu dilakukan dengan berkonsultasi dengan dokter atau tenaga kesehatan. Selain itu, konseling keluarga berencana juga merupakan bagian dari pelayanan kontrasepsi yang penting dalam memberikan informasi dan edukasi mengenai kontrasepsi serta membantu peserta KB dalam memilih jenis kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kesehatan. Tahapan kegiatan konseling dalam pelayanan KB meliputi KIE motivasi, bimbingan, rujukan, KIP/K, pelayanan kontrasepsi, dan tindak lanjut.
Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat di Indonesia menjadi
salah satu masalah yang perlu diatasi. Hal ini mendorong pemerintah untuk mengembangkan upaya-upaya pengendalian kelahiran dan memperkecil angka kematian ibu dan anak. Program Keluarga Berencana (KB) dicanangkan sebagai upaya mengatur jumlah penduduk dengan cara memberikan penyuluhan, pelayanan, dan penggunaan alat kontrasepsi. Pemakaian kontrasepsi merupakan salah satu dari sekian banyak variabel yang secara langsung mempengaruhi tingginya pemakaian kontrasepsi di Indonesia.
Di Indonesia, pemakaian kontrasepsi tidak terlepas dari peran suami dalam
penggunaan alat kontrasepsi yang mempengaruhi tingginya pemakaian kontrasepsi terkait dengan. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan dan dapat dijadikan salah satu alat untuk menekan jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Oleh karena itu, penting untuk memahami jenis-jenis kontrasepsi yang tersedia dan memilih jenis kontrasepsi yang tepat dan aman bagi kesehatan. A. Fase Pemilihan Metode Kontrasepsi
Terdapat tiga fase dalam pemilihan metode kontrasepsi yang rasional,
efektif, dan efisien, yaitu:
1) Menunda Kehamilan (postponing)
Tahap ini umumnya dilakukan oleh pasangan yang memiliki istri dengan usia di bawah 20 tahun dan pasangan yang belum siap memiliki anak. Wanita yang hamil di bawah 20 tahun sangat berisiko mengalami kelahiran prematur, bayi dengan gangguan tumbuh kembang, bayi dengan gangguan fungsi pencernaan dan pernapasan. Hal ini dikarenakan apabila pasangan belum memiliki anak dan masih ingin menundanya, maka syarat kontrasepsi yang digunakan adalah harus bisa mengembalikan kesuburan 100% setelah pelepasan kontrasepsi nantinya apabila istri telah berusia 20 tahun atau telah siap memiliki anak. Pada umumnya, kontrasepsi yang digunakan adalah pil KB dan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim). 2) Menjarangkan Kehamilan (spacing) Seorang ibu dengan usia di antara 20-30 tahun masih memiliki kesempatan yang baik untuk melahirkan. Pada periode 20-30 tahun tersebut, dapat direncanakan untuk memiliki 2 anak dengan rentang waktu kehamilan 2-4 tahun. Hal ini dikarenakan apabila pasangan tersebut masih memiliki rencana untuk memiliki anak kembali dengan jarak kehamilan 2-4 tahun, maka diperlukan kontrasepsi yang masih memiliki efektivitas dan reversibilitas tinggi. 3) Tidak Hamil Lagi (fecundity) Seorang ibu yang telah berusia 30 tahun ke atas dan telah memiliki 2 anak disarankan untuk tidak hamil lagi karena kehamilan dapat berisiko bagi ibu dan anak. Risikonya yaitu kelahiran secara prematur, berat badan bayi rendah, preeklamsia, plasenta previa, kelahiran caesar, gangguan genetik, dan pecah ketuban. Dari risiko tersebut, banyak ibu-ibu yang memilih tidak hamil di atas usia 30 tahun. Oleh karena itu, diperlukan kontrasepsi yang memiliki efektivitas sangat tinggi agar tidak terjadi kegagalan. Untuk ibu yang telah sepakat untuk tidak mengandung lagi, maka kontrasepsi yang dapat digunakan adalah implan, kontrasepsi metode kontap, AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), pil KB, dan suntik KB.
Gambar 1. Fase pemilihan metode kontrasepsi
B. SYARAT KONTRASEPSI Menurut Matahari dkk (2019), terdapat beberapa syarat kontrasepsi, yaitu: 1. Tidak memiliki efek samping yang merugikan 2. Hubungan seksual tidak terganggu karena kontrasepsi 3. Mudah digunakan 4. Dapat diterima oleh kedua pasangan 5. Kontrasepsi aman digunakan dan terpercaya 6. Mekanismenya dapat diatur sesuai dengan keinginan dari penerima kontrasepsi 7. Selama digunakan tidak memerlukan kontrol dan bantuan petugas kesehatan 8. harganya terjangkau oleh masyarakat C. METODE KONTRASEPSI SEDERHANA Metode kontrasepsi sederhana atau tradisional adalah cara-cara yang dilakukan masyarakat tradisional dalam mencegah kehamilan dengan cara alami dan tidak perlu intervensi obat ataupun alat dari luar. Meskipun metode ini bersifat alami, metode ini dinilai kurang efektif dibandingkan dengan metode modern seperti saat ini karena masih terdapat peluang yang besar untuk terjadi kehamilan. Namun, metode alami ini mempunyai kelebihan dibandingkan metode modern, yaitu metode dinilai lebih aman karena tidak dapat menimbulkan efek samping ke orang yang menerapkan metode tersebut. Oleh karena itu, metode sederhana sempat menjadi pilihan bagi wanita yang merasa dirinya tidak cocok jika menggunakan alat kontrasepsi modern. Secara umum, metode sederhana dibagi menjadi tiga cara yang bisa diterapkan untuk mencegah kehamilan diantaranya yaitu: a. Tidak berhubungan seksual pada masa subur. Pada saat berhubungan di saat masa subur atau ovulasi, sperma dapat lebih mudah untuk membuahi sel telur. Hal tersebut membuat peluang kehamilan menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu, tidak disarankan berhubungan pada saat masa subur. b. Memberikan ASI yang eksklusif. Tidak hanya bermanfaat bagi bayi, pemberian ASI eksklusif ternyata juga baik dalam mencegah kehamilan pada ibu menyusui. Hal ini dikarenakan proses menyusui dapat menghambat ovulasi dan juga menstruasi pada ibu yang masih tergolong baru melahirkan. Biasanya metode ini disebut dengan amenore laktasi. c. Mengeluarkan penis saat tepat sebelum ejakulasi. Cara ini juga biasa disebut dengan istilah senggama terputus. Supaya cara ini hasilnya efektif, si pria harus mampu mengontrol dirinya dengan kuat dan bisa memperkirakan waktu yang pas saat harus menarik penisnya keluar. Namun cara sederhana ini tentu tidak seefektif penggunaan alat kontrasepsi seperti kondom. Karena jika si pria tidak mampu mengontrol dirinya maka kehamilan bisa saja mungkin terjadi. D. METODE KONTRASEPSI MODERN Adapun macam macam metode kontrasepsi modern antara lain: a. Implan Keuntungan yang bisa di dapat dari penggunaan implan ini adalah bisa dipasang dalam waktu yang lama (5 tahun), kontrol medis juga ringan, dan dapat dilayani di daerah desa dan hanya menelan biaya murah. Namun penggunaan implan memiliki efek samping yang biasanya terjadi pada penggunanya yaitu terjadinya gangguan menstruasi terutama pada 3 - 6 bulan pemakaian, biasanya penggunanya akan mengalami waktu haid yang lebih panjang dan lebih sering atau amenorea.
b. Kontrasepsi Medis Operatif (MOW)
Tingkat keefektifan dari alat kontrasepsi ini sangat tinggi dan segera efektif post operatif (Hartanto, 2004). Keuntungan dari penggunaan kontrasepsi ini adalah vasektomi tuba akan menghadapi dan mencapai klimakterium dalam suasana alami. Efek samping dari penggunaannya adalah terjadi resiko internal lebih tinggi dan kemungkinan infeksi serius sedikit lebih tinggi dan sekali kematian yang berhubungan dengan anestesi (Hartanto, 2004) c. Kontrasepsi IUD. Berdasarkan bentuknya IUD dapat dibagi menjadi bentuk terbuka dan bentuk tertutup. Tingkat efektivitasnya sangat tinggi dalam mencegah kehamilan pada jangka waktu yang cukup lama. Keuntungan dari menggunakan kontrasepsi ini yaitu bisa meningkatkan rasa nyaman pada hubungan suami istri karena bisa merasa aman dari resiko kehamilan dan juga dapat dipasang secepatnya setelah melahirkan. Sedangkan efek samping dari kontrasepsi ini yaitu bisa saja penggunanya terinfeksi panggul bila pemasangannya kurang tepat dan dapat terjadi rasa sakit berupa kram perut setelah pemasangan (Hartanto, 2004). Oleh karena itu, peran tenaga kesehatan diperlukan. d. Kontrasepsi Suntik Beberapa ahli mengatakan bahwa kontrasepsi suntik ini bisa menyebabkan lendir servik mengental akibatnya bisa menghentikan kekuatan tembus dari sperma. Meskipun begitu fungsi utama dari kontrasepsi suntik dalam mencegah kehamilan yaitu menekan ovulasi. Ada beberapa indikasi dari penggunaan kontrasepsi suntik ini diantaranya usia reproduksi, sudah mempunyai anak ataupun belum, berkeinginan mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang tinggi. Selain itu ada kontraindikasi dari pemakaian kontrasepsi ini diantaranya hamil ataupun diduga hamil, pendarahan pada vagina yang penyebabnya belum jelas, tidak bisa menerima gangguan haid terutama amenorea. Terdapat kerugian dari kontrasepsi ini yaitu adanya perubahan pada pola haid, pengguna sangat bergantung kepada instansi kesehatan, tidak bisa dihentikan sewaktu waktu sebelum suntuk yang berikutnya. Sedangkan keuntungan dari kontrasepsi ini yaitu efektifitasnya tinggi, mencegah kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri dan juga tidak mengandung estrogen akibatnya tidak berefek ke penyakit jantung. d. Kontrasepsi Kondom Kondom merupakan alat kontrasepsi yang digunakan keluarga berencana yang bahannya terbuat dari karet dan pemakaiannya dilakukan dengan menyarungkan pada alat kelamin pria (penis) waktu akan senggama. Terdapat keuntungan dalam menggunakan alat kontrasepsi ini yaitu untuk melindungi penggunanya dari penularan penyakit seperti penyakit AIDS dan beberapa penyakit menular yang bisa ditularkan hanya dengan berhubungan seksual. selain itu alat ini juga mudah ditemukan seperti di apotek, toko obat dan juga penggunaannya tergolong mudah. Namun ada kekurangan dari penggunaan alat ini yaitu jika penggunanya kurang teliti dan tidak mematuhi aturan pakainya bisa saja kondom tersebut robek dan mengalami kebocoran akibatnya resiko kehamilan terjadi. Selain itu efek samping dari penggunaan alat ini yaitu bisa saja kondom tertinggal didalam vagina, dapat terjadi infeksi ringan dan juga beberapa pengguna mengaku ada yang alergi karet. e. Kontrasepsi Pil Jenis pil yang sering dijumpai di Indonesia adalah pil kontrasepsi jenis kombinasi. Keuntungan dari penggunaan pil ini antara lain: memiliki efektivitas yang tinggi, tidak mengganggu hubungan suami istri, pemakainya dapat hamil kembali jika dikehendaki kesuburan bisa kembali dengan cepat, siklus haid bisa teratur, bisa mengurangi keluhan nyeri haid, dan juga bisa untuk mengobati wanita yang mengalami perdarahan tidak teratur. Kontra indikasi dari penggunaan kontrasepsi ini adalah pil ini tidak diperuntukkan bagi wanita hamil, menyusui secara eksklusif, hepatitis, mengalami perdarahan, jantung, stroke, kencing manis, dan juga kanker payudara. Sedangkan efek samping dari penggunaannya yaitu pengguna mungkin bisa mengalami mual muntah, bertambahnya berat badan, perdarahan yang tidak teratur, sakit kepala dan keluhan yang lainnya. f. Kontrasepsi Medis Operatif Pria Kontrasepsi ini memiliki tingkat efektivitas yang tinggi dengan masa efektif sekitar 6-10 minggu sehabis operasi. Keuntungan dari penggunaannya yaitu teknik operasi yang sederhana dan dapat dikerjakan kapan saja dan dimana saja. E. METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP) Metode kontrasepsi jangka panjang merupakan metode pencegahan kehamilan yang memiliki keefektifitasan yang tinggi serta resiko kegagalan yang cukup rendah dengan efek samping tergolong sedikit jika dilakukan perbandingan dengan metode pencegahan lainnya. Pemakaiannya berjangka tahunan, seperti tiga tahun dalam sekali pemakaian. Metode ini terdapat beberapa macam yaitu AKDR, Implan, MOW (Medis Operasi Wanita), MOP (Medis Operasi Pria). 1. AKDR Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau IUD (intrauterine device) adalah sebuah tindakan kontrasepsi yang dilakukan dengan memasang alat berbentuk T di dalam rahim untuk mencegah terjadinya pembuahan. Tujuan utama dari tindakan ini adalah untuk mencegah sperma masuk sampai ke sel telur, tetapi bahkan seandainya pembuahan tetap terjadi, alat ini berfungsi untuk mencegah sel telur yang sudah dibuahi bergerak ke dalam rahim. IUD atau AKDR adalah solusi jangka panjang tetapi dapat dihentikan kapan saja. Penanaman IUD atau AKDR dapat dilakukan untuk semua wanita dewasa yang ingin menunda kehamilan. Alat kontrasepsi ini adalah pilihan yang tepat selama pasien tidak sedang menderita infeksi pada bagian panggul dan tidak sedang hamil. Alat ini dapat bertahan selama lima sampai sepuluh tahun, tergantung dari alat IUD yang digunakan. AKDR atau IUD (nonhormonal) berbahan tembaga memiliki tingkat efektivitas lebih dari 99% dan bekerja dengan cara memperlambat pergerakan sperma, merusak sel sperma, dan meningkatkan mukus serviks yang ada di dalam rahim. Sementara itu, IUD atau AKDR hormonal bekerja terutama dengan mencegah pelepasan sel telur dari ovarium (ovulasi), mencegah implantasi, mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui sperma. Meskipun alat IUD dapat mencegah kehamilan, alat IUD tidak dapat melindungi pasien dari infeksi penyakit seksual seperti jenis alat kontrasepsi lainnya, seperti kondom. Terdapat beberapa efek samping yang mungkin dirasakan pasien. Alat IUD tembaga dapat meningkatkan pendarahan menstruasi, yang akan menjadi normal kembali setidaknya tiga bulan setelah pemasangan dilakukan. Sedangkan alat IUD hormonal memiliki efek samping yang berkebalikan, di mana pemasangannya akan mengurangi terjadinya pegal-pegal dan pendarahan akibat menstruasi. Meskipun jarang terjadi, alat IUD dapat melukai rahim, terutama saat pemasangan alat tersebut. Selain itu, kehamilan ektopik atau kehamilan yang terjadi di luar rahim, mungkin juga menjadi komplikasi bagi wanita yang menggunakan alat IUD tembaga atau nonhormonal. Alat IUD juga dapat menyebabkan infeksi panggul pada sebagian wanita. Penyakit radang panggul, yang biasanya dihubungkan dengan pemasangan alat intrauterine, dapat membuat pasien menjadi mandul. 2. Implan Implan adalah metode kontrasepsi hormonal yang diletakkan di bawah kulit lengan atas menggunakan kapsul silikon yang berisi hormon bernama levonorgestrel untuk mencegah kehamilan. Metode ini efektif, tidak permanen, dan mencegah kehamilan dalam jangka waktu 3-5 tahun. Implan dapat secara efektif mencegah kehamilan dengan kemungkinan gagal sebanyak 0,3/100 tahun. 1) Cara kerja: Dengan mencegah ovulasi, merubah lender serviks menjadi mengental dan mengurangi pergerakan sperma, dan menghambat perkembangan sikli pada endometrium. 2) Indikasi: Usia reproduksi, memiliki atau belum memiliki anak, menghendaki efektifitas yang tinggi dan mencegah kehamilan dalam kurun waktu yang lama, ibu menyusui serta butuh kontrasepsi, pasca keguguran, menolak sterilisasi, kehamilan ektopik, tekanan darah < 180/110 mmHg, anemia bulan sabit, tidak menggunakan kontrasepsi esterogen, sering lupa minum pil teratur. 3) Keuntungan: Daya guna tinggi, pencegahan kurun waktu lama, kesuburan kembali dengan ceoar, bebas dari pengaruh hormone esterogen, tidak mengganggu kegiatan senggama, produksi ASI tidak terganggu, jika ada keluhan hanya perlu control, dapat dicabut saat dibutuhkan, mengurangi nyeri serta darah haid, memperbaiki anemia, melindungi dari kanker endometrium serta kanker jinak payudara, tidak terkena radang panggul, dan mengurangi resiko endometritis. 4) Keluhan: Nyeri kepala, payudara, mual, naik-turun berat badan, perasaan gelisah, tindakan insersi untuk pencabutan serta memerlukan faslitas kesehatan, tidak protektif pada penyakit menular seksual, efektivitas menurun saat minum obat tuberculosis, kehamilan ektopik. 5) Efek samping: Amenorhea, pendarahan bercak ringan, ekspulsi, infeksi daerah insersi, naik-turunnya berat badan. 6) Waktu pemakaian: siklus haid hari ke-2 hingga hari ke-7 7) Faktor pemilihan metode implan: Usia (20-35 tahun), pendidikan, paritas (kelahiran hodup dan mati dari suatu kehamilan pada usia 28 minggu keatas), pekerjaan, pengetahuan, dukungan suami (instrumental, emosional, informasional, penilaian), efek samping, biaya, ketersediaan alat, sikap, budaya. 3. Medis Operatif Wanita (MOW) MOW (Medis Operatif Wanita)/ Tubektomi atau juga dapat disebut dengan sterilisasi. MOW merupakan tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki laki sehingga tidak terjadi kehamilan. Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas atau kesuburan perempuan dengan mengokulasi tuba fallopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. Dokter harus memastikan indikasi terhadap wanita yang ingin melakukan Medis Operatif Wanita (MOW) atau tubektomi, karena tidak semua wanita dapat melakukan tindakan ini. Meskipun setiap tindakan medis memiliki keuntungan dan kerugian yang bisa saja terjadi pada setiap orang, tidak terkecuali tubektomi atau MOW. Tubektomi adalah pembedahan untuk menghilangkan patensi tuba falopi sebagai metode kontrasepsi mantap (permanen). Namun, tindakan ini juga memiliki risiko komplikasi, seperti nyeri panggul atau perut yang sulit hilang, kerusakan organ, dan meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik. Selain itu, tubektomi tidak dapat melindungi dari penyakit menular seksual dan bersifat permanen. Terdapat beberapa kontraindikasi untuk melakukan tubektomi, seperti pasien yang ambivalen atau tidak yakin tentang sterilisasi, pasien yang sedang hamil, dan pasien dengan obesitas morbid. 4. Medis Operasi Pria (MOP) MOP atau medis operasi pria merupakan metode kontrasepsi berupa operasi minor sederhana dan singkat yang dilakukan pada pria tanpa anestesi umum. Metode ini ialah operasi vasektomi dimana dilakukan pemotongan sebagian saluran vas deferens (0,5cm-1cm) atau di ikat agae sperma tidak lewat dan air mani tidak mengandung sperma. Nantinya sperma tersebut diserap dan dihancurkan oleh tubuh. 1) Jenis MOP: Vaektomi tanpa pisau (hemostat tajam menusukk skrotum), Vasektomi insisi skrotum (pembedahan kecil vas deferens), Vasektomi semi permanen (vas deferens diikat dan bisa dibuka kembali). 2) Keuntungan: lebih efektif,aman, sederhana, waktu operasi 5-10menit, anestesi local, biaya rendah, dapat digunakan budaya negara yang wanitanya malu untuk ditangani tenaga medis pria, komplikasi sedikit serta ringan, tidak mempengaruhi kepuasan seksual. 3) Kerugian: harus tindakan operatif, komplikasi (rasa nyeri, tidak nyaman, bengkak, pendarahan, infeksi, tidak melindungi dari penyakit menular seksual). 4) Efek samping: rasa nyeri dan tidak nyaman, infeksi bekas operasi yang tidak professional, dari lingkungan luar. 5) Indikasi: dapat menunda kehamilan, mengakhiri kesuburan, kehamilan dibatasi. 6) Kontraindikasi: infeksi kulit seperti scabies, traktus genetalia, kelainan scrotum, penyakit sistemik (Pendarahan, diabet mellitus, jantung coroner terbaru), riwayat perkawinan hingga psikologi dan seksual yang tidak stabil. 7) Komplikasi: minor (sedikit tidak nyaman, rasa sakit ringan, pembengkakan dan memar ringan beberaoa hari), mayor (Hematoma atau pembekuan darah pada pembuluh darah skrotum yang pecah, infeksi sperm granuloma (sperma bocor kedalam jaringan lain), sindrom nyeri post vasektomi kronis). 8) Faktor yang mempengaruhi pemilihan MOP: predisposisi (pencetus terjadinya sebab akibat seperti sikap, pengetahuan, kepercayaan, dsb), pendukung (ikut mendorong sebab akibat, fasilitas dan sarana, jenis alat kontrasepsi pria, puskesmas, mobil kb keliling, sosialisasi), pendorong (berkaitan referensi sikap serta perilaku umum seperti keluarga khususnya istri, testimoni, peranan petugas KB, keadaan kelompok KB pria di sekitar). F. NON METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (NON-MJKP) Non metode kontrasepsi jangka panjang adalah metode kontrasepsi yang jangka pemakaiannya tidak tergolong lama. Beberapa contoh non metode kontrasepsi jangka panjang, yaitu: 1. Kondom Kondom adalah selubung atau sarung yang terbuat dari berbagai bahan seperti lateks (karet), polyisoprene, plastik (vinil), polyurethane, kulit domba, dan nitrile. Kondom berbentuk silinder dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata. Kondom termasuk dalam metode non MKJP karena digunakan pada saat berhubungan seksual saja dan termasuk dalam kontrasepsi non hormonal karena tidak melibatkan hormon dalam penggunaannya. Kondom dapat digunakan oleh pria maupun wanita. Kondom pria memiliki perbedaan dengan kondom wanita. Kondom pada pria apabila digulung akan berbentuk seperti puting susu sehingga mudah dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Ada 4 jenis kondom pria, yaitu kondom beraroma, kondom tidak beraroma, kondom biasa, dan kondom bergerigi. Kondom pria bekerja dengan menghalangi masuknya sperma pada vagina dan mengemas sperma pada ujung sarung karet sehingga tidak masuk ke dalam saluran vagina. Kondom yang terbuat dari vinil dan lateks dapat mencegah penularan bakteri/virus seperti HIV, HBV, AIDS kepada pasangan. Kondom pria dapat berkeja efektif jika digunakan dengan benar dan teratur, dan dapat mencegah kehamilan dan infeksi bakteri pada pasangan hingga 90%. Adapun keunggulan dan kekurangan dari penggunaan kondom, yaitu: a. Keunggulan Penggunaannya mudah Murah Kondom dijual bebas sehingga mudah untuk didapatkan Pengguna dan pasangan mendapatkan perlindungan ganda, yaitu pencegahan infeksi, iritasi, dan mencegah kehamilan pada pasangan b. Kekurangan Cara penggunaan harus benar agar dapat efektif Mengurangi sentuhan langsung Pengguna malu untuk membeli di tempat umum Beberapa pengguna kesulitan untuk mempertahankan ereksi Kondom wanita adalah sarung atau penutup yang lembut, transparan, dan tipis yang sesuai dengan vagina. Kondom wanita terbuat dari lateks, polyurethane, dan nitrile, dengan bagian dalam dan luar kondom dilapisi dengan lubrikan berbasis silikon. Kondom wanita tidak memiliki jenis berbeda seperti pada pria, tetapi bentuknya mengikuti bentuk vagina wanita. Kondom pada wanita bekerja dengan membuat penghalang sehingga sperma dapat berada di luar vagina. Kondom wanita memiliki beberapa keunggulan, yaitu:
a. Tekstur kondom lebih lembut dan lembab sehingga terasa lebih alami saat berhubungan seksual.
b. Kondom dapat langsung digunakan tanpa konsultasi pada tenaga
kesehatan.
c. Tidak mengurangi sensasi saat berhubungan seksual.
d. Dapat melindungi dari kehamilan, infeksi menular seperti HIV/AIDS,
infeksi semen dan lainnya.
e. Penggunaan pada sebagian wanita dapat meningkatkan stimulasi
seksual.
f. Boleh tidak segera dilepas setelah ejakulasi.
2. Pil Kombinasi (KB)
Pil Kombinasi (KB) adalah metode kontrasepsi hormon estrogen dan progesteron yang harus diminum satu pil setiap hari. Pil KB kombinasi mengandung hormon estrogen dan progesteron, dan sebagian besar produk pil KB kombinasi terdiri dari pil aktif yang mengandung hormon, serta beberapa pil non aktif (plasebo) yang tidak mengandung hormon. Jenis pil KB kombinasi dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu pil KB monofasik, bifasik, trifasik, dan tetrafasik. Pil KB bekerja dengan cara mencegah ovulasi atau keluarnya sel telur dari indung telur, mengentalkan lendir leher rahim sehingga sperma sulit bertemu sel telur, dan mencegah sel telur menempel di dinding rahim agar tidak hamil. Pil KB juga dapat meredakan hirsutisme, mencegah kehamilan ektopik, mengelola gejala polycystic ovary syndrome (PCOS), melindungi dari pelvic inflammatory disease (PID), dan tidak akan mengganggu aktivitas hubungan seksual. Pil KB memiliki beberapa efek samping seperti jadwal menstruasi yang tidak teratur, penumpukan cairan atau penyimpanan lemak akibat estrogen di paha, pinggul, dan lainnya. Extended-cycle pills adalah jenis pil KB kombinasi yang digunakan dalam jangka panjang. Extended-cycle pills dengan kandungan aktif dikonsumsi berkelanjutan selama 12 minggu, diikuti dengan konsumsi pil non aktif selama seminggu. Hal ini bertujuan agar penggunanya dapat mengalami menstruasi. Extended-Cycle Pills bekerja dengan cara menurunkan frekuensi menstruasi yang dialami wanita dalam setahun, sehingga wanita hanya mengalami menstruasi sebanyak 4 kali dalam setahun. 3. Suntik Suntik KB adalah salah satu metode kontrasepsi hormonal yang mengandung hormon progestogen (progestin) dan dapat menghentikan ovulasi. Suntik KB dilakukan di bagian tubuh tertentu, seperti bokong, lengan atas, bagian bawah perut, atau paha. Setelah disuntikkan, kadar hormon progesteron dalam tubuh akan meningkat, kemudian menurun secara bertahap hingga suntikan selanjutnya. Terdapat dua jenis suntik KB yang paling umum digunakan di Indonesia, yaitu suntik KB 1 bulan dan suntik KB 3 bulan. a. Suntik KB 1 bulan KB suntik 1 bulan adalah jenis suntik KB yang diberikan setiap 30 hari sekali dan mengandung hormon estrogen dan progestin yang dapat mencegah terjadinya kehamilan. Suntik KB 1 bulan tidak terlalu berdampak pada siklus menstruasi sehingga penggunanya masih memiliki siklus haid yang teratur. Selain itu, tingkat kesuburan dapat kembali normal dalam waktu yang relatif cepat, yaitu 3 bulan setelah suntikan dihentikan. Namun, kekurangan dari suntik KB 1 bulan adalah pengguna kontrasepsi sering lupa untuk suntik ulang dan jeda yang hanya sebulan juga membuat sebagian orang jadi malas melakukannya. b. Suntik KB 3 bulan Suntik KB 3 bulan adalah jenis kontrasepsi hormonal yang disuntikkan ke bokong atau lengan atas dan mengandung hormon progestin. Hormon ini bekerja dengan cara menghentikan pelepasan sel telur ke dalam rahim, sehingga mencegah terjadinya proses pembuahan. Selain itu, hormon ini juga mencegah sperma untuk mencapai sel telur dengan menebalkan cairan vagina dan mencegah pertumbuhan janin dengan menipiskan dinding rahim. Suntik KB 3 bulan memiliki beberapa kelebihan, seperti tidak berinteraksi dengan obat-obatan lain, relatif aman untuk ibu menyusui, tidak perlu repot mengingat untuk mengonsumsi pil kontrasepsi setiap hari, tidak perlu menghitung masa subur jika hendak berhubungan seksual, dan dapat mengurangi risiko munculnya kanker ovarium dan kanker rahim. Namun, suntik KB 3 bulan juga memiliki beberapa kelemahan, seperti efek samping berupa sakit kepala, kenaikan berat badan, nyeri payudara, perdarahan, dan menstruasi tidak teratur, butuh waktu cukup lama agar tingkat kesuburan kembali normal, berisiko mengurangi kepadatan tulang, dan tidak memberikan perlindungan dari penyakit menular seksual. Suntik KB 3 bulan tidak bisa digunakan oleh semua wanita, terutama bila merasa dirinya sedang hamil, menginginkan siklus menstruasinya tetap teratur, atau memiliki kondisi tertentu seperti migrain, gangguan hati, pembekuan darah, riwayat penyakit jantung, pendarahan di antara masa menstruasi, diabetes, kanker payudara, dan berisiko tinggi menderita osteoporosis. 4. Metode Amenore Laktasi (MAL) Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah metode kontrasepsi alami sementara yang dapat digunakan setelah persalinan. Cara kerjanya adalah dengan menekan ovulasi melalui peningkatan hormon prolaktin yang merangsang pembentukan ASI. Peningkatan hormon prolaktin ini menyebabkan penurunan hormon lain seperti LH dan estrogen yang diperlukan untuk pemeliharaan siklus menstruasi sehingga ovulasi tidak terjadi. Syarat dan hal-hal yang harus diperhatikan jika ingin menggunakan MAL sebagai kontrasepsi alami adalah ibu harus menyusui bayi secara eksklusif selama 24 jam dalam sehari termasuk malam hari, bayi harus menghisap payudara ibu secara langsung, ibu harus dalam masa belum mengalami menstruasi, dan apabila bayi berusia kurang dari 6 bulan maka kebutuhan akan MPASI meningkat dan frekuensi pemberian ASI akan berkurang. Metode Amenore Laktasi harus diperhatikan sebagai pilihan kontrasepsi yang tidak boleh dipilih apabila terdapat keadaan-keadaan seperti kesulitan pada bayi untuk menyusui pada ibu, infeksi pada payudara ibu, dan ibu positif terinfeksi HIV. 5. Sadar Masa Subur Sadar masa subur adalah perempuan yang mengetahui kapan periode masa suburnya dari waktu mulai hingga berakhirnya siklus menstruasi. Cara kerja metode ini adalah menghindari hubungan seksual pada masa subur. Sadar masa subur ini dapat dilakukan dengan metode berbasis kalender dan metode berbasis gejala. a. Metode berbasis kalender: meliputi catatan hari dari siklus menstruasi. Ini bisa dilakukan dengan aplikasi seperti Flo Period & Ovulation Tracker, Clue Period & Cycle Tracker App, dan aplikasi serupa lainnya. Selain menggunakan aplikasi kalender, perempuan dapat menghitung secara manual. 1) Amati jumlah hari dari 6 siklus menstruasi sambil menggunakan kontrasepsi lain atau menahan diri dari hubungan seksual, lalu lihat masa subur dengan hasil perhitungan seperti dibawah ini: Rata-rata dari siklus terpanjang dikurangi 18 = hari subur terakhir dalam satu siklus menstruasi Rata-rata dari siklus terpendek dikurangi 11 = hari subur pertama dalam satu siklus menstruasi b. Metode berbasis gejala 1) Suhu tubuh sedikit meningkat Perempuan yang telah ovulasi cenderung meningkatkan suhu tubuh. Saat terjadi peningkatan suhu, perempuan diharapkan untuk mencatat suhu setiap pagi hari. 2) Sekresi pada mulut Rahim Hal ini bisa dari kesadaran akan mulut rahim yang sedikit basah dan terkadang mengeluarkan lendir. 6. Pil Mini Pil mini termasuk dalam kategori Non MKJP (Non metode kontrasepsi jangka panjang) karena digunakan saat waktu tertentu yaitu saat menyusui atau saat menstruasi. Pil mini termasuk dalam metode kontrasepsi hormonal karena mengandalkan preparat untuk mengatur hormon estrogen dan progesteron. Pil mini mengandung dosis kecil progestin sekitar 0,5 mg dan tidak mengandung estrogen. Pil mini juga disebut pil progestin. Pil mini bekerja dengan mencegah terjadinya ovulasi, yaitu dengan cara menipiskan endometrium dan mengentalkan lendir serviks sehingga kekuatan penetrasi sperma menurun. Jenis pil mini terdiri dari kemasan 28 pil berisi 75 μg norgestrel dan kemasan 35 pil berisi 35 μg levonorgestrel atau 350 μg norethindrone. Pil mini diminum sehari sekali pada waktu yang sama dan dapat diminum selama yakin tidak hamil dan tidak ada kondisi medis lain. Pil mini tidak boleh diberikan pada pasien yang sedang hamil. Keuntungan yang bisa didapatkan saat mengonsumsi pil mini antara lain pengontrolan pemakaian mudah, dapat berhenti sewaktu-waktu tanpa bantuan tenaga kesehatan, mengurangi nyeri menstruasi, hubungan seksual tidak terganggu, jumlah pendarahan menstruasi berkurang, dan saat berhenti pemakaian, kesuburan tidak alami masalah. Kekurangan yang bisa dirasakan saat mengonsumsi pil ini antara lain kedisiplinan pengguna, jika melupakan satu pil maka kontrasepsi akan gagal dilakukan, dan terjadi peningkatan atau penurunan berat badan. Efek samping yang bisa terjadi saat mengonsumsi pil mini antara lain pendarahan tidak teratur atau spotting, sakit kepala, mual, nyeri pada payudara, dan perubahan berat badan. Efek samping tersebut dapat diatasi dengan cara tertentu. 7. Sanggama Terputus Sanggama terputus adalah salah satu metode kontrasepsi tradisional dan non MKJP karena dapat dilakukan saat melakukan hubungan seksual saja. Cara kerja sanggama terputus ini dilakukan oleh pria dengan menarik keluar alat kelaminnya sebelum terjadi ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina. Metode ini juga bisa disebut koitus interuptus. DAFTAR PUSTAKA
Agustina, N. L. P. R. A. 2020. GAMBARAN Karakteristik Akseptor Kontrasepsi
Implant di Puskesmas Wilayah Kota Denpasar Tahun 2020. Skripsi. 1–50. Denpasar: Poltekkes. Dean G, Schwarz EB. 2011. Intrauterine contraceptives (IUCs). In RA Hatcher et al., eds., Contraceptive Technology, revised 20th ed., pp. 147–191. New York: Ardent Media. Grimes DA. 2007. Intrauterine devices (IUDs). In RA Hatcher et al., eds., Contraceptive Technology, 19th ed., pp. 117–143. New York: Ardent Media. Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Jain, R., Muralidhar, S. Contraceptive Methods: Needs, Options and Utilization. J Obstet Gynecol India 61, 626-634 (2011). https://doi.org/10.1007/s13224- 011-0107-7. [Diakses pada 9 Juni 2023]. Kementerian Kesehatan RI. 2021a. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Pelayanan Kontrasepsi, dan Pelayanan Kesehatan Seksual. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Kementerian Kesehatan RI. 2021b. Pedoman Pelayanan Kontrasepsi dan Keluarga Berencana. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Kementerian Kesehatan. 2021. Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. https://repository.binawan.ac.id/1464/7/MPI%203-6%2C%20MPP%201- 3.pdf. [Diakses pada 8 Juni 2023]. Matahari, R., F. P. Utami, dan S. Sugiharti. 2018. Buku Ajar Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Yogyakarta: CV. Pustaka Ilmu Group Yogyakarta. Pustaka Ilmu. McNamee K. The female condom. Aust Fam Physician. 2000 Jun;29(6):555-7. PMID: 10863812. Nurullah, F. A. 2021. Perkembangan Metode Kontrasepsi di Indonesia. CDKJournal. 48(3): 166-172. http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/viewFile/1335/942. [Diakses pada 9 Juni 2023]. Saraswati, I. G. A. A. 2018. HUBUNGAN Dukungan Istri Dengan Pemilihan Kontrasepsi Metode Operasi Pria di Kecamatan Abiansemal. Skripsi. Denpasar: Poltekkes. Speroff L, Darney PD. 2011. Intrauterine contraception. In A Clinical Guide for Contraception, 5th ed., pp. 239–279. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. Suparman, Erna. 2021. Kontrasepsi Darurat dan Permasalahannya. Medical Scope Journal 3(1): 94-104. https://doi.org/10.35790/msj.3.1.2021.34908. [Diakses pada 9 Juni 2023].
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu