Anda di halaman 1dari 20

RESUME KONTRASEPSI

ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA

Disusun oleh:

Muhammad Ludy Adinugroho (222210101152)

BAGIAN FARMASI KLINIK DAN KOMUNITAS

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER

2023
KONTRASEPSI

Pelayanan kontrasepsi adalah tindakan yang dilakukan di fasilitas


pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang meliputi pemberian atau pemasangan
kontrasepsi dan tindakan-tindakan lain yang berkaitan dengan kontrasepsi kepada
calon dan peserta KB. Program KB bertujuan untuk mengendalikan pertambahan
jumlah penduduk, membatasi angka kelahiran, mengatur jarak kelahiran, serta
menurunkan angka AKI, AKN, dan AKB. Pemilihan alat kontrasepsi yang tepat
dan aman perlu dilakukan dengan berkonsultasi dengan dokter atau tenaga
kesehatan. Selain itu, konseling keluarga berencana juga merupakan bagian dari
pelayanan kontrasepsi yang penting dalam memberikan informasi dan edukasi
mengenai kontrasepsi serta membantu peserta KB dalam memilih jenis
kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kesehatan. Tahapan
kegiatan konseling dalam pelayanan KB meliputi KIE motivasi, bimbingan,
rujukan, KIP/K, pelayanan kontrasepsi, dan tindak lanjut.

Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat di Indonesia menjadi


salah satu masalah yang perlu diatasi. Hal ini mendorong pemerintah untuk
mengembangkan upaya-upaya pengendalian kelahiran dan memperkecil angka
kematian ibu dan anak. Program Keluarga Berencana (KB) dicanangkan sebagai
upaya mengatur jumlah penduduk dengan cara memberikan penyuluhan,
pelayanan, dan penggunaan alat kontrasepsi. Pemakaian kontrasepsi merupakan
salah satu dari sekian banyak variabel yang secara langsung mempengaruhi
tingginya pemakaian kontrasepsi di Indonesia.

Di Indonesia, pemakaian kontrasepsi tidak terlepas dari peran suami dalam


penggunaan alat kontrasepsi yang mempengaruhi tingginya pemakaian
kontrasepsi terkait dengan. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan dan dapat dijadikan salah satu alat untuk menekan jumlah penduduk
serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Oleh karena itu, penting untuk
memahami jenis-jenis kontrasepsi yang tersedia dan memilih jenis kontrasepsi
yang tepat dan aman bagi kesehatan.
A. Fase Pemilihan Metode Kontrasepsi

Terdapat tiga fase dalam pemilihan metode kontrasepsi yang rasional,


efektif, dan efisien, yaitu:

1) Menunda Kehamilan (postponing)


Tahap ini umumnya dilakukan oleh pasangan yang memiliki istri dengan
usia di bawah 20 tahun dan pasangan yang belum siap memiliki anak.
Wanita yang hamil di bawah 20 tahun sangat berisiko mengalami
kelahiran prematur, bayi dengan gangguan tumbuh kembang, bayi dengan
gangguan fungsi pencernaan dan pernapasan. Hal ini dikarenakan apabila
pasangan belum memiliki anak dan masih ingin menundanya, maka syarat
kontrasepsi yang digunakan adalah harus bisa mengembalikan kesuburan
100% setelah pelepasan kontrasepsi nantinya apabila istri telah berusia 20
tahun atau telah siap memiliki anak. Pada umumnya, kontrasepsi yang
digunakan adalah pil KB dan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim).
2) Menjarangkan Kehamilan (spacing)
Seorang ibu dengan usia di antara 20-30 tahun masih memiliki kesempatan
yang baik untuk melahirkan. Pada periode 20-30 tahun tersebut, dapat
direncanakan untuk memiliki 2 anak dengan rentang waktu kehamilan 2-4
tahun. Hal ini dikarenakan apabila pasangan tersebut masih memiliki
rencana untuk memiliki anak kembali dengan jarak kehamilan 2-4 tahun,
maka diperlukan kontrasepsi yang masih memiliki efektivitas dan
reversibilitas tinggi.
3) Tidak Hamil Lagi (fecundity)
Seorang ibu yang telah berusia 30 tahun ke atas dan telah memiliki 2 anak
disarankan untuk tidak hamil lagi karena kehamilan dapat berisiko bagi
ibu dan anak. Risikonya yaitu kelahiran secara prematur, berat badan bayi
rendah, preeklamsia, plasenta previa, kelahiran caesar, gangguan genetik,
dan pecah ketuban. Dari risiko tersebut, banyak ibu-ibu yang memilih
tidak hamil di atas usia 30 tahun. Oleh karena itu, diperlukan kontrasepsi
yang memiliki efektivitas sangat tinggi agar tidak terjadi kegagalan. Untuk
ibu yang telah sepakat untuk tidak mengandung lagi, maka kontrasepsi
yang dapat digunakan adalah implan, kontrasepsi metode kontap, AKDR
(Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), pil KB, dan suntik KB.

Gambar 1. Fase pemilihan metode kontrasepsi


B. SYARAT KONTRASEPSI
Menurut Matahari dkk (2019), terdapat beberapa syarat kontrasepsi, yaitu:
1. Tidak memiliki efek samping yang merugikan
2. Hubungan seksual tidak terganggu karena kontrasepsi
3. Mudah digunakan
4. Dapat diterima oleh kedua pasangan
5. Kontrasepsi aman digunakan dan terpercaya
6. Mekanismenya dapat diatur sesuai dengan keinginan dari penerima
kontrasepsi
7. Selama digunakan tidak memerlukan kontrol dan bantuan petugas
kesehatan
8. harganya terjangkau oleh masyarakat
C. METODE KONTRASEPSI SEDERHANA
Metode kontrasepsi sederhana atau tradisional adalah cara-cara yang
dilakukan masyarakat tradisional dalam mencegah kehamilan dengan cara
alami dan tidak perlu intervensi obat ataupun alat dari luar. Meskipun metode
ini bersifat alami, metode ini dinilai kurang efektif dibandingkan dengan
metode modern seperti saat ini karena masih terdapat peluang yang besar
untuk terjadi kehamilan. Namun, metode alami ini mempunyai kelebihan
dibandingkan metode modern, yaitu metode dinilai lebih aman karena tidak
dapat menimbulkan efek samping ke orang yang menerapkan metode tersebut.
Oleh karena itu, metode sederhana sempat menjadi pilihan bagi wanita yang
merasa dirinya tidak cocok jika menggunakan alat kontrasepsi modern. Secara
umum, metode sederhana dibagi menjadi tiga cara yang bisa diterapkan untuk
mencegah kehamilan diantaranya yaitu:
a. Tidak berhubungan seksual pada masa subur. Pada saat berhubungan di
saat masa subur atau ovulasi, sperma dapat lebih mudah untuk membuahi
sel telur. Hal tersebut membuat peluang kehamilan menjadi lebih tinggi.
Oleh karena itu, tidak disarankan berhubungan pada saat masa subur.
b. Memberikan ASI yang eksklusif. Tidak hanya bermanfaat bagi bayi,
pemberian ASI eksklusif ternyata juga baik dalam mencegah kehamilan
pada ibu menyusui. Hal ini dikarenakan proses menyusui dapat
menghambat ovulasi dan juga menstruasi pada ibu yang masih tergolong
baru melahirkan. Biasanya metode ini disebut dengan amenore laktasi.
c. Mengeluarkan penis saat tepat sebelum ejakulasi. Cara ini juga biasa
disebut dengan istilah senggama terputus. Supaya cara ini hasilnya efektif,
si pria harus mampu mengontrol dirinya dengan kuat dan bisa
memperkirakan waktu yang pas saat harus menarik penisnya keluar.
Namun cara sederhana ini tentu tidak seefektif penggunaan alat
kontrasepsi seperti kondom. Karena jika si pria tidak mampu mengontrol
dirinya maka kehamilan bisa saja mungkin terjadi.
D. METODE KONTRASEPSI MODERN
Adapun macam macam metode kontrasepsi modern antara lain:
a. Implan
Keuntungan yang bisa di dapat dari penggunaan implan ini adalah bisa
dipasang dalam waktu yang lama (5 tahun), kontrol medis juga ringan, dan
dapat dilayani di daerah desa dan hanya menelan biaya murah. Namun
penggunaan implan memiliki efek samping yang biasanya terjadi pada
penggunanya yaitu terjadinya gangguan menstruasi terutama pada 3 - 6
bulan pemakaian, biasanya penggunanya akan mengalami waktu haid
yang lebih panjang dan lebih sering atau amenorea.

b. Kontrasepsi Medis Operatif (MOW)


Tingkat keefektifan dari alat kontrasepsi ini sangat tinggi dan segera efektif
post operatif (Hartanto, 2004). Keuntungan dari penggunaan kontrasepsi ini
adalah vasektomi tuba akan menghadapi dan mencapai klimakterium dalam
suasana alami. Efek samping dari penggunaannya adalah terjadi resiko
internal lebih tinggi dan kemungkinan infeksi serius sedikit lebih tinggi dan
sekali kematian yang berhubungan dengan anestesi (Hartanto, 2004)
c. Kontrasepsi IUD.
Berdasarkan bentuknya IUD dapat dibagi menjadi bentuk terbuka dan bentuk
tertutup. Tingkat efektivitasnya sangat tinggi dalam mencegah kehamilan
pada jangka waktu yang cukup lama. Keuntungan dari menggunakan
kontrasepsi ini yaitu bisa meningkatkan rasa nyaman pada hubungan suami
istri karena bisa merasa aman dari resiko kehamilan dan juga dapat dipasang
secepatnya setelah melahirkan. Sedangkan efek samping dari kontrasepsi ini
yaitu bisa saja penggunanya terinfeksi panggul bila pemasangannya kurang
tepat dan dapat terjadi rasa sakit berupa kram perut setelah pemasangan
(Hartanto, 2004). Oleh karena itu, peran tenaga kesehatan diperlukan.
d. Kontrasepsi Suntik
Beberapa ahli mengatakan bahwa kontrasepsi suntik ini bisa menyebabkan
lendir servik mengental akibatnya bisa menghentikan kekuatan tembus dari
sperma. Meskipun begitu fungsi utama dari kontrasepsi suntik dalam
mencegah kehamilan yaitu menekan ovulasi. Ada beberapa indikasi dari
penggunaan kontrasepsi suntik ini diantaranya usia reproduksi, sudah
mempunyai anak ataupun belum, berkeinginan mendapatkan kontrasepsi
dengan efektifitas yang tinggi. Selain itu ada kontraindikasi dari pemakaian
kontrasepsi ini diantaranya hamil ataupun diduga hamil, pendarahan pada
vagina yang penyebabnya belum jelas, tidak bisa menerima gangguan haid
terutama amenorea. Terdapat kerugian dari kontrasepsi ini yaitu adanya
perubahan pada pola haid, pengguna sangat bergantung kepada instansi
kesehatan, tidak bisa dihentikan sewaktu waktu sebelum suntuk yang
berikutnya. Sedangkan keuntungan dari kontrasepsi ini yaitu efektifitasnya
tinggi, mencegah kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh terhadap
hubungan suami istri dan juga tidak mengandung estrogen akibatnya tidak
berefek ke penyakit jantung.
d. Kontrasepsi Kondom
Kondom merupakan alat kontrasepsi yang digunakan keluarga
berencana yang bahannya terbuat dari karet dan pemakaiannya dilakukan
dengan menyarungkan pada alat kelamin pria (penis) waktu akan senggama.
Terdapat keuntungan dalam menggunakan alat kontrasepsi ini yaitu untuk
melindungi penggunanya dari penularan penyakit seperti penyakit AIDS dan
beberapa penyakit menular yang bisa ditularkan hanya dengan berhubungan
seksual. selain itu alat ini juga mudah ditemukan seperti di apotek, toko obat
dan juga penggunaannya tergolong mudah. Namun ada kekurangan dari
penggunaan alat ini yaitu jika penggunanya kurang teliti dan tidak mematuhi
aturan pakainya bisa saja kondom tersebut robek dan mengalami kebocoran
akibatnya resiko kehamilan terjadi. Selain itu efek samping dari penggunaan
alat ini yaitu bisa saja kondom tertinggal didalam vagina, dapat terjadi infeksi
ringan dan juga beberapa pengguna mengaku ada yang alergi karet.
e. Kontrasepsi Pil
Jenis pil yang sering dijumpai di Indonesia adalah pil kontrasepsi
jenis kombinasi. Keuntungan dari penggunaan pil ini antara lain: memiliki
efektivitas yang tinggi, tidak mengganggu hubungan suami istri,
pemakainya dapat hamil kembali jika dikehendaki kesuburan bisa kembali
dengan cepat, siklus haid bisa teratur, bisa mengurangi keluhan nyeri haid,
dan juga bisa untuk mengobati wanita yang mengalami perdarahan tidak
teratur. Kontra indikasi dari penggunaan kontrasepsi ini adalah pil ini tidak
diperuntukkan bagi wanita hamil, menyusui secara eksklusif, hepatitis,
mengalami perdarahan, jantung, stroke, kencing manis, dan juga kanker
payudara. Sedangkan efek samping dari penggunaannya yaitu pengguna
mungkin bisa mengalami mual muntah, bertambahnya berat badan,
perdarahan yang tidak teratur, sakit kepala dan keluhan yang lainnya.
f. Kontrasepsi Medis Operatif Pria
Kontrasepsi ini memiliki tingkat efektivitas yang tinggi dengan masa
efektif sekitar 6-10 minggu sehabis operasi. Keuntungan dari penggunaannya
yaitu teknik operasi yang sederhana dan dapat dikerjakan kapan saja dan
dimana saja.
E. METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP)
Metode kontrasepsi jangka panjang merupakan metode pencegahan
kehamilan yang memiliki keefektifitasan yang tinggi serta resiko kegagalan yang
cukup rendah dengan efek samping tergolong sedikit jika dilakukan perbandingan
dengan metode pencegahan lainnya. Pemakaiannya berjangka tahunan, seperti
tiga tahun dalam sekali pemakaian. Metode ini terdapat beberapa macam yaitu
AKDR, Implan, MOW (Medis Operasi Wanita), MOP (Medis Operasi Pria).
1. AKDR
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau IUD (intrauterine
device) adalah sebuah tindakan kontrasepsi yang dilakukan dengan
memasang alat berbentuk T di dalam rahim untuk mencegah terjadinya
pembuahan. Tujuan utama dari tindakan ini adalah untuk mencegah
sperma masuk sampai ke sel telur, tetapi bahkan seandainya pembuahan
tetap terjadi, alat ini berfungsi untuk mencegah sel telur yang sudah
dibuahi bergerak ke dalam rahim.
IUD atau AKDR adalah solusi jangka panjang tetapi dapat
dihentikan kapan saja. Penanaman IUD atau AKDR dapat dilakukan untuk
semua wanita dewasa yang ingin menunda kehamilan. Alat kontrasepsi ini
adalah pilihan yang tepat selama pasien tidak sedang menderita infeksi
pada bagian panggul dan tidak sedang hamil. Alat ini dapat bertahan
selama lima sampai sepuluh tahun, tergantung dari alat IUD yang
digunakan.
AKDR atau IUD (nonhormonal) berbahan tembaga memiliki
tingkat efektivitas lebih dari 99% dan bekerja dengan cara memperlambat
pergerakan sperma, merusak sel sperma, dan meningkatkan mukus serviks
yang ada di dalam rahim. Sementara itu, IUD atau AKDR hormonal
bekerja terutama dengan mencegah pelepasan sel telur dari ovarium
(ovulasi), mencegah implantasi, mengentalkan lendir serviks sehingga
sulit dilalui sperma. Meskipun alat IUD dapat mencegah kehamilan, alat
IUD tidak dapat melindungi pasien dari infeksi penyakit seksual seperti
jenis alat kontrasepsi lainnya, seperti kondom. Terdapat beberapa efek
samping yang mungkin dirasakan pasien. Alat IUD tembaga dapat
meningkatkan pendarahan menstruasi, yang akan menjadi normal kembali
setidaknya tiga bulan setelah pemasangan dilakukan. Sedangkan alat IUD
hormonal memiliki efek samping yang berkebalikan, di mana
pemasangannya akan mengurangi terjadinya pegal-pegal dan pendarahan
akibat menstruasi.
Meskipun jarang terjadi, alat IUD dapat melukai rahim, terutama
saat pemasangan alat tersebut. Selain itu, kehamilan ektopik atau
kehamilan yang terjadi di luar rahim, mungkin juga menjadi komplikasi
bagi wanita yang menggunakan alat IUD tembaga atau nonhormonal. Alat
IUD juga dapat menyebabkan infeksi panggul pada sebagian wanita.
Penyakit radang panggul, yang biasanya dihubungkan dengan pemasangan
alat intrauterine, dapat membuat pasien menjadi mandul.
2. Implan
Implan adalah metode kontrasepsi hormonal yang diletakkan di
bawah kulit lengan atas menggunakan kapsul silikon yang berisi hormon
bernama levonorgestrel untuk mencegah kehamilan. Metode ini efektif,
tidak permanen, dan mencegah kehamilan dalam jangka waktu 3-5 tahun.
Implan dapat secara efektif mencegah kehamilan dengan kemungkinan
gagal sebanyak 0,3/100 tahun.
1) Cara kerja: Dengan mencegah ovulasi, merubah lender serviks menjadi
mengental dan mengurangi pergerakan sperma, dan menghambat
perkembangan sikli pada endometrium.
2) Indikasi: Usia reproduksi, memiliki atau belum memiliki anak,
menghendaki efektifitas yang tinggi dan mencegah kehamilan dalam
kurun waktu yang lama, ibu menyusui serta butuh kontrasepsi, pasca
keguguran, menolak sterilisasi, kehamilan ektopik, tekanan darah <
180/110 mmHg, anemia bulan sabit, tidak menggunakan kontrasepsi
esterogen, sering lupa minum pil teratur.
3) Keuntungan: Daya guna tinggi, pencegahan kurun waktu lama,
kesuburan kembali dengan ceoar, bebas dari pengaruh hormone
esterogen, tidak mengganggu kegiatan senggama, produksi ASI tidak
terganggu, jika ada keluhan hanya perlu control, dapat dicabut saat
dibutuhkan, mengurangi nyeri serta darah haid, memperbaiki anemia,
melindungi dari kanker endometrium serta kanker jinak payudara,
tidak terkena radang panggul, dan mengurangi resiko endometritis.
4) Keluhan: Nyeri kepala, payudara, mual, naik-turun berat badan,
perasaan gelisah, tindakan insersi untuk pencabutan serta memerlukan
faslitas kesehatan, tidak protektif pada penyakit menular seksual,
efektivitas menurun saat minum obat tuberculosis, kehamilan ektopik.
5) Efek samping: Amenorhea, pendarahan bercak ringan, ekspulsi, infeksi
daerah insersi, naik-turunnya berat badan.
6) Waktu pemakaian: siklus haid hari ke-2 hingga hari ke-7
7) Faktor pemilihan metode implan: Usia (20-35 tahun), pendidikan,
paritas (kelahiran hodup dan mati dari suatu kehamilan pada usia 28
minggu keatas), pekerjaan, pengetahuan, dukungan suami
(instrumental, emosional, informasional, penilaian), efek samping,
biaya, ketersediaan alat, sikap, budaya.
3. Medis Operatif Wanita (MOW)
MOW (Medis Operatif Wanita)/ Tubektomi atau juga dapat disebut
dengan sterilisasi. MOW merupakan tindakan penutupan terhadap kedua
saluran telur kanan dan kiri yang menyebabkan sel telur tidak dapat
melewati saluran telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu
dengan sperma laki laki sehingga tidak terjadi kehamilan. Tubektomi
adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas atau
kesuburan perempuan dengan mengokulasi tuba fallopi (mengikat dan
memotong atau memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu
dengan ovum.
Dokter harus memastikan indikasi terhadap wanita yang ingin
melakukan Medis Operatif Wanita (MOW) atau tubektomi, karena tidak
semua wanita dapat melakukan tindakan ini. Meskipun setiap tindakan
medis memiliki keuntungan dan kerugian yang bisa saja terjadi pada setiap
orang, tidak terkecuali tubektomi atau MOW. Tubektomi adalah
pembedahan untuk menghilangkan patensi tuba falopi sebagai metode
kontrasepsi mantap (permanen). Namun, tindakan ini juga memiliki risiko
komplikasi, seperti nyeri panggul atau perut yang sulit hilang, kerusakan
organ, dan meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik. Selain itu,
tubektomi tidak dapat melindungi dari penyakit menular seksual dan
bersifat permanen. Terdapat beberapa kontraindikasi untuk melakukan
tubektomi, seperti pasien yang ambivalen atau tidak yakin tentang
sterilisasi, pasien yang sedang hamil, dan pasien dengan obesitas morbid.
4. Medis Operasi Pria (MOP)
MOP atau medis operasi pria merupakan metode kontrasepsi
berupa operasi minor sederhana dan singkat yang dilakukan pada pria
tanpa anestesi umum. Metode ini ialah operasi vasektomi dimana
dilakukan pemotongan sebagian saluran vas deferens (0,5cm-1cm) atau di
ikat agae sperma tidak lewat dan air mani tidak mengandung sperma.
Nantinya sperma tersebut diserap dan dihancurkan oleh tubuh.
1) Jenis MOP: Vaektomi tanpa pisau (hemostat tajam menusukk
skrotum), Vasektomi insisi skrotum (pembedahan kecil vas deferens),
Vasektomi semi permanen (vas deferens diikat dan bisa dibuka
kembali).
2) Keuntungan: lebih efektif,aman, sederhana, waktu operasi 5-10menit,
anestesi local, biaya rendah, dapat digunakan budaya negara yang
wanitanya malu untuk ditangani tenaga medis pria, komplikasi sedikit
serta ringan, tidak mempengaruhi kepuasan seksual.
3) Kerugian: harus tindakan operatif, komplikasi (rasa nyeri, tidak
nyaman, bengkak, pendarahan, infeksi, tidak melindungi dari penyakit
menular seksual).
4) Efek samping: rasa nyeri dan tidak nyaman, infeksi bekas operasi yang
tidak professional, dari lingkungan luar.
5) Indikasi: dapat menunda kehamilan, mengakhiri kesuburan, kehamilan
dibatasi.
6) Kontraindikasi: infeksi kulit seperti scabies, traktus genetalia, kelainan
scrotum, penyakit sistemik (Pendarahan, diabet mellitus, jantung
coroner terbaru), riwayat perkawinan hingga psikologi dan seksual
yang tidak stabil.
7) Komplikasi: minor (sedikit tidak nyaman, rasa sakit ringan,
pembengkakan dan memar ringan beberaoa hari), mayor (Hematoma
atau pembekuan darah pada pembuluh darah skrotum yang pecah,
infeksi sperm granuloma (sperma bocor kedalam jaringan lain),
sindrom nyeri post vasektomi kronis).
8) Faktor yang mempengaruhi pemilihan MOP: predisposisi (pencetus
terjadinya sebab akibat seperti sikap, pengetahuan, kepercayaan, dsb),
pendukung (ikut mendorong sebab akibat, fasilitas dan sarana, jenis
alat kontrasepsi pria, puskesmas, mobil kb keliling, sosialisasi),
pendorong (berkaitan referensi sikap serta perilaku umum seperti
keluarga khususnya istri, testimoni, peranan petugas KB, keadaan
kelompok KB pria di sekitar).
F. NON METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (NON-MJKP)
Non metode kontrasepsi jangka panjang adalah metode kontrasepsi yang
jangka pemakaiannya tidak tergolong lama. Beberapa contoh non metode
kontrasepsi jangka panjang, yaitu:
1. Kondom
Kondom adalah selubung atau sarung yang terbuat dari berbagai
bahan seperti lateks (karet), polyisoprene, plastik (vinil), polyurethane,
kulit domba, dan nitrile. Kondom berbentuk silinder dengan muaranya
berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata. Kondom termasuk
dalam metode non MKJP karena digunakan pada saat berhubungan
seksual saja dan termasuk dalam kontrasepsi non hormonal karena tidak
melibatkan hormon dalam penggunaannya. Kondom dapat digunakan oleh
pria maupun wanita.
Kondom pria memiliki perbedaan dengan kondom wanita.
Kondom pada pria apabila digulung akan berbentuk seperti puting susu
sehingga mudah dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Ada 4
jenis kondom pria, yaitu kondom beraroma, kondom tidak beraroma,
kondom biasa, dan kondom bergerigi. Kondom pria bekerja dengan
menghalangi masuknya sperma pada vagina dan mengemas sperma pada
ujung sarung karet sehingga tidak masuk ke dalam saluran vagina.
Kondom yang terbuat dari vinil dan lateks dapat mencegah penularan
bakteri/virus seperti HIV, HBV, AIDS kepada pasangan. Kondom pria
dapat berkeja efektif jika digunakan dengan benar dan teratur, dan dapat
mencegah kehamilan dan infeksi bakteri pada pasangan hingga 90%.
Adapun keunggulan dan kekurangan dari penggunaan kondom, yaitu:
a. Keunggulan
 Penggunaannya mudah
 Murah
 Kondom dijual bebas sehingga mudah untuk didapatkan
 Pengguna dan pasangan mendapatkan perlindungan ganda, yaitu
pencegahan infeksi, iritasi, dan mencegah kehamilan pada
pasangan
b. Kekurangan
 Cara penggunaan harus benar agar dapat efektif
 Mengurangi sentuhan langsung
 Pengguna malu untuk membeli di tempat umum
 Beberapa pengguna kesulitan untuk mempertahankan ereksi
Kondom wanita adalah sarung atau penutup yang lembut,
transparan, dan tipis yang sesuai dengan vagina. Kondom wanita terbuat
dari lateks, polyurethane, dan nitrile, dengan bagian dalam dan luar
kondom dilapisi dengan lubrikan berbasis silikon. Kondom wanita tidak
memiliki jenis berbeda seperti pada pria, tetapi bentuknya mengikuti
bentuk vagina wanita. Kondom pada wanita bekerja dengan membuat
penghalang sehingga sperma dapat berada di luar vagina. Kondom wanita
memiliki beberapa keunggulan, yaitu:

a. Tekstur kondom lebih lembut dan lembab sehingga terasa lebih alami
saat berhubungan seksual.

b. Kondom dapat langsung digunakan tanpa konsultasi pada tenaga


kesehatan.

c. Tidak mengurangi sensasi saat berhubungan seksual.

d. Dapat melindungi dari kehamilan, infeksi menular seperti HIV/AIDS,


infeksi semen dan lainnya.

e. Penggunaan pada sebagian wanita dapat meningkatkan stimulasi


seksual.

f. Boleh tidak segera dilepas setelah ejakulasi.

2. Pil Kombinasi (KB)


Pil Kombinasi (KB) adalah metode kontrasepsi hormon estrogen
dan progesteron yang harus diminum satu pil setiap hari. Pil KB
kombinasi mengandung hormon estrogen dan progesteron, dan sebagian
besar produk pil KB kombinasi terdiri dari pil aktif yang mengandung
hormon, serta beberapa pil non aktif (plasebo) yang tidak mengandung
hormon.
Jenis pil KB kombinasi dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu
pil KB monofasik, bifasik, trifasik, dan tetrafasik. Pil KB bekerja dengan
cara mencegah ovulasi atau keluarnya sel telur dari indung telur,
mengentalkan lendir leher rahim sehingga sperma sulit bertemu sel telur,
dan mencegah sel telur menempel di dinding rahim agar tidak hamil. Pil
KB juga dapat meredakan hirsutisme, mencegah kehamilan ektopik,
mengelola gejala polycystic ovary syndrome (PCOS), melindungi dari
pelvic inflammatory disease (PID), dan tidak akan mengganggu aktivitas
hubungan seksual. Pil KB memiliki beberapa efek samping seperti jadwal
menstruasi yang tidak teratur, penumpukan cairan atau penyimpanan
lemak akibat estrogen di paha, pinggul, dan lainnya.
Extended-cycle pills adalah jenis pil KB kombinasi yang
digunakan dalam jangka panjang. Extended-cycle pills dengan kandungan
aktif dikonsumsi berkelanjutan selama 12 minggu, diikuti dengan
konsumsi pil non aktif selama seminggu. Hal ini bertujuan agar
penggunanya dapat mengalami menstruasi. Extended-Cycle Pills bekerja
dengan cara menurunkan frekuensi menstruasi yang dialami wanita dalam
setahun, sehingga wanita hanya mengalami menstruasi sebanyak 4 kali
dalam setahun.
3. Suntik
Suntik KB adalah salah satu metode kontrasepsi hormonal yang
mengandung hormon progestogen (progestin) dan dapat menghentikan
ovulasi. Suntik KB dilakukan di bagian tubuh tertentu, seperti bokong,
lengan atas, bagian bawah perut, atau paha. Setelah disuntikkan, kadar
hormon progesteron dalam tubuh akan meningkat, kemudian menurun
secara bertahap hingga suntikan selanjutnya.
Terdapat dua jenis suntik KB yang paling umum digunakan di
Indonesia, yaitu suntik KB 1 bulan dan suntik KB 3 bulan.
a. Suntik KB 1 bulan
KB suntik 1 bulan adalah jenis suntik KB yang diberikan setiap
30 hari sekali dan mengandung hormon estrogen dan progestin yang
dapat mencegah terjadinya kehamilan. Suntik KB 1 bulan tidak terlalu
berdampak pada siklus menstruasi sehingga penggunanya masih
memiliki siklus haid yang teratur. Selain itu, tingkat kesuburan dapat
kembali normal dalam waktu yang relatif cepat, yaitu 3 bulan setelah
suntikan dihentikan. Namun, kekurangan dari suntik KB 1 bulan
adalah pengguna kontrasepsi sering lupa untuk suntik ulang dan jeda
yang hanya sebulan juga membuat sebagian orang jadi malas
melakukannya.
b. Suntik KB 3 bulan
Suntik KB 3 bulan adalah jenis kontrasepsi hormonal yang
disuntikkan ke bokong atau lengan atas dan mengandung hormon
progestin. Hormon ini bekerja dengan cara menghentikan
pelepasan sel telur ke dalam rahim, sehingga mencegah terjadinya
proses pembuahan. Selain itu, hormon ini juga mencegah sperma
untuk mencapai sel telur dengan menebalkan cairan vagina dan
mencegah pertumbuhan janin dengan menipiskan dinding rahim.
Suntik KB 3 bulan memiliki beberapa kelebihan, seperti
tidak berinteraksi dengan obat-obatan lain, relatif aman untuk ibu
menyusui, tidak perlu repot mengingat untuk mengonsumsi pil
kontrasepsi setiap hari, tidak perlu menghitung masa subur jika
hendak berhubungan seksual, dan dapat mengurangi risiko
munculnya kanker ovarium dan kanker rahim.
Namun, suntik KB 3 bulan juga memiliki beberapa
kelemahan, seperti efek samping berupa sakit kepala, kenaikan
berat badan, nyeri payudara, perdarahan, dan menstruasi tidak
teratur, butuh waktu cukup lama agar tingkat kesuburan kembali
normal, berisiko mengurangi kepadatan tulang, dan tidak
memberikan perlindungan dari penyakit menular seksual.
Suntik KB 3 bulan tidak bisa digunakan oleh semua wanita,
terutama bila merasa dirinya sedang hamil, menginginkan siklus
menstruasinya tetap teratur, atau memiliki kondisi tertentu seperti
migrain, gangguan hati, pembekuan darah, riwayat penyakit
jantung, pendarahan di antara masa menstruasi, diabetes, kanker
payudara, dan berisiko tinggi menderita osteoporosis.
4. Metode Amenore Laktasi (MAL)
Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah metode kontrasepsi alami
sementara yang dapat digunakan setelah persalinan. Cara kerjanya adalah
dengan menekan ovulasi melalui peningkatan hormon prolaktin yang
merangsang pembentukan ASI. Peningkatan hormon prolaktin ini
menyebabkan penurunan hormon lain seperti LH dan estrogen yang
diperlukan untuk pemeliharaan siklus menstruasi sehingga ovulasi tidak
terjadi.
Syarat dan hal-hal yang harus diperhatikan jika ingin menggunakan
MAL sebagai kontrasepsi alami adalah ibu harus menyusui bayi secara
eksklusif selama 24 jam dalam sehari termasuk malam hari, bayi harus
menghisap payudara ibu secara langsung, ibu harus dalam masa belum
mengalami menstruasi, dan apabila bayi berusia kurang dari 6 bulan maka
kebutuhan akan MPASI meningkat dan frekuensi pemberian ASI akan
berkurang.
Metode Amenore Laktasi harus diperhatikan sebagai pilihan
kontrasepsi yang tidak boleh dipilih apabila terdapat keadaan-keadaan
seperti kesulitan pada bayi untuk menyusui pada ibu, infeksi pada
payudara ibu, dan ibu positif terinfeksi HIV.
5. Sadar Masa Subur
Sadar masa subur adalah perempuan yang mengetahui kapan
periode masa suburnya dari waktu mulai hingga berakhirnya siklus
menstruasi. Cara kerja metode ini adalah menghindari hubungan seksual
pada masa subur. Sadar masa subur ini dapat dilakukan dengan metode
berbasis kalender dan metode berbasis gejala.
a. Metode berbasis kalender: meliputi catatan hari dari siklus menstruasi.
Ini bisa dilakukan dengan aplikasi seperti Flo Period & Ovulation
Tracker, Clue Period & Cycle Tracker App, dan aplikasi serupa
lainnya. Selain menggunakan aplikasi kalender, perempuan dapat
menghitung secara manual.
1) Amati jumlah hari dari 6 siklus menstruasi sambil menggunakan
kontrasepsi lain atau menahan diri dari hubungan seksual, lalu lihat
masa subur dengan hasil perhitungan seperti dibawah ini:
 Rata-rata dari siklus terpanjang dikurangi 18 = hari subur
terakhir dalam satu siklus menstruasi
 Rata-rata dari siklus terpendek dikurangi 11 = hari subur
pertama dalam satu siklus menstruasi
b. Metode berbasis gejala
1) Suhu tubuh sedikit meningkat
Perempuan yang telah ovulasi cenderung meningkatkan suhu
tubuh. Saat terjadi peningkatan suhu, perempuan diharapkan untuk
mencatat suhu setiap pagi hari.
2) Sekresi pada mulut Rahim
Hal ini bisa dari kesadaran akan mulut rahim yang sedikit basah
dan terkadang mengeluarkan lendir.
6. Pil Mini
Pil mini termasuk dalam kategori Non MKJP (Non metode
kontrasepsi jangka panjang) karena digunakan saat waktu tertentu yaitu
saat menyusui atau saat menstruasi. Pil mini termasuk dalam metode
kontrasepsi hormonal karena mengandalkan preparat untuk mengatur
hormon estrogen dan progesteron. Pil mini mengandung dosis kecil
progestin sekitar 0,5 mg dan tidak mengandung estrogen. Pil mini juga
disebut pil progestin. Pil mini bekerja dengan mencegah terjadinya
ovulasi, yaitu dengan cara menipiskan endometrium dan mengentalkan
lendir serviks sehingga kekuatan penetrasi sperma menurun.
Jenis pil mini terdiri dari kemasan 28 pil berisi 75 μg norgestrel
dan kemasan 35 pil berisi 35 μg levonorgestrel atau 350 μg norethindrone.
Pil mini diminum sehari sekali pada waktu yang sama dan dapat diminum
selama yakin tidak hamil dan tidak ada kondisi medis lain. Pil mini tidak
boleh diberikan pada pasien yang sedang hamil. Keuntungan yang bisa
didapatkan saat mengonsumsi pil mini antara lain pengontrolan pemakaian
mudah, dapat berhenti sewaktu-waktu tanpa bantuan tenaga kesehatan,
mengurangi nyeri menstruasi, hubungan seksual tidak terganggu, jumlah
pendarahan menstruasi berkurang, dan saat berhenti pemakaian, kesuburan
tidak alami masalah. Kekurangan yang bisa dirasakan saat mengonsumsi
pil ini antara lain kedisiplinan pengguna, jika melupakan satu pil maka
kontrasepsi akan gagal dilakukan, dan terjadi peningkatan atau penurunan
berat badan. Efek samping yang bisa terjadi saat mengonsumsi pil mini
antara lain pendarahan tidak teratur atau spotting, sakit kepala, mual, nyeri
pada payudara, dan perubahan berat badan. Efek samping tersebut dapat
diatasi dengan cara tertentu.
7. Sanggama Terputus
Sanggama terputus adalah salah satu metode kontrasepsi
tradisional dan non MKJP karena dapat dilakukan saat melakukan
hubungan seksual saja. Cara kerja sanggama terputus ini dilakukan oleh
pria dengan menarik keluar alat kelaminnya sebelum terjadi ejakulasi
sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina. Metode ini juga bisa
disebut koitus interuptus.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, N. L. P. R. A. 2020. GAMBARAN Karakteristik Akseptor Kontrasepsi


Implant di Puskesmas Wilayah Kota Denpasar Tahun 2020. Skripsi. 1–50.
Denpasar: Poltekkes.
Dean G, Schwarz EB. 2011. Intrauterine contraceptives (IUCs). In RA Hatcher et
al., eds., Contraceptive Technology, revised 20th ed., pp. 147–191. New
York: Ardent Media.
Grimes DA. 2007. Intrauterine devices (IUDs). In RA Hatcher et al., eds.,
Contraceptive Technology, 19th ed., pp. 117–143. New York: Ardent
Media.
Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Jain, R., Muralidhar, S. Contraceptive Methods: Needs, Options and Utilization. J
Obstet Gynecol India 61, 626-634 (2011). https://doi.org/10.1007/s13224-
011-0107-7. [Diakses pada 9 Juni 2023].
Kementerian Kesehatan RI. 2021a. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum
Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Pelayanan
Kontrasepsi, dan Pelayanan Kesehatan Seksual. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2021b. Pedoman Pelayanan Kontrasepsi dan Keluarga
Berencana. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan. 2021. Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
https://repository.binawan.ac.id/1464/7/MPI%203-6%2C%20MPP%201-
3.pdf. [Diakses pada 8 Juni 2023].
Matahari, R., F. P. Utami, dan S. Sugiharti. 2018. Buku Ajar Keluarga Berencana
Dan Kontrasepsi. Yogyakarta: CV. Pustaka Ilmu Group Yogyakarta.
Pustaka Ilmu.
McNamee K. The female condom. Aust Fam Physician. 2000 Jun;29(6):555-7.
PMID: 10863812.
Nurullah, F. A. 2021. Perkembangan Metode Kontrasepsi di Indonesia.
CDKJournal. 48(3): 166-172.
http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/viewFile/1335/942.
[Diakses pada 9 Juni 2023].
Saraswati, I. G. A. A. 2018. HUBUNGAN Dukungan Istri Dengan Pemilihan
Kontrasepsi Metode Operasi Pria di Kecamatan Abiansemal. Skripsi.
Denpasar: Poltekkes.
Speroff L, Darney PD. 2011. Intrauterine contraception. In A Clinical Guide for
Contraception, 5th ed., pp. 239–279. Philadelphia: Lippincott Williams
and Wilkins.
Suparman, Erna. 2021. Kontrasepsi Darurat dan Permasalahannya. Medical Scope
Journal 3(1): 94-104. https://doi.org/10.35790/msj.3.1.2021.34908.
[Diakses pada 9 Juni 2023].

Anda mungkin juga menyukai