Anda di halaman 1dari 25

DAFTAR ISI

BAB I .................................................................................................................................1
BAB II ...............................................................................................................................3
A. Keluarga Berencana (KB) ............................................................................................... 3
1.1 Definisi ........................................................................................................................................ 3
1.2 Tujuan .......................................................................................................................................... 3
B. Kontrasepsi ......................................................................................................................... 3
2.1 Definisi ........................................................................................................................................ 3
2.2 Kontrasepsi Alamiah3.............................................................................................................. 5
2.3 Kontrasepsi Sederhana Untuk Laki-Laki3 ........................................................................ 8
2.4 Kontrasepsi Sederhana Untuk Wanita3 .............................................................................. 9
2.5 Kontrasepsi Dengan Obat-Obatan Spermatisida ..........................................................11
2.6 Kontrasepsi Hormonal1.........................................................................................................12
BAB III .......................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 24

i
BAB I
PENDAHULUAN

Keluarga berencana merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan


preventif yang paling dasar dan utama. Pencegahan kematian dan kesakitan ibu
merupakan alasan utama diperlukannya pelayanan keluarga berencana1.
Perwujudan nyata dalam partisipasi program Keluarga Berencana adalah
dengan menggunakan kontrasepsi. Tetapi dilain pihak terdapat kendala berupa
banyaknya jenis kontrasepsi yang beredar dipasaran dan masyarakat hanya
mampu menyebut jenis alat atau obat kontrasepsi tersebut sedangkan informasi-
infomasi mengenai keuntungan, kekurangan, kontraindikasi maupun efek samping
dari kontrasepsi tersebut tidak mereka dapatkan, belum lagi adanya pandangan-
pandangan atau norma budaya lingkungan dan orang tua yang dapat membuat
pengguna (akseptor) menjadi ragu-ragu dalam menggunakan kontrasepsi tersebut.
Untuk itu diperlukan suatu layanan konseling agar dapat menjelaskan secara benar
setiap kontrasepsi dengan jelas mengenai keuntungan, kerugian, efek samping
maupun kontraindikasinya.
Penggunaan alat dan obat kontrasepsi memang tidak dapat lepas dari efek
samping dan risiko yang kadang-kadang dapat merugikan kesehatan, namun
demikian yang harus dipikirkan adalah benefit/ keuntungan dari penggunaan alat/
obat kontrasepsi tersebut yang lebih besar dibanding tidak menggunakan
kontrasepsi.
Adapun syarat metode kontrasepsi yang ideal adalah1 :
 Aman, artinya tidak menimbulkan komplikasi yang berat bila digunakan
 Berdaya guna, dalam arti bila digunakan sesuai dengan aturan akan dapat
mencegah kehamilan
 Dapat diterima, bukan hanya oleh akseptor tapi juga oleh lingkungan
budaya di masyarakat
 Terjangkau harganya oleh masyarakat

1
 Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, kesuburan akan segera
pulih, kecuali untuk kontrasepsi mantap.
Pengaturan kelahiran memiliki benefit (keuntungan) kesehatan yang nyata,
salah satu contoh pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kanker uterus dan
ovarium, penggunaan kondom Program KB menentukan kualitas keluarga, karena
program ini dapat menyelamatkan kehidupan perempuan serta meningkatkan
status kesehatan ibu terutama dalam mencegah kehamilan tak diinginkan,
menjarangkan jarak kelahiran mengurangi risiko kematian bayi. Selain memberi
keuntungan ekonomi pada pasangan suami istri, keluarga dan masyarakat, KB
juga dapat mencegah penularan penyakit menular seksual, seperti HIV.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga Berencana (KB)


1.1 Definisi
Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organization) adalah
tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk : (1)
mengindari kelahiran yang tidak diinginkan, (2) mendapatkan kelahiran yang
diinginkan, (3) mengatur interval diantara kelahiran, (4) mengontrol waktu saat
kelahiran dalam hubungan dengan umur suami dan istri, (5) menentukan jumlah
anak dalam keluarga.2

1.2 Tujuan
Tujuan program KB lainnya yaitu untuk menurunkan angka kelahiran
yang bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka diadakan kebijakaan yang
dikategorikan dalam tiga fase (menjarangkan, menunda, dan menghentikan)
maksud dari kebijakaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat
melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan
pada usia tua.2

B. Kontrasepsi
2.1 Definisi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,
sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma
yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel
telur yang matang dengan sel sperma tersebut.1,3
Kontrasepsi yang bagus:
 Efektivitas yang tinggi

3
 Efek samping yang minimal
 Reversible
 Melindungi dari STD
 Mudah didapatkan
 Tidak ada kontraindikasi

Tujuan kontrasepsi
 Menunda kehamilan: sampai usia 20 tahun
 Menjarangkan kehamilan:20-35
 Menghentikan kehamilan/tidak hamil lagi:35 keatas

Urutan pemilihan kontrasepsi yang rasional3:


Tunda Jarangkan 2-4 tahun Menghentikan
(<20 thn) (20-35 thn) (>35thn)
1) Pil 1) IUD 1) Sterilisasi
2) IUD 2) Suntik 2) IUD
3) Implant 3) Pil 3) Implant
4) Suntikan 4) Implan 4) Suntik
5) Sterilisasi 5) pil

Jenis kontrasepsi:
1) Kontrasepsi alamiah
Pantang berkala, suhu tubuh basal (STB), metode ovulasi billings (MOB),
simptotermal (STB+Mukosa Servik), senggama terputus, laktasi.
2) Kontrasepsi barier mekanik
Kondom, diafragma, spermisida, AKDR
3) Kontrasepsi hormonal
Bentuk pil, suntikan, implant
4) Kontrasepsi mantap
Tubektomi, vasektomi

4
2.2 Kontrasepsi Alamiah3
Senggama terputus (coitus interuptus)
Cara ini mungkin merupakan cara kontrasepsi yang tertua yang dikenal
oleh manusia, dan mungkin masih merupakan cara yang banyak dilakukan sampai
sekarang. Senggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum terjadi
ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan, bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari
sebelumnya oleh sebagian besar pria, dan setelah itu masih ada waktu kira-kira 1
detik sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini dapat digunakan untuk
menarik keluar penis dari vagina. Keuntungannya, cara ini tidak membutuhkan
biaya, alat-alat maupun persiapan, akan tetapi kekurangannya bahwa untuk
mensukseskan cara ini dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pihak pria
dan bisa mengurangi kenikmatan/kepuasan dalam berhubungan seksual.
Selanjutnya penggunaan cara ini dapat menimbulkan neurasteni.
Efektivitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan
senggama terputus setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4-18 kehamilan per
100 perempuan per tahun). Dan efektivitasnya akan jauh menurun jika sperma
dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis. Kegagalan dengan cara
ini dapat disebabkan oleh:
1. Adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi (praejeculatory
fluid) yang dapat mengandung sperma, apalagi pada koitus yang
berulang (repeated coitus);
2. Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina;
3. Pengeluaran semen dekat pada vulva dapat menyebabkan
kehamilan.
Pembilasan pascasenggama (postcoital douche)
Pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau tanpa tambahan larutan
obat (cuka atau obat lain) segera koitus merupakan cara yang telah lama sekali
dilakukan untuk tujuan kontrasepsi. Maksudnya ialah untuk mengeluarkan sperma

5
secara mekanik dari vagina. Penambahan cuka ialah untuk memperoleh efek
spermasida serta menjaga asiditas vagina.
Cara ini mengurangi kemampuan terjadinya konsepsi hanya dalam batas-
batas tertentu karena sebelum pembilasan dapat dilakukan, spermatozoa dalam
jumlah besar telah memasuki servik uteri.

Perpanjangan masa menyusui anak (Prolonged lactation)


Sepanjang sejarah para wanita mengetahui bahwa kemungkinan untuk
menjadi hamil lebih kecil apabila mereka menyusui anaknya segera setelah
melahirkan. Menyusui secara eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi
sementara yang cukup efektif, selama ibu belum mendapat haid, dan waktunya
kurang dari 6 bulan pascapersalinan. Efektivitasnya dapat mencapai 98 %1. Hal
ini dapat efektif bila ibu menyusui lebih dari 8 kali sehari dan bayi mendapat
cukup asupan per laktasi; ibu belum mendapat haid, dan atau dalam 6 bulan pasca
persalinan.
Laktasi dikaitkan dengan adanya prolaktinemia dan prolaktin menekan
adanya ovulasi. Tetapi ovulasi pada suatu saat akan terjadi dan dapat mendahului
haid pertama sehingga apabila hanya mengandalkan pemberian ASI saja dapat
memberikan resiko kehamilan untuk itu dapat dipertimbangan pemakaian
kontrasepsi lain.

Pantang berkala (rhythm method)


Cara ini awalnya diperkenalkan oleh Kyusaku Ogino dari Jepang dan Hermann
Knaus dari Jerman, pada saat yang sama, kira-kira tahun 1931. Oleh karena itu
cara ini sering juga disebut cara Ogino-Knaus. Mereka bertitik tolak dari hasil
penyelidikan bahwa seorang wanita hanya dapat hamil selama beberapa hari saja
dalam tiap daur haidnya. Masa subur yang disebut ”Fase Ovulasi” mulai 48 jam
sebelum ovulasi dan berakhir 24 jam setelah ovulasi. Sebelum dan sesudah masa
itu, wanita tersebut berada dalam masa tidak subur.
Kesulitan cara ini ialah bahwa waktu yang tepat dari ovulasi sulit untuk
ditentukan; ovulasi umumnya terjadi 14 ± 2 hari sebelum hari pertama haid yang

6
akan datang. Pada wanita dengan haid yang tidak teratur, akan tetapi variasi yang
tidak jauh berbeda, dapat diterapkan masa subur dengan perhitungan :
“Daur haid terpendek dikurangi 18 hari dan daur haid terpanjang dikurangi 11
hari”. Masa aman ialah sebelum daur haid terpendek yang telah dikurangi.

Gambar 1. Sistem kalender

Metode amenore laktasi (MAL)


MLA merupakan metode kontrasepsi alamiah yang mengandalkan (rely
on) pemberian ASI pada bayinya. Mekanisme kerjanya, dengan penghisapan ASI
yang intensif secara berulang kali akan menekan sekresi hormone GnRH sehingga
sekresi FHS&LH rendah dan menekan perkembangan folikel di ovarium dan
menekan ovulasi. Efektivitas 2 hamil/100/6bulan. 1,3
Hanya dianjurkan pada perempuan: Menyusui eksklusif (8-10x per hari
dengan interval <4jam) sejak bayi lahir sampai bayi berusia 6 bulan, tidak haid 4-
6 bulan sejak melahirkan bayinya.
Keterbatasan yaitu; tingkat efektivitas tergantung tingkat eksklusifitas
menyusui bayi, tidak melindungi pengguna dari PMS (HIV/AIDS), pada
wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam.
Instruksi yang diberikan,yaitu; memberikan ASI secara penuh (full breast
feeding), dari kedua payudara (sekitar 8-10x sehari), paling sedikit 1x pada malam
hari (tidak boleh > 4-6jam diantara 2 pemberian), jangan gantikan jadwal
pemberian ASI dengan makanan/cairan lain ,Selalu gunakan metode kontrasepsi
pendukung misalnya kondom.

7
2.3 Kontrasepsi Sederhana Untuk Laki-Laki3
Pria
Kondom
Penggunaan kondom mempunyai tujuan perlindungan terhadap penyakit
kelamin yang telah dikenal sejak zaman Mesir kuno. Kini paling umum dipakai
ialah kondom dari karet; kondom ini tebalnya kira-kira 0,05 mm. Kini telah
tersedia berbagai ukuran dengan bermacam-macam warna. Pada waktu sekarang
kondom telah dipergunakan secara luas di seluruh dunia dalam program keluarga
berencana.
Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan
koitus, dan mencegah tumpahnya sperma dalam vagina. Bentuk kondom adalah
silindris dengan pinggir yang tebal pada ujung yang terbuka, sedang ujung yang
buntu berfungsi sebagai penampung sperma. Diameternya biasanya kira-kira 31-
36,5 mm dan panjang lebih kurang 19 mm. Kondom dilapisi dengan pelicin yang
mempunyai sifat spermatisid.
Keuntungan kondom, selain untuk tujuan kontrasepsi juga dapat memberi
perlindungan terhadap penyakit kelamin5. Kekurangannya ialah ada kalanya
pasangan yang mempergunakannya merasakan selaput karet tersebut sebagai
penghalang dalam kenikmatan sewaktu melakukan koitus. Sebab-sebab kegagalan
memakai kondom ialah bocor atau koyaknya alat itu atau tumpahnya sperma yang
disebabkan oleh tidak dikeluarkannya penis segera setelah terjadi ejakulasi. Efek
sampingan kondom tidak ada, kecuali jika ada alergi terhadap bahan untuk
membuat karet.
Efektivitas kondom ini tergantung dari mutu kondom dan dari ketelitian
dalam penggunaannya. Mengenai pemakaian kondom perlu diperhatikan hal-hal
berikut :
1. Jangan melakukan koitus sebelum kondom terpasang dengan baik.
2. Pasanglah kondom sepanjang penis yang sedang dalam ereksi. Pada pria
yang tidak bersunat, prepusium harus ditarik terlebih dahulu.

8
3. Tinggalkan sebagian kecil dari ujung kondom untuk menampung sperma.
Pada kondom yang mempunyai kantong kecil di ujungnya, keluarkanlah
udara terlebih dahulu sebelum kondom dipasang.
4. Pergunakanlah bahan pelicin secukupnya pada permukaan kondom untuk
mencegah terjadinya robekan.
5. Keluarkanlah penis dari vagina sewaktu masih dalam keadaan ereksi dan
tahanlah kondom pada tempatnya ketika penis dikeluarkan dari vagina,
supaya sperma tidak tumpah.

2.4 Kontrasepsi Sederhana Untuk Wanita3


Pessarium
Bermacam-macam pessarium telah dibuat untuk tujuan kontrasepsi. Secara
umum pessarium dapat dibagi atas dua golongan, yakni (1) diafragma vaginal ;
dan (2) cervical cap.

Diafragma vaginal
Pada tahun 1881 Mensinga dan Flensburg (Belanda) telah menciptakan
untuk pertama kalinya diafragma vaginal guna mencegah kehamilan.
Dewasa ini diafragma vaginal terdiri atas kantong karet yang berbentuk mangkuk
dengan per elastis pada pinggirnya. Per ini ada yang terbuat dari logam tipis yang
tidak dapat berkarat, ada pula yang dari kawat halus yang tergulung sebagai spiral
dan mempunyai sifat seperti per.
Diafragma dimasukkan ke dalam vagina sebelum koitus untuk menjaga
jangan sampai sperma masuk ke dalam uterus. Untuk memperkuat khasiat
diafragma, obat spermatisida dimasukkan ke dalam mangkuk dan dioleskan pada
pinggirnya. Diafragma vaginal sering dianjurkan pemakaiannya dalam hal-hal
seperti :
1. keadaan dimana tidak tersedia cara yang lebih baik.
2. jika frekuensi koitus tidak seberapa tinggi, sehingga tidak dibutuhkan
perlindungan yang terus-menerus.

9
3. jika pemakaian pil, AKDR, atau cara lain harus dihentikan untuk
sementara waktu oleh karena sesuatu sebab.
Diafragma paling cocok untuk dipakai pada wanita dengan dasar panggul
yang tidak longgar dan dengan tonus dinding vagina yang baik.
Pada keadaan-keadaan tertentu pemakaian diafragma tidak dapat
dibenarkan, misalnya pada 1) sistokel yang berat; 2) prolapsus uteri; 3) fistula
vagina; 4) hiperantefleksio atau hiperretrofleksio uterus.
Umumnya diafragma vaginal tidak menimbulkan banyak efek sampingan.
Efek sampingan mungkin disebabkan oleh reaksi alergi terhadap obat-obat
spermatisida yang dipergunakan, atau oleh karena terjadi perkembangbiakan
bakteri yang berlebihan dalam vagina jika diafragma dibiarkan terlalu lama
terpasang di situ.
Efektivitas nya sedang (bila digunakan dengan spermasida angka
kegagalan 6-18 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama)1.
Kekurangan khasiat diafragma vaginal ialah : 1) diperlukan motivasi yang
cukup kuat; 2) umumnya hanya cocok untuk wanita yang terpelajar dan tidak
untuk dipergunakan secara massal; 3) pemakaian yang tidak teratur dapat
menimbulkan kegagalan; 4) tingkat kegagalan lebih tinggi daripada pil atau
AKDR.
Keuntungan cara ini ialah : 1) hampir tidak ada efek sampingan; 2) dengan
motivasi yang baik dan pemakaian yang betul, hasilnya cukup memuaskan; 3)
dapat dipakai sebagai pengganti pil atau AKDR pada wanita-wanita yang tidak
boleh mempergunakan pil atau AKDR oleh karena suatu sebab.

Cervical cap
Cervical cap dibuat dari karet atau plastik, dan mempunyai bentuk
mangkuk yang dalam dengan pinggirnya terbuat dari karet yang tebal. Ukurannya
ialah dari diameter 22 mm sampai 33 mm; jadi lebih kecil daripada diafragma
vaginal. Cap ini dipasang pada porsio servisis uteri seperti memasang topi.
Dewasa ini alat ini jarang dipakai untuk kontrasepsi.

10
2.5 Kontrasepsi Dengan Obat-Obatan Spermatisida
Obat spermatisida yang dipakai untuk kontrasepsi terdiri atas 2 komponen,
yaitu zat kimiawi yang mampu mematikan spermatosoon, dan vehikulum yang
nonaktif dan yang dipergunakan untuk membuat tablet atau cream/jelly. Makin
erat hubungan antara zat kimia dan sperma, makin tinggi efektivitas obat. Oleh
sebab itu, obat yang paling baik ialah yang dapat membuat busa setelah
dimasukkan ke dalam vagina, sehingga kelak busanya dapat mengelilingi serviks
uteri dan menutup ostium uteri eksternum. Cara kontrasepsi dengan obat
spermatisida umumnya digunakan bersama-sama dengan cara lain (diafragma
vaginal), atau apabila ada kontraindikasi terhadap cara lain. Efek sampingan
jarang terjadi dan umumnya berupa reaksi alergi.
Kini di pasaran terdapat banyak obat-obat spermatisida, antara lain dalam
bentuk :
1. suppositorium : Lorofin suppositoria, Rendel pessaries. Suppositorium
dimasukkan sejauh mungkin ke dalam vagina sebelum koitus. Obat ini
baru mulai aktif setelah 5 menit. Lama kerjanya kurang lebih 20 menit
sampai 1 jam.
2. jelly atau cream. 1) Perseptin vaginal jelly, Orthogynol vaginal jelly, 2)
Delfen vaginal cream. Jelly lebih encer daripada cream. Obat ini
disemprotkan ke dalam vagina dengan menggunakan suatu alat. Lama
kerjanya kurang lebih 20 menit sampai 1 jam.
3. tablet busa : Sampoon, Volpar, Syn-A-Gen. Sebelum digunakan, tablet
terlebih dahulu dicelupkan ke dalam air, kemudian dimasukkan ke dalam
vagina sejauh mungkin. Lama kerjanya 30-60 menit.
C-film, yang merupakan benda yang tipis, dapat dilipat, dan larut dalam air.
Dalam vagina obat ini merupakan gel dengan tingkat dispersi yang tinggi dan
menyebar pada porsio uteri dan vagina. Obat mulai efektif setelah 30 menit.
Efektivitas KB spermatisid ini kurang (3 – 21 kehamilan per 100 perempuan per
tahun pertama)

11
2.6 Kontrasepsi Hormonal1
Kontrasepsi estrogen plus progestin (kombinasi)
Kontrasepsi kombinasi estrogen-progesteron dapat diberikan per oral,
suntikan IM, atau dalam bentuk koyo. Kontrasepsi oral paling sering digunakan
dan sering terdiri dari kombinasi suatu zat estrogen dan bahan prosgestasional
yang diminum tiap hari selama 3 minggu dan berhenti selama 1minggu, agar
terjadi perdarahan lucut (with drawal bleeding) dari uterus.
Efektivitasnya tinggi (hampir menyerupai efektivitas tubektomi), bila
digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun pertama
penggunaan).
Mekanisme kerja
Efek kontraseptif obat-obat yang mengandung steroid bersifat multiple,
tetapi efek yang terpenting adalah mencegah terjadinya ovulasi dengan menekan
gonadotropin releasing factors dari hypothalamus. Yang mana hal ini dapat
menghambat sekresi follicle stimulating hormone dan lutenizing hormone dari
hipofisis.
Estrogen saja dalam dosis yang memadai akan menghambat ovulasi
dengan menekan gonadotropin. Estrogen ini juga mungkin akan menghambat
implantasi dengan mengubah pematangan endometrium. Estrogen mempercepat
transportasi ovum; namun, progestin menyebabkan perlambatan. Karena itu,
peran keduanya dalam mengubah motilitas tuba dan uterus masih belum jelas.
Progestin menyebabkan terbentuknya mucus servik yang kental, sedikit,
selular, dan menghambat jalannya sperma. Kapasitasi sperma juga mungkin
terhambat. Seperti estrogen, progestin menyebabkan endometrium menjadi
kurang memungkin kan untuk implantasi blastokista. Akhirnya progestin juga
dapat menghambat ovulasi dengan menekan gonadotropin.
Efek gabungan dari estrogen dan progestin dalam kaitannya dengan
kontrasepsi adalah supresi ovulasi yang sangat efektif, blockade penetrasi sperma
oleh mucus serviks, dan penghambatan implantasi di endometrium apabila dua
mekanisme pertama gagal. Kontrasepsi oral kombonasi estrogen plus progestin,

12
apabila diminum setiap hari selama 3 dari 4 minggu, menghasilkan proteksi
terhadap kehamilan yang hampir absolute.
Interaksi obat
Kontrasepsi oral dapat mengganggu kerja beberapa obat (tabel 2-1 dan 1-
2). Sebaliknya, sebagian obat menurunkan efektifitas kontrasepsi oral kombinasi
antara lain : barbiturat, karbamazepin, felbamat, griseofulvin,
ketokonazol/itrakonazol, fenitoin, primidon, rifampisin, topiramat, sehingga untuk
itu dapat dipakai kontrasepsi tambahan atau dosisnya lebih ditingkatkan.
Efektifitas
Efektifitas pil kombinasi lebih dari 99 persen, apabila digunakan dengan
benar dan konsisten. Ini berarti, kurang dari 1 dari 100 wanita yang
menggunakan pil kombinasi akan hamil setiap tahunnya. Metode ini juga
merupakan metode yang paling reversibel, artinya bila pengguna ingin hamil bisa
langsung berhenti minum pil dan biasanya bisa langsung hamil dalam waktu 3
bulan.
Manfaat
Pil kombinasi memberikan manfaat antara lain:
1. Resiko terhadap kesehatan kecil.
2. Memiliki efektifitas tinggi, apabila diminum secara teratur.
3. Tidak mengganggu hubungan seksual.
4. Siklus haid teratur.
5. Dapat mengurangi kejadian anemia.
6. Dapat mengurangi ketegangan sebelum menstruasi (pre menstrual
tension).
7. Dapat digunakan dalam jangka panjang.
8. Mudah dihentikan setiap waktu.
9. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
10. Dapat digunakan pada usia remaja sampai menopause.
11. Membantu mengurangi kejadian kehamilan ektopik, kanker
ovarium, kanker endometrium,kista ovarium, penyakit radang
panggul, kelainan jinak pada payudara, dismenorea dan jerawat.

13
Keterbatasan
Pil kombinasi mempunyai keterbatasan antara lain:
1. Tidak mencegah penyakit menular seksual termasuk Hepatitis
B maupun HIV/AIDS.
2. Pengguna harus disiplin minum pil setiap hari.
3. Tidak boleh digunakan pada wanita menyusui.
4. Mahal.
Efek Samping
Efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan pil kombinasi ini antara
lain:
1. Peningkatan resiko trombosis vena, emboli paru, serangan jantung,
stroke dan kanker leher rahim.
2. Peningkatan tekanan darah dan retensi cairan.
3. Pada kasus-kasus tertentu dapat
menimbulkan depresi, perubahan suasana hati dan penurunan libido.
4. Mual (terjadi pada 3 bulan pertama).
5. Perdarahan bercak atau spotting (terjadi pada 3 bulan pertama).
6. Pusing.
7. Amenorea.
8. Nyeri payudara.
9. Kenaikan berat badan.

Kontrasepsi progestin suntik


Keunggulan suntikan progestin adalah efektivitas kontrasepsi yang setara
dengan atau lebih baik daripada kontrasepsi oral kombinasi, efek bertahan lama
dengan hanya 4 – 6 kali penyuntikan setahun, dan gangguan laktasi yang minimal.
Depo medroksiprogesteron asetat (Depo provera) dan Noretindron etantat
(Norgest) telah banyak dipakai secara luas diseluruh dunia, mekanisme kerja
kedua obat tampaknya multipel, termasuk inhibisi ovulasi, peningkatan
kekentalan mukus serviks, dan pembentukan endometrium yang kurang ramah
bagi implantasi ovum.

14
Kelebihan dan kekurangannya serupa dengan progestin oral.
Kekurangannya mencakup amenorea berkepanjangan, perdarahan uterus selama
dan setelah pemakaian, dan anovulasi yang lama setalah penghentian kontrasepsi.
Pemulihan kesuburan akan lambat namun tidak terhambat, pada pemakaian
jangka panjang trigliserida dan kolesterol HDL menurun tetapi kolesterol LDL
tidak meningkat, hanya terjadi sedikit modifikasi metabolisme glukosa, insiden
anemia defisiensi besi menurun. Disamping itu terjadi juga peningkatan berat
badan yang nyata.
Efek samping
1. Gangguan pola haid, seperti terjadinya spotting, perdarahan
memanjang atau lebih sering berdarah ( metrorrhagia ),
2. Amenore,
3. Mual-mual, anoreksia, pening, sakit kepala,
4. Kadang-kadang terjadi perubahan pada libido dan berat badan.
5. Timbulnya jerawat.
6. Oleh karena jumlah progestin yang dikeluarkan ke dalam darah
sangat kecil, maka efek samping yang terjadi tidak sesering pada
penggunaaan KB.
METODE KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Memasukkan benda-benda atau alat ke dalam uterus untuk tujuan
mencegah kehamilan, yang telah dikenal sejak zaman dahulu kala. Awalnya
penggembala-penggembala unta bangsa Arab dan Turki berabad lamanya
melakukan cara ini dengan memasukkan batu kecil yang bulat dan licin kedalam
alat genital unta mereka, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan
dalam perjalanan jauh2 .
Sejak itu banyak tulisan-tulisan ilmiah yang meneliti tentang efektivitasnya pada
manusia, yang mana pada awalnya banyak mendapat pertentangan oleh karena
dianggap sebagai sumber infeksi pada panggul (salpingitis, endometritis,
parametritis, dll). Tapi sejak mulai diketemukannya antibiotik yang dapat
mengurangi resiko infeksi, maka penerimaan AKDR semakin meningkat.

15
Mekanisme kerja
Mekanisme kerja dari AKDR sampai saat ini belum diketahui dengan
pasti, tetapi pendapat yang terbanyak mengatakan bahwa dengan adanya AKDR
dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai
dengan sebukan leukosit yang dapat menghancurkan blastokista dan sperma. Pada
pemeriksaan cairan uterus pada pemakai AKDR sering kali dijumpai sel-sel
makrofag (fagosit) yang mengandung spermatozoa. Disamping itu ditemukan juga
sering timbulnya kontraksi uterus pada pemakai AKDR, yang dapat menghalangi
nidasi. Diduga ini disebabkan karena meningkatnya prostaglandin dalam uterus
pada wanita tersebut.
Pada AKDR bioaktif selain kerjanya menimbulkan peradangan, juga oleh
karena ion logam atau bahan lain yang melarut dari AKDR mempunyai pengaruh
terhadap sperma. Menurut penyelidikan, ion logam yang paling efektif ialah ion
logam tembaga (Cu)3,4; pengaruh AKDR bioaktif dengan berkurangnya
konsentrasi logam makin lama makin berkurang.
Efektifitasnya tinggi dapat mencapai 0.6 – 0.8 kehamilan/100 perempuan dalam 1
tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).
Jenis-jenis AKDR
Sampai sekarang telah banyak ditemukan jenis-jenis AKDR, tapi yang
paling banyak digunakan dalam program KB di Indonesia ialah AKDR jenis
copper T dan spiral (Lippes loop). Bentuk yang beredar dipasaran adalah spiral
(Lippes loop), huruf T (Tcu380A, Tcu200C, dan NovaT), tulang ikan (MLCu350
dan 375), dan batang (Gynefix). Unsur tambahan adalah tembaga (cuprum), atau
hormon (Levonorgestrel).
Keuntungan-keuntungan AKDR
AKDR mempunyai keunggulan terhadap cara kontrasepsi yang lain karena :
1. Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian
satu kali motivasi
2. Tidak menimbulkan efek sistemik
3. Alat itu ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara massal
4. Efektivitas cukup tinggi

16
5. Reversibel
6. Tidak ada pengaruh terhadap ASI
Efek samping AKDR
 Perdarahan
 Masa haid dapat menjadi lebih panjang dan banyak, terutama pada
bulan-bulan pertama pemakaian
 Rasa nyeri dan kejang di perut
 Gangguan pada suami
 Ekspulsi (pengeluaran sendiri)
Komplikasi AKDR
 Infeksi
AKDR itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina, umumnya
tidak menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang digunakan
disucihamakan. Jika terjadi infeksi, hal ini mungkin disebabkan oleh sudah
adanya infeksi yang subakut atau menahun pada traktus genitalis sebelum
pemasangan AKDR.
 Perforasi
Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan AKDR walaupun bisa
terjadi pula kemudian.
Jika perforasi terjadi dengan AKDR yang tertutup, harus segera
dikeluarkan segera karena ditakutkan akan terjadinya ileus, begitu pula
dengan yang mengandung logam. Pengeluaran dapat dilakukan dengan
laparotomi jika dengan laparoskopi gagal, atau setelah terjadi ileus. Jika
AKDR yang menyebabkan perforasi itu jenis terbuka dan linear, dan tidak
mengandung logam AKDR tidak perlu dikeluarkan dengan segera.
 Kehamilan
Jika terjadi kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan timbul cacat pada
bayi oleh karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan dinding rahim.
Angka keguguran dengan AKDR in situ tinggi. Jadi jika ditemukan
kehamilan dengan AKDR in situ sedang benangnya masih kelihatan,
sebaiknya dikeluarkan oleh karena kemungkinan terjadinya abortus setelah

17
dikeluarkan lebih rendah dari pada dibiarkan terus. Tetapi jka benangnya
tidak kelihatan, sebaiknya dibiarkan saja berada dalam uterus.

Kontraindikasi pemasangan AKDR


Kontraindikasi pemasangan AKDR dibagi atas 2 golongan, yaitu kontraindikasi
yang relatif dan kontraindikasi mutlak.
Yang termasuk kontraindikasi relatif ialah:
1. Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus
2. Insufisiensi serviks uteri
3. Uterus dengan parut pada dindingnya, seperti pada bekas SC, enukleasi
mioma, dsb.
4. Kelainan jinak serviks uteri, seperti erosio porsiones uteri
Yang termasuk kontraindikasi mutlak ialah :
1. Kehamilan
2. Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis (Penyakit Menular
Seksual)4
3. Adanya tumor ganas pada traktus genitalis
4. Adanya metrorhagia yang belum disembuhkan
5. Pasangan yang tidak lestari/harmonis
Pemasangan AKDR
AKDR dapat dipasang dalam keadaan berikut :
 Sewaktu haid sedang berlangsung
Pemasangan dapat dilakukan pada hari pertama atau pada hari terakhir
haid. Keuntungannya : pemasangan lebih mudah karena serviks saat itu
sedang terbuka dan lembek, rasa nyeri tidak seberapa keras, perdarahan
yang timbul akibat pemasangan tidak seberapa dirasakan, kemungkinan
pemasangan pada uterus yang sedang hamil tidak ada.
 Sewaktu postpartum
Pemasangan AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan:
1. Secara dini(immediate insertion); dipasang pada wanita yang
melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit.

18
2. Secara langsung (direct insertion); dipasang dalam masa tiga bulan
setelah partus atau abortus.
3. Secara tidak langsung (indirect insertion); dipasang sesudah masa
tiga bulan setelah partus atau abortus; atau pada saat tidak ada
hubungan sama sekali dengan partus atau abortus.

Bila pemasangan AKDR tidak dilakukan dalam waktu seminggu setelah


bersalin, menurut beberapa sarjana, sebaiknya AKDR ditangguhkan
sampai 6-8 minggu postpartum oleh karena jika pemasangan AKDR
dilakukan antara minggu kedua dan minggu keenam setelah partus, bahaya
perforasi atau ekspulsi lebih besar.
 Sewaktu postabortum
Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi
fisiologi dan psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi, septic
abortion merupakan kontraindikasi
 Beberapa hari setelah haid terakhir
Dalam hal ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk bersenggama
sebelum AKDR dipasang.
Sebelum dipasang, sebaiknya diperlihatkan ke akseptor bentuk AKDR yang
dipasang dan bagaimana letaknya setelah terpasang. Dan dijelaskan pula
kemugkinan efek samping yang dapat terjadi seperti perdarahan, rasa sakit ,
AKDR yang keluar sendiri.

METODE KONTRASEPSI MANTAP5


Tubektomi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba falopii wanita
sedangkan vasektomi ialah pada kedua vas deferens pria,yang mengakibatkan
yang bersangkutan tidak dapat hamil atau tidak menyebabkan kehamilan lagi. 1
Metoda dengan cara operasi tersebut diatas telah dikenal sejak zaman dahulu.
Hippocrates menyebut bahwa tindakan itu dilakukan terhadap orang dengan
penyakit jiwa. Dahulu vasektomi dilakukan sebagai hukuman misalnya pada

19
mereka yang melakukan perkosaan. Sekarang tindakan tubektomi dan vasektomi
dilakukan secara sukarela dalam rangka keluarga berencana.
Tubektomi
Tubektomi adalah suatu tindakan oklusi/ pengambilan sebagian saluran
telur wanita untuk mencegah proses fertilisasi.3 Tindakan tersebut dapat dilakukan
setelah persalinan atau pada masa interval. Setelah dilakukan tubektomi, fertilitas
dari pasangan tersebut akan terhenti secara permanen. Waktu yang terbaik untuk
melakukan tubektomi pascapersalinan ialah tidak lebih dari 48 jam sesudah
melahirkan karena posisi tuba mudah dicapai dari subumbilikus dan rendahnya
resiko infeksi. Bila masa 48 jam pascapersalinan telah terlampaui maka pilihan
untuk tetap memilih tubektomi, dilakukan 6-8 minggu persalinan atau pada masa
interval.
Keuntungan tubektomi ialah :
 Motivasi hanya satu kali saja, tidak diperlukan motivasi yang berulang-
ulang
 Efektivitas hampir 100%
 Tidak mempengaruhi libido seksualis
 Kegagalan dari pihak pasien tidak ada
Kerugiannya ialah bahwa tindakan ini dapat dianggap tidak reversibel, walaupun
ada kemungkinan untuk membuka tuba kembali pada mereka yang masih
menginginkan anak lagi dengan operasi Rekanalisasi.
Indikasi dilakukannya tubektomi :
 Penghentian fertilitas atas indikasi medik
 Kontrasepsi permanen
Syarat-syarat tubektomi :
 Syarat sukarela
 Syarat bahagia
 Syarat medik
Tindakan yang dilakukan sebagai tindakan pendahuluan untuk mencapai tuba
falopii terdiri atas : pembedahan transabdominal seperti laparotomi, mini
laparotomi, laparoskopi; pembedahan transvaginal seperti kolpotomi posterior,

20
kuldoskopi; dan pembedahan transservikal (transuterin) seperti penutupan lumen
tuba histeroskopik.
Untuk menutup lumen dalam tuba, dapat dilakukan pemotongan tuba
dengan berbagai macam tindakan operatif, seperti cara Pomeroy, cara Irving, cara
Uchida, cara Kroener, cara Aldridge. Pada cara Madlener tuba tidak dipotong.
Disamping cara-cara tersebut, penutupan tuba dapat pula dilakukan dengan jalan
kauterisasi tuba, penutupan tuba dengan clips, Falope ring, Yoon ring, dll.
Cara penutupan tuba :
 Cara Madlener
Bagian tengah tuba diangkat dengan cunam pean, sehingga terbentuk
suatu lipatan terbuka. Kemudian, dasar dari lipatan tersebut dijepit
dengan cunam kuat-kuat dan selanjutnya dasar itu diikat dengan benang
yang tidak diserap. Tidak dilakukan pemotongan tuba.

 Cara Pomeroy
Cara ini paling banyak dilakukan. Dilakukan dengan mengangkat bagian
tengah dari tuba sehingga membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian
dasarnya diikat dengan benang yang dapat diserap, tuba diatas dasar itu
dipotong. Setelah benang pengikat diserap, maka ujung- ujung tuba
akhirnya terpisah satu dengan yang lain.

 Cara Irving
Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat diserap,
ujung proksimal dari tuba ditanamkan kedalam miometrium, sedangkan
ujung distal ditanamkan ke dalam ligamentum latum.

 Cara Aldridge
Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagian
distal bersama-sama dengan fimbria ditanam ke dalam ligamentum
latum.
 Cara Uchida

21
Tuba ditarik ke luar abdomen melalui suatu insisi kecil (mini laparotomi)
di atas simfisis pubis. Kemudian di daerah ampula tuba dilakukan
suntikan dengan larutan Adrenalin dalam air garam dibawah serosa tuba.
Akibatnya, mesosalping di daerah tersebut menggembung.lalu dibuat
sayatan kecil di daerah yang kembung tersebut. Serosa dibebaskan dari
tuba sepanjang kira-kira 4-5 cm; tuba dicari dan setelah ditemukan
dijepit, diikat, lalu digunting. Ujung tuba yang proksimal akan tertanam
dengan sendirinya dibawah serosa, sedangkan ujung tuba yang distal
dibiarkan berada diluar serosa. Luka sayatan dijahit dengan kantong
tembakau. Angka kegagalan cara ini adalah 0.

 Cara Kroener
Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi. Suatu ikatan
dengan benang sutera dibuat melalui bagian mesosalping dibawah
fimbria. Jahitan ini diikat 2x, satu mengelilingi tuba dan yang lain
mengelilingi tuba sebelah proksimal dari jahitan sebelumnya. Seluruh
fimbria dipotong.
Tehnik ini banyak digunakan. Keuntungan cara ini antara lain
sangat kecil kemungkinan kesalahan mengikat ligamentum rotundum.
Angka kegagalan 0,19%.

22
BAB III
KESIMPULAN

Keluarga berencana merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan


preventif yang paling dasar dan utama. Pencegahan kematian dan kesakitan ibu
merupakan alasan utama diperlukannya pelayanan keluarga berencana1
Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organization) adalah
tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk : (1)
mengindari kelahiran yang tidak diinginkan, (2) mendapatkan kelahiran yang
diinginkan, (3) mengatur interval diantara kelahiran, (4) mengontrol waktu saat
kelahiran dalam hubungan dengan umur suami dan istri, (5) menentukan jumlah
anak dalam keluarga.2
Tujuan program KB lainnya yaitu untuk menurunkan angka kelahiran
yang bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka diadakan kebijakaan yang
dikategorikan dalam tiga fase (menjarangkan, menunda, dan menghentikan)
maksud dari kebijakaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat
melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan
pada usia tua.2
Adapun syarat metode kontrasepsi yang ideal adalah aman, artinya tidak
menimbulkan komplikasi yang berat bila digunakan, berdaya guna, dalam arti bila
digunakan sesuai dengan aturan akan dapat mencegah kehamilan, dapat diterima,
bukan hanya oleh akseptor tapi juga oleh lingkungan budaya di masyarakat,
terjangkau harganya oleh masyarakat, bila metode tersebut dihentikan
penggunaannya, kesuburan akan segera pulih, kecuali untuk kontrasepsi mantap1.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Saifuddin A B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi Pertama

cetakan Keempat. Jakarta , Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2003

2. Hartanto, H., 2004, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan.

3. Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Edisi kedua cetakan ketiga. Jakarta; Yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002

4. Cunningham F G, Gant NF. Williams Obstetri. Edisi ke-21.Volume 2. Jakarta,

Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006

5. Sarwono. Kontrasepsi; Dalam Ilmu Kandungan. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka

sarwono; 2002.

24

Anda mungkin juga menyukai