Anda di halaman 1dari 53

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Saat ini diare masih menjadi penyebab utama kematian pada bayi dan
balita. Setiap tahunnya sekitar 760.000 balita meninggal karena penyakit diare.
Itulah yang menyebabkan saat ini diare menempati urutan kedua pada angka
kematian balita di dunia. Saat ini sebanyak 780 juta orang tidak memiliki akses
terhadap air minum dan 2,5 milyar orang tidak memiliki sanitasi. Sebagian besar
penyebab kematian diare adalah dehidrasi berat dan kehilangan cairan. Selain itu
imunitas tubuh anak juga mempengaruhi terjadinya diare. Anak yang memiliki
imunitas tubuh yang rendah rentan terhadap penyakit diare (WHO,2013).
Kasus diare di seluruh dunia mencapai dua miliar pertahun. Sebanyak 1,9
juta balita meninggal setiap tahun dan 18% atau sekitar 5000 anak-anak
meninggal setiap hari akibat penyakit diare. Dari semua kematian anak akibat
diare, 78% terjadi di kawasan Afrika dan Asia Tenggara. Diare memang lebih
dominan terjadi di negara berkembang namun juga terjadi di negara maju seperti
Amerika dan Inggris meskipun angka kejadiannya lebih kecil dibanding di negara
berkembang (WGO,2012).
Menurut Riset kesehatan dasar 2013, insiden diare berdasarkan gejala
sebesar 3,5% (kisaran provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada balita sebesar
6,7% (kisaran provinsi 3,3%-10,2%). Pada tahun 2013 terjadi 8 KLB yang
tersebar di 6 Propinsi, 8 kabupaten dengan jumlah penderita 646 orang dengan
kematian 7 orang (CFR 1,08%). Pada tahun 2014 terjadi 6 KLB Diare yang
tersebar di 5 propinsi, 6 kabupaten/kota, dengan jumlah penderita 2.549 orang
dengan kematian 29 orang (CFR 1,14%). Secara nasional angka kematian (CFR)
pada KLB diare pada tahun 2014 sebesar 1,14%. Target CFR pada KLB Diare
diharapkan < 1 %. Dengan demikian secara nasional, CFR KLB diare tidak
mencapai target program. Di Jakarta sendiri period prevalence diare berdasarkan
gejala sebesar 8,6% dan menempati urutan ke 7 setelah Sulawesi tengah
(RISKESDAS, 2013).

1
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), diare di
Jakarta menempati urutan kelima setelah asma pada proporsi penduduk yang
mempunyai keluhan kesehatan menurut jenis keluhan dan jenis kelamin dalam
sebulan pada tahun 2014. Pada laki-laki sekitar 1.19% dan perempuan 0,85% jadi
rata-rata pada laki-laki dan perempuan yang mengidap diare adalah 1,02% (BPS,
2014).
Menurut data Puskesmas di Kecamatan Koja angka diare masih cukup
tinggi yaitu mencapai 6.242 orang dan 2.564nya merupakan anak yang berusia 1-4
tahun. karena angkanya yangdan
b. Pencegahan masih cukup tinggi
Pemberantasan saat
Penyakit ini diare termasuk dalam 10
Diare
Hasil dari pelaksanaan kegiatan Diare tahun 2011 adalah sebagai
besar penyakit tersering yangdan
b. Pencegahan ada di Puskesmas
Pemberantasan Kecamatan
Penyakit Diare Koja.
berikut :
Hasil dari pelaksanaan kegiatan Diare tahun 2011 adalah sebagai
1) Jumlah Penderita Penyakit Diare per Kelurahan.
berikut :
1) JumlahPenderita
Penderita Penyakit DiareBerobat
Diare Yang per Kelurahan.
Ke
Puskesmas Kecamatan Koja Tahun 2012
Penderita Diare Yang Berobat Ke
Puskesmas Kecamatan Koja Tahun 2012
8000 6242
8000 6242
6000
6000
4000
4000 586 944
2000 636 599 296 525 508
636 586 599 944 525 508
2000 296
0
0
PKM
PKM PKM
PKM PKM
PKM PKM
PKM PKM
PKM PKM
PKM PKM
PKM PKM PKM
Kec.
Kec. Kel. Koja
Kel. Koja Kel.
Kel. Kel.
Kel. Kel.
Kel. Kel.
Kel. Kel.
Kel. Kel.Kel.
KOJA
KOJA Lagoa
Lagoa Rawa
Rawa Rawa
Rawa Tugu
Tugu Tugu
Tugu Tugu Tugu
Badak
Badak Badak Utara
Badak Utara
I I Utara
UtaraIII IIISelatan
Selatan
UtaraI I
Utara UtaraII II
Utara

Dilihat dari grafik diatas penderita paling banyak berobat adalah di


Dilihat dari grafik diatas penderita paling banyak berobat adalah di
Grafik 1.1 JumlahKecamatan
Puskesmas Diare per Kelurahan
Koja, di Kecamatan
sedangkan kasus Koja
diare per Puskesmas
Puskesmas Kecamatan Koja, sedangkan kasus diare per Puskesmas
Kelurahan paling banyak di Kelurahan Tugu Utara I dan paling sedikit di
Sumber: laporan tahunan puskesmas kecamatan Koja 2012
Kelurahan paling banyak di Kelurahan Tugu Utara I dan paling sedikit di
Puskesmas Kelurahan Rawa Badak Utara II.
Puskesmas
2) Kelurahan
Penderita Rawa Badak
Diare Menurut UtaraUmur.
Golongan II.
2) Penderita Diare Menurut Golongan Umur.
Penderita Diare Menurut Golongan Umur di
Puskesmas Kecamatan Koja Tahun 2012
Penderita Diare Menurut Golongan Umur di
Puskesmas Kecamatan Koja Tahun 2012
10% 20%
19%
<1 Tahun
10% 20% 1-4 Tahun
19%
10% 5 - 14 Tahun
<1 Tahun
41% 15 - 45 Tahun
1-4 Tahun
> 45 Tahun
10% 5 - 14 Tahun
41% 15 - 45 Tahun
> 45 Tahun

Grafik 1.2 Penderita Diare menurut golongan umur


Sumber: laporan tahunan puskesmas
73 kecamatan Koja /2012
Laporan Tahunan PKM Kec. Koja 2012

73 Laporan Tahunan / PKM Kec. Koja 2012

2
Dilihat dari golongan penderita Diare berdasarkan kelompok umur, pada
diagram diatas dapat disebutkan bahwa penderita Diare terbanyak pada umur 1-4
tahun atau sekitar 41%. Diare merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
buang air besar dengan peningkatan frekuensi, mencret-mencret dan konsistensi
tinjanya encer. Terkadang disertai darah, lendir dan muntah-muntah. Bila diukur
fesesnya mencapai lebih dari 200 gram perhari. Kondisi ini dapat menyebabkan
penderita mengalami kehilangan cairan tubuh yang menyebabkan kematian
terutama pada bayi dan anak-anak dibawah usia lima tahun atau biasa dikenal
sebagai balita (Erni, 2014).
Faktor resiko penyakit diare dapat dibagi menjadi empat kategori besar
seperti infeksi, faktor anak, faktor sosial ekonomi dan faktor ibu. Faktor ibu dapat
dilihat dari usia, pendidikan, pengetahuan dan kebiasaan mencuci tangan sebelum
memberikan makan pada anak. Namun yang akan ditekankan pada kasus ini
adalah faktor pendidikan ibu terhadap kejadian diare (Tomey&Alligood 2006,
Mubarok, 2009).
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 mengenai diare dilihat dari
latar belakang pendidikannya, diare lebih banyak di pedesaan dibandingkan
perkotaan yaitu sebesar 10% di pedesaan dan 7,4% di perkotaan. Diare cenderung
lebih tinggi pada kelompok pendidikan rendah dan bekerja sebagai petani/
nelayan dan buruh. Pada kelompok tidak sekolah (10,4%), tidak tamat SD (9,3%),
tamat SD (8,2%), tamat SMP (7,4%), tamat SMA (6,2%) dan tamat PT (5,7%).
Dari hasil data tersebut semakin tingggi tingkat pendidikan maka semakin rendah
prevalensi terhadap diare dan sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan maka
semakin tinggi prevalensi terhadap diare (Kemenkes RI, 2011).
Agama Islam telah menganjurkan manusia untuk hidup bersih, sehat dan
mencintai lingkungan. Anjuran membersihkan badan, bersuci, memakan makanan
yang halal dan baik sampai dengan larangan merusak alam dan lingkungan hidup
sudah dijelaskan dalam Islam. Namun banyak diantara umat Islam yang belum
mengindahkan anjuran tersebut sehingga sampai saat ini masih banyak terjadi
penularan penyakit salah satunya adalah penyakit diare (STBM, 2013).

3
Allah SWT sangat mencintai hambanya yang selalu menjaga kebersihan
yaitu hambanya yang senantiasa hidup dalam keadaan bersih dan suci lahir batin.
Maka dari itu kaum muslimin hendaknya senantiasa tampil bersih, suci/
berwudhu, rumah dan lingkungan bersih dan menjaga peralatan makan dan
minum agar selalu bersih karena di dalam Al-Quran telah dilukiskan kemuliaan
dalam kebersihan (STBM, 2013).
Berikut adalah Firman Allah SWT:

Artinya:
“Janganlah engkau melaksanakan shalat dalam masjid itu selama-
lamanya. Sungguh masjid yang didirikan atas dasar takwa, sejak hari
pertama adalah lebih pantas engkau melaksanakan shalat di dalamnya. Di
dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Allah menyukai
orang-orang yang bersih” (Q.s. At-Taubah (9):108).

Rasullullah SAW telah bersabda bahwa umat Islam harus menjaga


kebersihan jasmani maupun rohani karena merupakan perintah agama dan akan
memperoleh surga di akhirat kelak (Lesmana, Deni, 2014).
Berikut adalah sabda Rasullullah SAW:
“Rasulullah bersada: Allah itu zatnya bersih dan ia mencintai keberihan”
(HR. Tirmidzi).

Islam datang untuk memberikan pengajaran agar manusia mengetahui baik


dan buruk, halal dan haram serta berbagai ilmu untuk kepentingan hidup manusia
seperti ilmu kesehatan dan ilmu sosial. Menurut pandangan Islam menuntut ilmu
merupakan kewajiban karena dapat merubah pemikiran, perilaku, karakter bahkan
peradaban manusia menjadi lebih baik lagi. Ilmu kesahatan sangat besar

4
manfaatnya. Karena salah satu manfaatnya yaitu dapat membuat manusia menjadi
lebih menjaga kesehatan dirinya maupun orang lain agar manusia bisa lebih
terhindar dari berbagai macam penyakit dan mengetahui bagaimana cara
mengobatinya (Ulfa, 2015).
Berikut adalah Hadits mengenai betapa pentingnya menuntut ilmu:

َ ‫ب ْال ِع ْل ِم فَ ِر ْي‬
‫ضةٌ َعلَى ُك ِِّل ُم ْس ِل ٍم‬ َ ٍ‫م‬
ُ َ ‫طل‬
Artinya:
”Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam” (HR Ibnu Abdil
Barr).

Pandangan Islam mengenai hubungan tingkat pendidikan dengan kejadian


diare adalah betapa pentingnya ilmu pendiddikan bagi kehidupan manusia dan
kesehatan setiap individu. Maka sebagai orang tua ajarkanlah ilmu yang
bermanfaat untuk anak agar anak bisa menjalani hidupnya dengan baik dan
ajarkanlah bagaimana cara hidup bersih agar anak terhindar dari berbagai
penyakit. Karena masih tingginya angka pendidikan pada kelompok yang tidak
bersekolah dan rendahnya angka lulusan dari perguruan tinggi. Penjelasan diatas
membuat peneliti melakukan penelitian mengenai “Hubungan Tingkat Pendidikan
Ibu dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Di Kelurahan Tugu Selatan
Kecamatan Koja Jakarta Utara Tahun 2016 ditinjau dari Kedokteran dan Islam”.

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, Salah satu faktor yang mempengaruhi
penyakit diare adalah faktor pendidikan Ibu, angka kejadian diare yang cukup
tinggi dan latar belakang lulusan pendidikan yang masih cukup rendah. Maka
akan diteliti yaitu apakah ada hubungan tingkat pendidikan ibu terhadap angka
kejadian diare pada anak balita di Kelurahan Tugu Selatan Kecamatan Koja
Jakarta Utara pada tahun 2016 ditinjau dari Kedokteran dan Islam?

5
1.3. Pertanyaan Penelitian
1. Apakah ada hubungannya tingkat pendidikan ibu terhadap penyakit diare pada
anak balita di Kelurahan Tugu Selatan Kecamatan Koja Jakarta Utara pada
Tahun 2016?
2. Bagaimana karakteristik responden mengenai hubungan tingkat pendidikan ibu
dengan penyakit diare pada anak balita di Kelurahan Tugu Selatan Kecamatan
Koja Jakarta Utara pada Tahun 2016?
3. Bagaimana gambaran diare pada anak balita di Kelurahan Tugu Selatan
Kecamatan Koja Jakarta Utara pada Tahun 2016?
4. Bagaimana gambaran tingkat pendidikan ibu di Kelurahan Tugu Selatan
Kecamatan Koja Jakarta Utara pada Tahun 2016?
5. Bagaimana pandangan Islam mengenai hubungan tingkat pendidikan ibu
dengan kejadian diare di Kelurahan Tugu Selatan Kecamatan Koja Jakarta
Utara pada Tahun 2016?

1.4. Tujuan Penelitian


1.4.1. Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan tingkat pendidikan Ibu dengan Kejadian Diare
pada Balita di Kelurahan Koja Kecamatan Tugu Selatan Jakarta utara pada tahun
2016.

1.4.2. Tujuan khusus


1. Mengetahui karakteristik responden mengenai pendidikan ibu terhadap
penyakit diare pada anak balita di Kelurahan Tugu Selatan Kecamatan Koja
Jakarta Utara Tahun 2016.
2. Mengetahui gambaran diare pada anak balita di Kelurahan Tugu Selatan
Kecamatan Koja Jakarta Utara Tahun 2016.
3. Mengetahui gambaran tingkat pendidikan terakhir ibu di Kelurahan Tugu
Selatan Kecamatan Koja Jakarta Utara Tahun 2016.

6
4. Mengetahui adanya hubungan antara tingkat pendidikan Ibu terhadap penyakit
diare pada anak balita di Kelurahan Tugu Selatan Kecamatan Koja Jakarta
Utara Tahun 2016.
5. Mengetahui Pandangan Islam mengenai hubungan tingkat pendidikan Ibu
dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Tugu Selatan Kecamatan Koja
Jakarta Utara Tahun 2016.

1.5. Manfaat Penelitian


a. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh penulis dengan bertambahnya
wawasan mengenai penyakit diare dan bagi peneliti lain sebagai bahan diskusi
untuk melakukan penelitian berikutnya mengenai hubungan tingkat pendidikan
ibu terhadap penyakit diare pada anak balita.
b. Hasil penelitian ini menyediakan informasi bagi ibu tentang penyakit diare
yang terjadi pada anak balita.
c. Manfaat bagi Universitas YARSI adalah bermanfaat sebagai bahan masukan
bagi civitas akademika Universitas YARSI, sehingga dapat menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai hubungan tingkat pendidikan ibu
terhadap penyakit diare.
d. Memberikan pengetahuan dan bahan masukan untuk petugas medis di
puskesmas dan rumah sakit.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Pustaka yang Telah Dilakukan


2.1.1. Diare
1. Pengertian Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) atau proses pengeluaran
tinja/kotoran yang lebih dari tiga kali sehari dengan tekstur lembek atau cair.
Terkadang dapat ditemukan lendir ataupun darah dalam tinja (Kemenkes RI,
2011).
Kehilangan cairan karena defekasi yang berlebihan dapat menyebabkan
terjadinya dehidrasi. Dehidrasi merupakan resiko utama yang terjadi akibat diare.
Jika terjadi dehidrasi, seseorang dapat kehilangan lima liter air setiap harinya
beserta elektrolit utama yaitu natrium dan kalium yang berada didalamnya.
Keduanya sangat penting untuk proses fisiologis normal. Kehilangan dua
elektrolit utama ini dapat menyebabkan bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan
irama jantung maupun perdarahan otak. Kondisi dehidrasi ini lebih berat terjadi
pada balita dan anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa (Wijoyo, 2013).

2. Klasifikasi Diare
A. Berdasarkan lama diare:
1. Diare akut
Penyebab tersering diare akut adalah infeksi. Biasanya ditandai dengan
adanya demam dan sakit di gastrointestinal seperti sakit perut, perut yang terasa
kembung, mual, muntah dan perut begah. Diare biasanya terjadi dalam rentang
waktu beberapa jam dan beberapa hari namun lebih sering terjadi kurang dari 14
hari. Demam dan sakit di gastrointestinal dapat digunakan sebagai tolak ukur
sederhana dalam mengetahui penyebab infeksi diare. Diare biasanya disebabkan
oleh bakteri dan virus. Jika disebabkan oleh bakteri, demam yang yang terjadi
biasanya tinggi dan disertai dengan sakit perut yang melilit namun jika disebabkan
oleh virus, tinja biasanya masih dalam bentuk cair dan jika ada demam hanya

8
demam ringan atau sumeng saja. Diare juga bisa disebabkan oleh penyebab lain
seperti keracunan makanan atau alergi. Biasanya akan terjadi muntah atau mual
(Sofwan, 2010).
2. Diare persisten
Diare persisten biasanya diawali dengan terjadinya diare cair atau disentri
yang dapat menyebabkan penurunan berat badan yang drastis dengan keluarnya
volume cairan tubuh yang banyak sehingga dapat terjadi reiko dehidrasi yang
lebih besar disbanding diare akut. Perbedaan dengan diare akut adalah waktu
terjadinya yang lebih panjang dari diare akut yaitu lebih dari 14 hari. Pada diare
persisten penyebab infeksi bukan bakteri tunggal dan kemungkinan penyebab
diare lain lebih berperan dalam diare persisten ini (Sodikin, 2011).
B. Berdasarkan masalah
Berdasarkan masalah terdiri dari dari diare kronik, diare berdarah dan
kolera. Gejala diare yang biasanya terjadi pada anak yaitu anak yang menjadi
cengeng, suhu badan yang meningkat, gelisah, tinja bayi yang encer, berlendir
atau berdahak, tinjanya hijau dan daerah disekitar anus lecet. Gangguan gizi
akibat kurangnya asupan makanan juga dapat terjadi ditambah dengan muntah,
hipoglikemia, nafsu makan yang menurun dan terjadinya dehidrasi (Wijoyo,
2013).

3. Etiologi Diare
A. Diare karena virus
Diare karena virus sebagai contoh traveller’s diarrhoea yang disebabkan
antara lain oleh rota virus dan adenovirus. Virus ini melekat pada sel-sel mukosa
usus, akibatnya sel mukosa usus menjadi rusak sehingga kapasitas resorpsi
menurun dan sekresi air maupun elektrolit meningkat. Diare yang terjadi bertahan
terus sampai beberapa hari (biasanya 3-6 hari). Sesudah itu virus lenyap dengan
sendirinya. Norovirus ialah virus yang paling umum sebagai virus pathogen yang
menyebabkan 70-75% viral gastroenteritis , sedangkan rotavirus menyebabkan
12% viral gastroenteritis. Anak dengan usia 3-24 bulan paling banyak mengalami

9
kasus infeksi rotavirus. Gejala yang biasa timbul akibat infeksi rota virus, yaitu
muntah, demam, mual, dan diare cair akut (Wijoyo, 2013).
B. Diare karena bakteri invasif
Diare dengan bakteri invasive memiliki tingkat kejadian yang cukup
sering, akan tetapi akan berkurang dengan sendirinya seiring dengan peningkatan
sanitasi lingkungan di masyarakat. Mekanisme terjadinya, yaitu bakteri pada
keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu ke dalam mukosa, terjadi
perbanyakan diri sambil membentuk oksitoksin. Enterotoksin ini dapat resopsi
kedalam darah dan menimbulkan gejala hebat, seperti demam tinggi, nyeri kepala,
dan kejang-kejang.penyebab utama pembentukan enterotoksin ini adalah bakteri
E.Coli, Shigella sp, Salmonella sp, dan Campylobavter sp. (Wijoyo, 2013).
C. Diare karena Parasit
Diare karena parasit disebabkan protozoa seperti Entamoeba histolytica
dan giardia lamblia, yang terjadi didaerah subtropics. Diare karena infeksi parasit
ini biasanya bercirikan mencret cairan yang berkala dan bertahan lama lebih dari
satu minggu. Adanya intoleransi terhadap makanan terhadap makanan dapat
memicu diare. Sebagai contoh, yaitu alergi terhadap laktosa (banyak terjadi pada
bayi dan balita karena tubuhnya tidak memiliki enzim lactose yang berfungsi
mencerna lactose yang berfungsi mencerna laktosa yang terkandung dalam susu
sapi), makanan yang mengandung lemak tinggi, dan makanan pedas atau
mengandung terlalu banyak serat dan kasar (Wijoyo,2013).

4. Epidemiologi Diare
Di dunia, diare yang disebabkan karena infeksi dilaporkan lebih dari 1,5
juta episode dengan kematian terutama pada anak dibawah lima tahun atau balita.
Namun berbeda dengan di Indonesia. Saat ini diare menjadi lima penyakit yang
sering dijumpai di Indonesia. Hal ini lah yang menyebabkan diare berpotensi
menjadi wabah seperti yang terjadi pada tahun 2010 di hampir 11 provinsi di
Indonesia. Menurut profil kesehatan tahun (2010) penyakit diare sering dilaporkan
menjadi penyebab tersering rawat inap di rumah sakit, meskipun untuk yang rawat
jalan tidak sebanyak rawat inap. Diare akibat infeksi lah yang sering terjadi. Case

10
fatality rate diare akibat infeksi sebesar 1,79%. Namun, diare pada infeksi bakteri
juga sering terjadi akibat terjadinya bencana alam. contohnya tsunami aceh pada
tahun 2004, banjir bandang dan gunung meletus dapat membuat akses air bersih
mejadi terbatas. Sehingga mereka menggunakan air sungai atau air yang tidak
layak dikonsumsi untuk konsumsi sehari-hari, seperti untuk minum, memasak,
dan MCK (mandi cuci kakus). Karena keterbatasan yang ada mereka terpaksa
melakukan itu meskipun banyak diantara mereka tahu akan bahayanya untuk
kesehatan (Erni, 2014).

5. Patofisiologi Diare
A. Kelainan gerakan transmukosal air dan elektrolit
Gangguan absorbsi, toksin bakteri dan adanya gangguan hormone pada
usus dapat menyebabkan kerusakan pada mukosa usus yang berakibat pada
kelainan gerak transmukosa sehingga terjadi hipersekresi air pada usus yang
mendasari terjadinya diare (Wijoyo, 2013).
B. Kelainan cepat laju bolus makanan didalam lumen usus
Rangsangan prostaglandin gastrin dan pankreosimin pada usus berakibat
pada terjadinya hipermotilitas bolus sehingga terjadi gangguan digesti dan
absorbsi bolus (Wijoyo, 2013).
C. Kelainan tekanan osmolitik dalam lumen usus
Gangguan absorbs bolus pada usus berakibat pada timbulnya malabsorbsi
baik karbohidrat, protein dan lemak berdampak pada peningkatan osmolaritas
usus sehingga terjadi penarikan sejumlah air kedalam lumen usus (Wijoyo, 2013).
Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan timbulnya diare adalah
sebagai berikut (Sudarti, 2010):
a). Gangguan osmotik
Akibatnya terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat terserap oleh
tubuh akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan akan merangsang untuk mengeluarkan isi dari usus sehingga
timbul diare.

11
b). Gangguan sekresi
Akibatnya rangsangan tertentu, misalnya oleh toksin pada dinding usus
yang akan menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit yang berlebihan ke
dalam usus halus, sehingga akan terjadi peningkatan-peningkatan isi dari rongga
usus yang akan merangsang pengeluaran isi dari rongga usus sehingga timbul
diare.
c). Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi usus
untuk menyerap makanan yang masuk, sehingga akan tibul diare. Tetapi bila
terjadi keadaan sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltic usus akan dapat
menyebabkan pertumbuhan bakteri yang berlebihan didalam rongga usus
sehingga akan menyebabkan diare.

6. Faktor Resiko Diare


Adapun beberapa faktor resiko terjadinya diare diantaranya adalah
(Wijoyo, 2013):
A. Faktor Pendidikan
Pendidikan merupakan factor yang berpengaruh terhadap morbiditas anak
balita apabila semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin baik pula tingkat
kesehatan yang diperoleh
B. Faktor Pekerjaan
Saat ini banyak orangtua yang bekerja di luar rumah sehingga anak diasuh
oleh orang lain atau pembantu, yang menyebabkan factor resiko balita lebih besar
untuk terpajan diare.
C. Faktor Umur Balita
Sebagian besar diare terjadi pada anak usia dibawah 2 tahun. Balita yang
berusia 12-24 bulan memiliki resiko 2-3 kali lebih besar untuk terserang balita
dibandingkan usia 25-59 bulan.

12
D. Faktor Lingkungan
Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan apabila faktor
lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman dan berakumulasi dengan perilaku
tidak sehat maka akan menyebabkan diare.
E. Faktor Gizi
Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian besar meninggal karena
diare, disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi.
F. Faktor Sosial Ekonomi
Rumah yang kumuh dan peyediaan air bersih yang kurang dapat
menyebabkan diare balita.
G. Faktor makanan atau minuman yang dikonsumsi
Kontaminasi alat-alat makan atau dapur yang tidak bersih.
H. Faktor terhadap laktosa
Bayi yang tidak diberikan asi, resiko menderita diare lebih besar
dibandingkan yang diberi ASI penuh karena ASI mengandung zat antibody yang
melindungi bayi dari berbagai kuman penyebab diare.

7. Diare Menurut Pandangan Islam


Diare merupakan buang air besar (defekasi) dengan frekuensi lebih dari
tiga kali per hari dengan konsistensi cair atau setengah cair sebanyak lebih dari
200 gram yang dapat disertai lender atau darah (Marcellus, 2014).
Saat ini diare menjadi permasalahan umum yang banyak ditemui di
seluruh dunia terutama di negara berkembang dengan jumlah kasus sebanyak dua
miliar pertahun. Sekitar 90% kasus diare disebabkan oleh infeksi virus, bakteri
dan parasit. Penyebab tersering yaitu bakteri E.Colli sebanyak 38, 29% (WHO,
2009).
Faktor penyebab diare secara umum adalah karena kurangnya menjaga
kebersihan. Kelalaian menjaga kebersihan diri, tempat tinggal dan lingkungan
merupakan pemicu utama munculnya diare. Diare identik dengan lingkungan
yang kotor dan tidak sehat. Lingkungan seperti ini menjadi tempat yang sangat
digemari untuk berkembang biaknya bibit penyakit sekaligus sebagai tempat

13
bersarangnya setan. Makanan dan minuman yang berkualitas kurang baik juga
ikut serta mendukung terjadinya diare. Islam juga menganjurkan agar kita selalu
mengkonsumsi makanan yang halal dan toyyib. Faktor penyebab lain timbulnya
diare adalah karena lalai dalam membaca doa. Membaca doa sebelum dan sesudah
makan merupakan amalan penting bagi kaum muslimin. Selalu ingat dalam
membaca doa akan memberikan proteksi (perlindungan) dari keburukan semua
yang kita makan dan dengan izin Allah Ta’ala doa dapat melumpuhkan kuman,
bakteri dan virus yang akan masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minum
yang dikonsumsi. Doa juga memohon keberkahan dari apa yang kita makan serta
memohon mendapatkan perlindungan Allah SWT dari azab neraka (Herbanabi,
2016).
Salah satu faktor penyebab diare adalah karena kerusakan alam/
lingkungan. Allah SWT telah menciptakan alam ini dengan sangat sempurna.
Karena sebaik-baiknya bentuk adalah yang Allah SWT ciptakan. Manusia sebagai
khalifah di bumi hendaklah selalu menjaga alam ini. Karena tidak selayaknya
manusia dengan tangan jahilnya merusak dengan sesuka hati apa yang Allah SWT
ciptakan sesempurna bentuk. Alam yang rusak tidak mungkin bisa kembali seperti
semula dalam waktu singkat. Maka dari itu manfaatkan dengan baik apa yang
telah ada, jangan merusak apa yang telah diciptakan dan berusaha untuk selalu
menjaganya (Dyayadi, 2008).
Berikut adalah Firman Allah SWT:

Artinya:
“Dan (ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada Malaikat:
Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di bumi seorang khalifah. Berkata
mereka: Apakah Engkau hendak menjadikan padanya orang yang merusak

14
di dalam nya dan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan
memuji Engkau dan memuliakan Engkau ? Dia berkata : Sesungguhnya
Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (Q.s. Al- Baqarah
(2): 30).

8. Pengobatan Diare Menurut Islam


Dalam era globalisasi, saat ini teknologi dan ilmu pengobatan sudah
berkembang sangat pesat namun tidak didukung dengan kesadaran masyarakat
mengenai betapa pentingnya kesehatan dalam hidup. Maka dari itu saat ini masih
banyak ditemukan orang yang sakit bahkan saat ini penyakit semakin beragam.
Al- Quran telah menjelaskan bahwa Rasulullah SAW merupakan suri tauladan
seluruh aspek kehidupan manusia. Maka dari itu apa yang sudah dicontoh oleh
Rasulullah SAW hendaknya kita ikuti dan jangan pernah meragukan
kebenarannya (Muhadi, 2011).
Berikut adalah Firman Allah SWT:

Artinya:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (Q.s. Al-Ahzab
(33): 21)

Sahih Al- Bukhari menjelaskan bahwa konsep pengobatan dalam Al-


Quran, yang pertama adalah mengobati penyakit dengan Al- Quran. Karena obat
dari semua penyakit sudah ada dalam Al- Quran, namun banyak orang yang masih
belum mengetahui ini sehingga beralih pada pengobatan diluar ajaran Al-Quran.
Kedua dengan metode bekam. Pola hidup sehat yang telah diterapkan Rasulullah
yaitu bekam. Bekam dapat mengeluarkan darah kotor yang tersimpan dalam tubuh

15
sehingga setelah melakukan bekam badan terasa segar dan lebih sehat. ketiga
adalah menggunakan madu. Madu merupakan makanan sekaligus obat yang
disebutkan oleh Allah SWT dalam Al- Quran. Oleh karena itu, Rasulullah SAW
menyukai madu sebagai penyembuh penyakit. Bahkan, beliau suka meminum
madu di pagi hari dengan dicampur air dingin untuk menjaga atau mengobati
penyakit usus (Muhadi, 2011).

Berikut adalah Firman Allah SWT:

Artinya:
“Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah, “Buatlah sarang di
gunung-gunung, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang
dibikin manusia (Q.s. An-Nahl (16): 68)”

“Kemudian makanlah dari segala (macam) buah-buahan lalu tempuhlah


jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).” Dari perut lebah itu
keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, didalamnya
terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh, pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda kebesaran Allah bagi orang
yang berpikir (Q.s. An-Nahl (16): 69)”.

Terdapat hadits shahih riwayat Bukhari dan Muslim bahwa Nabi


Muhammad SAW memerintahkan seseorang yang sakit perut (diare) agar minum

16
madu beberapa kali dan akhirnya orang tersebut sembuh (Bahraen, Raehanul,
2015).
Berikut adalah hadis Nabi SAW:
“Ada seseorang menghadap Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam
Ia berkata: “Saudaraku mengeluh sakit pada perutnya (diare)”
Nabi SAW berkata: “minumkan ia madu”
Orang itu datang lagi untuk ketiga kalinya
Nabi SAW tetap berkata: “Minumkan ia madu”
Setelah itu orang itu datang dan menyatakan “Aku telah melakukannya
(namun belum sembuh juga malah bertambah mencret)”
Nabi SAW bersabda: “Allah SWT Maha Benar dan perut saudaramu ini
dusta. Minumkan lagi madu”
Orang itu meminumkannya lagi, maka saudaranya pun sembuh (HR.
Bukhari dan Muslim).

Berdasarkan penjelasan diatas bahwa untuk mengatasi diare tidak semerta-


merta hanya diminum saja melainkan ada aturan dan dosisnya sehingga kurang
tepat jika ingin mengobati dengan madu tapi tidak tahu dosisnya (Bahraen,
Raihanul, 2015).
Dokter dan Ulama besar Ibnu Qayyim Al- Jauziyyah rahimaullah menjelaskan
bahwa:
“Memberikan minum madu dengan berulang kali menunjukkan mengenai
ilmu kedokteran yaitu obat harus sesuai dosis dan jumlahnya sesuai
dengan keadaan penyakitnya (Ibnu Qayyim Al- Jauziyyah).”

Menurut Islam, madu ampuh untuk mengobati diare. Tidak hanya diare
madu juga bermanfaat untuk meningkatkan pertumbuhan bakteri yang
menguntungkan serta menghambat bakteri yang merugikan, memperbaiki dan
melindungi system pencernaan, sebagai antioksidan, sebagai sumber energi,
mempercepat penyembuhan luka serta digunakan untuk pengganti gula sehingga
aman untuk penderita diabetes (Hasan Mahir, 2007).

17
Sumber pengobatan Rasulullah SAW ada tiga yaitu, Al- Quran, Madu
(obat ilmiah) dan gabungan dari Al- Quran dan madu (bahan ilmiah) (Muhadi,
2011).

Berikut adalah sabda Rasulullah SAW:


“Kesembuhan itu ada tiga yaitu dengan meminum madu
(bisyurbata’asala), sayatan pisau bekam (syurthota mihjam) dan dengan
besi panas (kayta naar) dan aku melarang umatku melakukan pengobatan
dengan besi panas (HR. Al Bukhari diriwayatkan dari Said Bin Jubair,
dari Ibnu Abbas).

“Gunakanlah dua penyembuh; Al- Quran dan madu” (HR. Ath- Thabrani
dan Abu Hurairah).

9. Pencegahan Diare Menurut Islam


Menurut konsep Islam, diare dapat dicegah dengan cara selalu menjaga
kebersihan jasmani dan rohani. Seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan dengan sabun, tidak buang air besar disembarang tempat, menjaga
kebersihan makanan dan minuman yang dikonsumsi dan selalu berdoa dalam
memulai aktivitas termasuk membaca doa sebelum dan sesudah makan
(Herbanabi, 2016).

Berikut adalah Firman ALLAH SWT:

Artinya:
“Dan bersihkanlah pakaianmu” (Q.s. Al- Muddatstsir (74): 4).

Berikut adalah hadits yang melarang buang air besar di sembarang tempat :
“Waspadailah perbuatan-perbuatan yang bisa mendatangkan laknat:
Buang air di sumber mata air, tengah jalan dan naungan (manusia)”

18
(HR. Abu Dawud, dan Ibnu Majah. Dihasankan oleh Al-Albaniy dalam
Al-Irwa).

Berikut adalah hadis Nabi SAW tentang membiasakan mencuci tangan:


“Apabila salah seorang dari kalian bangun dari tidurnya, jangan
mencelupkan tangannya ke tempat wudhunya sehingga dia mencuci
tangannya sebanyak tiga kali, karena salah seorang dari kalian tidak
tahu dimana tangannya bermalam” (HR. Imam An-Nasa’i).

Berikut adalah hadis nabi SAW tentang adab makan dan minum:
“Apabila salah seorang dari kalian makan, maka hendaklah makan
dengan tangan kanan dan apabila dia minum, minumlah dengan tangan
kana. Karena setan apabila dia makan, maka dengan tangan kiri dan
apabila dia minum, minum dengan tangan kiri” (HR. Muslim).

“Sebagaimana dinyatakan Ibnu Abbas: “Sesungguhnya Nabi melarang


untuk bernafas atau meniup wadah air minum” (HR. Tirmidzi).

Berikut adalah Firman Allah SWT tetang berlindung dan berdoa sebelum dan
sesudah makan:
“Apabila salah seorang diantara kalian makan, hendaklah ia membaca
‘Bismillah’ (dengan menyebut nama Allah). Jika ia lupa membacanya
sebelum makan maka ucapkanlah ‘Bismillahi fii awwalihi wa aakhirihi’
(dengan menyebut nama Allah pada awal dan akhir aku makan)” (HR.
Abu Dawud dan At-Tirmidzi).

“Bismillahi fii awwalihi wa aakhirihi” maka Nabi Shalallahu ‘alaihi


wa’salam tertawa dibuatnya seraya bersabda, “Masih saja setan
makan bersamanya, tetapi ketika dia menyebut naa Allah SWT maka
setan memuntahkan semua yang ada diperutnya” (HR. Abu Dawud dan
An-Nasa’i).

19
2.1.2. Tingkat Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan membina potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir,
karsa, rasa, cita dan budi nurani). Pendidikan juga berarti lembaga yang
bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi, system dan
organisasi pendidikan. Lembaga-lembaga ini meliputi keluarga, sekolah dan
masyarakat (Ihsan Fuad, 2005).
Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah sebagai suatu proses
belajar yang menghasilkan suatu kemampuan tertentu yang diperoleh dalam
keluarga (pendidikan informal), di sekolah (pendidikan formal) dan di dalam
masyarakat itu sendiri. Makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah
orang tersebut menerima informasi. dengan pendidikan tinggi maka seseorang
akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun media
masa, semakin banyak informasi yang masuk, semakin banyak pula pengetahuan
yang didapat tentang kesehatan (Ihsan, Fuad 2005).
Jenjang pendidikan di Indonesia dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu
tingkat pra sekolah, tingkat sekolah dasar (SD), tingkat menengah pertama (SMP),
tingkat menengah atas maupun kejuruan (SMA/SMK) dan tingkat perguruan
tinggi yang dibedakan menjadi gelar (S1,S2, S3) dan jalur non gelar (D1,D2,D3)
(Abu, Ahmadi, 1991).

2. Pendidikan Menurut Agama Islam


Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan, proses, perbuatan dan cara mendidik. Pendidikan
menurut agama adalah proses penyampaian informasi dalam rangka
pembentukkan insan yang beriman dan bertakwa agar manusia menyadari
kedudukannya, tugas dan fungsinya di dunia dengan selalu memelihara hubungan
dengan Allah SWT, dirinya sendiri, masyarakat dan alam sekitarnya (Zuhroni,
2013).

20
Ilmu dalam Islam mencakup seluruh pengetahuan, baik yang diupayakan
maupun yang diwahyukan, ilmu yang dapat diketahui tanpa harus belajar disebut
Ilmu Dharury sedangkan ilmu yang diketahui hanya dengan belajar disebut Ilmu
Nadhary (Zuhroni, 2013).
Menurut dasar pengambilannya, Ilmu dalam Islam terbagi dua yaitu Ilmu
Syar’iy dan Ilmu Ghairu Syar’iy. Ilmu Syar’iy adalah ilmu yang bersumber dari
Al- Quran dan Assunnah serta berkaitan langsung dengan pengamalan syari’at
Islam. Ilmu Ghairu Syar’iy merupakan ilmu-ilmu peradaban yang terkait
(Zuhroni, 2013).
Ajaran Islam sangat menekankan penggunaan akal, menjaga dan
mengefektifkannya termasuk salah satu dari lima kemaslahatan yang merupakan
tujuan syariat Islam atau Maqashidusy Syariah (Zuhroni, 2013). Berikut adalah
Hadis Nabi SAW yang berisi anjuran kepada umat Islam agar menuntut Ilmu:
”Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan
Allah hingga ia pulang” (HR. Turmudzi).

Kedudukan Pencari ilmu sama dengan pejuang di jalan Allah SWT,


sehingga mendapat tempat sangat mulia di sisi Allah SWT juga dijanjikan akan
mendapatkan kebaikan (hikmah) yang banyak
Berikut adalah firman Allah SWT :

Artinya:
“Allah menganugerahkan al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang al-
Qur’an dan as-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan
barangsiapa yang dianugerahi al-Hikmah, dia benar-benar telah
dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang
berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (Q.s.
Al-Baqarah (2): 269).

21
Kelebihan orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu sudah dijelaskan
dalam Al- Quran yaitu bagaikan orang yang melihat dengan si buta (Zakaria,
2011).

Berikut adalah Firman Allah SWT:

Artinya:
“Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan
kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta?
Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil
pelajaran” (Q.s. Ar- Rad (13): 19).

Artinya:
“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang
yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang
ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-
orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah
yang dapat menerima pelajaran” (Q.s Al- Zumar (39): 9).

Dalam Islam menuntut ilmu hukumnya wajib. Secara khusus dibedakan


berdasarkan jenis disiplin ilmunya. Ada kategori wajib’ain atau fardhu ain dan

22
wajib kifai atau fardhu kifayah. Namun, belajar ilmu agama untuk menjadi ahli
agama, ulama menetapkan hukumnya fardhu kifayah (Zyhroni, 2013).
Berikut adalah Firman Allah SWT:

Artinya:
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (Q.s. At- Taubah
(9): 122).

3. Pendidikan Ibu Menurut Islam


Membentuk generasi Islam yang berkualitas tidaklah semudah
membalikkan telapak tangan. Ada satu proses yang harus dilalui dan proses itu
dimulai sejak dini. Dalam proses pembentukkan generasi melalui pendidikan anak
sejak dini. Ibu merupakan sosok muslimah yang mempunyai kontribusi cukup
besar. Ibu sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak, sehingga ibu sangat
vital sebagai pencetak generasi sejak dini. Ibulah sosok pertama kali yang
berinteraksi dengan anak, sosok pertama yang memberi rasa aman dan sosok
pertama yang dipercaya dan di dengar omongannya oleh anak (Alwi, 2015).
Peran wanita khususnya ibu adalah mempersiapkan generasi emas Islam.
Muhammad Quthub, seorang ulama Mesir yang fokus terhadap pendidikan Islam
sekaligus pemikir ulung adad 20, dalam bukunya “Ma’rakah At-Taqalid” menulis
“Islam memperhatikan pria dan wanita karena mereka akan menjadi ibu-bapak
produk baru. Tetapi Islam lebih memperhatikan wanita, karena wanita lah

23
pembangun hakiki dari generasi. Sedangkan ayah baru menyusul kemudian.
Mungkin ayah yang akan mendidik, tapi itu nanti sesudah peranan sang ibu. Itulah
sebabnya Islam mengusahakan terjaminnya belanja hidup sang ibu, agar ia tak
susah bekerja di luar rumah” (Alwi, 2015).
Muhammad Quthb dalam sebuah ceramahnya puluhan tahun silam juga
mengatakan, “Seorang anak yang rusak masih bisa menjadi anak baik asal ia
pernah mendapatkan pengasuh seorang ibu yang baik. Sebaliknya, seorang ibu
yang rusak akhlaknya, hanya akan melahirkan generasi yang rusak pula
akhlaknya. Itulah mengapa yang dihancurkan pertama kali oleh Yahudi adalah
wanita” (Alwi, 2015).
Ibu juga mempersiapkan pribadi seorang anak untuk peka terhadap
lingkungannya, sehingga di kemudian hari anak mampu menundukkan
lingkungan dan masyarakatnya untuk tunduk pada aturan Allah SWT (Alwi,
2015).
Melihat akan besar dan pentingnya peran ibu dalam proses pembentukkan
generasi berkualitas, perlu diupayakan pengambilan peran ibu agar sesuai dengan
fungsinya. Selain itu juga perlu diupayakan peningkatan kualitas ibu, karena
tinggi rendahnya kualitas ibu sangat mempengaruhi kualitas anak. Untuk itu
menciptakan figure ibu ideal merupakan langkah awal untuk mencetak generasi
masa depan yang berkualitas (Alwi, 2015).
Bagi Hidayah Salim semboyan dalam Islam yang menyatatakan bahwa
“Perempuan adalah tiang negara” merupakan ungkapan yang tinggi dan
terhormat. Oleh karena itu tidak berlebihan bila perempuan dianggap sebagai
barometer naik turunnya kemajuan suatu bangsa. Seorang ibu adalah guru pertama
dan utama dalam rumah tangga, dokter nomor satu yang merawat dan membina
jasmani serta rohani, pendidik yang bijaksana untuk ank-anaknya dan masih
banyak lagi yang lainnya. Pribadi perempuan diperlukan kreativitas jiwa yang
dapat memancarkan macam-macam daya cipta, rasa seni dan dinamika yang
selaras dalam mencari sesuatu yang lebih positif bagi kepentingan rumah tangga
dan masyarakat. Itulah sebabnya peran utama perempuan berpangkal dari rumah
tangga, sedangkan rumah tangga adalah unit terkecil dari masyarakat, dan

24
masyarakat kecil melahirkan masyarakat besar dan masyarakat besar melahirkan
sebuah negara. Maka, semboyan Islam yang menyatakan bahwa perempuan
adalah tiang negara berlaku dalam peran perempuan sebagai tiang pokok keluarga
yang merupakan unsur terkecil, namun sangat berpengaruh dalam suatu negara
(Burhanudin, Jajat, 2002).
Saat ini ditengah-tengah masyarakat mulai terjadi pergeseran nilai. Kaum
wanita yang peran utamanya mengurus rumah tangga, sumai dan anak-anak kini
bersaing bersama kaum pria untuk mengejar karir. Akhirnya, tanpa mereka sadari,
hal ini sering kali melanggar fitrah dan ketentuan Allah SWT karena mereka telah
mengabaikan kewajiban mereka dan menyerahkannya kepada pengasuh.,
pembantu rumah tangga atau sekolah. Akibatnya, anak kurang mendapat kasih
sayang yang sangat mereka butuhkan untuk perkembangan kejiwaannya serta
masa depannya (Aghla, Ummi, 2004)

Berikut adalah Firman Allah SWT:

Artinya:
”Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai
cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar” (Q.s. Al-
Anfal (8): 28).

Al- Quran telah memperingatkan atas penderitaan sang ibu dalam


membesarkan dan memperjuangkan anaknya, sehingga Rasulullah SAW
mngulang wasiat untuk berbakti pada ibu sebanyak tiga kali, sementara kepada
sang bapak hanya satu kali (Qardhawi, Yusuf, 1999).

25
Berikut adalah sabda Rasulullah SAW:
“Seorang sahabat bertanya, siapa yang paling pertama harus aku
perlakukan dengan baik dan berbakti kepadanya?” Rasulullah menjawab
“Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian ayahmu” (HR.
Muttafaq ‘alaih).

Maka dari itu janganlah kita durhaka pada orang tua khusunya ibu karena
Rasulullah SAW sangat mengormati kedua orang tuanya khusnya ibu.

2.2. Kerangka Teori

Faktor Penyebab :
1. Infeksi
2. Makanan basi, beracun dan
alergi
Diare Pada Anak
3. Usia anak
4. Status gizi
5. Pendidikan ibu
6. Penghasilan keluarga

Bagan 2.1 Kerangka Teori

2.3. Kerangka Konsep

Variabel Dependen:
Variabel Independen: Kejadian Diare pada
Tingkat Pendidikan Ibu Balita di RW 01
Kelurahan Tugu Selatan

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

2.4. Perumusan Hipotesis


Hipotesis merupakan suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih
sementara, belum benar-benar berstatus sebagai suatu tesis. Hipotesis memang
baru merupakan suatu kemungkinan jawaban dari masalah yang diajukan
(Margono, 2004).

26
Adapun hipotesis dalam penelitian adalah:
H0 : Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan angka kejadian
diare pada anak Balita
H1 : Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan angka kejadian diare
pada anak Balita

2.5. Definisi Operasional


Tabel 2.1 Definisi operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Skala
Operasional
1. Kejadian Adanya Wawancara Kuisioner1. 1. Sering Ordinal
Diare kejadian terpimpin 2. 2. Jarang
pada diare atau 3. 3. Tidak
Balita riwayat pernah
diare pada Pengkategor
anak balita ian dari
responden hasil
penjumlaha
n skor di 2
pertanyaan
1.Sering = 4
2.Jarang = 3
3.Tidak
Pernah = 0
2. Tingkat Jenjang Wawancara Kuisioner1. 1.Rendah Ordinal
Pendidik pendidikan terpimpin (SD-SMP)
an Ibu terakhir 2. 2.Sedang
yang (SMA/SMK)
ditamatkan 3. 3.Tinggi
(Perguruan
Tinggi)
Pengkatagori
an dari hasil
penjumlah
skor di 1
pertanyaan

27
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik dengan pendekatan
Cross-sectional yaitu suatu penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor
risiko (independent) dengan faktor efek (dependent), dimana melakukan observasi
atau pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada waktu yang sama (Riyanto,
Agus 2011).
Variabel independent yaitu tingkat pendidikan Sedangkan variabel
dependent adalah kejadian diare pada balita.

3.2. Rancangan Penelitian


Penelitian ini bersifat analitik dan dilakukan dengan pendekatan Cross
Sectional. Pendekatan Cross Sectional yaitu penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktor- faktor berisiko dengan efek, dengan cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Point
time approach). Artinya tiap subjek penelitian hanya di observasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat
pemeriksaan (Notoatmodjo,2012)

3.3. Populasi
Populasi merupakan seluruh subjek yang akan diteliti dan memenuhi
karateristik yang ditentukan. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah
anak-anak balita yang terdapat di wilayah kerja puskesmas kelurahan Tugu
Selatan RW 01 Jakarta Utara dengan jumlah balita kurang lebih sebanyak 143
anak. Diharapkan di daerah tersebut dapat mengumpulkan data-data untuk
kepentingan penelitian.

28
3.4. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili
atau representative populasi. Sampel yang dikehendaki merupakan bagian dari
populasi target yang akan diteliti secara langsung, kelompok ini meliputi subjek
yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. (Riyanto, Agus 2011).

3.5. Cara Penetapan Sampel


Menggunakan Multistage Random Sampling
1. Stage 1: Terpilih RW 01 di Kelurahan Tugu Selatan Kecamatan Koja yang
terdiri dari 7 RW.
2. Stage 2: Terpilih RT 1 dengan KK ±50 dan RT 3 dengan KK ±45.

3.6. Penetapan Besar Sampel


Dalam suatu penelitian penetapan besar sampel akan dikaji untuk populasi
yang diketahui atau tidak, populasi terbatas atau tidak terbatas, dibedakan untuk
tujuan estimasi atau uji hipotesis, dan berdasarkan sampel yang diambil dibedakan
sampel tunggal atau sampel ganda. (Riyanto, Agus 2011).
Pengambilan sampel estimasi dilakukan untuk penelitian yang bertujuan
hanya melihat gambaran suatu variabel pada populasi tertentu. Rumus besar
sampel estimasi cocok digunakan untuk desain penelitian Cross Sectional
deskriptif.
Rumus Estimasi satu proporsi
n = Z21-α/2P(1-P)
d2
Keterangan:
n = Besar Sampel
Z = Z score berdasarka nilai α yang diinginkan
P = Proporsi dari penelitian sebelumnya
1-p = Q yaitu proporsi untuk tidak terjadinya suatu kejadian

29
Besar Z score sesuai dengan nilai α
Α 1- α Z1- α/2 Z1- α
1% 99% 2.58 2,33
5% 95% 1,96 1,64
10% 90% 1,64 1,28

Angka kejadian penderita Diare pada Balita yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Tugu Selatan Jakarta Utara yang juga merupakan wilayah
cangkupan Kecamatan Koja adalah 41% dari total seluruh penderita Diare.
Berdarkan dari hasil laporan tahunan Puskesmas Kecamatan Koja tahun 2012
jumlah Balita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Tugu Selatan adalah 1001
anak sehingga jumlah dari anak Balita tiap RW ±143 anak.
n = (1,96)2 x 0,41 x 0,59
(0,1)2
= 94 Sampel

3.7. Jenis Data


Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data primer dan
pengumpulang data dengan alat bantu wawancara dan kuesioner yang telah
dipersiapkan sebelum diberikan kepada responden, seperti data Identitas
responden (nama, umur, pendidikan, pekerjaan dan agama) dan pertanyaan yang
akan diajukan mengenai tingkat pendidikan ibu dengan terjadinya diare (Riyanto,
Agus 2011).

3.8. Cara Pengumpulan Dan Pengukuran Data


Cara Pengumpulan data menggunakan wawancara dengan dipandu
Kuisioner. Sebelumnya penulis terlebih dahulu memperkenalkan diri, lalu secara
singkat menjelaskan maksud dan tujuan penelitian dan akhirnya menanyakan
kesediaan responden untuk di wawancarai.

30
Metode pengolahan data yang digunakan adalah tabulasi dan SPSS dengan
langkah- langkah sebagai berikut:
a. Editing
Proses editing dalam penelitian ini adalah memerlukan kelengkapan data
yang sesuai kriteria sampel yang diteliti. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengoreksi data yang tidak jelas agar apabila terjadi kekurangan atau kesalahan
data dapat dengan mudah terlihat dan segera dilakukan perbaikan
b. Coding
Coding yaitu salah satu cara menyederhanakan data hasil penelitian
tersebut adalah dengan memberikan simbol- simbol tertentu untuk masing-
masing data yang sudah di klasifikasikan
c. Entry data
Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkanke
dalam master table atau database computer, kemudian membuat distribusi
frekuensi sederhana
d. Cleaning
Kegiatan Cleaning adalah melakukan pembersihan dan pengecekan
kembali data masuk. Kegiatan ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah ada
kesalahan ketika memasukkan data
e. Tabulating
Merupakan proses data dari masing- masing variabel penelitian dan dibuat
berdasarkan tujuan penelitian. Dimasukkan ke dalam tabel. Proses tabulasi data
dimasukkan secara manual.
f. Komputer
Untuk mengolah data dengan computer, peneliti terlebih dahulu perlu
menggunakan program tertentu, baik yang sudah tersedia maupun program yang
sudah disiapkan secara khusus dapat ditambahkan bahwa dalam ilmu – ilmu sosial
banyak sekali digunakan program SPSS 20.0 (Statistical Program for Social
Science) dengan program tersebut dapat dilakukan tabulasi sederhana dengan uji
chi square.

31
3.9. Instrumen Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan instrumen pengumpulan data yaitu dengan
cara menyebar kuesioner ke responeden. Responden dalam penelitian ini adalah
ibu yang memiliki anak balita dengan umur 3-5 tahun. Kuesioner ini sudah diuji
sebelumnya pada penelitian Dodi pada tahun 2009 di Surakarta.

3.10. Analisa Data


Kegiatan analisis data dalam penelitian merupakan hal yang sangat
penting. Analisis diawali dari yang sederhana seperti analisis univariat sampai
kepada yang kompleks yaitu menggunakan analisis bivariate sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan penelitian. Mula – mula data dilakukan secara deskripsi
berupa frekuensi distribusi variabel.
A. Analisis Univariat
Analisis univariat menganalisis variabel- variabel yang ada secara
deskriptif disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan presentase dengan
pengukuran manual. Analisa Univariat dalam penelitian ini adalah:
1. Karakteristik responden Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian
Diare pada Balita di Kelurahan Tugu Selatan Kecamatan Koja Jakarta Utara
pada tahun 2016.
2. Gambaran kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Tugu Selatan Kecamatan
Koja Jakarta Utara pada tahun 2016
3. Gambaran Tingkat Pendidikan ibu di Kelurahan Tugu Selatan Kecamatan
Koja Jakarta Utara pada tahun 2016

B. Analisa Bivariat
Analisa ini digunakan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan yaitu
mempelajari hubungan antara Variabel. Analisa bivariate dalam penelitian ini
adalah:
1. Hubungan tingkat pendidikan ibu terhadap angka kejadian diare pada anak
balita di Kelurahan Tugu Selatan Kecamatan Koja Jakarta Utara pada tahun
2016.

32
3.11. Alur Penelitian
Pendaftaran Skripsi Publikasi

Pembentukkan kelompok penelitian Melakukan revisi

Pengajuan topik skripsi Ujian hasil

Studi Literatur Kesimpulan

Menyusun proposal penelitian Analisa data

Ujian Proposal Penelitian (Pengambilan data)

Revisi proposal Perizinan penelitian

Bagan 3.1 Alur Penelitian

3.12. Jadwal Penelitian


Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Usulan Persiapan Pengambilan Analisis Penyusunan
Penelitian Data Data Data
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober

33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


1. Karakteristik Responden Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu
dengan kejadian Diare pada Balita
Didalam karakteristik responden hubungan antara tingkat pendidikan Ibu
dengan kejadian diare pada Balita di Kelurahan Tugu Selatan, Kecamatan Koja,
Jakarta Utara pada Tahun 2016, Proporsi usia ibu sebagai responden terbanyak
adalah 31-35 tahun yang berjumlah 40 orang (42,6%). Proporsi tingkat pendidikan
ibu, presentase tertinggi adalah tamatan SMA yaitu sebesar 48 orang (51,5%).
Proporsi usia balita sebagai sampel terbanyak adalah 3 tahun sebanyak 43 anak
(45,7%).

Tabel 4.1 Karateristik Responden Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu


dengan Kejadian Diare
Karateristik N %
Usia Ibu 21-25 tahun 6 6,4
26-30 tahun 21 22,3
31-35 tahun 40 42,6
36-40 tahun 17 18.1
>40 tahun 10 10,6
Total 94 100
Pendidikan Ibu SD 12 12,8
SMP 28 29,8
SMA 48 51,5
Perguruan Tinggi 6 6,4
Usia Anak 3 tahun 43 45,7
4 tahun 39 41,5
5 tahun 12 12,8
Total 94 100

34
2. Analisa Univariat
a). Gambaran Kejadian Diare pada Balita
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kejadian Diare pada Balita
No Kejadian Diare N %
1 Tidak Pernah 14 14,9
2 Jarang 56 59,6
3 Sering 24 25,5
Total 94 100

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa 85,1% anak balita di Kelurahan


Tugu Selatan Kecamatan Koja Jakarta Utara pada Tahun 2016 pernah mengalami
diare sedangkan 14,9 % tidak pernah mengalami diare.

b). Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu


Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Ibu

No Tingkat Pendidikan Ibu N %


1 Rendah (SD-SMP) 40 42,6
2 Cukup (SMA/SMK) 48 51,1

3 Tinggi (Perguruan Tinggi) 6 6,4

Total 94 100

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa tingkat pendidikan ibu di


Kelurahan Tugu Selatan Kecamatan Koja Jakarta Utara pada Tahun 2016 masih
dikategorikan cukup. Dari data diatas didapatkan tingkat pendidikan SD-SMP
(rendah) sebanyak 40 responden (42,6%), tingkat pendidikan SMA/SMK (cukup)
sebanyak 48 responden (51,1%), tingkat pendidikan perguruan tinggi (tinggi)
sebanyak 6 responden (6,4%).

3. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen dengan dependen dengan menggunakan uji fisher. Dikatakan

35
signifikan ada hubungan jika nilai p ≤ 0,05 dan tidak ada hubungan signifikan jika
mempunyai nilai p ≥ 0,05. Uji Fisher digunakan sebagai alternatif jika Uji Chi
Square tidak layak. Dikatakan tidak layak karena sel yang nilai expectednya
kurang dari lima ada 33,3% jumlah sel. Maka dari itu digunakanlah Uji Fisher.

a). Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu terhadap Kejadian Diare


pada Balita
Hasil pengujian statistik antara Tingkat Pendidikan ibu terhadap Kejadian
Diare pada Balita di Kelurahan Tugu Selatan Kecamatan Koja Jakarta Utara pada
Tahun 2016 akan dijelaskan pada tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4 Hasil Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian Diare
pada Balita
No Tingkat Pendidikan Ibu Kejadian Diare Total P Value
Tidak Jarang Sering
Pernah
1 Rendah (SD-SMP) 8 16 16 40
20,0% 40,0% 40,0% 100%
2 Cukup (SMA/SMK) 4 36 8 48 0,004
8,3% 75,0% 16,7% 100%
3 Tinggi (Perguruan Tinggi) 2 4 0 6
33,3% 75,0% 0,0% 100%

Berdasarkan tabel 4.4 hasil analisa Hubungan antara Tingkat Pendidikan


Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Tugu Selatan Kecamatan
Koja Jakarta Utara pada Tahun 2016 yaitu pada tingkat pendidikan ibu SD-SMP
(rendah) terdapat 8 anak (20,0%) yang tidak pernah diare serta 16 anak (40,0%)
yang jarang dan sering mengalami diare. Pada tingkat pendidikan ibu SMA/SMK
(cukup) terdapat 4 anak (8,3%) yang tidak pernah diare, 36 anak (75,0%) jarang
mengalami diare dan 8 anak (16,7%) sering mengalami diare. Pada tingkat
pendidikan perguruan tinggi (tinggi) terdapat 2 anak (33,3%) tidak pernah
mengalami diare, 4 anak (75,0%) jarang mengalami diare dan tidak ada yang
sering diare. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan nilai p-value sebesar
0,004 ≤ 0,05 jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara Tingkat

36
Pendidikan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Tugu Selatan
Kecamatan Koja Jakarta Utara pada Tahun 2016.

4.2 Pembahasan
1. Karakteristik Responden Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu
Terhadap Kejadian Diare pada Balita
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
tingkat pendidikan ibu dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Tugu
Selatan Kecamatan Koja Jakarta Utara tahun 2016. Pada kategori usia responden
dibagi atas 5 kelompok, yaitu usia antara 21-25 tahun, usia antara 26-30 tahun,
usia antara 31-35 tahun, usia antara 36-40 tahun dan usia lebih dari 40 tahun. Dari
data tersebut mayoritas umur ibu antara 31-35 tahun sebanyak 42,6% dan
kelompok usia terendah yaitu antara 21-25 tahun sebyak (6,4%).
Dilihat dari tingkat pendidikan menunjukkan bahwa responden mayoritas
berpendidikan SMA yaitu sebesar 51,1% dan terendah yaitu berpendidikan
perguruan tinggi sebesar 6,4%. Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia
yang bertujuan untuk meningkatkan kepribadiannya. Pendidikan merupakan
lembaga yang bertanggung jawab dalam cita-cita (tujuan) pendidikan. Lembaga-
lembaga ini meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat. Semakin tinggi tingkat
pendidikannya maka semakin tinggi informasi yang diperoleh (Ihsan Fuad, 2005).

2. Gambaran Kejadian Diare pada Balita


Diare merupakan pengeluaran tinja berlebih dengan frekuensi 3 kali
sehari. Konsistensi tinja yang keluar biasanya cair atau lembek dan terkadang
dapat disertai darah atau lender sebanyak 200 gram atau lebih dalam 24 jam
(Dorland, 2012).
Penilaian gambaran kejadian Diare pada Balita menggunakan kuisioner.
Berdasarkan hasil penelitian di kelurahan Tugu Selatan Kecamatan Koja Jakarta
Utara pada Tahun 2016 didapatkan hasil bahwa di daerah tersebut jarang
mengalami diare dengan tingkat pendidikan ibu SMA/SMK (cukup).

37
3. Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan
kuesioner di Kelurahan Tugu Selatan Kecamatan Koja Jakarta Utara pada Tahun
2016 didapatkan hasil bahwa tingkat pendidikan ibu masih didominasi oleh
tingkat SMA/SMK (cukup). Namun berbanding terbalik dengan tingkat
pendidikan perguruan tinggi yang masih sangat kurang di daerah tersebut.

4. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian Diare


pada Balita
Penelitian yang telah dilakukan di Kelurahan Tugu Selatan Kecamatan
Koja Jakarta Utara didapatkan hasil uji stastistik yaitu adanya hubungan antara
tingkat pendidikan ibu dan kejadian diare pada balita (p-value = 0.004). Mayoritas
responden memiliki tingkat pendidikan cukup yaitu SMA/SMK. Hal ini
membuktikan bahwa sebagian besar responden sadar akan pentingnya program
pendidikan pemerintah 9 tahun. Mereka menganggap pendidikan memiliki
peranan yang penting dalam meningkatkan taraf hidup. Bahkan tingkat
kesejahteraan pada umumnya bergantung pada tinggi rendahnya tingkat
pendidikan seseorang (Rosida, 2014).
Pendidikan orang tua, terutama ibu merupakan salah satu kunci perubahan
sosial budaya. Pendidikan yang relatif tinggi akan memiliki praktek yang lebih
baik terhadap pemeliharaan kesehatan keluarga terutama anak balita sehingga
keluarga bisa memiliki hidup yang berkualitas seperti salah satunya kesehatan
kesehatan yang lebih baik dan keluarga terhindar dari berbagai penyakit (Widjaja,
2003).
Faktor pendidikan merupakan unsur yang sangat penting karena dengan
pendidikan seseorang dapat menerima lebih banyak informasi terutama dalam
menjaga kesehatan diri dan keluarga dan dapat memperluas cakrawala berpikir
sehingga lebih mudah mengembangkan diri dalam mencegah terjangkitnya suatu
penyakit dan memperoleh perawatan medis yang kompeten (Ebrahim, 1996).
Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian sebelumnya yang
telah dilakukan oleh Jonathan (2014), yang menyatakan bahwa diperoleh nilai p

38
sebesar 0,022 (p<0,05) dan terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu
dengan kejadian diare pada anak balita. Penelitian Dodi (2009) juga
menunjukakan hal yang sama bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan
ibu dengan kejadian diare dengan nilai p sebesar 0,000 (p<0,005).

5. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian Diare pada


Balita dan Tinjauannya dari Segi Islam
Umat Islam diajarkan untuk senantiasa mensyukuri nikmat kesehatan yang
diberikan Allah SWT. Kesehatan merupakan nikmat terbesar dari Allah SWT
yang harus disyukuri oleh setiap orang. Bentuk syukur terhadap nikmat Allah
SWT karena telah diberi nikmat kesehatan adalah dengan selalu sentiasa menjaga
kesehatan (Ady, 2013).

Berikut adalah Firman Allah SWT:

Artinya:
“Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya
jika kamu bersyukur pasti kamu akan menambah (nikmat) kepadamu dan
jika kamu mengingkari (nikmat-Ku). Maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih” (Q.s. Ibrahim (14): 7).

Taharah adalah membersihkan kotoran, baik kotoran yang berwujud


maupun kotoran yang tidak berwujud. Menjaga tharah adalah menjaga kesucian
dan kebersihan dari semua aspek mulai adri sekujur badan, makanan, pakaian,
tempat tinggal maupun lingkungan. Agama Islam telah menjelaskan bahwa
menjaga kesucian dan keberhasilan termasuk bagian dari ibadah. Hal ini
merupakan kewajiban dan sebagai kunci ibadah (Mulyanto, Hadi, 2015).

39
Berikut adalah sabda Nabi Muhammad SAW:
“Kunci shalat adalah bersuci” (HR. Ibnu Majah, Al- Turmudzi, Ahmad
dan Al-Darimi)”.

“Suci itu sebagian dari iman” (HR. Muslim).

Ajaran Islam mengajarkan untuk menjaga makanan. Allah memerintahkan


pada kita untuk makan makanan yang baik dan halal, baik secara dzatnya maupun
secara mendapatkannya. Hal ini merupakan salah satu penentu sehat tidaknya
seseorang. Contoh makanan halal adalah sayuran. Menurut Prof. Dr. Mustafa dari
Mesir menyatakn bahwa sayuran memiliki kandungan zat dan fungsi untuk
menguatkan daya tahan tubuh dan melindungi dari serangan penyakit (Mulyanto,
Hadi, 2015).

Berikut adalah Firman Allah SWT:

Artinya:
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik (thayib) dari apa yang
telah diizinkan kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah SWT yang kamu
beriman kepada-Nya” (Q.s. Al-Maidah (5): 88).

Artinya:
“Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dana pa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan.

40
Karena sesumgguhmya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu” (Q.s.
Al- Baqarah (2): 168).

Dari penjelasan diatas maka, sebagai seorang muslim baiknya mengikuti


apa yang sudah Allah SWT perintahkan dan menjauhi apa yang telah dilarangnya.
Menjaga kebersihan diri dan kesehatan sangatlah dianjurkan. Mengkonsumsi
makanan halal dan tayyib juga sudah dijelaskan dalam Al- Quran. Sebagai umat
manusia dianjurkan juga untuk mempelajari ilmu yang ada di dunia. Ilmu akan
sangat berguna bagi siapapun. Seseorang juga akan lebih mengerti mengenai
betapa pentingnya menajga kesehatan sehingga membuat hidup lebih sehat dan
terhindar dari berbagai penyakit. Maka dari itu perbanyaklah mempelajari ilmu
karena mempelajari ilmu adalah ibadah.

4.3 Keterbatasan Penelitian


Dalam penelitian ini peneliti telah melakukan peninjauan kembali pada
kuesioner sehingga responden mudah dalam memahami isi dari pertanyaan yang
diajukan dan diharapkan peneliti mendapat hasil yang benar dari responden. Saat
pengambilan kuesioner peneliti mendampingi responden agar mengindari
terjadinya pebedaan persepsi pada isi kuesioner.
Sampel dalam penelitian ini telah didiseleksi dengan cara teknik sampling
yang sesuai menggunakan multistage random sampling serta penentuan kriteria
inklusi sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya ketidakvalidan hasil.
Maka dari itu peneliti berusaha semaksimal mungkin agar mendapatkan
hasil yang valid sehingga bisa dipertanggung jawabkan hasilnya.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sehingga berpengaruh pada
hasil penelitian diantaranya:
1. Penelitian ini hanya meneliti satu variabel penyebab yaitu tingkat pendidikan
ibu, sedangkan faktor resiko terjadinya diare disebabkan oleh faktor infeksi,
umur, status gizi, lingkungan dan susunan makanan.

41
2. Sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 94 responden.
Keterbatasan jumlah sampel pada penelitian ini mempengaruhi akurasi hasil
penelitian dan kemampuan umtuk digeneralisasi pada populasi yang besar.
3. Kejujuran responden dalam memberikan data sangat berpengaruh pada pada
hasil penelitian, karena dalam penelitian ini pengambilan data hanya
dilakukan dengan teknik wawancara dan kuesioner.
4. Tidak semua sampel anak balita di Kelurahan Tugu Selatan Kecamatan Koja
Jakarta Utara pada Tahun 2016 daapat diambil. Karena keterbatasan waktu
dan teaga yang dialami oleh peneliti. Tidak menutup kemungkinan jika ada
balita yang mengalami diare belum dijadikan sampel pada penelitian ini.
5. Kuesioner merupakan alat ukur pemecahan masalah yang digunakan dalam
penelitian ini. Masing-masing pertanyaan pada kuesioner terdapat niali atau
point yang dihasilkan dan dapat menjadi penilaian objektif dan subjektif dari
masing-masing responden.

42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari hasil Penelitian yang telah dilakukan di Kelurahan Tugu Selatan
Kecamatan Koja Jakarta Utara pada Tahun 2016 dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Terdapat Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian Diare pada
Balita di Kelurahan Tugu Selatan Kecamatan Koja Jakarta Utara pada Tahun
2016.
2. Dari penelitian ini didapatkan gambaran karateristik responden berdasarkan
usia ibu yang mendominasi pada usia 31-35 tahun berjumlah 40 orang
sedangkan terendah pada usia 21-25 tahun sebanyak 6 orang. Jika dilihat dari
pendidikan ibu maka terbanyak pada SMA berjumlah 48 orang dan terendang
pada perguruan tinggi yaitu 6 orang. Pada umur anak terbanyak pada umur 3
tahun berjumlah 43 anak dan terendah pada umur 5 tahun yaitu 12 orang.
3. Pada penelitian ini didapatkan gambaran kejadian diare pada balita di
Kelurahan Tugu Selatan Kecamatan Kojapada Tahun 2016 yaitu diare jarang
sebanyak 71 anak dari total sampel yang diambil adalah 94 anak.
4. Gambaran tingkat pendidikan ibu pada balita di Kelurahan Tugu Selatan
Kecamatan Koja Tahun 2016 didominasi dengan tingkat pendidikan ibu
cukup (SMA/SMK) berjumlah 48 orang, tingkat pendidikan ibu rendah (SD-
SMP) berjumlah 40 orang dan tingkat pendidikan ibu tinggi berjumlah 6
orang.
5. Menurut pandangan Islam, tingkat pendididkan mengajarkan kita betapa
pentingnya menuntut ilmu. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan juga
dianjurkan dalam Islam agar terhindar dari berbagai penyakit seperti diare.

43
5.2 Saran
1. Bagi Instansi Kesehatan seperti Puskesmas diharapkan dapat melakukan
penyuluhan mengenai penyakit diare kepada warga yang ada di Kelurahan
Tugu Selatan Kecamatan Koja Jakarta Utara.
2. Bagi responden di Kelurahan Tugu Selatan Kecamatan Koja Jakarta Utara
dapat lebih mengerti lagi tentang penyakit diare seperti menjauhi faktor risiko
yang ada, menjaga kebersihan lingkungan melalui dan menjaga hidup bersih.
3. Bagi Peneliti bisa melakukan penelitian kembali dengan permasalahan yang
sama tetapi dengan variabel yang berbeda. seperti faktor gizi dan faktor
infeksi.

44
DAFTAR PUSTAKA

Al- Quran dan terjemah, 2006. Jakarta: Maghfirah Pustaka.

Abu, Ahmadi, 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Ady, 2013. Kesehatan Menurut Al-Quran dan Hadits. Diambil pada tanggal 25
September 2016 pukul 22.48 WIB dari https://www.academia.edu.

Aghla, Ummi, 2004. Mengakrabkan Anak Pada Ibadah. Jakarta: Penerbit


Almahira.

Alwi, 2015. Rahasia Mempersiapkan Generasi Penerus: Cara Salafus Salih


Mempersiapkan Generasi Penerus. Surabaya: Rumah Penulis Bina Qalam
Indonesia.

Badan Pusat Statistik, 2014. Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi DKI Jakarta
2014.

Bahraen, Raehanul, 2015. Hadits Mengenai Menyembuhkan Diare dengan Madu.


Diambil pada tanggal 25 September 2016 pukul 01.30 WIB dari
https://muslimafiyah.com.

Burhanudin, Jajat, 2002. Ulama Perempuan Indonesia. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama.

Dodi, Santosa, 2009. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Formal Ibu dengan
Perilaku Pencegahan Diare Pada Anak di Kelurahan Pucangsawit
Surakarta. Surakarta.

Dorland, 2012. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Dyayadi, 2008. Tata Kota menurut Islam: Konsep Pembangunan Kota yang
Ramah Lingkungan, Esteti, dan Berbasis Sosial. Jakarta: Khalifah.

45
Ebrahim, G.J, 1996. Perawatan Anak. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica.

Erni, Juwita, 2014. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Buku Ilmu
Penyakit Dalam.

Hasan, Mahir, 2007. Mukjizat Kedokteran Nabi. Jakarta :Qultum Media.

Herbanabi, 2016. Artikel Cara Mengobati Diare dalam Islam Secara Alami dan
Herbal Tradisional. Diambil pada tanggal 25 September 2016 pukul 00.25
WIB dari http://herbanabi.com/.
Ihsan, Fuad, 2005. Dasar- Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Jonathan, Eko, 2014. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Formal Ibu Terhadap
Kejadian Diare Pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Pucangsawit Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Surakarta

Kementrian Kesehatan RI, 2011. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan
Situasi Diare di Indonesia. Jakarta : Bakti Huasada.

Khomsan, A. 2010.Perhatikan Masa Pertumbuhan Otak agar Anak Jadi Cerdas.


In: Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta: Rajawali Sport.

Lesmana, Deni, 2014. Artikel Agama Kebersihan dari Iman. Diambil pada tanggal
24 September 2016 pukul 21.54 WIB dari http: http://kata-
kataku.mywapblog.com/.

Marcellus, 2014. Ilmu Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan Buku Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta: Interna Publishing.

Margono, 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Muhadi, 2011. Semua Penyakit ada Obatnya: Menyembuhkan Penyakit ala


Rasulullah. Yogyakarta: Mutiara Media.

46
Mulyanto, Hadi, 2015. Pentingnya Menjaga Kesehatan dalam Perspektif Islam.
Diambil pada tanggal 25 September 2015 pukul 23.10 WIB dari
http://www.dakwatuna.com/.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan.


Jakarta: Rineka cipta.

Qardhawi, Yusuf, 1999. Berinteraksi dengan Al- Quran. Jakarata: Gema Insani
Press.

Riset Kesehatan Dasar, 2013. Pokok-Pokok Hasil Riskesdas Indonesia Tahun


2013. Diambil pada tanggal 1 April 2016 pukul 21.24 WIB dari
http://terbitan.litbang.depkes.go.id/.

Riyanto, Agus, 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Numed.

Rosida, 2014. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Penggunaan Oralit di


Wilayah Kerja Puskesmas Jajag Banyuwangi Tahun 2014. Jember.

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, 2013. Sanitasi dalam Sudut Pandang Islam.
Diambil pada tanggal 24 September 2016 pukul 19.07 WIB dari
http://www.stbm-indonesia.org/.

Sodikin, 2011. Gangguan Sistem Gastrointestinal dan Hepatobilier. Jakarta:


Salemba MedikaMedika.

Sofwan, 2010. Cara Tepat Atasi Diare pada Anak. Jakarta:PT Bhuana Ilmu
Populer.

Sudarti,2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita.Yogyakarta:


Nuha Medika.

Tomey&Alligood 2006, Mubarok, 2009. Pengertian Penyakit Diare dan


Kerangka Teorinya. Diambil pada tanggal 29 Maret 2016 pukul 09.12 WIB
dari https://www.academia.edu/.

47
Ulfa, 2015. Pandangan Islam Terhadap Pendidikan. Diambil pada tanggal 24
September 2016 pukul 22.42 WIB dari http://akhwatcerdas.blogspot.co.id/.

Widjaja M.C, 2003. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta:
Kawan Pustaka.

Wijoyo, 2013. Diare Pahami Penyakit dan Obatnya. Yogyakarta: PT.Citra Aji
Parama.

World Gastroenterology Organisation, 2012. Acute Diarrhea. Diambil pada


tanggal 15 April 2016 pukul 15.20 WIB dari
http://www.worldgastroenterology.org/.

World Health Organization, 2009 .Health topics. Diambil pada tanggal 19 April
2016 pukul 19.09 WIB dari http://www.who.int/topics/en/.

World Health Organization, 2013 .Health topics. Diambil pada tanggal 27 April
2016 pukul 08.28 WIB dari http://www.who.int/topics/en/.

Zakaria, 2011. Apakah Sama Orang-Orang yang Mengetahui dan Orang-Orang


yang Tidak Mengetahui?. Diambil pada tanggal 27 September 2016 pukul
01.36 WIB dari http://ukhuwahislamiah.com/.

Zuhroni, 2013. Dasar dan Sumber Syariat Islam. Jakarta: Bagian Agama Islam
UPT MKU dan Bahasa Universitas Yarsi.

48
LAMPIRAN

49
ANGGARAN PENELITIAN

PENGELUARAN
A. Persiapan
1. Penyusunan usulan penelitian Rp 100.000,00
2. Penggandaan usulan penelitian Rp 100.000,00
Total Rp 200.000,00
B. Pelaksanaan
1. Biaya Transportasi (Bensin) Rp 300.000,00
2. Bahan habis pakai (Foto kopi) Rp 200.000,00
3. Penghargaan kepada Responden Rp 2.500.000,00
Total Rp 3.000.000,00
C. Pelaporan
1. Penyusunan Rp 200.000,00
2. Penggandaan Laporan Akhir Rp 500.000,00
Total Rp 700.000.00

Total Pengeluaran: Rp 3.800.000,00

50
BIODATA PENELITI

Nama : Laras Candysa Putri Hannifa


N.P.M. : 1102013152
Tempat/Tanggal lahir : Jakarta, 21- Mei- 1995
Fakultas/Program studi : Fakultas Kedokteran Umum Universitas Yarsi
Alamat Rumah : Villa Mas Garden C-377 Bekasi Utara 17122
Riwayat Pendidikan : 1. TK Pelita Hati Bekasi Tahun 1998-2001
2. SDIT Al- Muchtar Bekasi Tahun 2001-2005
3. SDN Perwira 4 Bekasi Tahun 2005-2006
4. SMPN 21 Bekasi Tahun 2006-2009
5. SMAN 4 Bekasi Tahun 2009-2012

51
KUESIONER PENELITIAN

Assalammualaikum wr.wb
Nama saya Laras Candysa Putri Hannifa (NPM: 1102013152) mahasiswi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi 2013. Saat ini saya sedang melakukan
penelitian skripsi dengan judul Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Dengan
Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Tugu Selatan Kecamatan Koja Jakarta
Utara Tahun 2016. Penelitian ini bertujuan untuk memenuhi tugas akhir saya
sebagai sarjana kedokteran. Maka dengan ini saya mohon bantuan anda untuk
dapat mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini tidak mempengaruhi reputasi anda
tatapi hanya untuk memberi sumbangan terhadap penelitian ini. Identitas dan
jawaban anda akan saya rahasiakan. Atas perhatian, bantuan dan waktu yang telah
anda luangkan saya ucapkan terimakasih.
Wassalammualaikum wr.wb
Identitas Responden :
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Usia Ibu :
4. Jumlah Anak Balita :
5. Usia Anak :
6. Jumlah Anggota Keluarga :
Penjelasan pengisian angket
1. Dibawah ini disediakan beberapa bentuk pertanyaan terkait masalah penelitian
yang akan diteliti
2. Berilah tanda silang (X) pada pilihan yang tersedia menurut jawaban
Bapak/Ibu.

A. DIARE
1. Apakah anak anda pernah mengalami Diare?
a. Iya (2)
b. Tidak Pernah (0)

52
2. Seberapa sering anak anda mengalami Diare?
a. Sering >1x per tahun
b. Jarang 1x per tahun
c. Tidak pernah
B. TINGKAT PENDIDIKAN
1. Apakah jenjang pendidikan terakhir yang anda tamatkan?
a. SD
b. SMP
c. SMA/SMK
d. Perguruan Tinggi

53

Anda mungkin juga menyukai