Anda di halaman 1dari 50

REFERAT

KONTRASEPSI PASCA SALIN

Oleh :
NENO DWI WAHYURINI
1102012191

Pembimbing :
dr. Dhanny P.J. Santoso, Sp.OG., M.Kes

DISUSUN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RSUD. Dr. Slamet GARUT
19 SEPTEMBER 25 NOVEMBER 2016

Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan referat yang berjudul
Kontrasepsi Pasca Salin dengan baik.
Referat ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam mengikuti
dan menyelesaikan kepaniteraan klinik SMF Obstetri dan Ginekologi di
RSUD Dr.Slamet Garut. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1 dr.

Dhanny

P.J.

Santoso,

Sp.OG.,

M.Kes,

selaku

dokter

pembimbing.
2 Para Bidan, Perawat dan Pegawai di Bagian SMF Penyakit Dalam
RSUD Dr.Slamet Garut.
3 Teman-teman sejawat dokter muda di lingkungan RSUD Dr.Slamet
Garut.
Segala daya upaya telah di optimalkan untuk menghasilkan referat
yang baik dan bermanfaat, dan terbatas sepenuhnya pada kemampuan
dan wawasan berpikir penulis. Pada akhirnya penulis menyadari bahwa
tulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan
saran dan kritik dari para pembaca agar dapat menghasilkan tulisan yang
lebih baik di kemudian hari.
Akhir kata penulis mengharapkan referat ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca, khususnya

bagi para

dokter muda yang

memerlukan panduan dalam menjalani aplikasi ilmu.


Wassalamualaikum Wr. Wb.
Garut, Oktober 2016

Penulis

DAFTAR ISI

1 KATA PENGANTAR.........
1
2 DAFTAR ISI....... 2
3 BAB 1 PENDAHULUAN.......
3
4 BAB II PEMBAHASAN....
5
5 BAB III PENUTUP...............
46
6 DAFTAR
PUSTAKA.........................................................................
........... 47

BAB I
PENDAHULUAN

Seorang perempuan menjadi subur dan dapat melahirkan segera


setelah ia mendapatkan haid yang pertama (menarke), dan kesuburan
seorang

perempuan

akan

terus

berlangsung

sampai

mati

haid

(menopause). Kehamilan dan kelahiran terbaik artinya risikonya paling


rendah untuk ibu dan anak adalah antara 20-35 tahun sedangkan
persalinan pertama dan kedua paling rendah risikonya bila jarak antara
dua kelahiran adalah 2-4 tahun.1
Kehamilan yang tidak diinginkan tidak saja hanya dialami oleh
mereka yang belum menikah, tapi juga pasangan suami istri. Kehamilan
yang tidak diinginkan menjadi isu yang penting karena hal ini dapat
berdampak buruk tidak hanya bagi ibu tetapi juga bagi anak yang akan
dilahirkan. Oleh karena itu, perlu upaya meningkatkan pelayanan keluarga
berencana untuk mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan
tersebut. Melalui perencanaan, keluarga dapat menentukan ukuran
keluarga yang diinginkan, waktu yang dianggap tepat untuk memiliki
anak, dan metode kontrasepsi yang akan digunakan. Keputusan untuk
merencanakan keluarga tidak lepas dari berbagai pertimbangan seperti
kesiapan fisik dan mental pasangan, kondisi finansial keluarga, serta tidak
3

kalah penting adalah dengan mempertimbangkan kesehatan ibu dan


anak. Berbagai pertimbangan tersebut kemudian menentukan keputusan
keluarga untuk segera atau menunda kehamilan. Bagi sebuah keluarga
keputusan

untuk

menunda

kehamilan

dapat

dilakukan

dengan

menggunakan metode kontrasepsi yang tepat termasuk ketika setelah


adanya

proses

persalinan.

Pada

dasarnya

alat

kontrasepsi

dapat

digunakan baik bagi pasangan yang ingin mengontrol fertilitas atau


menunda kehamilan maupun bagi mereka yang karena berbagai alasan
tidak menginginkan anak lagi. Selain itu perlunya memperhatikan jarak
ideal kehamilan adalah untuk mencegah bayi lahir prematur dan/atau bayi
lahir dengan berat badan yang rendah.

2, 3

Dari data WHO didapatkan bahwa di seluruh dunia terjadi lebih dari
100x10(6) senggama setiap harinya dan terjadi 1 juta kelahiran baru per
hari dimana 50% diantaranya tidak direncanakan dan 25% tidak
diharapkan. Dari 150.000 kasus abortus provokatus yang terjadi per hari,
50.000 di antaranya abortus ilegal dan lebih dari 500 perempuan
meninggal akibat komplikasi abotus setiap harinya.

Jumlah kelahiran di Indonesia diperkirakan sekitar 4.2-4.5 juta ( BPS


2009) dan 19.7% merupakan kehamilan yang tidak diinginkan dari jumlah
kelahiran. Mengingat tingginya jumlah kelahiran dan keguguran maka
diperlukan suatu perencanaan kehamilan sehingga kehamilan yang terjadi
merupakan kehamilan yang diinginkan. Salah satu program strategis
untuk menurunkan kehamilan yang tidak diinginkan menjadi 15% pada
tahun 2014 adalah melalui KB pasca persalinan dan pasca keguguran.

Meningkatnya perhatian pemerintah mengenai kontrasepsi pasca


persalinan juga terjadi di Indonesia. Berdasarkan rekomendasi dari the
National Meeting on Family Planning Programs

pada tahun 2008 , KB

pasca persalinan dan pasca keguguran ( KB PP & PK) , merupakan salah


satu program utama yang harus tersedia di seluruh propinsi. Tujuan dari
program ini sendiri adalah untuk meningkatkan tingkat kesehatan ibu dan
anak disamping untuk meningkatkan angka penggunaan kontrasepsi
(JNPK, 2008).

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah salah satu upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan dan dapat bersifat sementara dan dapat pula bersifat
permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variable yang
mempengaruhi fertilitas. Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah
terjadinya

konsepsi

dengan

menggunakan

alat

atau

obat-obatan.
5

Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan


sebagai akibat terjadinya pertemuan sel telur matang dengan sperma.
Keluarga berencana merupakan salah satu upaya untuk menjarangkan
atau

merencanakan

jumlah

menggunakan kontrasepsi.

anak

dan

jarak

kehamilan

dengan

1, 5

B. Arti Penting KB Pasca Salin


Alasan pelaksanaan KB pasca persalinan antara lain termasuk kembalinya fertilitas
dan resiko terjadinya kehamilan, jarak kehamilan yang dekat , resiko terhadap bayi dan ibu
serta ketidaktersediaan kontrasepsi
1. Ovulasi pertama pasca persalinan terjadi < 6 minggu pada wanita yang tidak
menyusui ( rata-rata 45 hari ), dan bisa berlangsung lebih lama pada wanita yang
menyusui.
2. Masa anovulasi pasca persalinan mempunyai hubungan yang erat dengan lama
menyusui. Kajian yang dilakukan pada 29 wanita menyusui dan 10 wanita yang tidak
menyusui menunjukkan semua wanita yang menyusui tetap menjadi anovulasi sampai
3 bulan pasca persalinan dan 96 % diantaranya berlanjut sampai 6 bulan pasca
persalinan. Pada penelitian yang dilakukan di Skotlandia, tidak menemukan adanya
ovulasi pada wanita yang menyusui secara ekslusif.
3. Pelaksanaan kontrasepsi pasca persalinan mempunyai pengaruh besar dalam mengatur
waktu kehamilan dan memberikan jarak yang optimal untuk persalinan selanjutnya
Dalam rangka menurunkan resiko terhadap ibu dan luaran bayi, WHO pada tahun
2006 merekomendasikan jarak kehamilan yang optilmal untuk kehamilan selanjutnya
adalah 24 bulan. Beberapa penelitian menunjukkan pendeknya interval antara
persalinan dan kehamilan selanjutnya memberikan sumbangan terhadap angka
kematian janin dan anak. Analisa dari survey demografi dan kesehatan pada 17 negara
berkembang menunjukkan angka kematian anak dan janin menurun pada jarak
interval kehamilan > 36 bulan. Sebagai tambahan jarak kehamilan yang < 24 bulan
juga meningkatkan angka kematian ibu dan kejadian komplikasi pada kehamilan
4. Komplikasi yang serius dan lebih dari setengah kematian ibu terjadi pada masa pasca
persalinan, terutama di Negara-negara berkembang Penggunaan kontrasepsi pasca
persalinan bisa menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan anak.
6

5. Penelitian yang dilakukan oleh Ross dan Frankenberg (1993) mendapatkan wanita
pada periode pasca persalinan memiliki kebutuhan yang tidak terpenuhi untuk
kontrasepsi. Penelitian ini juga memperlihatkan sebagian besar wanita pasca
persalinan menyatakan keinginan untuk mencegah kehamilan selama 2 tahun pertama
setelah melahirkan tetapi tidak mendapat pelayanan kontrasepsi. Selain itu menurut
itu survey yang dilakukan DHS di 27 negara menunjukkan hanya 3-8 % wanita di
sub-Sahara Afrika, Asia dan Amerika latin menginginkan kehamilan lagi dalam 2
tahun setelah melahirkan. Sisanya 92-97 % dari wanita tersebut , tidak menginginkan
anak lagi dalam waktu 2 tahun setelah melahirkan.

C. Metode Kontrasepsi Pasca Salin


Semua metoda kontrasepsi bisa diberikan pada ibu pada masa pasca persalinan. Waktu
untuk memulai suatu kontrasepsi tergantung dari status menyusui ibu. Metoda yang bisa
digunakan jika pasangan melakukan hubungan seksual meskipun segera setelah melahirkan
adalah :

Spermisida

Kondom

Koitus interuptus
Diafragma tidak bisa digunakan hingga setelah 6 minggu pasca persalinan karena

tidak akan menempel dengan sempurna, jika dilakukan pemasangan segera akan
menimbulkan ketidaknyamanan, terutama pada wanita yang dengan episiotomi.
1. Wanita menyusui
Wanita yang menyusui tidak perlu menggunakan kontrasepsi untuk minimal 6 minggu
pasca persalinan dan 6 bulan jika mereka menggunakan metoda amenore laktasi. ( gambar
2) menunjukkan waktu yang direkomendasikan untuk memulai kontrasepsi pada wanita
menyusui.
Jika wanita yang menyusui memutuskan untuk menggunakan kontrasepsi selain
metode amenorea laktasi (MAL), harus melakukan konsultasi terlebih dahulu mengenai efek
yang mungkin ditimbulkan oleh kontrasepsi terhadap laktasi dan bayi. Sebagai contoh
7

kontrasepsi hormonal merupakan pilihan terakhir kontrasepsi pada wanita yang menyusui.
Semua pil oral kombinasi, meskipun dengan dosis rendah ( 30-35 g EE) menurunkan
produksi ASI, dan dari berbagai penelitian yang menunjukkan efek pertumbuhan bayi pada
minggu 6-8 pasca persalinan. Disarankan untuk menunda pemakaian kontrasepsi pil setelah
kehamilan 8-12 minggu.

Gambar 1. Macam-macam kontrasepsi untuk ibu menyusui


2. Wanita tidak menyusui
Meskipun sebagian besar wanita yang tidak menyusui akan mendapat haid dalam 4-6
minggu pascapersalinan, hanya 1/3 dari menstruasi pertama yang terjadi ovulasi dan hanya
sebagian kecil yang terjadi kehamilan. Jika pasangan menginginkan untuk menghindari
terjadinya kehamilan , kontrasepsi harus dimulai sebelum

( dengan menggunakan KB

hormonal, IUD)atau saat ( barrier, spermisida, koitus interuptus) melakukan hubungan


seksual untuk pertama kalinya . Karena gangguan pembekuan darah yang dipicu oleh
kehamilan ( peningkatan faktor koagulasi)

masih terdapat sampai 2-3 minggu

pascapersalinan, pil kontrasepsi kombinasi oral dan injeksi sebaiknya dimulai setelah saat itu.
Sementara itu pil progesteron bisa dimulai segera pasca persalinan karena tidak
meningkatkan terjadinya resiko gangguan pembekuan darah. Gambar 2 menunjukkan waktu
yang direkomendasikan untuk memulai kontrasepsi pada wanita yang tidak menyusui.

Gambar 2. Metoda kontrasepsi pada wanita yang tidak menyusui


a

jika persalinan dilakukan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnnya , insersi IUD
pascapersalinan segera ( 48 jam) bisa dilakukan dengan pertimbangan ( konseling dan
tenaga yang terlatih
b

Vasectomy bisa dilakukan kapan saja

NFP mungkin sulit dilakukan pada wanita yang menyusui karena fungsi ovarium berkuran
membuat tanda-tanda kesuburan ( perubahan mucus, suhu tubuh basal ) lebih sulit
diinterpretasikan , sehingga NFP membutuhkan jangka waktu yang lebih lama.
d

Selama 6 bulan pertama postpartum , COCs dan CICS mempengaruhi jumlah air susu dan
pertumbuhan bayi. Jika wanita menyusui tetai tidak LAM , bisa menggunakan COCs dan
CiCs segera setelah 6 minggu post partum jika metoda lain tiidak bisa digunakan

Secara umum, kontrasepsi dibagi menjadi 3 yaitu :


1

Kontrasepsi Sederhana

a. Metode Amenore Laktasi ( MAL)


Metoda amenore laktasi adalah metode kontrasepsi sementara yang bisa dimulai sejak
bayi lahir sampai 6 bulan pasca persalinan jika pasien memenuhi 3 kriteria yang telah
ditetapkan yaitu :
a. Pasien belum menstruasi ( lochia pada 8 minggu awal masa pasca persalinan tidak
dianggap sebagai perdarahan menstruasi. Setelah perode ini 2 hari perdarahan atau
bercak pada pasien dianggap sebagai menstruasi pasien sudah kembali )
b. Bayi menyusui secara penuh atau hampir penuh, didefinisikan sebagai :
a) Bayi disusui pada saat siang dan malam,
9

b) Bayi disusui dengan jarak tidak boleh lebih dari 4 jam


c) Bayi tidak mendapat makanan atau minuman tambahan lainnya
c. Umur bayi kurang dari 6 bulan.

Gambar 3. Kriteria Metoda Amenore Laktasi


Mekanisme kontrasepsi
Mekanisme metoda amenore laktasi adalah stimulasi yang dihasilkan dari proses
penghisapan yang dilakukan oleh bayi akan diubah menjadi sinyal yang akan diteruskan ke
hipotalamus dan hipofisis anterior. Sinyal yang dikirim akan menyebabkan perubahan kadar
FSH dan LH yang mencegah terjadinya ovulasi . Kadar hormon tinggi ini dipertahankan oleh
proses penghisapan puting susu yang sering oleh bayi, dengan jarak antar menyusui tidak
lebih dari 4-6 jam . keberhasilan metoda amenora laktasi sangat dipengaruhi oleh frekuensi
menyusui, hal ini dipengaruhi oleh , penggunaan dot, botol untuk menyusui, pemberian
makanan selain asi, jarak yang panjang diantara menyusui, stress dan penyakit pada ibu atau
anak.

Efektifitas
10

Penelitian yang dilakukan menunjukkan wanita yang memenuhi 3 kriteria metoda


amenore laktasi ( amenore, menyusui secara penuh dan < 6 bulan pasca persalinan) memiliki
angka keberhasilan 98% atau lebih sebagai metoda kontrasepsi.
Keuntungan
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Bisa dimulai segera setelah persalinan


Sangat efektif
Sangat ekonomis dan mudah
Tidak mempunyai efek samping hormonal
Tidak mempengaruhi hubungan sexual
Meningkatkan proses menyusui

Kerugian
a. Metoda jangka pendek ( hingga 6 bulan )
b. Membutuhkan proses menyusui yang mungkin tidak nyaman bagi sebagian wanita
c. Tidak melindungi wanita dari penyakit menular sexual atau HIV
Keuntungan proses menyusui
a. Bagi ibu
1. Proses menyusui yang dimulai segera pasca persalinan , mengurangi resiko
perdarahan pasca persalinan. Penghisapan yang dilakukan oleh bayi
menyebabkan pelepasan oksitosin yang menyebabkan kontraksi pada uterus
2. Mengurangi resiko kanker payudara dan kanker ovarium
3. Melindungi wanita dari anemia dan osteoporosis
4. Bisa menjadikan waktu istirahat untuk ibu , karena ibu tidak bisa melakukan
aktifitas lain selama menyusui
b. Bagi bayi
1. Bayi mendapat imunitas dari colostrums dan air susu ibu
2. Proses menyusui memenuhi kebutuhan bayi dengan nutrisi yang lengap,
disamping pertubuhan gigi dan rahang
3. Merangsang pertumbuhan otak
Disamping itu proses menyusui meningkatkan ikatan antara ibu dan anak. Selain itu
ASI merupakan sumber makanan yang bisa diberikan kapan saja, bersih dan mudah diberikan
pada saat kapanpun.
b. Kondom
11

Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang terbuat dari bahan alami
(produksi hewani) atau sintetik berupa karet (lateks) atau plastik (vinil) yang dipasang pada
penis saat hubungan seksual. Kondom bekerja menghalangi pertemuan sperma dan sel telur
dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet sehingga sperma tidak tercurah ke
dalam saluran reproduksi wanita.
Keuntungan kontrasepsi :
1. Tidak mengganggu produksi ASI
2. Tidak mengganggu kesehatan klien karena tidak mempunyai pengaruh sistemik
3. Murah, beragam pilihan sesuai selera, dan dapat dibeli secara umum
4. Dapat melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan
HIV/AIDS, khususnya kondom yang terbuat dari lateks dan vinil
Keterbatasan kontrasepsi :
1. Efektivitas sedang (2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun)
2. Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi
3. Pada beberapa klien menyulitkan untuk mempertahankan ereksi
4. Pada beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat umum
5. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
6. Pembuangan kondom bekas dapat menimbulkan masalah limbah
7. Menimbulkan alergi terhadap bahan dasar kondom pada beberapa klien
(terutama bahan lateks).
Efek samping kontrasepsi dan penanganannya :
Efek samping
Kondom rusak atau bocor (sebelum

Penanganan
Gunakan kondom baru, dapat ditambahkan

berhubungan)
Kondom bocor atau diperkirakan ada

spermisida

curahan di vagina saat berhubungan


Alergi terhadap bahan dasar kondom
dan spermisida

Pertimbangkan pemberian morning after pill


Gunakan kondom alami (produk hewani : lamb
skin atau gut), ganti dengan spermisida lain

c. Coitus Interuptus
Senggama terputus dalah metode tradisional dimana pria mengeluarkan alat
kelaminnya (penis) dari vagina sebelum mencapai ejakulasi sehingga sperma tidak
masuk ke dalam vagina dan kehamilan dapat dicegah. Metode ini tidak dapat

12

digunakan pada suami dengan pengalaman ejakulasi dini, yang memiliki kelainan
fisik atau psikologis, dan pasangan yang kurang dapat bekerja sama.
Keuntungan kontrasepsi :
1. Tidak mengganggu produksi ASI
2. Tidak ada efek samping
3. Dapat digunakan setiap waktu
4. Tidak ada biaya
Keterbatasan kontrasepsi :
1. Efektivitas tergantung pada kesediaan pasangan melakukan sanggama terputus
(angka kegagalan 4-18 kehamilam per 100 wanita per tahun)
2. Efektivitas menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat
pada penis
3. Memutuskan kenikmatan dalam hubungan seksual
d. KB Alami
KB alami berdasarkan pada siklus masa subur dan tidak masa subur, dasar utamanya
yaitu saat terjadinya ovulasi. Untuk menentukan saat ovulasi ada 3 cara, yaitu: metode
kalender, suhu basal, dan metode lendir serviks.
KBA sebaiknya tidak digunakan pada wanita yang :
1. Wanita dengan umur, paritas, atau masalah kesehatannya membuat kehamilan
menjadi kondisi resiko tinggi
2. Wanita dengan siklus haid tidak teratur (bisa juga ditemukan pada wanita yang
baru saja berhenti menggunakan kontrasepsi hormonal, setelah melahirkan,
selama menyusui, setelah mengalami aborsi, atau ketika perimenopause)
3. Wanita yang pasangannya tidak dapat diajak bekerja sama
4. Wanita yang merasa tidak nyaman menyentuh alat genitalnya
Keuntungan kontrasepsi :
1. Tidak ada efek samping fisik maupun sistemik karena tidak digunakan produk
kimia maupun fisik
2. Tanpa biaya

13

Keterbatasan kontrasepsi :
1. Untuk belajar memahami masa subur secara efektif perlu waktu sekitar 3-6 siklus
menstruasi
2. Perlu pencatatan setiap hari
3. Keefektifan tergantung dari disiplin pasangan (perlu pantang selama masa subur
untuk menghindari kehamilan)
4. Diperlukan pelatih KBA untuk membantu ibu mengenali masa suburnya
5. Keefektifan sedang (9-20 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama
pemakaian metode kontrasepsi)
6. Adanya kegiatan atau penyakit terkadang menyulitkan pendeteksian masa subur
7. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan AIDS/HIV
Klien yang menyusui dan mengalami pengeluaran cairan vagina menetap akan lebih sulit
memprediksi kesuburan dengan menggunakan lendir serviks, maka dianjurkan metode
kontrasepsi lainnya jika dikehendaki.
e. Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung (terbuat dari lateks atau karet) yang
menutup serviks dan diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual. Diafragma
akan menahan sperma agar tidak mendapatkan akses ke saluran alat reproduksi bagian atas
(uterus dan tuba falopii) dan sebagai wadah spermisida. Jenis yang terbuat dari lateks yaitu :
flat spring (flat metal band), coil spring (coiled wire), dan arching spring, sedangkan yang
terbuat dari silikon, yaitu coil spring (coiled wire) dan arching spring . Diafragma tidak
dianjurkan bagi wanita yang :
1. Merasa tidak nyaman menyentuh alat genitalnya
2. Otot vaginanya tidak dapat menahan diafragma
3. Memiliki kelainan bentuk dan posisi serviks
4. Sensitif terhadap bahan lateks
5. Mengalami infeksi saluran kemih berulang
6. Mengalami infeksi vagina

14

7. Bisa terjadi toxic shock syndrom


Keuntungan kontrasepsi :
1. Tidak mengganggu ASI
2. Tidak mengganggu hubungan seksual karena dipasang sebelum berhubungan
3. Beragam pilihan sesuai selera
4. Tidak mempunyai efek sistemik
5. Dapat melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan
HIV/AIDS
Keterbatasan kontrasepsi :
1. Efektivitas sedang dan tergantung cara pemakaian (6-18 kehamilan per 100
perempuan per tahun bila digunakan bersama spermisida)
2. Pemeriksaan pelvik oleh petugas kesehatan terlatih diperlukan untuk
memastikan ketepatan pemasangan
3. Pada beberapa klien menjadi penyebab infeksi saluran uretra
4. Enam jam pasca hubungan seksual alat masih harus berada di dalam
5. Motivasi berkesinambungan diperlukan (menggunakanya setiap berhubungan
seksual)
6. Pada beberapa klien terdapat reaksi alergi terhadap bahan dasar diafragma,
terutama bahan lateks.
7. Dapat terjadi toxic shock syndrom
Efek samping kontrasepsi dan penanganannya :
Efek samping
Infeksi saluran kemih

Penanganan
Segera kosongkan kandung kemih setelah berhubungan, berikan
antibiotika yang sesuai, ganti dengan ukuran diafragma lebih kecil,

coiled spring, cervical cap, atau sarankan metode lain


Timbul cairan vagina Periksa kemungkinan IMS atau benda asing. Lepaskan diafragma
dan

berbau

bila setelah berhubungan seksual tetapi jangan <6 jam pasca hubungan

dibiarkan >24 jam


Alergi
terhadap Jika vagina teriritasi dan tidak mengidap IMS, gunakan diafragma
diafragma

atau bahan hewani, spermisida lain atau anjurkan metode lain

spermisida
Nyeri tekan kandung Pastikan ketepatan ukuran diafragma, apabila terlalu besar gunakan

15

kemih atau rectum


Toxic shock syndrome

ukuran kecil
beri rehidrasi oral, analgesik non-narkotik seperti antalgin, dan
aspirin bila panas >38 0C.

f. Spermicida
Spermisida adalah bahan kimia (non oksinol-9 atau disebut pula Nonoxynol) yang
digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma dengan cara memecahkan
membran sel sperma dan memperlambat gerak sel sperma, serta menurunkan
kemampuan pembuahan sel telur. Spermisida dikemas dalam bentuk :
1. aerosol atau busa
2. krim yang digunakan bersama diafragma
3. tablet vaginal atau suppositoria atau dissolvable film yang dimasukkan 10-15
menit sebelum hubungan seksual
Keuntungan kontrasepsi :
1. Efek seketika (busa atau krim)
2. Tidak mengganggu produksi ASI
3. Tidak memiliki pengaruh sistemik
4. Mudah digunakan
5. Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual
6. Dapat melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS
Keterbatasan kontrasepsi :
1. Efektivitas sedang (3-21 kehamilan per 100 perempuan per tahun)
2. Memerlukan motivasi berkelanjutan memakai setiap melakukan hubungan
seksual
3. Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah aplikasi sebelum melakukan
hubungan seksual (tablet busa vagina, suppositoria, dan film)
4. Efektivitas aplikasi hanya 1-2 jam
Efek samping kontrasepsi dan penanganannya :
Efek samping
Penanganan
Iritasi vagina, iritasi penis, Periksa kemungkinan vaginitis atau IMS. Jika akibat
rasa tidak nyaman, atau tablet spermisida, gunakan spermisida dengan komposisi kimia
gagal larut
Rasa panas di vagina

lain atau anjurkan metode lainnya.


Periksa kemungkinan reaksi alergi, yakinkan rasa hangat
adalah normal. Jika tidak ada perubahan, gunakan
16

spermisida dengan komposisi kimia lain atau anjurkan


metode lainnya.
2

Kontrasepsi Hormonal

a. Pil KB
Suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet yang berisi
gabungan hormon estrogen dan progesteron (Pil Kombinasi) atau hanya terdiri dari
hormon progesteron saja (Mini Pil). Cara kerja pil KB menekan ovulasi untuk
mencegah lepasnya sel telur wanita dari indung telur, mengentalkan lendir mulut
rahim sehingga sperma sukar untuk masuk kedalam rahim, dan menipiskan lapisan
endometrium. Mini pil dapat dikonsumsi saat menyusui. Efektifitas pil sangat tinggi,
angka kegagalannya berkisar 1-8% untuk pil kombinasi, dan 3-10% untuk mini pil.
Pil kombinasi ini aman digunakan pada wanita :
1. Pasca 6 bulan melahirkan tidak memberikan ASI ekslusif atau pasca 3 bulan
melahirkan tidak menyusui
2. Pasca keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari)
3. Anemia karena haid berlebihan, dismenore hebat, atau siklus haid tidak teratur
4. Riwayat kehamilan ektopik, kelainan payudara jinak, kencing manis tanpa
komplikasi, penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometriosis, atau tumor
jinak ovarium
Pil kombinasi tidak dianjurkan diberikan pada wanita yang :
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Sedang menyusui ekslusif
3. Berusia lebih dari 35 tahun dan perokok
4. Menggunakan obat-obatan yang mengurangi efektivitas pil, seperti: rifampisin,
fenitoin, barbiturat, griseofulvin, antidepresan trisiklik, ampisilin, dan penisilin.
5. Menderita trombosis vena, arteri, atau gangguan faktor pembekuan
6. Menderita kelainan jantung atau penyakit sirkulasi, termasuk tekanan darah tinggi
(lebih dari 180/110 mmHg) dan stroke
7. Menderita migren berat, migren yang disertai aura, atau gejala neurologik fokal
(riwayat epilepsi)
8. Menderita kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
9. Menderita penyakit aktif hepar atau kandung empedu
17

10. Menderita diabetes lebih dari 20 tahun dengan komplikasinya


11. Mengalami perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
Pil kombinasi terdiri dari 3 jenis :

Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone


aktif estrogen/progestin (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa
hormon aktif.

Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif
estrogen/progestin (E/P) dengan 2 dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa
hormon aktif.

Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif
estrogen/progestin (E/P) dengan 3 dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa
hormon aktif.

Keuntungan kontrasepsi :
1. Efektivitas tinggi (1 kehamilan per 1000 wanita dalam tahun pertama
penggunaan)
2. Tidak mengganggu hubungan seksual
3. Siklus haid menjadi teratur, tidak terjadi nyeri haid, dan banyaknya darah haid
berkurang (mencegah anemia)
4. Dapat digunakan jangka panjang dan dapat digunakan sejak usia remaja sampai
menopause
5. Mudah dihentikan setiap saat
6. Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan
7. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat
8. Dapat membantu mencegah : kehamilan ektopik, kanker endometrium, kanker
ovarium, kista ovarium, penyakit radang panggul, tumor jinak payudara,
dismenore, atau akne.
Keterbatasan kontrasepsi :
1. Mahal dan membosankan karena harus diminum setiap hari
2. Dalam 1-3 bulan pertama dapat disertai mual, pusing, nyeri payudara, dan
perdarahan bercak. Keluhan ini akan hilang sendiri seiring dengan semakin lama
pengunaan.

18

3. Dapat disertai breakthrough bleeding (perdarahan yang tidak diharapkan karena


mengkonsumsi pil setiap hari)
4. Berat badan sedikit naik
5. Mengurangi produksi ASI
6. Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi dan perubahan
suasana hati sehingga keinginan untuk behubungan seks berkurang
7. Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan sehingga perempuan
berusia di atas 35 tahun dan merokok perlu mewaspadai resiko stroke dan
gangguan pembekuan darah pada vena dalam
8. Tidak dapat melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan
HIV/AIDS
Pil kombinasi dapat dimulai digunakan setiap saat selagi haid untuk meyakinkan
perempuan tersebut tidak hamil; sangat dianjurkan penggunaanya pada hari pertama haid.
Penggunaan pada hari ke-8 perlu menggunakan metode kontrasepsi lainnya (kondom) sampai
hari ke-14 atau tidak boleh berhubungan seksual sampai paket pil tersebut habis. Bila paket
28 pil habis, sebaiknya klien mulai minum pil dari paket yang baru. Sedangkan bila paket 21
pil habis, sebaiknya klien menunggu 1 minggu baru kemudian mulai minum pil dari paket
yang baru. Bila lupa minum 1 pil (hari 1-21) sebaiknya minum pil tersebut segera setelah
ingat. Bila lupa minum 2 pil atau lebih (hari 1-21) sebaiknya minum 2 pil setiap hari sampai
sesuai jadwal. Bila terjadi muntah dalam 2 jam setelah menggunakan pil, minumlah pil yang
lain. Apabila terjadi muntah atau diare lebih dari 24 jam, cara penggunaan sesuai dengan
penggunaan pil lupa.
Efek samping kontrasepsi dan penanganannya :
Efek samping
Amenore atau spotting

Penanganan
Periksa dalam dan tes kehamilan. Bila negatif, berikan pil
estrogen 50g atau kurangi dosis progestin (dosis estrogen

tetap). Bila positif, hentikan pil.


Mual, pusing, muntah (akibat Tes kehamilan atau pemeriksaan ginekologi. Bila tidak hamil,
reaksi anafilaktik)
Perdarahan pervaginam

sarankan minum saat akan tidur atau saat makan malam.


Bila tetap terjadi >3 bulan, berikan pil estrogen lebih tinggi
(50g) lalu kembali ke dosis awal atau ganti dengan metode

lain.
Tanda-tanda yang harus diwaspadai pada penggunaan pil kombinasi adalah nyeri dada
hebat atau nafas pendek (kemungkinan bekuan darah di paru atau serangan jantung), sakit
kepala hebat atau gangguan penglihatan (kemungkinan stroke, hipertensi, atau migraine),
19

nyeri tungkai hebat (kemungkinan sumbatan darah pada tungkai), nyeri abdomen hebat
(kemungkinan penyakit kandung empedu, bekuan darah, atau pankreatitis), mata kuning atau
jaundice (kemungkinan hepatitis atau kolestitis), dan tidak terjadinya perdarahan atau
spotting selama 7 hari sebelum suntikan sebelumnya (kemungkinan terjadi kehamilan).
b. Kontrasepsi Pil Progestin (minipil)
Minipil bekerja dengan menekan sekresi gonadotropin dan sintesis seks di ovarium,
menghentikan ovulasi, menyebabkan transformasi endometrium lebih awal sehingga
implantasi menjadi lebih sulit, mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi
sperma, dan mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu.
Terdapat 2 jenis kemasan minipil, yaitu kemasan dengan isi 35 pil berisi 300g
levonorgestrel atau 350g noretindron dan kemasan isi 28 pil berisi 75g norgestrel.
Kontrasepsi ini tidak dianjurkan pada wanita yang :
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Tidak dapat menerima perubahan pola haid
3. Penderita penyakit jantung atau stroke
4. Penderita penyakit aktif pada hepar atau kandung empedu
5. Penderita kanker payudara
6. Mengalami perdarahan pervaginam yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
7. Riwayat kista ovarium
8. Riwayat kehamilan ektopik
Keuntungan kontrasepsi :
1. Sangat efektif (keberhasilan 98,5%)
2. Sangat efektif digunakan pada masa laktasi dan tidak mempengaruhi produksi ASI karena
tidak mengandung estrogen
3. Tidak mengganggu hubungan seksual, nyaman, dan mudah digunakan
4. Dapat dihentikan setiap saat dan kesuburan cepat kembali
5. Mengurangi nyeri haid dan jumlah darah haid
6. Mengurangi kemungkinan penyakit radang panggul
20

7. Dapat diberikan kepada penderita endometriosis dan perokok berusia >35 tahun
8. Mencegah terjadinya penyakit kanker endometrium
9. Sedikit mempengaruhi metabolisme karbohidrat sehingga relatif aman diberikan pada
penderita diabetes yang belum mengalami komplikasi
Keterbatasan kontrasepsi :
1. Hampir 30-60% mengalami gangguan haid (perdarahan sela, spotting, amenore) terutama
pada bulan ke 2-3. Perubahan pola haid bersifat sementara dan tidak mengganggu
kesehatan
2. Menyebabkan keluhan spotty skin, nyeri pada payudara, peningkatan berat badan, dan
nyeri kepala. Keluhan akan menghilang dalam beberapa bulan.
3. Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama, bila lupa selama 3 jam saja akan
memperbesar kemungkinan hamil
4. Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis, atau jerawat
5. Resiko kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari 100 kehamilan)
6. Efektifitas berkurang apabila digunakan bersama-sama obat tuberkulosis atau epilepsi
7. Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau HIV/AIDS
8. Hirsutisme (sangat jarang terjadi)
Minipil diberikan mulai hari pertama sampai 5 hari siklus haid dan tidak diperlukan
kontrasepsi tambahan. Bila diberikan setelah hari ke-5, klien tidak boleh berhubungan
seksual selama 2 hari atau menggunakan kontrasepsi lain selama 2 hari. Minipil dapat
diberikan kapan saja asal bila klien tidak haid dan dipastikan tidak hamil, juga pada
perempuan pasca 6 bulan melahirkan yang tidak memberikan ASI ekslusif atau pasca 3 bulan
melahirkan tidak menyusui. Bila klien sebelumnya menggunakan metode kontrasepsi
nonhormonal, minipil dapat diberikan pada hari 1-5 siklus haid. Bila lupa minum kurang dari
3 jam sebaiknya minum pil tersebut segera setelah ingat. Bila lupa minum lebih dari 3 jam,
minum 2 pil pada jam biasa. Bila terjadi muntah dalam 2 jam setelah menggunakan pil,
minumlah pil yang lain atau gunakan metode kontrasepsi lain bila hendak berhubungan
seksual dalam 48 jam berikutnya. Minipil dapat pula diberikan setelah 21 pasca melahirkan
tetapi diperlukan metode kontrasepsi lain selama 2 hari.
Efek samping kontrasepsi dan penanganannya :
Efek samping
Amenore

Penanganan
Periksa tes kehamilan. Bila negatif, tidak perlu diberi
pengobatan

khusus.

Bila

terus

berlanjut

dan
21

membuat klien khawatir, rujuk ke klinik. Bila diduga


kehamilan ektopik jangan diberikan obat-obatan
hormonal dan rujuk.
Perdarahan tidak teratur atau Periksa tes kehamilan. Bila negatif dan tidak
spotting

menimbulkan
tindakan

masalah

khusus.

kesehatan,

Namun

jika

tidak
berlanjut

perlu
dan

mengkhawatirkan klien anjurkan metode kontrasepsi


lain.
c. Suntik KB
Suntik KB ada dua jenis yaitu, suntik KB 1 bulan (cyclofem) dan suntik KB 3 bulan
(DMPA). Cara kerjanya sama dengan pil KB. Efek sampingnya dapat terjadi gangguan haid,
depresi, keputihan, jerawat, perubahan berat badan, pemakaian jangka panjang bisa terjadi
penurunan libido, dan densitas tulang.
Jenis suntikan kombinasi adalah:
1.

25mg depo medroksiprogesteron asetat dan 5 mg estradiol sipionat yang diberikan


seara intramuskular sebulan sekali (Cyclofem)

2.

50mg noretindron anantat dan 5mg setradiol valerat yang diberikan secara
intramuskular sebulan sekali
Suntikan kombinasi bekerja dengan menekan ovulasi, mengentalkan lendir serviks

sehingga penetrasi sperma terganggu, mempengaruhi endometrium (atrofi) sehingga


implantasi terganggu, dan menghambat transportasi gamet oleh tuba.
Keuntungan kontrasepsi :
1. Efektifitas tinggi (0,1-0,4 kehamilan per 1000 perempuan selama tahun pertama
penggunaan)
2. Tidak mempengaruhi hubungan seksual
3. Mengurangi jumlah perdarahan dan nyeri haid
4. Mencegah terjadinya kanker ovarium dan endometrium, serta kehamilan ektopik
5. Mengurangi kejadian penyakit payudara jinak, kista ovarium, dan penyakit radang
panggul
6. Dapat diberikan kepada perempuan perimenopause
Keterbatasan kontrasepsi :

22

1. Terjadi perubahan pola haid menjadi tidak teratur, spotting, atau perdarahan sela sampai
10 hari
2. Disertai keluhan mual, sakit kepala, dan nyeri payudara ringan (keluhan ini hilang setelah
penyuntikan kedua atau ketiga)
3. Timbul ketergantungan terhadap pelayanan kesehatan (klien harus kembali dalam waktu
30 hari)
4. Efektivitasnya berkurang apabila digunakan bersama-sama obat epilepsi (fenitoin dan
barbiturate) atau obat tuberculosis (rifampisin)
5. Terjadi penambahan berat badan
6. Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian
7. Tidak dapat melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS
8. Dapat terjadi efek samping serius seperti serangan jantung, stroke, bekuan darah pada
paru atau otak, dan kemungkinan tumor hati
Suntikan kombinasi tidak dapat digunakan pada perempuan yang :
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Menyusui di bawah 6 minggu pasca persalinan
3. Mengalami peradarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
4. Menderita penyakit hepatitis
5. Menderita kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
6. Perokok berusia lebih dari 35 tahun
7. Memiliki riwayat penyakit jantung, stroke, tekanan darah lebih dari 180/110 mmHg
8. Menderita gangguan faktor pembekuan darah dan anemia bulan sabit
9. Menderita kencing manis lebih dari 20 tahun
10. Menderita migraine atau gejala neurologik fokal (riwayat epilepsi).
Tanda-tanda yang harus diwaspadai pada suntikan kombinasi adalah nyeri dada hebat
atau nafas pendek (kemungkinan bekuan darah di paru atau serangan jantung), sakit kepala
hebat atau gangguan penglihatan (kemungkinan stroke, hipertensi, atau migraine), nyeri
tungkai hebat (kemungkinan sumbatan darah pada tungkai), dan tidak terjadinya perdarahan
atau spotting selama 7 hari sebelum suntikan sebelumnya (kemungkinan terjadi kehamilan).
Suntikan pertama yang diberikan dalam 7 hari siklus haid tidak diperlukan
kontrasepsi tambahan. Bila diberikan setelah hari ke-7, klien tidak boleh berhubungan
seksual selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi lain selama 7 hari. Bila klien tidak haid,
suntikan dapat diberikan kapan saja asal dipastikan tidak hamil.
23

Efek samping kontrasepsi dan penanganannya :


Efek samping
Amenore
(tidak
perdarahan atau spotting)

Penanganan
ada Periksa tes kehamilan. Bila negatif, tidak perlu diberi
pengobatan khusus. Jelaskan darah tidak berkumpul

dalam rahim. Bila positif, rujuk.


Mual, pusing, muntah (akibat Periksa tes kehamilan. Bila negatif, jelaskan bahwa
reaksi anafilaktik)

ini hal biasa dan akan hilang dalam waktu dekat. Bila

positif, rujuk.
Perdarahan pervaginam atau Periksa tes kehamilan. Bila positif, rujuk. Bila
spotting

negatif, cari penyebab perdarahan dan jelaskan ini


hal

biasa,

namun

jika

berlanjut

dan

mengkhawatirkan klien anjurkan metode lain.


d. Kontrasepsi Progestin
A. Kontrasepsi Suntikan Progestin
Kontrasepsi suntikan progestin bekerja mencegah ovulasi, mengentalkan lendir
serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput lendir rahim
tipis dan atrofi, dan menghambat transportasi gamet oleh tuba.
Kontrasepsi tersebut dapat dipakai oleh perempuan yang :
1. Nulipara dan yang telah memiliki anak
2. Menyusui
3. Pasca abortus atau keguguran
4. Perokok dengan tekanan darah <180/110 mmHg
5. Penderita gangguan pembekuan darah, anemia defisiensi besi, atau anemia sicle cell
6. Pengguna obat rifampisin, fenitoin, atau barbiturate
7. Yang tidak dapat memakai kontarsepsi yang mengandung estrogen
8. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
9. Usia perimenopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi
kombinasi

24

Namun kontrasepsi tersebut tidak boleh digunakan pada wanita :


1. Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran)
2. Yang mengalami perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid (amenore)
4. Penderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara, dan diabetes mellitus yang
disertai komplikasi.
Tersedia 2 macam kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin , yaitu :
1. Depo medroksiprogesteron asetat (DMPA atau Depo Provera) mengandung 150mg
DMPA, diberikan setiap 3 bulan secara intramuskular
2. Depo noretisteron etanat (Depo noristerat) mengandung 200mg noretindron enantat,
diberikan setiap 2 bulan secara intramuskular
Keuntungan kontrasepsi :
1. Sangat efektif (0,3 kehamilan per 100 perempuan per tahun)
2. Pencegahan kehamilan jangka panjang
3. Tidak berpengaruh pada hubungan seksual
4. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung
dan gangguan pembekuan darah
5. Tidak mempengaruhi ASI
6. Dapat digunakan oleh perempuan usia di atas 35 tahun sampai perimenopause
7. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
8. Menurunkan kejadian tumor jinak payudara
9. Mencegah penyebab penyakit radang panggul
Keterbatasan kontrasepsi :
1. Sering ditemukan gangguan haid, seperti lamanya siklus haid, jumlah perdarahan,
perdarahan bercak, atau amenore. Gangguan haid ini bersifat sementara dan tidak
mengganggu kesehatan.
2. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk
mendapatkan suntikan)
3. Tidak dapat dihentikan sebelum jadwal suntikan berikutnya
4. Terdapat kenaikan berat badan, sakit kepala, dan nyeri payudara
5. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS

25

6. Kembalinya kesuburan lebih lambat (rata-rata 4 bulan) yang terjadi karena belum
habisnya pelepasan obat suntikan dari tempat suntikan. Bila haid tidak kembali dalam 6
bulan, klien harus memeriksakan diri ke dokter.
7. Terjadi perubahan lipid serum atau densitas tulang pada penggunaan jangka panjang
8. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan vagina, menurunkan
libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervositas, dan jerawat.
Suntikan dapat dimulai diberikan setiap saat selama siklus haid, asal klien tidak hamil.
Selama 7 hari pasca suntikan tidak boleh berhubungan seksual. Suntikan pertama yang
diberikan dalam 7 hari siklus haid tidak diperlukan kontrasepsi tambahan. Bila diberikan
setelah hari ke-7, klien tidak boleh berhubungan seksual selama 7 hari. Bila ingin berganti ke
metode kontarsepsi suntikan lain, maka harus dimulai pada jadwal suntikan berikutnya. Bila
sebelumnya menggunakan metode kontrasepsi non hormonal, suntikan pertama dapat segera
diberikan.
Efek samping kontrasepsi dan penanganannya :
Efek samping
Amenore

Penanganan
Bila tidak hamil, tidak perlu tindakan khusus. Jelaskan darah
tidak terkumpul dalam rahim. Bila hamil, rujuk dan hentikan
suntikan. Jika terjadi kehamilan ektopik, rujuk segera. Jangan
berikan terapi hormonal untuk menimbulkan perdarahan, tunggu

3-6 bulan, jika tidak terjadi perdarahan rujuk klien.


Perdarahan pervaginam Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering ditemui dan tidak
atau spotting

memerlukan pengobatan. Bila klien tidak dapat menerima


keadaan dan tetap ingin melanjutkan suntikan, diberikan 2
pilihan pengobatan : 1 siklus pil kombinasi (30-35 g
etinilestradiol), ibuprofen (sampai 3x800mg/hari untuk 5 hari)
atau 2 tablet pil kombinasi/hari selama 3-7 hari dilanjutkan
dengan 1 siklus pil hormonal atau 50g etinilestradiol atau 1,25

Peningkatan/penurunan

mg estrogen equin konjugasi untuk 14-21 hari.


Bila perubahan sebesar 1-2kg umum terjadi. Bila perubahan

berat badan

berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi


lain.

e. Implant

26

Implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit, biasanya dilengan
atas. Cara kerjanya sama dengan pil, implant mengandung levonogestrel. Keuntungan dari
metode implant ini antara lain tahan sampai5 tahun, kesuburan akan kembali segera setelah
pengangkatan. Efektifitasnya sangat tinggi, angka kegagalannya 1-3%.
Terdapat 3 jenis kontrasepsi implan, yaitu :
1. Norplant
Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm dengan
diameter 2,4 cm, yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
2. Implanon
Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2
mm, yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
3. Jadena dan Indoplant
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja 3
tahun.
Kontrasepsi tersebut tidak dapat digunakan pada wanita yang :
1.

Hamil atau dicurigai hamil

2.

Tidak dapat menerima perubahan siklus haid

3.

Menggunakan obat-obatan tertentu yang mengurangi efektivitas


implan, seperti: rifampisin, fenitoin, barbiturat, griseofulvin, antidepresan trisiklik,
ampisilin, dan penisilin.

4.

Menderita trombosis pada vena atau arteri manapun atau terdapat


riwayat gangguan faktor pembekuan darah

5.

Menderita migren berat, migren yang disertai aura atau gejala


neurologik fokal (riwayat epilepsi)

6.

Menderita kanker payudara atau dicurigai kanker payudara

7.

Menderita penyakit aktif hepar atau kandung empedu

8.

Mengalami

perdarahan

pervaginam

yang

tidak

diketahui

penyebabnya
9.

Menderita penyakit jantung atau stroke

Keuntungan kontrasepsi :
1.

Efektifitas tinggi (0,2-1 kehamilan per 100 perempuan) dan perlindungan jangka
panjang (sampai 5 tahun)
27

2.

Dapat dicabut setiap saat sesuai keinginan dan tingkat pengembalian kesuburan cepat
setelah pencabutan

3.

Tidak memerlukan pemeriksaan dalam

4.

Aman digunakan pada masa laktasi karena bebas dari pengaruh estrogen sehingga
tidak mengganggu ASI

5.

Tidak mengganggu hubungan seksual

6.

Mengurangi nyeri haid, jumlah darah haid, anemia, dan kemungkinan penyebab sakit
radang panggul

7.

Melindungi terjadinya kanker endometrium dan menurunkan angka kelainan jinak


payudara

8.

Dapat digunakan oleh klien yang tidak dapat menggunakan kontrasepsi hormonal
estrogen

Keterbatasan kontrasepsi :
1.

Menyebabkan perubahan pola haid berupa spotting, hipermenore, serta amenore,


terutama pada 6-12 bulan pertama

2.

Timbul keluhan nyeri kepala, penurunan/peningkatan berat badan, nyeri payudara,


mual, pusing, perubahan perasaan (mood) dan kegelisahan. Hal tersebut akan hilang
dengan sendirinya.

3.

Membutuhkan pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan sehingga klien tidak
dapat menghentikan penggunaan sesuai keinginan

4.

Tidak memproteksi kemungkinan IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS

5.

Efektifitas menurun apabila digunakan bersama obat-obat epilepsi atau tuberkulosis

6.

Kemungkinan terjadi kehamilan ektopik lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan per
tahun)
Implan dapat diinsersikan pada hari ke 2-7 siklus haid dan tidak diperlukan kontrasepsi

tambahan. Bila diberikan setelah hari ke-7, klien tidak boleh berhubungan seksual selama 7
hari atau harus menggunakan kontrasepsi lain selama 7 hari. Bila klien tidak haid, insersi
dapat dilakukan kapan saja asal dipastikan tidak hamil. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah
AKDR maka Norplan akan diinsersikan pada haid

hari ke-7 dan klien tidak boleh

berhubungan seksual selama 7 hari atau harus menggunakan kontrasepsi lain selama 7 hari.
Implan dapat diinsersikan 3 minggu pasca melahirkan atau segera setelah abortus jika usia
kehamilannya kurang dari 24 minggu.

28

Daerah insersi harus kering dan bersih selama 48 jam pertama dan kurangi gesekan atau
penekanan pad adaerah tersebut. Balutan penekan jangan dibuka selama 48 jam, sedangkan
plester dipertahankan sampai luka sembuh (5 hari). Rasa perih, pembengkakan, atau lebam
pada derah insersi wajar terjadi, namun apabila menetap disertai demam klien harus dirujuk.
Efek samping kontrasepsi dan penanganannya :
Efek samping
Amenore

Penanganan
Periksa tes kehamilan. Bila negatif, tidak perlu diberi pengobatan khusus.
Bila terus berlanjut dan membuat klien khawatir, angkat implan dan
anjurkan metode lainnya. Bila diduga kehamilan ektopik jangan diberikan
obat-obatan hormonal dan rujuk.
Jelaskan spotting ringan biasa terjadi, terutama tahun pertama. Bila klien

Perdarahan
bercak

atau tetap mengeluh dan ingin meneruskan implan, beri pil kombinasi 1 siklus

spotting

atau ibuprofen 3x800mg selama 5 hari. Bila terjadi perdarahan lebih


banyak dari biasa, berikan 2 tablet kombinasi untuk 3-7 hari danlanjutkan
dengan 1 siklus pil kombinasi atau dapat juga diberikan 50g
etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14-21 hari.
Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul lainnya masih di

Ekspulsi

tempat, dan apakah ada infeksi daerah insersi. Jika tidak ada infeksi dan
kapsul lain masih pada tempatnya, pasang 1 kapsul baru di tempat insersi
baru. Bila terdapat infeksi, cabut kapsul dan pasang kapsul baru pada
lengan yang lain atau anjurkan metode lainnya.
di Bila terdapat nanah bersihkan dengan sabun, air, atau antiseptik. Beri

Infeksi

daerah insersi

antibiotik untuk 7 hari. Implan jangan dilepas dan minta klien kontrol
seminggu kemudian. Apabila tidak membaik, cabut seluruh kapsul dan

Berat

pasang kapsul baru di lengan lain atau anjurkan metode lainnya.


badan Jelaskan perubahan 1-2 kg adalah normal. Kaji ulang diet klien apabila

naik /turun

perubahan berat badan 2 kg.

f. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / IUD


a) Definisi
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ( AKDR ) atau yang lebih dikenal dengan IUD ( Intra
Uterine Devices ) adalah bahan inert sintetik ( dengan atau tanpa unsur tambahan untuk
sinergi efektifitas) dengan berbagai bentuk yang dipasangkan de dalam rahim untuk
menghasilkan efek kontraseptif.
b) Mekanisme kerja
29

Intra uterine devices (IUD) merupakan benda asing yang dimasukkan ke dalam
rahim. Keberadannya dapat merangsang timbulnya reaksi tubuh terhadap benda asing berupa
fagositosis oleh leukosit, makrofag dan limfosit. Pemadatan endometrium akibat reaksi
fagositosis menyebabkan blastokis rusak sehingga nidasi terhalangi. Selain itu IUD juga
menimbulkan terjadinya perubahan pengeluaran cairan dan prostaglandin yang dapat
menghalangi kapasitasi spermatozoa. Pada IUD yang mengandung logam , misalnya
tembaga, ion yang dilepaskan oleh logam akan menganggu gerakan spermatozoa dan
mengurangi kemampuan melakukan konsepsi.
c) Jenis-jenis IUD
Pada saat ini IUD telah memasuki generasi ke-4. karena itu berpuluh-puluh macam
IUD telah dikembangkan. Mulai dari genersi pertama yang terbuat dari benang sutra dan
logam sampai generasi plastik(polietilen) baik yang ditambah obat maupun tidak.
Menurut bentuknya IUD
Menurut Tambahan atau Metal
1. Bentuk terbuka (oven device)
1. Medicated IUD
Misalnya: LippesLoop, CUT, Cu-7.
Misalnya: Cu T 200, Cu T 220, Cu T
Marguiles,

Spring

Multiload,Nova-T
2. Bentuk tertutup(closed device)
Misalnya: Ota-Ring, Atigon,
Graten Berg Ring.

Coil,

300, Cu T 380 A, Cu-7, Nova T,

ML-Cu 375
2. Un Medicated IUD
dan
Misalnya: Lippes Loop, Marguiles,
Saf-T Coil, Antigon

Tabel 1. Jenis IUD berdasarkan bentuk dan material

30

Gambar 4. Macam-macam IUD


d) Jenis Pemasangan IUD pasca persalinan
IUD merupakan pilihan kontrasepsi yang tepat digunakan pada masa pasca persalinan
tanpa melihat status menyusui ibu, karena tidak mempengaruhi kadar hormonal.
Pemasangan IUD pasca persalinan bisa dibagi menjadi 3 macam :
a. Pemasangan post plasenta
Pemasangan IUD dalam 10 menit setelah lahirnya plasenta pada persalinan
pervaginam. Pemasangan bisa dilakukan dengan menggunakan ringed forceps atau
secara manual. Pada saat ini serviks masih berdilatasi sehingga memungkinkan untuk
penggunaan tangan atau forsep. Penggunaan inserter IUD interval tidak bisa
digunakan pada pemasangan post plasenta , karena ukuran inserter yang pendek
sehingga tidak bisa mencapai fundus selain itu , karena uterus yang masih lunak
sehingga memungkinkan terjadinya perforasi lebih besar dibandingkan dengan
menggunakan ringed forceps atau secara manual.
b. Pemasangan segera pasca persalinan
Pemasangan IUD pada masa ini dilakukan setelah periode post plasenta sampai 48
jam pasca persalinan. Teknik pemasangan IUD pada saat ini masih bisa dengan
menggunakan ringed forsep , karena serviks masih berdilatasi, tetapi tidak bisa
dilakukan secara manual. Penggunaan inserter IUD interval sebaiknya tidak
digunakan, karena kemungkinan terjadinya perforasi yang lebih tinggi.
c. Pemasangan IUD transcesarian
Pemasangan pada transcesarian dilakukan sebelum penjahitan insisi uterus. Bisa
dilakukan dengan meletakkan IUD pada fundus uteri secara manual atau dengan
menggunakan alat.
31

Jenis kontrasepsi IUD pasca salin aman dengan menggunakan IUD Cu T (copperT),
sedangkan jenis non copper memerlukan penundaan sampai 6 minggu sehingga tidak cocok
untuk pasca salin
d. Pemasangan IUD pasca abortus
Merupakan pemasangan IUD setelah terjadinya abortus
o Trimester 1 : bisa dilakukan dengan teknik pemasangan IUD interval karena
serviks berdilatasi minimal dan hanya inserter IUD yang bisa masuk kedalam
kavum uteri. Selain itu ukuran uterus relatif tidak mengalami perbesaran dan
lebih kaku sehingga mempunyai angka resiko perforasi yang kecil .
o Trimester 2 : bisa dilakukan dengan menggunakan teknik interval atau dengan
menggunakan teknik forsep . forsep digunakan jika serviks cukup berdilatasi.
e. Pemasangan IUD interval
Merupakan pemasangan IUD yang dilakukan lebih dari 4 minggu pasca persalinan.
Pemasangan IUD dilakukan dengan menggunakan inserter IUD
d. Persiapan alat
Alat yang dibutuhkan untuk pemasangan IUD :

Gambar 5. Alat-alat yang dibutuhkan untuk pemasangan IUD


e. Teknik pemasangan
a) Pemasangan dengan menggunakan ringed forsceps
Pada teknik pemasangan ini dibutuhkan seorang asisten untuk memastikan tindakan
aspesis dan pemasangan IUD yang aman. Tahap tahap pemasangan IUD
32

Palpasi uterus untuk menentukan tinggi fundus dan kuatnya kontraksi

Lakukan cuci tangan

Gunakan sarung tangan steril

Letakkan duk steril pada abdomen bagian bawah dan di bawah bokong

Susun semua instrumen yang dibutuhkan pada tempat steril

Pastikan bokong pasien pada ujung meja tindakan , hal ini akan memudahkan dalam
pemasangan spekulum

Pada kasus pemasangan post plasenta, masukan spekulum ke dalam vagina untuk
eksplorasi apakan terdapat laserasi , jika ada dilakukan penjahitan sebelum
pemasangan IUD

Pada pemasangan pasca persalinan , masukkan spekulum ke dalam vagina untuk


menampakkan serviks

Dengan menggunakan tangan yang lain bersihkan serviks dan dinding vagina dengan
menggunakan cairan antiseptik

Jepit serviks anterior dengan menggunakan ring forceps

Asisten membuka IUD dari kemasannya , dan jepit IUD dengan menggunakan forseps
Kelly atau dengan menggunakan penster yang panjang.

IUD harus dijepit pada lengan vertikal , dan lengan horizontal dari IUD diluar dari
cincin penjepit. Hal ini akan memudahkan pelepasan IUD pada fundus dan
mengurangi resiko tertariknya IUD ketika forsep dilepaskan

Letakkan IUD menghadap lingkar dalam forsep kelly dengan benang menjauhi forsep.
Setelah itu setelah forsep dilepaskanaka n lebih mudah untuk mengeluarkan forsep
secara menyamping dan benang IUD tidak akan tertarik keluar .( asisten menahan
spekulum ketika operator memasang IUD dengan forsep kedalam uterus.

Setelah itu , tarik keluar forsep yang memegang servik sampai servik terlihat

33

Masukkan forsep yang sedah menjepit IUD kedalam vagina searah dengan
lengkungan tubuh wanita

Setelah forsep yang berisi IUD melewati serviks, asisten melepaskan spekulum dari
vagina

Lepaskan forsep yang memegang serviks dan tangan operator dipindahkan ke


abdomen untuk meraba fundus.

Dengan posisi tangan di abdomen, fiksasi uterus dengan melakukan tekanan pada
dinding abdomen, hal ini akan mencegah uterus bergerak pada saat pemasangan IUD

Arahkan forsep yang berisi IUD ke arah fundus

Pada pasien dengan bekas sectio sesaria , arahkan forsep ke posterior untuk mencegah
ruptur pada bekas insisi pada SBR

Setelah forsep mencapai fundus, putar forsep 45 derajat sehingga IUD akan berada
pada posisi horizontal

Buka forsep untuk melepaskan IUD , dan lepaskan secara perlahan forsep dalam
keadaan sedikit terbuka.
Setelah forsep dikeluarkan, tekan introitus vagina dengan menggunakan 2 jari untuk

melihat benang IUD, pada uterus yang berkontraksi dengan baik , benang IUD mungkin
terlihat, pada kasus ini tidak perlu dilakukan tindakan apapun. Pada uterus yang besar sesuai
pada pemeriksaan awal, jika benang IUD terlihat dari serviks , hal ini menandakan IUD
belum mencapai fundus. Dan harus dilakukan pemasangan ulang IUD dengan menggunakan
IUD bar.
b. Pemasangan IUD post plasenta secara manual
Teknik ini hanya bisa dilakukan dalam 10 menit setelah lahirnya plasenta. Perbedaan
mendasar teknik ini jika dibandingkan dengan teknik yang menggunakan alat adalah :

Fungsi forsep digantikan oleh tangan

IUD dijepit diantara jari telunjuk dan jari tengah pada lengan vertikal

Dengan bantuan spekulum , serviks diidentifikasi dan jepit dengan menggunakan


forsep
34

Lepaskan spekulum dan masukkan tangan yang sudah menjepit IUD, searah dengan
lengkung panggul ke dalam vagina sampai kedalam uterus.

Lepaskan forsep yang menjepit serviks dan letakkan tangan pada abdomen untuk
memfiksasi uterus

Setelah tangan jari yang memegang IUD mencapai fundus, putar 45 derajat ke kanan
untuk memposisikan IUD pada posisi horizondal pada fundus uteri

Lepaskan jari yang menjepit IUD dan keluarkan secara perlahan dan hati-hati untuk
mencegah terlepasnya IUD
c. Pemasangan IUD pada sectio sesaria

Lakukan masase pada uterus sehingga perdarahan berkurang, pastikan tidak terdapat
sisa jaringan plasenta didalam cavum uteri

Pasang IUD pada fundus secara manual atau dengan menggunakan alat

Sebelum melakukan penutupan sayatan , letakkan benang IUD pada segmen bawah
rahim, dekat ke OUI . jangan sampai benang melewati servik karena akan
meningkatkan resiko infeksi.

g. Metode Transdermal (Patch)


Metode transdermal atau Ortho Evra adalah plastik tempel berisi hormon (melepaskan
20g estrogen dan 150g progestin setiap 24 jam) yang mencegah ovulasi, mengentalkan
lendir serviks, dan menipiskan dinding uterus. Keefektifan metode ini tinggi (99%), namun
berkurang 2-3% pada wanita dengan berat badan lebih dari 99kg. Patch ditempelkan ke kulit
yang bersih dan kering, dipasang dalam 24 jam periode menstruasi selama 7 hari. Patch
diganti setiap minggu dalam 2 minggu selanjutnya namun tidak dipasang pada minggu
keempat sehingga perdarahan dimulai pada hari ke-5. Pasang kembali patch yang baru
seminggu setelah patch ketiga.
Keuntungan dari kontrasepsi ini adalah :
1.

Efektifitas tinggi

2.

Mandi, berenang, atau aktivitas yang berhubungan dengan air tidak mengganggu

3.

Siklus menstruasi menjadi teratur

Keterbatasan kontrasepsi adalah :


35

1.

Tidak dianjurkan pada wanita yang sedang menyusui

2.

Tidak dapat digunakan pada penderita yang tidak dapat menggunakan kontarsepsi
estrogen (tekanan darah tinggi, gangguan faktor koagulan, stroke, dan perokok berusia
>35 tahun)

3.

Tidak melindungi terhadap IMS atau HIV/AIDS

4.

Efektifitas berkurang bila berinteraksi dengan obat-obatan antituberkulosis dan


epilepsi.

Efek samping dari metode ini adalah :


1.

Iritasi kulit pada daerah penempelan

2.

Perdarahan tidak teratur terutama pada beberapa bulan pertama penggunaan

3.

Nyeri kepala, mual, muntah, nyeri payudara, kram perut, kerontokan rambut

4.

Depresi

5.

Infeksi vagina

6.

Tekanan darah tinggi dan trombosis (seranganjantung atau stroke)

7.

Retensi cairan menyebabkan asma dan oedem

8.

Diskolorasi coklat pada wajah


3. Metoda Kontrasepsi Mantap (Kontap)
a. Tubektomi
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas seorang

wanita secara permanen. Terdapat 2 cara melakukan tubektomi, yaitu dengan minilaparotomi
dan laparoskopi. Mekanisme kerja kontrasepsi ini adalah dengan mengoklusi tuba (mengikat
dan memotong atau memasang cincin) sehingga sperma tidak bertemu dengan ovum.
Tubektomi dapat dilakukan setiap waktu selama siklus haid dan diyakini klien tidak
hamil atau pada hari ke-6 sampai ke-13 siklus menstruasi (fase proliferasi). Yang dapat
menjalani tubektomi adalah wanita berusia >26 tahun, paritas >2, yakin telah memiliki besar
keluarga yang sesuai kehendaknya, pada kehamilannya akan menimbulkan resiko kesehatan
serius, pasca persalinan, pasca keguguran, pham dan sukarela setuju dengan prosedur ini.
Keuntungan kontrasepsi :
1.

Sangat efektif (0,2-4 kehamilan per 100 wanita selama setahun pertama pemakaian)

2.

Tidak mempengaruhi proses menyusui


36

3.

Tidak menganggu senggama

4.

Merupakan kontarsepsi pilihan bagi pasien yang apabila hamil akan menjadi resiko
kesehatan yang serius

5.

Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual atau produksi hormon

6.

Mengurangi resiko kanker ovarium

Keterbatasan kontrasepsi :
1.

Harus dipertimbangkan sifat permanen kontrasepsi ini dan memerlukan informed


consent

2.

Rasa tidak nyaman setelah tindakan

3.

Pembedahan sederhana memerlukan anastesi lokal lakukan oleh dokter yang terlatih
(diperlukan dokter spesialis ginekologi atau spesialis bedah untuk laparoskopi)

4.

Tidak melindungi diri terhadap IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS

5.

Tuba dapat bergabung dan menjadi fertil kembali (jarang terjadi)


Efek samping kontrasepsi dan penanganannya :
Efek samping
Infeksi luka
Demam

pasca

Penanganan
Obati dengan antibiotik. Jika terdapat abses, lakukan

drainase dan obati sesuai indikasi


operasi Obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan

(>380C)
Hematoma (subkutan)
Emboli

gas

Gunakan packs yang hangat dan lembab di tempat tersebut,

tetapi bila ekstensif memerlukan drainase


akibat Mulai resusitasi intensif termasuk IVFD, RJP, dan tindakan

laparoskopi
penunjang kehidupan lainnya
Rasa sakit pada luka operasi Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati sesuai indikasi
Perdarahan superfisial (tepi Kontrol perdarahan dan obati sesuai indikasi
kulit/subkutan)
Jelaskan kepada klien untuk menjaga luka operasi tetap kering sampai pembalut
dilepaskan dan mulai aktivitas normal secara bertahap dalam 7 hari. Hindari bekerja
mengangkat berat selama 7 hari. Jadwalkan pemeriksaan rutin 7-14 hari pasaca operasi
b. Vasektomi
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk mengehentikan kapasitas reproduksi pria
dengan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan
proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi. Vasektomi dilakukan bila fungsi

37

reproduksi menjadi ancaman atau gangguan kesehatan pria dan pasangannya serta
melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga.
Keuntungan kontrasepsi :
1.

Sangat efektif dan permanent

2.

Tidak ada efek samping jangka panjang

3.

Tindakan bedah aman dan sederhana


Keterbatasan kontrasepsi :
1. Harus dipertimbangkan sifat permanen kontrasepsi ini dan memerlukan informed
consent
2. Terdapat kondisi-kondisi yang memerlukan perhatian khusus untuk vasektomi,
diantaranya : infeksi kulit daerah operasi, infeksi sitemik, hidrokel atau varikokel
besar, hernia inguinalis, filariasis, undesensus testikularis, massa intarskrotalis,
anemia

berat,

gangguan

pembekuan

berat

atau

sedang

menggunakan

antikoagulansia
3. Baru efektif setelah 2 bulan pasca operasi atau 15-20 kali ejakulasi (setelah tes
semen dinyatakan negatif)
Kondisi yang memerlukan perhatian khusus adalah : infeksi kulit daerah operasi,
infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi klien, hidrokel atau varikokel besar, hernia
inguinalis, filariasis, undesensus testikularis, massa intraskrotalis, anemia berat, gangguan
pembekuan darah, dan sedang menggunaan antikoagulan. Sebaiknya dijelaskan kepada klien
untuk :
1. Mempertahankan band aid selama 3 hari
2. Jangan menarik atau menggaruk luka
3. Luka tidak boleh basah dalam 24 jam, setelah 3 hari luka boleh dicuci sabun dan
air
4. Pakailah penunjang skrotum
5. Jika terdapat nyeri berikan 1-2 tablet parasetamol atau ibuprofen setiap 4-5 jam
6. Hindari mengangkat barang berat selama 3 hari
7. Boleh bersanggama setelah hari ke-3, namun untuk mencegah kehamilan pakailah
kondom atau kontarsepsi lain selama 3 bulan
8. Periksa semen 3 bulan pasca vasektomi atau setelah 15-20 kali ejakulasi
Efek samping kontrasepsi dan penanganannya :
38

Efek samping
Infeksi luka
Demam

pasca

Penanganan
Obati dengam antibiotik. Jika terdapat abses, lakukan

drainase dan obati sesuai indikasi


operasi Obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan

(>380C)
Hematoma (subkutan)
Emboli

gas

Gunakan packs yang hangat dan lembab di tempat tersebut,

tetapi bila ekstensif memerlukan drainase


akibat Mulai resusitasi intensif termasuk IVFD, RJP, dan tindakan

laparoskopi
penunjang kehidupan lainnya
Rasa sakit pada luka operasi Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati sesuai indikasi
Perdarahan superfisial (tepi Kontrol perdarahan dan obati sesuai indikasi
kulit/subkutan)

PROGRAM

PEMERINTAH

DALAM

PENINGKATAN

PELAYANAN

KONTRASEPSI
Primary Health Care
Dalam system kesehatan nasional 1 ( SKN, tahun 1982 ) dinyatakan bahwa pelayanan
kesehatan dasar merupakan upaya mendekatkan pelayanan ke masyarakat, khususnya untuk
ibu hamil yang 60 70% tinggal di pedesaan dimana ibu dengan masalah kehamilan resiko
tinggi membutuhkan pelayanan berkelanjutan yang adekuat spesialistik di pusat rujukan
rumah sakit kabupaten / ibukota.

Safe Motherhood Initiative


Pada tahun 1988 diselenggarakan workshop nasional mengenai safe motherhood yang
dibuka oleh presiden RI melibatkan pemerintah dengan lintas sector terkait, lembaga
swadaya masyarakat nasional / internasional dan masyarakat agar berkembang kesamaan
persepsi dan komitmen bersama dalam melakukan upaya percepatan penurunan angka
kematian ibu ( PP AKI ), yang merupakan tindak lanjut consensus pemerintah pada
pertemuan di Nairobi 1978.
WHO mengembangkan konsep Four Pillars of Safe Motherhood untuk menggambarkan
ruang lingkup upaya penyelamatan ibu dan bayi. Empat pilar upaya Safe Motherhood
39

tersebut adalah keluarga berencana, asuhan antenatal persalinan bersih dan aman, dan
pelayanan obstetri esensial.
a. Keluarga berencana
Konseling dan pelayanan keluarga berencana harus tersedia untuk semua pasangan
dan individu. Dengan demikian, pelayanan keluarga berencana harus menyediakan
informasi dan konseling yang lengkap dan juga pilihan metode kontrasepsi yang
memadai, termasuk kontrasepsi darurat. Pelayanan ini harus merupakan bagian dari
program komprehensif pelayanan kesehatan reproduksi. Program keluarga berencana
memiliki peranan dalam menurunkan risiko kematian ibu melalui pencegahan
kehamilan, penundaan usia kehamilan, dan menjarangkan kehamilan.
b. Asuhan antenatal
Dalam masa kehamilan

Petugas kesehatan harus memberi pendidikan pada ibu hamil tentang cara
menjaga diri agar tetap sehat dalam masa tersebut

Membantu wanita hamil serta keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran


bayi.

Meningkatkan kesadaran mereka tentang kemungkinan adanya risiko tinggi atau


terjadinya komplikasi dalam kehamilan/ persalinan dan cara mengenali
komplikasi tersebut secara dini. Petugas kesehatan diharapkan mampu
mengindentifikasi dan melakukan penanganan risiko tinggi/komplikasi secara
dini serta meningkatkan status kesehatan wanita hamil.

c. Persalinan bersih dan aman.


Dalam persalinan:

Wanita harus ditolong oleh tenaga kesehatan profesional yang memahami cara
menolong persalinan secara bersih dan aman.

Tenaga kesehatan juga harus mampu mengenali secara dini gejala dan tanda
komplikasi persalinan serta mampu melakukan penatalaksanaan dasar terhadap
gejala dan tanda tersebut.
40

Tenaga kesehatan harus siap untuk melakukan rujukan komplikasi persalinan


yang tidak dapat diatasi ke tingkat pelayanan yang lebih mampu.

d. Pelayanan obstetri esensial


Pelayanan obstetri esensial bagi ibu yang mengalami kehamilan risiko tinggi
atau komplikasi diupayakan agar berada dalam jangkauan setiap ibu hamil.
Pelayanan obstetri esensial meliputi kemampuan fasilitas pelayanan kesehatan
untuk melakukan tindakan dalam mengatasi risiko tinggi dan komplikasi
kehamilan/persalinan.
Secara keseluruhan, keempat tonggak tersebut merupakan bagian dari
pelayanan kesehatan primer. Dua di antaranya, yaitu asuhan ante-natal dan
persalinan bersih dan aman, merupakan bagian dari pelayanan kebidanan dasar.
Sebagai dasar/fondasi yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan upaya ini
adalah pemberdayaan wanita.

Bidan di Desa
Di tahun 1989 pemerintah memberikan kebijakan yang sangat strategic untuk
menempatkan 1 bidan di tiap desa dalam rangka meningkatkan pelayanan kebidanan
dasar bagi ibu hamil di desa desa dan upaya peningkatan persalinan oleh tenaga
kesehatan professional.
Gerakan Sayang Ibu
Pada tanggal 22 Desember 1996, bertepatan dengan hari ibu, GSI dicanangkan oleh
presiden. GSI sebagai wadah kemitraan antara pemerintah dengan masyarakat di semua
tingkat pemerintahan dari pusat sampai pedesaan dengan tujuan percepatan penurunan
AKI.
INDONESIA SEHAT 2010

41

Gerakan ini dicanangkan oleh presiden RI tanggal 1 Maret 1999 daam pembukaan
rapat kerja kesehatan nasional yang merupakan komitmen nasional dengan pola dasar
Paradigma Sehat, bersifat promotif preventif provokatif dengan dukungan pelayanan
kuratif rehabilitative dalam pemeliharaan kesehatan komprehensif. Target Indonesia
Sehat adalah (1) penurunan AKI dari 450 / 100.000 ( 1988 ) menjadi 125 / 100.000 di
tahun 2010, (2) bidan desa di tiap desa, (3) perawatan kehamilan 95%, (4) persalinan
tenaga kesehatan 90%, (5) penanganan ibu resiko tinggi dan komplikasi persalinan
80%, (6) ketersediaan informasi mengenai Keluarga Berencana mencapai 90%, (7)
toksoid tetanus imunisasi pada ibu hamil 90%.
Making Pregnancy Safer
Mendukung target internasional yang telah disepakati. Pada tanggal 12 Oktober 2000
Presiden RI mencanangkan Making Pregnancy Safer sebagai strategi sector kesehatan
yang bertujuan untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB. Melalui MPS diharapkan
seluruh pejabat yang berwenang, mitra pembangunan dan pihak terkait lainnya
melakukan upaya bersama dengan kegiatan peningkatan akses dan pemanfaatan
pelayanan kesehatan ibu yang cost effective dan berkualitas kepada ibu hamil, bersalin
dan nifas berdasarkan bukti ilmiah.
e. Program KB
Program Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA) merupakan salah satu dari enam program
pokok Puskesmas yang bertujuan untuk memantapkan dan meningkatkan jangkauan
serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien meliputi pelayanan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, neonatus,
bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita.
Program Pokok pada Pelayanan KIA KB
Berdasarkan standar pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota yang
dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI, maka program di puskesmas, khususnya
KIA KB harus meliputi sebagai berikut :
I.
Pelayanan Antenatal
Merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk ibu
selama kehamilannya, yang disesuaikan dengan standar pelayanan antenatal yang
ditetapkan dalam Standar Pelayanan Antenatal. Frekuensi pelayanan antenatal
adalah minimal 4 kali selama kehamilan, yaitu 1 kali pada triwulan pertama, 1
kali pada triwulan kedua, dan 2 kali pada triwulan ketiga.
II.

Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan


42

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang


aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Hal ini diutamakan
untuk :
- Mencegah terjadinya infeksi
- Menerapkan metode persalinan yang sesuai dengan standar
- Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih
-

III.

tinggi
Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Memberikan injeksi vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir

Deteksi Dini Faktor Resiko dan Komplikasi Kebidanan


Deteksi dini kehamilan dengan faktor resiko adalah kegiatan yang dilakukan
untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor resiko dan komplikasi
kebidanan.
Faktor resiko pada ibu hamil adalah :
-

Primigravida < 20 tahun atau > 35 tahun

Anak > 4 orang

Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang < 2 tahun

Kurang energi kronis (KEK) dengan LLA < 23,5 cm atau penambahan
berat badan > 9 kg selama masa kehamilan

Anemia dengan Hb < 11 g/dl

TB < 145 cm atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang belakang

Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau pada kehamilan


sekarang.

Sedang menderita penyakit kronis antaranya : TBC, kelainan jantung,


ginjal, hati, kelainan endokrin, tumor dan keganasan

Riwayat kehamilan buruk (abortus berulang, mola hidatidosa, KPD,


kehamilan ektopik, bayi dengan cacat kongenital)

Riwayat persalinan dengan komplikasi (sectio cesaria, ekstraksi vakum /


forcep)

Kelainan jumlah janin (kehamilan ganda)

Kelainan besar janin

Kelainan letak janin

43

IV.

Penanganan Komplikasi Kebidanan


Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan
komplikasi kebidanan untuk mendapat penanganan definitif sesuai standar oleh
tenaga kesehatan yang kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan.
Pelayanan obstetri :
-

Penanganan pendarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas

Pencegahan dan penanganan hipertensi dalam kehamilan

Pencegahan dan penanganan infeksi

Penanganan partus lama / macet

Penanganan abortus

Stabilisasi komplikasi obstetrik untuk dirujuk dan transportasi rujukan

Pelayanan neonatus :
-

Pencegahan dan penanganan asfiksia

Pencegahan dan penanganan hipotermi

Penanganan BBLR

Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus, ikterus


ringan sedang

V.

Pencegahan dan penangan gangguan minum

Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas


Pelayanan kesehatan Ibu Nifas merupakan pelayanan kesehatan sesuai standar
pada ibu mulai dari 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan
kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu:

VI.

Kunjungan nifas pertama (KF1)

: 6 jam 3 hari pasca persalinan

Kunjungan nifas kedua (KF2)

: 4 28 hari pasca persalinan

Kunjungan nifas ketiga (KF3)

: 29 42 hari pasca persalinan

Pelayanan Kesehatan Neonatus


Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang
diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3
kali, selama periode 0 28 hari setelah lahir, yaitu:
-

Kunjungan Neonatus ke-1 ( KN 1 )

: 6 - 48 jam setelah lahir

Kunjungan Neonatus ke-2 ( KN 2 )

: hari ke 3 7 setelah lahir

Kunjungan Neonatus ke-3 ( KN 3 )

: hari ke 8 28 setelah lahir


44

VII.

Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi


Pelayanan neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus dengan
penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecatatan dan
kematian oleh tenaga kesehatan.
Tanda- tanda neonatus dengan komplikasi :
-

Tidak mau minum / menyusu atau memuntahkan semua yang masuk


kemulutnya

VIII.

Riwayat kejang

Bergerak jika hanya dirangsang

Frekuensi napas < 30 x / menit atau > 60 x / menit

Suhu tubuh < 35,5 0C atau > 37,5 0C

Tarikan dinding dada kedalam sangat kuat

Ada pustul di kulit

Nanah banyak di mata

Pusar kemerahan meluas ke dinding perut

BBLR atau ada masalah menyusu

Berat menurut umur rendah

Adanya kelainan kongenital

Prematuritas

Asfiksia

Infeksi bakteri

Kejang

Ikterus

Diare

Hipotermi

Tetanus neonatorum

Trauma lahir, sindrom gangguan pernapasan, dll

Pelayanan Kesehatan Bayi


Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang
diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode
29 hari sampai 11 bulan setelah lahir.
Pelayanan kesehatan tersebut meliputi :
45

Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, polio 1- 4, DPT / Hb, campak)


sebelum usia 1 tahun

Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK)

Pemberian vitamin A (6 11 bulan)

Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda


tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan buku
KIA.

IX.

Penanganan dan rujukan kasus jika perlu

Penanganan dengan metoda MTBS

Pelayanan Kesehatan Anak Balita


Masa balita merupaka masa keemasan atau golden periode dimana terbentuk
dasar dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan
mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral
Pelayanan sesuai standar yang diberikan meliputi :
-

Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun

Stimulasi deteksi Zdan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK)

Pemberian vitamin A dosis tinggi, 2 kali setahun.

Kepemilikan dan pemamfaatan buku KIA oleh setiap anak balita

Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menngunakan


pendekatan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)

X.

Pelayanan KB Berkualitas
Pelayananan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan
menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan sehingga diharapkan
dapat berkonstribusi dalam menurunkan angka kematian ibu dan menurunkan
tingkat fertilitas bagi pasangan yang telah cukup memiliki anak (2 anak lebih
baik), serta meningkatkan fertililitas bagi pasangan yang ingin mempunyai
anak.
Metode kontrasepsi meliputi :
-

KB alamiah (sistem kalender, coitus interuptus)

Metode KB hormonal ( pil, suntik, susuk )

Metode KB non hormonal (kondom, AKDR / IUD, vasektomi, dan


tubektomi)
46

BAB III
KESIMPULAN
Kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan antara sel telur matang dengan sel sperma tersebut. Semua metoda kontrasepsi
bisa diberikan pada ibu pada masa pasca persalinan. Waktu untuk memulai suatu kontrasepsi
tergantung dari status menyusui ibu.

47

Macam-macam kontrasepsi dibagi menjadi 4 kelompok besar yaitu kontrasepsi sederhana,


kontrasepsi hormonal, kontrasepsi non-hormonal dan kontrasepsi mantap. Dan program
keluarga berencana termasuk kedalam Empat pilar upaya Safe Motherhood.

DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta: PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2014
2. Andro, Armelle: Hertrich, Veronique: Robertson, Glenn D. Demand
for Contraception in Sahelian Countries: Are Mens and Womens
Expectations Converging? Burkina Faso and Mali, Compared to
48

Ghana, Population Vol.57 No.6 (Nov-December, 2002), pp.929-957.


2002
3. Sunarto, Agus. Tunda Kehamilan dengan Alat Kontrasepsi yang
Tepat. Kompas Minggu 19 April 2009. 2009
4. Widyastuti L. a. Saikia US.. Postpartum Contraceptive Use in
Indonesia :Recent Patterns and Determinants. BKKBN. 2011.
5. BKKBN. Pedoman penyelenggaraan pelayanan keluarga berencana
dalam jaminan kesehatan. Jakarta: BKKBN. 2014
6. Arum dan Sujiyatini. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Nuha
Medica. Yogyakarta. 2011
7. Juliaan, F. a. Anggraeni M.,. Penggunaan Kontrasepsi pada wanita
pasca melahirkan dan pasca keguguran, SKDI 2012. Jakarta: BKKBN.
2014
8. World

Health

Organization

.,

(2010).

Combined

hormonal

contraceptive use during the postpartum period. Geneva: Department


of Reproductive Health and Research.

49

Anda mungkin juga menyukai