Anda di halaman 1dari 11

NAMA : SITI INDRIYANI

NPM : 201560411032
PRODI : S1-KEBIDANAN / TK 2

RANGKUMAN

Perencanaan keluarga yang baik adalah suatu kesepakatan bersama antara pasangan suami
istri untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah keluarga. Yang terdiri
dari perencanaan jumlah anak, perencanaan jarak kelahiran, perencanaan jenis kelamin yang
diinginkan dan perencanaan tentang penggunaan kontrasepsi.

Perencanaan Keluarga
“Pengertian Keluarga Sejahtera (KS) adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak,
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan
seimbang antara anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya”. Setiap
tahun, setengah juta ibu meninggal karena masalah yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan dan keguguran yang tidak aman. Sebagian besar kematian ini sebetulnya bisa
dicegah dengan keluarga berencana.
Sebagai contoh perencanaan keluarga yang baik akan mencegah bahaya yang berkaitan
dengan kehamilan seperti berikut ini:
1. Terlalu muda
Wanita di bawah umur 17 tahun lebih sering mengalami kematian karena persalinan
dan tubuh belum cukup matang untuk melahirkan. Bayi-bayi mereka lebih sering
meninggal sebelum mencapai umur 1 tahun.
2. Terlalu tua
Wanita usia subur yang sudah tua akan mengalami bahaya, terutama bila mereka
mempunya masalah kesehatan lain atau sudah terlalu banyak melahirkan.
3. Terlalu dekat
Tubuh wanita memerlukan waktu untuk memulihkan tenaga dan kekuatan di antara
kehamilan.
4. Terlalu banyak
Seorang wanita dengan anak lebih dari 4 akan lebih sering mengalami kematian
karena perdarahan saat persalinan dan penyebab lain (Irianto, 2009).
Tujuan hidup berumah tangga adalah membentuk keluarga yang sehat, bahagia, dan
bermanfaat bagi masyarakat, tujuan tersebut sebenarnya bisa dicapai dengan
melakukan persiapan matang. Perencanaan persiapan pasangan yang baru memulai
rumah tangga. Semua harus direncanakan karena berdampak besar pada kesejahteraan
dan kelangsungan keluarga. Perencanaan yang diperlukan antara lain menentukan
jumlah anak, waktu kehamilan, dan menjaga jarak antar kehamilan keluarga yang
matang, termasuk perencanaan kehamilan.
Pola Perencanaan Keluarga dan Penggunaan Kontrasepsi yang Rasional
1. Seorang perempuan telah dapat melahirkan segera setelah ia mendapat haid yang
pertama. Kesuburan seorang perempuan terus berlangsung sampai ia mati haid
(Menopause)
2. Kehamilan dan kelahiran yang terbaik, artinya resikonya paling rendah untuk ibu dan
anak adalah antara 20-35 tahun.
3. Persalinan yang pertama dan kedua risikonya paling rendah
4. Jarak antar kelahiran sebaiknya 2-4 tahun
5. Berdasarkan faktor-faktor tersebut diatas, dapat dibuat perencanaan keluarga dan
pemilihan kontrasepsi yang rasional (Pinem, 2009)

A. Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” yang berarti mencegah/menghalangi dan
“konsepsi” yang berarti pembuahan dan pertemuan antara sel telur dengan sperma. Jadi
kontrasepsi dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma. Metode kontrasepsi meliputi
metode barier, kontrasepsi hormonal, AKDR, sterilisasi dan metode perilaku. Metode ini
digunakan sebelum atau selama berhubungan seks (Ida Prijatni, 2016).
Akses terhadap pelayanan Keluarga Berencana yang bermutu merupakan sutu unsur
penting dalam upaya mencapai pelayanan Kesehatan Reproduksi sebagaimana tercantum
dalam program aksi dari international Conference on Population and Development, Kairu
1994. Secara khusus dalam hal ini termasuk hak setiap orang untuk memperoleh informasi
dan akses terhadap berbagai metode kontrasepsi yang aman, efektif, terjangkau, dan
akseptabel. Sementara itu, peran dan tanggung jawab pria dalam Keluarga Berencana
perlu ditingkatkan, agar dapat mendukung kontrasepsi oleh istrinya, meningkatkan
komunikasi di antara suami istri, meningkatkan penggunaan metode kontrasepsi pria,
meningkatkan upaya pencegahan IMS dan lain-lain.
Pelayanan Keluarga Berencana yang bermutu meliputi hal-hal antara lain:
1. Pelayanan perlu disesuaikan dengan kebutuhan klien
2. Klien harus dilayani secara profesional dan memenuhi standar pelayanan
3. Kerahasian dan privasi perlu dipertahankan
4. Upaya agar klien tidak menunggu terlalu lama untuk dilayani
5. Petugas harus memberi informasi tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia
6. Petugas harus menjelaskan kepada klien tentang kemampuan fasilitas kesehatan
dalam melayani berbagai pilihan kontrasepsi
7. Fasilitas pelayanan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan
8. Fasilitas pelayanan tersedia pada waktu yang ditentukan dan nyaman bagi klien
9. Bagan dan alat kontrasepsi tersedia dalam jumlah yang cukup
10. Terdapat mekanisme supervisi yang dinamis dalam rangka membantu menyelesaikan
masalah yang mungkin timbul dalam pelayanan.
11. Ada mekanisme umpan balik yang relatif dari klien

Dalam upaya meningkatkan keberhasilan program Keluarga Berencana diperlukan petugas


terlatih yang:

1. Mampu memberikan informasi kepada klien dengan sabar, penuh pengertian, dan
peka
2. Mempunyai pengetahuan, sikap positif, dan keterampulan teknis untuk memberikan
pelayanan dalam bidang kesehatan reproduksi
3. Mememnuhi standar pelayanan yang sudah ditentukan
4. Mempunya kemampuan mengenal masalah
5. Mempunya kemampuan mengambil langkah-langka yang tepat dalam mengatasi
masalah tersebut. Termasuk kapan dan kemana merujuk jika diperlukan
6. Mempunyai kemampuan penilaian klinis yang baik
7. Mempunya kemampuan memberi saran-saran untuk perbaikan program
8. Mempunya pemantauan dan supervisi berkala
9. Pelayanan program Keluarga Berencana yang bermutu membutuhkan:
10. Pelayanan staf dalam bidang konseling, pemberian informasi dan keterampilan
teknis
11. Informasi yang lengkap dan akurat untuk kliena agar mereka dapat memilih sendiri
metode kontrasepsi yang akan digunakan
12. Suasana lingkungan kerja di fasilitas kesehatan berpengaruh terhadap kemapuan
petugas dalam memberikan pelayanan yang bermutu, khususnya salam kemampuan
teknis dan interaksi interpersonal antara petugas dan klien.
13. Petugas dan klien mempunyai visi yang sama tentang pelayanan yang bermutu (Ida
Prijatni, 2016)

Pelayanan kontrasepsi mempunyai tujuan untuk yaitu:

1. Tujuan Umum: pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu


dihayatinya NKBS
2. Tujuan Pokok: Penurunan angka kelahiran yang bermaksan Guna Mencapai Tujuan
Tersebut, ditempuh kebijakan menggolongkan Pelayanan KB kedalam tiga fase
yaitu:
a. Fase menunda kehamilan/kesuburan
b. Fase menjarangkan kehamilan
c. Fase menghentikan/Mengakhiri kehamilan /kesburuan (Pinem, 2009)

Fase Menunda Kehamilan

Pasangan Usia Subur (PUS) dengan usia kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda
kehamilan karena:

1. Usia dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunya anak dulu.
2. Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral, karena peserta masih muda
3. Penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pasangan muda frekuensi
bersenggamanya relatif tinggi, sehingga kegagalan juga tinggi.
4. Penggunaan IUD mini bagi yang belum mempunyai anak pada masa ini dapat
dianjurkan, terlebih bagi calon peserta dengan kontra indikasi terhadap pil oral.

Fase Menjarangkan Kehamilan

Pada fase ini usia isteri antara 20-30/35 tahun, merupakan periode usia yang paling baik
untuk hamil dan melahirkan dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antar kelahiran 2-4 tahun
yang dikenal sebagai catur warga.

Alasan menjarangkan kehamilan adalah:

1. Usia antara 20-30 tahun merupakan usia yang terbaik untuk hamil dan melahirkan
2. Segera setelah anak pertama lahir, maka dianjurkan untuk memakai IUD sebagai
pilihan utama
3. Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi namun disini tidak/kurang
berbahaya karena yang bersangkutan berada pada usia hamil dan melahirkan yang
baik.
4. Kegagalan kontrasepsi di sini bukan merupakan kegagalan program.

Fase Menghentikan atau Mengakhiri Kehamilan atau Kesuburan

Usia isteri di atas 30 tahun, terutama diatas 35 tahun, sebaliknya mengakhiri kesbururan
setelah memiliki 2 orang anak. Alasan mengakhiri kesuburan adalah:

1. Karena alasan medis dan alasan lainnya, ibu-ibu dengan usia diatas 30 tahun
dianjurkan untuk tidak hamil atau tidak punya anak lagi.
2. Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap
3. Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu relatif tua dan mempunyai risiko
kemungkinan timbulnya akibat sampingan atau komplikasi (Pinem, 2009).

Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif dan
reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi (Baziad, 2008). Kontrasepsi hormonal
merupakan kontrasepsi dimana estrogen dan progesteron memberikan umpan balik terhadap
kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap folikel dan proses
ovulasi (Manuaba, 2010). Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2
yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan yang hanya
berisi progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan
suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi progesteron terdapat pada pil,
suntik dan implant (Handayani, 2010.

1. Pengertian PIL KB

KB pila atau pil yang digunakan dengan cara diminum (oral/ mulut) akan menggantikan
produksi normal estrogen dan progesteron oleh ovarium. Pil akan menekan hormon pada
rahim selama siklus haid yang normal, sehingga mencegah ovulasi atau pembuahan.
Pemberian pil bukan hanya untuk mencegah pembuahan, tetapi juga dapat menimbulkan
gejala-gejala pseudo pregnancy atau kehamilan palsu seperti mual, muntah, payudara
membesar, dan terasa nyeri perut. Efektifitas KB pil mencapai 99% atau 0,1-5 kehamilan/100
wanita, pada pemakaian ditahun pertama bila dilakukan dengan tepat (Vienalia, 2011:15)
a) Jenis KB Pil
1) Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengamdung hormon aktif
estrogen atau progestin, dalam dosisi yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif,
jumlah dan porsi hormonnya konstan setiap hari.
2) Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen, progestin, dengan dua dosis berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis
hormon bervariasi.
3) Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen atau progestin, dengan tiga dosis yang berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif,
dosis hormone bervariasi setiap hari. Sulistyawati (2013)
b) Keuntungan KB Pil
1) Tidak mengganggu hubungan seksual
2) Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia)
3) Dapat digunakan sebagai metode jangka panjang
4) Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopouse
5) Mudah dihentikan setiap saat
6) Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan
7) Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker endometrium, kista
ovarium, acne, disminorhea.
c) Kerugian KB Pil
1) Amenorhea atau tidak menstruasi selama >3 bulan
2) Perdarahan haid yang berat
3) Perdarahan diantara siklus haid
4) Depresi
5) Kenaikan berat badan
6) Mual dan muntah
7) Perubahan libido/keinginan untuk berhubungan seksual
8) Hipertensi
9) Jerawat
10) Nyeri tekan payudara
11) Pusing/Sakit kepala
12) Kesemutan
13) Cloasma/perubahan pigmen atau warna kulit
14) Hirsutisme atau bertumbuhan rambuh di area wajah, dada atau punggung
15) Leukorhea/keluarnya cairan selain darah mens
16) Kering pada area vagina
17) Disminorea/nyeri saat menstruasi

Efek samping dari penggunaan kontrasepsi hormonal Pil dapat berbeda-beda sesuai dengan
respon tubuh pada wanita tersebut, sehingga reaksi yang di timbulkan bisa saja berbeda. Ada
perempuan yang cocok menggunakan KB Pil dan adapula yang tidak begitu cocok akibat
reaksi yang ditimbulkan.

 Siklus menstruasi normal


Ibu dapat memulai kontrasepsi oral kombinasi dalam 5 hari pertama siklus menstruasi.
Tidak diperlukan perlindungan kontrasepsi tambahan. Jika dipastikan tidak hamil, ibu
juga dapat memulai kontrasepsi oral kombinasi kapanpun. Jika sudah melebihi 5 hari
pertama siklus menstruasi, ibu harus pantang berhubungan seksual atau menggunakan
perlindungan kontrasepsi tambahan selama 7 hari berikutnya.
 Siklus menstruasi tidak teratur
Jika dipastikan tidak hamil, ibu dapat memulai kontrasepsi oral kombinasi kapanpun.
ibu harus pantang berhubungan seksual atau menggunakan perlindungan kontrasepsi
tambahan selama 7 hari berikutnya.
 Pascapersalinan atau pada masa menyusui
 Jika sudah melebihi 6 bulan pasca bersalin dan tidak menstruasi selama >3 bulan, ibu
dapat memulai menggunakan kontrasepsi oral/pil kombinasi seperti pada perempuan
yang tidak menstruasi selama > 3 bulan lainnya. Jika sudah melebihi 6 bulan pasca
bersalin dan sudah kembali menstruasi, ibu dapat memulai kontrasepsi oral kombinasi
seperti pada perempuan lain yang memiliki siklus menstruasi normal.
 Pascapersalinan (tidak sedang menyusui)
Jika belum kembali menstruasi dan berada dalam masa 21 hari pasca bersalin atau
lebih, ibu dapat segera memulai kontrasepsi oral/pil kombinasi selama dipastikan tidak
hamil. Ibu harus pantang berhubungan seksual atau menggunakan kontrasepsi
tambahan seperti kondom selama 7 hari berikutnya. Jika sudah kembali menstruasi, ibu
dapat memulai kontrasepsi oral kombinasi seperti pada perempuan yang memiliki
siklus menstruasi normal lainnya.
 Pasca keguguran
Ibu dapat segera memulai kontrasepsi pil kombinasi setelah mengalai keguguran. Tidak
diperlukan perlindungan kontrasepsi tambahan.
 Berganti dari metode hormon lain
 Jika metode hormon sebelumnya digunakan secara konsisten dan benar atau perempuan
tersebut dipastikan tidak hamil, ia dapat segera memulai kontrasepsi oral kombinasi.
Tidak perlu menunggu siklus menstruasi berikutnya. Jika metode yang digunakan
sebelumnya adalah metode suntik, ia harus memulai kontrasepsi oral kombinasi pada
jadwal suntikan berikut nya. Tidak diperlukan perlindungan kontrasepsi tambahan.
 Berganti dari metode non-hormon (selain AKDR)
Ibu dapat memulai kontrasepsi oral kombinasi dalam 5 hari pertama siklus menstruasi.
Tidak diperlukan perlindungan kontrasepsi tambahan. Jika dipastikan tidak hamil, ia
juga dapat segera memulai kontrasepsi oral kombinasi kapanpun. Jika sudah melebihi 5
hari pertama siklus menstruasi, ia harus pantang berhubungan seksual atau
menggunakan perlindungan kontrasepsi tambahan selama 7 hari berikutnya.
 Berganti dari AKDR atau IUD (termasuk AKDR-LNG)
Ibu dapat memulai kontrasepsi oral kombinasi dalam 5 hari pertama siklus menstruasi.
Tidak diperlukan perlindungan kontrasepsi tambahan. AKDR dapat dilepas pada saat
itu juga. Jika telah dipastikan tidak hamil, ibu juga dapat memulai kapanpun. Apabila
ibu telah aktif secara seksual dalam siklus menstruasi kali ini dan sudah melebihi 5 hari
pertama siklus menstruasi, AKDR sebaik nya dilepas pada siklus menstruasi
berikutnya. Jika ibu belum aktif secara seksual dalam siklus menstruasi dan sudah
melebihi 5 hari pertama siklus menstruasi, ibu harus pantang berhubungan seksual atau
menggunakan perlindungan kontrasepsi tambahan selama 7 hari berikutnya. Jika
perlindungan tambahan ini diberikan oleh AKDR pada pengguna, AKDR sebaiknya
dilepas pada siklus menstruasi berikutnya.

Berganti dari AKDR atau IUD (termasuk AKDR-LNG) Ibu dapat memulai kontrasepsi oral
kombinasi dalam 5 hari pertama siklus menstruasi. Tidak diperlukan perlindungan
kontrasepsi tambahan. AKDR dapat dilepas pada saat itu juga. Jika telah dipastikan tidak
hamil, ibu juga dapat memulai kapanpun. Apabila ibu telah aktif secara seksual dalam siklus
menstruasi kali ini dan sudah melebihi 5 hari pertama siklus menstruasi, AKDR sebaik nya
dilepas pada siklus menstruasi berikutnya. Jika ibu belum aktif secara seksual dalam siklus
menstruasi dan sudah melebihi 5 hari pertama siklus menstruasi, ibu harus pantang
berhubungan seksual atau menggunakan perlindungan kontrasepsi tambahan selama 7 hari
berikutnya. Jika perlindungan tambahan ini diberikan oleh AKDR pada pengguna, AKDR
sebaiknya dilepas pada siklus menstruasi berikutnya.

Jika ibu amenorik (tidak menstruasi >3 bulan) atau mengalami perdarahan yang tidak teratur,
ibu dapat memulai kontrasepsi oral kombinasi seperti pada perempuan yang tidak menstruasi
>3 bulan lainnya.

2. KB Suntik
Suntik KB suntik dibagi menjadi 2 macam yaitu DMPA (Depot Medroksiprogesterone
Asetat) dan kombinasi. Suntik DMPA berisi depot diberikan dalam suntikan tunggal 150
mg/ml setiap 12 minggu (3 bulan) dan Suntik Kombinasi yang berisi 2 hormon yakni
estrogen dan progesteron yang diberikan setiap 1 bulan sekali . KB suntik 3 Bulan memiliki
efektivitas yang tinggi dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan dalam satu tahun pemakaian
(BKKBN, 2003).
Kegagalan yang terjadi pada umumnya dikarenakan oleh ketidakpatuhan pengguna untuk
datang pada jadwal yang telah ditetapkan atau teknik penyuntikan yang salah, injeksi harus
benar-benar intragluteal Sedangkan pada KB suntik 1 bulan kurang dari 0,1% per 100 wanita
selama tahun pertama penggunaan. (Baziad, 2002). Di Amerika Serikat, KB suntik 3 bulan
tetap popular dan digunakan oleh sekitar 1,6 juta wanita pada tahun 2012 (Schivone, 2016).
KB suntik terdiri dari dua jenis. Kedua jenis kontrasepsi suntik mempunyai efektivitas yang
tinggi, dengan 30% kehamilan per 100 perempuan per tahun, jika penyuntikannya dilakukan
secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. (Hartono, 2011)
a) Jenis kontrasepsi Suntik
1. Depo Mendroksi Progesteron (DMPA), mengandung 150 mg DMPA yang
diberikan setiap tiga bulan dengan cara di suntik (di daerah pantat).
2. Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung 200 mg Noretindron
Enantat, diberikan setiap dua bulan dengan cara di suntik Sulistyawati (2013)
b) Cara kerja kontrasepsi Suntik
1) Mencegah embuahan sel telur
2) Mengentalkan lendir pada leher rahim sehingga menurunkan kemampuan sperma
dapat membuahi sel telur
3) Menjadikan selaput lendir rahim tipis
4) Menghambat transportasi sel telur.
c) Keuntungan Kontrasepsi Suntik
Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif, pencegah kehamilan jangka
panjang, tidak berpengaruh pada hubungan seksual, tidak mengandung estrogen sehingga
tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah, tidak
mempengaruhi ASI, efek samping sangat kecil, klien tidak perlu menyimpan obat suntik,
dapat digunakan oleh perempuan usia lebih 35 tahun sampai perimenopause, membantu
mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian tumor jinak
payudara, dan mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul (Sulistyawati,
2013).
d) Kerugian kontrasepsi Suntik
Adapun keterbatasan dari kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
1) Gangguan haid
2) Leukorhea atau Keputihan
3) Galaktorea/mengeluarkan ASI mesti tidak sedang menyusui
4) Jerawat
5) Rambut Rontok
6) Perubahan Berat Badan g. Perubahan libido atau keinginan untuk berhubungan
seksual

Perencanaan keluarga adalah poin penting yang harus dipersiapkan setelah menikah. Dengan
perencanaan keluarga yang matang, pasangan bisa mengembangkan diri dan karier.
Kemampuan untuk merencanakan kehamilan termasuk memilih kontrasepsi juga dipercaya
dapat meningkatkan kesehatan mental dan kebahagiaan bagi perempuan. Di sisi lain, kasih
sayang dan kebutuhan finansial untuk anak bisa dimaksimalkan.

Selain itu juga agar memungkinkan pasangan usia subur dalam membuat pilihan metode
kontrasepsi berdasarkan informasi tentang kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi
mereka.

Terdapat tiga jenis pilihan metode kontrasepsi bagi pasangan usia subur yang sudah menikah.
Pertama adalah kontrasepsi hormonal yang terdiri dari IUD hormonal, implan, pil KB,
kontrasepsi darurat, dan suntikan KB.

Lalu kontrasepsi non-hormonal yang terdiri dari IUD non-hormonal, kondom, serta sterilisasi
(tubektomi, dan vasektomi).

Terakhir kontrasepsi alami berdasar metode kalender, senggama terputus, dan metode
menyusui yang dikenal dengan MAL atau Metode Amenorea Laktasi. Metode MAL ini
dapat digunakan bagi Ibu yang baru saja melahirkan dan menyusui bayinya.
BKKBN kemudian membaginya menjadi 2 jenis, yaitu metode kontrasepsi jangka pendek
yang terdiri dari pil KB dan suntikan KB, kondom.

Kemudian, metode kontrasepsi jangka panjang yang terdiri dari alat kontrasepsi dalam Rahim
(IUD), Implan, Tubektomi dan Vasektomi.

Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 menyatakan bahwa terjadi
peningkatan pemakaian kontrasepsi (semua cara) dari 62 persen pada SDKI 2012 menjadi 64
persen pada SDKI 2017. Persentase kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi (unmet need)
mengalami penurunan dari 11,4 pada SDKI 2012 menjadi 10,6 persen pada SDKI 2017.

Tahun ini, Hari Kontrasepsi Sedunia di Indonesia mengambil tema ‘Meningkatkan


Pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi Guna Mencapai Indonesia Sehat’.

Di Indonesia peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia dijalankan sebagai momentum


meningkatkan komitmen & dukungan stakeholder, provider medis, mitra kerja dan
masyarakat untuk percepatan pencapaian program Kependudukan, Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga (KKBPK) secara menyeluruh.

Selain dari segi dukungan, Hari Kontrasepsi Sedunia juga akan menjadi waktu yang tepat
untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan seluruh masyarakat Indonesia, di semua
lini, terkait seperti apa pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi yang berkualitas.

Tak hanya itu, program KB merupakan investasi penting dalam meningkatkan kualitas SDM
Indonesia, guna mendukung komitmen pemerintah SDM Unggul Indonesia Maju.

Alat Reproduksi Wanita

Anda mungkin juga menyukai